BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Interaksi Sosial Interaksi Sosial

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Interaksi Sosial
Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang
berperan saling mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan
kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Menurut Maryati dan Suryawati
dalam (Yesmil anwar dan adang 2013:194) menyatakan bahwa, Interaksi
sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar
individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.
Interaksi sosial merupakan proses setiap orang menjalin kontak dan
berkomunikasi dan saling mempengaruhi dalam pikiran maupun tindakan. Sebagai
pondasi dengan sebuah tindakan yang didasarkan pada norma dan nilai sosial yang
berlaku dan diterapkan dalam masyarakat. Berlangsungnya interaksi sosial dengan
baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya
kesadaran dari masing-masing, maka proses sosial pun tidak akan berjalan dengan
yang diharapkan dan merupakan bentuk dari proses sosial karena interaksi sosial
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses
sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus interaksi sosial.
14
Universitas Sumatera Utara
1. Ciri-ciri interaksi sosial
1) Jumlah pelaku dua orang atau lebih.
2) Adanya komunikai antarpelaku dengan menggunakan simbol atau
lambang.
3) Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa sekarang,
dan masa mendatang.
4) Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi
tersebut.
2. Syarat terjadinya interaksi
Agar interaksi sosial dapat terjadi, dibutuhkan beberapa syarat. Menurut Ibid
dalam (Soerjono Soekanto 2007:55) seperti syarat terjadinya interaksi sosial
adalah sebagai berikut.
a. Kontak Sosial : Kata ‘kontak’ berasal dari kata ‘con’ atau ‘cum’
(Bahasa Latin: bersama-sama) dan ‘tango’ (Bahasa Latin: menyentuh).
Jadi, secara harfiah kontak artinya adalah ‘sama-sama menyentuh’.
Secara fisik kontak sosial baru terjadi apabila terjadi hubungan
badaniah. Akan tetapi, sebagai gejala sosial tidak harus berarti suatu
hubungan badaniah. Karena seseorang dapat mengadakan hubungan
dengan pihak lain tanpa saling menyentuh seperti saat saling menyapa
15
Universitas Sumatera Utara
dan berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat. Kontak sosial
adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan
awal terjdinya interaksi sosial dan masing-masing pihak saling
bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Kontak sosial
dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu kontak antar individu,
kontak antar individu dengan kelompok, dan kontak antar kelompok.
b. Komunikasi : berasal dari kata ‘communicare’ (Bahasa Latin:
berhubungan). Jadi, secara harfiah komunikasi adalah berhubungan
atau bergaul dengan orang lain. Pada kontak sosial pengertiannya lebih
ditekankan kepada orang atau kelompok yang berinteraksi, sedangkan
komunikasi lebih ditekankan kepada bagaimana pesannya itu diproses.
Komunikasi muncul setelah kontak berlangsung (ada kontak belum
tentu terjadi komunikasi). Komunikasi memiliki maksud yang luas
dibandingkan dengan kontak, karena komunikasi dapat memiliki dan
menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Seperti
tersenyum dapat ditafsirkan sebagai penghormatan atau ejekan
terhadap seseorang.
16
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa faktor
berikut
a. Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada
orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti
pandangan dan mempengaruhi tanpa berpikir panjang. Sugesti
biasanya dilakukan oleh orang yang berwibawa, mempunyai pengaruh
besar, atau terkenal dalam masyarakat.
b. Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain
sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari
dilakukan oleh seseorang.
c. Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan
terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena
identifikasi dilakukan oleh seseorang secara sadar.
d. Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang
lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau
sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus.
e.
Empati adalah
kemampuan mengambil atau memainkan peranan
secara efektif dan seseorang atau orang lain dalam konsidi yang
sebenar-benarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain tersebut seperti rasa senang, sakit, susah, dan bahagia.
17
Universitas Sumatera Utara
Empati hampir mirip dengan sikap simpati. Perbedaannya, sikap
empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional.
f. Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang
diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa
sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau
melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan
penuh tanggung jawab.
Tidak selamanya interaksi berjalan sesuai dengan rencana. Kontak sosial yang
berlangsung kadang-kadang dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan,
namun sebaliknya suatu interaksi akan mengalami gangguan dan bahkan terhenti
seandainya terjadi hal-hal berikut:
a) Subjek-subjek yang terlibat dalam interaksi tidak mempunyai harapan
lagu untuk mencapai tujuan.
b) Interaksi yang terjadi tidak lagi bermanfaat atau tidak mendatangkan
keuntungan.
c) Tidak adanya adaptasi atau penyesuaian antara pihak-pihak yang saling
berinteraksi.
d) Salah satu pihak atau keduanya tidak bersedia lagi mengadakan interaksi.
