BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Suatu perusahaan dapat menempuh berbagai cara dalam memenuhi
kebutuhan dananya untuk kegiatan operasional dan meningkatkan usahanya. Pasar
modal merupakan media yang baik untuk mempercepat laju pertumbuhan
ekonomi perusahaan, karena dapat mempertemukan dua pihak yang mempunyai
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Selain itu, pasar modal
juga merupakan tempat terjadinya transaksi saham yang fair. Yang dimaksud
dengan fair adalah ketika penjual jujur menjelaskan barang yang diperjualbelikan
secara lengkap, akurat dan dengan sebenar-benarnya kepada pembeli.
Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak
dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang
menarik. Sebelum investor dan kreditur melakukan investasi maupun memberikan
kredit pada sebuah perusahaan, maka dibutuhkan informasi mengenai perusahaan
tersebut sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Salah satu
bentuk informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan, terutama bagi
investor dan kreditur adalah laporan keuangan.
Pihak perusahaan dengan pihak investor tentunya memiliki perbedaan
kepentingan sehingga menyebabkan tidak transparannya laporan keuangan.
Menurut Healy dan Palepu (1998, dalam Wiwik Utami 2005), penyebab
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1
2
ketidaksempurnaan dan tidak transparannya komunikasi melalui laporan keuangan
ada tiga kondisi yaitu: (1) dibandingkan dengan investor, manajer memiliki
informasi lebih banyak tentang strategi dan operasi bisnis yang dikelolanya, (2)
kepentingan manajer tidak selalu selaras dengan kepentingan investor, dan (3)
ketidaksempurnaan dari aturan akuntansi dan audit. Laporan keuangan
dipublikasikan dipasar modal untuk dapat digunakan oleh pihak yang
berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Agar informasi keuangan bisa membuat para investor atau kreditur tertarik
untuk melakukan investasi diperusahaan itu, maka kadangkala manajer
perusahaan melakukan beberapa tindakan agar laporan keuangan perusahaan
tampak bagus. Tindakan yang biasanya dilakukan oleh manajer untuk
mempengaruhi angka pada laporan keuangan adalah dengan melakukan
manajemen laba. Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting
dalam akuntansi keuangan.
Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu upaya negatif yang
merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi
laba atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan
metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan
tertentu dalam batasan GAAP (General Addopted Accounting Principles). Pihakpihak yang kontra terhadap manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba
merupakan pengurangan dalam keandalan informasi yang cukup akurat mengenai
laba untuk mengevaluasi return dan resiko portofolionya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Scott (2012) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua.
Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunis manajer untuk memaksimalkan
utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political
costs (Oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang
manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings
Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk
melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian - kejadian
yang tak terduga untuk keuntungan pihak - pihak yang terlibat dalam kontrak.
Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya
melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income
smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Menurut Scott (2012), manajemen laba adalah pilihan oleh manajer terkait
kebijakan akuntansi, atau tindakan nyata, yang mempengaruhi laba untuk
mencapai tujuan spesifik tertentu. Hal ini disebabkan manajemen memiliki
informasi asimetrik mengenai kondisi perusahaan. Scott (2012) tentang teori
akuntansi positif mengatakan bahwa perusahaan besar mempunyai motivasi untuk
melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba guna menurunkan biaya
politik, sebaliknya bagi perusahaan kecil manajamen laba terjadi guna
menampilkan laba yang lebih baik dan meningkat.
Manajemen berharap dengan melakukan manajemen laba mereka bisa
menunjukkan kinerja perusahaan yang relatif stabil dari tahun ke tahun. Kinerja
yang relatif stabil tersebut tentunya diharapkan akan mampu membuat pihak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
eksternal lebih tertarik dalam menginvestasikan dana di perusahaan. Hal ini dapat
disebabkan karena pihak eksternal lebih menggemari suatu laba yang stabil. Leuz
et al. (2003) melakukan studi komparatif internasional tentang manajemen laba
dan proteksi investor dengan sampel 31 negara, yang meliputi periode
pengamatan dari tahun 1990 sampai tahun 1999.
