BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Pakan Rataan

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Konsumsi Pakan
Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan konsumsi pakan ayam kampung super yang diberi jenis pakan yang berbeda
selama penelitian
Ulangan
1
2
3
4
Total
Rata-rata
R1
39.05
36.72
32.72
33.57
142.06
35.52ns
R2
39.65
39.63
36.22
38.06
153.56
38.39ns
Perlakuan
R3
34.03
38.06
35.89
38.75
146.73
36.68ns
R4
33.40
34.80
35.71
35.86
139.77
34.94ns
R5
38.29
38.98
33.12
37.20
147.58
36.89ns
Jumlah
184.42
188.18
173.66
183.44
729.70
ns ):berbeda tidak nyata
Berdasarkan hasil analisis menggambarkan bahwa pemberian jenis pakan
yang berbeda pada setiap perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05)
terhadap konsumsi pakan ayam kampung super, dengan rataan konsumsi untuk setiap
perlakuan masing-masing R1, R2, R3, R4 dan R5 adalah : 35, 52 gram, 38.39 gram,
36.68 gram, 34.94 gram, 36.89 gram.
Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan jenis pakan yang berbeda pada
ayam kampung super tidak menyebabkan perbedaan konsumsi ransum antar
perlakuan. Hal ini diakibatkan oleh ternak yang digunakan dalam penelitian memiliki
umur yang sama sehingga kecenderungan untuk mengkonsumsi pakan setiap harinya
juga sama.
39.00
38.39
38.00
36.90
36.68
37.00
36.00
35.52
34.94
35.00
34.00
33.00
1
R1
R2
R3
R4
R5
Gambar 1. Grafik Konsumsi Pakan Ayam Kampung Super
Yang Diberi Jenis Pakan Komesial
Tillman et al.,. (1989) menyatakan bahwa ternak dalam mengkonsumsi
ransum tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan,
produksi dan reproduksi. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh lingkungan, imbangan
zat-zat makanan, kualitas ransum, bangsa ternak, kecepatan pertumbuhan, bobot
badan, tingkat produksi, palatabilitas ransum dan tingkat energi ransum. Menurut
Wulandari (2000) konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur
ternak,
penyakit
kandungan protein dalam ransum, genetik, kepadatan dalam kandang,
Jika dilihat secara numerik rataan konsumsi pada perlakuan R1 dan R4 lebih
rendah dibandingkan dengan perlakuan R2, R3 dan R5, terjadi perbedaan jumlah
konsumsi pakan. Perbedaan jumlah konsumsi ini diakibatkan oleh sifat fisik ransum
yang diberikan pada ternak ada yang berupa serbuk sehingga ternak ayam tidak
menyukainya.
Konsentrasi protein yang menurun dari tiap perlakuan menyebabkan tingkat
palatabilitas pakan akan berbeda dan ada kecenderungan ternak untuk lebih memilih
pakan yang disukai.
Protein adalah zat-zat yang esensial bagi kehidupan karena zat tersebut
merupakan komponen protoplasma aktif dalam semua sel hidup dan mempunyai
peranan penting dalam tubuh ternak, yaitu sebagai zat pembangun tubuh, sumber
energi, penghasil enzim-enzim, hormon dan zat kekebalan (Anggorodi, 1985).
Penggunaan protein yang jumlahnya kurang akan menyebabkan pertumbuhan
terhambat, dan bila keadaan ini berlangsung terus maka ternak akan mati.
Penggunaan protein yang terlalu tinggi dalam ransum tidak selamanya efisien
(Parakkasi, 1990). Lebih lanjut Tillman et al.,. (1989) menyatakan bahwa ternak
dalam mengkonsumsi ransum tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup
pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh
lingkungan, imbangan zat-zat makanan, kualitas ransum, bangsa ternak, kecepatan
pertumbuhan, bobot badan, tingkat produksi dan palatabilitas ransum.
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap
nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak,
umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit)
dan lingkungan tempat hidupnya, serta bobot badannya.
4.2. Pertambahan Bobot Badan
Pertumbuhan adalah proses pertambahan bobot hidup sejak pembuahan dan
lahir hingga mencapai berat dan ukuran dewasa. Pertumbuhan merupakan hasil
interaksi antara bibit, ransum dan tatalaksana yang baik untuk menjamin suksesnya
setiap usaha peternakan ayam kampung super. Pertambahan bobot badan pada ayam
merupakan hasil produksi yang diukur dan dapat dilihat, pertambahan bobot badan
yang diutamakan adalah hasil bobot akhir.
Berdasarkan hasil pengamatan rataan pertambahan bobot badan setiap
perlakuan selama penelitian terdapat Tabel 4.
