KERAJAAN PULAU LAUT

advertisement
KERAJAAN PULAU LAUT
Dibagian Kalimantan Tenggara tepatnya diwilayah-wilayah tanah bumbu
dalam sejarah pernah berdiri beberapa kerjaan diantaranya; Kerajaan Pagatan,
Kerajaan Sebamban, Kerajaan Kusan, Kerajaan Batulicin, Kerajaan Cengal
Manunggal dan Bangkalan, Kerajaan Cantung dan Sampanahan, Kerajaan Pasir,
dan Kerajaan Pulau Laut. Konon kemunculan kerajaan-kerajaan diwilayah tanah
bumbu tersebut tidak sertamerta melakukan pembangkangan terhadap kerajaan
Banjar, justeru kerajaan-kerajaan yang ada diwilayah tanah bumbu tersebut
berdaulat pada kerajaan Banjar yang merupakan salah satu kerajaan yang
berpangaruh diwilayah Nusantara.
Keberadaan
kerajaan-kerajaan
diwilayah
tanah
bumbu
memiliki
keterikatan politik, yaitu disatu pihak memiliki hak otonomi dalam hal mengatur
pemerintahan ke dalam wilayah kerajaannya sendiri, namun secara umum
kedaulatannya dibawah pembinaan dan perlindungan dalam Kerajaan Banjar.
Keterikan politik kerajaan-kerajaan diwilayah Tanah Bumbu dengan Kerajaan
Banjar berlangsung hingga tahun 1787.
A. LATAR BELAKANG KERAJAAN PULAU LAUT.
Keberadaan Kerajaan Pulau Laut diletarbalakang berbagai peristiwa
bersejerah, berawal dari peristiwa terjadinya perahara perebutan kekekusaan
dalam dilingkungan keluarga Kerajaan Kayu Tangi sekitar tahun 1785. Yaitu
ketika Sultan Tahmidubillah (Pengeran Muhammad) berkuasa di Kerajaan Kayu
Tangi beliu mempunyai lima (5) orang anak satu perempuan dan empat laki-lakiyaitu:
1. Putri Lawiah,
2. Pangeran Abdullah,
3. Pangeran Rahmat,
4. Pangeran Amir,
5. Gusti Kusin.
Sekitar Tahun 1785 Sultan Tahmidubillah wafat, sebelum meninggal
sultan telah berwasiat bahwa yang akan mengantikan nantinya memimpin
Kerajaan Kayu Tangi adalah Putera ke Duanya yaitu Pengeran Abdullah.
Mengingat ketika sultan wafat pengeran Abdullah belum cukup umur untuk dapat
memimpin kerajaan Kayau Tangi, maka untuk mengisi kekosongan pemerintahan
dipercayakan kepada Pangeran Nata Mangkubumi, Pangeran Mangkumi sendiri
adalah suami dari Putri Talwiah kakak Pangeran Abdullah. Ketika Pengeran Nata
Mangkubumi berkuasaa di Kerajaan Kayu Tangi kemudian mengeluarkan suatu
pernyataan, bahwa dialah selamanya akan berkuasa di Kerajaan Kayu Tangi dan
tidak akan menyerahkan kekuasaan pada pangeran Abdullah sebagai pewaris
kerajaan. Sering dengan pernyataan tersebut terjadilah prahara dilingkungan
kerajaan Kayu Tangi diiringan dengan peristiwa mengemparkan dengan
meninggal secara tidak wajar Pangeran Abdullah dan Pangeran Rahmat. Untuk
mempertahaan kekuasaannya Nata Mangkubumi melakukan persekutuan dengan
Belanda.
Dengan peristiwa tersebut maka Pangeran Amir sebagai pewaris Kerajaan
Kayu Tangi merasa terancam keselamatanya kemudian secara diam-diam
meninggalkan Karajaan Kayu Tangi, menyeberang menyelusuri hutan menuju
Kusan (Tanah Bumbu). Kemudian diwilayah kusaan akhirnya Pengeran Amir
menyusun kekuatan dengan mendirikan Kerajaan Kusan tahun 1786,
biliau
sendiri dinobatkan sebagai raja Kusan dan bergelar Raja Kusan I.
