babi pendahuluan

advertisement
http://www.mb.ipb.ac.id/
BABI
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pada era ekonomi global, akan muncul beberapa perubahan yang
mendasar, mudahnya perpindahan arus barangfjasa, faktor produksi dan modal
masuk maupun keluar di setiap negara. Kondisi ini membuat setiap negara harus
bekerja secara efisien dan efektif, agar perusahaan/negara dapat bersaing
sehingga produk yang dihasilkan mempunyai daya saing tinggi di pasar global.
Proses ini akan berlangsung lebih cepat setelah adanya penandatanganan
kesepakatan Putaran Uruguay/GATT atau World Tracie Organization ()NTO)
pada tanggal 15 April 1994 di Marrakesh, Marokko, Kesepakatan tersebut
ditandatangani oleh 125 negara. Dralt final Act (DFA) yang diajukan setelah
dibahas dan diadakan perubahan disetujui sebagai Final Act (FA) dan dikenal
sebagai GATT 1994. Selain itu juga·dibentuk Organisasi perdagangan Dunia
atau World Tracie Organization ()NTO).
Dengan dicapainya kesepakatan dalam GATT, maka babak baru dalam
perdagangan internasional dimulai. Menghadapi situasi demikian, berbagai
persiapan perlu dilakukan. Efisiensi adalah kunci yang memerlukan perhatian
serius untuk dipecahkan dalam menghadapi pasar global, termasuk di dalamnya
peningkatan keunggulan komparatif dan kompetitif suatu komoditas yang
diperdagangkan. Dalam bidang pertanian, tuntutan tersebut semakin diperlukan
http://www.mb.ipb.ac.id/
mengingat persaingan akan semakin ketat dan berbagai proteksi yang diberikan
selama ini harus dihilangkan atau disesuaikan dengan kesepakatan yang ada
dalam GATT (Amang,1994).
Tujuan
dari
tarif (proteksi)
adalah
untuk
mempengaruhi
alokasi
sumberdaya diantara berbagai macam altematif, khususnya altematif dalam
berbagai maeam industri. Besarnya tarif nominal atau besarnya proteksi nominal
tidak dapat memprediksi seeara relatif tepat arus sumberdaya. Prediksi kemana
arah sumberdaya bergerak hanya dapat dilihat dengan menghitung-hitung
berapa besarnya tarif efektif (Bawazier, 1989).
Oalam konteks Negara-negara berkembang yang telah meneari upayaupaya yang tidak mudah mengenai impor pertanian mereka yang pada umumnya
adalah makanan kebutuhan pokok. Pada satu pihak mereka ingin mendapatkan
dengan harga yang murah bagi konsumsi masyarakat. Namun, naluri untuk
menerapkan pajak impor dan melindungi para produsen juga kuat. Yang sering
muneul adalah pola kebijakan yang memberi subsidi bagi konsumsi makanan
pokok yang diimpor, tetapi hal itu akan mengakibatkan para produsen
menghadapi harga yang dibawah maupun di atas harga dunia (Kindleberger,
1995). Oi Indonesia seperti kasus gandum yang disubsidi oleh pemerintah
melalui lembaga BULOG kepada P.T. Bogasari.
Selanjutnya juga dikaji peranan Indonesia di pasar internasional. Pada
Tabel 1.1.1. ditunjukkan peranan Indonesia dalam perdagangan intemasional
masih terlalu keeil. Seeara kuantitas ekspor Indonesia terus meningkat terlihat
2
http://www.mb.ipb.ac.id/
pada tahun 1985 sebesar US $ 18 miliar, pada tahun 1990 sebesar US $ 25
miliar, pada tahun 1992 sebesar US $ 34 miliar dan pada tahun 1994 sebesar US
$ 40 miliar. Walaupun secara umum peranan Indonesia di pasar internasional
cenderung meningkat, pada tahun 1985 sebesar 0,92% kemudian pada tahun
1994 menjadi 0,99%, namun pada tahun 1990 menurun sebesar 0,73%.