18
Universitas Sumatera Utara
4. Bentuk-bentuk interaksi
a. asosiatif
asosiatif
terdiri
dari
kerjasama
(coorperation),
akomodasi
(acomodation). kerjasama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha
bersama antara orang perorangan
atau kelompok manusia untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. akomodasi merupakan
suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan
pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiaanya.
Proses asosiatif terbagi ke dalam tiga bentuk khusus yakni :
1. Akomodasi yaitu suatu proses dalam hubungan sosial yang sama
artinya dengan pengertian adaptas yang menunjuk pada suatu
proses dimana makhluk hidup menyesuaikan dirinya lingkungan.
2. Asimilasi yaitu proses sosial dalam taraf lanjut yang ditandai
dengan adanya usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang
terdapat antara orang-peroeang atau kelompok-kelompok manusia
yang meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,sikap,
dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan
bersama.
3. Akulturasi yaitu proses sosial dalam masyarakat yang terdapat
unsur kebudayaan baru yang timbul sebagai akibat pergaulan
orang-orang ari kelompok sosial lainnya.
19
Universitas Sumatera Utara
b. Disasosiatif
disasosiatif terdiri dari persaingan (competition), dan kontravensi
(contravention), dan pertentangan (conflict). persaingan diartikan
sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok-kelompok
manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
(baik perorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik
perhatian publik atay dengan mempertajam prasangka yang telah ada
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Sedangkan kontravensi (contravension) merupakan proses
sosial yang berada di antara persaingan dan pertikaian. Dalam
bentuknya ang murni, kontravensi merupakan sikap mental yang
tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsure-unsur
kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap yang tersembunyi tersebut
dapat berubah menjadi suatu kebencian taoi tidak sampai menjadi
pertentangan.
Selain itu terdapat pertikain atau pertentangan (conflict) yang
merupakan suatu proses sosial Dimana individu maupun kelompok
manusia berusaha untuk memenuhi tujuammya denagn jalan
menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
20
Universitas Sumatera Utara
2.2. Multikultural
Multikulturalisme berasal dari kata “multi” yang berarti jamak, banyak,
“Cultural” yang berarti budaya dan “isme” yang berati paham atau aliran.
Multiulturalisme adalah sebuah filosofi terkadang ditafsirkan sebagai ideologi
yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan
hak dan status sosial kebudayaan dan status sosial politik yang sama dalam
masyarakat modern. Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan pandangan
seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang
menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai
macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut
nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari beragam suku
bangsa dan budaya, masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih kelompok yang
secara kultural dan ekonomi yang terpisah-pisah serta memiliki struktur
kelembagaan yang berbeda satu dengan yang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas banyak struktur
kebudayaan. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya suku bangsa yang memilik
struktur budaya sendiri yang berbeda dengan budaya suku bangsa yang lainnya.
Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia
yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan
ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan
masyarakat yang lain.
21
Universitas Sumatera Utara
Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang
akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut. Sikap multikultural merupakan
sikap yang terbuka pada perbedaan, mereka yang memiliki sikap multikultural
berkeyakinan: perbedaan bila tidak dikelola dengan baik memang bisa
menimbulkan konflik, namun bila kita mampu mengelolanya dengan baik maka
perbedaan justru memperkaya dan bisa sangat produktif.
1. Keberadaan masyarakat multikultural
Tidak dapat dipisahkan dari berkembangnya konsep multikulturalisme
yang mencakup sedikitnya tiga unsur yaitu:
a) Terkait dengan kebudayaan.
b) Merujuk kepada pluralitas (keragaman) kebudayaan, dan
c) Cara tertentu untuk menanggapi pluralitas tersebut.
2. Karakteristik Masyarakat Multikultural
Pada masyarakat multikultural, individu maupun kelompok dari
berbagai budaya dan suku bangsa hidup dalam kesatuan sosial tanpa
kehilangan jati diri budaya dan suku bangsanya meskipun tetap ada jarak.
Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang kelompok suku
bangsa dan budayanya berada dalam kesetaraan derajat dan toleransi
sejati. Adapun karakteristik masyarakat multikultural adalah sebagai
berikut:
a) Dalam masyarakat multikultural, tiap – tiap budaya bersifat
otonom.
b) Masyarakat
multikultural
dalam
perkembangannya
akan
22
Universitas Sumatera Utara
bersinggungan dengan konsep hidup bersama untuk mencari
kehidupan bersama.
c) Adanya semangat untuk hidup berdampingan secara damai
(peaceful coexistence) dalam perbedaan kultur
yang ada, baik
secara individual maupun secara kelompok dan masyarakat.
d) Dikembangkannya toleransi, saling memahami, dan menghargai
perbedaan yang ada.
e) Terkait dengan upaya pencapaian civility (keadaban), yang amat
esensial bagi terwujudnya demokrasi yang berkeadaban dan
keadaban yang demokratis.