Setelah merasa cukup mempunyai kekuatan serta dibantu dengan kekuatan
Kerajaan Pagatan yang berdekatan dengan wilayah kekuasaan Kerajaan Kusan.
Pada tahun 1787 Pangeran Amir salah seorang putera mahkota yang disingkirkan
datang menyerang Kerajaan Kayu Tangi dengan kekuatan 3000 lakskar. Pangeran
Nata Negara (Nata Mangkubumi), raja yang menduduki tahta kerajaan Banjar
(Kayu Tangi) pada waktu itu, amat takut lalu meminta bantuan Kompeni, Residen
Walbeck mengirimkan bantuan balatentara dibawah pimpinan Kapten Christaffel
Hofman. Sehingga atas persekutuan kerajaan Banjar dan Kompeni tersebut dapat
mematahkan perlawanan balas dendam Pangeran Amir. Kemudian dengan
kekalahan tersebut Pangeraman Amir ditawan selanjutnya dibuang di Ceylon pada
tahun 1789.
Dengan kekalahan Pangeran Amir maka kekuasaan pemerintahan
Kerajaan Kusan akhirnya diserahakan kepada Pangeran Musa adik Sultan Adam.
Pangeran Musa menjadi Raja Kusan II, didampingi isterinya Ratu Salamah anak
dari Sultan Sulaeman Raja Kayu Tangi II. Dari perkawinan Pangeran Musa dan
Ratu Salamah dianugerahi keturunan sebanyak 7 orang yaitu. Pangeran
Bendahara, Pangeran Panji, Pangeran Abdul Kadir, Pangeran Kasuma Indera,
Pangeran Muhammad Nafis Pangeran Jaya Sumitra, dan Pangeran Saputra.
Kemudian Raja Kusan II wafat digantikan oleh puteranya Pangeran
Muhammad Nafis bergelar Raja Kusan III, Pengeran Muhammad Nafis
merupakan salah satu Raja Kusan yang sangat kherismatik dan berpengaruh
karena disamping sebagai Raja biliau juga adalah seorang Ulama. Pada tahun
1840 Raja Kusan III wafat maka yang mengantikan adalah adiknya Pangeran Jaya
Sumitra sebagai Raja Kusan IV sementara untuk jabatan mangkubumi Raja Kusan
IV mempercayakan kepada saudaranya Pangeran Abdul Kadir.
Saat meletusnya Perang Banjar pada tahun 1859 dibawah kepemimpinan
Pangeran Antasari yang telah berhasil menggalang kekuatan dengan pemukapemuka masyarakat diwilayah kedaulatan Kerajaan Banjar yang akan menentang
Belanda yang telah merusak dan menginjak-injak aturan tatacara dan kehormatan
Sultan Banjar. Seruan Pangeran Antasari ini didengar dan dipatuhi masyarakat
banjar termasuk Pangeran Jaya Sumitra dan Adiknya yang mendukung seruan
Pengeran Antasari. Dukungan Pengeran Jaya Sumitra terhadap Pangeran Antasari
tercium Belanda, untuk menghindari penangkapan Belanda terhadap dirinya maka
Pengeran Jaya Sumitra dan Keluarga pindah ke Salino, sementara pemerintahan
kerajaan Kusan diserahkan kepada Arung Abdul Rahim Raja Pagatan.
B. KERAJAAN PULAU LAUT.
Masa pemerintahan Kerajaan Pulaut diperkirakan berlangsung sikatr tahun
1840- 1905, adapun Raja Pulau Laut yang perna berkuasa adalah;
1. Pengeran Jaya Sumitra
Pengeran Jaya Sumitra dikenal pendiri Kerajaan Pulau Laut, kemudian,
dan beliu sendiri dinobatkan sebagai Raja Pulau Laut I, Pusat
pemerintahan setelah di Salino dipindahkan ke Sigam. Raja Pulau Laut I
wafat digantikan dengan adiknya Pengeran Abdul Kadir.