TabeI1.1.1.
Peranan Indonesia dalam Perdagangan Dunia
Tahun 1985 - 1994
-
1985
1990
1992
1994
1.947
18
0,92
3.440
25
0,73
3.731
34
0,91
4.021
40
0,99
•
•
267
3
1,12
419
4
0,95
449
5
1,11
7
•
•
1.191
3
0,25
2.435
9
0,37
2.736
16
0,58
URAIAN
Total Ekspor Dunia (US $ miliar)
• Dunia
• Indonesia
Q Peranan (%)
Hasil Pertanian (US $ miliar)
Dunia
Indonesia
Q Peranan (%)
Manufaktur (US $ miliar)
Dunia
Indonesia
Q Peranan (%)
.
-
21
-
..
Sumber: GAIT, Statostik International Trade 1994.
Ekspor komoditas hasil pertanian di pasar internasional secara kuantitatif
peningkatannya sangat lambat, terlihat pada tahun 1985 sebesar US $ 3 miliar
kemudian pada tahun 1994 menjadi US $ 7 miliar. Peranan Indonesia di pasar
internasional untuk komoditas hasil pertanian sangat kecil dan cukup berfluktuasi,
3
http://www.mb.ipb.ac.id/
terlihat pada tahun 1985 sebesar 1,12%, pada tahun 1990 sebesar 0,95% dan
pada tahun 1992 sebesar 1,12%.
Pada ekspor komoditas manufaktur secara kuantitatif dan persentase
(peranan) cenderung meningkat secara lambat mengingat ekspor non migas baru
digalakkan oleh pemerintah. Ekspor komoditas manufaktur pada tahun 1985
sebesar US $ 3 miliar meningkat menjadi US $ 21 pada tahun 1994. Walaupun
masih kecil tetapi peningkatannya terus konsisten persentase (peranan) ekspor
manufaktur di pasar internasinal pada tahun 1985 sebesar 0,25% meningkat
menjadi 0,58% pada tahun 1992.
Apabila dibandingkan antara komoditas ekspor hasil pertanian dengan
ekspor hasil manufaktur di pasar internasional, komoditas hasil pertanian
bergerak relatif lambat. Penyebab rendahnya ekspor komoditas pertanian dan
harganya yang cukup berfluktuasi dapat berasal dari faktor dalam nageri maupun
luar negeri. Faktor dari dalam negeri, pertama, tingkat kompetitif komoditas
agribisnis sangat rendah, karena biaya proses produksi yang tinggi. Kedua, "Low
quality", sebagai akibat rendahnya "quality control" baik bahan baku maupun
bahan jadi. Ketiga, rendahnya minat investasi baik PMON maupun PMA untuk
agribisnis. Keempat, fasilitas infrastruktur yang ada belum memadai untuk
menunjang pengembangan ekspor produk agribisnis yang efisien.
Faktor dari luar negeri, pertama, permintaan terhadap sebagian komoditas
agribisnis (komoditi primer) tidak sebanding dengan peningkatan pendapatan.
Komoditi primer pada dasarnya mempunyai "income elasticity" yang lebih kecil
4
http://www.mb.ipb.ac.id/
dari satu. Kedua, Masih banyak hambatan baik tarif maupun non-tarif (yang
terselubung) yang diterapkan oleh negara-negara maju terhadap impor komoditas
Agribisnis. Ketiga, sistem pemasaran komoditas agribisnis di luar negeri lebih
bersifat monopsoni (Hutabarat,1996).
