ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT

advertisement
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP
PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB
(Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)
ANNISSA MERRYNA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS
WILLINGNESS
TO
PAY
MASYARAKAT
TERHADAP
PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Studi Kasus : Desa Curug Goong,
Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” BELUM PERNAH
DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN
MANAPUN UNTUK
TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK
TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN
YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN
KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH.
Bogor,
27 Agustus 2009
Annissa Merryna
H44053639
i
ABSTRACT
Annissa Merryna (H44053639). Analysis of Willingness to Pay Community
for Payment Environmental Services (Case Study : Curug Goong Village,
Padarincang District, Serang Regency, Banten). Under the guidance of
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc and Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si
Water is one of important elements in human life. Water is also used for a
variety of interest such as drinking, cooking, washing, and all other activities that
directly relate to human walfare. The purpose of research is to determine the value
of willingness to pay (WTP) for community economic instruments, namely
payment environmental services, the factors that affect respondents’s willingness
to do a payment environmental services and the factors that affect the value of
preparedness. Willingness of respondents to pay for environmental services is
influenced by several factors, such as the assessment of water quality, the amount
of water needs, and the distance to the water source. The assessment of water
quality impacts is significant at 90 percent, variable amount of water needs is
significant at 95 percent, while variable distance to the water source is significant
at 99 percent.
WTP value in this research is the value that will be given by the
respondents to environmental services generated by Cirahab spring per liter per
household. Average WTP is Rp. 101/liter/household, while total WTP is
Rp. 83.835/liter. The factors affecting the value of respondents’s WTP are
influenced by the assessment of water quality, the amount of water need, the
distance to the water source, and the average household income. The assessment
of water quality impacts is significant at 90 percent, variable anount of water
needs is significant at 95 percent, variable distance to water source is significant at
99 percent, and variable average household income is significant at 90 percent.
Once established average WTP value per liter per household has been
determined the potential value of water Cirahab spring is calculated by
multiplying the average WTP value with the number of respondents
environmental services utilization. The value of environmental services by
community is around 51.887.305/liter/year that can be generated by 4,94 Ha of
land through transfer benefit method. Land should be planted to absorp tree so
that the quality water and quantity water of Cirahab spring be sustainable.
The potential valus of Cirahab spring was obtained from the multiplication
number of environmental services by community with average WTP value, so the
potential value of Cirahab spring is Rp. 5.240.617.805/year which is more greater
than the cost restoration of forest ecology is Rp. 544.758.500/Ha/year.
Key words : water, payment environmental services, willingness to pay, transfer
benefit, the cost restoration of forest ecology
ii
RINGKASAN
Annissa Merryna (H44053639). Analisis Willingness to Pay Masyarakat
terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong,
Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). Dibawah bimbingan
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si
Air merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Air
juga dipergunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya untuk minum, masak,
mencuci, dan segala aktifitas lainnya yang langsung berhubungan dengan
kesejahteraan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai willingness to
pay (WTP) masyarakat terhadap instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa
lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesedian responden untuk
melakukan pembayaran jasa lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai kesediaan tersebut. Kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa
lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penilaian terhadap kualitas air,
jumlah kebutuhan air, dan jarak rumah ke sumber air. Variabel penilaian terhadap
kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen, variabel jumlah
kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, sedangkan
variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf 99 persen.
Nilai WTP dalam penelitian ini adalah nilai yang akan diberikan oleh
responden terhadap jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab per
liter per KK. Nilai rataan WTP responden adalah Rp. 101/liter/KK sedangkan
nilai total WTP adalah Rp. 83.835/liter. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
WTP responden dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air,
jarak rumah ke sumber air dan rata-rata pendapatan rumah tangga. Variabel
penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95
persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan
95 persen, variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 99 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga
berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen.
Setelah didapatkan nilai rataan WTP per liter per KK maka akan dicari
nilai potensial pemanfaatan dari mata air Cirahab dengan cara mengalikan nilai
rataan responden dengan jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat.
Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab oleh masyarakat sebanyak
51.887.305/liter/tahun yang dapat dihasilkan oleh 4,94 Ha lahan melalui metode
transfer benefit. Lahan tersebut dapat ditanami pohon penyerap air sehingga
kualitas dan kuantitas mata air Cirahab dapat lestari.
Sedangkan nilai potensial pemanfaatan mata air Cirahab didapatkan dari
perkalian jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat dengan nilai
rataan WTP sehingga nilai potensial pemanfaatan adalah sebesar
Rp. 5.240.617.805/tahun yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan
biaya pemulihan ekologi hutan sebesar Rp. 544.758.500/Ha/tahun.
Kata kunci : air, pembayaran jasa lingkungan, willingness to pay, transfer benefit,
biaya pemulihan ekologi hutan
iii
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP
PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB
(Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)
ANNISSA MERRYNA
H44053639
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul Skripsi
Nama
NRP
: Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran
Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Studi Kasus : Desa Curug
Goong Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)
: Annissa Merryna
: H44053639
Disetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc
NIP. 196.204.211.986.031.003
Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si
Diketahui,
Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya danLingkungan
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc
NIP. 196.204.211.986.031.003
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdullillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang,
Kabupaten Serang, Banten)” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai
bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang
sejenis.
Skripsi ini bertujuan untuk menghitung besarnya willingness to pay
masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan dan
faktor-faktor yang akan mempengaruhi kesediaan dan nilai dari willingness to pay
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan bagi pemerintah
dan masyarakat setempat dalam mengambil langkah untuk menyusun kebijakan
pengelolaan sebagai upaya konservasi di mata air Cirahab serta dapat bermanfaat
bagi pihak lain yang berkepentingan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc sebagai dosen pembimbing pertama dan
Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukannya selama penyusunan skripsi ini.
Serta pihak-pihak lain yang senantiasa membantu dan memberi motivasi serta doa
kepada penulis.
Seperti pepatah, “tiada gading yang tak retak”. Penulis meyakini bahwa
manusia bukanlah makhluk yang benar-benar sempurna. Penulis mengharapkan
saran dan kritik terhadap skripsi ini. Hal ini agar budaya berpikir kritis bisa lebih
berkembang di masyarakat dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari 1987.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
pasangan Ir. Mawardi Muchtar dan Elfiani Mawardi.
Penulis mengawali pendidikan di TK Nurul Hidayah
Pejaten Pasar Minggu pada tahun 1991, kemudian penulis
melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Anyelir 1
Depok. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan
di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP) 2 Depok dan melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) 1 Depok dan masuk dalam
program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada tahun 2005, penulis diterima
di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan
kemahasiswaan sebagai staf divisi Komunikasi dan Informasi Badan Ekskutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Periode 2006/2007, kepala
divisi Enterpreneurship Resources Environmental and Economic Student
Association (REESA) Periode 2007/2008, anggota Forum Mahasiswa Cinta
Lingkungan (Formalin), dan aktif dalam kepanitiaan beberapa event kampus.
Selain itu, penulis juga tercatat sebagai salah satu finalis Abang Mpok Depok
2009 dan aktif dalam kegiatan sebagai duta pariwisata Kota Depok
Tahun 2009-2011.
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan kasih sayangNya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
dengan baik mulai dari proses penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, pada kesempatan oini penulis ingin menyampaikan ucapan teri
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluargaku tersayang : Papa (Ir. Mawardi Muchtar), Mama (Elfiani
Mawardi), Adik-adikku (Niko Avila dan Nesya Yolanda) atas do’a, perhatian,
dukungan, kesabaran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M. Sc dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si
sebagai dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan, masukan,
kesabaran, semangat, pengertian, perhatian yang telah diberikan kepada
penulis.
