Pengaruh Metode Ceramah Denagn Menggunakan Media Realia

advertisement
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang paling populer dan banyak dilakukan oleh
guru, selain mudah penyajian juga tidak banyak memerlukan media (Sumantri M
dkk, 2000:136). Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan menganggap bahwa
metode ceramah itu mudah dalam penggunaannya dalam proses kegiatan
pembelajaran di kelas. Karena dianggap metode yang popular dan banyak dilakukan
oleh guru, maka kecenderungan untuk menganggap metode tersebut mudah
diterapkan di kelas semakin bertambah juga.
Fakta bahwa metode ceramah itu sangat dipengaruhi oleh pribadi guru yang
bersangkutan tidak bisa disingkirkan begitu saja. Seorang guru harus memiliki
keterampilan yang cukup untuk menggunakan metode ceramah dalam proses belajar
di kelas. Hal senada diungkapkan oleh Dimyati dkk (1999:28) bahwa metode
ceramah itu sangat dipengaruhi oleh personalitas guru yaitu suara, gaya bahasa, sikap,
prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, keteraturan guru dalam memberikan
penejelasan yang idak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru.
Sumantri M dkk (2000:136) mendefinisikan metode ceramah sebagai penyajian
pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada peserta
didik. Sedangkan Winarno Surakhmad (1980:98) mengartikan metode ceramah
sebagai sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh
seorang terhadap sekelompok pendengar. Alat utama perhubungan dengan kelompok
pendengar adalah bahasa lisan.
Sementara itu Dimyati dkk (1991:29) menungkapkan bahwa metode ceramah
adalah sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang dilakukan melalui penjelasan
dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik.
Sekanjutnya, metode ceramah adalah suatu cara penyajian bahan ajar atau cara
20
mengajar melalui penjelasan atau penuturan secara lisan oleh guru kepada peserta
didik (PS Widi Rahardjo, 2002: 52).
Menurut M Basyiruddin Usman (2002), metode ceramah adalah teknik
penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim disampaikan oleh para guru di
sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh
guru bilamana diperlukan.
Muhibbin Syah (2000), metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya
metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan paling efektif
dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan
daya beli dan paham siswa.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang dimaksud metode ceramah adalah
cara belajar mengajar yang menekankan pada pemberitaan satu arah dari pengajar
kepada pelajar (pengajar aktif, pelajar pasif).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas peneliti memberi kesimpulan bahwa
metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran atau informasi
dengan penuturan lisan kepada siswa.
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah
2.1.2.1 Kelabihan Metode Ceramah
a. Suasana kelas berjalan dengan tenang karena melakukan aktivitas yang sama,
sehingga dapat mengawasi murid sekaligus secara komfrehensif.
b. Tidak membutuhkan tanaga yang banyak dan waktu yang lama dengan waktu
yang singkat dan murid dapat menerima pelajaran pelajaran sekaligus secara
bersamaan.
c. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat karena dalam waktu yang sedikit
dapat diuraikan bahan yang banyak.
d. Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengaran dengan baik sehingga
mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan
tepat.
e. Dapat memberi motivasi dan dorongan kepada siswa dalam belajar.
21
f. Lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan ajar, jika bahan ajar
banyak sedangkan waktu terbatas maka dapat dibicarakan pokok-pokok
permasalahan saja, sedangkan bila waktu masih panjang dapat dijelaskan
lebih mendetail.
2.1.2.2 Kekurangan Metode Ceramah
a. Interaksi cenderung bersifat centered (berpusat pada guru)
b. Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah
menguasai bahan ceramah.
c. Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan
apa yang dimaksudkan guru
d. Siswa kurang menangkap apa yang dimaksudkan oleh guru, jika ceramah
berisi istilah-istilah yang kurang dimengerti oleh siswa dan akhirnya
mengarah kepada verbalisme.
e. Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah karena
siswa hanya diarahkan untuk mengikuti pikiran guru
f. Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kecakapan dan kesempatan mengeluarkan pendapat.
g. Guru lebih aktif sedangkan murid bersikap pasif
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan metode ceramah adalah cara
menyampaikan sebuah materi pelajaran atau informasi dengan penuturan lisan
kepada siswa.