2.3.Teori Interaksionis Simbolik
Interaksionis simbolik adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara
manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi
yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka
ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada
beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu
berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh,
antara lain suara atau vocal, gerakan fisik, ekspresi tubuh, yang semuanya itu
mepunyai maksud yang disebut dengan simbol.
Menurut mead orang tak hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu
menyadari dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya berinteraksi
dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan dirinya
23
Universitas Sumatera Utara
sendiri.
Interaksionis simbolik dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai
satu-satunya symbol yang terpenting, dan melalui isyarat. Simbol bukan
merupakan fakta-fakta yang sudah jadi, symbol berada dalam proses kontinu.
Proses penyampaian makna inilah yang merupakan subject matter dari sejumlah
analisa kaum interaksionis simbolik. Dalam interaksi orang belajar memahami
simbol-simbol konvesional dan dalam suatu pertandingan mereka belajar
menggunakannya sehingga mampu memahami aktor-aktor lainnya.
Bagi blumer dalam (Margaret M. Poloma 2010 : 2) interaksionis simbolik
bertumpu pada tiga premis :
1) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang
ada pada sesuatu itu bagi mereka.
2) Makna tersebut berasa dan “interaksi sosial seseorang dengan orang
lain”
3) Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial
berlangsung
Keistimewaan pendekatan kaum interaksionis simbolik ialah manusia dilihat
saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan itu menurut mode
stimulus-respon. Seseorang tidak langsung member respon pada tindakan orang
lain, tetapi didasari oleh pengertian yang diberikan kepada tindakan itu. Manusia
24
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi simbol-simbol
dan diperlukan kemampuan untuk komunikasi antarpribadi dan pikiran subjektif.
Kemampuan manusia menggunakan simbol suara yang dimengerti bersama
memungkinkan perluasan dan penyempurnaan komunikasi jauh melebihi apa
yang mungkin melalui isyarat fisik saja (Wirawan, 2012; 124). Seperti
masyarakat di Kelurahan Polonia, dimana dengan berkomunikasi mereka akan
menggunakan simbol-simbol etnis mereka masing-masing dan menunjukkan
identitas mereka dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya.
2.4.Adaptasi Sosial Budaya
Dalam proses kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat, individu
tidak dapat begitu saja melakukan tindakan yang di anggap sesuai dengan
dirinya, karena individu tersebut mempunyai lingkungan diluar dirinya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan tersebut mempunyai
aturan berupa norma-norma yang membatasi tingkah laku individu dan proses
penyesuaian tersebut merupakan proses adaptasi sosial.
Soerjono soekonto (2007: 10) memberikan beberapa batasan pengertian
adaptasi sosial, yaitu :
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan
2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan
3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah
4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
25
Universitas Sumatera Utara
5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan
lingkungan
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah
Salah satu bentuk adaptasi sosial tersebut adalah adaptasi budaya yang
terdiri dari dua kata yang masing-masing makna yakni, kata adaptasi dan
budaya, adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup
dengan baik. Sedangkan budaya atau kebudayaan adalah segala daya dan
kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Dengan kata lain
kebudyaan mencakup segala yang di dapat atau yang dipelajari dari pola-pola
perilaku yang normatif. Artinya mencakup segala cara-cara atau pola pikir,
merasakan dan bertindak.
Dalam masyarakat, adaptasi sosial budaya dimulai melalui penyesuaian
cara hidup dengan lingkungan sekitarnya yang memiliki perbedaan secara adat
istiadat, bahasa dan agama yang berbeda. Dimana dalam adaptasi sosial budaya
terdapat nilai dan norma sosial dalam tata cara bagaimana masyarakat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Seperti pada masyarakat Kelurahan
Polonia yang tempat tinggal mereka berada di lingkungan yang memiliki
berbagai macam etnis sehingga masyarakat harus mampu untuk menyesuaikan
diri mereka dengan lingkungan yang berbeda etnis tersebut dan dapat diterima
dengan baik oleh lingkungannya.
26
Universitas Sumatera Utara
2.5.Kelompok Sosial
Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi
sosial, di lain pihak individu juga tidak dapat dilepaskan dari situasi dimana ia
berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang terbentuk
akibat situasi tersebut.
Secara sosiologis istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu
kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi, dimana
dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan untuk bersama. Kelompok sosial
tersebut memiliki kehidupan bersama dalam himpunan atau kesatuan-kesatuan
manusia yang umumnya secara fisik relative kecil yang hidup secara guyub
(santosa 1999: 43). Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik
yang saling pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling
tolong menolong. Berikut beberapa persyaratan tertentu, antara lain :
1. Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan
sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan anggota
lainnya.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antar mereka
bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan
bersama, tujuan yang sama, ideology politik yang sama dan lain-lain.
27
Universitas Sumatera Utara
Tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya dapat pula menjadi
faktor pengikat/pemersatu.
