Uji Cepat Tanah USDA USDA Soil Quality Institute menyediakan

advertisement
Uji Cepat Tanah USDA
USDA Soil Quality Institute menyediakan Soil Quality Test Kit Guide dikembangkan oleh
Yohanes Doran
bekerjasama dengan Agricultural Research di Lincoln, Nebraska







Test kit (kotak uji) dirancang untuk penggunaan di lapangan.
Isi kotak uji berupa komponen diperlukan dalam evaluasi seperti botol sampel (bekas
botol film, Syekhfani), pisau lipat, cangkul, dan kantong plastik.
Juga dilengkapi beberapa peralatan yang tidak didapat di lapangan seperti jarum suntik,
tabung karet, termometer tanah, alat pengukur DHL (daya hantar listrik), kertas saring,
dan standar kalibrasi DHL.
Kit dilengkapi pula dengan alat pengukur infiltasi, kapasitas pegang air, tingkat
kepadatan tanah, pH, nitrat tanah, konsentrasi garam, stabilitas agregat, populasi cacing
tanah, dan pengukur respirasi.
Soil Quality Test Kit Guide dapat dipesan dari USDA melalui Web:
Http://Www.Statlab.Iastate.Edu/Survey/Sqi/Sqihome.Shtml.
Dalam web di atas, terdapat sebanyak 88 halaman petunjuk versi on-line tersedia dalam
format Adobe Acrobat yang bisa di printed out. Ringkasan uji tersedia pada halaman
web. Untuk memesan dalam bentuk makalah, lihat referensi dari the Soil Quality Institute
di bawah seksi the Additional Information Resources. Seksi II dalam test kit terdapat
petunjuk interpretisi bagi uji individu seperti digambarkan dalam seksi I.
Suatu penilaian secara cepat dan sederhana terhadap kualitas tanah dapat ditemui dalam
web Soil Quality Institute dengan meng-klik ―Getting to Know your Soil,‖ di bagian
bawah homepage. Metode sederhana yaitu menggali lubang dan melakukan beberapa
pengamatan. Di sini terdapat prosedur: Gali lubang 4 hingga 6 inci di bawah kedalaman
pengolahan tanah dan ditemukan bagaimana sulitnya menggali. Meriksa akar tanaman
dan mengelompokkan akar cabang dan akar rambut yang baik atau mengelembung.
Ketidak-beradaan akar rambut berarti akar kekurangan oksigen, sedang pertumbuhan
menyamping menandakan adanya hardpan. Lebih lanjut dapat diketahui tentang
perkembangan cacing tanah, bau tanah, dan agregasi. Prosedur langsung
lain menaksir manfaat tanah padang rumput tersedia dalam penerbitan ATTRA berjudul
Assessing the Pasture Soil Resource.
Peringatan Awal Monitoring Lahan Pertanian





Suatu panduan peringatan awal monitoring lahan pertanian telah diterbitkan oleh Center
for Holistic Management (30).
Panduan monitoring berisi satu set indikator tanah sehat yang dapat diukur di lapangan.
Tidak diperlukan peralatan angan-angan dalam panduan.
Pada dasarnya, semua peralatan dijumpai di tempat dengan harga murah mudah didapat
di lahan.
Pengukuran sederhana dapat membantu menentukan kesehatan tanaman dalam kaitan
dengan efektivitas siklus unsur hara, siklus air, dan keaneka-ragaman organisme tanah
tertentu.