2.2 Media Pembelajaran
Menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya.
National Education Association (1969) media pembelajaran adalah sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi
perangkat keras.
22
Santoso S. Hamidjojo dalam Amir Achsin (1980) media pembelajaran adalah
semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide, sehingga ide atau gagasan
itu sampai pada penerima.
Gagne (1970) media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
Mc. Luhan dalam Arif S. Sadiman (1984) media pembelajaran adalah sarana
yang juga disebut chennel, karena pada hakekatnya media memperluas atau
memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengarkan, dan melihat
dalam batas-batas jarak, ruang, dan waktu yang hampir tak terbatas lagi.
Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan media pembelajaran
adalah alat peraga yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan sebuah
materi agar tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik dan dapat membuat anak
menjadi aktif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.2.1 Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c)
fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarika dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat
menggugah emosi dan sifat siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah
sosial atau ras.
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
menggungkapkan bahwa lambang visual atau gambar mempelancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar.
23
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa
media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang
lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi
pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Menurut Kemp & Dayton (1985), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila
media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang
besar jumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi,
dan (3) memberi instruksi. Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi
yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental
maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.
2.2.2 Jenis-jenis media Pembelajaran
Mengelompokkan
berbagai
jenis
media
apabila
dilihat
dari
segi
perkembangan teknologi oleh Seels & Glasgow (1990:181-183) dibagi ke dalam dua
kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi muktahir.
Contoh jenis-jenis media:
1. Pilihan Media Tradisional
a. Visual diam yang diproyeksikan
-
Proyeksi opaque (tak-tembus pandang)
-
Proyeksi overhead
-
Slide
-
Filmstrips
b. Visual yang tak diproyeksikan
-
Gambar, poster
-
Foto
-
Charts, grafik, diagram
-
Pameran, papan info
24
c. Audio
-
Rekaman piringan
-
Pita kaset. Reel, cartridge
d. Penyajian Multimedia
-
Slide plus suara (tape)
-
Multi-image
e. Visual dinamis yang diproyeksikan
-
Film
-
Televisi
-
Video
f. Cetak
-
Buku teks
-
Modul, teks terprogram
-
Workbook
-
Majalah ilmiah, berkala
-
Lembaran lepas (hand out)
g. Permainan
-
Teka-teki
-
Simulasi
h. Realia
-
Model
-
Specimen (contoh)
-
Manipulatif (peta, boneka)
2. Pilihan Media Teknologi Mutakhir
a. Media berbasis telekomunikasi
-
Telekonferen
-
Kuliah jarak jauh
b. Media berbasis mikroposesor
25
-
Computer-assisted instruction
-
Permainan komputer
-
Sistem tutor intelejen
-
Interaktif
-
Hypermedia
-
Compact (video) disc
2.3 Media Realia
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999) menyatakan “media realia
merupakan benda yang sebenarnya yang membantu pengalaman nyata peserta didik
dan menarik minat dan semangat belajar sisiwa”.
Ibrahim dan Nana Syahodih (1992) mengatakan bahwa “media realia
termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai
komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan
direncanakan”.
Jerome Bruner dalam Trianto (2007) bahwa dalam proses pembelajaran
hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic
representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu
menggunakan kata-kata (symbolik representation). Hal ini juga berlaku tidak hanya
untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.
Charles F. Haban (2008), mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media
terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat
jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak.
Latuheru, (1988) Media realia merupakan media yang ditampilkan merupakan
benda nyatanya. Pengguanaan media realia lebih mendekatkan peserta didik
(penerima pesan) dengan benda nyatanya sehingga akan semakin mudah
memahaminya. ”Akan tetapi sebenarnya suatu benda asli merupakan benda yang
paling tepat guna, dibandingkan tiruannya”.
