ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL : OSTEOSARKOMA DI RUANG DAHLIA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS
17 JUNI-21 JUNI 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Keperawatan
Di STIKes Muhammadiyah Ciamis
Disusun oleh :
SITI NURROHMAH
NIM. 13DP277050
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PROGRAM STUDI III KEPERAWATAN
CIAMIS
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL : OSTEOSARCOMA DI RUANG DAHLIA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS
17JUNI-21 JUNI 2016
Siti Nurrohmah2 H. Rudi Kurniawan 3.
INTISARI
Berdasarkan rekapitulasi data yang diperoleh dari rekam medik RSUD
Kabupaten Ciamis periode Januari s/d April 2016 di Ruang Dahlia tidak terdapat
kasus penyakit Osteosarkoma, tetapi pada saat pengkajian bulan Juni 2016
terdapat kasus penyakit Osteosarkoma Asuhan keperawatan yang diberikan pada
klien Tn. I dengan gangguan sistem Muskuloskeletal menggunakan metode
deskriptif melalui pendekatan studi kasus dengan cara observasi, wawancara,
studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Waktu pelaksanaan asuhan
keperawatan yang dilakukan kepada klien mulai tanggal 17 Juni-21 Juni 2016.
Tujuan dari asuhan keperawatan yakni mampu melaksanakan asuhan keperawatan
yang diberikan secara langsung dan komperehensif meliputi aspek biologis,
psikologis, sosial dan spiritual dengan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil
asuhan keperawatan setelah dilakukan pengkajian, muncul masalah yang
ditemukan yaitu nyeri berhubungan dengan dekstruksi jaringan saraf, cemas
berhubungan dengan krisis situasi (kanker), defisit perawatan diri berhubungan
dengan gangguan gerak, hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
penurunan rentan gerak, resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses
penyakit kronis. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis bekerja sama
dengan perawat ruangan, klien, dan keluarga klien. Penulis menggali data dengan
optimal sehingga masalah dapat ditemukan dan dibuat perencanaan dalam
mengatasi masalah tersebut. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 5 hari,
masalah klien sebagian teratasi. Kesimpulannya yaitu Osteosarkoma merupakan
kanker tulang primer yang paling sering terjadi pada individu muda sampai usia
30 tahun dan sedikit lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan pria dari pada
anak perempuan dan wanita, dengan rasio 1,5 : 1 ( Menurut Suhamo & Tobias,
1986 Dalam Kneale, 2011 hal:317 ).
Selama asuhan keperawatan penulis melaksanakan observasi langsung serta
didukung dengan adanya keterbukaan dan komunikasi baik dari klien dan
keluarga klien,namun tidak lupa kerjasama dengan perawat ruangan dan tim
kesehatan lainnya untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan
yang optimal.
Kata kunci
:Osteosarcoma
Kepustakaan
: 9 buku (2007-2016), 4 website
Jumlah Halaman : 81 halaman
1. Judul Karya Tulis Ilmiah
2. Mahasiswa Program Studi D-III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis
3. Pembimbing Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut badan kesehatan dunia ( World Heard Oganization ) setiap tahun
jumlah penderita kanker +6,25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100
penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk
220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker pertahun. Di
jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, di perkirakan
terdapat 650 anak yang menderita kanker pertahun. Menurut Errol untung
hutagaluhseorang guru besar dalam Ilmu Bedah Ortopedy Universitas, kurun
waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327
dan kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%).
Jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati
yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31% dari seluruh tumor tulang
ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium
lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum
terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5
tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap
datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit.
Jika segera tidak ditangani maka tumor akan menyebar ke organ lain sementara
penyembuhannya sangat menyakitkan karena memerlukan pembedahan radikal
diikuti kemotherapy (Nadianus, 2012).
1
2
Kanker tulang Osteosarkoma lebih sering menyerang kelompok usia muda
15 -25 tahun (Pada usia pertumbuhan) menurut Smeltzer. Rata-rata penyakit ini
terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama
dengan anak perempuan. Tetepi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
di temukan pada anak laki-laki sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui.
Osteosarkoma menyumbang sekitar 0,2% dari jumlah kanker. Dalam seluruh
dunia, setiap tahun sekitar 2890 orang di diagnosa mengidap Osteosarkoma,
sekitar 1410 orang meninggal karena Osteosarkoma. Dalam osteosarkoma yang
paling sering dijumpai adalah Osteosarkoma, menempati sekitar 30. Tingkat
insiden Osteosarkoma pada usia muda agak tinggi kebanyakan pada usia 10-20
tahun, dengan perbandingan angka osteo sarkoma antara laki-laki dengan
perempuan 2 : 1. (Viraguna, 2013)
Perawat memiliki peran yang sangat penting agar proses penyembuhan
pasien bisaberlangsung lancar. Perawat berperan memberikan dukungan pada
pasien dengan melakukan diagnosa. Perawat juga mencari tahu kebutuhan psikososial dan spiritual pasien. Perawat juga hasus memenuhi kebutuhan cairan dan
nutrisi pasien di samping membantu klien untuk berhasil melewati berhasil
melewati fase penyembuhan. Peran-peran tersebut dijelaskan intervensi
keperawatan juga dijelaskan dalam askep kanker, intervensi keperawatan
merupakan cara penangananterhadap pasien berdasarkan kondisi yang terjadi.
Perawat profesional sangat dibutuhkan dalam penanganan kanker dan penyakit
lainnya. Askep kanker merupakan pedoman penting untuk mewujudkan perawat
yang profesional dan tanggap dalam menanagani penyakit kanker.