Beberapa di antaranya kehidupan organisme, agregasi, infiltrasi, penutup tanah, dan
cacing tanah.
Panduan monitoring mudah dibaca dan dipahami, serta dilampiri satu lembar kertas
catatan. Semua] ada tersedia dengan harga $ 12 di Center for Holistic Management lihat
Additional Resources).
Penilaian Kesehatan Tanah Secara Langsung













Cara cepat untuk mengidentifikasi suatu tanah sehat adalah dengan perasaan dan
pembau-an.
Genggam segumpal tanah dan bau-i.
Apakah berbau khas tanah?
Apakah mudah hancur/remah dan dijumpai cacing tanah?
Dr. Ray Weil, ahli tanah di Universitas Maryland menguraikan bagaimana ia
mengevaluasi kesehatan tanah hanya dalam 5 menit (31).
Perhatikan permukaan tanah apakah mengerak, yang menunjukkan praktek pengolahan
tertentu, bahan organik, dan struktur tanah.
Masukkan bor hingga ke lapisan 12 inci, angkat ke luar contoh tanah lapisan tersebut dan
periksa teksturnya dengan cara piridan.
Bila mencapai lapis tapak bajak, maka mata bor akan merasakan lapisan padat.
Angkat satu sekop penuh amati keberadaan cacing tanah dan bau-i keberadaan
aktinomiset, mikroorganisme membantu dekomposisi dan menghasilkan humus.
Aktivitas mereka meninggalkan bau khas tanah segar.
Dua metode pengamatan yang lebih gampang menghitung jumlah organisme tanah di
seputar satu kaki persegi sisa tanaman di permukaan dan tuangkan 0,56 lt air di atas tanah
dan catat waktu resapan (infiltrasi).
Sebagi pembanding dapat dilakukan pengamatan sederhana ini menggunakan cara
evaluasi Ray Weil di atas dalam menentukan kualitas sistem penggunaan lahan.
Sebagian sistem penilaian kualitas tanah dibahas di atas menggunakan cara dan
pengamatan lain menggunakan lembar catatan untuk mencatat data pengamatan.
Uji Erosi Sederhana
Uji ini menunjukkan nilai penutupan tanah





Lekatkan potongan kertas putih pada ujung tongkat dengan panjang 3 kaki.
Pegang ujung tongkat dengan satu tangan sampai bagian akhir kertas berada 1 inci di
permukaan tanah terbuka.
Sekarang tuangkan 0,56 lt air ke tanah terbuka berjarak 2-3 inci dari kertas putih dan
amati akumulasi tanah yang menempel pda lembar kertas tersebut.
Pekerjaan serupa diulang dan dilakukan di atas tanah tertutup 100% penutup tanah, amati
akumulasi tanah dipermukaan kertas.
Bandingkan potongan kedua kertas.

Uji sederhana ini menunjukkan bagaimana penutup tanah efektif dalam mencegah
partikel butir lepas dari permukaan tanah.

Penghancuran agregat tanah terjadi ketika butir air hujan jatuh di permukaan tanah
terbuka.
Setelah air menjenuhi permukaan tanah, diikuti penghancuran, air di bagian atas mengalir
membawa serta lapisan tanah turun ke bagian bawah.







Tanah yang terperangkap aliran permukaan menggerus dan melepaskan partikel agregat
tanah bertambah sepajang lereng yang dilalui aliran permukaan.
Pencegahan penghancuran adalah cara paling efektif dalam mengendalikan erosi sebab
tanah tetap berada di tempatnya.
Praktek pengendalian erosi lain adalah memperlambat pengangkutan partikel agregat
tanah dan menyebabkan tanah disimpan di tempat tertentu sehingga tidak terjangkau arus
aliran permukaan.
Praktek belakangan ini merupakan cara khusus yang lazim diterapkan (terasering dan
diversi). Terasering, diversi dan praktek pengendali erosi pada dasarnya tak perlu tanah
tertutup sepanjang tahun.
Dalam pencegahan erosi, persentase penutupan tanah adalah ―peringatan awal‖ terbaik
sebagai indikator yang sukses, sedang tanah terbuka pertanda resiko erosi tinggi
(Croplands monitoring guide, 98).
Erosi parit dan gully adalah indikator erosi yang ―sudah terlambat‖. Pada kondisi ini
tindakan pencegahan sudah tidak berguna.
2. Penggunaan Alat dan Teknik Membangun Tanah
Dapatkah penutup tanah dimasukkan dalam rotasi pertanaman?
Bagaimana halnya dengan sisa tanaman dan tajuk tanaman tahunan?
Adakah sumber bahan material organik atau pupuk yang ekonomis?
Adakah cara mengurangi pengolahan tanah dan pupuk nitrogen?






