III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi

advertisement
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian
“Analisis Indeks Kerentanan Pesisir Sebagai Upaya
Pananggulangan Abrasi Di Pantai Anyer Kabupaten Serang Provinsi Banten”
terletak
di wilayah
administratif
Kabupaten Serang.
Kabupaten Serang
merupakan salah satu dari empat kabupaten di Provinsi Banten, terletak di ujung
bagian utara Pulau Jawa dengan jarak ± 70 km dari kota Jakarta, ibukota negara
Indonesia. Luas wilayah secara administratif tercatat 1.467,35 km2 yang terbagi
atas 28 wilayah kecamatan dan 320 desa.
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Serang
(Sumber : Google Earth)
Secara geografis wilayah Kabupaten Serang terletak diantara 5°50' - 6°21' Lintang
Selatan dan 105°7' 106°22' Bujur Timur. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari
Utara ke Selatan adalah sekitar 60 km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur
adalah sekitar 90 km, sedangkan Batas-batas wilayah administrasi Kabupaten
Serang, adalah sebagai berikut:
III-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
• Sebelah Utara dibatasi dengan Laut Jawa
• Sebelah Timur dibatasi oleh Kabupaten Tangerang
• Sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak
• Sebelah Barat dibatasi oleh Kota Cilegon dan Selat Sunda
Secara umum wilayah Kabupaten Serang berada pada ketinggian kurang dari 500
meter dpl dan tersebar pada semua wilayah. Kemiringan tanah atau lereng selain
mempengaruhi bentuk wilayah juga mempengaruhi tingginya perkembangan
erosi.
Pantai Anyer Serang sendiri terletak di Lintang -06º03’ LS dan Bujur 105º56’ BT
dan terletak di Kecamatan Anyer Kabupaten Serang Provinsi Banten berjarak 38
km dari pusat Kota Serang. Ketinggian tempat pantai Anyer yang dijadikan tempat
observasi tempat rukyah yaitu 10 km dari permukaan laut (dpl). Laut di Anyer
adalah laut Jawa yang terkenal dalam tetapi ombaknya tidak sebesar laut selatan
(Samudera Hindia).
Gambar 3.2 Peta lokasi pantai Anyer
(Sumber : Google Earth)
III-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.2
Variabel dan Indikator
Dalam penilaian kerentanan pesisir digunakan variabel dari faktor fisik. Variabel
dan indikatornya dalam kajian kerentanan pesisir yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1) Geomorfologi pantai, indikatornya adalah adanya bentuk lahan yang
mengindikasikan ketahanan suatu bagian pantai terhadap erosi dan akresi
akibat kenaikan muka air laut.
2) Elevasi atau ketinggian pantai (m), indikatornya adalah adanya wilaya h
yang rendah berkaitan dengan kelemahan
suatu pantai oleh bahaya
penggenangan dan dengan kecepatan mundur atau majunya garis pantai.
3) Laju perubahan garis pantai (m/tahun), indikatornya adalah adanya erosi
atau akresi pantai yang mengindikasikan seberapa cepat suatu bagian dari
garis pantai telah mengalami erosi (pengikisan) atau akresi (penambahan).
4) Rata-rata tunggang pasang surut (m), indikatornya adalah perbedaan
tunggang pasang surut yang berkontribusi pada bahaya penggenangan pantai.
5) Laju kenaikan muka air laut (mm/tahun), berhubungna dengan bagaimana
kenaikan muka air laut global mempengaruhi suatu bagian dari garis pantai.
Semakin tinggi laju kenaikan muka air laut akan meningkatkan bahaya erosi
dan penggenangan.
6) Tinggi gelombang rata-rata (m), indikatornya adalah semkain tinggi
gelombang
akan mempengaruhi
perubahan garis pantai dan kondisi
geomorfologi daerah tersebut.
III-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.3
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitia n.
Sedangkan data sekunder adalah data yang langsung bisa diperoleh dari instans iinstansi pemerintah yang terkait. Adapun metode perolehan data sekunder dalam
tugas akhir ini dilakukan dengan cara metode literatur yaitu suatu metode yang
digunakan
untuk
mendapatkan
data
dengan
cara
mengumpulka n,
mengidentifikasi dan mengolah data.
