BAB II LiNGKUP PEKERJAAN PeNGERUKAN ALUR PELAYARAN

advertisement
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
BAB II
LiNGKUP PEKERJAAN PeNGERUKAN
ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Pekerjaan pengerukan dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:
Pengerukan Awal (Capital Dredging), Pengerukan Perawatan (Maintenance
Dredging), Pengerukan Batu (Rock Dredging), dan Reklamasi (Reclamation).
Pekerjaan capital dredging diperlukan dalam pembuatan pelabuhan baru.
Pekerjaan ini bermodal besar dan dilakukan untuk sedimentasi yang telah lama
terbentuk. Pekerjaan maintenance dredging dilakukan di Pelabuhan yang sudah
ada, dengan tujuan menjaga agar terpenuhi persyaratan navigasi di alur pelayaran
pelabuhan. Adanya sedimentasi di alur pelayaran mengakibatkan pendangkalan,
sehingga kedalamannya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi alur
pelayaran di Pelabuhan. Oleh karena itu diperlukan pengerukan secara berkala di
alur pelayaran pelabuhan (maintenance dredging).
Pekerjaan rock dredging
dilakukan khusus pada sedimentasi berupa batuan, sehingga metode yang
digunakan berbeda. Pekerjaan reclamation bertujuan memindahkan soil di dasar
laut dari daerah keruk ke daerah timbunan dengan maksud menambah luas daerah
timbunan / keperluan rekayasa lainnya
Sebelum dilaksanakan pengerukan, idealnya perlu dilakukan survey investigasi
dan pengumpulan data. Pada tabel 2.1 dijelaskan survey yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan pengerukan. Karena dalam hal ini tujuan pelaksanaan
survey hidrografi yaitu mengetahui apakah kedalaman dasar alur pelayaran sudah
mencapai batas desain kedalaman yang sesuai dengan ketentuan bagi alur
pelayaran di Pelabuhan Tanjung Priok serta menghitung volume material yang
harus dikeruk, maka pembahasan ini dibatasi oleh pelaksanaan survey hidrografi
(penentuan posisi, pengukuran kedalaman dan water level) untuk pekerjaan
II-1
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
pengerukan perawatan (maintenance dredging). Pelaksanaan survey hidrografi
dilakukan sebelum, selama, dan setelah pekerjaan pengerukan.
Hidrografi
Geoteknik
Hidraulik
Meteorologi
ƒ Sistem penentuan
posisi
ƒ Pengukuran
kedalaman
ƒ Water level
ƒ Bottom
sampling
ƒ Uji lapangan
ƒ Uji
laboratorium
ƒ Pengamatan
gerakan air
Arus
Gelombang
Pasut
ƒ Penelitian
kandungan air
Salinitas
Temperatur
Komposisi
ƒ Penelitian
sedimentasi
Bed load
Suspended
load
Turbidity
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Side scan sonar
Magnetometer
Pengukuran
densitas
Angin
Temperatur
Curah hujan
Kelembaban
Kabut
Sumber: Economic And Social Commission for Asia and The Pacific
United Nations Development Programme Tabel 2.1 Jenis survey dalam pelaksanaan ideal pekerjaan pengerukan
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa adanya sedimentasi di alur pelayaran
pelabuhan mengakibatkan pendangkalan, sehingga persyaratan navigasi di alur
pelayaran tersebut tidak terpenuhi. Maka dalam bab ini akan dijelaskan hubungan
antara navigasi dan pengerukan, yaitu terkait pada kedalaman dan lebar alur
pelayaran. Agar lebih jelas disajikan gambar 2.1 skema lingkup pekerjaan
pengerukan alur pelayaran pelabuhan.