3
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma ) merupakan tumor tulang maligna
primer yang paling sering dan yang fatal,tumor ini ditandai dengan metastasis
hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebab kan mortalitas tinggi karena
sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pertama kali klien berobat
(Muttaqin, 2008).
Dalam QS. Yunus 57 disebutkan;
‫ور َوهُ ًدى‬
ِ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجاء ْت ُكم َّم ْو ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَاء لِّ َما فِي الصُّ ُد‬
.‫ين‬
َ ِ‫َو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمن‬
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Dalam hadits lain Rasulullah pernah menyampaikan, “Hendaknya kamu
menggunakan dua macam penawar; madu dan al Qur’an.” (HR. Ibnu Majah dan
al Hakim).
Semoga dengan temuan ilmiah semakin menguatkan iman kita dan menjadikan
Al-Quran dan Sunnah menjadikan pedoman dan penawar.
Kanker tulang sebenarnya mirip jenis kanker lain, yaitu pertumbuhan sel
yang tidak terkendali. Jika dilihat dari asal sel kanker tulang dibagi menjadi
kanker primer dan sekunder. Kanker tulang primer adalah kanker tulang dari sel
tulang itu sendiri. Kanker tulang sekunder adalah merupakan efek penyebaran
kanker dari organ lain seperti payudara, paru-paru, dan prostat. Jenis tulang paling
banyak terjadi adalah Osteosarkama yakni kanker yang menyerang ketika
4
seseorang berusia belasan tahun, selain Osteosarkoma ada kanker tulang jenis
Ewing’s sarkoma yang umum tejadi pada dekade ketiga kehidupan. Pada dekade
keempat ada Chondrosarkoma. Kalau usia lanjut yakni dekade keenam yang
sering menyerang adalah kanker tulang sekunder (Nadianus, 2012)
Kanker tulang dibagi menjadi jinak dan ganas. Yang jinak memang awal
pertumbuhannya cepat tetapi ada tahap tertentu akan berhenti. Sedangakan yang
ganas mempunyai kemampuan untuk menyebar ke tempat lain.
Prevensi kanker tulang memang tidak sebanyak jenis kanker lain. Namun, sebagai
gambaran di Amerika Serikat kanker tulang dalam setahun sekitar 2.000 kasus,
sedangkan kanker paru bisa mencapai 165.000 dapat dilihat dari perbandingan
tersebut bahwa secara jumlah, penderita kanker tulang masih tergolong kecil.
Tetapi yang menjadi masalah adalah bahwa sebagian besar penderita kanker
tulang datang ke dokter dalam kondisi stadium lanjut. Jarang sekali yang masih
terlokalisir atau pada stadium awal.(Nadianus, 2012)
Terdapat penyimpangan KDM yang sangat mencolok pada manisfestasi
klinis penyakit tulang yaitu dilihat dari jenis kanker dan lokalisasi dari kanker
tersebut adapun penyimpangan khususnya dalam bidang KDM (kebutuhan dasar
manusia) yaitu antara lain : nyeri, pembengkakan, keterbatasan gerak, nafsu
makan berkurang, penurunan berat badan, ganguaan pola istirahat, harga diri
turun, menarik diri, gangguan nutrisi (Alfian, 2010).
5
Penanganan Osteosarkoma di kabupaten ciamis di antaranya dilakukan
oleh tenaga kesehatan di RSUD Ciamis. Penderita Osteosarkomaberdasarkan data
dari RSUD Ciamis dapat diketahui bahwa pada periode Januari s/d April
2016bahwa tidak ada klien dengan penderita Osteosarkoma, tetapi pada saat
pengkajian bulan juni 2016 terdapat kasus penderita Osteosarkoma berjumlah satu
orang.Penanganan dari pada kasus Osteosarkoma di rumah sakit perlu perawatan
yang intensif dikarnakan kasus Osteosarkomaberdampak pada kebutuhan dasar
manusia gangguan rasa aman nyeri, gangguan nutrisi, gangguan pola aktivitas,
gangguan pola eliminasi, gangguan rasa aman cemas, gangguan citra tubuh,
(Smeltzer, B 2012).
Hasil pengkajian pada tanggal 17 juni pada Tn. I di Ruang Dahlia RSUD
Ciamis dengan diagnosa medis Osteosarkoma penulis menemukan masalah
keperawatan pada Tn. I di Ruang Dahlia diantaranya ;
1) Nyeri berhubungan kompresi/dekstrusi jaringan
saraf,obstruksi
atau jaras saraf atau inflamasi, serta efek samping berbagai agen
terapi saraf
2) Cemas
berhubungan
(Kanker),ancaman/perubahan
dengan
pada
krisis
status
situasi
kesehatan/sosial
ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian
perpisahan dari keluarga.
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kontraktur, keletihan
atau gangguan gerak
6
4) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan
rentang gerak,kelemahan otot nyeri pada gerakan akibat ekspansi
tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya.
5) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit
kronis
Berdasarkan uraian latarbelakang di atas maka penulis tertarik menyusun
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan keperawatan pada Tn. I dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Osteosarkoma di Ruang Dahlia RSUD
Ciamis Tahun 2016”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman dan mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan
secara langsung dan komprehensif, meliputi aspek bio-psiko dan spiritual
dengan pendekatan proses keperawatan dan mendokumentasikan nya
dalam bentuk Karya Tulis.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien secara komperhensif yang
terdiri dari pengumpulan data, merumuskan dan memproritaskan
masalah dalam Osteosarkoma
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan
klien Osteosarkoma
c. Mampu membuat rencana keperawatan yang berhubungan dengan
Osteosarkoma
7
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dengan masalah
Osteosarkoma
e. Mampu mengevaluasi terhadap tindakan keperawatan dengan masalah
Osteosarkoma
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan dengan masalah
Osteosarkoma.