Tabel 3.1 Informasi dan Sumber Perolehan Data
No.
Jenis Data
Data
Geomorfologi
Sumber Data
Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Badan
Informasi Geospasial (BIG) skala 1:25000
Tanggal
2.
Data
Perubahan
Garis Pantai
Citra Satelit Landsat dari USGS Earth
Explorer (http://earthexplorer.usgs.gov/),
Pencitraan Google Earth
31 Desember
2000 s/d 23
April 2014
3.
Data Elevasi
Global Digital Elevation Model (GDEM)
dari USGS Earth
(http://earthexplorer.usgs.gov/)
17 Oktober
2011
4.
Data
Kenaikan
Muka Air laut
Kombinasi satelit TOPEX Poseidon,
Jason-1, dan Jason-2
(http://www.aviso.altimetry.fr/en/data/prod
ucts/ocean-indicators-products/mean-sealevel.html)
1993-2015
5.
Data Pasang
Surut
Laboratorium Data Laut dan Pesisir, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Laut dan Pesisir, Badan litbang Kelautan
dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan
Perikanan
2010-2015
6.
Data Tinggi
Gelombang
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) Kemayoran Jakarta
Pusat
2010-2014
1.
2012
III-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pengolahan data digunakan untuk mendapatkan nilai dari masing- mas ing
parameter kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka laut. Parameter tersebut
selanjutnya diberikan nilai untuk kemudian disatukan menjadi indeks kerentanan
pesisir dengan menggunakan persamaan Coastal Vulnerability Index (CVI) dari
Gornitz (1997) dan Pendleton (2005).
Adapun metode perolehan data sekunder dalam tugas akhir ini dilakukan dengan
cara metode literatur yaitu suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan data
dengan cara mengumpulkan, mengidentifikasi dan mengolah data. Pengolaha n
data digunakan
untuk
mendapatkan
nilai
dari masing-masing
parameter
kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka laut. Parameter tersebut selanjutnya
diberikan nilai untuk kemudian disatukan menjadi indeks kerentanan pesisir
dengan menggunakan persamaan Coastal Vulnerability Index (CVI) dari Gornitz
(1997) dan Pendleton (2005).
3.3.1
Data geomorfologi
Data yang diperlukan untuk mengidentifikasi kelas geomorfologi dapat diperoleh
dari Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Badan Informasi Geospasial (BIG). Jenis
data RBI yang digunakan adalah data land used (tata guna lahan) dengan skala
1:25000. Peta tersebut selanjutnya dipindai (scan) sehingga diperoleh peta digita l
dengan format *.jpg. Sebelum dilakukan pengolahan, peta tersebut dikoreksi
terlebih dahulu dengan menggunakan program Global Mapper 9. Koreksi peta ini
bertujuan agar memiliki koordinat yang tepat. Peta yang sudah dikoreksi tersebut
selanjutnya didigitasi sehingga didapatkan data tata guna lahan berupa air tawar,
hutan rawa, pasir, semak/belukar, rawa, rumput/tanah kosong, pemukima n,
empang, tegalan, kebun, dan sawah irigasi. Data tata guna lahan tersebut
III-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
kemudian dikelaskan berdasarkan kelas indikator yang dikemukakan oleh Gornitz
dan White (1992). Kelompok-kelompok jenis tutupan lahan tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Daratan aluvial, meliputi empang, penggaraman, sawah irigasi, sawah tadah
hujan, tegalan/ladang, kebun/perkebunan
2.
Rawa payau, meliputi semak/belukar dan rawa
3.
Hutan mangrove
4.
Bangunan pantai, meliputi gedung dan pemukiman
5.
Air tawar, meliputi estuari, lagoon dan delta
6.
Pantai berpasir meliputi pasir pantai dan pasir darat
Setelah dilakukan koreksi pada Peta Rupa Bumi Indonesia maka dilakukan survey
topografi dan batimetri. Survei topografi adalah suatu metode untuk menentuka n
posisi tanda-tanda buatan manusia
maupun alamiah diatas permukaan tanah.
Survei topografi juga digunakan untuk menentukan konfigurasi medan (terrain).
