14 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI Loyalitas

advertisement
14
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Loyalitas Nasabah
Loyalitas Nasabah dapat tercermin dari kebiasaan nasabah dalam
melakukan pembelian produk atau jasa secara konsisten. Nasabah yang
sudah memiliki loyalitas terhadap suatu produk atau jasa biasanya tidak
akan lagi mempertimbangkan untuk membeli produk atas jasa lain selain
produk atau jasa yang diminati. Namun apabila nasabah tidak
mendapatkan produk atau jasa yang memuaskan maka nasabah cenderung
akan terus mencari produk atau jasa yang sesuai dengan kriteria mereka.
Menurut Christina Whidya Utami (2010), Loyalitas atau kesetiaan
didefinisikan sebagai komitmen yang dipegang kuat unyuk membeli atau
berlangganan lagi produk atau jasa tertentu di masa depan meskipun ada
pengaruh situasi dan usaha pemasaran yang berpotensi menyebabkab
perubahan perilaku (Kotler dan Keller, 2011).
Loyalitas konsumen adalah kesetiaan konsumen untuk berbelanja di
lokasi tertentu.
14
15
Kesetiaan tidak terbentuk dalam waktu singkat tetapi melalui proses
belajar dan berdasarkan hasil pengalaman dari konsumen itu sendiri dari
pembelian sepanjang waktu. Bila yang didapat sudah sesuai dengan
harapan maka proses pembelian terus berulang. Hal ini dapat dikatakan
bahwa telah timbul adanya kesetiaan Menurut Jill Griffin (2010),
Loyalitas didefinisikan sebagai suatu sikap yang ditujukan oleh konsumen
terhadap penyediaan produk atau jasa. Seorang konsumen akan
menunjukan sikap loyalnya jika suatu perusahaan mamberikan kepuasan
kepada konsumenya. Konsumen yang loyal adalah seorang konsumen
yang selalu membeli kembali dari provider atau penyedia jasa yang sama
dan memilihara suatu sikap positif terhadap penyedia jasa itu dimasa yang
akan datang. Bagi organisasi terdapat empat manfaat utama yang berkaitan
dengan loyalitas konsumen. Pertama, loyalitas meningkatkan pembelian
konsumen.
Kedua,
loyalitas
konsumen
menurunkan
biaya
yang
ditanggung perusahaan untuk melayani konsumen. Ketiga, loyalitas
konsumen meningkatkan komunikasi yang positif dari mulut ke mulut.
Manfaat utama yang terakhir dari loyalitas konsumen adalah retensi
karyawan. Karyawan-karyawan pada bisnis jasa sering dipengaruhi oleh
interaksi harian mereka dengan konsumen perusahaan, karena orang
cenderung lebih suka bekerja dengan organisasi– organisasi yang
konsumennya loyal dan puas (Zeithami dan Bitner dalam Sugandini, D
2009). Menurut Shert & Mittal dalam Fandy Tjiptono (2007)
16
mengemukakan loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan terhadap
suatu merek, toko, dan pemasok, berdasarkan sikapyang sangat positif dan
tercermin dalam pembelian ulang yang positif.
Gramer dan Brown (dalam Utomo 2008) memberikan definisi
mengenai Loyalitas (loyalitas jasa), yaitu derajat sejauh mana seorang
konsumen menunjukkan perilaku pembelian berulang dari suatu penyedia
jasa, memiliki suatu desposisi atau kecenderungan sikap positif terhadap
penyedia jasa, dan hanya mempertimbangkan untuk menggunakan
penyedia jasa ini pada saat muncul kebutuhan untuk memakai jasa ini.
Dari definisi yang disampaikan Gramer dan Brown, konsumen yang loyal
tidak hanya seorang pembeli yang melakukan pembelian berulang, tetapi
jugamempertahankan sikap positif terhadap penyedia jasa. Menurut Bothe
yang dikutip
dari Vanessa (2010) menyatakan Loyalitas pelanggan sebagai pelanggan
yang merasa puas terhadap produk atau jasa perusahaan dan mereka
menjadi word of mouth advertisier yang antusias, loyalitas tidak hanya
pada produk dan jasa perusahaan saja, tetapi juga keseluruhan portofolio
produk dan jasa perusahaan sebagai bagian dari umur hidup loyalitas pada
merek selamanya. Bothe juga menyatakan bahwa telah menjadi nyata
sekarang kepuasan tamu tidak lagi menjadi kunci utama sukses perusahaan
namun loyalitas tamu adalah kunci dominan sukses suatu bisnis.
17
Griffin (2010) mengemukakan definisi loyalitas pelanggan sebagai konsep
lain mengenai loyalitas pelanggan menyebutkan bahwa konsep loyalitas
lebih mengarah kepada perilaku bandingkan dengan sikap dan seorang
pelanggan yang loyal karena memperlihatkan perilaku pembelian yang
dapat diartikan sebagai pola pembelian yang teratur dan dalam waktu yang
lama, yang dilaukuan oleh unit-unit pembuat atau pengambil keputusan.
Menurut Wahyu Nugroho (2009) loyalitas konsumen di definisikan
sebagai suatu ukuran kesetiaan dari pelanggan dalam menggunakan suatu
merek produk atau merek jasa pada kurun waktu tertentu pada situasi
dimana banyak pilihan produk ataupun jasa yang dapat memenuhi
kebutuhannya dan pelanggan memiliki kemampuan mendapatkannya.
Menurut
Baloglu (2010) dapat
disimpulkan bahwa loyalitas
merupakan sikap dan perilaku pelanggan yang menunjukkan adanya
pembelian berulang akan suatu barang atau jasa selain itu juga
menunjukkan komitmen yang tinggi pada merek atau perusahaan tersebut.
Berdasarkan
beberapa
definisi
loyalitas
konsumen
diatas
dapat
disimpulkan bahwa loyalitas konsumen adalah kesetiaan konsumen yang
dipresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap produk atau
jasa sepanjang waktu dan ada sikap yang baik untuk merekomendasikan
orang lain untuk membeli produk. Indikasi loyalitas yang sesunggunhnya
diperlukan suatu pengukuran terhadap sikap yang dikombinasikan dengan
pengukuran terhadap perilaku.
18
Loyalitas pelanggan secara umum dapat diartikan sebagai kesetiaan
seseorang atas suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Selain itu
pelanggan yang memiliki komitmen tinggi akan loyalitasnya tidak akan
terpengaruh oleh bentuk-bentuk pemasaran produk atau jasa yang
diberikan perusahaan lain dan akan terus memilih produk dan jasa yang
mereka pilih sebelumnya. Loyalitas pelanggan akan menjadi kunci sukses,
tidak hanya dalam jangka pendek, tetapi keunggulan bersaing yang
berkelanjutan.