3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama.
4. Bapak Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji wakil departemen.
5. Bapak N. P. Rahadian selaku Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi atas
informasi yang telah diberikan kepada penulis.
6. Bapak Mamat dan keluarga atas tumpangan kamar di rumah Beliau selama
penulis melakukan penelitian.
7. Masyarakat Desa Curug Goong yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
8. Sahabatku tersayang Aufa Hilliyun Aidha Syafril atas semangat, doa, bantuan
yang diberikan kepada penulis.
9. Teman-teman penulis antara lain, Cici, Midun, Gareth, Mia, Bude Mila,
Mutiara, Titut, Dhibo, Tata, Etha, Ani, Danti, Rani, Achy, Tri, Ratih, Mega,
Mita, Evi, Atung, Dores, Hans, Buja dan teman-teman ESL 42 yang tidak
dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan, bantuan, doa, dan dukungan
yang diberikan.
10. Teman-teman sebimbingan antara lain, Kartini, Indra, dan Beru atas bantuan
dan kerjasama, semangat dan doa yang telah diberikan.
ix
11. Teman-teman Asrama A1-115 (Shinta, Ocha, Nia, Shely, dan Vbee) atas
kebersamaan, keceriaan, semangat dan doa yang diberikan.
12. Teman-teman KKP Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal (Irvan,
Dhofir, Farida, Siti) atas pengalaman yang diberikan selama KKP.
13. Ibu Us, Bapak Joko, Mbak Dewi dan teman-teman Kos Tridara Perwira 53
atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.
14. Staf-staf administrasi departemen yang telah membantu penulis serta semua
pihak yang telah membantu penulis. Semoga Allah swt membalasnya. Amin.
x
DAFTAR ISI
PERNYATAAN....................................................................................................... i
ABSTRACT............................................................................................................ ii
RINGKASAN ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. viii
UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................. ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 6
2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.................................... 6
2.2 Metode Estimasi Penilaian Nilai Jasa Lingkungan ....................................... 7
2.2.1 The Dose-Response Method (DRM) .................................................... 7
2.2.2 Hedonic Price Method (HPM).............................................................. 8
2.2.3 Travel Cost Method (TCM) .................................................................. 9
2.2.4 The Averting Behaviour Method (ABM) ........................................... 10
2.2.3 Contingent Valuation Method (CVM) ............................................... 11
2.3 Instrumen Ekonomi ..................................................................................... 12
2.3.1 Definisi Instrumen Ekonomi .............................................................. 12
xi
2.3.2 Fungsi Instrumen Ekonomi ................................................................ 13
2.3.3 Tipologi Instrumen Ekonomi.............................................................. 14
2.4 Pembayaran Jasa Lingkungan ..................................................................... 17
2.4.1 Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan............................................... 17
2.4.2 Fungsi Jasa Lingkungan ..................................................................... 17
2.4.3 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan......................................... 19
III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 20
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis...................................................................... 20
3.1.1 Contingent Valuation Method........................................................ 20
3.1.2 Analisis Regresi Logit...................................................................... 28
3.1.3 Analisis Regresi Berganda ............................................................... 30
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional................................................................ 31
3.3 Hipotesis Operasional.................................................................................. 32
IV. METODE PENELITIAN ............................................................................... 35
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................... 35
4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 35
4.3 Penentuan Jumlah Responden ..................................................................... 36
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data........................................................ 36
4.4.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan......................................................................................... 36
4.4.2 Analisis Nilai WTP Responden terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan......................................................................................... 38
4.4.3 Analisis Fungsi WTP.......................................................................... 42
4.5 Pengujian Parameter.................................................................................... 44
4.5.1 Uji G ................................................................................................... 44
4.5.2 Uji Wald.............................................................................................. 45
4.5.3 Uji Odds Ratio .................................................................................... 46
4.5.4 Uji Keandalan ..................................................................................... 46
4.5.5 Uji Statistik t ....................................................................................... 46
xii
4.4.6 Uji Statistik F...................................................................................... 47
4.5.7 Uji Multikolinear (multicollinearity).................................................. 48
4.5.8 Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 48
4.5.9 Uji Kenormalan .................................................................................. 49
4.6 Batasan Operasional .................................................................................... 49
V. KEADAAN UMUM ........................................................................................ 51
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 51
5.2 Kondisi Lingkungan .................................................................................... 53
5.3 Karakteristik Responden ............................................................................. 54
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 60
6.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan Mata Air Cirahab..................................................................... 60
6.2 Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan Mata Air Cirahab..................................................................... 66
6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Pay ...... 70
6.4 Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan terhadap Biaya Pemulihan Ekologi
Hutan............................................................................................................ 73
6.5 Kebijakan Pengelolaan Mata Air Cirahab melalui Pembayaran Jasa
Lingkungan .................................................................................................. 75
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 79
7.1 Kesimpulan.................................................................................................. 79
7.2 Saran ............................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Perbandingan antara Metode Valuasi Ekonomi terhadap Kebijaksanaan
Lingkungan .................................................................................................... 12
2.
Metode Prosedur Penelitian ........................................................................... 35
3.
Peubah Dummy Variabel Penilaian Terhadap Kualitas Air ........................... 37
4.
Sebaran wilayah Desa Curug Goong Tahun 2008 ......................................... 52
5.
Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau Tidak
Bersedia Responden dalam Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan Mata
Air Cirahab..................................................................................................... 62
6.
Classification Table ....................................................................................... 63
7.
Perbandingan Nilai Odds Ratio pada Variabel dummy Penilaian Kualitas
Air .................................................................................................................. 64
8.
Distribusi WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong ........................ 67
9.
Total WTP Responden Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan
Mata Air Cirahab ........................................................................................... 69
10. Hasil Analisis Nilai WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong ........ 71
11. Jumlah Pemanfaatan Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab untuk Kebutuhan
Rumah Tangga Masyarakat Desa Curug Goong............................................ 74
12. Biaya Total Pemulihan Ekologi Hutan per Hektar per Tahun ....................... 75
13. Langkah-Langkah Penetapan Pembayaran Jasa Lingkungan di Mata Air
Cirahab ........................................................................................................... 77
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan .................................................... 19
2.
Transformasi Logit......................................................................................... 29
3.
Diagram Alur Kerangka Berfikir ................................................................... 34
4.
Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi
Jenis Kelamin Tahun 2009............................................................................. 54
5. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi
Tingkat Usia Tahun 2009............................................................................... 55
7.
Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi
Jenis Pekerjaan Tahun 2009........................................................................... 57
8.
Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi
Tingkat Pendapatan Tahun 2009 ................................................................... 58
9. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi
Jumlah Tanggungan Tahun 2009................................................................... 59
10. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Responden Membayar
Pembayaran Jasa Lingkungan sebagai Upaya Konservasi Mata Air Cirahab 61
11. Kurva Penawaran WTP terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan ............... 68
12. Usulan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab........... 77
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter..................................................... 85
2.
Hasil Regresi Berganda dengan Metode Enter .............................................. 89
3.
Uji Kenormalan.............................................................................................. 93
4.
Kuisioner Penelitian....................................................................................... 94
5.
Kondisi Lokasi Penelitian .............................................................................. 99
6.
Peta Lokasi Penelitian.................................................................................. 100
xiv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam diantaranya lahan,
mineral, batu bara, ikan, air, dan lain-lain. Menurut Fauzi (2006) sumber daya
alam tersebut dibagi menjadi sumber daya alam yang dapat pulih dan tidak dapat
pulih. Sumber daya alam memiliki nilai intrinsik yaitu nilai yang terkandung
dalam sumber daya, terlepas apakah sumber daya tersebut dikonsumsi atau tidak.
