CDK-199_vol39_no11_th2012 ok.indd

advertisement
BERITA TERKINI
Sedasi Midazolam pada
Pasien Sirosis
total kembali setelah 6 jam secara spontan. Di
antara pasien yang mengalami ensefalopati
hepatik, 87,5% (7 pasien) tergolong kelas C
Child-Pughdan 1 pasien (12,5%) kelas B ChildPugh.
Sebelumnya, sebuah studi juga telah dilakukan
untuk tujuan yang sama. Sebanyak 201 pasien
yang diketahui mengidap penyakit hati kronik
(Chlid-Pugh A, B, C) direkrut. Pasien dengan
perdarahan gastrointestinal aktif, ensefalopati
hati pada 2 minggu terakhir, hepatoma, dan
keganasan lanjut dikeluarkan dari studi. (0,5-1
mg) diberikan parenteral, penambahan dosis
dengan interval sekitar 1-3 menit hingga
tingkat sedasi yang memuaskan tercapai;
saturasi oksigen dan denyut nadi diukur
secara kontinu selama prosedur. Selama
periode pemulihan, derajat kewaspadaan
diukur setelah 2, 4, dan 6 jam; waktu untuk
pemulihan kesadaran juga dicatat.
Usia rata-rata pasien yang diteliti adalah 51
tahun dengan kisaran 12-75 tahun (56,2%
pria, 43,8% wanita). Etiologi sirosis pada 79,1%
pasien adalah infeksi HCV, sedangkan 13,4%
pasien karena infeksi HBV. Sebanyak 1% pasien
mengidap sirosis yang terkait HBV dan HDV,
6,5% pasien menderita sirosis dengan sebab
lain. Sebanyak 19,9% pasien tergolong Child A,
44,8% tergolong Child B, dan 34,8% tergolong
Child C. Dosis rata-rata yang diberikan adalah
3 mg dengan kisaran 2-7 mg.
E
ndoskopi saluran cerna bagian atas
sering dilakukan pada pasien sirosis
untuk diagnosis dan terapi komplikasi
hipertensi portal. Midazolam merupakan
obat yang biasa digunakan dan mudah
pemberiannya untuk sedasi, tetapi midazolam
secara ekstensif dimetabolisme oleh hati, dan
pada pasien sirosis dapat meningkatkan risiko
ensefalopati hepatik.
Sebuah studi telah dilakukan untuk menilai
frekuensi ensefalopati hepatik yang nyata
secara klinis pada pasien sirosis yang menjalani
endoskopi diagnostik atau terapeutik
gastrointestinal bagian atas dengan untuk
sedasi. Studi dilakukan antara Januari 2009
hingga Januari 2011 pada 191 pasien yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk
dalam kriteria eksklusi.
Pemberian IV dilakukan secara bertahap,
saturasi oksigen dan denyut nadi dipantau
selama prosedur. Selama periode pemulihan,
derajat kewaspadaan diukur setelah 2, 4, dan
6 jam menggunakan skor kewaspadaan dan
sedasi; waktu pemulihan total juga dicatat. Usia
rata-rata pasien 51,3 tahun, dengan rentang
usia 12-75 tahun, kebanyakan pasien pria
(56,5%). Sebanyak 4,2% (8 pasien) mengalami
kantuk dan ensefalopati hepatik yang nyata
secara klinis pada prosedur penilaian setelah
2 dan 4 jam. Namun, semua pasien sadar
Sebanyak 5% (10 pasien) mengalami
ensefalopati hepatik yang nyata secara klinis
setelah prosedur, 9 pasien mengantuk, dan
hanya 1 pasien yang mengalami stupor pada
penilaian setelah 2 jam yang masih mengantuk
hingga 4 jam. Semua pasien tersebut kembali
sadar penuh setelah 6 jam secara spontan.
Ensefalopati hepatik secara bermakna terkait
dengan kelas Child (p=0,007), tetapi tidak
dengan usia (p=0,146).
Simpulannya, dapat digunakan secara aman
pada pasien sirosis Child A dan B yang
menjalani endoskopi saluran cerna bagian
atas untuk sedasi sadar, tetapi harus hati-hati
pada pasien dengan penyakit hati lanjut. (EKM)
REFERENSI:
1.
Haq MM, Faisal N, Khalil A, Haqqi SA, Shaikh H, Arain N. Midazolam for sedation during diagnostic or therapeutic upper gastrointestinal endoscopy in cirrhotic patients. Eur J Gastroenterol
Hepatol. 2012;24(10):1214-8.
2.
McGuire BM. Safety of endoscopy in patients with end stage liver disease. Gastrointest Endosc Clin North Am. 2001;11:111-30.
CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012
857
Download