II-2
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan
¾
¾
¾
¾
Tipe Pekerjaan Pengerukan : Capital Dredging Maintenance Dredging
Rock Dredging Reclamation
Persyaratan Navigasi
Di Alur Pelayaran ¾ Kedalaman alur Pelayaran
¾ Lebar alur pelayaran Pelaksanaan dan Proses
Pengerukan (maintenance dredging)
¾
¾
¾
Pelaksanaan Survei Hidrografi : Penentuan posisi Pengukuran kedalaman Water level Gambar 2.1 Skema lingkup pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan
Gambar diatas menjelaskan bahwa lingkup pekerjaan pengerukan alur pelayaran
terdiri dari capital dredging, maintenance dredging, rock dredging, dan
reclamation. Berdasarkan persyaratan navigasi untuk alur pelayaran yang harus
dipenuhi, maka perlu dilakukan pelaksanaan dan proses pengerukan. Pada
pelaksanaan dan proses pengerukan (maintenance dredging) terdapat peran
hidrografi dalam survey untuk pekerjaan pengerukan, yaitu : penentuan posisi,
pengukuran kedalaman dan water level.
II-3
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
2.1
Pekerjaan Pengerukan
Pengerukan merupakan proses pemindahan tanah dengan menggunakan suatu
peralatan atau suatu alat berat, dengan cara mekanis dan/atau hidraulis dari suatu
tempat ke tempat lain (misalnya dari suatu dasar sungai atau laut ke tempat lain).
Peralatan yang digunakan untuk pengerukan alur pelayaran pelabuhan biasanya
berbentuk kapal.
Tujuan pekerjaan pengerukan adalah untuk berbagai macam keperluan,
diantaranya (Rochmandi, 1992):
1. Memperdalam dasar sungai / laut,
2. Memperbesar penampang sungai,
3. Mengambil material pasir laut untuk keperluan urugan / fill untuk
keperluan bangunan ataupun reklamasi tanah,
4. Mengambil material / tanah / lumpur di dasar sungai untuk keperluan
penambangan,
5. Keperluan Navigasi,
6. Pengendalian banjir / pengambilan material di muara sungai (delta),
7. Rekayasa konstruksi dan reklamasi,
8. Pemeliharaan pesisir / pantai,
9. Instalasi dan perawatan pipa bawah laut (pipeline),
10. Pembuangan limbah / polutan,
Berdasarkan keperluannya, pekerjaan pengerukan dapat dikelompokkan menjadi 4
jenis pekerjaan, yaitu (Dredging For Navigation - a handbook for port and
waterways authorities):
A. Pengerukan Awal (Capital Dredging)
Pekerjaan pengerukan awal sangat diperlukan dalam membangun kolam/alur
pelayaran baru guna mempermudah manouver bagi kapal-kapal yang berada di
wilayah perairan, membuat pelabuhan baru (termasuk alur pelayarannya).
II-4
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Contohnya antara lain : beach nourishment yaitu menambang pasir di lepas-pantai
dan kemudian menempatkannya di pantai untuk mengganti pasir akibat peristiwa
erosi oleh badai atau ombak (perlindungan fungsi dari pantai, rekreasi),
pembuatan parit untuk pipa bawah laut, menyiapkan lokasi pengeboran lepas
pantai, menstabilkan platform lepas pantai dan melindungi pipa bawah laut.
Secara umum, pekerjaan ini disebut Capital Dredging. Jenis pekerjaan
pengerukan ini dilakukan pada tipe-tipe soil yang telah lama terendap di dasar
perairan. Sebagai pekerjaan yang bersifat capital, kedalaman alur pelayaran di
suatu pelabuhan yang telah lama digunakan tentu saja patut diperhatikan dan
diperbaiki.
Dalam manajemen di negara-negara berkembang, kata “pengerukan” biasa
dikaitkan dengan capital dredging (United Nations, 1991). Pekerjaan ini
merupakan suatu proyek / kegiatan konstruksi yang besar dan dilaksanakan oleh
kontraktor yang sangat berpengalaman. Pihak-pihak yang umumnya terlibat
dalam proyek capital dredging antara lain: pihak dari pemerintah, bank / badan
keuangan negara dan konsultan. Dalam beberapa kasus, pekerjaan ini memerlukan
waktu yang relatif lama dan hasil yang diciptakan sangat spektakuler. Antara lain:
menciptakan sebuah daratan, perbaikan lingkungan wilayah perairan, serta
membuat alur laut/sungai.
Beberapa faktor yang sangat signifikan mempengaruhi kesuksesan pekerjaan
capital dredging, yaitu :
1) Faktor Teknik
a) Keberadaan rongsokan (wrecks) dan Ranjau Laut.