Kegunaan survei topografi adalah untuk mengumpulkan data yang diperluka n
untuk gambar peta topografi. Gambar peta dari gabungna data akan membentuk
suatu peta topografi. Sebuah topografi memperlihatkan karakter vegetasi dengan
memakai tanda-tanda yang sama seperti halnya jarak horizontal diantara beberapa
tanda-tanda dan elevasinya masing-masing diatas daerah tumbuh tertentu.
Batimetri adalah ilmu yang mempelajari kedalaman dibawah air dan studi tentang
tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya
menampilkan relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontur yang disebut
kontur kedalaman, dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informas i
navigasi permukaan.
III-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.3.2 Data Perubahan garis pantai
Perubahan garis pantai dapat diperoleh dengan menggunakan metode one line
model yang merupakan model sederhana (Zacharioudaki & Dominic, 2010) yang
dikenal juga sebagai metode garis. Metode ini digunakan dalam one line model
untuk mendeskripsikan pergerakan garis pantai kontur tunggal terhadap respon
gelombang yang dikonversi dari kecepatan angin (Komar, 1984; Suntoyo, 1995).
Keberadaan struktur pelindung seperti tanaman bakau maupun revetment tidak
dipertimbangkan dalam model ini.
One line model yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada persamaan
(Komar, 1984):
𝟏 𝝏Qs
𝝏𝒀
=
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (πŸ‘. 𝟏)
𝝏𝒕 𝒅𝒃 𝝏𝒙
Dimana Y jarak garis pantai dengan garis referensi , db kedalaman gelombang
pecah, Qs transpor sedimen sepanjang pantai, t waktu dan x absis searah pantai.
Trasnpor sedimen sepanjang pantai dihitung menggunakan persamaan empiris:
𝑸𝒔 = πŸ”. πŸ–πŸ“ × πŸπŸŽ−πŸ“ (𝑬π‘ͺ𝒏)𝒃 𝐬𝐒𝐧 ∝ 𝒃 𝐜𝐨𝐬 ∝ 𝒃 … … … … … … … . (πŸ‘. 𝟐)
Dimana E energi gelombang, Cn group celerity gelombang, αb sudut gelombang
pecah.
3.3.3 Data Elevasi
Digital
Elevation
menggambarkan
Model (DEM)
bentuk
topografi
merupakan
permukaan
salah
bumi
satu model
sehingga
untuk
dapat
divisualisasikan dalam bentuk 3 dimensi. Data elevasi yang digunakan dalam
III-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
penelitian ini adalah data Global Digital Elevation Model (GDEM) turunan dari
satelit ASTER. Cakupan data GDEM hampir seluruh permukaan bumi dan
mempunyai resolusi spasial yang cukup bagus yaitu 30 meter dengan akurasi
ketinggian 20 meter (ASTER GDEM, 2009). Data GDEM selanjutnya diolah
dengan perangkat lunak Global Mapper 9, untuk menentukan area of interest,
kemudian dilakukan pengolahan data dengna menggunakan perangkat lunak
ArcGIS 9.3. Pengolahan GDEM untuk menghasilkan parameter elevasi, dimana
nilai elevasi tersebut kemudian diklasifikasikan sesuai dengan indeks kerentanan
yang ditentukan oleh Gornitz (1991).
3.3.4 Data Kenaikan Muka Air Laut
Satelit altimetry Topex/Poseidon (T/P) dan Jason 1-Jason 2 merupakan satelit
yang mempunyai misi untuk mempelajari dinamika laut global dan fenomena
pasang surut air laut. Data yang dihasilkan berformat Network Common Data
Form (NetCDF) menggunakan sistem grid berukuran 0,25º x 0,25º atau kurang
lebih berukuran 27,8 x 27,8 km dengan cakupan seluruh dunia.
Pengolahan data trend kenaikan muka air laut diawali dengan mengekstrak data
berformat NetCDF dengan menggunakan Ocean Data View (ODV) menjadi data
berformat teks pada area yang di inginkan. Data dengan format teks tersebut
kemudian diinterpolasi dengan perangkat lunak surfer 9. Interpolasi data ini
dilakukan
untuk
mengisi
kekosongan
data. Ukuran spasial grid
dalam
menginterpolasi disesuaikan dengan ukuran sel yaitu 1km x 1km. Selanjutnya
hasil interpolasi tersebut dipotong (Cropping) sesuai dengan daerah kajian dan di
ekspor menjadi data berformat *.xyz dengan menggunakan Global Mapper 9.