Dalam ilmu ekonomi konvensional, nilai intrinsik ini sering diabaikan sehingga
menggunakan alat ekonomi konvensional semata untuk memahami pengelolaan
sumber daya alam sering tidak mengenai sasaran yang tepat.
Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga
dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak,
mencuci, dan segala aktifitas lain yang langsung berhubungan dengan
kesejahteraan manusia. Peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan
peningkatan kebutuhan air bersih. Air bersih yang tersedia di alam semakin buruk
kondisinya sehingga air menjadi tidak tersedia dengan baik secara kuantitatif dan
kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena
pengelolaan untuk mendapatkan air yang baik secara kuantitatif dan kualitatif
memerlukan biaya yang sangat tinggi.
Pengadaan air yang baik secara kualitas dan kuantitas dipengaruhi oleh
proses hidroligis yaitu siklus yang menggambarkan perjalanan siklus air dengan
proses alami. Daur hidrologis menyebabkan air selalu tersedia di bumi untuk
kepentingan makhluk hidup. Air yang tersedia akan melimpah jika daur hidrologis
stabil, artinya tidak ada kerusakan-kerusakan pada jaringan penyimpan air bumi.
Kerusakan jaringan penyimpan air yang terjadi belakangan ini dapat disebabkan
oleh kerusakan hutan, padatnya pemukiman dan lain-lain yang menyebabkan air
tidak dapat bertahan lama di bumi karena menguap ke atmosfer atau mengalir
langsung ke laut sehingga air yang tersedia di bumi menjadi sedikit jumlahnya.
Penurunan kualitas dan kuantitas air berkaitan erat dengan Daerah Aliran
Sungai (DAS). Menurut Asdak (1995), DAS merupakan satuan wilayah
tangkapan air (catchman area) yang dibatasi oleh pemisah topografi yang
menerima hujan, menampung dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau
dan laut serta mengisi air bawah tanah. Salah satu bagian dari DAS Cidanau
adalah mata air Cirahab.
Mata air Cirahab merupakan mata air di DAS Cidanau yang memiliki
debit air terbesar yaitu 300 liter/detik. Sebagian besar kebutuhan air masyarakat
Desa Curug Goong bergantung pada kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.
Penggunaan mata air secara terus-menerus oleh semua stakeholder terkait
dikhawatirkan akan mengancam kualitas dan kuantitas mata air Cirahab. Salah
satu instrumen ekonomi untuk kelestarian lingkungan melalui pembayaran jasa
lingkungan (PJL) salah satu contoh penerapan PJL DAS Cidanau yang dilakukan
oleh PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) sebagai pemanfaat jasa lingkungan
kepada masyarakat sebagai penyedia jasa lingkungan yang bertujuan untuk DAS
Cidanau tercapainya keberlanjutan produksi air yang dibutuhkan oleh PT. KTI.
Berdasarkan contoh pemodelan tersebut dibutuhkan sebuah penelitian
awal dalam penerapan PJL di mata air Cirahab sehingga nantinya diharapkan mata
air dapat lestari dan memberikan manfaat secara berkelanjutan. Berikut ini akan
dilakukan sebuah penelitian mengenai PJL dari persepsi pemanfaat langsung jasa
2
lingkungan yaitu masyarakat sebagai pemanfaat jasa lingkungan yang dihasilkan
oleh mata air Cirahab, mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanau
yang terletak di Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang,
Banten.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan ketersediaan air yang baik secara kualitatif dan kuantitatif
saat ini merupakan problematika yang sering terjadi. Problematika ini tidak hanya
terjadi pada masyarakat perkotaan namun juga pada masyarakat pedesaan yang
memiliki sumber daya alam yang melimpah. Keterbatasan pendanaan sering kali
menjadi kendala dalam pengelolaan sumber daya alam tersebut dengan baik
sehingga dikhawatirkan suatu saat nanti sumber daya alam tersebut mengalami
degradasi yang akan merugikan berbagai pihak.
Menurut Fauzi (2006), air saat ini merupakan barang publik yang dapat
dinikmati oleh siapapun. Air juga merupakan barang ultra essential bagi
kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak akan mungkin bisa
bertahan hidup. Bahkan dalam ilmu ekonomi dikenal istilah water-diamond
paradox atau paradoks air dan berlian, dimana air yang begitu esential dinilai
begitu murah sementara berlian yang sebatas perhiasan dinilai begitu mahal.
Kontribusi air terhadap pembangunan ekonomi dan sosial juga sangat vital
sehingga seiiring bertambahnya penduduk dan eskalasi pembangunan ekonomi,
fungsi ekonomi dan sosial air sering terganggu karena semakin kritisnya suplai
air, sementara permintaan semakin meningkat.
Melihat kekhawatiran ini, maka sumber daya air seharusnya tidak lagi
dijadikan sebagai barang publik yang dapat dinikmati oleh siapapun sehingga
diperlukan suatu pengelolaan sumber daya air yang arif dan bijaksana.
3
Pengelolaan sumber daya air tersebut sebaiknya berbasis lingkungan agar
pemanfaat jasa lingkungan air dapat menikmati jasa lingkungan secara
berkelanjutan. Sehingga diperlukan sebuah penelitian mengenai pengelolaan
sumber daya air melalui instrumen ekonomi yaitu PJL.
Kemunculan PJL saat ini belum dikaitkan dengan tingginya kompetisi
yang nyata dalam keseimbangan penawaran dan permintaan pemanfaat dan
penyedia jasa lingkungan. Sehingga dalam penelitian ini akan mencoba untuk
mencari nilai willingness to pay (WTP) terhadap PJL dari persepsi masyarakat
yang memanfaatkan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab di
Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik beberapa perumusan masalah
antara lain :
1) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesediaan responden untuk
melakukan pembayaran jasa lingkungan terhadap mata air Cirahab?
2) Berapakah besarnya WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan?
3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap
pembayaran jasa lingkungan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk menilai jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab melalui
instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan. Penilaian atas jasa
lingkungan tersebut dikaitkan dengan:
1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk
melakukan pembayaran jasa lingkungan.
4
2) Menganalisis nilai pembayaran jasa lingkungan oleh responden untuk
melakukan pembayaran jasa lingkungan.
3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap
pembayaran jasa lingkungan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian tentang penilaian pembayaran jasa lingkungan yang dihasilkan
oleh mata air Cirahab dapat bermanfaat bagi :
1) Akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap khasanah
keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan.
2) Pemerintah Daerah, sebagai bahan acuan dalam penerapan kebijakan
pengelolaan mata air Cirahab.
3) Masyarakat setempat untuk menambah pengetahuan mengenai keilmuan
ekonomi sumberdaya dan lingkungan khususnya mengenai pembayaran jasa
lingkungan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang
dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek
yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan
dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumber daya
dan bagaimana teknologi digunakan. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya
adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang
bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Barang dan jasa yang dihasilkan tersebut
seperti ikan, kayu, air bahkan pencemaran sekalipun dapat dihitung nilai
ekonominya karena diasumsikan bahwa pasar itu eksis (market based), sehingga
transaksi barang dan jasa tersebut dapat dilakukan.
Menurut Fauzi (2006), sumber daya alam selain menghasilkan barang dan
jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung juga dapat
menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain,
misalnya manfaat amenity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat
tersebut sering kita sebut sebagai manfaat fungsi ekologis yang sering tidak
terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumber daya.
Nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya
melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut
(Fauzi, 2006).
Penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (cost-benefit analysis)
yang konvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan dalam
menentukan nilai sumber daya karena konsep biaya dan manfaat sering tidak
6
memasukkan manfaat ekologis di dalam analisisnya (Fauzi, 2006). Oleh karena
itu lahirlah pemikiran konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi non-pasar (nonmarket valuation).