C. Metode Telaahan
Penulis Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriptip yaitu berupa
studi
kasus dengan pendekatan proses keperawatan, adapun teknik
pengumpulan data, dapat dilakukan melalui cara :
1. Wawancara
Menanyakan atau tanya jawab yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu
ditanyakan baik aspek fisik, mental, sosial, budya, ekonomi, kebiasaan,
lingkungan dan sebagainya.
2. Observasi
Mengamati prilaku klien dan lingkungannya untuk memperoleh data
subjektif tentang masalah kesehatan.
3. Studi Dokumentasi
Studi yang meliputi atau berkaitan dengan catatan keperawatan, serta
catatan kesehatan lainnya.
4. Pemeriksaan Fisik
Malakukan pemeriksaan fisik terhadap klien guna memperoleh data
objektif
8
5. Studi kepustakaan
Studi melalui literatur dengan melihat dari buku sumber yang berkaitan
dengan kasus yang diambil dari pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
D. Sistematika Penulisan
Dalam system penulisan ini, penulis memberikan data secara umum
mengenai uraian pembuatan Karya Tulis. Adapun sistem penulisannya
sebagai berikut :
BAB I
Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, tujuan
penulisan secara umum maupun secara khusus, metode
penelaahan, sistemmatika penulisan.
BAB II
Tinjauan
pustaka
terdiri
dari
pengertian,
etiologi,
patofisiologi, komplikasi, manifestasi klinis, penatalaksanaan
dan dampak penyakit Osteosarkoma terhadap kebutuhan
dasar manusia, tinjauan teoritis asuhan keperawatan dengan
Osteosarkoma
yang
meliputi
pengkajian,
diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
BAB III
Tinjauan kasus meliputi pelaksanaan asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami gangguan muskuloskeletal :
Osteosarkoma yang meliputi tinjauan kasus dan bahasan
yang
mencakup
perencanaan,
pengkajian,
pelaksanaan,
diagnosa
evaluasi
keperawatan,
dan
catatan
perkembanga. Pembahasan berisi tentang ulasan naratif dari
proses keperawatan yang telah dilakukan dan kesenjangan
9
antara pendekatan teoritis dengan pelaksanaan pada kasus
asuhan keperawatan dengan Osteosarkoma.
BAB VI
Simpulan dan saran merupakan pengambilan tindakan
terhadap masalah yang ditemukan sesuai dengan tujuan
penulisan Karya Tulis Ilmiah.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dasar
1. Pengertian
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan tumor tulang
maligna primer yang paling sering dan yang fatal,tumor ini ditandai
dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebab kan
mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika
pertama kali klien berobat ( Muttaqin, 2008).
Osteosarkoma merupakan kanker tulang primer yang paling sering
terjadi pada individu muda sampai usia 30 tahun dan sedikit lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dan pria dari pada anak perempuan dan
wanita, dengan rasio 1,5 : 1 ( Menurut Suhamo & Tobias, 1986 Dalam
Kneale, 2011 hal:317 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor tulang ganas yang
biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada
masa remaja. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering di
temukan pada anak-anak, rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur
15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan
adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki ( Wijaya, 2013 ).
10
11
2. Etiologi
Meskipun tidak ada penyebab keganasan tulang yang pasti, ada
beberapa faktor yang berhubungan yang kemungkinan menjadi faktor
penyebab terjadinya keganasan tulang. Faktor tersebut menurut Muttaqin
(2008) adalah :
a. Genetik. Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya
keganasan tulang, misalnya sarkoma jaringan lunak atau soft tissue
sarcoma (STT).
b. Radiasi. Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh
yang terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan
limfoma maligna yang mendapat radioterapi.
c. Bahan kimia. Bahan kimia seperti Dioxsin dan Phenoxyherbicide
diduga dapat menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan
d. Trauma. Sekitar 30% kasus keganasan pada jaringan lunak
mempunyai riwayat trauma. Walaupun sarkoma timbul pada jaringan
sikatrik lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah
dapat dibuktikan.
e. Limfedema kronis. Limfedema kronis akibat oprasi atau radiasi dapat
menimbulkan limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada
ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma mamma yang
dapat radioterapi pasca-mastektomi.
f. Infeksi. Keganasan pada jaringan lunak dan tulang juga dapat di
sebabkan oleh tulang infeksi parasit, yaitu filariasis.
12
( Menurut O’sullivan & Sakton, 1997 Dalam Kneale, 2011 hal : 317)
Terdapat 5 jenis Osteosarkoma yang utama meliputi :
1) Osteobalastik
2) Kondroblastik
3) Fibroblastik
4) Campuran
5) Telangiektatik
3. Patofisiologi
Menurut Nadianus, (2012) Sarkoma osteogenik (osteosarkoma)
merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh
dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini
adalah
bagian
ujung
tulang
panjang
terutama
lutut.
Penyebab
osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan
menjadi satu predisposisi. Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat
menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan
menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan
ada 2 tumor supresor gene yang berperan secara signifikan terhadap tumor
ginesis pada osteosarkoma. Lokasi tumor dan usia penderita pada
pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan perkiraan ada pengaruh
dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai tumbuh bisa di dalam tulang atau
pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar
tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier
pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma mengadakan metastase
13
secara hematogen paling sering ke paru atau pada tulang lainnya dan
didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metatase pada saat
diagnosis ditegakkan. Adanya tumor ditulang menyebabkan reaksi tulang
normal dengan respon osteolitik (destruksi tulang) atau respon osteblastik
(permukaan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya
jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah. Sementara lainnya
ada yang sangat bermasalah dan sementara lainnya ada yang sangat
berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis
tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas
humerus, dan ujung atas fibia. Timbul dari reaksi tulang normal dengan
respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan
respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi
tulang lokal. Pada proses osteoblastik karena adanya sel tumor maka
terjadi penimbunan periosterum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
4. Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO ditetapkan berdasarkan kriteria hitologis,
jenis diferensiasi sel-sel tumor yang diperlihatkan, dan jenis interseluler
matriks yang diproduksi. Dalam hal ini, dipertimbangkan sifat-sifat tumor,
asal usur sel, serta pemeriksaan histologis yang menetapkan jenis tumor
bersifat jinak atau ganas.