Proses terakhir untuk memasukkan nilai terdekat dengan sel garis pantai maka
III-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan
overlay
dengan sel garis pantai dan proses digitasi
dengan
menggunakan Surfer 9.
3.3.5 Data Pasang Surut
Analisis pasang surut dilakukan untuk mendapatkan komponen-kompo ne n
penyusunan pasang surut yang kemudian digunakan untuk meramal fluktuas i
muka air pasang surut, yang kemudian digunakan untuk menentukan elevasielevasi penting (acuan) untuk pengukuran ketinggian (elevasi) didarat maupun
kedalaman perairan.
Analisa data pasang surut dapat dilakukan dengan menggunakan metode
admiralty.
1) Perhitungan Pasang Surut dengan Menggunakan metode Admiralty
Peramalan Gelombnag dengan menggunakan metode Admiralty memilik i
beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan metode Doodson Rooster. Jika
menggunakan metode Admiralty adalah sebagai berikut :
ο‚·
Didalam menentukan tipe pasang surut dengan menggunakan metode
admiralty, terlebih dahulu ditentukan parameter-parameter pasang surut
antara lain S0 , M2 , S2 , N 2 ,K2 , K 1 , O 1 , P1, M4 , MS4 . Dengan menggunaka n
parameter-parameter hasil perhitungan maka dapat ditentukan nilai F
(Formzahl) dimana nilai F inilah yang akan dipakai untuk menentuka n
tipe pasang surut yang sudah terjadi.
𝑭=
π‘²πŸ (𝑨) + 𝐎𝟏 (𝑨)
… … … … … … … … … … … … … … . (πŸ‘. πŸ‘)
π‘΄πŸ (𝑨) + π‘ΊπŸ (𝑨)
III-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dimana :
ο‚·
a. 0<F<0.25
: Pasang Surut Semi Diural Murni
b. 0.25<F<1.5
: Pasang Surut Campuran Semi Diural
c. 1.5<F<3
: Pasang Surut Campuran Diural
d. F<3.0
: Pasang Surut Diural Murni
Sedangkan penentuan elevasi muka air dilakukan dengan menggunaka n
rumusan sebagai berikut :
HHWL
= S0 + 1.2 (M2 + S2 + N 2 + K1 + O1 )...........................(3. 4)
LLWL
= S0 – 1.2 (M2 + S2 + N2 + K1 + O1 )............................(3.5)
3.3.6 Data Gelombang
Data gelombang didapat dengan cara melakukan Hindcasting. Hindcasting
adalah salah satu cara peramalan gelombnag dengan melakukan pengolahan data
angin berdasarkan kondisi/keadaan metereologi di masa yang telah lewat (Subdit
rawa dan Pantai, 1997 dalam Kadek Oka Mahendra, 2011). Objek gelombang
yang akan diramal merupakan gelombang laut dalam suatu perairan dan
dibangkitkan oleh angin, yang merambat kearah pantai lalu pecah beriringa n
dengan semakin dangkalnya perairan menuju
ke pantai. Dari peramalan
gelombang akan menghasilkan data tinggi dan periode gelombang pada setiap
data angin. Adapun data yang dibutuhkan dalam peramalan gelombang berupa
data angin rata-rata per jam yang dikonversi menjadi wind stress factor (Ua),
panjang fetch efektif dan lama hembus angin yang nantinya di plot ke dalam grafik
peramalan gelombang.