2.2 Metode Estimasi Penilaian Nilai Jasa Lingkungan
Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan sampai saat ini
telah berkembang sekitar 15 jenis metode menurut Yakin (1997). Diantaranya
adalah the Dose-Response Method (DRM), Hedonic Price Method (HPM), Travel
Cost Method (TCM), dan the Averting Behaviour Method (ABM). Namun, yang
paling populer saat ini adalah Contingent Valuation Method (CVM) dan superior
karena bisa mengukur dengan baik nilai penggunaan (use values) dan nilai dari
non pengguna (non use values). Berikut ini akan disinggung sedikit mengenai
metode penilaian ekonomi terhadap lingkungan selain CVM karena konsep CVM
akan dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya.
2.2.1 The Dose-Response Method (DRM)
Metode ini menurut Yakin (1997) berdasarkan pada gagasan bahwa
kualitas lingkungan bisa dianggap sebagai suatu faktor produksi. Peningkatan
kualitas lingkungan akan mengakibatkan perubahan dalam biaya produksi yang
selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya sutu perubahan harga, output, dan atau
tingkat pengembalian modalnya. Masalah yang bisa diterapkan dengan metode
ini misalnya dampak kualitas air terhadap produktivitas pertanian, perikanan
komersial, industri pengguna air bersih, dan dampak polusi udara terhadap
bahan/material, kesehatan, produktivitas manusia, serta kebersihan rumah tangga
atau bangunan. Saat ini metode ini umumnya diaplikasikan pada penilaian
ekonomi dari lingkungan pertanian.
7
2.2.1.1 Kelebihan DRM
Adapun kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut :
1) Metode ini dapat diterapkan pada kasus-kasus dimana orang tidak sadar
terhadap dampak yang diakibatkan oleh polusi.
2) Merupakan metode pengukuran manfaat yang sulit dan biasanya menjadi
perhatian pembuat kebijaksanaan
2.2.1.2 Kelemahan DRM
Adapun kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut :
1) Metode ini kesulitan untuk memperkirakan fungsi dose-response, yaitu
modelling respon produsen dan memasukkan efek dari output dan harga.
2) Jika nilai non pengguna cukup tinggi maka metode ini akan menyebabkan
estimasi yang terlalu rendah terhadap keuntungan dari kebijaksanaan
lingkungan.
2.2.2 Hedonic Price Method (HPM)
Menurut Yakin (1997), metode ini berdasarkan asumsi bahwa barang
pasar menyediakan pembeli dan sejumlah jasa yang beberapa diantaranya bisa
merupakan kualitas lingkungan. Misalnya, bangunan rumah dengan kualitas udara
segar disekitarnya, pembelinya akan menerima sebagai pelengkap. Jika seseorang
merasa tertarik dengan panorama lingkungan pelengkap tersebut, mereka mau
membayar lebih untuk rumah yang berada di area kualitas lingkungan yang baik
dibandingkan dengan rumah dengan kualitas yang sama pada tempat lain yang
kualitas lingkungannya lebih jelek.
2.2.2.1 Kelebihan HPM
Adapun kelebihan dari metode HPM adalah sebagai berikut :
8
1) Hasil perhitungan manfaat yang diperoleh berdasarkan tingkah laku pasar
yang diteliti. Akibatnya, banyak ahli ekonomi telah memperlakukan metode
ini baik daripada hasil survei.
2) Metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi nilai dari ”green premium”
pada barang konsumen ramah lingkungan atau nilai dari resiko lingkungan
pada kesehatan manusia melalui pembedaan upah.
2.2.2.2 Kelemahan HPM
Adapun kelemahan dari metode HPM adalah sebagai berikut :
1) Harga yang tersedia harus valid.
2) Tidak mampu mendapatkan pilihan estimasi harga dengan terdapatnya
ketidakpastian.
3) Tidak bisa mengestimasi nilai pengukuran kesejahteraan yang didasarkan
pada surplus konsumen.
4) Adanya tingkat multikolinearitas yang tinggi dalam persamaan HPM.
5) Memiliki reabilitas yang rendah karena data yang dibutuhkan sangat besar
dan sulit diperoleh.
2.2.3 Travel Cost Method (TCM)
Menurut Yakin (1997), model yang mendasari metode ini yaitu dengan
asumsi bahwa orang lain akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat
tersebut sampai pada titik dimana nilai marginal dari perjalanan terakhir bernilai
sama dengan jumlah uang dan waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi
tersebut dan untuk mengestimasi besarnya nilai manfaat dari upaya perubahan
kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi.
9
2.2.3.1 Kelebihan TCM
Adapun kelebihan dari metode TCM adalah sebagai berikut :
1) Hasil perhitungan manfaat berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti
2) Metode ini dapat mengestimasi besarnya surplus konsumen
2.2.3.2 Kelemahan TCM
Adapun Kelemahan dari metode TCM adalah sebagai berikut :
1) Biaya perjalanan yang dipakai harus valid sedangkan dalam kenyataannya
susah untuk mengestimasi dengan tepat.
2) Opportunity cost harus dimasukkan dalam perhitungan
3) Teori ekonomi gagal untuk menjelaskan hubungan jumlah kunjungan dengan
biaya perjalanan. Metode ini hanya berdasarkan pada ketegasan (fitting) garis
regresi pada satu set data yang dikumpulkan karena dibatasi pada nilai yang
memanfaatkan lokasi tersebut, sehingga jika pelestarian lingkungan pada
lokasi tersebut penting bagi non pengguna, maka manfaat yang diestimasi jauh
lebih kecil dari yang sebenarnya.
2.2.4 The Averting Behaviour Method (ABM)
Menurut Yakin (1997) metode ini menilai kualitas lingkungan berdasarkan
pada pengeluaran untuk mengurangi atau mengatasi efek negatif dari polusi.
Misalnya, dalam kasus keabnormalan yang disebabkan oleh polusi udara yang
mengharuskan seseorang berobat ke dokter. Biaya berobat ke dokter ini dianggap
sebagai nilai dari benefit untuk memperbaiki kualitas lingkungan.
10
2.2.4.1 Kelebihan ABM
Kelebihan dari metode ABM adalah pengukuran manfaat yang dihasilkan
berdasarkan karakteristik pasar yang diselidiki.
2.2.4.2 Kelemahan ABM
Adapun kelemahan dari metode ABM adalah sebagai berikut :
1) Membutuhkan data yang memuaskan dan rumit.
2) Metode ini tergantung pada asumsi yang tidak bisa dijelaskan/dianalisis
dengan tepat yang berkaitan dengan spesifikasi fungsi utilitas oraang yang
diteliti.
2.2.3 Contingent Valuation Method (CVM)
Menurut Fauzi (2006), metode CVM ini sangat tergantung pada hipotesis
yang akan dibangun. Misalnya, seberapa besar biaya yang harus ditanggung,
bagaimana pembayarannya, dan sebagainya. Metode CVM ini secara teknis dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu teknis eksperimental melalui simulasi dan teknik
survei. Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif sumber daya
alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaaan. Metode CVM pada
dasarnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar dari masyarakat
terhadap perbaikan lingkungan dan keinginan menerima kompensasi dari
kerusakan lingkungan. Untuk lebih lengkapnya mengenai metode CVM akan
dijelaskan pada bab berikutnya.
Tabel-1 berikut ini menunjukan perbandingan teknik CVM dengan teknik
penilaian ekonomi lingkungan lainnya.
