BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu sifat alamiah manusia adalah kecendrungannya terhadap kehidupan
bersama atau berkelompok , sehingga dapat dinilai kelompok sosial merupakan suatu
gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena sebagian besar kegiatan
manusia berlangsung di dalamnya (Sunarto, 2004).
Banyaknya kelompok sosial mempunyai citra tersendiri di tengah masyarakat,
karena dengan adanya kelompok sosial suatu penilaian di dalam masyarakat dapat
diketahui keberadaannya, ditambah lagi masyarakat pun telah memiliki tanggapan dan
penilaian tersendiri terhadap kelompok sosial yang ada di sekitarnya. Meskipun
demikian, keberadaan kelompok sosial adalah sesuatu yang alamiah, yang tumbuh di
tengah masyarakat itu sendiri, seperti institusi - institusi terendah dalam masyarakat yaitu
keluarga hingga kepada institusi yang sifatnya membentuk kelembagaan sosial yang
berorientasi pada kepentingan bersama dan cita-cita yang diinginkan sehingga banyak
dijumpai di dalam masyarakat kelompok-kelompok sosial dalam suatu orientasi
kepentingan bersama, seperti Koperasi Unit Desa, Kelompok Tani, keluarga buruh dan
sebagainya (Gunawan, 2007).
Keberadan kelompok sosial bukan hanya terdapat pada masyarakat luas, pada
lembaga pendidikan pun, juga terdapat banyak kelompok sosial, terutam di perguruan
1
Universitas Sumatera Utara
tinggi atau universitas. Di universitas berbagai kelompok sosial dijumpai, baik yang
bersifat nasional, primordial maupun relijius (keagamaan). Kelompok sosial itu terbentuk
sesuai dengan keinginan dan latar belakang mahasiswa yang memasukinya. Salah satu
diantara kelompok sosial tersebut adalah Jama’ah Salafiyyah. Jama’ah Salafiyyah adalah
suatu kelompok sosial keagamaan. Kelompok ini sudah berkembang di berbagai
pendidikan terutama di perguruan tinggi atau universitas –universitas besar negara ini,
salah satu di antaranya adalah Universitas Sumatera Utara (USU).
Universitas Sumatera Utara (USU), merupakan sebuah perguruan tinggi negeri
yang terbesar di Sumatera Utara. Di dalamnya terdapat berbagai golongan dan kelompok
sosial. Perangkat itu terdiri dari jajaran tenaga pengajar (dosen) dan pelajar (mahasiswa).
Sehingga di universitas ini tumbuh berbagai organisasi dan kelompok sosial yang
dipelopori oleh barisan dosen dan mahasiswa. Ditambah lagi masa peralihan Orde Baru
ke Era Reformasi yang sangat menjunjung tinggi nilai demokrasi, keberadaan kelompok
sosial di universitas ini semakin berkembang. Banyak juga kelompok sosial itu bersifat
organisasi. Organisasi-organisasi yang terdapat di Universitas Sumatera Utara pada
umumnya bersifat nasional dan primordial, akan tetapi belakangan ini organisasi yang
bersifat religi (keagamaan) juga tumbuh di dalamnya seperti Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI). Semua orientasi organisasi ini bergerak kepada struktur
motivasi pendidikan mahasiswa yang dihiasi oleh norma dan nilai tersendiri di dalam
organisasi tersebut (http//www organisasi pelajar.com /usu /kamis/7/2009).
Di Universitas Sumatera Utara, Jama’ah Salafiyyah mengalami perkembangan.
Banyaknya mahasiswa yang memasuki Jama’ah Salafiyyah, hal ini sebenarnya tidak
2
Universitas Sumatera Utara
luput dari latar belakang dari proses pencarian kebenaran dalam Islam, ditambah
maraknya kajian-kajian agama di universitas pasca berakhirnya Orde Baru. Memasuki
Era Reformasi, kebebasan berpendapat kembali digalakkan, baik melalui komunikasi
sosial maupun agama. Dalam dunia pendidikan pun terjadi perubahan dalam mencari
pengetahuan yaitu meningkatnya kebebasan dalam semua aspek horizontal pendidikan.
Gerakan ajaran Jama’ah Salafiyyah adalah berupa gerakan dakwah. Akan tetapi,
dakwah Jama’ah Salafiyyah berbeda dari gerakan dakwah Islam lainnya. Ajaran Jama’ah
Salafiyyah berorientasi pada pemurnian aqidah atau ajaran Islam, yang sesuai dengan
kitab suci umat Islam yaitu Al Qur'an dan Hadist yang menurut mereka ajaran Islam
sekarang sudah terlalu diperluas sehingga banyak bercampur dengan adat, budaya dan
nilai yang datang dari luar agama Islam. Menurut Jama'ah Salafiyyah, kebanyakan ajaran
Islam saat ini bukan ajaran Islam yang sebenarnya, melainkan telah dimasuki bid’ah (hal
yang baru dalam agama) yang mengakibatkan pengkaburan pada ajaran Islam yang
sebenarnya.