2.1.1.1 Loyalitas Pelanggan Berdasarkan Prilaku dan Sikap
Zikmund dalam Vanessa (2007) mengungkapkan terdapat dua
pendekatan dasar loyalitas pelanggan sebagai perilaku dan sikap.
Pendekatan loyalitas sebagai perilaku meliputi konsistensi pelanggan
dalam melakukan pembelian ulang. Terdapat lima bentuk loyalitas yang
didasari perilaku, yaitu:
1.
Loyalitas tidak terbagi yaitu perilaku konsumen yang selalu
membeli merek yang sama pada sebuah produk.
2.
Peralihan sesuai dengan kondisi yaitu selalu memilih merek yang
sama namun berubah jika produk itu tidak tersedia di pasar.
3.
Loyalitas yang beralih yaitu konsumen yang sebelumnya
memiliki loyalitas terhadap suatu merek namun berpindah ke
merek lain.
19
4.
Loyalitas yang terbagi yaitu konsumen yang memiliki loyalitas
terhadap beberapa merek.
5.
Perilaku membedakan yaitu konsumen yang tidak memiliki
loyalitas terhadap sebuah merek dan dia tidak memiliki
kepedulian akan hal ini.
Pendekatan sikap loyalitas mencerminkan loyalitas meliputi hal yang
lebih dari sekedar pembelian ulang. Pendekatan ini menegaskan bahwa
loyalitas pelanggan melibatkan sikap yang mencerminkan komitmen
setiap waktu. Dengan kata lain, loyalitas pelanggan merupakan respon
perilaku terhadap sikap pada suatu produk. Untuk memahami sikap
loyalitas, perusahaan harus dapat menjelaskan kepada pelanggan
mengenai informasi atau keyakinan yang sebenarnya mengenai produk,
sehingga pelanggan dapat memahami produk dan merasa yakin akan
produk tersebut.
Baloglu (2002) juga mengungkapkan dua pendekatan dasar loyalitas
pelanggan yang didasari oleh perilaku dan sikap. Pendekatan loyalitas
sebagai perilaku meliputi konsistensi pelanggan dalam melakukan
pembelian ulang. Sementara loyalitas sebagai sikap ditunjukkan dengan
adanya komitmen atau ikatan emosional terhadap merek atau perusahaan
tersebut. Baloglu (2002) membagi loyalitas dalam empat segmen tipologi
yang didapatkan dari gabungan tingkat perilaku dan sikap loyalitas
tersebut, yaitu:
20
1.
Loyalitas sejati yaitu pelanggan yang memiliki perilaku
pembelian ulang yang tinggi dan sikap komitmen yang tinggi
terhadap merek dan perusahaan. Mereka yang memiliki loyalitas
sejati hampir
selalu membeli dari perusahaan atau merek tertentu dan paling
tidak rentan dengan tawaran-tawaran yang diberikan oleh
pesaing.
2.
Loyalitas tersembunyi yaitu perilaku pelanggan yang memiliki
tingkat pembelian berulang yang rendah walaupun mereka
memiliki sikap komitmen yang kuat terhadap perusahaan.
Frekuensi pembelian berulang yang rendah dapat terjadi karena
tidak adanya sumber yang cukup untuk meningkatkan frekuensi
pembelian mereka yang dapat mendorong mereka menjadi repeat
customer seperti karena harga, aksesibilitas, atau strategi
distribusi.
3.
Loyalitas palsu yaitu perilaku pelanggan yang memiliki frekuensi
pembelian berulang yang tinggi namun tidak ada ikatan
emosional atau komitmen tertentu pada perusahaan. Tingginya
frekuensi pembelian berulang dapat terjadi karena beberapa
faktor seperti kebiasaan membeli, kemudahan, keuangan,
kurangnya alternatif produk, dan faktor- faktor yang berhubungan
dengan situasi pembeli.
21
4.
Loyalitas yang rendah atau tidak ada loyalitas pada tahapan ini
perilaku pembelian berulang dan sikap komitmen sangat rendah.
Loyalitas palsu dan loyalitas rendah sangat rentan terhadap
tawaran yang diberikan pesaing.
2.1.1.2 Loyalitas dan Siklus Pembelian Pelanggan
Setiap pelanggan membeli produk, konsumen bergerak melalui siklus
pembelian. Menurut Griffin (2005) konsumen pertama-pertama akan
bergerak melalui lima langkah:
1.
Menyadari produk yaitu pembentukan pangsa pikiran untuk
memposisikan keunggulan produk dibenak calon pelanggan yang
dilakukan melalui advertising dan promosi lainnya, sehingga
calon pelanggan menyadari keberadaan produk.
2.
Melakukan pembelian awal. Hal ini penting dalam memelihara
loyalitas pelanggan karena dari pembelian awal timbul kesan
positif
atau
negatif
terhadap
produk,
sehingga
terdapat
kesempatan untuk menumbuhkan pelanggan.valuasi pascapembelian. Adanya kepuasan atau ketidakpuasan yang dijadikan
dasar pertimbangan untuk beralih pada produk lain atau tidak.
Keputusan membeli lagi merupakan sikap yang paling penting
bagi loyalitas. Perusahaan berusaha menanamkan gagasan ke
dalam pikiran pelanggan bahwa beralih ke produk yang lain akan
membuang waktu, uang atau hambatan kinerja pelanggan. Jadi
terdapat ikatan emosional. Pelanggan dikatakan loyal apabila
22
membeli secara brulang atau terusmenerus. Loyalitas menurut
Hermawan kertajaya merupakan manifestasi dari kebutuhan
fundamental manusia untuk memiliki, mensupport, mendapatkan
rasa aman dan membangun keterikatan
3.
serta menciptakan emotional attachment. Dari teori diatas dapat
disimpulkan bahwasannya loyalitas terbentuk dari pemenuhan
kebutuhan
manusia
untuk
memiliki,
mendukung
dan
mendapatkan rasa aman dan nyaman.
Sedangkan menurut Oliver mengungkapkan definisi dari loyalitas
konsumen adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk
berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk atau jasa
terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh
situasi
dan
usaha-usaha
pemasaran
mempunyai
potensi
untuk
menyebabkan perubahan perilaku. Dari uraian diatas loyalitas konsumen
adalah komitmen konsumen untuk berlangganan kembali atau melakukan
pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa yang
akan datang.
Menurut Griffin yang dimaksud dengan loyalitas adalah “loyality is
defined as non random purchase axpressed over time by some deision
making unif”. Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa
loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan
keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap
barang atau suatu jasa perusahaan yang dipilih. Dari teori yang
23
dikemukakan oleh Griffin dapat dijelaskan bahwasannya loyalitas
konsumen adalah perilaku manusia dalam hal pengambilan keputusan
oleh manusia untuk melakukan pembelian secara terus menerus.