11
Tabel 1. Perbandingan antara Metode Valuasi Ekonomi terhadap
Kebijaksanaan Lingkungan
Kriteria
The Dose Response
(DRM)
Hedonic Price Method
(HPM)
Travel Cost Method
(TCM)
Averting Behaviour
Method (ABM)
Contingent Valuation
Method (CVM)
Validitas
Reabilitas
Comprehensive
Kelengkapan
dan
Kepraktisan
Sedang
Sangat Rendah
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Sumber : Hoevanagel dalam Yakin (1997)
Dilihat dari ruang lingkup penerapannya, CVM memiliki kemampuan
yang besar untuk mengestimasi manfaat lingkungan dari berbagai segi. CVM
pernah diterapkan pada berbagai kasus lingkungan seperti polusi udara, polusi air,
kecelakaan reaktor nuklir, pemburuan binatang, kepadatan konservasi dan
preservasi lahan, rekreasi, limbah beracun, populasi ikan, hujan asam, hutan,
lahan basah, spesies langka dan sebagainya. DRM baru diterapkan pada kasus
yang berkaitan dengan polusi. HPM telah diterapkan pada kasus-kasus seperti
kualitas air, kualitas udara, ketenangan, dan perburuan hewan liar. TCM
diterapkan khususnya pada kasus-kasus rekreasi dan kegiatan yang terkait. Akan
tetapi, berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terdahulu tiap metode
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
2.3 Instrumen Ekonomi
2.3.1 Definisi Instrumen Ekonomi
Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi adalah sebagian dari kebijakan
lingkungan dalam mengendalikan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan
melalui mekanisme pasar. James (1997) diacu dalam Fauzi (2007) mendefinisikan
12
instrumen ekonomi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan sebagai
mekanisme administratif yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi
perilaku siapapun yang mendapatkan nilai dari sumber daya, memanfaatkannya,
atau menyebabkan dampak sebagai efek lain atau eksternalitas yang disebabkan
aktivitas mereka.
Sedangkan Robinson and Ryan (2002) diacu dalam Fauzi
(2007) mengembangkan definisi instrumen ekonomi ini menjadi instrumen yang
berorientasi kearah peningkatkan alokasi ekonomi yang efisiensi ekonomi dari
sumber daya alam dengan memodifikasi perilaku agen ekonomi dengan cara
memberikan insentif kepada mereka untuk menginternalisasikan eksternalitas
yang mungkin timbul dari aktivitas mereka. Instrumen ekonomi ini didesain
untuk mempengaruhi keputusan produksi baik melalui mekanisme harga atau
dengan merubah atraksi dari aktivitas tertentu.
2.3.2 Fungsi Instrumen Ekonomi
Panayotou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) menyebutkan paling tidak ada
empat hal utama menyangkut fungsi instrumen ekonomi dalam pengelolaan
lingkungan, yaitu :
1) Menginternalisasikan eksternalitas dengan cara mengoreksi kegagalan pasar
melalui mekanisme full cost pricing dimana biaya subsidi, biaya lingkungan
dan biaya eksternalitas diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
2) Mampu mengurangi konflik pembangunan versus lingkungan, bahkan jika
dilakukan secara tepat dapat menjadikan pembangunan ekonomi sebagai
wahana (vehicle) untuk perlindungan lingkungan dan sebaliknya.
3) Instrumen
ekonomi
berfungsi
untuk
menganjurkan
efisiensi
dalam
penggunaan barang dan jasa dari sumber daya alam sehingga tidak
13
menimbulkan kelebihan konsumsi karena pasar, melalui isntrumen ekonomi
akan memberikan sinyal yang tepat terhadap penggunaan yang tidak efisien.
4) Instrumen ekonomi dapat digunakan sebagai sumber penerimaan (revenue
generating).
2.3.3 Tipologi Instrumen Ekonomi
Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi dapat dibagi berdasarkan tiga
kategori umum menurut dampaknya terhadap keuangan pemerintah, yaitu :
1) Instrumen peningkatan revenue, seperti pajak, dan biaya perijinan yang dapat
meningkatkan biaya relatif dari teknologi intensif dan produk emisi. Instrumen
ini menciptakan insentif yang terus menerus pada inovasi untuk meningkatkan
efisiensi emisi atau untuk mengganti pada pengganti emisi yang lebih rendah,
serta memberikan penerimaan bagi pemerintah.
2) Instrumen Budget-neutral, yang meningkatkan biaya relatif emisi dan atau
teknologi intensif energi dan produk, namun tidak meningkatkan penerimaan
bagi pemerintah. Kategori ini meliputi peraturan yang bersifat market-based,
yang mengharuskan perusahaan memenuhi standar baku mutu tetapi
membolehkan mereka untuk menjual belikannya dengan pihak lain untuk
memenuhi komitmen standar ini. Instrumen budget-neutral ini dapat
dikhususkan pada teknologi (misalnya renewable portfolio standard atau
emisi kendaraan bermotor), atau dapat juga dikhususkan pada kinerja
(misalnya domestic emission trading program).
3) Instrumen Ekspenditur, seperti subsidi dan insentif lainnya yang menurunkan
biaya relatif dari teknologi dan produk dengan emisi yang lebih rendah dan
atau intensitas energi, membuatnya semakin kompetitif dengan teknologi yang
14
ada. Instrumen ini dapat ditujukan pada keputusan yang ada (misalnya melalui
akselerasi depresiasi untuk tujuan pajak) atau biaya kompetitif jangka panjang
melalui pembiayaan atau penelitian, pengembangan dan komersialisasi
teknologi baru. Dengan membiayai subsidi ini, pemerintah layaknya harus
meningkatkan pajak lainnya atau menurunkan ekspenditur.
Sedangkan Panayatou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) lebih jauh
membagi tipologi instrumen ekonomi secara lebih rinci lagi yakni berdasarkan:
1) Hak kepemilikan (property right)
2) Penciptaan pasar (market creation)
3) Instrumen fiskal
4) Sistem pungutan (charge system), instrumen ekonomi
5) Instrumen finansial
6) Instrumen pertanggung jawaban (liability)
7) Performance dan bond system
Perspektif lainnya dari instrumen ekonomi, dapat dibedakan berdasarkan
pada ruang lingkup aplikasinya, apakah diaplikasikan secara luas, dengan hanya
memberikan signal pada ekonomi dan membiarkan market menentukan sendiri
responsnya. Atau dapat juga ditargetkan pada sektor, teknologi atau kegiatan yang
spesifik. Berkaitan dengan instrumen ekonomi ini, beberapa prinsip-prinsip umum
yang diaplikasikan dalam desain modelnya, yaitu :
1) Biaya kebijakan fiskal biasanya lebih rendah ketika didisain secara benar
ekspektasinya, dan terus menerus.
15
2) Instrumen sebaiknya yang berfungsi luas dan bersifat fleksibel, karena
biasanya lebih murah daripada instrumen yang ditarget atau instrumen untuk
hal-hal khusus untuk mencapai penurunan yang sama.
3) Instrumen sebaiknya dapat mendorong perusahaan dan rumah tangga untuk
berinvestasi pada peralatan dan proses produksi yang lebih efisien (kapan
dibutuhkan mengganti peralatan yang ada dan kapan dibutuhkan penambahan
peralatan) akan lebih murah biayanya dibandingkan instrumen yang
mengharuskan mereka menyesuaikan dengan perubahan kapital.
4) Instrumen diharapkan tidak membuat terjadinya transfer kesejahteraan
diantara pihak yang terlibat dan atau wilayah. Instrumen seperti inilah yang
mudah diterima masyarakat (misalnya dalam kondisi recycling target revenue,
atau pengukuran transisi, carbon charge akan mentransfer kesejahteraan dari
wilayah pemanfaat intensif bahan bakar fosil ke wilayah yang banyak
memanfaatkan sumber daya hidroelektrik.