Wrecks yang berukuran besar biasanya terapung dan dapat terpetakan.
Investigasi dengan magnetometer atau deteksi dengan side scan sonar
dapat mengetahui pula ranjau laut yang tidak terpetakan. Dalam proses
pengangkatan wrecks, terkait dengan alasan navigasi, biasanya tertulis
pada kontrak perjanjian yang terpisah dengan biaya yang berbeda.
Metode yang digunakan dalam proses pembuangannya harus pula
tercantum pada kontrak kerja.
II-5
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
b) Reruntuhan / puing (debris).
Debris dapat mengakibatkan banyak kerugian dalam penggunaan alat
keruk hidraulik. Alat keruk tipe grabs cocok untuk mengatasinya.
Sehingga, debris dapat dibuang jauh dari area pengerukan.
c) Kandungan dasar.
Masalah ini terjadi pada alat keruk buckets, grabs, hoppers, roda
cutters dan pipeline. Tingginya kepekatan tanah dapat menyebabkan
tingginya intensitas adhesi (kelengketan), akibatnya efektivitas kerja
alat terganggu. Dampaknya berujung pada waktu produktivitas kerja
berkurang dan tentu saja akan bermasalah pada perjanjian kontrak
kerja.
d) Pelapisan dasar.
Kurangnya kepadatan tanah, adanya kandungan gas di dalamnya dan
kecenderungan
terjadinya
gelombang
besar
dan
cepat
dapat
menyebabkan kesulitan dalam pekerjaan pengerukan.
2) Faktor Manajemen
a) Kondisi perjanjian kontrak
Perjanjian kontrak terkait dengan pengetahuan dan kemampuan
pelaksana pekerjaan dalam penggunaan alat teknologi terbaru.
Teknologi dapat berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Maka
tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksana pekerjaan harus mampu
mengatasi dan mengikuti perkembangan teknologi yang terjadi di
bidang pengerukan.
b) Metode pengukuran dan sertifikasi pekerjaan.
Sebagai pelaksana pekerjaan pengerukan yang profesional dan dapat
dipercaya, maka pelaksana harus bersertifikasi dan menguasai metodemetode pengukuran yang ada. Hal itu terkait pada perkembangan
teknologi.
II-6
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
c) Peraturan pembayaran yang disepakati.
Setiap pekerjaan, memiliki sistem pembayaran yang berbeda-beda
sesuai dengan kesepakatan antara pelaksana dan pengguna jasa
pengerukan. Oleh karena itu, peraturan pekerjaan yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak harus dipatuhi dan dilaksanakan secara
keseluruhan.
d) Hubungan antara pemberi kerja dan kontraktor.
Adanya good relationship yang harus terjalin antara pemberi kerja dan
kontraktor sebagai pelaksana akan berdampak baik dalam pelaksanaan
pekerjaan.
B. Pengerukan Perawatan (Maintenance dredging)
Maintenance
dredging
adalah
pekerjaan
spesial
yang
termasuk
pada
pengangkatan soil, umumnya soil yang dikeruk belum lama mengendap di dasar
perairan. Sehingga pada pekerjaan ini biasanya lapisan dasar perairan yang
dikeruk tidak terlalu tebal dan keras. Maintenance dredging merupakan pekerjaan
yang dilakukan berkesinambungan pada jangka waktu tertentu. Biaya untuk
melakukan pekerjaan ini salah satunya bergantung pada besar siltation yang
terjadi. Siltation terbentuk akibat adanya sedimentasi yang dikeruk, sehingga
sedimentasi di sisi lainnya yang tidak terkeruk cenderung mengikuti gravitasi
bumi. Akibatnya, area tempat sedimentasi yang dikeruk sebelumnya terisi
kembali oleh sedimentasi dari sisi-sisi lainnya. Dalam beberapa kasus, terdapat
alur pelayaran pelabuhan yang
memiliki intensitas siltation yang tinggi.
Akibatnya, pekerjaan pengerukan pelabuhan di alur pelayaran tersebut
menghabiskan waktu yang cukup lama dan biaya yang sangat besar.
