BAB II - Sistem Informasi Manajemen Perguruan Tinggi UIN Alauddin

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORETIS TENTANG KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
DAN PROFESIONALISME GURU
A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disingkat KTSP, merupakan
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. KTSP dikembangkan oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan
dan komite sekolah/Madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas
Pendidikan/Kantor Departemen Agama untuk pendidikan dasar dan Dinas
Pendidikan/Kantor Departemen Agama untuk Pendidikan Menengah dan
Pendidikan Khusus.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan
pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau ada yang
menyebutnya Kurikulun 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat
dengan bebas beban belajar dan pemerintah pusat dalam hal ini Departemen
Pendidikan Nasional masih dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan
kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP beban belajar siswa sedikit dikurangi dan
ditingkat satuan pendidikan
(sekolah, guru dan Komite sekolah/Madrasah)
diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum, seperti membuat
indikator silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnnya.
Sebagai kurikulum oprasional, maka dalam pengembangannya, KTSP
tidak lepas dari ketetapan yang telah disusun pemerintah secara nasional. Artinya,
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net22
walaupun daerah diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum akan tetapi
kewenangan itu hanya sebatas pada pengembangan oprasionalnya saja; sedangkan
yang menjadi rujukan pengembangannya itu sendiri ditentukan oleh pemerintah,
misalnya jenis mata pelajaran beserta jumlah jam pelajaran, isi dari setiap mata
pelajaran itu sendiri, serta kompetensi yang harus dicapai oleh setiap mata
pelajaran.
Hal ini sejalan dengan ketentuan Undang-Undang RI. Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), pasal 36 ayat 1, yang
menjelaskan:
“Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional”.
Daerah dalam menentukan isi pelajaran terbatas pada pengembangan
kurikulum muatan lokal, yakni kurikulum yang memiliki kekhasan sesuai dengan
kebutuhan daerah, serta aspek pengembangan diri yang sesuai dengan minat
peserta didik. Jumlah jam pelajaran kedua aspek tersebut ditentukan oleh
pemerintah.
KTSP adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh murid, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KTSP merupakan
seperangkat standar pendidikan yang mengantarkan murid memiliki kompetensi
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang digunakan dalam berbagai bidang
kehidupan. KTSP merupakan kurikulum yang merefleksikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap sehingga dapat meningkatkan potensi murid secara utuh.
Oleh karena itu, kurikulum ini mengaharapkan proses pembelajaran di sekolah
berorientasi pada penguasaan kompetensi yang telah ditentukan secara integratif.
KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan dengan prinsip mampu beradaptasi
dengan berbagai
perubahan, sesuai
dengan perkembangan zaman, dan
pengembangannya melalui proses akreditas yang memungkinkan mata pelajaran
dimodifikasi. Dengan demikian, kurikulum ini merupakan pengembangan dari
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat, untuk melakukan
suatu keterampilan atau tugas dalam bentuk kemahiran dan rasa tanggung jawab.
Diberlakukannya KTSP dalam dunia pendidikan di Indonesia berimplikasi
luas dalam kompleks yang berkaitan dengan pembelajaran, pengalaman belajar dan
sistem penilaian. Bentuk-bentuk penilaian dan pembelajaran yang disarankan dari
KTSP meliputi pembelajaran autentick (autentic Instruktion), pembelajaran
berbasis inquiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran layanan,
pembelajaran berbasis kerja, dan pembelajaran berbasis fortofolio.
Dalam KTSP guru ditempatkan sebagai fasilitator dan mediator yang
membantu agar proses pembelajaran murid berjalan dengan baik. Perhatian utama
pada murid yang belajar, bukan pada disiplin guru yang mengajar. Fungsi
fasilitator dan mediator begitu berarti, yaitu: (1) menyediakan pengalaman belajar
yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan dan
proses; (2) menyediakan atau memberikan kegiatan yang merangsang
keingintahuan murid dan membantu untuk mengekspresikan gagasan yang
menyediakan sarana yang merangsang murid berfikir secara produktif,
menyediakan kesempatan dan pengalaman konflik; (3) memonitor, mengevaluasi,
dan menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan murid berlaku untuk
menghadapi persoalan baru.
2. Karakteristik dan Prinsip KTSP
Seperti yang telah dikemukakan pada pembahasan yang lalu bahwa
kurikulum dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yakni kurikulum sebagai
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kurung
waktu tertentu. Kurikulum sebagai seluruh aktivitas murid untuk memperoleh
pengalaman, serta kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran.
Demikian juga bila dilihat dari segi desainnya, kurikulum terdiri atas empat
desain, yakni desain kurikulum disiplin ilmu atau yang dikenal dengan kurikulum
subjek akademis, kurikulum yang berorientasi kepada kehidupan masyarakat atau
lebih dikenal rekontruksi sosial serta kurikulum yang bersifat teknologis.
Bila dihubungkan dengan konsep dasar dan desain kurikulum, maka KTSP
memiliki semua unsur tersebut yang sekaligus merupakan karakteristik KTSP itu
sendiri, yakni:
a. Dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin
ilmu. Hal ini dapat dilihat dari: Pertama, sruktur program KTSP yang memuat
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Setiap mata
pelajaran harus dipelajari itu selain sesuai dengan nama-nama disiplin ilmu
juga ditentukan jumlah jam pelajaran secara ketat. Kedua, kriteria
keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari kemampuan murid menguasai
materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari sistem kelulusan yang ditentukan
oleh standar minimal penguasaan isi pelajaran seperti yang diukur dari hasil
ujian Nasional. Soal-soal dalam Ujian Nasional itu lebih banyak bahkan
seluruhnya menguji kemampuan kognitif murid dalam setiap mata pelajaran.
b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi kepada pengembangan individu. Hal
ini terlihat dari prinsip pembelajaran yang menekankan pada aktivitas murid
untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai
pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan misalnya, melalui
inquiri, pembelajaran fortofolio, dan lain sebagainya.
c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak
dari salah satu prinsip KTSP; yakni berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan demikian
KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh daerah. Bahkan, dengan
program muatan lokalnya, KTSP didasarkan pada keberagaman kondisi, sosial
budaya yang berbeda-beda masing-masing daerah.