4. Berstruktur, berkasidah dan mempunyai pola perilaku.
5. Bersistem dan berproses
Berdasarkan interaksi sosial agar ada pembagian tugas, struktur dan norma
yang ada, kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain:
1. Kelompok primer : merupakan kelompok yang di dalamnya terjadi
interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan
erat dalam kehidupan. Kelompok primer merupakan sejumlah orang yang
terdiri dari beberapa orang acapkali berkomunikasi dengan yang lainnya
sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap
muka) tanpa melalui perantara. Misalnya, keluarga, kawan sepermainan,
kelompok agama dan lainnya.
2. Kelompok sekunder : merupakan kelompok yang terdiri dari banyak
orang, bersama siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan
secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng. Jika interaksi sosial
terjadi
secara
tidak
langsung,
berjauhan,
dan
sifatnya
kurang
kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif.
3. Kelompok formal : pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan
atau Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada.
Anggotanya diangkat oleh organisasi.
28
Universitas Sumatera Utara
4. Kelompok informal : merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses
interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotaan
kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya
tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok ini terjadi
pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan
kekeluargaan dan simpati. Misalnya kelompok arisan dan sebagainya.
2.6.Etnisitas -Teori Max Weber Tentang Etnisitas
Dalam bahasa popular etnik adalah kumpulan masyarakat yang mendiami
sebuah wilayah yang memiliki identitas dan kebiasaan tersendiri dan berbeda
dengan masyarakat lainnya. Istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok
tertentu
yang
ataupun kombinasi
karena
dari
kesamaan
kategori
ras,
tersebut
agama,
terikat
asal-usul
pada
bangsa,
sistem
nilai
budayanya. Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa etnis adalah
sekumpulan manusia yang memiliki kesamaan ras, adat, agama, bahasa,
keturunan dan memiliki sejarah yang sama sehingga mereka memiliki
keterikatan sosial sehingga mampu menciptakan sebuah sistem budaya dan
mereka terikat didalamnya.
Kelompok etnik pada umumnya dipahami sebagai suatu populasi orang
atau penduduk yang memiliki ciri-ciri yaitu :
1) Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan
29
Universitas Sumatera Utara
2) Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa
kebersamaan dalam suatu bentuk budaya
3) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, dan
4) Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain
dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.
Secara eksplinsif, weber terlibat dengan hubungan etnis dan menyediakan
beberapa model yang terintegrasi dan koheren untuk penjelasan hubungan
antar etnik, model-model itu adalah sebagai berikut :
1. Etnisitas sebagai bentuk dari status kelompok. Weber mendefisikan
kelompok etnis sebagai kelompok yang menyuguhkan kepercayaan
subjektif di dalam keturunan mereka karena adanya tipe fisik yang
mirip. Hal yang krusial dari prinsip ini adalah etnisitas ada hanya ada
didasar dari kepercayaan kelompok tertentu. Klalu etnisitas berakar di
dalam satu kepercayaan yang mahakuasa. Selain itu, etnisitas ternyata
diperkuat dan di tegaskan di ranah kultural atau kessamaan fisik atau
pada dasar dari pembagian ingatan bersama.
2. Etnisitas sebagai mekanisme dari terpaan monopolistic sosial. Status
kelompok seering berjalan pada basis terpaan sosial dimana posisi
monopolistic mereka secara teratur dipakai untuk mencegah orangorang yang bukan anggota kelompok daei memperoleh keuntungan
simbolik atau material dari kelompok mereka.
30
Universitas Sumatera Utara
3. Keragaman bentuk etnik dari organisasi sosial. Meskipun sebagian
besar mereka beroperasi sebagai status kelompok, kelompok etnis dapat
menggunakan bentuk kelas, kasta dan tanah. Weber sangat tertarik
dengan adanya fenomena kasta etnis, dimana kelompok, perbedaan
kasta jauh lebih kaku dan mendekati kelompok sosial
4. Etnisitas dan mobilisasi politik. weber mendefenisikan etnisitas dalam
istilah dinamika aktivitas politik. menurutnya, eksistensi dari komunitas
politik merupakan prasyarat bagi perilaku kelompok etnis. Kesadaran
kelompok terutama dibentuk oleh pengelaman politik secara umum,
bukan dengan common descent.
Dilihat dari empat prinsip utama diatas,status kelompok merupakan hal yang
paling sering menjelskan kelompok etns. Status kelompok etnis membuat orangorang percaya bahwa mereka sama dari segi kultur, common descent, serta bahasa.
Tak hanya itu, mereka juga percaya bahwa semua itu adalah milik mereka.
Contohnya ada disekitar kita, bila ada seseorang berbicara sunda, kita bisa menduga
kalau ia berasal dari suku sunda.
31
Universitas Sumatera Utara
Download