II-7
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Gambar 2.2 Proses terbentuknya Siltation
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan biaya operasi
pekerjaan pengerukan perawatan – maintenance dredging :
1. Menempatkan alur pelayaran di area yang memiliki siltation rendah.
2. Melakukan perencanaan yang baik dalam perawatan alur pelayaran.
3. Mempelajari dan menerapkan metode dan teknologi terbaru sesuai dengan
karakteristik alur pelayaran yang akan dikeruk.
Tipe pekerjaan pengerukan ini dilakukan untuk memelihara dan melindungi
fungsi-fungsi
dari
suatu
subyek
yang
berkenaan
dengan
aspek-aspek
pelayaran/nautical aspects, perlindungan tanah/pantai, nilai-nilai lingkungan.
Dalam hal ini aspek-aspek pelayaran menyangkut alur pelayaran, terkait dengan
fungsi ekonomi (misalnya: bila pelabuhan dangkal maka kapal tidak dapat
merapat), serta faktor-faktor alam lainnya seperti sedimentasi, dll.
C. Pengerukan Batu (Rock dredging)
Pekerjaan pengerukan ini sangat mahal, hal itu disebabkan oleh material yang
dikeruk berupa batu keras, sehingga diperlukan perencanaan yang baik dalam
memutuskan apakah pekerjaan pengerukan ini layak untuk dilakukan. Metode
pengerukan pekerjaan rock dredging akan dijelaskan pada bab 4 tentang
pelaksanaan pengerukan.
II-8
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
D. Reklamasi (Reclamation)
Suatu area dapat direklamasi oleh material dari hasil pekerjaan pengerukan.
Ketika merencanakan pekerjaan reklamasi, karakteristik soil di area yang akan
direklamasi dan karakteristik material yang diperoleh dari pekerjaan pengerukan
harus diperhatikan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan
pengerukan untuk reklamasi antara lain: ukuran butiran material / sedimen,
karakteristik sedimen, efek dari gabungan sedimen yang dibentuk karena terdapat
perbedaan karakteristik soil.
Biasanya ukuran material yang kasar seperti pasir dan kerikil sangat cocok untuk
pekerjaan reklamasi, hal itu dikarenakan massa jenis material cenderung besar.
Namun perlu dipertimbangkan pula ketika daerah reklamasi memiliki
karakteristik perairan yang sangat dinamis, hal itu dapat menyebabkan intensitas
siltation yang tinggi. Dalam pekerjaan reklamasi, penentuan jumlah volume
material yang akan dikeruk harus direncanakan terlebih dahulu. Hal ini berkaitan
pada luas area yang akan dilakukan reklamasi.
2.2
Navigasi dan Pengerukan
Keselamatan pelayaran adalah hal yang paling diutamakan. Alur pelayaran di
pelabuhan tidak dapat terlepas dari pekerjaan pengerukan. Oleh karena itu,
panjang, lebar dan kedalaman alur pelayaran menjadi salah satu persyaratan
navigasi. Hal itu tentu saja dipengaruhi oleh kondisi fisik alam (kondisi laut, iklim
dan karakteristik dasar laut). Agar alur pelayaran dapat berfungsi dengan baik dan
sesuai desain awal kedalaman pelabuhan yang telah dibuat, maka diperlukan
pekerjaan pengerukan untuk dapat memelihara kedalaman alur pelayaran. Sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk alur pelayaran di pelabuhan, sebelum
dilakukan pekerjaan pengerukan biasanya diperlukan studi kelayakan bagi daerahdaerah tertentu yang akan dikeruk. Hal ini tergantung pada jenis pengerukan yang
akan dilakukan. Biasanya, studi kelayakan dilakukan oleh pemilik proyek
(owner).
II-9
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Berdasarkan hasil konferensi International Association of Ports and Harbours
(IAPH) Juni 1983 di Vancouver, Kanada merekomendasikan bahwa pada
umumnya seluruh pelabuhan utama di seluruh dunia harus melakukan pengerukan
pelabuhan secara kontinu (terus-menerus) di sepanjang alur pelayaran untuk
mengakomodasikan kapal-kapal laut yang masuk, baik kapal domestik maupun
internasional. Dengan kata lain, “pengerukan sangat penting untuk menjamin
pergerakan kapal laut dan bergantung pada kondisi ekonomi yang digunakan di
sebagian besar negara di dunia”.