Bila memungkinkan pemberian bahan organik dalam jumlah banyak harus ditambahkan
dalam menyediakan baik bahan organik maupun unsur hara tanaman.
Hal tersebut penting terutama dalam menghitung penambahan unsur hara dan
penggunaan pupuk organik.
Aplikasi dimulai dari analisis kebutuhan unsur hara. Pengetahuan tentang kebutuhan akan
unsur hara bagi pertumbuhan tanaman adalah acuan dalam menentukan jenis pupuk dan
upaya penghematan.
Komposisi unsur hara dalam bahan organik bervariasi, menjadi alasan kuat penting
analisis sebelum menentukan jumlah yang dibutuhkan.
Sebagai tambahan bagi kandungan unsur hara tanaman utama, pupuk organik dapat
merupakan sumber unsur mikro yang penting.
Kalibrasi alat penyebar pupuk juga penting untuk memastikan dosis aplikasi yang akurat.
Kotoran Hewan
Kotoran hewan adalah penyubur tanah yang sempurna, menyediakan baik unsur hara maupun
bahan organik










Tingkat kebutuhan produksi kotoran hewan harian untuk tanaman jagung berkisar antara
10 hingga 30 ton kotoran padat tiap are atau 4,000 hingga 11,000 galon kotoran cair.
Pada tingkat ini tanaman jagung akan mendapatkan antara 50 hingga 150 pon nitrogen
tersedia tiap are.
Terlebih lagi, sejumlah karbon akan ditambahkan ke tanah, mencegah kehilangan tanah
maupun bahan organik.
Biomas tanaman yang tinggi yang tumbuh akibat aplikasi juga menyokong tambahan
bahan organik.
Bagaimanapun, secara umum dasar penentuan kebutuhan pupuk sebagai sumber unsur
hara bagi tanaman mengacu pada kebutuhan akan nitrogen.
Karena kebutuhan pupuk fosfor tidak sebanyak nitrogen, acuan tersebut seringkali
menyebabkan kurangnya perbaikan terhadap fosfor tanah.
Sebagai contoh klasik adalah perlakuan seresah ayam untuk tanaman yang memerlukan
dosis nitrogen tinggi, seperti rumput padang rumput dan jagung.
Seresah ayam pedaging, sebagai contoh, mengandung sekitar 50 pon nitrogen dan fosfor
dan 40 pon kalium tiap ton.
Aplikasi pupuk umum untuk padang rumput fescue adalah 50 pon nitrogen dan 30-40
pon fosfor tiap are. Jika satu ton seresah unggas diaplikasikan untuk kebutuhan nitrogen
fescue, akan terjadi kelebihan aplikasi fosfor.
Penggunaan beberapa tahun seresah dapat meningkatkan fosfor tanah ke tingkatan
berlebihan.
Jalan keluar yang mudah untuk hal ini adalah dengan meng-adjust kebutuhan fosfor
untuk tanaman dan memberikan kekurangan nitrogen melalui aplikasi legum penutup
tanah.
Kompos
Kompos sebagai bahan organik lain merupakan pupuk pertanian yang sempurna dalam
menstabilkan kandungan unsur hara tanah





Bagian yang berperan langsung adalah bentuk tidak stabil, dan mudah tersedia.
Bentuk tidak stabil tertentu dapat hilang melalui aliran permukaan ataupun tercuci ke
lapisan bawah saat pengolahan.
Oleh karena itu kompos bukanlah merupakan sumber yang baik dalam menyediakan
unsur hara tanaman dibandingkan kotoran hewan.
Kompos melepaskan unsur hara secara lambat, sehingga memperkecil kehilangan.
Kompos berkualitas mengandung lebih banyak humus dibanding bahan kotoran hewan
segar sebab dekomposisi utama hanya menyisakan bentuk senyawa stabil.
Tidak sama dengan kotoran hewan segar, kompos dapat digunakan kapan saja tanpa
menyebabkan akar tanaman terbakar.