Beberapa hal yang penting sehubungan dengan penetapan klasifikasi,
Menurut muttaqin, ( 2008 ) hal : 117
14
a. Jaringan yang mudah menyebar tidak selalu harus merupakan
jaringan asal.
b. Tidak ada hubungan patologis atau klinis dalam kategori khusus.
c. Sering tidak ada hubungan antara kelainan jinak dan ganas dengan
unsur-unsur jaringannya, misalnya osteoma dan osteosarkoma.
Beberapa tumor hanya disebut dalam satu kelompok yang sederhana,
misalnya osteosarkoma.
Tabel 2.1
Klasifikasi Tumor Berdasarkan Kriteria Histologis (WHO, 1997)
Asal Sel
Osteogenik
Osteoblastoma
Tumor Jinak
Osteoma
Osteoma osteoid
Tumor Ganas
Osteosarkoma
Osteosarkoma parosteal
Kondrogenik
Fibroma
Kondromiksoid
Kondroma
Osteokondroma
Kondroblastoma
Kondrosarkoma
Juksta
kondrosarkoma
kortilal
Mesenkim kondrosarkoma
Giant cell tumor
Mielogenik
-
Osteoklastoma
Sarkoma Ewing
Retikulon-Sarkoma
Limfosarkoma
Mieloma
Vaskular:
Hemangio-endotelioma
Hemangioperistiomaingan
Hemangioma
Limfangioma
Tumor glomus
Angiosarkoma
Jaringan lunak
Fibroma desmoplastik
Lipoma
Fibrosarkoma
Liposarkoma
Mesenkimoma ganas
Sarkoma
ganas
takberdiferensiasi
Tumor lain
Neurinoma
Neurofibroma
Kordoma
Adamantinoma
15
Tumor tanpa klasifikasi
Kista soliter
Kista anueurisma
Kista juksta-artikular
Defek metatisis
Granuloma eosinofil
Displasia fibroma
Miositis osifikans
Tumor Brown
( Sumber muttaqin, 2008 )
5. Perspektif pembedahan
Tujuan pembedahan adalah mengangkat seluruh tumor dengan batas
bedah yang adekuat untuk mencegah lokal ( Grimer, 1996 Dalam Kneale
2011 hal : 323 ) Pembedahan ini dilakukan, baik dengan mempertahankan
ekstremitas ataupun amputasi. Beberapa faktor mempengaruhi :
1) Usia
2) Lokasi tumor
3) Hasil fungsional yang di harapkan pascabedah
6. Manifestasi Klinis
Pasien
dengan tulang tumur datang dengan masalah yang
berhubungan dengan tumor tulang yang sangat berfariasi. Dapat tanpa
gejala atau dapat juga nyeri (ringan dan kadang-kadang sampai konstan
dan berat), kecacatan yang bervariasi, dan pada suatu saat adanya
pertumbuhan tulang yang jelas. Kehilangan berat badan, malaise, dan
demam dapat terjadi. Tumor kadang baru terdiagnosis saat terjadinya
patah tulang patologik.
16
Bila terjadi kompresi korda spinalis, dapat berkembang lambat atau
cepat. Defisit neurologi (misalnya nyeri, progresif, kelemahan, parestesia,
parepeglia, retensi urin) harus diidentifikasi awal dan ditangani dengan
raninektomi dekompresi untuk mencegah cedera korda spinalis permanen
(Smeltzer & Bare, 2012).
7. Penatalaksanaan
Penanganan
osteosarkoma
yang
optimum
adalah
kombinasi
kemoterapi dan pembedahan radikal, baik mempertahan kan ekstremitas
maupun amputasi. Pendekatan ini telah meningat penatalaksanaan
osteosarkoma selama 30 terakhir ini, dengan angka individu dengan
sintas sekitar 55% untuk tumor tanpa metatasis pada saat muncul.
Respon yang baik pada kemoterapi merupakan faktor prognosis yang
penting; jika 90% nekrosis tumor tercapai pada saat reseksi,sintas pasien
meningkat secara signifiakan ( O’sullivan & Saxon, 1997 ). Protokol
kemotrapi percobaan dengan menggunakan kombinasi obat terus
ditinjau, baik secara nasional maupun internasional, untuk mencari
penanganan yang optimum (Dalam kneale, 2011 hal : 318 ).
8. Komplikasi
Menurut Nadianus, (2012) beberapa komplikasi Osteosarkoma terdiri
dari :
a. Akibat langsung mengakibatkan Patah Tulang.
b. Akibat tidak langsung mengakibatkan Penurunan berat badan,
anemia, penurunan kekebalan tubuh.
17
c. Akibat
pengobatan
mengakibatkan
gangguan
saraf
tepi,
penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemotrapi.