Pengerukan yang berkesinambungan biasanya digunakan untuk mendukung
navigasi yaitu: merawat/meningkatkan alur pelayaran pelabuhan serta dalam
pembuatan pelabuhan ataupun fasilitas navigasi lainnya. Pengerukan untuk
navigasi adalah suatu bentuk aktivitas sebagai salah satu konsekuensi persyaratan
navigasi.
2.2.1
Persyaratan Navigasi
Persyaratan navigasi adalah jaminan bahwa pelayaran melalui alur pelayaran
pelabuhan aman. Oleh karena itu diperlukan pekerjaan pengerukan alur pelayaran
pelabuhan untuk keselamatan pelayaran (safety navigation). Tabel 2.1
menjelaskan syarat navigasi untuk pelabuhan-pelabuhan di beberapa negara asia
pasifik, misalnya pelabuhan belawan merekomendasikan bahwa kapal-kapal yang
memiliki draft kapal maksimum 11 meter dinyatakan aman melalui alur pelayaran
pelabuhan belawan. Persyaratan navigasi berhubungan dengan permintaan
pekerjaan pengerukan. Adanya siltation yang terbentuk di alur pelayaran
mengakibatkan pendangkalan, akibatnya kedalaman alur pelayaran tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku bagi alur pelayaran pelabuhan atau dengan kata
lain tidak terpenuhinya persyaratan navigasi. Untuk dapat memenuhi persyaratan
navigasi diperlukan adanya pelaksanaan pengerukan secara berkala, maintenance
dredging. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa maintenace dredging bertujuan
untuk membuang (remove) siltation yang terbentuk di alur pelayaran.
II-10
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Negara
Pelabuhan terdalam
China
India
Indonesia
Malaysia
Myanmar
Pakistan
Phillippines
Sri Lanka
Thailand
Shanghai
Dalian
Bombay
Belawan
Port Kelang
Yangon
Port Qasim
Manila
Colombo
Bangkok
Draft
(meter)
10.5
17.5
14.3
11
13.5
9
10
12
12.1
8.5
(Ports Authority database, 1987)
Tabel 2.2 Draft pelabuhan beberapa negara ESCAP
(Economics and Social Commission for Asia and the Pasific)
Meninjau aksesibilitas pelayaran di Pelabuhan, untuk kapal-kapal yang
berdimensi kecil persyaratan navigasi tidak terlalu diperhatikan. Namun untuk
kapal-kapal yang berdimensi besar, persyaratan navigasi harus diperhatikan. Hal
itu disebabkan di laut terdapat pengaruh efek hidrodinamik kecepatan kapal dan
kemudi kapal. Efek hidrodinamik muncul antara lain akibat adanya angin,
gelombang laut dan arus laut.
Persyaratan navigasi pada pembahasan ini terbatas pada ukuran alur, yakni
kedalaman dan lebar alur pelayaran. Terdapat banyak pendekatan untuk
persyaratan navigasi yang digunakan dalam mendesain kedalaman dan lebar alur
pelayaran. Hal itu tergantung pada keperluan alur yang dibuat, survey lapangan
dan kondisi lingkungan. Berikut ini disajikan contoh metode dan faktor-faktor
yang digunakan dalam mendesain kedalaman dan lebar alur pelayaran pada
beberapa negara, contohnya negara Jepang dan India.
II-11
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
2.2.2
Kedalaman alur pelayaran
Setiap pelabuhan memiliki standard alur pelayaran yang berbeda-beda, contohnya
di negara Jepang dan India. Lebar dan kedalaman alur pelayaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam standardisasi pelabuhan. Nilai kedalaman
tersebut harus tidak boleh kurang dari ukuran draft kapal yang melewati alur
pelayaran tersebut. Sehingga, setiap pelabuhan memiliki klasifikasi tersendiri bagi
kapal-kapal yang akan melewati alur pelayaran pelabuhan.