Berdasarkan Karakteristik KTSP di atas, maka dalam pelaksanaannya
menggunakan beberapa prinsip, yaitu:
1) Pelaksanaan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan didasarkan pada potensi,
perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan
pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan.
2) Kurikulum ini dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
(1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2)
belajar untuk memahami dan menghayati, (3) belajar untuk mampu untuk
melaksanakan dan berbuat secara aktif, (4) belajar untuk hidup bersama
dan berguna bagi orang lain, dan (5) belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif,dan
menyenangkan.
3) Pelaksanaan KTSP memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang
bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau percepatan sesuai dengan potensi,
tahap perkembangan pribadi murid yang berdimensi KeTuhanan,
keindividuan, kesosialan, dan moral.
4) Kurikulum ini dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat,
dengan prinsip tut wuri handayani ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung
tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun
semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).
5) Kurikulum ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multitrategis
dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip
alam tak ambang jadi guru (semua yang terjadi, dan berkembang di
masyarakat serta lingkungan sekitar).
Adapun acuan dasar oprasional Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini
adalah: Pertama, Peningkatan iman dan takwa kepada Allah SWT. serta akhlak
mulia. Artinya pelaksanaan KTSP ini mengedepankan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara
utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat
menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Kedua, Peningkatan
potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kemampuan murid. Artinya KTSP ini disusun agar memungkinkan pengembangan
keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan
kinestetik peserta didik secara optimal. Ketiga, Keragaman potensi dan
katakteristik daerah dan lingkungan daerah memiliki keragaman potensi,
kebutuhan, tantangan, oleh karena itu KTSP harus memuat keragaman tersebut
untuk
menghasilkan
lulusan
yang
dapat
memberikan
kontribusi
bagi
pengembangan daerah. Keempat, Tuntutan dunia kerja, yakni kurikulum ini
memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja
yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja.
Kelima, Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum ini
harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Adapun struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam standar isi yang
dikembangkan dari kelompok mata pelajaran, sebagai berikut:
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengatahuan tekhnologi
4. Kelompok mata pelajaran estetika
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi sejumlah mata
pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi
peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu, materi muatan lokal dan
kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
Adapun struktur kurikulum di SMA untuk kelas X dapat nyatakan dalam
bentuk tabel, sebagai berikut:
1) Mata Pelajaran
Tabel 1
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas Kelas X
Komponen
Alokasi Waktu
Semester I Semester II
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
4
4
4
4
6. Fisika
7. Biologi
2
2
2
2
8. Kimia
2
2
9. Sejarah
10. Geografi
1
2
1
2
11. Ekonomi
12. Sosiologi
1
2
1
2
13. Seni Budaya
2
2
14. Penjas, Olahraga, Kesehatan
15. Teknologi Informasi/Komunikasi
2
2
2
2
16. Keterampilan/Bahasa Asing
B. Muatan Lokal
2
2
2
2
C. Pengembangan Diri
2
2
Sumber:
Jumlah
40
40
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi
Tabel 2
Struktur Kurikulum SMA Kelas XI dan XII Program IPA
Komponen
Alokasi Waktu
Semester I Semester II
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
4
4
4
4
6. Fisika
7. Kimia
4
4
4
4
8. Biologi
4
4
9. Sejarah
10. Seni Budaya
1
2
1
2
11. Penjas, Olahraga. Kesehatan
12. Teknologi Informasi/Komunikasi
2
2
2
2
13. Keterampilan/Bahasa Asing
2
2
2
2
2
2
41
41
B. Muatan Lokal
C. Pengembangan Diri
Jumlah
Sumber:
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi
Tabel 3
Struktur Kurikulum SMA Kelas XI dan XII Program IPS
Komponen
Alokasi Waktu
Semester I Semester II
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
4
4
4
4
6. Sejarah
7. Geografi
3
3
3
3
8. Ekonomi
4
4
9. Sosiologi
10. Seni Budaya
3
2
3
2
11. Penjas, Olahraga. Kesehatan
12. Teknologi Informasi/Komunikasi
2
2
2
2
13. Keterampilan/Bahasa Asing
2
2
2
2
2
2
41
41
B. Muatan Lokal
C. Pengembangan Diri
Jumlah
Sumber:
2)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi.
Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikulum untuk mengambangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata
pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
3) Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh
guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai kebutuhan,
bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling yang berkenang dengan masalah diri pribadi dan
kehidupan sosial, belajar, dan mengembangkan karier peserta didik.
3. Cara Penyusunan KTSP
KTSP dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri
khas satuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya KTSP harus
mencakup komponen: (1) Pengembangan Visi dan Misi; (2) Perumusan tujuan
pendidikan dan tujuan sekolah; (3) Analisis konteks, dengan mengemukakan ciri
khas
sekolah;
Pengembangan
(4)
Pengembangan
Kalender
Pendidikan;
struktur dan muatan KTSP; (5)
(6)
Pengembangan
Pengembangan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
Silabus;
(7)
Dalam proses penyusunan KTSP perlu diawali dengan melakukan analisis
konteks terhadap hal-hal; (1) analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada
di sekolah, baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan
tenaga kependidikan lainnya, keadaan sarana dan prasarana pendidikan, biaya atau
dana, dan program kerja sekolah; (2) Analisis peluang dan tantangan yang ada di
masyarakat dan lingkungan sekitar, baik yang bersumber dari komite sekolah,
dana pendidikan, dan sumber daya lainnya; (3) mengidentifikasi standar isi dan
standar kompetensi lulusan sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum tingkat
satuan pendidikan. Bertitik tolak proses tersebut di atas, maka di dalam upaya
penyusunan KTSP sedikitnya terdapat tujuh langkah yang harus dilaksanakan
dalam proses penyusunan KTSP, yaitu:
a. Menentukan fokus atau kompetensi dasar
b. Menentukan variabel atau indikator
c. Menentukan standar
d. Membandingkan standar dan kompetensi
e. Menentukan kesenjangan yang terjadi
f. Merencanakan target untuk mencapai standar
g. Merumuskan cara dan program untuk mencapai tujuan dan target.