2. Pengeran Abdul Kadir
Pada Masa pemerintahan Sultan Abdul Kadir Raja Pulau Laut II sekitar
tahun 1870, telah banyak berdatangan pengunsi-pengunsi dari Sulawesi
yang kemudian diterima dan mendiami pesisir dan pulau-pulau kecil di
wilayah kekuasaan Kerajaan Pulau Laut. Meraka yang datang dari
Sulawesi itu umumnya dari Sulewesi Selatan suku bangsa Bandar dan
Suku bangsa Bugis Bone. Keberadaan dua suku bangsa ini tidak diterima
dengan baik oleh pihak penguasa Kerajaan Pulau Laut dan diberikan hak
yang sama untuk tinggal dan membangun pemikiman yang hingga saat ini
mereka hidup secara berkelompok sesuai dengan komunitasnya.
Perkempungan mereka masih dapat ditemui saat ini di Tanjung Saloka,
Pulau Marabatuan, Pulau Mardapan, Pulau Karayaan dan Pulau Kalambau,
bahkan berapa wilayah daratan di Pulau Laut sendiri. Mereka semua hidup
rukun dibawah kepemimpinan Kerajaan Pulau Laut. Tahun 1873 Sultan
Abdul Kadir Raja Pulau Laut II meninggal dunia dan dimakamkam di
kampung Sigam. Kemudian setalah Sultan wafat d digantikan oleh
putranya yang bernama Pangeran Brangta Kusuma kemudian dinobatkan
sebagai Raja Pulau Laut III.
3. Pengeran Brangta Kusuma.
Sultan Berangta Kusuma Raja Pulau Laut III mempersunting Putri Intan
Jumantan Putri dari Pengeran Kusuma Indra. Dari perkawinan ini
kemudian melahirkan keturunan 4 orang anak laki-laki dan 5 perempuan
yaitu:
a. Pangeran Amir Husin.
b. Pengeran Muhammad Seman.
c. Pengeran Abdurrahman.
d. Putri Amas.
e. Pengeran Asmail.
f. Putri Mas Mirah.
g. Putri Ratna.
h. Putri Mulik.
i. Putri Bungsu.
Masa pemerintahan Raja Pulau Laut III kemudian pusat Kerajaan Pulau
Laut dipindahkan dari Sigam ke Gunung Balinkar. (Governement Besluit
tanggal, 21 Desember 1873. No. 37).
4. Pangeran Amir Husin Kusuma
Pada masa pemerintahan Sultan Amir Husin Kusuma sebagai Raja Pulau
Laut IV pusat pemerintahan kerajaan Pulau Laut kemudian dipindahkan
dari Kaki Gunung Balingkur kesebelah selatan Gunung Belingkar pesisir
pantai menghadap ke Selat Laut Makkasar.
Sultan Amir Husin Kusuma dalam perjalannya melaksanakan ibdah haji di
Tanah Suci kemudian wafat di Mekkah, sebelum keberangkatannya ke
Tanah Suci bahwa yang akan mengantikan kedudukannya nanti adalah
putra sulungnya bernama Pengeran Muhammad Kusuma sebagai Raja
Pulau Laut V.
5. Pangeran Muhammad Kusuma
Masa pemerintahan Sultan Muhammad Kusuma sebagai Raja Pulau Laut
V dimasa pemerintahannya adalah masa-masa sulit dikarenakan mulai
muncul pengaruh kolonial Belanda menanamkan pengaruhnya diseluruih
wilayah Kerajaan yang ada di Nusantara tidak terkecuali Kerajaan Pulau
Laut. Masa Pemerintahan Sultan Muhammad Kusuma adalah detik-detik
akhir berahirnya pemerintahan sistem kerajaan dikarenakan dominanya
pengaruh dan kekuatan Kolonial belanda.
Sampai akhirnya kolonial
menghapuskan sistem pemerintahan Kerajaan Pulau Laut tahun 1903,
namun Sultan tetap memangku Kerajaan Pulau Laut hingga tahun 1905.
C. PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA
Setelah berahirnya Pemerintahan Kerajaan Pulau Laut Kolonial Belanda
Kemudian berkuasa, dengan memberlakukan Staatsblad 1903 No. 179 pada
tanggal, 1 Januari 1905. menyatakan pengahapusan Kerajaan Pulau dan langsung
masuk kedalam wilayah pemerintahan Kolonial Belanda.
Dimasa kekuasaan Kolonial Belanda telah terjadi berbagai peristiwa
perlawan rakyat menentang kolonial Belanda diantaranya, baik perjkuangan masa
pergerakan merebut kemerdekaan maupun perlawanan mempertahanakan
kemerdekan yang di Proklamsikan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal, 17
Agustus 1945 di Jakarta. Kemudian baru pada tanggal 27 Desember 1947
diadakan konfrenasi Meja Bundar Pemerintah Kerajaan Belanda Mengakui
Kemerdekaan dan Kedaulatan Republik Indonesia.
D. TERBENTUKNYA KABUPATEN KOTABARU
Terbentuknya pemerintahan Kabupaten Kotabaru berdasarkan pada Surat
Keputusan Manteri Dalam negeri RI No. C 17/15/3 tanggal, 29 Juni 1950 tentang
pembentukan wilayah pemerintahan yaitu Kabupaten-kabupaten daerah-daerah
Swapraja dalam propinsi Kalimantan Selatan. Maka daerah Kalimantan Tenggara
diubah menjadi Daerah Kabupaten Kotabaru dengan Ibukota Kotabaru, kemudian
diangkatlah M. Yamani sebagai
akting Kepala Daerah Kabupaten Kotabaru.
Setelah itu keluarlah Peraturan Pemerintah tanggal 30 Juni 1950 sebagai penganti
Undang-Undang No. 2 Tahun 1950 tentang pembentukan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Sementara dan Dewan pemerintahannya untuk seluruh wilayah
Indonesia.
Kemudian berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Kalimantan
tanggal 14 Agustus 1950 No. 186/OPH/92/14 , maka pada tanggal 29 Maret 1951
di Kotabaru diadakan Pembentukan dan pelantikan Perwakilan Perwakilan Rakyat
Sementara Kabupaten Kotabaru dengan ketuannya A.. Asysikin Noor yang
beranggotakan sebanyak 20 orang.
Mengingat situasi ketika itu belum memungkinkankan dibentuknya
Dewan Pemerintahan Daerah yang refresentatif, maka dibentuklah Dewan
Pemerintahan Sementara yang beranggotakan 3 orang yaitu; Muchtar Hamzah,
Usman Dunurung, dan Ali Kumala Noor.
M. Yamani sebagai kepala Daerah Kotabaru berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Kalimantan tanggal 3 Agustus 1950 No. 161/OPB/17/93 diperbaharui
pada tanggal 14 Agustus 1950 tentang penghapusan segala Akting Kepala-Kepala
Daerah di Kalimantan Selatan dan Timur. Pada tahun 1951 M. Yamani
dipindahkan kedaerah lain sebagai pengantinya diangkat A. Rasyid sebagai kepala
Daerah Kabupaten Kotabaru.
Adapun wilayah Kabupaten Kotabaru menurut Undang-Undang Daerah
No. 3 Tahun 1953, tentang pembentukan Daerah Otonomi Kalimantan Selatan
menyatakan bahwa wilayah Kotabaru meliputi Kewedanaan-kewedanaan Pulau
Laut, Tanah Bumbu dan Pasir. Kemudian dengan Undang-Undang No. 27 Tahun
1959 menetapkan Undang-Undang Darurat No. 3 Tahun 1953 menyatakan bahwa
Wilayah Kabupaten Kotabaru dipisahkan dengan Kewedanaan Pasir.
SELAMAT HARI JADI KOTABARU
1 Juni 1950-1 juni 2008
*Penulis Sekretaris LP2M AKPB Kotabaru
Download