III-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Faktor Tekanan Angin
Pada peramalan gelombang, digunakan data angin di permukaan laut pada lokasi
pembangkitan. Data peramalan gelombang diperoleh melalui pengukuran angin
langsung diatas permukaan laut ataupun pengukuran angin di darat di dekat lokasi
peramalan yang di konversi menjadi data angin laut. Adapun konversi-konver s i
kecepatan angin adalah sebagai berikut :
1) Konversi berdasarkan elevasi
Di dapati beberaa rumus dan grafik
untuk memprediksi gelombna g
didasarkan pada kecepatan angin yang di ukur pada y = 10 meter. Apabila
angin tidak di ukur pada elevasi y = 10 meter, maka perlu konversi pada
kecepatan tersebut. Maka dari itu digunakan persamaan sebagai berikut :
𝟏𝟎 𝟏
𝑼(𝟏𝟎) = 𝑼(π’š)( )πŸ• … … … … … … … … … … … … . . (πŸ‘. πŸ”)
π’š
Dengan :
U10 = kecepatan angin pada ketinggian 10 meter.
2) Konversi berdasarkan Kecepatan Angin
Pada umumnya pengukuran angin dilakukan di daratan, sedangkan di dalam
rumus-rumus
pembangkitan gelombang
digunakan data angin di atas
permukaan laut. Oleh sebab itu di perlukan konversi dari data angin di
permukaan laut. Dapat di tunjukkan hubungan antara data angin di daratan
dan data angin di atas permukaan laut melalui persamaan sebagai berikut :
U = R T. RL. U(10).............................................................(3.7)
III-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dengan :
RT
= Konversi akibat perbedaan temperature udara dan air
RL
= Konversi akibat pencatatan angin di daratan
RL
= UW /UL
U(10)
= Kecepatan angin pada ketinggian 10 meter
a) Faktor Tegangan Angin
Pada rumus-rumus dan grafik pembangkit gelombang mengand ung
variabel UA yang merupakan faktor tegangan angin (wind stress faktor)
yang
dapat
dihitung
dari
kecepatan
angin.
Kecepatan
angin
dikonversikan pada faktor tegangan angin dengan persamaan sebagai
berikut :
UA = 0.71 U1,23 ..............................................................(3. 8)
Dengan :
UA = Kecepatan angin dalam m/d
B. Fetch
Fetch adalah panjang daerah dimana angin dapat berhembus dengan kecepatan
dan arah konstan. Di dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch
dibatasi oleh daratan yang mengelilingi laut. Di dalam pembentukan gelombang,
gelombang tidak hanya dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin
tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin (Triatmodjo, 1999). Fetch
rerata efektif diberikan oleh persamaan berikut :
𝑭𝒆𝒇𝒇 =
∑ π’™π’Š 𝐜𝐨𝐬 𝜢
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (πŸ‘. πŸ—)
∑ 𝐜𝐨𝐬 𝜢
III-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dengan :
Feff
= Fecth rerata efektif (m)
Xi
= Panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke
ujung akhir fetch (m)
α
= Deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunaka n
pertambahan 6º sampai 42º pada kedua sisi dari arah angin.
3.3.7 Survei lapang
Survei lapang dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2016. Survei lapang ini
bertujuan untuk melihat kondisi dan lokasi di wilayah pantai yang rentan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan wilayah pesisir. Penggunaan GPS
membantu dalam menentukan posisi geografis wilayah yang akan diamati. Pada
kegiatan ini, dilakukan pendokumentasian dan validasi kondisi wilayah yang
dikaji. Selain itu dilakukan juga wawancara dengan penduduk sekitar untuk
mendapatkan informasi mengenai kondisi wilayah pantai Anyer. Hasil dari
kegiatan survei lapang dapat dilihat pada lampiran.
3.3.8 Analisis data
Pada penelitian ini analisis data yang dilakukan pada dasarnya menampilka n
hubungan antar informasi yang akan dijadikan dasar penelitian. Kriteria dan tolak
ukur nya berupa parameter-parameter fisik ditentukan berdasarkan Gornitz et al.,
(1997) dan Pendleton et al., (2005) variabel yang sangat berpengaruh terhadap
perubahan wilayah pesisir terdiri dari dua variabel yaitu variabel geologi
(geomorfologi, elevasi/ketinggian permukaan di wilayah pantai dan perubahan
garis pantai) dan variabel proses fisik laut (kenaikan muka laut relatif, rata-rata
III-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
tunggang pasang surut dan tinggi gelombang signifikan). Dalam pengelompoka n
indeks kerentanan pesisir ke dalam lima kelompok yaitu sangat tidak rentan, tidak
rentan, sedang, rentan, dan sangat rentan. Pengelompokan indeks kerentanan
pesisir didasarkan atas enam paramater yaitu Geomorfologi, perubahan garis
pantai, elevasi, kenaikan muka air laut, tunggang pasang surut, tinggi gelombang.