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan Menurut Nadianus, (2012) pada
klien Osteosarkoma adalah :
a. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga kodman dan
dekstrusi tulang.
b. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru
c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignasi tumor tulang, meliputi
tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicuirigai
d. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukan adanya peningkatan
alkalin fostafase.
f. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang
dan pernyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
18
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Osteosarkoma
Proses keperawatan pada pasien tumor tulang, pasien didorong untuk
mendiskusikan perjalanan gejala. Selama wawancara, perawat mencatat
pemahaman pasien dan keluarganya mengatasi masalah, dan bagaiman
pasien mengatasi nyeri yang di rasakannya. Pada pemeriksaan fisik, massa
dipalpasi dengan lembut; ukuran dan pembengkakan jaringan lunak yang di
akibatkannya, dan nyeri tekan dicatat, pengkajian neurovaskuler dan
rentang gerak ekstremitas merupakan data dasar sebagai perbandingan
kelak. Mobilitas dan kemampuan pasien melakukan aktivitas sehari-hari di
evaluasi (Smeltzer & Bere, 2012)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar tahap keperawatan
pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya
kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap
ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Oleh karena itu pengkajian
harus diteliti secara cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien
dapat di identifikasi (Rohmah, 2008).
a. Pengumpulan data
1) Identitas
Identitas merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada :
19
a) Identitas klien : nama, umur,jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal operasi, tanggal
pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medis, alamat.
b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien, alamat.
b.
Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan klien
sehingga mendorong pasien untuk mencari pertolongan medis.
Keluhan utama pada pasien Osteosarkoma adalah nyeri.
Menurut Baredero, M (2008) rasa nyeri merupakan salah satu
akibat dari penyakit kanker yang paling ditakuti pasien.
Sebenarnya, nyeri adalah gejala kanker yang paling akhir. Nyeri
dirasakan pada tahap awal karena kanker masih terlokalisasi.
Sekitar 5-10% pasien tumor padat merasa
nyeri
yang
mengganggu kegiatan sehari-hari. Lebih dari 90% pasien
mengalami nyeri jika pasien mengalami nyeri jika kanker sudah
berkembang dan bermetatasis.
2) Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat penyakit apa saja adalah satu-satunya faktor yang
terpenting bagi petugas kesehatan dalam menegakan diagnosis
atau menentukan kebutuhan pasien dengan menggunakan konsep
PQRST (Smeltzer & Bere, 2012)
20
P : (Paliatif / provokatif), apakah yang menyebabkan keluhan dan
memperingan serta memberatkan keluhan.
Q : (Quality / Kwantity), seberapa berat keluhan dan bagaimana
rasanya serta berapa sering keluhan itu muncul.
R : (Region / Radiation), lokasi keluhan dirasakan dan juga arah
penyebaran keluhan sejauh mana.
S : (Scala / Severity), intensitas keluhan dirasakan, apakah sampai
mengganggu atau tidak.
T : (Timming), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah
berulang-ulang, dimana hal ini menentukan waktu dan durasi.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu diketahui apakah ada penyakit dahulu yang pernah dialami
klien yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan
sekarang, misalnya hipertensi, diabetes melitus, asma.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah anggota keluarga yang mempunyai
penyakit serupa dengan klien atau penyakit keturunan lain, karena
klien Osteosarkoma penyebabnya bisa dari riwayat keturunan
(genetik).
c. Keadaan Umum
1) Penampilan
Meliputi kemampuan fisik klien secara umum biasanya terlihat
lemah dan lesu ketika banyak bergerak dan beraktivitas.
21
2) Kesadaran
Tingkat
kesadaran
klien
apakah
compos
mentis
(sadar
sepenuhnya) dengan GCS 15-14, apatis (acuh tak acuh) dengan
GCS 13-12, samnolen (keadaan keasadaran yang mau tidur saja)
dengan GCS 11-10, delirium (keadaan kacau motorik) dengan
GCS 9-7, sopor (keadaan kesadaran yang menyerupai koma)
dengan GCS 9-7, coma (keadaan kesadaran yang hilang sama
sekali) dengan GCS <7).
3) Berat badan dan tinggi badan
Meliputi berat badan dan tinggi badan sebelum sakit dan sesudah
sakit.
4) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu :
a) Tekanan darah
b) Pemeriksaan denyut nadi
c) Pemeriksaan respirasi
d) Pemeriksaan suhu
5) Pemeriksaan Fisik
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dilakukan secara
head to toe dan di dokumentasikan secara persistem yang
meliputi:
22
a) Sistem pernafasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret pada
lubang hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernapas,
auskultasi bunyi napas apakah bersih atau ronchi, serta
frekuensi napas.
b) Sistem kardiovaskuler
Terjadinya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tetapi
keadaan tersebut tergantung dari nyeri yang dirasakan
individu.
c) Sistem pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, kaji abdomen untuk
mengetahui peristaltik usus.
d) Sistem persyarafan
Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsi
kranial, dan fungsi sensori mengkaji : Nyeri superfisial,
sensasi suhu, sensasi posisi (Fransisca, 2008)
e) Sistem penginderaan
Pada sistem penginderaan kemungkinan tidak ada gangguan
pada klien Osteosarkoma.
f) Sistem muskuloskeletal
Rentang sendi yang menunjukan kemampuan luas gerak
persendian tertentu, mulai dari kepala sampai anggota gerak
bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dikatakan klien
23
waktu bergerak, observasi adanya luka, adanya kelemahan dan
penurunan toleransi terhadap aktifitas. Pengkajian sistem
motorik keseimbangan koordinasi gerakan adalah, cepat,
berselang-selang, dan ataksia (Fransisca, 2008)
g) Sistem integumen
Kaji keadaan kulit, tekstur, kelembaban, turgor, warna, dan
fungsi perabaan. Kaji keadaan luka. Pada klien Osteosarkoma
terdapat luka dengan panjang tergantung dari luas luka,
terdapat kemerahan dan terjadi pembesaran pada daerah luka.
h) Sistem endokrin
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme atau
tidak pada kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau tidak.