Standard yang digunakan oleh Jepang menjelaskan bahwa kedalaman yang sesuai
(proper depth) berarti kedalaman yang lebih dari kedalaman yang telah dijelaskan
pada Tabel 2.3. Dengan kata lain, desain kedalaman yang direkomendasikan
Jepang harus memperhatikan kondisi laut setempat, seperti: gelombang, angin,
dan arus pasut, serta pengaruhnya pada gerakan kapal, seperti: rolling, pitching,
dan squat. Contohnya: Untuk pelabuhan yang mengizinkan masuk bagi kapalkapal kargo dengan berat maksimum 50.000 DWT, maka desain kedalaman yang
direkomendasikan sebesar 14 meter ditambah faktor kondisi laut setempat.
Jenis
Kapal
Kedalaman
(m)
Kapal
Penumpang
5.0
6.0
7.5
9.0
10.0
11.0
Ukuran
Kapal
GT
1000
3000
5000
10000
20000
30000
Kapal
Kargo
4.5
5.0
5.5
6.5
7.5
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
DWT
700
1000
2000
3000
5000
10000
15000
20000
30000
40000
50000
Jenis
Kapal
Kedalaman
(m)
Kapal
Tanker
Minyak
4.5
5.0
5.5
6.5
7.5
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
20.0
21.0
22.0
Ukuran
Kapal
DWT
700
1000
2000
3000
5000
10000
15000
20000
30000
40000
50000
70000
100000
150000
200000
250000
Jenis
Kapal
Kedalaman
(m)
Kapal
Pembawa
Biji (Besi)
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
15.0
16.0
18.0
20.0
Ukuran
Kapal
DWT
10000
15000
20000
30000
50000
70000
90000
100000
150000
Kapal
Ferry
5.0
5.5
6.0
6.5
7.5
8.0
GT
1000
2000
3000
4000
6000
13000
GT – gross tons
DWT – dead weight tons
Tabel 2.3 Standard kedalaman kolam/alur pelayaran di Jepang (R.N Bray)
II-12
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Standard India merekomendasikan bahwa faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam memperhitungkan desain kedalaman kolam/alur pelayaran, yaitu : (United
Nations)
a) Ukuran, draft, bentuk dan kecepatan kapal
b) Kecepatan arus laut
c) Jenis alur (alur terbatas, semi-terbatas dan tak terbatas bagi pelayaran)
d) Jumlah lajur yang digunakan
e) Pergerakan angin dan gelombang
f) Variasi pasut
g) Pola pengerukan dan frekuensi pekerjaan
h) Salinitas dan material di dasar laut
i) Tingkat akurasi (spesifikasi teknis) yang digunakan IHO.
2.2.3
Lebar alur pelayaran
Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi lebar alur pelayaran agar dapat
dilalui kapal laut dengan aman diantaranya adalah jenis lalu lintas (alur pelayaran
satu arah dan dua arah), ukuran kapal dan sudut pembelokan alur. Alur pelayaran
satu arah yaitu alur yang dilewati satu kapal atau lebih (hanya pada satu lintasan)
dengan arah yang sama. Sedangkan alur pelayaran dua arah yaitu alur yang dapat
dilewati oleh dua kapal sekaligus, biasanya kapal saling berpapasan (arah yang
saling berlawanan). Geometri lebar alur pelayaran satu arah dan dua arah dapat
dilihat pada gambar 2.3.
Lebar alur pelayaran satu arah
II-13
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Keterangan:
b = Lebar kapal yang direncanakan melewati alur pelayaran
d = Lebar untuk pergerakan horizontal kapal yang disebabkan alur pelayaran yang tidak searah dengan arus
air, sebesar 1,6 sampai dengan 2 kali lebar kapal
f = Faktor pengaman antara sisi alur, sebesar 1,5 sampai dengan 2 kali lebar kapal
L = Lebar alur pelayaran = d + 2f
Lebar alur pelayaran dua arah
Keterangan:
b = Lebar kapal yang direncanakan melewati alur pelayaran
d = Lebar untuk pergerakan horizontal kapal yang disebabkan alur pelayaran yang tidak searah dengan arus
air, sebesar 1,6 sampai dengan 2 kali lebar kapal
s = Faktor pengaman antara dua kapal, sebesar 1 kali lebar kapal
f = Faktor pengaman antara sisi alur, sebesar 1,5 sampai dengan 2 kali lebar kapal
L = Lebar alur pelayaran = 2d + 2f + s
Gambar 2.3 Tipe-tipe lebar alur pelayaran
(Soedjono Kramadibrata)
2.3 Pelabuhan
Menurut PP nomor 70 tahun 1996 tentang Kepelabuhanan, definisi pelabuhan
adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang
dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
II-14
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antar moda transportasi.