Faktanya, aplikasi kompos dalam pot di rumah kaca mengandung 20 hingga 30%
kompos.
Pupuk kompos (seperti halnya kotoran hewan) perlu dianalisis terlebih dulu di
laboratorium untuk menjamin jumlah unsur tersedia adalah cukup.

Suatu masalah umum dalam penggunaan kotoran hewan sebagai sumber unsur hara
tanaman adalah tingkat dosis aplikasi biasanya ditetapkan berdasar pada kandungan
nitrogen

Pengomposan juga mengurangi kadar bahan organik mentah terutama dalam keadaan
kadar air tinggi.
Bagaimanapun, selama ukuran kompos sedikit lebih besar dan lebih mudah untuk
ditangani, maka kompos dapat lebih mahal.
Pengomposan di lahan (on-farm) mengurangi biaya secara dramatis dibandingkan dengan
membeli kompos.
Untuk informasi lengkap hubungi penerbit ATTRA berjudul: On-Farm Composting
Resource List.



Tanaman Penutup Tanah dan Pupuk Hijau
Banyak jenis tanaman dapat digunakan sebagai penutup tanah











Sebagian di antaranya: rye, buckwheat, hairy vetch, crimson clover, subterranean clover,
red clover, sweet clover, cowpeas, millet, dan forage sorghums.
Masing-masing tanaman ini mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan yang lain
termasuk kemampuan adaptasi.
Tanaman penutup tanah dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah jika mereka
dibiarkan tumbuh cukup lama untuk menghasilkan biomas tinggi.
Sering terjadi, petani terburu-buru memanen tanaman penutup tanah umur satu minggu
atau dua minggu sebelum potensi maksimal tercapai.
Hairy vetch atau crimson clover dapat berproduksi 2.5 ton tiap are jika dibiarkan tumbuh
hingga fase berbunga 25%.
Campuran rye dan hairy vetch dapat menghasilkan biomas lebih tinggi.
Sebagai tambahan terhadap manfaat bahan organik, tanaman penutup tanah jenis legum
menyediakan cukup nitrogen bagi tanaman berikutnya.
Sebagai konsekwensi, tingkat dosis nitrogen dapat dikurangi dari pertanaman legum
penutup tanah bila dipanen dengan benar.
Sebagai contoh, jagung yang ditanam setelah aplikasi 2 ton hairy vetch menghasilkan
butir hanya 50% dibandingkan tingkat dosis nitrogen normal.
Bila digunakan rye sebagai tanaman penutup tanah dan dibiarkan hingga fase berbunga,
pemberian tambahan nitrogen diperlukan untuk membantu suplai nitrogen akibat
tingginya kadar karbon dari sisa tanaman rye.
Hal sama berlaku pula bila digunakan sumber karbon tinggi seperti serbuk gergaji atau
jerami gandum.




Tanaman penutup tanah juga menekan gulma, membantu pemutusan siklus hama, dan
melalui madu dan tepung sari mereka menyediakan sumber makanan bagi lebah madu
dan serangga menguntungkan.
Mereka juga membantu siklus unsur hara tanah tersedia untuk tanaman berikutnya begitu
pupuk hijau terdekomposisi.
Untuk infrormasi lebih lanjut hubungi publikasi ATTRA berjudul: Overview of Cover
Crops and Green Manure.
Publikasi ini lengkap dan menyediakan acuan tentang pertumbuhan tanaman penutup
tanah.
Humat
Humat dan derivatnya adalah produk keluarga yang berbeda, biasanya diperoleh dari berbagai
bentuk oksidasi arang