Tipe dan besaran dari dampak ekonomi setiap instrumen ekonomi,
bervariasi walaupun keluaran lingkungannya bisa jadi sama. Sementara itu,
berbagai cara dapat dilakukan untuk mitigasi dampak dan meningkatkan
efektivitas detail disain berbagai instrumen ekonomi. Dalam penyusunan model
instrumen ekonomi ini biasanya ada trade off antara minimisasi biaya agregat
dengan tujuan lainnya seperti minimisasi distribusi dampak.
Dalam pengembangan instrumen ini, penting sekali untuk memperhatikan
interaksi kebijakan yang ada dan dampak yang terjadi dari interaksi ini dengan
keluaran yang diharapkan. Pertimbangan lainnya adalah dalam mendisain paket
kebijakan adalah staging (tahapan), baik untuk menurunkan biaya dengan adaptasi
16
mengikuti laju alami dari perputaran stok kapital jangka panjang dan membuat
instrumen fiskal untuk membangun tahapan dari teknologi.
2.4 Pembayaran Jasa Lingkungan
2.4.1 Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan
Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) yang
meliputi antara lain jasa wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan tata air/hidrologi,
kesuburan tanah, pengendalian erosi dan
banjir, keindahan, keunikan,
keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon (Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Provinsi Banten, 2006).
Jasa lingkungan yang ada saat ini suatu saat nanti akan mengalami
penurunan kualitas. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat mengatasi
penurunan kualitas lingkungan dalam penelitian ini adalah pembayaran jasa
lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi sukarela yang
menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara
memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat jasa
lingkungan (Wunder, 2005).
2.4.2 Fungsi Jasa Lingkungan
Menurut Wunder (2005), suatu ekosistem menyediakan suatu jasa
lingkungan yang memiliki empat fungsi penting yaitu :
1) Jasa penyediaan (provising services), jasa penyediaan yang dimaksud disini
adalah penyediaan sumber daya alam berupa sumber bahan makanan, obatobatan alamiah, sumber daya genetik, kayu bakar, serat, air, mineral dan lainlain.
17
2) Jasa pengaturan (regulating services), jasa pengaturan yang dimaksud disini
adalah jasa lingkungan memiliki fungsi menjaga kualitas udara, pengeturan
iklim, pengaturan air, pengontrol erosi, pengaturan untuk menjernihkan air,
pengaturan pengelolaan sampah,
pengaturan untuk mengontrol penyakit,
pengaturan untuk mengurangi resiko yang menghambat perbaikan kualitas
lingkungan dan lain-lain.
3) Jasa kultural (cultural services), jasa cultural yang dimaksud disini adalah jasa
lingkungan sebagai identitas dan keragamana budaya, nilai-nilai religious dan
spiritual, pengetahuan, inspirasi, nilai estetika, hubungan sosial, rekreasi, dan
lain-lain.
4) Jasa pendukung (supporting services), jasa pendukung yang dimaksud disini
adalah jasa lingkungan sebagai produksi utama yang memproduksi oksigen.
Produk jasa lingkungan hutan atau kawasan konservasi umumnya dibagi
dalam 4 (empat) kategori berupa (Wunder, 2005) :
1) Penyerap dan penyimpangan karbon (carbon sequestration and storage)
2) Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection)
3) Perlindungan daerah aliran sungai (watershed protection)
4) Keindahan bentang alam (landscape beauty)
Terkait dengan pemanfaatan air, hutan memberikan jasa lingkungan
manfaat berupa memperbaiki kualitas air dengan mengurangi sedimentasi dan
erosi, mengatur aliran dan supply air melalui kemampuan penyerapan, mengisi air
bawah tanah dan menyimpannya, mencegah dan mengurangi bencana akibat air
seperti banjir, menahan air hujan pada sistem pengakaran selama musim hujan
dan secara perlahan melepaskan air selama musim kemarau.
18
2.4.3 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan
Mekanisme pembayaran lingkungan menurut World Bank (2003) diacu
dalam Wunder (2005) akan dijelaskan pada Gambar-1.
Gambar 1. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan
Penyedia manfaat dalam skema ini berarti lingkungan yang menyediakan
suatu jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran lingkungan ini tergantung oleh
mekanisme keuangan dan mekanisme pembayaran jasa lingkungan itu sendiri.
Kedua mekanisme tersebut sangat dipengaruhi oleh struktur pemerintah sehingga
menghasilkan suatu nilai yang sesuai dengan jasa lingkungan yang sesungguhnya
yang dibayarkan secara sukarela oleh penerima manfaat jasa lingkungan agar
dapat menghasilkan jasa lingkungan yang berkelanjutan untuk generasi
mendatang.
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Contingent Valuation Method
3.1.1.1 Konsep Contingent Valuation Method
Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survei untuk
menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan
terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan (Yakin,
1997). CVM menggunakan pendekatan secara langsung yang pada dasarnya
menanyakan kepada masyarakat berapa besarnya Willingness to Pay (WTP) untuk
manfaat tambahan dan/atau berapa besarnya Willingness to Accept (WTA) sebagai
kompensasi dari kerusakan barang lingkungan. Dalam penelitian ini, pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan WTP.
Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang
mendekati dari barang-barang lingkungan jika pasar dari barang-barang tersebut
benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuisioner dan responden) harus
sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus
mengenal dengan baik komoditas yang ditanyakan dalam kuisioner. Responden
juga harus mengenal alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran.
3.1.1.2 Kelebihan Contingent Valuation Method
Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu lingkungan
memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :
1) Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting yaitu
seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat dan dapat
diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan.
20
2) Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan
di sekitar masyarakat.
3) Dibandingkan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya, CVM memiliki
kemampuan untuk mengestimasi nilai non-pengguna. Dengan CVM,
seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang
lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung.
4) Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analisis yang kompeten, namun
hasil dari penelitian menggunakan metode ini tidak sulit untuk dianalisis dan
dijabarkan.
3.1.1.3 Kelemahan Contingent Valuation Method
Teknik CVM memiliki kelemahan yaitu munculnya berbagai bias dalam
pengumpulan data. Bias dalam CVM menurut Hanley dan Spash (1993) terdiri
dari :
1) Bias Strategi (Strategic Bias)
Adanya responden yang memberikan suatu nilai WTP yang relatif kecil
karena alasan bahwa ada responden lain yang akan membayar upaya peningkatan
kualitas lingkungan dengan harga yang lebih tinggi kemungkinan dapat terjadi.
Alternatif untuk mengurangi bias strategi ini adalah melalui penjelasan bahwa
semua orang akan membayar nilai tawaran rata-rata atau penekanan sifat hipotetis
dari perlakuan. Hal ini akan mendorong responden untuk memberikan nilai WTP
yang benar.
Mitchell dan Carson (1989) diacu dalam Hanley dan Spash (1993)
menyarankan empat langkah untuk meminimalkan bias strategi yaitu :
a) Menghilangkan seluruh pencilan (outliner)
21
b) Penekanan bahwa pembayaran oleh responden adalah dapat dijamin
c) Menyembunyikan nilai tawaran responden lain
d) Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran
Sedangkan Hoehn dan Randall (1987) diacu dalam Hanley dan Spash
(1993) menyarankan bahwa bias strategi dapat dihilangkan dengan menggunakan
format referendum terhadap nilai WTP yang terlalu tinggi.