4. Pengembangan Komponen KTSP
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa secara garis besar KTSP
memiliki enam komponen utama, yaitu:
a. Visi dan Misi
Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang
diinginkan tercapai pada masa yang akan datang. Imajinasi ke depan selalu
diwarnai oleh peluang dan tantangan yang diyakini akan terjadi.
Dalam
menentukan visi, sekolah harus senantiasa memperhatikan perkembangan dan
tantangan yang akan dihadapi, sehingga visi sekolah mampu mengakomodasi
sekaligus memanfaatkan peluang yang terkandung pada perkembangan.
Sedangkan Misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas,
kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan
visi. Dengan kata lain misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan
yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.
Jadi, di dalam mengembangkan KTSP, harus pula didasarkan visi dan
misi yang sudah dirumuskan bersama dengan guru-guru yang lain.
Pengembangan komponen KTSP, harus pula mampu menampung kebutuhan
dan aspirasi masyarakat serta ide dan gagasan guru.
b. Tujuan Pendidikan
Dalam pengembangan KTSP, sekolah harus menyusun program kerja
peningkatan mutu yang mencakup tujuan, sasaran dan target yang akan
dicapai untuk program jangka pendek maupun program kerja jangka panjang.
Tujuan sekolah, mata pelajaran harus dirumuskan. Tujuan pendidikan
merupakan acuan dalam pengembangan KTSP. Adapun tujuan pendidikan
menengah
adalah:
“Meletakkan
dasar
kecerdasan,
pengetahuan,
kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, serta
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.
c. Menyusun Kalender Pendidikan
Dalam rangka implementasi KTSP, setiap sekolah harus menyusun kalender
pendidikan yang berisikan perhitungan jam belajar yang efektif untuk
pembentukan kompetensi peserta didik dan menyesuaikannya dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik setelah
menyelesaikan pendidikan. Penyusunan Kalender Pendidikan berlaku selama
satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektivitas, dan hak peserta didik.
Dalam kalender pendidikan dapat dilihat berapa jam waktu efektif yang dapat
dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran, termasuk waktu libur, dan kegiatan
lainnya.
d. Struktur Muatan KTSP
Struktur KTSP memuat: mata pelajaran, muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri; pengaturan beban belajar kenaikan kelas, penjurusan dan
kelulusan; pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis kompetensi.
e. Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
dengan tema tertentu, yang mencakup:
1. Standar Kompetensi
2. Kompetensi Dasar
3. Materi Pembelajaran
4. Kegiatan Pembelajaran
5. Indikator
6. Penilaian
7. Alokasi Waktu
8. Sumber/bahan/alat belajar.
Isi silabus tersebut dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Dalam KTSP
silabus merupakan bagian dari kurikulum, sebagai penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran.
f. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan
diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP
inilah guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan)
diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP
harus mempunyai daya serap yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang,
mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi yang
lain RPP dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan
profesinya. Adapun langkah menyusun RPP sebagai penjabaran dari Silabus,
antara lain: (1) mengambil satu unit pembelajaran dalam silabus yang akan
diterapkan dalam
pembelajaran,
(2)
tulis
standar
kompetensi
dan
kompetensi dasar yang terdapat dalam unit silabus, (3) tentukan indikator
untuk mencapai kompetensi dasar; (4) tentukan alokasi waktu yang diperlukan
untuk mencapai indikator, (5) rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dalam proses pembelajaran, (6) tentukan materi pembelajaran yang
akan diberikan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan, (7) pilih metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat
materi dan tujuan pembelajaran, (8) susun langkah kegiatan pembelajaran pada
setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, (9) jika alokasi waktu untuk
mencapai satu kompetensi dasar lebih dua jam pembelajaran, bagilah langkah
pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam
pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran. (10) sebutkan
sumber belajar, atau media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran
secara kongkret dan untuk setiap bagian unit pertemuan, (11) tentukan teknik
penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk
mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
Dengan
demikian
RPP
selain
berfungsi
sebagai
perangkat
pembelajaran juga sebagai pedoman dan rujukan bagi guru untuk melaksanakan
tugas dan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih serta penilai.
Karena di dalam RPP itu tergambar cara dan metode yang akan dilakukan oleh
guru.
5. Kriteria Guru dan Pengembangan RPP
Proses
pembelajaran
dimulai
dengan
tahap
persiapan
untuk
mengembangkan kompetensi dasar, indikator hasil belajar, dan meteri standar.
Untuk membuat RPP yang efektif harus berdasarkan pengetahuan terhadap tujuan
umum sekolah, tujuan mata pelajaran, kemampuan, sikap, kebutuhan dan minat
peserta didik, isi kurikulum dan unit pembelajaran yang disediakan dalam bentuk
mata pelajaran, serta teknik pembelajaran jangka pendek.
Perencanaan merupakan suatu bentuk dari pengambilan keputusan. Oleh
sebab itu, RPP yang dikembangkan guru akan dipengaruhi dua area, yaitu:
a. Pengetahuan guru terhadap mata pelajaran, yang ditekankan pada organisasi
dan penyajian materi dan pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan materi
tersebut.
b. Pengetahuan guru terhadap sistem tindakan (action system knowledge) yang
ditekankan pada aktivitas guru seperti: mendiagnosis, mengelompokkan,
mengatur dan mengevaluasi peserta didik serta mengimplementasi aktivitas
pembelajaran dan pengalaman belajar.