Sudjana dan Rival (1990) Media pembelajaran yang disesuaikan dengan
kondisi nyata atau merupakan benda nyata akan memberikan pengalaman tersendiri
26
bagi peserta didik yang tidak akan mudah dilupakan. Dengan melihat sendiri benda
nyatanya maka diharapkan peserta didik akan mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan nyata dan bukan hanya secara teori yang dipahaminya, namun benda
sendiri hanya dilihat melalui gambar.
James W. Brown (1977) media nyata yaitu media pembelajaran yang alami
dan tidak mengalami perubahan persis ketika media tersebut diambil. Media tersebut
dapat merupakan benda mati atau mahkluk hidup.
Dari pendapat diatas peneliti menarik kesimpulan Penggunaan media realia
merupakan alat peraga yang paling tepat karena peserta didik dapat langsung
mengamati benda aslinya/nyatanya dalam sebuah materi pelajaran yang sedang
berlangsung di dalam kelas.
kelebihan-kelebihan media realia adalah sebagai berikut:
a.
Siswa mendapatkan pengalaman belajaran langsung.
b.
Dengan menggunakan media realia siswa dapat menggunakan berbagai indera
untuk mempelajrai suatu objek.
c.
Siswa dapat melihat, meraba, mencium, bahkan dapat merasakan objek yang
tengah dipelajari.
Keterbatasan-keterbatasan penggunaan media realia, yaitu:
a.
Kemungkinan siswa mempunyai interprestasi yang berbeda terhadap objek yang
sedang dipelajari.
b.
Tidak selalu memberikan gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti
pembesaran, pemotongan, dan gambar bagian demi bagian, sehingga pengajaran
harus didukung dengan media lain.
2.3.1 Langkah Pemanfaatan Benda Realia
Agar proses pembelajaran dengan memanfaatkan benda asli/nyata tersebut
dapat berlangsung dan berhasil dengan baik, maka perlu menempuh beberapa
langkah. Langkah-langkah tersebut menurut J. Steven Soulier (1981) meliputi:
1. Menetapkan tujuan secara jelas.
27
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam pemanfaatan benda asli/nyata yakni
penetapan tujuan secara jelas. Tujuan pembelajaran ini sifatnya masih umum,
namun dapat menggambarkan bentuk kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa
setelah proses pembelajaran.
2. Merumuskan tujuan perilaku khusus secara tepat
Setelah menetapkan tujuan umum kemudian guru merumuskan tujuan yang
sifatnya lebih khusus. Tujuan khusus ini rumusannya jelas menggambarkan
tentang kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses
pembelajaran. Bentuk perilaku sebagai tujuan, dapat diklasifikasikan ke dalam
tiga domain yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
3. Memilih alat pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya,
dan mengetahui karakteristik siswa secara tepat.
Benda asli/nyata yang akan dimanfaatkan terlebih dahulu harus dipilih secara
cermat sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya, mungkin ada sejumlah alternatif yang dianggap cocok
untuk tujuan-tujuan itu sedapat mungkin pilihlah yang paling cocok. Kecocokan
banyak ditentukan oleh kesesuaian karakteristik tujuan yang akan dicapai dengan
karakteristik benda asli yang akan digunakan. Disamping itu perlu disesuaikan
juga dengan
karakteristik peserta didik, seperti dalam hal kemampuan/taraf
berpikir, pengalaman, jumlah peserta didiknya dan gaya belajarnya.
4. Menyusun perencanaan pelajaran
Langkah
keempat
pembelajaran
dari
pemanfaatan
benda
asli/nyata
dalam
kegiatan
yaitu menyusun perencanaan pelajaran. Dengan disusunnya
perencanaan pembelajaran, maka diharapkan pembelajarannya dapat berlangsung
secara lancar.
5. Melaksanakan penyajian pembelajaran yang berpusat pada keterlibatan siswa dan
dikombinasikan dengan media.
28
Setelah rencana pelajaran disusun dengan baik, maka langkah berikutnya yaitu
melaksanakan penyajian materi pelajaran. Dalam penyajian/pembahasan materi
dengan memanfaatkan benda asli, siswa perlu dilibatkan secara aktif.