Sedangkan Dick dan Basu menyebutkan bahwasannya loyalitas adalah
sebagai salah satu bentuk dari sikap seperti kecenderungan berprilaku
(behavioral intention) dan prospenity. Dari uraian tersebut loyalitas
konsumen adalah perilaku manusia untuk mengambil keputusan untuk
melakukan pembelian secara kontinyu terhadap suatu barang atau jasa
perusahaan yang dipilih.
Griffin mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh
perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal adalah dapat
mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan
yang baru lebih mahal), dapat mengurangi biaya transaksi, dapat
mengurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian konsumen
yang lebih sedikit), dapat meningkatkan penjualan silang yang akan
memperbesar arena pasar perusahaan , mendorong word of mouth yang
lebih positif, dengan asumsi pelanggan yanyang loyal juga berarti mereka
yang merasa puas, dapat mengurangi biaya kegagalan.
Griffin membagi tahapan pembentukan loyalitas sebagai berikut:
1. Suspects , meliputi semua orang yang akan membeli barang atau jasa
perusahaan tetapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dan barang
atau jasa dan barang atau jasa yang ditawarkan.
24
2. Prospects, adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan produk atau
jasa tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membelinya.
3. Disqualified
prospect,
yaitu
prospect
yang
telah
mengetahui
keberadaan atau jasa tertentu, tetapi tidak mempunyai kebutuhan akan
barang atau jasa tersebut atau tidak
4. mempunyai kebutuhan akan barang atau jasa tersebut atau tidak
mempunyai kemampuan untuk membeli barang atau jasa tersebut.
5. First time customer, yaitu pelanggan yang membeli untuk pertama
kalinya.
6. Repeat customer, yaitu pelanggan yang telah melakukan pembelian
suatu produk dua kali atau lebih.
7. Clients, clients membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan dan
mereka butuhkan.
8. Advocate, seperti halnya clients, advocates membeli barang atau jasa
yang ditawarkan dan yang mereka butuhkan , serta melakukan
pembelian secara teratur. Selain itu mereka mendorong temantemannya untuk membeli barang atau
menggunakan jasa perusahaan tersebut.
Hermawan K membagi perkembangan pemikiran loyalitas menjadi lima era,
diantaranya adalah:
1.
Era pertama, Kepuasan Pelanggan: Loyalitas Konsumen dipahami
sama dengan kepuasan konsumen
25
2.
Era kedua, Retensi Pelanggan: Loyalitas konsumen dipahami sebagai
retensi pelanggan. Tidak penting apakah pelanggan puas atau tidak,
yang penting dia tetap bersama dan semakin banyak membeli produk
kita
3.
Era ketiga, Migrasi Pelanggan: mempertaruhkan pelanggan yang telah
ada jauh lebih menguntungkan daripada membiarkannya hilang
kemudian mencari pelanggan baru sebagai penggantinya
4. Era keempat, Antusiasme Pelanggan: loyalitas konsumen dipahami
sebagai bentuk koneksi emosi antara pelanggan dan produk, tidak ada
hubungannya dengan tingkat pembelian
5.
Era kelima, Spiritualitas Pelanggan: loyalitas konsumen yang paling
dalam terjadi jika pemasar bisa menciptakan ikatan spiritual antara
produk dengan karakter pelanggan, sehingga produk menjadi bagian
jatidiri pelanggan.
Loyalitas konsumen menurut Griffin dapat dijelaskan bahwasannya
mengacu kepada wujud perilaku manusia dari unit-unit pengambilan
keputusan untuk melakukan pembelian secara terus- menerus terhadap
suatu barang ataupun jasa suatu perusahaan ataupun produk yang dipilih
oleh pelanggan, lebih-lebih bisa menciptakan ikatan spiritual antara
konsumen dengan pelanggan suatu barang ataupun jasa tersebut loyalitas
dapat didefinisikan berdasarkan perilaku membeli seseorang yang
menjadi terbiasa untuk membeli. Kebiasaan tersebut terbentuk melalui
26
pembelian dan interaksi yang sering selama periode waktu tertentu.
Loyalitas pelanggan tumbuh melalui beberapa tahap yaitu:
1.
Tersangka (suspect) adalah orang yang mungkin membeli produk
atau jasa. Disebut demikian karena kita percaya atau menyangka
mereka akan membeli, tetapi kita masih belum yakin.
2.
Prospek. adalah orang yang membutuhkan produk atau jasa dan
memiliki kemampuan membeli. Meskipun prospek belum membeli
mungkin ia telah mendengar, membaca, dan mengetahui produk
atau jasa tersebut.
3.
Prospek yang diskualifikasi adalah prospek yang telah cukup
dipelajari untuk mengetahui bahwa mereka tidak membutuhkan,
atau tidak memiliki kemampuan membeli suatu produk atau jasa.
4.
Pelanggan pertama kali adalah orang yang telah membeli produk
satu kali.
5.
Pelanggan berulang adalah orang yang telah membeli produk atau
jasa dua kali atau lebih.
6.
Klien adalah orang yang membeli secara teratur, memiliki
hubungan yang kuat dan berlanjut yang menjadikan kebal terhadap
tarikan pesaing
7.
Penganjur adalah orang yang membeli secara teratur, mendorong
orang lain untuk membeli, dan membicarakan hal-hal yang positif
kepada orang lain.
27
8.
Pelanggan atau klien yang hilang adalah seseorang yang pernah
menjadi pelanggan atau klien tetapi belum membeli kembali suatu
produk atau jasa.
Menurut Karsono (2008) loyalitas adalah suatu komitmen yang
mendalam untuk membeli kembali atau berlangganan suatu produk atau
jasa secara konsisten di masa yang akan datang sehingga dapat
menyebabkan pengulangan pembelian produk yang sama walaupun ada
pengaruh situasi dan berbagai usaha pemasaran yang berpotensi untuk
menyebabkan tindakan perpindahan produk. Loyalitas menurut Fandy
Tjiptono (2000) adalah suatu komitmen pelanggan terhadap suatu merk,
toko, atau pemasok berdasarkan sikap positif dan tercermin dari pembelian
yang konsisten. Sedangkan menurut Kotler (2002) loyalitas pelanggan
adalah suatu ukuran keterikatan pelanggan terhadap suatu produk yang
terwujud pada keinginan.
2.1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah
Loyalitas Nasabah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Kepercayaan Nasabah
Kepercayaan Nasabah adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh
nasabah dan semua kesimpulan yang dibuat nasabah tentang objek,
atribut, dan manfaatnya (John
C. Mowen, 2008)
2. Kepuasan Nasabah
28
Kepuasan nasabah adalah perasaan senang atau kecewa seseorang
yang berasal dari perbandingan antara kesan terhadap kinerja suatu
produk dan harapan-harapannya. (Kotler, 2007)
3. Komitmen
Komitmen merupakan unsur perilaku sebagai upaya memepertahankan
dan menjaga hubungan jangka panjang kedua belah pihak agar
hubungan lebih bermakna (Fandy,
2007).