Pembobotan dari parameter dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 2.2 Penentuan Skor untuk CVI oleh USGS (Gornitz et al., (1997); Pendleton et
al., (2005))
N
Tidak
Kurang
Sedang
Rentan
Sangat
Rentan
Rentan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Rentan
o
Variabel
1.
Geomorfologi
(a)
Bertebing
tinggi
Bertebing
sedang,
pantai
berlekuk
Bertebing
rendah,
dataran
aluvial
Bangunan
pantai,
pantai,
estuari,
laguna
2.
Perubahan
garis pantai
(m/thn)
(b)
Elevasi (m)
>20
Akresi
1,0 – 2,0
Akresi
+1 – (-1)
Stabil
-1 – (-2)
Abrasi
Penghalan
g pantai,
pantai
berpasir,
berlumpur
,
mangrove,
delta
< -2,0
Abrasi
>30
20,1-30,0
10,1-20,0
5,1-10,1
0,0-5,0
1,8-2,5
2,5-3,0
3,0-3,4
>3,4
1,0-2,0
2,0-4,0
4,0-6,0
>6,0
0,55-0,85
0,85-1,05
1,05-1,25
>1,25
3.
(c)
4.
Kenaikan
<1,8
Muka Laut
relatif
(mm/thn)
(d)
5.
Tunggang
<1,0
Pasut Rata-rata
(m)
(e)
6.
Tinggi
<0,55
Gelombang
(f)
(Sumber : Gornitz et al., (1997))
III-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penilaian indeks kerentanan pesisir didasarkan pada enam parameter yang
memiliki skor. Masing-masing
selanjutnya
dihitung
dari parameter yang telah memiliki skor,
tingkat kerentanannya.
Penentuan tingkat kerentanan
dilakukan dengna mengadopsi dan memodifikasi dari persamaan umum mengena i
indeks kerentanan pesisir (coastal Vulnerability Index). Dalam penelitian ini
indeks kerentanan pesisir dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan
oleh (Gornitz et al., (1997) yaitu sebagai berikut:
(𝒂×𝒃×𝒄×𝒅×𝒆×𝒇)
π‘ͺ𝑽𝑰 = √
πŸ”
.......................................................................... 3.10
Dimana :
a
: Geomorfologi
b
: Perubahan Garis Pantai
c
: Elevasi/Kemiringan
d
: Kenaikan Muka Air Laut
e
: Tunggang Pasang surut rata-rata
f
: Tinggi Gelombang
Persamaan CVI menggambarkan seberapa besar tingkat kerentanan terhadap
parameter fisik di laut.
III-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.4
Diagram Alir Metode Penelitian
Mulai
Pengumpulan Data :
-
Pengolahan
Data
Geomorfologi
Peta Rupa
Bumi,
Survey
S
Topografi
dan
Bathimetri
Data Geomorfolgi
Data Elevasi
Data Pasang Surut
Pengolahan
Data
Perubahan
Garis Pantai
- Data Perubahan Garis Pantai
- Data Kenaikan Muka air Laut
- Data Gelombang
Pengolahan
Data
Elevasi
Pengolahan
Data
Kenaikan
Muka air Laut
Mencari
Data DEM
Pemodelan
One Line
Model
Variabel
Perubahan
Garis Pantai
Pengolahan
Data
Gelombang
Metode
Admiralty
Hindcasting
Variabel
Rerata Kisaran
Pasang Surut
Variabel
Kemiringan
Pantai
Variabel
Geomorfologi
Pengolahan
Data
Pasang
Surut
Variabel Laju
Kenaikan
Muka Air
Laut
Variabel
Rerata Tinggi
Gelombang
CVI
(Indeks Kerentanan Pesisir)
Kerentanan Pesisir
Pantai Anyer
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.3 Diagram Alir Metode Penelitian
III-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download