6. Melakukan kegiatan tindak lanjut
Setelah penyajian materi dengan memanfaatkan benda asli selesai, kemudian
perlu dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat berupa diskusi,
penyusunan laporan, pemberian latihan, dan eksperimen.
7. Melaksanakan Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian terhadap tujuan yang telah dirumuskan
pada awal kegiatan pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan
bukan hanya untuk menentukan angka keberhasilan, namun sebagai feedback
bagi guru dan siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan
memanfaatkan benda asli/nyata.
Ketujuh langkah tersebut di atas sangat perlu untuk diperhatikan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan benda asli/nyata,
sehingga pembelajaran yang dilakukannya dapat berlangsung secara efektif.
2.3.2 Syntax Media Realia Dalam Pembelajaran
Penggunaan media realia dalam penelitian ini di SDN Kutowinangun 07 Kota
Salatiga yang diterapkan pada mata pelajaran IPA dengan materi Cahaya dan Sifatsifatnya. Sebelum pembelajaran dilaksanakan diadakan dulu pre-test untuk
mengetahui kemampuan awal siswa, setelah diadakan pre-tes baru dilakukan
pembelajaran dengan media realia yaitu dilakukan dengan cara mengajak siswa
mengamati dan melihat langsung sumber-sumber cahaya seperti cahaya yang berasal
dari matahari, cahaya yang berasal dari lampu, cahaya yang berasal dari senter.
Kemudian siswa diajak untuk mempelajari sifat-sifat cahaya dengan cara mengamati,
melihat dan praktek langsung dengan benda seperti :
a. Untuk mengetahui bukti cahaya dapat merambat lurus dengan cara siswa diajak
mengamati dan melihat cahaya lilin pada 3 karton yang dilubangi.
29
b. Menunjukkan contoh benda yang dapat memantulkan cahaya yaitu cermin datar,
cermin cembung dan cermin cekung beserta manfaatnya masing-masing cermin.
Dan kemudian guru mengajak siswa untuk mengamati hasil pemantulan cahaya
dari masing-masing cermin tersebut.
c. Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya yaitu dengan pensil yang
dimasukkan dalam gelas bening yang berisi air terlihat patah.
Setelah semua materi selesai diajarkan guru bersama siswa menarik
kesimpulan hasil pembelajaran kemudian siswa mengerjakan soal post test untuk
mengetahui kemampuan siswa setelah diajar dengan menggunakan media realia.
2.4 Pengertian Belajar
Slameto (2003: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Trianto (2010: 17) belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap
dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil
menjadi terampil, dan dari kebiasaaan lama menjadi kebiasaan baru, serta manfaat
bagi lingkungan maupun individu itu sendiri
Menurut S. Nasution M.A. (1982) Belajar adalah sebagai perubahan kelakuan,
pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu
yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman,
pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,
minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi
individu yang belajar”.
Dari beberapa pendapat diatas peneliti menarik kesimpulan pengertian belajar
adalah semua aktivitas mental atau spikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga
menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan
sebelum belajar.
30
2.4.1. Teori Belajar
Dalam teori belajar terdapat beberapa teori yang dikemukakan, beberapa teori
belajar diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Teori Conditioning
Teori Conditioning adalah teori yang menyatakan bahwa belajar
merupakan proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang
kemudian menimbulkan respon dan reaksi. Yang terpenting dalam teori ini
adalah latihan-latihan yang kontinyu. (dalam Purwanto, 1999).
b.
Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget
Bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai
hal dari lingkungan.
c.
Teori Belajar Gestalt
Teori belajar Gestalt yaitu teori yang menyatakan bahwa dalam belajar
yang penting adalah adanya penyesuaian pertama, yaitu memperoleh response
yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting
bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau
memperoleh insigt. (Slameto, 2003: 9).
Berdasarkan teori-teori di atas, teori yang paling tepat dapat digunakan dalam
penelitian ini adalah teori belajar kognitif menurut piaget karena dalam teori ini
dijelaskan bahwa peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya
dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara
aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Dari teori tersebut dapat
31
dilihat bahwa fasilitas dalam belajar sangat diperlukan agar hasil dari pembelajaran
yang dilakukan dapat tercapai secara optimal.