Dalam penelitian ini Indonesia termasuk sebagai sampel. Tujuan
penelitiannya adalah untuk memberikan bukti empiris adanya perbedaan
manajemen laba di berbagai negara, dan perbedaan tersebut dikarenakan adanya
perbedaan proteksi terhadap investor. Berdasarkan pada nilai rata-rata skor
manajemen laba, Indonesia berada pada urutan ke 15 dari 31 negara. Artinya,
Indonesia berada pada tingkat menengah, tingkat terendah manajemen laba adalah
Amerika Serikat. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN yang ikut terpilih
sebagai sampel yaitu: Malaysia, Filipina, dan Thailand, maka Indonesia adalah
yang paling besar tingkat manajemen labanya.
Untuk skor legal enforcement Indonesia mendapat skor 2,9 dan merupakan
skor terendah dari 31 negara, artinya bahwa legal enforcement di Indonesia sangat
lemah dan ini berdampak pada rendahnya tingkat proteksi terhadap investor.
Adanya bukti empiris bahwa tingkat manajemen laba emiten di Indonesia relatif
tinggi dan tingkat proteksi terhadap investor yang rendah menimbulkan
pertanyaan,
apakah investor mempertimbangkan besaran
akrual
(proksi
manajemen laba) dalam menentukan tingkat imbal hasil saham yang
dipersyaratkan (required rate of return)?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan adalah tingkat pengembalian
yang diinginkan oleh investor untuk menanamkan uangnya di perusahaan dan
dikenal dengan sebutan biaya modal ekuitas. Penelitian tentang pengaruh
manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas masih sangat sedikit. Sebagian
besar penelitian manajemen laba dikaitkan dengan hipotesis akuntansi positif,
penawaran saham perdana atau Initial Publik Offering (IPO), Seasoned Equity
Offering (SEO) serta take over.
Penelitian Dechow et al. (1996) merupakan satu-satunya sumber referensi
yang penulis temukan, yang mengkaji tentang dampak dari tindakan manipulasi
laba terhadap biaya modal ekuitas. Kesimpulan yang diperoleh adalah biaya
modal ekuitas perusahaan yang terkena sangsi SEC (Securities Exchange
Commission) karena diduga melakukan manajemen laba lebih tinggi secara
signifikan dibandingkan dengan sampel kontrol.
Ada beberapa variabel yang menyebabkan tinggi rendahnya cost of equity
capital yang akan ditanggung perusahaan, salah satunya adalah ukuran
perusahaan. Informasi yang digunakan investor untuk mengambil keputusan tidak
lepas dari ukuran perusahaan, karena ukuran perusahaan merupakan ukuran
ketersediaan informasi. Semakin besar perusahaan berarti semakin besar informasi
yang harus diungkapkan oleh perusahaan yang berkonsekuensi menimbulkan
biaya untuk menyediakan informasi atau biaya modal ekuitas.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji ulang pengaruh manajemen laba
dan ukuran perusahaan terhadap biaya modal ekuitas pada perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
pertambangan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan manajemen laba,
ukuran perusahaan dan biaya modal ekuitas pada penelitian ini karena masih
terdapat perbedaan hasil pada beberapa penelitian. Sementara variabel ukuran
perusahaan (size), dimana peneliti lebih banyak mengunakan ukuran perusahaan
sebagai variabel kontrol. Namun pada penelitian saat ini, peneliti ingin meneliti
ukuran perusahaan (size) bukan sebagai variabel kontrol, namun sebagai variabel
independen.
Penelitian yang dilakukan oleh Subramanyam dan John (2010) memberikan
bukti empirik bahwa manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap
biaya modal ekuitas. Menurut Ali Imran (2012), ukuran perusahaan,
pengungkapan sukarela dan manajemen laba secara bersama-sama berpengaruh
terhadap cost of equity capital. Sementara Agus Purwanto (2012) menyatakan
bahwa manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas
dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Begitupula Regina Reizky Ifonie (2012)
menyatakan bahwa manajemen laba dan asimetri informasi tidak berpengaruh
terhadap biaya modal ekuitas.