4. Sikap Nasabah
Menurut Handoko (2000), sikap adalah suatu kecenderungan yang
dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalahmasalah baik ataupun kurang baik secara konsekuen. Sikap ini
dilakukan nasabah berdasarkan pandangannya terhadap aktivitas
perbankan, keunggulan produk dan proses belajar baik dari
pengalaman atau lainnya yang bisa menjadi sikap positif atau
cenderung tidak peduli terhadap aktivitas perusahaan.
5. Citra Perbankan
Citra Perbankan adalah respon nasabah pada keseluruhan penawaran
yang diberikan suatu perbankan dan didefinisikan sebagai sejumlah
kepercayaan, ideide, dan kesan nasabah pada suatu organisasi
perbankan (Kotler, 2000)
6. Kualitas Layanan dan Produk Perbankan
29
Kualitas layanan atau produk adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas keunggulan tersebut untuk
memenuhi harapan pelanggan (Fandy, 2000). Pelayanan yang baik
akan meningkatkan kepuasan nasabah sehingga bersedia untuk
melakukan transaksi secara berulang.
2.1.1.4 Indikator Loyalitas Nasabah
Palilati (2004) dalam Marisa (2009) mengemukakan bahwa loyalitas
nasabah dapat diukur melalui lima indikator variabel, yaitu:
1.Membuat nasabah merasa aman selama bertransaksi
2.Pelayanan yan sopan dan ramah
3.Menambah jumlah tabungan
4.Cepat dan tanggap dalam menghadapi komplain nasabah
5.Pelayanan yang cepat dan mudah
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas secara umum
dapat diartikan sebagai kesetiaan sesorang atas suatu produk maupun jasa
tertentu. Dengan demikian
Loyalitas Nasabah adalah kesetiaan nasabah atas produk-produk PT.
Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk. yang ditandai dengan
dilakukannya penggunaan suatu produk perbankan secara berulang tanpa
terpengaruh situasi dan berbagai startegi pemasaran untuk berpindah ke
produk atau jasa perbankan lain karena telah memiliki keyakinan dan
sikap positif
30
secara subjektif maupun objektif untuk merekomedasikannya pada orang
lain.
Gambar 2.1 Empat tahapan loyalitas
Sumber : dharmmesta, 1999:80
TAHAP
TEGUH
PADA
SATU
MEREK
RENTAN
1.KOGNITIF
2.EFEKTIF
3.KONATIF
4.TINDAKAN
KUALITAS
BIAYA
MANFAAT
KEPUASAN
MELIBATK
AN,KESKA
AN,KONSIS
TENSI,KONI
TIF
KOMITME
N,KONSIST
ENSI,KOG
NITIF
KOMITME
N,TINDAK
AN,BIAYA
KUALITAS,
BIAYA,MA
NFAAT
KETIDAKS
ESUAIAN
PERSUSI
COBA
PERSUASI
COBA
PERSUASI
COBA
BERPINDAH
MEREK
2.1.2 Relationship Marketing
Satu hal yang sangat penting bagi perusahaan khususnya dalam
perbankan adalah membina hubungan yang baik dengan para nasabah,
pegawai, dan partnerpartner karena hubungan baik akan menentukan
nilai masa depan perusahaan yag bersangkutan. Relationship marketing
menurut Evans dan Laskin (1994) dalam Wibowo S, (20010) diartikan
sebagai proses dimana suatu perusahaan membangun aliansi jangka
31
panjang dengan pelanggan dan calon pelanggan, bekerjasama untuk
mencapai satu tujuan yang ditentukan. Tujuan tersebut dipenuhi
dengan memahami kebutuhan konsumen, memperlakukan konsumen
sebagai mitra, menjamin bahwa para pegawai memenuhi kepuasan
konsumen dan memberikan kualitas yang baik kepada konsumen.
Relationship
marketing
adalah
proses
berkelanjutan
yang
mensyaratkan suatu perusahaan agar menjalin komunikasi tetap dengan
konsumen untuk memastikan tujuan tercapai, dan memadukan proses
relationship
marketing
kedalam
rencana
strategik
sehingga
memungkinkan perusahaan mengelola sumber daya dengan baik dan
memenuhi kebutuhan konsumen di masa mendatang.
Lebih luas Kotler dan Keller (2007) menjelaskan bahwa kepuasan
berhubungan dengan perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan kinerja produk yang dirasakan
terhadap kinerja yang diharapkan. Jika kinerja produk tidak sesuai
dengan harapan, maka akan terjadi ketidakpuasan. Tetapi ketika suatu
produk memiliki kinerja sekurang-kurangnya sama atau melebihi
harapan pelanggan, maka akan tercipta kepuasan. Menurut Balaji
(2009) berdasarkan hasil studi pada Indian Mobile Service, kepuasan
pelanggan yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya kinerja
keuangan dengan menurunkan switching pelanggan, meningkatkan
loyalitas,
mengurangi
elastisitas
mempromosikan nilai positif dari
harga
dan
biaya
transaksi,
32
word
of
mouth
dan
meningkatkan
reputasi
dan
citra
perusahaan.Peningkatan hubungan dengan pelanggan nampaknya
menjadi salah satu faktor penting untuk tetap mempertahankan
loyalitas pelanggan tersebut.
Hubungan yang dibina tidak hanya sekedar hubungan jangka
pendek, melainkan hubungan jangka panjang. Untuk mewujudkan hal
tersebut, perusahaan tidak hanya berorientasi pada transaksi penjualan
saja, melainkan menjalin hubungan jangka penjang dengan konsumen
dan
pelanggan.
Maka,
pendekatanRelationship
Marketingperlu
diterapkan di dalam perusahaan. Kualitas sering dianggap sebagai
ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri dari kualitas
desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi
spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaianadalah ukuran
seberapa jauh suatu produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi
kualitas yang ditetapkan (Tjiptono, F dan Diana, A, 2002).
Relationship Marketingsangat relevan untuk dibahas dalam
pemasaran jasa, mengingat keterlibatan dan interaksi antara pelanggan
dan pemberi jasa begitu tinggi pada sebagian besar bisnis jasa. Menurut
Lupiyoadi (2006),“Pendekatan transactional marketing (pemasaran
yang hanya berorientasi pada transaksi) dengan sasaran penjualan yang
tinggi dalam jangka pendek menjadi kurang mendukung pada praktik
bisnis jasa, pendekatan yang lebih tepat digunakan adalah pendekatan
33
relationship marketing. Relationship marketing merupakan suatu
pendekatan
yang
menekankan
pada
usaha
menarik
dan
mempertahankan pelanggan melalui peningkatan hubungan perusahaan
dengan pelanggannya”.