Humus derivat arang sama pentingnya dengan humus diekstrak dari tanah tetapi terdapat
ganjalan dalam hal siklus dari dalam tanah.
Dalam hal tertentu, diyakini hanya humus berasal dari dekomposisi bahan organik yang
menguntungkan.
Hal ini didukung fakta bahwa produksi dan daur ulang bahan organik dalam tanah tidak
bisa digantikan oleh humus derivat arang.
Bagaimanapun, selama gula, gum, lilin dan bahan serupa didapatkan dari pelapukan
bahan organik memegang peran penting bagi mikrobiologi dan struktur tanah, kecuali
terhadap humus.
Hanya sebagian kecil bahan organik ditambahkan ke dalam yang tanah dikonversi
menjadi humus.
Kebanyakan kembali ke atmosfer dalam bentuk gas asam-arang begitu melapuk.
Kebanyakan penelitian menunjukkan pengaruh positif dari pemberian humat, beberapa
penelitian tidak menunjukkan pengaruh.
Secara umum, diketahui bahwa penelitian-penelitian tersebut bekerja pada kondisi
kandungan bahan organik rendah.
Tetapi ada sedikit yang tidak mendapatkan hasil positif pada tanah berkadar bahan
organik tinggi. Pada tingkat dosis tinggi bisa jadi humat mengikat unsur hara.
Ada banyak produk humus dipasaran. Mereka tidaklah sama.
Produk humat, harus dites terlebih dulu untuk mengetahui efektivitas biaya sebelum
diggunakan.
Para pedagang kadang-kadang melakukan promosi berlebihan untuk produk mereka.
ATTRA menyediakan informasi lebih banyak tentang humat.
Mengurangi Pengolahan Tanah
Selama pengolahan tanah menjadi kelaziman pada banyak sistem produksi, pengaruhnya pada
tanah dapat mengurangi produksi






















Pengolahan tanah memperhalus permukaan tanah, mengurangi agregasi alami, dan
merusak lubang cacing.
Porositas dan infiltrasi dikurangi karena pengolahan tanah.
Tapak bajak dapat terjadi pada berbagai kondisi.
Tanah diolah menyebabkan erosi jauh lebih tinggi dibanding dibiarkan tertutup oleh sisa
tanaman.
Berkaitan dengan permasalahan tanah dengan operasi pengolahan secara konvensional,
luasan lahan dengan sistem pengolahan tanah meningkat di Amerika Serikat.
Beberapa sistem pengolahan tanah yang membiarkan lebih dari 30% sisa tanaman di
permukaan tanah dianggap sebagai ―pengolahan tanah konservasi‖ sistem USDA (32).
Pengolahan tanah konservasi meliputi: tanpa olah, olah nol, gulud, olah setempat, dan
beberapa jenis pembajakan dan penggaruan.
Strategi dan teknik konservasi ini membiarkan tanaman berada di atas sisa sisa tanaman
sebelumnya, yang sengaja ditinggalkan di permukaan tanah.
Keuntungan utama sistem konservasi adalah upaya pengurangan erosi tanah dan
peningkatan pengikatan air tanah, sehingga tanaman lebih tahan terhadap kekeringan.
Sebagai manfaat tambahan, seperti halnya manfaat berbagai sistem pengolahan tanah
konservasi lain, terjadi penghematan bahan bakar, fleksibilitas pertanaman dan
pemanenan, pengurangan tenaga kerja, dan perbaikan pengolahan tanah.
Dua di antara sistem pengolahan tanah konservasi paling umum dilakukan adalah
pengolahan cara gulud dan tanpa olah.
Pengolahan gulud adalah suatu bentuk pengolahan tanah konservasi digunakan petani
untuk tanaman tertentu pada guludan permanen di mana gulud menjadi baris pertanaman.
Setelah panen, sisa tanaman dibiarkan hingga tanam berikutnya.
Pada pertanaman berikutnya, petani menanam benih di puncak gulud setelah
membersihkan sisa-sisa tanaman yang ada.
Guludan diperbaiki selama pemeliharaan pertanaman baru.
Sering, suatu baris herbisida diaplikasikan di bagian puncak guludan selama pertanaman.
Dengan aplikasi herbisida, dua pertanaman digunakan: satu untuk menggemburkan tanah
dan yang lain untuk membuat guludan baru pada musim tersebut.
Tidak diperlukan pengolahan jika dilakukan aplikasi herbisida secara sebar rata
dibandingkan alur.
Oleh karena pengolahan tanah cara gulud berdasar pada pengendalian gulma dan
perbaikan guludan, sistem ini membiarkan petani mengurangi ketergantungan akan
herbisida, dibandingkan dengan sistem konvensional atau tanpa olah.
Memelihara guludan merupakan kunci keberhasilan sistem pengolahan tanah cara gulud.
Alat yang digunakan harus tajam untuk membentuk kembali guludan, membersihkan sisa
tanaman, menanam puncak gulud, dan menanam bibit sehat.
Perbaikan gulma tidak hanya untuk penyiangan gulma, tetapi juga meningkatkan tinggi
guludan.