Guru
merupakan
pengembangan
KTSP
di
kelas,
yang
akan
menerjemahkan, menjabarkan, dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat
dalam mata pelajaran kepada peserta didik. Dalam hal ini tugas guru tidak hanya
mentransfer pengetahuan, akan tetapi lebih dari itu, yakni membelajarkan anak
supaya dapat berfikir integral dan komprehensif, untuk membentuk kompetensi
dan mencapai makna tertinggi. Kegiatan guru tersebut bukan hanya berwujud
proses pembelajaran di kelas tetapi dapat berwujud kegiatan lain, seperti
bimbingan belajar kepada peserta didik. Pengembangan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran dan
pelaksanaan bimbingan.
Guru yang memiliki kinerja tinggi akan berusaha meningkatkan
kemampuannya, baik dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun
penilaian pembelajaran, sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal. Untuk
meningkatkan kinerja guru sebagai pendidik, pengajar, pelatih dan penilai
pendidikan, adalah:
1. Tumbuhnya dorongan untuk bekerja
2. Tanggung jawab terhadap tugas
3. Minat terhadap tugas
4. Penghargaan atas tugas yang baik
5. Peluang untuk berkembang
6. Perhatian dari Kepala Sekolah
7. Hubungan interpersonal sesama guru
8. Bermusyawarah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa KTSP
merupakan kurikulum baru yang memiliki ciri dan karakteristik tersendiri yang
berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang lebih menekankan pada kompetensi,
yang diwujudkan dalam tingkah laku serta perbuatan.
B. Profesionalisme Guru
Guru, merupakan salah satu unsur penting bahkan sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran, dan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Dalam kaitannya dengan pengembangan KTSP sebagai kurikulum
pendidikan terbaru dan mutakhir, guru dituntut lebih profesional mengelola,
menyusun dan mengimplementasikannya di hadapan peserta didik.
Di dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, pasal 1 ayat 1 disebutkan: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah” Sebagai suatu profesi, atau pekerjaan khusus,
maka dilaksanakan berdasarkan prinsip: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa,
dan idealisme; (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan (i) memiliki
organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesionalan guru.
Istilah profesionalitas guru, mengandung arti bahwa guru memiliki
kemampuan atau kompetensi pedagogi, kepribadian, profesional, dan kompetensi
sosial. Juga yang lebih penting ada pada guru adalah memiliki kompetensi moral,
spiritual, dan bertakwa kepada Allah swt. Pekerjaan yang bersifat profesional
adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang secara khusus
disiapkan pada bidang itu, dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang
karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lain. Kata “dipersiapkan untuk
bidang itu”, dapat diartikan luas. Bila dipandang melalui proses pembelajaran,
artinya guru melakukan transfer ilmu pengetahuan melalui interaksi antara guru
dengan peserta didik. Namun demikian untuk pekerjaan yang bersifat profesional
penuh, seperti dokter dan hakim. Kata “dipersiapkan untuk itu” mengacu kepada
pross pendidikan bukan sekedar latihan. Makin tinggi tingkat pendidikan yang
harus dipenuhnya makin tinggi pula derajat profesi yang disandangnya.
Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, disebutkan
bahwa kualifikasi guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi
akademik guru Sekolah Menengah Atas, harus memiliki kualifikasi akademik
pendidikan minimum Diploma Empat (D.IV) atau sarjana (S1) program studi
yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Jadi, guru yang mengajar di
SMA (Sekolah Menengah Atas) harus berkualifikasi akademik lulusan diploma
empat atau sarjana.
Di dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, disebutkan seorang guru harus memiliki
kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, yaitu:
a. Kompetensi Pedagogik
b. Kompetensi Kepribadian
c. Kompetensi Profesional, dan
d. Kompetensi Sosial.
Keempat kompetensi tersebut harus mencerminkan sikap, pengetahuan
dan prilaku dalam bertindak.
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi ini diimplementasikan oleh guru dalam bentuk pemahaman
dan pengetahuan serta prilaku, seperti: (1) menguasai karakteristik peserta didik
dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual; (2) menguasai
teori
belajar
dan
prinsip-prinsip
pembelajaran
yang
mendidik;
(3)
mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang
diampuh; (4) menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik; (5)
memanfaatkan teknologi
informasi
dan komunikasi
untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik; (6) menfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki; (7) berkomunikasi secara efektif, empati dan satuan dengan peserta
didik; (8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9)
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10)
melakukan
tindakan
reflektif
untuk
kepentingan
peningkatan
kualitas
pembelajaran.
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian seorang guru diaplikasikan dalam bentuk
prilaku, yaitu: (1) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (2) menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; (3) menunjukkan etos
kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri;
(4) menjunjung tinggi kode etik guru. Jadi, kompetensi kepribadian ini guru harus
diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari, sehingga menampilkan diri sebagai
sosok yang ideal.
3) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional guru, mencakup berbagai kemampuan untuk
diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran, antara lain: (1) menguasai materi
struktur, konsp, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran diampuh;
(2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampuh; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang
diampuh
secara
kreatif;
(4)
mengembangkan
keprofesionalan
secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan tetknologi
informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Jadi,
kompetensi profesional ini, dijabarkan dalam bentuk prilaku dan tindakan yang
berkaitan dengan proses pembelajaran.
4) Kompetensi Sosial
Sebagai guru pendidikan agama, maka guru di SMA harus menjadi sosok
pribadi bukan untuk peserta didik di sekolah, tetapi juga untuk masyarakat secara
umum. Adapun kompetensi sosial yang dituntut pada guru, antara lain: (1)
berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat; (2) beradaptasi di tempat bertugas di
seluruh wilayah RI yang memiliki keragaman sosial budaya; (3) berkomunikasi
dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau
bentuk lain. Dengan demikian kompetensi sosial ini, tidak hanya untuk
kepentingan pembelajaran tetapi kemampuan guru dalam berinteraksi dengan
masyarakat secara luas sangat diperlukan.
1. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Mengenai tugas guru, para ahli pendidikan telah bersepakat bahwa tugas
utama seorang adalah mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik
itu, sebagian dilakukan oleh guru dalam bentuk mengajar, dan sebagian lagi
dilakukan dengan cara memberi dorongan, motivasi, memuji, menghukum dan
sebagainya.
Secara umum tugas guru pendidikan agama Islam meliputi empat hal
yaitu: tugas profesi, tugas keagamaan, tugas kemanusiaan, dan tugas
kemasyarakatan. Sebagai jabatan profesi tugas guru adalah: mengajar, mendidik,
melatih dan menilai/mengevaluasi
proses
hasil-hasil
belajar
mengajar.
Sebenarnya mengajar, mendidik, melatih dan menilai merupakan satu kesatuan
yang terpadu dan utuh, tetapi untuk sekedar memperluas pengertian, maka
masing-masing komponen pengajaran tersebut dapat dijabarkan.
1. Mengajar
Mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mentrasfer
atau memberikan pengetahuan dan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa
sesuai dengan pedoman dan petunjuk yang telah ditetapkan. Di dalam kegiatan
mengajar ini ada unsur pendidikan. Akan tetapi aspek yang paling dominan
untuk dikembangkan dalam mengajar adalah aspek kognitif (pengetahuan).
Untuk dapat melaksanakan kegiatan mengajar dengan baik, maka guru
dituntut untuk menguasai hal-hal sebagai berikut :
a. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran
b. Menguasai prinsip-prinsip belajar mengajar
c. Menguasai sumber belajar mengajar
d. Menguasai dan mampu mengintegrasikan antara; pendekatan, metode
dan teknik belajar mengajar.
e. Mampu menggunakan sarana belajar mengajar dengan baik’
f. Mendorong siswa untuk aktif.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
motivasi, kematangan pribadi, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan
verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi.
Jika faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat
belajar dengan baik. Sehubungan dengan itu, sebagai orang yang bertugas
menjelaskan sesuatu, guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi lebih jelas
bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah.
Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru, dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu:
1) Membuat illustrasi, yaitu menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari
peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, pada waktu yang
memberikan tambahan pengalaman.
2) Mengidentifikasikan: meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas, dan
sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang
dimiliki peserta didik.
3) Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian
untuk memperoleh pengetahuan yang lebih jelas.
4) Bertanya: mengajukan pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang
dipelajari menjadi jelas.
5) Merespons, yakni memberikan reaksi atau menanggapi pertanyaan peserta
didik. Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespons setiap
pertanyaan peserta didik.
6) Mendengarkan,
artinya
memahami
peserta
didik,
dan
berusaha
menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas bagi
guru maupun peserta didik.
7) Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercayaan
terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi
dasar.
8) Memberikan pandangan yang bervariasi, melihat yang dipelajari dari berbagai
sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.
9) Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, memberikan pengalaman
yang bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber belajar yang
berhubungan dengan materi standar.
Agar proses pembelajaran memiliki kekuatan yang optimal, guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan semangat
yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar. Sebagai sumber belajar,
guru harus memiliki tujuan yang jelas, membuat keputusan secara rasional agar
peserta didik memahami keterampilan yang dituntut oleh pembelajaran. Untuk
kepentingan tersebut, perlu dibina hubungan yang positif antara guru dengan
peserta didik. Hubungan itu menyangkut bagaimana guru merasakan apa yang
dirasakan peserta didiknya dalam proses pembelajaran, serta bagaimana peserta
didik merasakan apa yang dirasakan gurunya. Oleh karena itu, antara guru dengan
peserta didik harus terjalin komunikasi yang baik, serta menciptakan hubungan
emosional, sehingga antara satu dengan yang lainnya saling merasakan
kepentingannya.
2. Mendidik
Mendidik adalah kegiatan guru dalam memberikan contoh, tuntunan,
petunjuk dan keteladanan yang dapat diterapkan atau ditiru siswa dalam sikap dan
perilaku yang baik (akhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari. Adapun aspek
yang dominan untuk dikembangkan dalam proses pendidikan ini adalah aspek
afektif (sikap dan nilai). Di dalam proses pendidikan juga terdapat proses
mengajar dan melatih. Agar proses pendidikan ini berjalan dengan baik maka
setiap guru dituntut untuk :
a. Mampu merumuskan tujuan yang ingin dicapai
b. Memahami dan menghayati tugas profesi sebagai guru
c. Mampu menjadi teladan yang baik
d. Mampu menjadi orang tua kedua di Madrasah
e. Memiliki sifat-sifat yang terpuji dan menjauhkan diri dari sifat-sifat
tercela.
Sebagai pendidik, guru harus juga menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus
mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial serta berusaha
berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma agama dan masyarakat. Guru
juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di
sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, guru harus menjadi
contoh dan suri teladan yang baik, baik peserta didik dan masyarakat.
Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam
merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral dan sosial, dan intelektual dalam
pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan. Selain itu, terutama
yang berkenaan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta
bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik, dan lingkungan sekolah. Guru harus
memiliki kemampuan bertindak dan mengambil keputusan secara tepat, cepat, dan
kena sasaran, terutama keputusan yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan
kepentingan peserta didik, tidak mesti menunggu perintah atasan atau kepala
sekolah. Keputusan yang cepat dan tepat merupakan implikasi intensitas kegiatan
pembelajaran menuju terwujudnya tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Sedangkan disiplin yang merupakan bagian dari pelaksanaan mendidik,
maka dalam hal ini, guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib
sekolah secara konsisten, serta kesadaran profesional, karena guru itu sendiri
bertugas untuk mendisiplikan peserta didik, terutama ketertiban proses
pembelajaran. Karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus memulai dari
dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan prilaku.