Meskipun sukar diperkirakan secara rinci manfaat positif dari Putaran
Uruguay/GATT, namun berbagai perhitungan yang dilakukan telah memberikan
gambaran mengenai perubahan variabel-variabel ekonomi seperti POB, ekspor
dan impor. Beberapa studi yang pernah dilakukan memperkirakan bahwa dampak
dari Putaran Uruguay/GATI akan cukup signifikan. Oalam hal ini : Perlama, POB
dunia akan meningkat sebesar $ 230 miliyar dalam tahun 2005 apabila
dibandingkan seadainya tidak ada Putaran Uruguay. Kedua, perdagangan secara
riil (merchandise trade) diperkirakan akan meningkat sekitar 12% atau $ 745
miliyar pada harga konstan dalam dolllar 1992. Ketiga, akan terjadi perubahan
keunggulan komparatif ekonomi, yang menimbulkan gelombang baru relokasi
industri. Perhitungan di atas belum mencakup dampak dinamik yang terkandung
di dalamnya, karena pada dasarnya diantara hasil-hasil GATI banyak bersifat
kualitatif seperti tarifikasi dan penguatan disiplin (Goeltom, 1994).
Oalam kaitan hubungan antar negara, sampai saat ini masih terdapat dua
kubu kepemihakan atas sistem perdagangan bebas, yakni : Perlama, kubu yang
optimis (trade optimists) mengemukakan bahwa liberalisasi perdagangan akan
mendorong pertumbuhan ekspor yang cepat dan pertumbuhan ekonomi. Kedua,
kubu pesimis (trade pesimists) melihat bahwa ekspor negara yang sedang
5
http://www.mb.ipb.ac.id/
berkembang dalam perdagangan bebas akan tumbuh secara perlahan karena
berbagai sebab antara lain: kurangnya permintaan terhadap bahan mentah dari
negara dunia ketiga, ditemukannya substitusi sintetis bahan mentah tersebut,
rendahnya elastisitas pendapatan terhadap permintaan untuk produk primer dan
barang manufaktur ringan, meningkatnya produktifitas pertanian negara maju dan
meningkatnya proteksi baik bagi produk pertanian maupun industri yang intensif
tenaga kerja di negara-negara maju (Sjaifudin, 1996).
1.2.
Perumusan Masalah
Walaupun masih ada pendapat yang optimis dan pesimis mengenai
Putaran Uruguay (GATT) atau WTO, namun demikian setelah kesepakatan
penandatanganan di Marrakesh, terlihat telah memiliki tujuan yang hendak
dicapai melalui GATTIWTO yaitu meningkatkan taraf hidup masyarakat dunia.
Hal ini dapat dicapai karena kasepakatan GATIIWTO diharapkan akan mampu
mendorong meningkatkan volume perdagangan internasional yang lebih efisien,
sehingga akan mendorong peningkatan produksi dan investasi serta memperluas
lapangan kerja dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Konsep dan definisi pertanian mengacu pada Indikator Pertanian dari
publikasi Biro Pusat Statistik (BPS). Konsep dan definisi pertanian adalah
kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman bahan makanan, perkebunan,
perikanan, kehutanan dan peternakan.
6
http://www.mb.ipb.ac.id/
Masalah utama yang dihadapi Indonesia, khususnya kelompok ·pertanian
adalah komoditas/output pertanian, terutama setelah GAITIWTO mulai diaktifkan
selama 10 tahun (tahun 2005) pada kasus negara-negara yang sedang
berkembang. Tingkat proteksi pengurangan tarif yang diperkenankan hingga
pada tingkat rata-rata 36% (GAIT Secretary, 1993).
Indonesia diberi kesempatan untuk menunda pembukaan pasar bebas
termasuk pada komoditas pertanian. Selama kurun waktu tersebut diharapkan
para produsen dan lembaga-Iembaga terkait lainnya mampu bekerja efisien
sehingga
pada
saat
diberlakukan
pasar
bebas
mampu
berkompetisi.
Permasalahan mendasar adalah apakah Indonesia telah siap mengantisipasi
keputusan GAITIWTO dalam kurun waktu tersebut ? Dalam hubungannya
dengan penelitian ini, ditelaah upaya mengantisipasi kesepakatan putaran
Uruguay (GAITIWTO) khususnya dalam aspek pengembangan komoditas
pertanian.