2.4.2 Hasil Belajar
Muhibbin Syah (1997) Hasil belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau
santri dalam mempelajari materi pelajaran atau pondok pesantren dinyatakan dalam
bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran
tertentu.
Winkel, (1996) Hasil belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan
kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai
dengan bobot atau nilai yang berhasil diraihnya.
Sudjana, (2004) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Bloom (1976) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke
dalam dua macam yaitu pengetahuan dan ketrampilan.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Cece Rahmat, (2001) hasil belajar
dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi
dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
32
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil
yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat diartikan sebagai hasil dari
proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan
tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu yang menghasilkan perubahan
pengetahuan.
2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa digolongkan menjadi dua, yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini.
a. Faktor Intern
Faktor intern yang ada dalam diri siswa. Faktor intern dapat dikelompokkan,
yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
a) Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah meliput faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses kegiatan
seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan
cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. Agar
seseorang dapat belajar dengan baik, kesehatan badanya harus tetap terjamin.
Keadaan cacat tubuh mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga
terganggu.
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor intelegensi atau
kecerdasan merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar siswa. Siswa yang intelegensinya rendah, sulit untuk mencapai hasil
belajar yang baik. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi umumnya
memiliki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan,
mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik
kesimpulan dan melakukan abstraksi. Sebaliknya siswa yang kurang cerdas
menunjukkan cirri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan,
33
membutuhkan waktu yang lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi
(Hamalik, 2001).
Faktor Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu
objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang
menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 1992).
Adanya perhatian siswa terhadap pelajaran yang dihadapi, sangat penting
untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik. Bahan pelajaran yang tidak menarik
perhatian siswa, akan membosankan. Karena bosan siswa tidak ingin belajar dan
sebagai akibat, hasil belajarnya menjadi rendah atau menurun. Untuk menimbulkan
perhatian diperlukan dorongan atau moivasi. Dalam hal ini orang tua di rumah,
sangat diharapkan peranannya. Jika kebosanan terjadi di sekolah, maka guru dapat
mengarahkan siswa untuk memperhatikan pelajaran.
c) Faktor kelelahan
Kelelahan mempengaruhi hasil belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ekstern
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat.
a. Faktor Keluarga
Salah satu faktor penentu dalam keluarga adalah orang tua. Orang tua harus
dapat menciptakan suatu keadaan dimana anak berkembang dalam suasana ramah
tamah, kejujuran dan kerjasama yang diperlihatkan oleh masing-masing anggota
keluarga dalam hidup mereka setiap hari. Faktor yang sangat mempengaruhi hasil
belajar anak dalam keluarga, meliputi cara mendidik, hubungan orang tua dengan
anak dan ekonomi keluarga.
b. Faktor Sekolah
Sekolah sebagai tempat dimana siswa menuntut ilmu juga ikut menentukan
hasil belajar siswa. Hubungan siswa dengan guru, hubungan siswa dengan siswa
34
lain, kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan prasarana yang tersedia dan
lain-lain. Masalah-masalah yang ada di sekolah dan kurang menarik bagi siswa
akan mengurangi minat belajar siswa di sekolah. Dan hasil belajar yang
diperoleh tidak akan maksimal.
c. Faktor Masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Jika masyarakat di sekitar siswa melakukan kebiasaan yang tidak baik,
akan berpengaruh jelek pada siswa yang ada di lingkungan itu. Akibatnya
belajarnya terganggu bahkan siswa kehilangan semangat belajar. Sebaliknya jika
lingkungan siswa adalah orang yang baik-baik, siswa terpengaruh ke hal yang
baik. Pengaruh itu dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat, dan hasil
belajar yang diperoleh akan baik.
2.5 Pembelajaran IPA di Sekolah
Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan (Permendiknas, 2008)
Rusyan, 2007 dalam Nurferi,S. 2010 mengemukakan bahwa IPA adalah cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan,
kumpulan pengetahuan yang berupa konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi
mengumpulkan fakta-fakta dan bagaimana menguhubungkan fakta-fakta itu.