3. Melatih
Melatih adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam membimbing,
memberi contoh dan petunjuk-petunjuk praktis yang berkaitan dengan gerakan
aktivitas, ucapan dan perbuatan lainnya dalam rangka mengembangkan aspek
psikomotorik (keterampilan) siswa. Dalam kegiatan melatih ini juga terdapat
proses mengajar dan mendidik.
Dari segi ilmu pendidikan Islam, secara umum untuk menjadi guru yang
baik dan diperkirakan dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya hendaknya beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
berilmu, sehat jasmani, berakhlak mulia, bertanggung jawab dan berjiwa nasional.
Secara tradisional, pada masa lalu, tugas guru dan kewajiban guru hanya
mengajar di kelas, artinya guru hanya menyampaikan mata pelajaran dari buku
kepada anak didik, memberi tugas dan memeriksa/menilai. Pada zaman
sekarang ini,
cara
itu mulai ditingkatkan dan tidak berlaku lagi. Dalam
banyak hal tugas guru banyak berhubungan dengan pekerjaan lain.
Guru, dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan pembantu
Kepala Sekolah, sangat tergantung pada penerapan tipe pemimpin sekolah.
Apabila ia mendapatkan seorang pemimpin sekolah yang bertipe otoriter, maka
guru tersebut hanya melaksanakan hal-hal yang diperintahkan padanya, tanpa
mempunyai tanggung jawab lagi, mereka tidak memiliki alternative berinovasi dan
berkreasi dalam menjalankan pekerjaan atas perintah maupun atas paksaan tanpa
kebebasan berbuat.
Apabila Kepala Sekolah seorang tipe pemimpin masa bodoh (laissez
faire), maka ia menjadi penanggung jawab penuh dalam melaksanakan
administrasi pendidikan di dalam kelas yang diserahkan kepadanya. Guru dapat
berbuat sesuai keahliannya dalam memimpin kelasnya. Hasil usaha bergantung
sepenuhnya dari kehendaknya. Cara ia melaksanakannya bergantung pada tipe
pemimpin yang dimilikinya. Suasana dalam kelas juga bergantung pada tipe
tersebut. Dan apabila guru mendapat tipe kepemimpinan yang demokratis, maka
guru adalah pemimpin kelas seperti tersebut di atas, tetapi juga ikut bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan administrasi pendidikan di sekolah.
Dalam kedudukannya sebagai pengajar juga sebagai pemimpin dan
pembantu Kepala Sekolah, maka sistem pembagian tugas harus sesuai dengan
latar belakang keahliannya. Dalam hal ini guru adalah menjadi pembantu Kepala
Sekolah secara administratif.
1. Guru harus menyadari kedudukannya sebagai pembantu, bukan penanggung
jawab dalam kesuluruhan adminsitrasi. Penanggung jawab tertinggi ada pada
Kepala Sekolah.
2. Guru harus patuh melaksanakan tugas yang diberikan kepada sekolah;
bukannya kepatuhan itu lahir saja, melainkan kepatuhan atas keinsyafan.
3. Guru harus bersikap terbuka menerima pembagian tugas tanggung jawab,
mengemukakan pendapat jika tugas itu terlalu berat untuk dilaksanakannya,
dan bukan bidang keahliannya.
4. Guru harus mempunyai semangat dan motivasi untuk ikut mensukseskan
program penyelenggaraan administrasi pendidikan.
5. Guru harus mampu menciptakan suasana kerja sama dengan guru-guru lain
untuk menyelenggarakan administrasi pendidikan.
Dengan adanya saling pengertian antara pemimpin atau Kepala Sekolah
dengan yang dipimpin atau guru, maka masing-masing pihak melaksanakan
tugasnya secara profesional, sehingga tercapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
2. Syarat dan Sifat Guru
a. Syarat Guru
Untuk menjadi guru yang profesional, dan mampu mengajar, mendidik,
melatih, dan menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, maka guru
harus memenuhi syarat-syarat. Dari segi ilmu pendidikan, maka secara umum
untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya, antara lain :
1) Tentang umur, harus sudah dewasa
Tugas mendidik adalah tugas yang penting dan menuntut kedewasaan,
karena menyangkut perkembangan seseorang, jadi berhasil tidaknya seseorang
tergantung pada guru. Oleh karena itu harus dilakukan secara bertanggung jawab.
Hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah dewasa.
2) Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani
Kesehatan jasmani seringkali menjadi salah satu syarat bagi yang
melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular dapat
membahayakan kesehatan anak didik. Disamping itu guru yang sakit-sakitan tidak
akan bergairah mengajar. Dari segi rohani, orang gila berbahaya diserahi tugas
mengajar.
3) Tentang kemampuan mengajar ia harus ahli
Persyaratan ini penting bagi seorang guru yang menyandang jabatan
profesional. Ia harus memiliki kemampuan, menguasai teori, pendekatan, dan
strategi mengajar.
4) Berkesusilaan dan berdedikasi tinggi
Syarat ini penting untuk dimiliki seorang guru, karena berkaitan dengan
tugas-tugas mendidik selain mengajar. Bagaimanapun guru harus memberi contoh
kebaikan. Dedikasi yang tinggi tidak hanya diperlukan dalam mendidik selain
mengajar; dedikasi diperlukan dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran.
Selain keempat syarat tersebut, secara umum, maka seorang guru yang
menyandang predikat guru agama (guru pendidikan Agama Islam), hendaknya
ditambah satu, yakni beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Syarat ini penting
sebab guru agama juga bertugas mendidik anak agar beriman dan bertakwa kepada
Allah, bagaimana mungkin mendidik anak beriman kalau gurunya sendiri tidak
beriman. Sebab guru agama adalah teladan bagi anak didiknya.
b. Sifat-Sifat Guru
Untuk menjadi seorang guru yang profesional tidaklah mudah, selain
diperlukan syarat yang memadai juga guru dituntut memiliki sifat-sifat yang
mencerminkan wujud kepribadiannya sebagai pendidik, dan pengajar. Dalam
konteks pendidikan Islam, sifat-sifat seorang, sebagaimana dikemukakan
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, yaitu :
1) Zuhud, tidak mengutamakan materi, ia mengajar karena hanya untuk
mencari keridhaan Allah Swt.