Pemanen tanaman gulud memerlukan roda sempit atau kombinasi roda rangkap agar
guludan tidak rusak saat menggunakan mesin panen.
Demikian pula halnya bila menggunakan truk pengangkut hasil panen.
Pemeliharaan guludan menjadi bahan pertimbangan untuk masing-masing proses.
Metode konservasi tanpa olah dikritik oleh banyak produsen bahan kimia herbisida
pengendali gulma.
Terlebih lagi, pertanian sistem tanpa olah memerlukan pengelolaan yang seksama dan
peralatan mesin spesifik yang mahal.
Di pihak lain, suhu tanah di musim semi lebih rendah pada tanah tanpa olah daripada
diolah.
Suhu rendah lebih rendah ini dapat menghambat perkecambahan benih jagung yang
ditanam awal musim berikutnya.
Juga, permasalahan hama serangga dan binatang penggerek dilaporkan meningkat. Di
satu pihak, metode tanpa olah mampu mencegah erosi tanah.
Pada kondisi drainase baik sistem olah tanah mengalirkan udara hangat pada musim
semi, namun tanpa olah berpengaruh sama atau lebih baik dibandingkan cara
konvensional.
Peralatan penanaman mutakhir telah diperkenalkan untuk sistem tanpa olah tanah yang
dinamakan ―kultivator tanpa olah‖.
Kultivator ini memudahkan penanaman di atas tumpukan sisa yang tebal dan merupakan
alternatif untuk tidak menggunakan herbisida kimia sebelum perkecambahan.
Petani mempunyai pilihan aplikasi herbisida alur dan menggunakan penanaman tanpa
olah untuk membersihkan bagian tengah untuk mengurangi penggunaan herbisida.
ATTRA menyediakan sejumlah sumber yang dapat dihubungi dalam hal budidaya,
peralatan, dan manajemen untuk merancang sistem konservasi hingga pemanenan.
Memperkecil Penggunaan Pupuk Nitrogen Sintetik
Bila semua memungkinkan, tambahkan sumber karbon dan nitrogen
Kotoran hewan merupakan sumber yang baik untuk karbon maupun nitrogen






Bila digunakan pupuk nitrogen, coba dilakukan pada waktu bersamaan dengan
pemasukan sisa tanaman yang banyak.
Sebagai contoh, pada pergiliran tanamn jagung, kacang, dan gandum pemberian nitrogen
yang baik adalah saat sisa tanaman jagung telah disebarkan dan dicampur tanah saat
pengolahan.
Penanaman kedelai musim semi tidak memerlukan penambahan nitrogen. Sedikit
nitrogen dapat diberikan pada pertanaman gandum musim gugur.
Setelah gandum, ditanam legum penutup tanah semusim.
Pada musim semi, ketika tanaman legum penutup tanah dipanen, pemberian nitrogen
yang telah dikurangi sebagai konpensasi masukan nitrogen dari legum, diberikan untuk
tanaman jagung.
Pembenaman sisa legum penutup tanah juga memerlukan tambahan karbon.