Jama’ah Salafiyah sangat berbeda dari kelompok Islam lainnya. Hal ini
disebabkan karena latar belakang yang berbeda meskipun sepintas ada kemiripan dengan
ajaran Islam lainnya, diantaranya adalah organisasi Muhammadiyah. Akan tetapi, dari
segi latar belakang Jama’ah Salafiyyah sangat berbeda dari Muhammadiyah. Ajaran
Jama’ah Salafiyyah sangat banyak dipengaruhi oleh ideologi Syekh Muhammad bin
Abdul Wahab 1. Sedangkan Muhammadiyah lebih dipengaruhi oleh pemikiran Syekh
Muhammad Abduh Jamaluddin Al Afgani dan Syekh Rasyid Ridho. Adapun kesamaan
1
Syekh Muhammad bin Abdl Wahab adalah pembaharu ajaran Islam abad ke-18 dari Najd, sekarang wilayah Arab Saudi. Lihat Syekh
Muhammad bin Abdul Wahab dan Ajarannya oleh Syekh Ja'far Subhari
3
Universitas Sumatera Utara
kedua kelompok sosial ini adalah sama-sama memberantas penyakit TBS (tahayul,
bid’ah, sesat) dalam masyarakat Islam. Tetapi belakangan diketahui orientasi pergeraka
Muhammadiyah lebih kepada modernisasi, sedangkan Jama’ah Salafiyyah hanya pada
orientasi nilai Islam (Sairin,1995: 21).
Perbedaan Jama’ah Salafiyyah dengan kelompok sosial lainnya sangatlah terlihat
jelas terutama dari segi kehidupan sosial sehari-hari. Dari segi berbusana, mereka
mempunyai penampilan yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Kaum pria identik
dengan penampilan celana di atas mata kaki (celana gantung) dan memelihara jenggot.
Sedangkan kaum wanita cenderung berpakaian lebar, dan berwarna gelap yang menutupi
seluruh tubuh. Disamping itu, ada juga diantaranya yang mereka yang memakai cadar
(menutup sebagian wajah). Perbedaan ini tampak sangat bertolak belakang dengan cara
berpakaian masyarakat pada umumnya. Dari sinilah tampak jelas perbedaan Jama’ah
Salafiyyah dari komunitas lainnya. Dan dari segi pergaulan mereka lebih cendrung
bergaul sesama mereka (satu jama’ah).
Pergaulan dan komunikasi Jama'ah Salafiyyah terasa lain bahkan asing, karena
sikap dan tingkah laku mereka yang dibalut oleh nilai religi (norma agama) berupa
praktik keagamaan yang masih asing bagi masyarakat Islam lainnya, terutama masyarakat
awam. Dari sinilah terjadi kesenjangan antara Jama'ah Salafiyyah dan komunitas umat
Islam lainnya.
4
Universitas Sumatera Utara
Secara historis, Jama’ah Salafiyyah masuk ke Indonesia pada tahun 80-an,
meskipun ada sebagian sejarawan mengatakan pada abad ke-18 2. Tetapi secara resmi,
Jamaa’ah Salafiyyah masuk ke Indonesia pasca kemerdekaan, bersamaan dengan
dibukanya Lembaga Pengkajian Bahasa Arab (LPBA) di Jakarta. Belakangan lembaga ini
berganti nama menjadi Lembaga Ilmu Islam dan Sastera Arab (LIPIA), yang dibiayai
oleh pemerintah Arab Saudi. Melalui lembaga inilah diperkenalkan pemikiran-pemikiran
ulama dari Arab Saudi yang beraliran Salafi Wahabi. LIPIA merupakan cabang dari
Universitas Muhammad Ibnu Saud di Riyadh, Arab Saudi. Universitas Muhammad Ibnu
Saud membuka cabang ketiga di Jakarta setelah sebelumnya di Djibuti (Pakistan) dan
Mauritania atas persetujuan pemerintah Indonesia (Iqbal M, 2008).
Pembukaan cabang ketiga di Indonesia ini terkait dengan gerakan penyebaran
ajaran Wahabi yang berwajah Salafi ke seluruh dunia yang dilakukan oleh pemerintah
Arab Saudi pasca melonjaknya harga minyak dunia pertengahan 1970-an. Ajaran Salafi
ini pun berkembang di Indonesia hingga sekarang. Perkembangannya diawali dari dunia
pendidikan yang berkembang ke berbagai universitas. Hal ini juga didukung oleh
banyaknya guru-guru Salafi yang bersentuhan dengan dunia pendidikan.