Relationship marketing adalah cara usaha pemasaran pada
pelanggan
yang
meningkatkan
pertumbuhan
jangka
panjang
perusahaan dan kepuasan maksimum pelanggan. Pelanggan yang baik
merupakan suatu asset di mana bila ditangani dan dilayani dengan baik
akan memberikan pendapatan dan pertumbuhan jangka panjang bagi
suatu perusahaan. Tandjung (2004) menyatakan bahwa, Relationship
marketing adalah pertumbuhan, pengembangan, dan pemeliharaan
dalam jangka panjang yang menimbulkan hubungan biaya efektif
dengan pelanggan, pemasok, karyawan, dan partner-partner lain yang
saling menguntungkan. Relationship marketing merupakan suatu
praktik membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan
dengan pihakpihak kunci meliputi pelanggan, pemasok, dan penyalur
guna mempertahankan preferensi bisnis dalam jangka panjang.
Menurut Chan (2003), “Relationship marketing ditujukan untuk
menciptakan pengenalan bagi setiap pelanggan secara lebih dekat
melalui komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang
saling
menguntungkan
antara
pelanggan
dan
perusahaan”.
Relationship marketing merupakan upaya pengenalan kepada setiap
pelanggan secara
34
lebih dekat, menciptakan komunikasi dua arah dengan konsumen, dan
mengelola hubungan yang saling antara pelanggan dan konsumen.
Relationship marketing merupakan konsep yang dinamis, perilaku
pelanggan yang merupakan komponen utama untuk menentukan arah
kebijakan relationship marketing dari waktu ke waktu selalu berubah.
Relationship marketing merupakan interaksi yang penting dalam
menjalankan sebuah bisnis. Sebagaimana yang diungkapkan Ford
(2003), “Relationship as the pattern of interactions and the mutual
conditioning of behaviors over time, between company and a customer,
a supplier or another organization”. Maksudnya, pola interaksi dan
kondisi yang menguntungkan antara perusahaan dan konsumen,
pemasok, atau organisasi lainnya. Perusahaan berusaha melaksanakan
strategi di dalam menarik perhatian konsumen, pemasok, dan
memelihara anggota, serta mengelola hubungan dengan konsumen,
pemasok, dan perusahaan lain. Selain itu, konsep ini merupakan upaya
membangun hubungan yang lebih konstruktif dengan anggota terpilih
dalam mencapai sukses pemasaran jangka panjang.
Ada beberapa konsep inti relationship marketing, diantaranya menurut
Kotler (2003) adalah sebagai berikut:
1. Horizon Orientasi Jangka Panjang
Merupakan ciri utama relationship marketing. Keberhasilan
relationship marketing diukur dari seberapa lama pelanggan terjaga
dalam hubungan dengan perusahaan. Dengan demikian relationship
35
marketing juga menyangkut nilai estimasi mengenai nilai sepanjang
hidup konsumen.
2. Komitmen dan Pemenuhan Janji
Untuk dapat menjalin hubungan jangka panjang, relationship
marketing menekankan upaya pemeliharaan sikap percaya atau
kepercayaan, komitmen, dengan menjaga integritas masing-masing
melalui pemenuhan janji atau timbal balik, empati di antara kedua
belah pihak.
3. Pangsa Konsumen Bukan Pangsa Pasar
Relationship marketing tidak lagi pada konsentrasi pada pencapaian
pangsa pasar melainkan pada upaya untuk mempertahankan pelanggan.
4. Nilai Sepanjang Hidup Pelanggan
Perusahaan perlu mengidentifikasi pelanggan yang berpotensi menjalin
hubungan jangka panjang dan kemudian menghitung nilai hidup
pelanggan agar menguntungkan perusahaan.
5. Dialog Dua Arah
Untuk mencapai hubungan yang diinginkan, maka diperlukan
komunikasi dua arah.
6. Kustomisasi
Relationship marketing memberikan pemahaman yang lebih baik akan
tuntutan
dan
keinginan
konsumen,
penyediaan produk yang sesuai
sehingga
memungkinkan
dengan spesifikasi pelanggan.
36
Menurut Ford (2003)Relationship Marketingbisaberkembang melalui
tiga cara yaitu:
1. Interaction customer relationship, dimulai dari kontak pertama antara
sebuah kelompok dengan kelompok lain, di mana interaksi tersebut
merupakan komunikasi dua arah.
2. Coordinating activities, interaksi antara dua perusahaan yang berbeda
membutuhkan koordinasi aktivitas yang membantu terjalinnya hubungan
yang alami.
3. Adaptions, inti utama dari bisnis yang dilakukan oleh perusahaan adalah
menciptakan kepuasan bersama. Tidak ada hubungan yang dilakukan
tanpa melalui adaptasi karena adaptasi dapat menciptakan kondisi yang
menguntungkan.
Hubungan yang hangat bisa mencairkan kebekuan. Hubungan itu
harus didasarkan oleh prinsip-prinsip ketulusan dan saling mendukung,
bukan sekedar hubungan transaksional yang semu dan semata-mata
karena perintah kerja atau hanya untuk mencarai keuntungan semata.
Bila pemasar berdiri dipihak pelanggan dan memandang masalah yang
dihadapi
pelanggan
juga
sebagai
masalahnya
lalu
berusaha
memecahkan secara bersama-sama, maka hubungan jangka panjang ini
akan dirasakan oleh kedua belah pihak. Tujuan utama relationship
marketing
sebenarnya adalah untuk menemukan lifetime value dari pelanggan.
Setelah lifetimevalue didapat, tujuan selanjutnya adalah bagaimana
37
agar lifetime value masing-masing kelompok pelanggan dapat terus
diperbesar dari tahun ketahun. Setelah itu, tujuan ketiganya adalah
bagaimana menggunakan profit yang didapat dari dua tujuan pertama
untuk mendapatkan pelanggan baru dengan biaya yang relatif murah.
Dengan demikian, tujuan jangka panjangnya adalah menghasilkan
keuntungan terus menerus dari dua kelompok pelanggan yang sekarang
dan pelanggan baru (Chan S, 2003). Relationship Marketing biasanya
berhubungan dengan seseorang yang kita anggap sebagai sahabat, atau
dengan kata lain sejauh mana hubungan kita dengan seorang itu.
Relationship Marketing ini adalah adanya Trust (kepercayaan)
didalamnya, Trust karena kita memiliki teman yang sangat dipercayai
sehingga muncul komitmen dan komitmen ini merupakan syarat
penting di dalam membangun suatu hubungan.
Relationship yang kuat memiliki tiga karakteristik.
1. Relationship adalah suatu proses berkelanjutan yang panjang.
Dalam hal ini kita tidak bisa melakukan komunikasi yang
bersifat intim tetapi lebih pada yang bersifat umum.