Hindari penggunaan rumput kering terus-meneru dibarengi pemupukan nitrogen tinggi.
Pembenaman rumput kering terus-menerus dibarengi penggunaaan nitrogen tinggi
mempercepat dekomposisi bahan organik tanah.
Penggunaan sisa pakan ternak ternak yang disimpan dalam gudang dalam jumlah banyak,
terutama saat pengolahan tanah, akan menyebabkan kesuburan tanah cepat merosot dan
bahan organik tanah cepat habis.
3. Kontinyu Monitor: Indikator Sukses atau Gagal





Seperti halnya dengan penelitian dan pengembangan terhadap hal-hal baru dalam
praktek, monitoring perubahan tanah secara berkelanjutan menggunakan berbagai
peralatan, dibahas dalam the Assessing Soil Health dan Biological Activity.
Panduan monitoring terhadap beberapa perubahan dicatat dalam kertas kerja untuk
merekam data perubahan setelah dilakukan praktek oleh petani.
Peninjauan ulang terhadap prinsip pengelolaan tanah bisa mendukung dan menemukan
jalan untuk menerapkan hal baru kepada mereka.
Jika ditemukan hal-hal baru yang menarik, pilih salah satu yang terbaik untuk
dikembangkan dan diterapkan.
Cari cara memotivasi agar petani tertarik dengan metode baru yang dikembangkan
tersebut seperti halnya apa yang dilakukan petani contoh berikut ini.
SELESAI
Prepared by: Preston Sullivan, ATTRA Technical Specialist
Appropriate Technology Transfer for Rural Areas (ATTRA), P.O. Box 3657, Fayetteville, AR
72702, Phone: 1-800-346-9140 — FAX: (501) 442-9842
References:
1. Cramer, Craig. 1994. Test your soils’ health-first in a series. The New Farm. January. p. 1721.
2. Pimentel, D. et al. 1995. Environmental and economic costs of soil erosion and conservation
benefits. Science. Vol. 267, No. 24. p. 1117-1122.
3. US Department of Agriculture. 1998. Soil Biodiversity. Soil Quality Information Sheet, Soil
Quality Resource Concerns. January. 2 p.
4. Edwards, Clive A. and P.J. Bohlen. 1996. Biology and Ecology of Cacing tanah. Chapman
and Hall, New York. 426 p.
5. Edwards, Clive A. and Ian Burrows. 1988. The potential of cacing tanah composts as plant
growth media. p. 211-219. In: Cacing tanah in Waste and Environmental Management. C.A.
Edwards and E.F. Neuhauser, (eds.) SPB Academic Publishing, The Hague, The Netherlands.
6. Graff, O. 1971. Stikstoff, phosphor und kalium in der regenwormlosung auf der
wiesenversuchsflche des sollingprojektes. Annual Zool. Ecol. Anim. Special Publication 4. p.
503-512.
7. Anon. 1997. Product choices help add to worm counts. Farm Industry News. February. p. 64.
8. Kladivko, Eileen, J. No date. Cacing tanah and crop management. Agronomy Guide, AY-279.
PurdueUniversity Extension Service, West Lafayette, IN. 5 p.
9. Ernst, David T. 1995. The Farmer’s Cacing tanah Handbook: Managing Your Underground
Money Makers. Lessiter Publications, Brookfield, WI. 112 p.
10. Bollen, Walter B. 1959. Microorganismes and Soil Fertility. OregonState College.
OregonState Monographs, Studies in Bacteriology, Number 1. 22 p.
11. Jackson, William R. 1993. Organic Soil Conditioning. Jackson Research Center, Evergreen
CO. 957 p.
12. Comis, Don. 1997. Glomalin-soil’s superglue. Agricultural Research. USDA-ARS. October.
p. 22.
13. Boyle, M., W.T. Frankenberger, Jr., and L.H. Stolzy. 1989. The influence of organic matter