Biasanya tidak ada masalah pada sistem endokrin.
i) Sistem perkemihan
Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya nyeri tekan dan
benjolan.
6) Pola Aktivitas
Pada klien Osteosarkoma biasanya aktivitas sehari-harinya
terganggu begitu juga pada status personal hygiene akan
mengalami perubahan sehingga personal hygiene klien dibantu
oleh keluarga atau perawat di ruangan.
24
7) Data Penunjang
Menurut Nursalam (2008), data penunjang adala sebagai berikut :
a) Data psikologi
Emosi klien, konsentrasi klien pada saat diajukan pertanyaan
oleh perawat. Menurut Smeltzer (2012) Koping Efektif. Pasien
dan keluarganya didorong untuk mengungkapkan rasa takut,
keprihatian dan perasaan mereka. Mereka membutuhkan
dukungan dan perasaan diterima agar mereka mampu dampak
tumor maligna. Perasaan terkejut, putus asa, dan sedih pasti
akan terjadi, maka rujukan ke perawat psikiatri, ahli psikologi,
konselor atau rohaniawan perlu diindikasikan untuk bantuan
psikologik khusus.
b) Data sosial
Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya aktifitas disekitarnya
baik ketika dirumah atau dirumah sakit. Biasanya ada
perubahan tingkah laku karena menahan nyeri luka operasi
yang dirasakan klien.
c) Data spiritual
Hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana pelaksanaan ibadah
selama sakit. Perlu pula dikaji keyakinan klien tentang
kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang dianut klien
dan bagaimana persepsi klien tentang penyakitnya. Aktivitas
ibadah klien Osteosarkoma biasanya terganggu.
25
d) Data ekonomi
Menurut Smiltzer (2012) kemandirian versus ketergantungan
merupakan isu pada klien yang menderita keganasan. Gaya
hidup akan berubah secara drastis, keluarga harus didukung
dalam menjalankan penyesuaian yang harus dilakukan.
8) Analisa Data
Analisa data merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan
teori-teori yang dihubungkan dengan data-data yang ditemukan
saat pengkajian. Menginterprestasikan data atau membandingkan
dengan standar fisiologi setelah dianalisa, maka akan didapat
penyebab terjadinya masalah pada klien (Nursalam, 2008).
2. Diagnosa Keperawatanklien Osteosarkoma
Diagnosa keperawatan yaitu pernyataan yang menguraikan respon insani
(status kesehatan atau perubahan pola interaks aktual potensial) individu atau
kelompok yang perawat dapat membuat intervensi yang pasti demi kelestarian
status kesehatan atau mengurangi, menghilangkan atau mencegah perubahanperubahan (Ningsih, 2012).Serta menurut
Smeltzer (2012) pada
klien
Osteosarkoma masalah kolaboratif, komplikasi potensial berdasarkan pengkajian,
komplikasi potensial yang dapat timbul antara lain yaitu, penyembuhan luka
lama, defisiensi nutrisi, Infeksi.
26
Pada klien Osteosarkoma terdapat masalah diagnosa keperawatannya sebagai
berikut :
a. Nyeri berhubungan kompresi/dekstrusi jaringan saraf,obstruksi atau jaras
saraf atau inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf
b. Cemas berhubungan dengan krisis situasi (Kanker),ancaman/perubahan pada
status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman
kematian perpisahan dari keluarga.
c. Defisit
perawatan diri berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau
gangguan gerak
d. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang
gerak,kelemahan otot nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepat
dan penekanan ke jaringan sekitarnya
e. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis
f.
Resiko tinggi terjadi kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan
imunologi, perubahan status nutrisi
g. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar tentang penyakit ) berhubungan
dengan kurang informasi.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah acuan tertulis sebagai intervensi keperawatan yang
direncanakan agar dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga pasien dapat
memenuhu kebutuhan dasarnya (Ningsih 2012).
27
a.
Nyeri berhubungan kompresi/dekstrusi jaringan saraf,obstruksi atau jaras
saraf atau inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf
Tujuan
:Klien mengatakan nyeri berkurang
Kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyeri berkurang
2) Klien tampak tenang
3) Skala nyeri berkurang
4) Tanda-tanda vital normal
Tabel 2.2
Intervensi Dan Rasional Nyeri
Intervensi
Rasional
a.
Kajikeluhan
nyeri,perhatikan
lokasi,frekuensi,durasi, intensitas
(skala 1-10) dan faktor pemberat
a. Informasi memberikan data dasar
untuk mengevaluasi kebutuhan
atau keefektifan intervensi
b.
Kaji vital sign
c.
Ciptakan lingkungan aman dan
nyaman
Ajarkan tehnik distraksi dan
relaksasi
b. Untuk mengetahui perubahan pada
tekanan darah, nadidan pernafasan
yang
berhubunga
dengan
penghilang rasa nyeri memerlukan
c. Atur posisi senyaman mungkin,
dan posisi semi fowller
d. Memberikan dukungan relaksasi
dan juga memfokuskan ulang
perhatian
meningkatkan
rasa
kontrol dan kemampuan koping
e. Mengontrol atau mengurangi nyeri
untuk meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kerjasama dengan
cara teurapeutik
d.
e.
Berikan analgetic sesuai indikasi
dan kolaborasi
(Sumber : Ningsih, 2012)
b.