2. Relationship adalah komitmen, komitmen yang kuat jika
masing-masing pihak rela melakukan investasi.
3. Di dalam Relatonship itu ada ketergantungan. Ketergantungan
yang baik adalah sifatnya sukarela. Sebuah kondisi dimana
pelanggan merasakan adanya manfaat dari ketergantungan
tersebut bukan karena dipaksa oleh pihak lain. Proses yang
38
dihadapi konsumen harus melahirkan suatu kenyamanan, dan
kesan yang tak terlupakan yang membentuk suatu proses alami
konsumen.
Lewat Relationship Marketing, perusahaan dapat memberikan
perhatian terhadap jaringan distribusi. Dengan demikian mereka akan
menerima produk perusahaan dan memajangnya ditempat-tempat yang
dapat terjangkau oleh penglihatan pelanggan. Relationship Marketing
juga dapat diterapkan kepada perusahaan pesaing. Caranya dengan
beraliansi dalam mengadakan penjualan produk yang sama. Ada
sejumlah persyaratan untuk menerapkan Relationship Marketing.
Pertama, harus ada kerjasama antara perusahaan dengan pihak yang
berhubungan dengan perusahaan. Kedua, kerjasama yang digalang
harus timbul dari saling percaya antara kedua belah pihak. Ketiga, harus
tercipta komitmen untuk menjaga hubungan yang telah ada.
Relationship Marketing mengisyaratkan perlunya intensitas dan
kualitas hubungan antara perusahaan dan eksternal customer nya,
karena harus inten, maka perlu diadakan fungsi khusus yang dijalankan
oleh orang-orang khusus pula yaitu Customer Relations. Dimasa lalu
konsumen masih dalam persepsi yang sempit sebagai pasar yang pasif,
lalu di dorong melalui serangkaian promotion mix strategy untuk
meningkatkan penjualan. Sekarang konsumen dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu internal dan external.Internal customer memiliki
kepentingan langsung untuk bertransaksi dengan perusahaan melalui
39
take and give berupa apapun baik produk ataupun jasa. Sedangkan
external customer merupakan kelompok di luar perusahaan dimana
mereka memiliki kepentingan atau objek kepentingan perusahaan.
Selain sisi teknologi, perusahaan perbankan dan pemasaranya juga
berlomba untuk memodifikasi strategi pemasaranya. Mereka semakin
mengerti bahwa nasabah adalah nyawa atau kehidupan bagi sebuah
perusahaan. Terutama nasabah yang loyal, harus tetap dijaga dan
dimanjakan agar tidak berpaling keperusahaan lain. Sebuah perusahaan
harus mempunyai strategi untuk dapat selalu mempertahankan
nasabahnya, disamping itu perusahaan harus bisa mengidentifikasikan
apa yang diharapkan atau yang diinginkan nasabah. Sehingga semua
produk yang ditawarkan, proses penawaran sampai pada cara
bertransaksi disesuaikan dengan keinginan setiap individu nasabah
tersebut (Chan S, 2003).
2.1.2.1 Indikator Relationship Marketing
Indikator Relationship Marketing antara lain (lupiyoadi 2006).
1.
Fokus nasabah jangka panjang
2.
Sungguh-sungguh mengutamakan kepentingan nasabah
3.
Nasabah selalu mendapatkan pelayanan personal
4.
Membuat komunikasi yan baik dengan nasabah
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Relationship Marketing
secara umum dapat di artikan proses memelihara pelanggan jangka
40
panjang. Dengan demikian Relationship Marketing adalah hubugan
jangka panjang Nasabah-nasabah PT. Bank Neara Indonesia
(persero) Tbk.
2.1.3 Customer Retention Orientation
Reichheld dan Sasser (2000) mengungkapkan bahwa customer
retention memiliki dampak yang lebih positif terhadap laba ketimbang
pangsa pasar, skala ekonomi, dan variabel keunggulan bersaing lainnya.
Chan et al., (2001) mengungkapkan peningkatan customer retention
sebesar lima persen akan meningkatkan pertumbuhan laba sebesar 2575 persen. Customer retentation orientation merupakan kegiatan yang
melibatkan kemampuan perusahaan untuk melakuan identifikasi apa
yang diinginkan oleh konsumen dan memasarkan barang dan jasa diatas
tingkat yang mereka harapkan. Tidak mudah untuk mengidentifikasi
apa yang diharapkan oleh seorang nasabah, nasabah ingin pemasar
mengetahui keinginan-keinginan mereka. Nasabah juga ingin pemasar
memahami prefensi, gaya hidup dan hobinya. Untuk memenuhi
keinginan nasabah yang semakin kompleks itu, sebuah perusahaan
harus bisa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang
nasabah dan menggunakanya pada saat yang tepat. Dengan demikian,
seorang pelanggan merasa membeli sesuatu produk atau jasa yang
sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Pengalaman kemitraan ada
ketika suatu perusahaan bekerja sama secara erat dengan konsumen dan
41
menambahkan pelayanan yang diinginkan oleh konsumen atas suatu
produk perusahaan.
Customer retention merupakan suatu kegiatan atau upaya yang
dilakukan oleh lembaga atau organisasi atau perusahaan agar loyalitas
pelanggan meningkat. Customer retention tidak dapat dilepaskan
hubungannya
dengan
consumen
behavior.
Keduanya
Saling
memengaruhi dan erat kaitannya. Consumen behavior itu sendiri
definisinya adalah perilaku yang diperagakan konsumen dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang atau tidak
menggunakan lagi produk dan jasa yang mereka harapkan dapat
memuaskan kebutuhannya. Kegiatan customer retention diwujudkan
melalui sebuah program atau strategi yang dibuat dan dilakukan oleh
sebuah perusahaan. Bisa berupa potongan harga, kartu keanggotaan,
dan programprogram istimewa lainnya.
Dalam setiap perusahaan pasti memiliki tujuan inti, utama, juga
sekunder. Tujuan intinya adalah meningkatkan market share, laba, juga
pendapatan. Tujuan utama adalah loyalitas pelanggan, menciptakan
peluang komunikasi, mendapatkan pelanggan baru, membangun
database
yang
kuat.
Sedangkan
tujuan
sekunder
adalah
mengembangkan solusi masalah, mendukung public relations, sarta
meningkatkan
frekuensi
penggunaan
dan
pembelian.
Untuk
mendapatkan hal tersebut tentu setiap perusahaan membutuhkan
konsumen yang menggunakan produk atau jasa perusahaan tersebut
42
tidak hanya sekali, namun juga dalam jangka waktu yang lama, dan
berkalikali. Seperti teori yang ada, tiga cara meningkatkan revenue atau
pendapatan suatu perusahaan adalah:
1. Mendapatkan lebih banyak pelanggan
2. Membuat pelanggan lebih sering datang atau menggunakan
jasa perusahaan.