Kajian ini dibatasi pada beberapa hal yaitu: (i). apakah komoditas pertanian
mempunyai keunggulan komparatif dalam produksinya yang dikaji dart tingkat
penggunaan sumberdaya domestik; (ii). Bagaimana menurut rangking komoditas
yang mempunyai keunggulan komparatif yang sangat menguntungkan; (iii).
Apakah proteksi (perlindungan) atau insentif yang diberikan pemerintah kepada
produsen komoditas pertanian sudah cukup efektif, khususnya dalam usaha
peningkatan efisiensi; dan (iv). Pola pengembangan dan kebijakan-kebijakan apa
7
http://www.mb.ipb.ac.id/
yang harus ditempuh untuk meningkatkan daya saing komoditas pertanian
dipasar global.
Penelitian ini dibatasi pada komoditas pertanian yang diekpor dan
diperkirakan cukup mampu bersaing di pasar global. Dalam penelitian ini diteliti 4
(empat) kelompok sub-sektor pertanian yang termasuk dalam 15 komoditas
pertanian. Kelompok sub-sektor pertanian tersebut terdiri dari :
1. Sub-sektor Pangan, yaitu komoditas jagung, kedelai dan sayur-sayuran;
2. Sub-sektor Perkebunan,
yaitu komoditas karet, tebu, kelapa sawit, hasil
tanaman serat, tembakau, kopi, teh dan hasil kebun lainnya.
3. Sub-sektor Kehutanan, yaitu kayu dan hasil hutan lainnya
4. Sub-sektor Perikanan, yaitu Ikan laut dan hasil laut lainnya serta ikan darat
dan hasil perairan darat lainnya.
Pengelompokan
komoditas pertanian tersebut didasarkan
kepada
sistem
pengelompokan yang ada pada Tabel Input -Output (1-0) Indonesia tahun 1990.
Jenis output (kode sektor), terrnasuk pengelompokan komoditas pertanian dalam
tabel tersebut berjumlah 161 sektor (jenis output).
8
http://www.mb.ipb.ac.id/
1.3.
Tu]!.!a!'! Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahui Tingkat Proteksi Efektif yang dimiliki 15 komoditas pertanian
Indonesia.
2.
Mengetahui
Biaya
Sumberdaya
DomestiklDalam
Negeri
pada
15
komoditas pertanian.
3.
Kebijakan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan daya saing
komoditas pertanian dalam rangka menghadapi pasar global.
1.4.
Kegunaan Penelitian
Dari tujuan yang ingin diamati, diharapkan penelitian ini dapat digunakan
untuk:
1.
Mengevaluasi tingkat proteksi efektif pada 15 komoditas pertanian
Indonesia.
2.
Mengevaluasi Biaya Sumberdaya DomestiklDalam Negeri pada 15
komoditas Pertanian.
3.
Mengetahui berapa jumlah komoditas pertanian Indonesia yang layak
diperdagangkan di pasar internasional.
4.
Sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan, untuk penetapan
kebijakan dimasa yang akan datang, berkaitan dengan pengembangan
agribisnis dan agroindustri dalam negeri dalam menghadapi pasar global.
9
http://www.mb.ipb.ac.id/
1.5.
Hipotesa
Hipotesa yang diajukan adalah :
1.
Tingkat Proteksi Efektif yang dimiliki oleh
15 komoditas pertanian
Indonesia relatif lebih besar dari 36 % (perjanjian tarif yang telah diratifikasi
dalam GATTIWTO).
2.
Biaya
Sumber
exchange fate
Daya
DomestiklDalam
(DRC/SER) pada
relatif lebih besar dari satu.
10
15
Negeri dibagi shadow
komoditas pertanian Indonesia
Download