Pelabuhan diciptakan sebagai titik simpul (central) untuk menunjang perdagangan
dan memungkinkan perpindahan muatan dan penumpang, tempat kapal-kapal
dapat berlabuh dan bersandar untuk kemudian melakukan bongkar-muat dan/atau
meneruskan pelayaran ke daerah tujuan. Istilah pelabuhan laut pada umumnya
digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal laut. Sedangkan
pelabuhan nelayan adalah pelabuhan yang digunakan untuk berlabuhnya kapalkapal penangkap ikan serta menjadi tempat distribusi maupun pasar ikan. Di
bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi :
a. Adanya alur-alur / kolam-kolam laut yang cukup dalam (minimum 12
meter kedalaman)
b. Perlindungan dari angin, ombak, dan petir (Breakwater)
c. Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk.
Pelabuhan yang digunakan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal diharapkan
menjadi suatu tempat yang terlindung dari gangguan laut, sehingga kegiatan
bongkar muat dapat dilaksanakan untuk menjamin keamanan barang. Terkadang
suatu lokasi pantai dapat memenuhi keadaan ini dan kedalaman air/besaran kolam
pelabuhannya memenuhi persyaratan bagi suatu ukuran kapal tertentu, sehingga
hanya dibutuhkan dibangun suatu tambatan (wharf) guna merapatnya kapal agar
bongkar muat dapat dilaksanakan. Pelabuhan semacam ini disebut Pelabuhan
Alam.
Untuk kondisi yang lain, misalnya dalam pengembangan suatu daerah dibutuhkan
suatu pelabuhan dan kolam pelabuhannya dengan cara mengeruk tanah serta
bangunan pelindung (breakwater), yaitu pemecah gelombang agar kapal-kapal
dapat berlabuh dengan aman, pelabuhan semacam ini disebut pula Pelabuhan
Buatan. Tipe lain yang tidak memenuhi kedua persyaratan ekstrim seperti yang
telah disebutkan diatas disebut Pelabuhan Semi Alam.
II-15
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Pelabuhan Tanjung Priok, terletak di muara sungai Lagos di Laut Jawa, adalah
pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia sekaligus sebagai pintu gerbang arus
keluar masuk barang ekspor-impor maupun barang antar pulau. Terletak di muara
sungai Lagos, di Laut jawa. Fasilitas yang dimiliki pelabuhan Tanjung Priok
cukup memadai, yakni untuk melayani arus keluar masuk barang. Karena lokasi
di muara sungai lagos tersebut, maka masalah pengerukan merupakan masalah
rutin tahunan yang harus diatasi. Terdapat 5 terminal pelayanan peti kemas
ekspor-impor di pelabuhan ini yaitu:
1) Jakarta International Container Terminal I (JICT I)
2) Jakarta International Container Terminal II (JICT II)
3) Terminal Petikemas Koja (TPJ Koja)
4) Mustika Alam Lestari (MAL)
5) Multi Terminal Indonesia (MTI).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan wilayah perairan untuk
kepentingan pengelolaan pelabuhan yaitu alur pelayaran dan perlintasan kapal,
olah gerak kapal, keperluan darurat (misalnya kondisi dimana kapal kehabisan
bahan bakar di tengah alur pelayaran), tempat labuh kapal, kelestarian lingkungan,
dan aspek pertahanan keamanan negara.
Pembahasan terkait pada penggunaan wilayah perairan, yaitu alur pelayaran untuk
kepentingan pengelolaan pelabuhan. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki alur luar
dan alur dalam yang sama-sama terdapat peranan yang sangat penting. Seluruh
kapal yang ingin memasuki Pelabuhan Tanjung Priok harus melalui alur tersebut
terlebih dahulu. Sehingga, segala ketentuan mengenai keselamatan alur pelayaran
pelabuhan Tanjung Priok sangat perlu diperhatikan.
II-16
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
II-17
Download