3. Membuat pelanggan lebih banyak mengeluarkan uang untuk
barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan.
Dari teori ini dapat kita ketahui bahwa pelanggan memiliki makna
yang sangat penting bagi perusahaan. Tanpa pelanggan, suatu
perusahaan tidak akan dapat berjalan dengan baik dan tidak akan dapat
berkembang. Suatu perusahaan memang akan dapat berkembang jika
memiliki jumlah pelanggan yang terus bertambah. Namun suatu
perusahaan harus memikirkan secara jangka panjang dalam membina
hubungan dengan pelanggan, karena yang lebih sulit adalah bagaimana
membuat mereka terus membeli produk atau jasa perusahaan daripada
mendapatkan pelanggan baru. Lagi pula biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan pelanggan baru ternyata lima kali lebih banyak biayanya
dibandingkan dengan mempertahankan pelanggan yang lama. Kotler,
dalam bukunya manajemen pemasaran yang diterjemahkan oleh Hendra
Teguh, Ronny Rusli dan Benyamin Molan (2000) membagi manfaat
dari Relation Benefit menjadi tiga yaitu:
43
1.
Confidence Benefit Konsumen senang membeli pada orang
yang dikenalnya, karena merasa resikonya berkurang.
2.
Social Benefit Setelah memiliki Relationship, maka konsumen
tidak akan merasa asing terhadap suatu tempat walaupun
banyak orang.
3.
Special Treatment Benefit Karena dianggap sebagai customer
yang loyal maka konsumen akan mendapat special deal,
discount, pelayanan cepat. Relationship Marketing juga terkait
dengan Customer Relations, Customer Relations merupakan
output dari konsep Relationship Marketing yang belakangan
juga menjadi perhatian banyak praktisi pemasaran. Artinya
perusahaan melakukan hubungan yang berkesinambungan baik
dengan konsumen maupun unsur-unsur yang berhubungan
dengan permasaran. Baik distributor, pemasok, peritel atau
bahkan dengan perusahaan pesaing.
Ada banyak keuntungan yang akan didapatkan oleh perusahaan
apabila perusahaan membina hubungan jangka panjang dengan
pelanggan. Beberapa diantaranya adalah:
1. Pembeli mengeluarkan uang 10% lebih banyak untuk
membeli produk yang sama dengan pelayanan yang lebih
baik.
2. Jika pembeli menerima pelayanan yang baik, mereka akan
mengatakan kepada rata-rata 9-12 orang lain, dan akan
44
mengatakan kepada lebih dari 20 orang jika menerima
pelayanan yang buruk.3. 82% pembeli akan membeli lagi
produk yang sama di perusahaan yang sama jika keluhan
mereka didengarkan dan dilayani dengan baik.
Inilah kemudian mengapa customer relations sangat penting
dilakukan oleh suatu perusahaan, dan perusahaan mulai merasa bahwa
program untuk meningkatkan loyalitas pelanggan harus dan wajib
dilakukan. Untuk itulah diadakan customer retention, yaitu upaya yang
dilakukan oleh lembaga atau organisasi atau perusahaan agar loyalitas
pelanggan meningkat, ditunjukkan melalui pelayanan yang diberikan
perusahaan dimana di dalamnya terdapat program-program atau strategi
yang digunakan oleh perusahaan. Apalagi saat ini, perkembangan jaman
sudah sangat maju, dan pelanggan semakin lama semakin pintar dan
mengetahui hak-hak nya. Terjadi perubahan perilaku pelanggan, dan ini
merupakan suatu tantangan bagi perusahaan dalam membuat program
retention yang menarik bagi pelanggan sehingga pelanggan tidak lari
kepada perusahaan kompetitor.
Customer retention dilakukan oleh suatu perusahaan agar terjadi
pembelian kembali dari konsumen atau pelanggannya. Agar terjadi
loyalitas pelanggan. Jika pelanggan sudah melakukan pembelian
kembali dan secara konsisten terus memakai produk dan jasa yang
dikeluarkan oleh perusahaan, maka tujuan inti, pokok, bahkan tujuan
sekunder yang telah disebutkan diatas dari suatu perusahaan dapat
45
tercapai. Akhirnya perusahaan pun dapat berkembang pesat, juga
mendapatkan image yang positif dari masyarakat.
Dalam strategi marketing, kita mengenal dua macam strategi yakni
strategimencari pelanggan baru dan strategi mempertahankan pelanggan
yang sudah ada customer retention. Kedua strategi tersebut dapat
dilaksanakan secara bersamaan, tetapi strategi mempertahankan
pelanggan customer retention selayaknya mendapatkan perhatian yang
lebih besar. Ini berarti, organisasi harus selalu berupaya agar para
pelanggannya selalu merasa puas dan melakukan pembelian ulang.
Kotler (2002) menyatakan, bahwa pelanggan dikatakan loyal apabila
merekamempunyai komitmen yang kuat untuk menggunakan atau
membeli lagi secararutin suatu produk dan ada niat untuk memakai
produk tersebut di masa yang akandatang. Beberapa pertimbangan
dalam membangun pelayanan kemitraan menurut
Evans dan Laskin (1994) dalam Wibowo S, (2006) adalah :
1.
kedua pihak yaitu pembeli dan penjual memiliki fokus yang
sama mengenai
kebutuhan spesifik yang ingin dicapai
masing-masing harus merasa dalam posisi “win-win”,
2.
kedua pihak merupakan kolaboratif yang harus bekerjasama
mencapai tujuan yang sama.
3.
kedua pihak harus melakukan antisipasi adanya masalah.
Total Quality Management atau manajemen mutu terpadu
dapat dilihat sebagai pendekatan utama untuk mendapatkan
46
kepuasan pelanggan dan keuntungan industri. Industri harus
memahami bagaimana pelangganya memandang mutu dan
tingkat
mutu
yang
diharapkan
pelanggan
dengan
mendefinisikan hubungan antara keinginan konsumen
kedalam atribut-atribut barang atau jasa secara tepat.
Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa
manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggan
menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik pada pembelian ulang
dan terciptanya loyalitas pelanggan dan membentuk suatu rekomondasi
dari mulut kemulut word of mounth yang menguntungkan bagi
perusahaan. Pelanggan selalu membentuk suatu harapan nilai dan
bertindak atas dasar harapan nilai yang diperoleh, sehingga mereka
mengerti suatu tawaran yang benarbenar memenuhi harapan nilainya
dan sekaligus berpengaruh kepada kepuasan pelanggan yang pada
akhirnya seorang pelanggan akan melakukan pembelian kembali.