Cemas berhubungan dengan krisis situasi (Kanker),ancaman/perubahan pada
status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman
kematian perpisahan dari keluarga
1) Tujuan
: klien dan keluarga tidak terlihat cemas
28
2) Kriteria hasil
:
3) Klien tidak mengeluh cemas
4) Eksresi tampak tenang
5) Klien dan keluarga memahami informasi yang di berikan
Tabel 2.3
Intervensi Dan Rasional Cemas
Intervensi
Rasional
a.
Kaji tingkat kecemasan
a.
Mengetahui tingkat
klien dan keluarga
b.
Dorong
klien
untuk
mengungkapkan
pikiran
dan
perasaannya
b.
Memberikan kesempatan untuk
mengidentifikasirsa takut, realisasi
sertakesalahan tentang diagnosis
c.
Libatkan orang terdekat sesuai
indikasi bila keputusan akan dibuat
c.
Menjamin sistem pendukung
untuk klien dan memungkinkan
orang terdekat terlibat dengan
tepat
Beri penjelasan tentang procedure
tentang perawatan
(Sumber : Ningsih, 2012
d.
Diharapkan menurunkan tingkat
kecemasan
d.
c.
Defisit
kecemasan
perawatan diri berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau
gangguan gerak
Tujuan
: klien dapat melakukan perawatan secara mandiri
Kriteria hasil :
1) Klien terbebas dari bau badan
2) Dapat melakukan ADL dengan bantuan
29
Tabel 2.4
Intervensi Dan Rasional Devisite Perawatan diri
Intervensi
Rasional
a.
Kaji tingkat kelemahan fisik dan
kemampuan klien
a.
b. Kaji personal hygine klien
b.
c. Bantu klien dalam pemenuhan
defisit perawatan diri
c.
Membantu menentukan tindakan
yang akan diberikan sesui kondisi
klien
Mengetahui sejauhmana kebutuhan
klien yang dapat dilakukan sendiri
Membantu klien dalam pemenuhan
personal hygiene
d. Ajarkan teknik personal hygine di
tempat tidur
d. Memudahkan
klien
pemenuhan perawatan diri
untuk
e. Anjurkan pada klien agar selalu
hidup sehat
e. Hidup sehat dapat terpenuhi agar
klien memperoleh kenyamanan dan
membuat perasaan menjadi nyaman
(Sumber : Ningsih, 2012)
d.
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang
gerak,kelemahan otot nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepat
dan penekanan ke jaringan sekitarnya
Tujuan : Ada peningkatan mobilitas pada klien
Kriteria hasil :
1) Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
30
Tabel 2.5
Intervensi Dan Rasional Kerusakan Mobilitas Fisik
Intervensi
Rasional
a.
kaji kemampuan dalammobilisasi
a. untuk mengetahui kemampuan
aktivitas
b.
latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADL secara mandiri sesuai
kemampuan
b. klien dapat melakukan ADL
secara
mandiri
sesuai
kemampuan
c.
c. agar tidak terjadi cidera
d.
dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu pemenuhi
kebutuhan ADL
berikan alat bantu jika klien
meminta bantuan
e.
ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
(Sumber : Ningsih,2012)
e.
d. untuk mempermudah
mobilisasi
klien
e. untuk mencegah
terjadi lesi
tidak
agar
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis
Tujuan
: Tidak terjadi resiko infeksi
Kriteria hasil
:
1)
tidak lagi terjadi kemerahan
2)
nyeri berkurang
31
Tabel 2.6
Intervensi Dan Rasional Resiko Tinggi Infeksi
Intervensi
Rasional
a. tingkatkan
prosdure mencuci
tangan yang baik dengan staf dan
pengunjung sebelum dan setelah
bersentuhan dengan klien
a. lindungi klien
sumber infeksi
b. pantau suhu
b. peningkatan suhu terjadi karena
berbagai faktor misal .proses
penyakit atau infeksi
c. mengurangi
resiko
sumber
infeksi
d. menurunkan tekanan dan iritasi
pada jaringan dan mencegah
kerusakan kulit
e. membatasi keletihan mendorong
gerakan yang cukup mencegah
komplikasi statis
c. tekankan hygien personal
d. ubah posisi dengan sering dan
bebas kerutan
e. tingkatkan istirahat yang cukup
dengan periode latihan
dari
sumber-
(Sumber : Ningsih, 2012)
f.
Resiko tinggi terjadi kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan
imunologi, perubahan status nutrisi
Tujuan
: mencegah terjadinya infeksi
Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi infeksi
2) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
32
Tabel 2.7
Intervensi Dan Rasional Reiko Tinggi Terjadi Kerusakan Intregitas Kulit
Intervensi
Rasional
a. Kaji kulitdengan sering terhadap
efek
samping
terafi
kanker;perhatikan
kerusakan/lambat
nya
penyembuhan luka
b. Dorong klien untuk menghindari
menggaruk dan menepuk kulit
yang kering
c. Ubah posisi dengan sering
d. Anjurkan
klien
untuk
menghindari krim apa salep, dan
bedak atasizin dokter
e. Tinjau
penggunaan
tabir
surya/blok tabir surya
a. Efek samping kemerahan dapat
terjadi pada area radiasi
b. Membantu
kulit
mencegah
trauma
c. Meningkatkan
sirkulasi
dan
mencegah tekanan pada kulit
d. Untuk mencegah iritasi pada kulit
e. Melindungi kuli dari sinar ultra
violet dan mengurangi resiko
reaksi berulang
(Sumber : Ningsih,2012)
g.
Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar tentang penyakit ) berhubungan
dengan kurang informasi
Tujuan
: Klien dan keluarga lebih mengetahui penyakitnya
Kriteria hasil :
1)
Mengetahui sumber informasi yang tepat
33
Intervensi
Tabel 2.8
Intervensi Dan Rasional kurang pengetahuan
Rasional
a. Berikan informasi yang jelas dan
akurat
b. Berikan pedoman antisipasi pada
klien/orang terdekat mengenai
pengobatan kemungkinan efek
samping
c. Beritahu kebutuhan perawatan
khusus
di rumah, misal
kemampuan untuk hidup sendiri,
melakukan procedure/pengobatan
yang diperlukan.
d. Tinjau ulang bersama klien/orang
terdekan tentang pentingnya
mempertahankan status nutrisi
optimal
e. Lakukan evaluasi sebelum pulang
kerumah sesuai indikasi
a. Membantu penilaian diagnosis
kanker, memberikan informasi
yang di perlukan
b. Klien mempunyai hak untuk tahu
dan
berpartisipasi
dalam
pengambilan keputusan
c. Memberikan informasi mengenai
perubahan yang diperlukan
d. Memudahkan pemulihan dan
memungkinkan klien menoleransi
pengobatan
e. Membantu dan transisi ke
lingkungan
rumah
dengan
memberikan informasi.
(Sumber : Ningsih, 2012)
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan keperawatan untuk
mencapai tujuan yang spesifik yang dapat membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah di tetepkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping individu (Nursalam,
2008).
34
5. Evaluasi
Menurut Rohmah (2008) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya telah berhasil dicapai. Ada
dua jenis mengevaluasi kualifikasi tindakan keperawatan yaitu :
a.
Evaluasi Formatif
Yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, berorientasi pada
etiologi dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah
ditentukan tercapai.
b.
Evaluasi Sumatif
Yaitu evaluasi yang telah dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan
secara paripurna berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan
keberhasilan atau ketidakberhasilan dan rekapitulasi dan kesimpulan status
kesehatan klien dengan kerangka waktu yang ditetapkan (Rohmah, 2009).
Melalui evaluasi memungkinkan perawat atau memonitor kealfaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan pelaksanaan
tindakan. Adapun evaluasi yang menggunaknan pendekatan dengan format
SOAPIER menurut Rohmah (2009) adalah :
S :Subjektif
Subjektif adalah informasi yang didapat dari klien
35
O : Objektif
Objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
A : Assesment
Assesment
(pengkajian)
adalah
suatu
masalah
atau
diagnosis
keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan masalah atau
diagnosis data baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien
yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.
P : Planning,
Planning adalah rencana tindakan diambil
I : Implementasi
Implementasi
adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen planning
(perencanaan).
E : Evaluasi
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
R : Reassesment
Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap
perencanaan setelah diketahui evaluasi, apakah dari rencana tindakan
perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan.
36
6. Dokumentasi
Dokumen di definisikan segala suatu yang tertulis atau tercetak yang dapat di
andalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang
(Nursalam, 2008)
Dokumen asuhan keperawatan susunan catatan dokumen yang berisi tentang
riwayat kesehatan pasien, perawat yang di perlukan, dan perawat yang telah
diberikan (Nursalam, 2008). Beberapa tekhnik pencatatan dokumen asuhan
keperawatan antara lain :
a. Pencatatan dengan naratif
b. Bentuk naratif merupakan sistem pencatatan yang berbentuk cerita atau
kalimat. Pencatatan ini memperlihatkan unsur siapa yang mencatat,
mengapa harus mencatat, dimana dan kapan informasi atau data tersebut
di dokumentasikan (Nursalam, 2008)
c. Pencatatan dengan folow sheet dan chek list
d. Flow sheet dan chek list memperlihat perkembangan pasien yang aktual,
di untuk memperoleh informasi pasien yang spesifik menurut parameter
yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
AL-Qur’an, surah Yunus Ayat-57
Alfian, dkk (2010). Kanker Tulang. Diakses 26 juni 2016. Tersedia di:
hhtp://gooogleweb
light.com/?litle_url=http2010/kanker_tulang_27.htm/com
Baredeo, M (2008). Seri Asuhan Keperawatan Kanker. Jakarta : EGC
Fransisca, B (2008). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta : Selemba Medica
Hadis Rasullulah (RR.Ibnu Majah dan AL-Hakim).
Kneale, Julia D (2011). Keperawatan ortopedik & trauma. Edisi 2. Jakarta : EGC
Muttaqin, A (2008). Asuhan keperawatan klien gangguan sistem muskuloskeletal
: buku ajaran. Jakatra : EGC
Nadianus, A (2012). Standar asuhan keperawatan osteosarkoma. Diakses 24 juni
2016 tersedia :
file:///D:/Materi%20Kuliah%20%20AsKep%20Osteosarkoma%20Agus%
20Nadianus,%20S.%20Kep.htm
Ningsih N, Lukman (2012). Asuhan keperawatan pada klien dengan
muskuloskeletal. Jakarta: Slemba Medika
Nursalam. (2008). Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep Praktik. Jakarta :
Salemba Medika
Rohmah. (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare (2012). Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah. Brunner &
suddarth Vol 2. Edisi8. Jakarta : EGC
Viraguna, (2013). Osteosarkoma. Diakses 27 juni 2016 tersedia di :
Hhtp://viraguna.blogspot.com./2013/06osteosarkoma.html?m%3D1&el=2
NtpVEJi&I
c=id-ID&5=1&m=658&host=www.google.co.id
Wijaya, AS (2013). Keperawatan Medical Bedah 2 (Keperawatan Dewasa).
Diakses 25 juni 2016 tersedia :
http://googleweblight.com/?lite_url=http://lizatulhandayani.blogspot.com/
2015/05/askep-osteosarkoma.html?m%3D1&ei=kVi2hn1Y&Ic=idID&s=1&m=838&host=www.google.co.id
Download