Tabel 4. Pertambahan bobot badan ayam kampung super yang diberi jenis pakan
yang berbeda selama penelitian (gram/ekor)
Ulangan
1
2
3
4
Total
Rata-rata
Perlakuan
R1
11.80
10.90
11.68
12.00
46.39
11.5 9ns
R2
9.60
11.43
10.72
12.79
44.54
11.14ns
R3
9.65
10.54
10.12
11.43
41.73
10.43ns
R4
10.97
10.62
1 0.72
13.15
45.47
11.37ns
R5
11.59
10.94
10.64
13.73
46.92
11.73ns
Jumlah
53.61
54.44
53.89
63.11
225.05
ns) berbeda tidak nyata
Berdasarkan pengamatan pertambahan bobot badan terlihat perlakuan R1 dan
R5 masih lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan R2, R3 dan R4. Hal ini
menandakan bahwa penggunaan ransum dari jenis pakan menyebabkan perbedaan
pertambahan bobot badan masing-masing antar perlakuan meski secara statistik tidak
di temukan adanya perbedaan.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan berbeda tidak
nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Hal ini menunjukkan bahwa
pertambahan bobot badan dari masing-masing perlakuan adalah sama. Hal ini
dipengaruhi oleh konsumsi pakan yang sama dalam setiap perlakuan sehingga
menghasilkan pertambahan bobot badan yang sama untuk masing-masing perlakuan.
12
11.5
R1
11
R2
10.5
R3
R4
10
R5
9.5
1
Gambar 2. Grafik pertambahan bobot badan ayam kampung super
yang diberi jenis pakan komersial
Laju pertumbuhan dari unggas dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni
genetik, konsumsi pakan, kandungan protein dalam pakan serta sistim pemeliharaan.
Sedangkan pertambahan bobot badan per-unit pakan yang dikonsumsi tidak hanya
dipengaruhi oleh sifat genetik tetapi juga oleh faktor pakan penyakit dan pengelolaan.
4.3. Konversi Ransum
Rataan konversi pakan ayam kampung super pada periode starter yang diberi
berbagai jenis pakan yang berbeda dalam penelitian ini terlihat dalam Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Konversi Ransum Ayam Kampung Super Yang Diberi Jenis Pakan
Komersial
Ulangan
1
2
3
4
Total
Rata-rata
R1
0.144951
0.154699
0.12302
0.114736
0.537406
0.13ns
R2
0.164524
0.145376
0.147893
0.137294
0.595086
0.15ns
Perlakuan
R3
0.146778
0.143282
0.152298
0.148042
0.590399
0.15ns
R4
R5
0.128807 0.153941
0.142016 0.154567
0.143868 0.145642
0.120929 0.12991
0.535619 0.58406
0.13ns
0.15ns
Jumlah
0.739
0.73994
0.712721
0.65091
2.84257
ns) berbeda tidak nyata
Berdasarkan hasil analisa statistik, penggunaan pakan yang berbeda jenis
sebagai pakan ayam kampung super pada fase starter tidak berpengaruh nyata
(P>0.05) terhadap konversi ransum selama 28 hari pemeliharaan. Konversi pakan
yang tidak berbeda nyata ini disebabkan oleh konsumsi pakan dan bobot badan yang
tidak berbeda nyata dalam setiap perlakuan yang diberikan selama penelitian. Hal
tersebut menunjukkan bahwa konsumsi ransum untuk menaikkan bobot badan ayam
kampung super setiap 1 kg untuk semua perlakuan hampir sama.
Angka konversi ransum masing-masing pada perlakuan adalah, R1, R2, R3,
R4, dan R5 dengan nilai berturut-turut: 0.13, 0.15, 0.15, 0.13 dan 0.15. Perlakuan
(R1dan R4) memiliki nilai konversi lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan R2,
R3 dan R5.
0.15
0.145
R1
0.14
R2
R3
0.135
R4
0.13
R5
0.125
1
Gambar 3. Grafik Konversi ransum ayam kampung super yang diberi
jenis pakan komersial
Konversi ransum yang cenderung rendah dengan diimbangi dengan
pertambahan bobot badan yang tinggi merupakan indikasi keberhasilan dalam
memilih ransum yang berkualitas baik.
Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun
ransum yang berkualitas. Lain halnya dengan Lacy dan Vest (2004) menyatakan
bahwa faktor utama yang mempengaruhi konversi ransum adalah genetik, kualitas
ransum, penyakit, temperatur, sanitasi kandang, ventilasi pengobatan dan manajemen
kandang. Konversi ransum berguna untuk mengukur produtivitas ternak.
Download