Kameny dalam Nurferi, S. 2010 menyatakan bahwa IPA merupakan aktivitas
dalam menemukan hukum-hukum alam dalam bentuk teori-teori berdasarkan faktafakta.
Sund dalam Nurferi, S. 2010 mengumukakan bahwa “scine is both a body of
knowledge and process”. Dilihat dari pernyataan tersebut, bahwa yang dimaksud
dengan IPA adalah kemampuan dari pengetahuan yang bersifat fakta, konsep, prinsip
serta bagaimana proses untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.
35
2.5.1 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar seperti yang tersirat dalam
(Permendiknas, 2008) yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi
masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Untuk dapat mengoptimalkan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
IPA seperti halnya di atas, maka tentunya dalam proses pembelajaran tersebut
haruslah didukung oleh alat bantupercobaan atau perangkat pembelajaran
guna menghadirkan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif.
Sehingga kegiatan pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang nyata
bagisiswa dan hasil dari proses pembelajaran dapat lebih bermakna bagi
siswa.
2.5.2 Ruang Lingkup Pelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD adalah seperti yang tersirat dalam
Permendiknas, (2008) meliputi aspek-aspek berikut:
36
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunannya meliputi: gaya, bunti, panas,
magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
3. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.
2.6 Kajian yang Relevan
Ami Sulistyowati, 2010 dalam penelitiannya “Studi Komparatif Tentang
Efektivitas Media Pembelajaran Realia Dan Flash Cards Dalam Proses Belajar
Mengajar Vocabulary Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Brebes Tahun Pelajaran
2009/2010”. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam penguasaan
vocabulary antara siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran realia dengan
siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran flash card pada siswa SD N
Brebes.
Johar Makmun, 2007 dalam penelitiannya “Studi Komparasi Penggunaan
Media Realia Dan Media Grafis Bidang Diklat Menggambar Teknik Dalam
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif”. Menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang positif dan signifikan antara kelompok siswa yang menggunakan
media realia dengan kelompok siswa yang menggunakan media grafis terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif.
Fenty Angita, 2011 dalam penelitiannya “ Pengaruh Media Realia Pada Mata
Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Ngawen Kecamatan
Wedug Kabupaten Demak”. Menyimpulkan bahwa terdapat ada pengaruh yang
positif dan signifikan antara media realia dengan hasil belajar siswa.
37
2.7 Kerangka Berpikir
Metode
Ceramah
Siswa
pasif
Hasil belajar rendah
Proses
Pembelajaran
Hasil belajar tinggi
Metode Ceramah dengan
menggunakan Media Realia
Siswa
aktif
Untuk mengetahui hasil dalam tiap pembelajaran kelas kontrol dan kelas
eksperimen dilakukan
langkah pertama dilakukan pre-test untuk mengetahui
kemampuan awal siswa, setelah mengetahui hasilnya dari pre-test kemudian
dilakukanlah perlakuan dengan menggunakan metode ceramah pada kelas kontol dan
media pembelajaran realia pada kelas eksperimen. Dengan adanya perlakuan di kelas
kontrol teryata siswanya pasif karena hanya menggunakan metode ceramah dan tidak
ada interaksi dengan guru atau pun dengan temannya, sedangkan di kelas eksperimen
siswanya aktif karena menggunakan media realia atau benda nyatanya. Dan akhirnya
dilakukanlah langkah terakhir yaitu post test di kelas kontrol dan kelas eksperimen
untuk mengetahui hasil akhirnya, ternyata di kelas kontrol hasil belajar siswa redah
dan di kelas eksperimen hasil belajarnya tinggi.
38
2.8. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara penggunaan metode
ceramah terhadap peningkatan hasil belajara siswa.
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara metode ceramah dengan
menggunakan media realia terhada peningkatan hasil belajar siswa.
3. Ada perbedaan pengaruh yang positif dan signifikan antara metode
ceramah dengan menggunakan media realia terhadap peningkatan hasil
belajar siswa
Download