on soil aggregation and water infiltration. Journal of Production Agriculture. Vol. 2. p. 209-299.
14. Pipel, N. 1971. Crumb formation. Endeavor. Vol. 30. p. 77-81.
15.Land Stewardship Project. 1998. The Monitoring Toolbox. White Bear Lake, MN. Page
number unknown.
16. Allison, F.E. 1968. Soil aggregation – some facts and fallacies as seen by a microbiologist.
Soil Science. Vol. 106, Number 2. p. 136-143.
17. Reicosky, D.C. and M.J. Lindstrom. 1995. Impact of fall tillage on short-term carbon dioxide
flux, p. 177-187. In: R.Lal, J. Kimble, E. Levine, and B.A. Stewards (eds.) Soils and Global
Change. Lewis Publisher, Chelsea, Michigan.
18. Nations, Allan. 1999. Allan’s Observations. Stockman Grass Farmer. January. p. 12-14.
19. Sanderson, M.A. et al. 1999. Switchgrass cultivars and germplasm for biomass feedstock
production in Texas. Bioresource Technology. Vol. 67, No 3. p. 209-219.
20. Sachs, Paul D. 1999. Edaphos: Dynamics of a Natural Soil System, 2nd edition. The Edaphic
Press. Newbury, VT. 197 p.
21. Kinsey’s Agricultural Services
297 County Highway 357
Charleston, MO63834
573-683-3880
22. Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers, 4th Edition.
Macmillian Publishing Company, New York, NY. 754 p.
23. Francis, Charles, A., Cornelia B. Flora, and Larry D. King. 1990. Sustainable Agriculture in
Temperate Zones. John Wiley and Sons, Inc. New York. 487 p.
24. Parker, M.B., G.J. Gasho, and T.P. Gaines. 1983. Chloride toxicity of soybeans grown on
Atlantic coast flatwoods soils. Agronomy Journal. Vol. 75. p. 439-443.
25. Schertz 1985. Field evaluation of the effect of soil erosion on crop productivity. p. 9-17. In:
Erosion and Soil Productivity. Proceedings of the National Symposium on Erosion and Soil
Productivity. American Society of Agricultural Engineers. December 10-11, 1984. New Orleans,
LA. ASAE Publication 8-85.
26. Troeh, F.R., Hobbs, J.A. and Donahue, R.L. 1991. Soil and Water Conservation. Prentice
Hall, Englewood Cliffs, NJ.
27. Gantzer, C.J., S.H. Anderson, A.L. Thompson, and J.R. Brown. 1991. Evaluation of soil loss
after 100 years of soil and crop management. Agronomy Journal. Vol. 83. p. 74-77.
28. Shiflet, T.N. and G.M. Darby. 1985. Table 3.4: Effect of row and sod crops on aliran
permukaan and erosion [from G.M. Browning, 1973]. p. 26. In: M.E. Heath, R.F. Barnes, and
D.S. Metcalfe (eds). Forages: The Science of Grassland Agriculture, 4th ed. IowaStateUniversity
Press, Ames, IA.
29. Jackson, Wes. 1980. New Roots for Agriculture, 1st edition. Friends of the Earth, San
Francisco, CA. 150 p.
30. Sullivan, Preston G. 1998. Early Warning Monitoring Guide for Croplands. Center for
Holistic Management, Albuquerque, NM. 22 p.
31. Bowman, Greg. 1994. Why soil health matters. The New Farm. January. p. 10-16.
32. Magdoff, Fred. 1992. Building Soils for Better Crops. University of Nebraska Press, Lincoln,
NE. 176 p.
33. Sickman, Tim. 1998. Building soil with sisae farming. Tennessee Farmer. August. p. 32, 34.
34. Dirnburger, J.M. and John M. Larose. 1997. Tanpa olah saves dairy farm by healing the harm
that tillage has done. National Conservation Tillage Digest. Summer. p. 5-8.
Download