Keberadaan Jama’ah Salafiyyah di dunia pendidikan khususnya di universitas
mempunyai corak ragam tersendiri karena bagaimanapun kelompok sosial ini harus bisa
berdampingan dengan kelompok sosial lainnya melalui interaksi dan pendekatan sosial.
Namun keberadaan Jama’ah Salafiyyah selalu mempunyai masalah dengan komunitas
lainnya. Sehingga nampak seakan menciptakan kesenjangan dalam hubungan sosial.
2
Sejarawan telah mencatat Panglima Paderi Tunaku Imam Bonjol adalah penganut paham Salafi Wahabi yang mengkritisi kaum adat
pada abad ke-18 di Sumatera Barat
5
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kasus yang terdapat di berbagai daerah yang menunjukkan penolakan terhadap
Jama’ah Salafiyyah seperti pembakaran pesantren Salafi di Nusa Tenggara Barat, dokrin
Wahabi dan sebagainya. Begitu juga di universitas, meskipun jama’ah ini berkembang di
dunia pendidikan, akan tetapi masih ada komunitas dalam dunia pendidikan yang
melarang kajian Jama’ah Salafiyyah seperti yang terjadi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara. Kasus-kasus ini menunjukkan adanya penolakan
terhadap Jama’ah Salafiyyah.
Ajaran Salafiyyah sebenarnya bukanlah hal yang asing di tengah masyarakat.
Istilah Salafiyyah sebenarnya sudah banyak dikenal masyarakat Islam terutama pada
masyarakat santri (pelajar Islam), walau hanya sebatas pemahaman bukan pada ajaran. Di
kalangan masyarakat NU (Nahdatul Ulama) sistem pendidikan Islam klasik (pondok
pesantren) disebut sebagai pendidikan Salafi karena merujuk kepada metode pendidikan
terdahulu. Oleh karena itu istilah Salafi hanya masyarakat santrilah kebanyakan yang
tahu, sedangkan masyarakat awam tidak begitu mengetahui istilah itu. Mereka lebih
mengetahui istilah santri, kiyai, ustads sebagai orang yang paham akan ajaran agama.
Kaum Wahabilah yang mempopulerkan istilah Jama'ah Salafiyyah sebagi gelar
untuk golongannya. Hal ini disebabkan istilah Wahabi sudah banyak tidak disenangi oleh
sebagian besar masyarakat Islam 3. Dapat dilihat dari berbagai kegiatan agama yang
mereka lakukan selalu membawa nama Salafiyyah, baik itu yang bersifat pendidikan,
pola
tingkah
laku,
maupun
dalam
bentuk
karya-karya
ilmiah
mereka
(http//:www.salafimodern.com/diakses 01/12/2009).
3
Lihat I'tikad Ahlussunnah wal Jama'ah, KH. Sirajuddin Abbas
6
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan Jama’ah Salafiyyah dapat dikatakan meningkat dari tahun ketahun,
terutama di Universitas Sumatera Utara. Banyaknya jumlah mahasiswa yang mamasuki
ajaran Salafiyyah pada setiap rutinitas dakwah yang mereka adakan menjadi indicator
penting untuk melihat peningkatan ini. Ada daya tarik tersendiri yang mereka berikan.
Mereka mampu menjelaskan agama dengan pola berpikir yang masuk akal namun tidak
menyalahi aturan agama yang ada. Dari segi pola tingkah laku, mahasiswa yang
mengikuti ajaran Salafiyyah dapat dilihat banyak yang berubah terutama dari segi tingkah
laku, berbusana dan nilai-nilai kesehariannya. Sehingga dari satu sisi dapat menciptakan
kesenjangan bagi komunitas mahasiswa lainnya. Dari sinilah penulis tertarik meneliti
tentang pola interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah, khususnya di Universitas Sumatera
Utara (USU).
1.2 Perumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah
yang akan diangkat adalah
1. Bagaimana interaksi sosial antar sesama mahasiswa anggota Jama’ah Salafiyyah
di Universitas Sumatera Utara ?
2. Bagaimanakah interkasi sosial mahasiswa Jama’ah Salafiyyah dengan
mahasiswa yang bukan anggota Jama’ah Salafiyyah di Universitas Sumatera
Utara ?
7
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Di dalam sebuah penelitian, memang membutuhkan cara pandang tujuan. Yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara detail pola interaksi sosial
Jama’ah Salafiyyah, khususnya Jama’ah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi
mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa Sosiologi, serta dapat memberikan
sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial dan masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan kajian
ilmiah bagi penulis dan mampu juga sebagai referensi dan rujukan penelitian
yang terkait di dalam penelitian ini.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan motivasi bagi
peneliti untuk mendalami tentang metode penelitian sosial, serta menerapkan
prinsip-prinsip ilmiah yang ada dalam ilmu sosiologi.
8
Universitas Sumatera Utara
Download