Berdasarkan dengan uraian diatas, maka penelitian ini mengambil judul
“Pengaruh Manajemen Laba dan Ukuran Perusahaan Terhadap Biaya
Modal Ekuitas pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2013-2015.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
B.
Rumusan Masalah Penelitian
Leuz et al. (2003) melakukan studi komparatif internasional tentang
manajemen laba dan proteksi investor dengan sampel 31 negara, yang meliputi
periode pengamatan dari tahun 1990 sampai tahun 1999. Dalam penelitian ini
Indonesia termasuk sebagai sampel. Berdasarkan pada nilai rata - rata skor
manajemen laba, Indonesia berada pada tingkat menengah, tingkat terendah
manajemen laba adalah Amerika Serikat.
Jika dibandingkan dengan negara ASEAN yang ikut terpilih sebagai sampel
yaitu Malaysia, Filipina, dan Thailand, maka Indonesia adalah yang paling besar
tingkat manajemen labanya dan tingkat proteksi terhadap investor sangat rendah.
Adanya bukti empiris bahwa tingkat manajemen laba emiten di Indonesia relatif
tinggi dan tingkat proteksi terhadap investor yang rendah menimbulkan
pertanyaan,
apakah investor mempertimbangkan besaran akrual
(proksi
manajemen laba) dalam menentukan tingkat imbal hasil saham yang
dipersyaratkan (required rate of return)?
Penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Utami (2005), mendorong peneliti
untuk menguji kembali terkait hasil penelitiannya yang berhubungan dengan
manajemen laba dan ukuran perusahaan dengan biaya modal ekuitas. Penelitian
Wiwik Utami (2005) menyatakan bahwa manajemen laba, beta saham dan
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas, dimana beta saham
dan ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel kontrol dengan objek
penelitian perusahaan manufaktur.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Penelitian mengenai manajemen laba, ukuran perusahan dan biaya modal
ekuitas juga dilakukan oleh Agus Purwanto (2012) yang menyatakan bahwa
manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas dan
ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap biaya modal ekuitas. Akan tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian
Gulo (2000) yang menyatakan bahwa cost of equity capital perusahaan tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya nilai pasar ekuitas perusahaan.
Penelitian saat ini melakukan pengujian untuk memperoleh bukti empiris
pengaruh manajemen laba dan ukuran perusahaan terhadap biaya modal ekuitas,
dimana ukuran perusahaan bukan sebagai variabel kontrol, melainkan variabel
independen dengan objek penelitian perusahaan pertambangan. Berdasarkan
uraian yang dijelaskan tersebut, maka disusun permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap biaya modal
ekuitas?
2.
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap biaya modal
ekuitas?
C.
Tujuan dan Kontribusi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Menguji dan menganalisis pengaruh manajemen laba terhadap biaya
modal ekuitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
b. Menguji dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap
biaya modal ekuitas.
2. Kontribusi Penelitian
Nelson et al. (2000) meneliti praktik manajemen laba yang dilakukan
oleh manajemen di Amerika Serikat dan mengidentifikasi penyebab
auditor membiarkan manajemen laba tanpa dikoreksi. Dengan memakai
data 526 kasus manajemen laba yang diperoleh dengan cara survey pada
kantor akuntan publik yang tergolong the big five disimpulkan bahwa :
(1) 60% dari sampel melakukan usaha manajemen laba yang berdampak
pada meningkatnya laba tahun berjalan, sisanya 40% berdampak pada
penurunan laba, (2) manajemen laba yang paling banyak dilakukan
adalah yang berkaitan dengan cadangan (reserve), kemudian berdasarkan
urutan frekuensi kejadian adalah : pengakuan pendapatan, penggabungan
badan usaha (business combination), aktiva tidak berwujud, aktiva tetap,
investasi, sewa guna usaha. Ashidiqi (2013) meneliti pengaruh
manajemen laba, risiko beta dan ukuran perusahaan terhadap biaya
modal ekuitas yang memberikan hasil bahwa manajemen laba
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap biaya modal ekuitas,
sementara risiko beta yang memiliki pengaruh negatif dan signifikan,
serta ukuran perusahaan yang berpengaruh positif dan signifikan
terhadap biaya modal ekuitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download