Kunci utama untuk memenangkan persaingan adalah memberikan
nilai dan kepuasan kepada konsumen melalui penyampaian produk dan
jasa yang berkualitas dengan harga bersaing. Dalam membeli suatu
produk, konsumen biasanya berusaha memaksimalkan nilai yang
dirasakanya. Berikut definisi tentang kepuasan konsumen menurut
Kotler, P (2001), Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan
harapan sebelum membeli atau mengkonsumsi suatu barang atau jasa.
47
Kepuasan konsumen dapat tercapai apabila kebutuhan, keinginan dan
harapan konsumen terpenuhi.
Dengan mengetahui ada yang diinginkan oleh konsumen, akan
memudahkan perusahaan dalam
mengkomunikasikan produknya
kepada target konsumenya. Pada umumnya penelitian mengenai
kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survei, baik melalui
pos, telepon maupun wawancara pribadi melalui survei perusahaan
yang akan diperoleh tanggapan dan umpan balik (feed back) secara
langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda positif bahwa
perusahaan memberikan perhatian khusus terhadap para pelangganya
(Tjiptono, F 1997). Tujuan utama dari relationship marketing adalah
meningkatkan kepuasan konsumen agar menjadi pelanggan yang setia
kepada
perusahaan,
Banyak
pakar
organisasi
yang
mencoba
mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangya masing-masing.
Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara
universal, dari definisi-definisi yang ada terdapat kesamaan, yaitu
dalam elemen-elemen sebagai berikut :
1.
Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan.
2.
Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
3.
Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
48
Berdasarkan
elemen-elemen
tersebut,
maka
kualitas
dapat
didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan (Goets dan Davis dalam Tjiptono, F dan Diana, A
2002)
2.1.3.1 Indikator Customer Retention Orientation
Adapun indikator Customer Retention Orientation menurut (Adglow
2011) Sebagai berikut:
1. Kualitas dalam memelihara nasabah dan memberikan layanan
denan tepat
2. Sesuai kebutuhan nasabah
3. Sikap simpatik untuk menyelesaikan masalah nasabah
4. Mempertahankan nasabah
5. Material dan fasilitas fisik lain yang tampak menarik
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Customer Retention
Orientation secara umum dapat di artikan proses memertahankan
pelanggan. Dengan demikian Customer Retention Orientation adalah
memelihara Nasabah-nasabah PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk.
49
2.2PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil-hasil penelitian
terdahulu yang pernah di lakukan, hasil penelitian yang di jadikan
perbandingan tidak terlepas dari topik Relationship marketing dan
Customer retentation orientation.
Bloemer dkk (2000) dalam
penelitiannya menekankan arti pentingnya pembentukan loyalitas bank
sebagai dasar bagi bank untuk bertahan dan menghadapi persaingan.
Loyalitas nasabah terhadap suatu bank dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti citra baik yang dimiliki bank tersebut, kualitas pelayanan
yang diberikan dan kepuasan terhadap bank. Faktor- faktor tersebut
memegang peran penting dalam meningkatkan posisi persaingan bank.
Ketiga faktor tersebut dapat diwujudkan dengan strategi Relationship
Marketing.
1.
Penelitian yang di lakukan Khairman Yulianartha Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa
Timur 2010 Pengaruh Customer Relationship Management
terhadap loyalitas pelanggan pada Rama Jaya Finess Centre di
Surabaya.
Hasilnya
Customer
Relationship
Management
berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada Rama Jaya Finess
Centre. Relationship marketing merupakan cara yang efektif dalam
membangun loyalitas.
50
2.
Febrina Rosinta (2012) meneliti dengan judul “Pengaruh relationship
marketing dan layanan Terhadap Loyalitas Nasabah PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) tbk di Cabang Malang” mengemukakan bahwa
Terdapat pengaruh yang kuat dan positif antara variabel relationship
marketing dan layanan terhadap loyalitas nasabah pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) tbk di Cabang Malang. Hal ini terbukti
dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebesar 72,9% variabel
relationshipmarketing dapat dijelaskan oleh variabel loyalias,
sedangkan sisanya sebesar 27,1% dipengaruhi oleh faktor lain di luar
variabel kualitas layanan
51
Tabel 2.1 : Penelitian terdahulu
No
1.
2.
Nama Peneliti,
Tahun
Febrina
Rosinta, 2012
Khairman
Yulianarha
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Pembagunan
Nasional
“VETERAN”
jawa timur
2010
Judul Penelitian
Pengaruh
relationship
marketing dan
layanan
Terhadap
loyalitas nasabah
PT. Bank Rakyat
Indonesia
(Persero) Tbk
Cabang Malang
Pengaruh
Customer
Relationship
Managemen
terhadapat
loyalitas
pelanggan pada
Rama Jaya
finess Center di
Surabaya.
Jenis
Variabel
Bebas :
Relationship
dan Layanan
Alat Uji
Statistik
Amos
versi
16.0
Terikat :
Loyalitas
Nasabah
Bebas:
Customer
Relationship
Managemen
Terikat:
Loyalitas
Nasabah
Hasil Penelitian
Terdapat pengaruh yang
kuat dan positif antara
variabel realtinship
marketing terhadap
loyalitas nasabah pada
PT.
Bank Rakyat Indonsia
(persero) tbk di
Cabang Malang. Hal ini
terbukti dari hasil
penelitian yan
menunjukan bahwa
sebesar 72,9% variabel
Relationship marketing
dapat di jelaskan oleh
variabel loyalitas
sedankan sisanya
sebesar27.1% di
pengaruhi oleh faktor
lain di luar variabel
kualitas layanan.
SPSS
Customer Relationship
Managemen pengaruh
siknifikan terhadap
loyalitas pada Rama
Jaya Fincess Center di
Surabaya.
52
2.3KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubugan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi seagai
masalah peting. Kerangka konseptual merpakan sintesa tentang hubungan
antara vaiabel yang di susun dari berbagai teori yang telah di deskripsikan.
Selanjutnya berdasarkan teori-teori yang telah di deskripsikan tersebut,
dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang
hubungan antara variabel yang telah di teliti. Sintesa tentang hubugan variabel
ini selanjunya digunakan untuk merumuskan hiptesis, Sugiyono (2011).
Berikut kerangka konseptual yang dapat di jelas
Gambar 2.2 Kerangka konseptual
Keterangan:
= Indikator
−──►
= Pengaruh
53
2.4HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian di atas, Penelitian dapat menemukan hipotesis
sebagai berikut:
1.
Ada pengaruh relationship marketing dan customer retentation
orientation secara simultan berpengaruh tehadap loyalitas nasabah
PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk di Cabang Gresik.
2.
Ada pengaruh relationship marketing dan customer retentation
orientation secara persial berpengaruh terhadap loyalitas nasabah
PT.Bank Negara Indonesia (persero) Tbk di Cabang Gresik
Download