2) Kebersihan guru, seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa,
dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa besar, sifat ria
(mencari nama), dengki, permusuhan, perselisihan, dan lain-lain sifat
yang tercela.
3) Ikhlas dalam pekerjaan. Keikhlasan dan kejujuran seorang guru dalam
pengajar merupakan jalan terbaik ke arah kesuksesan dan
menjalankan tugas. Tergolong ikhlas, ialah seseorang sesuai dengan
kata dengan perbuatan, melakukan apa yang diucapkan.
4) Suka memaafkan. Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap anak
didiknya, sanggup menahan diri dari kemarahan, lapang hati, banyak
sabar. Guru harus berkepribadian, memiliki harga diri, menjaga
kehormatan, menghindarkan diri dari hal-hal hina dan rendah, tidak
berteriak-teriak sehingga ia dihormati dan dihargai.
5) Guru bertindak sebagai bapak. Guru harus mencintai anak didiknya
sebagaimana cintanya kepada anak sendiri, memikirkan keadaannya.
6) Mengetahui tabiat anak didik. Seorang guru yang baik mengetahui
tabiat, pembawaan, adat kebiasaan, rasa dan pemikirannya, agar ia
tidak kesasar di dalam mendidik.
7) Guru harus menguasai mata pelajaran. Artinya guru sanggup
menguasai mata pelajaran yang diajarkan, serta memperdalam
pengetahuannya.
Sifat-sifat guru yang dikemukakan tersebut, pada garis besarnya dapat
dibagi dua. Pertama, sifat yang berkaitan dengan kepribadian, dan kedua sifat yang
berkenaan dengan keahlian akademik. Sifat-sifat tersebut, baik untuk dimiliki dan
menghiaskan dirinya dengan sifat tersebut, termasuk guru umum dan guru
pendidikan agama Islam.
Sifat dan syarat guru seperti disebutkan di atas tercermin dari fungsi dan
tugasnya. Dalam konteks pendidikan Islam, al Qur’an telah mengisyaratkan, para
Nabi dan umatnya dalam pendidikan dan fungsi fundamental dalam pengkajian
ilmu dan aplikasinya. Isyarat itu tercermin pada firman Allah swt. dalam Q.S. Ali
Imran/3: 79.
$tB
tb%x.
@t±u;Ï9
br&
çmuŠÏ?÷sãƒ
ª!$#
|=»tGÅ3ø9$#
zNõ3ßsø9$#ur no§qç7–Y9$#ur §NèO
tAqà)tƒ
Ĩ$¨Z=Ï9
(#qçRqä.
#YŠ$t6Ï㠒Ík< `ÏB Èbrߊ «!$#
`Å3»s9ur
(#qçRqä.
z`¿ÍhŠÏY»­/u‘ $yJÎ/ óOçFZä.
tbqßJÏk=yèè?
|=»tGÅ3ø9$#
$yJÎ/ur
óOçFZä.
tbqߙâ‘ô‰s?
ÇÐÒÈ
Terjemahnya:
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al
Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia:
"Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan
penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu
menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al
kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
H. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat di atas berisikan
informasi dan penegasan, bahwa apapun yang disampaikan oleh Nabi atas nama
Allah adalah ibadah, baik dalam pengertiannya yang khusus, yakni ibadah murni,
maupun dalam pengertiannya yang umum, yakni segala aktivitas yang dilakukan
dengan motivasi mengikuti Rasulullah dan mendekatkan diri kepada Allah. Tidak
wajar dan tidak tergambar dalam pikiran, betapapun tinggi kedudukannya bagi
seorang manusia, siapapun dia dan betapapun. Allah berikan kepadanya al Kitab
dan al Hikmah, yang digunakan untuk mendidik dan menetapkan hukum. Hikmah
adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah; dan kenabian, yakni informasi yang diyakini
bersumber dari Allah, yang disampaikan kepada orang tertentu pilihan-Nya, yang
mengandung ajaran untuk mengesakan-Nya . . .
Jadi, keterangan ayat di atas sebagaimana dikemukakan oleh H.M.
Quraish Shihab, bahwa guru selaku pendidik, pengajar dan pelatih dalam
pendidikan harus menanamkan keimanan, memperkuat aqidah, dan mengesakan
Allah swt.
Pada sisi yang lain terdapat sejumlah petunjuk dari Allah sebagai
penegasan tugas terpenting yang dilakukan oleh Rasulullah saw. adalah
mengajarkan al Kitab dan al Hikmah, serta mensucikan diri. Hal ini ditegaskan
oleh Allah swt. dalam Q.S. Al Baqarah/2: 129.
$uZ­/u‘
ô]yèö/$#ur
öNÎg‹Ïù
Zwqߙu‘
öNåk÷]ÏiB
(#qè=÷Gtƒ
öNÍköŽn=tæ
y7ÏG»tƒ#uä
ÞOßgßJÏk=yèãƒur
|=»tGÅ3ø9$#
spyJõ3Ïtø:$#ur öNÍkŽÏj.t“ãƒur 4
y7¨RÎ)
|MRr&
Ⓝ͕yèø9$#
ÞOŠÅ3ysø9$# ÇÊËÒÈ
Terjemahnya:
Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau,
dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah
(As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
Ayat di atas dijelaskan oleh Ahmad Mustafa al Maraghi, Rasul
membacakan apa yang diturunkan oleh Allah berupa ayat-ayat al Qur’an kepada
mereka, yang banyak mengandung bukti yang menunjukkan keesaan Allah. Al
Qur’an banyak mengandungberita tentang akan dibangkitkannya umat manusia dan
akan diberi balasan sesuai dengan amal perbuatan, bagi yang berbuat dosa,
maksiat, dan kejahatan akan menerima siksaan. Dengan demikian, hal ini akan
dijadikan sebagai contoh oleh orang yang Allah beri hidayah dan taufiq di dalam
menjalankan kebajikan menuju kebahagiaan.
Apabila ayat di atas, berikut penjelasannya dari para pakar di atas
dimaknai dalam konteks pendidikan, maka guru bertugas membacakan ayat-ayat
Allah kepada peserta didik dalam rangka pembinaan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia, mengajarkan rahasia syariat, dengan tujuan peragaan amal di hadapan
umat Islam. Sehingga dapat dijadikan sebagai teladan baik perbuatan maupun
perkataan. Guru juga bertugas membersihkan jiwa anakk didiknya dari segala
bentuk kemusyrikan dan segala bentuk prilaku maksiat yang merusak jiwa dan
mengotori akhlak, disamping meruntuhkan tatanan sosial. Guru juga harus
menuntun peserta didik dalam membiasakan diri untuk beramal baik, sehingga
tertanamlah naluri kebaikan untuk memperoleh rahmat dan keridhaan Allah swt.
Oleh karena itu, guru harus mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia
yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.
Keutamaan profesi guru sangatlah besar, sehingga Allah swt. menjadi
Rasulullah saw sebagai pengembang tugas mendidik, memperbaiki keadaan
masyarakat (peserta didik). Sebagaimana diisyaratkan pada firman-Nya dalam Q.S.
Ali Imraan/3: 164.
ô‰s)s9
£`tB
ª!$#
’n?tã
tûüÏZÏB÷sßJø9$#
øŒÎ)
y]yèt/
öNÍkŽÏù Zwqߙu‘ ô`ÏiB ôMÎgÅ¡àÿRr&
(#qè=÷Gtƒ öNÍköŽn=tæ ¾ÏmÏG»tƒ#uä
öNÍkŽÅe2t“ãƒur
ãNßgßJÏk=yèãƒur
|=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur bÎ)ur
(#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% ’Å"s9 9@»n=|Ê
AûüÎ7•B ÇÊÏÍÈ
Terjemahnya:
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari
golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat
Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi)
itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Ayat di atas Allah swt. mengingat umat manusia betapa besar
nikmat-Nya. yang telah diberikan kepada orang mukmin kapan dan dimanapun
berada yaitu Allah mengutus di antara mereka sendiri, yakni seorang rasul, yakni
jenis manusia yang dikenal kejujuran dan amanahnya, kecerdasan dan
kemuliaannya sebelum kenabian, yang berfungsi terus menerus membacakan
ayat-ayat Allah, baik dalam bentuk wahyu, maupun alam raya ini, dan terus
menerus mensucikan jiwa mereka dari segala kotoran, kemunafikan dan penyakit
jiwa melalui bimbingan dan tuntutan, mengajarkan kandungan Al Kitab, yakni al
Qur’an atau tulis baca, dan al Hikmah, yakni as Sunnah atau kebijakan dan
kemahiran melaksanakan hal yang mendatangkan manfaat serta menghindarkan
dari kemudhratan. Oleh karena itu, guru dapat menjadikan petunjuk ayat ini untuk
melakukan langkah praktis menjalankan tugas dan fungsinya dalam menyampaikan
pembelajaran kepada peserta didik, di antaranya mensucikan jiwa, membentuk
karakter peserta didik melalui berbagai strategi dan pendekatan pembelajaran.
C. Kinerja Guru
Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa guru profesional pada
dasarnya adalah guru yang memilikii kompetensi, dan dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu, mengkaji aspek
profesionalisme guru berarti juga membahas kompetensi yang harus dimiliki,
sekaligus sebagai ukuran kinerjanya.
Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus
ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan cepat,
efektif dan efisien. Kompetensi guru tersebut meliputi; Pertama, kompetensi
intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu
yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru. Kedua,
kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk
menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi. Ketiga,
kompetensi pribadi, yaitu perangkat prilaku yang berkaitan dengan kemampuan
individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan
transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri.
Kemampuan pribadi
meliputi kemampuan dalam memahami diri, mengelola diri, mengendalikan diri,
dan menghargai diri. Keempat, kompetensi sosial, yaitu perangkat prilaku
tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara
efektif. Kompetensi sosial meliputi; kemampuan interaktif, dan pemecahan
masalah kehidupan sosial. Kelima, kompetensi spiritual, yaitu pemahaman,
penghayatan, serta pengamalan kaidah-kaidah keagamaan.
Untuk mengimplementasikan kemampuannya sebagaimana disebutkan
pada pembahasan yang lalu, guru profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai
bidang ilmu, bahan ajar, metode pembelajaran, memotivasi peserta didik,
memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia
pendidikan, tetapi juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang
hakekat manusia dan masyarakat. Hal ini perlu untuk mendasari pola pikir dan
budaya kerja guru, serta loyalitasnya terhadap profesi pendidikan. Demikian
halnya dalam pembelajaran, guru harus mampu mengembangkan budaya-budaya
dan iklim organisasi pembelajaran yang bermakna, kreatif, dinamis, bergairah,
dialogis sehingga menyenangkan.
Dalam rangka mendukung kinerja guru maka untuk menjadi profesional
seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal, yaitu:
2. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses pembelajaran.
3. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkannya serta
cara mengajarkan kepada peserta didik.
4. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara
evaluasi.
5. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
pengalaman.
Keempat tuntutan ini, sangat relevan dikuasai oleh guru dalam rangka
merealisasikan tugas profesionalnya menuju peningkatan kinerja guru
yang
ditandai dengan ketersediaan perangkat pembelajaran, dan merealisasikan
pembelajaran di dalam kelas. Penyampaian materi pembelajaran melalui tingkat
interaksi pembelajaran.
Download