2) Bias Rancangan (Design Bias)
Rancangan studi CVM mencakup cara informasi yang disajikan, instruksi
yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan
kepada responden. Beberapa hal dalam rencangan survei yang dapat
mempengaruhi responden adalah :
a) Pemilihan jenis tawaran (bid vehicle). Jenis tawaran yang diberikan dapat
mempengaruhi nilai-nilai rata-rata tawaran.
b) Bias titik awal (starting point bias). Pada metode bidding game, titik awal
yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai tawaran (bid)
yang ditawarkan. Hal ini dapat dikarenakan responden yang ditanyai merasa
kurang sabar (ingin cepat selesai) atau karena titik awal yang mengemukakan
besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera responden (disukai
responden karena responden tidak memiliki pengalaman tentang nilai
perdagangan benda lingkungan yang dipermasalahkan).
c) Sifat informasi yang ditawarkan (nature of information provided). Dalam
sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi benda
lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan bekerja.
22
Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotesis maupun
komoditas spesifik yang diinformasikan pada saat survei.
3) Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiwaan Responden (Mental
Account Bias)
Bias ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang
individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan, dan waktunya
yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode waktu
tertentu.
4) Kesalahan Pasar Hipotetik (Hypotetical Market Error)
Kesalahan pasar hipotetik terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada
responden di dalam pasar hipotetik membuat tanggapan responden berbeda
dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilkan
menjadi berbeda dengan nilai yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan studi CVM
tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu perdagangan atau
pasar yang murni hipotetik yang didapatkan dari pertemuan antara kondisi
psikologi dan sosiologi prilaku. Terjadinya bias pasar hipotetik bergantung pada :
a) Bagaimana pertanyaan disampaikan ketika melaksanakan survei.
b) Seberapa realitistik responden merasakan pasar hipotetik akan terjadi.
c) Bagaimana format WTP yang digunakan.
Solusi untuk menghilangkan bias ini salah satunya yaitu desain dari alat
survei sedemikian rupa sehingga maksimisasi realitas dari situasi yang akan diuji
dan melakukan pengulangan kembali untuk kekonsistenan dari responden.
23
3.1.1.4 Tahapan Studi Contingent Valuation Method
Menurut Hanley dan Spash (1993), beberapa tahap dalam penerapan
analisis CVM, yaitu :
1) Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)
Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan
pertanyaan mengenai nilai barang/jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut
membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap
suatu barang/jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang
berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Dalam pasar hipotetik harus
menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran
yang dilakukan.
Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuisioner sehingga
responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta
keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, di dalam kuisioner
juga perlu dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan
masyrakat membayar.
2) Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)
Setelah kuisioner selesai di buat, maka dilakukan kegiatan pengambilan
sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka,
dengan perantara telepon, atau surat. Wawancara dengan telepon telah
menjadi pilihan terakhir mengingat pengumpulan informasi mengenai suatu
barang lewat telepon tergolong cukup sulit, terkait dengan keterbatasan waktu.
Wawancara dengan surat cukup sering dilakukan tetapi sering mengalami bias
dalam bentuk tidak mendapat tanggapan (non-response bias) atau tingkat
tanggapan yang rendah (low-response rates). Wawancara menggunakan
petugas yang terlatih memungkinkan cakupan untuk pertanyaan dan jawaban
24
secara lebih rinci tetapi tidak menutup kemungkinan bias yang dilakukan oleh
petugas tersebut.
3) Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Avarage WTP)
Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah
nilai tengah (median) dan nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Nilai
tengah digunakan apabila terjadi rentang nilai penawaran yang terlalu jauh,
misalnya dari 25 responden, 24 responden, memiliki nilai penawaran sebesar
Rp. 10.000 tetapi ada satu responden yang memiliki nilai penawaran sebesar
Rp. 1.000.000. Jika penghitungan nilai penawaran menggunakan rata-rata,
maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena
itu digunakan nilai tengah karena nilai tengah tidak dipengaruhi oleh rentang
penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil
daripada nilai rata-rata penawaran.
4) Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)
Sebuah kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP
sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut
sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan untuk
memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel
independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan.
Variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP contohnya antara lain
tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K),
tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan
(Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi
linier dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut :
25
WTPi = f(Yi, Ei, Ki, Ai, Qi) ............................................................................. (1)
dimana i adalah responden ke-i.
5) Menjumlahkan Data (Agregating Data)
Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran
dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Bentuk ini sebaiknya
termasuk seluruh komponen dari nilai relevan yang ditemukan seperti nilai
keberadaan dan nilai penggunaan. Keputusan dalam penjumlahan data
ditentukan oleh :
a) Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi
semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan
yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana
dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut.
b) Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat
digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan
timbul kebiasaan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan
terendah. Jika variabel ini telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran,
estimasi rata-rata populasi μ, dapat diturunkan dengan memasukkan nilai
populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan
dengan N.
c) Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Ini
tergantung pada pola CVM yang akan dipakai. Setiap kasus dari manfaat dan
biaya dari waktu cukup panjang, masyarakat dikonfrontasi dengan keperluan
penggunaan preferensi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa
depan, sebagaimana adanya implikasi discounting.
26
6) Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)
Tahap ini menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan.
Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
seperti apakah responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik,
berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang/jasa lingkungan yang
terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar hipotetik yang dibuat dapat
mencakup semua aspek barang/jasa lingkungan, dan lain-lain pertanyaan
sejenis.
3.1.1.5 Organisasi dari Pengoperasian Contingent Valuation Method
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam organisasi
pengoperasian CVM, yaitu :
1) Pasar hipotetik yang digunakan harus memiliki kredibilitas dan realitas.
2) Alat pembayaran yang digunakan dan/atau ukuran kesejahteraan (WTP)
sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang terkait di masyarakat.
3) Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang publik
yang dimaksud dalam kuisiner dan alat pembayaran untuk penawaran mereka.
4) Jika memungkinkan, ukuran WTP sebaiknya dicari, karena responden sering
kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka berikan.
5) Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah
perolehan selang kepercayaan dan reabilitas.
6) Pengujian kebiasaan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi uuntuk
memperkecil strategi bias secara khusus.
7) Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi.
27
8) Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karakteristik yang
sama dengan populasi dan penyesuaian diperlukan.
9) Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali untuk melihat jika mereka setuju
dengan harapan yang tepat. Nilai minimum dari 15% untuk Radjusted
direkomendasikan oleh Mitchell dan Carson (1989) diacu dalam Hanley dan
Spash (1993).
3.1.2 Analisis Regresi Logit
Analisis regresi logit merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini
mengkaji hubungan pengaruh-pengaruh peubah penjelas (χ) terhadap peubah
respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Namun jika peubah
respon dari analisis regresinya berupa kategorik, maka analisis regresi yang
digunakan adalah analisis regresi logit (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Peubah
kategori bisa merupakan suatu pilihan ya/tidak atau suka/tidak. Sedangkan peubah
penjelas pada analisis regresi logit ini dapat berupa peubah kategori maupun
numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah
respon.
Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi logit biner, dimana peubah
responnya hanya memiliki dua peluang kejadian yaitu apakah responden bersedia
membayar atau tidak bersedia membayar. Dalam analisisnya pemodelan peluang
kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi
logit. Formula dari transformasi logit tersebut adalah :
Logit (pi) = loge
Pi
1  Pi ........................................................................................ (2)
dengan pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon
untuk orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e. Kategori
28
sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam
penelitian. Gambar-2 berikut ini mengilustrasikan proses transformasi logit
tersebut.
π(χ)
g(χ)
Logit
Transformasi
predictor (χ)
predictor (χ)
Gambar 2. Transformasi Logit
Dengan demikian model yang digunakan dalam analisis regresi logit biner
adalah sebagai berikut :
Logit (pi) = β0 + β1*X .......................................................................................... (3)
dengan logit (pi) adalah nilai transformasi logit untuk peluang kejadian sukses, β0
adalah intersep model garis regresi, β1 adalah slope model garis regresi dan X
adalah peubah penjelas.
Didalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran
asosiasi, atau ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. Salah satu
keuntungan penggunaan analisis regresi logit adalah bahwa ukuran asosiasi ini
seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah satu
ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logit adalah odd
ratio.
Odd sendiri dapat diartikan sebagi ratio peluang kejadian tidak sukses dari
peubah respon. Adapun ratio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin,
29
dalam kaitannya dengan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada suatu
kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya.
3.1.3 Analisis Regresi Berganda
Pada regresi berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa
peubah tak bebas (respons) Y merupakan fungsi linier dari beberapa peubah bebas
X1, X2, ... , Xk dan komponen sisaan ε (error). Model ini sebenarnya merupakan
pengembangan model regresi sederhana dengan satu peubah bebas sehingga
asumsi mengenai sisaan ε, peubah bebas X dan peubah tak-bebas Y juga sama.
Persamaan model regresi liner berganda secara umum adalah sebagai berikut :
Yi = β1X1i + β2X2i + β3X3i + ... + βkXki + εi ......................................................... (4)
Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data
populasi atau sampai n untuk data contoh (sample). Xki merupakan pengamatan
ke-i untuk peubah bebas Xk . Koefisien β1 dapat merupakan intersep model regresi
berganda.
Untuk mendapatkan koefisien regresi parsial digunakan metode kuadrat
terkecil (Ordinary Least Square atau OLS). Metode OLS dilakukan dengan
pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan
pengganggu (Residual Sum of Square atau RRS) yaitu Σei2 = minimum (terkecil).
Pemilihan model ini didasarkan dengan pertimbangan metode ini mempunyai
sifat-sifat karakteristik optimal, sederhana dalam perhitungan dan umum
digunakan. Asumsi utama yang mendasari model regresi berganda dengan metode
OLS adalah sebagai berikut (Firdaus, 2004) :
1) Nilai yang diharapkan bersyarat (Conditional Expected Value) dari εi
tergantung pada Xi tertentu adalah nol.
30
2) Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non-autokorelasi) artinya
dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-ratanya
tidak menunjukkan adanya korelasi, baik secara positif atau negatif.
3) Varians bersyarat dari € adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama
asumsi homoskedastisitas.
4) Variabel bebas adalah nonstokastik yaitu tetap dalam penyampelan berulang
jika stokastik maka didistribusikan secara independent dari gangguan €.
5) Tidak ada multikolinearitas antara variabel penjelas satu dengan yang lainnya.
6) € didistibusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan
oleh asumsi 1 dan 2.
Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka
suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan
metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linier terbaik (best
linier unbiased estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model
regresi yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran
pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan
dapat diragukan. Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius
sedangkan asumsi 1,4, dan 6 tidak.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanau yang memiliki
debit air terbesar yaitu 300 liter/detik yang merupakan suatu jasa lingkungan yang
cukup besar untuk dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar antara lain sebagai
pemasok kebutuhan air bersih, pemasok kebutuhan air untuk pertanian, pemasok
pendapatan pemerintah daerah sebagai potensi daerah wisata, dan lain-lain.
Pemanfaatan secara besar-besaran oleh penerima manfaat jasa lingkungan akan
31
menyebabkan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab menurun. Penerima manfaat
jasa lingkungan mata air Cirahab adalah masyarakat dan dua perusahaan air
minum dalam kemasan (AMDK) yaitu PT. Tirta Jaya Anugerah Mandiri dan PT.
Lima Heksa Perkasa. Masyarakat dan perusahaan tersebut memanfaatkan jasa
lingkungan yang disediakan oleh mata air Cirahab secara terus-menerus sehingga
dikhawatirkan akan menurunkan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.
Oleh karena itu diperlukan suatu upaya konservasi untuk mempertahankan
kualitas mata air Cirahab agar tetap menghasilkan jasa lingkungan yang
berkelanjutan. Salah satu upaya konservasi adalah dengan menerapkan instrumen
ekonomi yaitu PJL. Nilai WTP terhadap PJL ini akan dimanfaatkan oleh penyedia
jasa lingkungan untuk mempertahankan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh
mata air Cirahab sehingga upaya konservasi mata air Cirahab diperlukan
sinergitas antara penerima manfaat dan penyedia jasa lingkungan selanjutnya.
3.3 Hipotesis Operasional
Secara umum diduga bahwa dengan diterapkannya pembayaran jasa
lingkungan akan meningkatkan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.
Pembayaran jasa lingkungan yang dibayarkan oleh masyarakat Desa Curug
Goong akan digunakan untuk pembelian bibit di lokasi penyedia yang akan
ditetapkan selanjutnya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1) Penerima manfaat mata air Cirahab adalah rumah tangga yang memanfaatkan
jasa lingkungan mata air sebagai pemasok kebutuhan air rumah tangganya.
2) Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kesediaan responden untuk
melakukan pembayaran jasa lingkungan oleh masyarakat yaitu penilaian
32
kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke
sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan.
3) Variabel-variabel yang akan memiliki koefisien bernilai positif yang artinya
akan meningkatkan besarnya nilai WTP oleh masyarakat yaitu penilaian
terhadap kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah
ke sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan.
4) Nilai pembayaran jasa lingkungan tersebut akan dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab agar dapat memberikan
manfaat yang berkelanjutan bagi pengguna langsungnya.
33
Mata air Cirahab merupakan
bagian dari DAS Cidanau
yang memiliki debit air
terbesar yaitu 300 liter/ detik
Fungsi Jasa Lingkungan
mata air Cirahab adalah
sebagai jasa penyedia air
Dimanfaatkan oleh
pemanfaat langsung
Industri
Masyarakat (Rumah Tangga)
Menjaga kualitas dan kuantitas
mata air Cirahab
Diperlukan suatu instrumen ekonomi berupa
pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya
pelestarian kualitas dan kuantitas mata air Cirahab
Mengkaji faktorfaktor yang
mempengaruhi
kesediaan/ketidakse
diaan responden
untuk melakukan
pembayaran jasa
lingkungan
Analisis
Regresi
Logit
Mengkaji faktorfaktor yang
mempengaruhi
WTP responden
terhadap
pembayaran jasa
lingkungan
WTP responden
terhadap
pembayaran
jasa lingkungan
Analisis
Regresi
Berganda
Contingent
Valuation
Method
Pembayaran jasa lingkungan
Penilaian ekonomi fungsi hidrologis mata air Cirahab
Keterangan :
Di luar Lingkup Penelitian
Gambar 3. Diagram Alur Kerangka Berfikir
34
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pedesaan sekitar DAS Cidanau yaitu Desa
Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Pemilihan lokasi
tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) karena lokasi tersebut letak dimana
mata air Cirahab yang memiliki debit air terbesar di DAS Cidanau berada.
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pertengahan bulan Maret
sampai dengan pertengahan bulan Mei 2009.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan responden melalui kuisioner. Sedangkan data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai instansi
pemerintahan di lokasi penelitian dan instansi-instansi yang terkait dengan
pengelolaan upaya konservasi mata air Cirahab. Berikut akan ditampilkan matriks
metode prosedur dalam penelitian.
Tabel 2. Metode Prosedur Penelitian
No
Tujuan
Metode
Pengambilan
Metode Analisis
Sampel
Faktor-faktor yang mempengaruhi
1
kesediaan atau ketidaksediaan
Analisis Regresi Logit
Convinience
responden terhadap PJL
2
3
Nilai WTP responden terhadap PJL
Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai WTP responden terhadap PJL
Convinience
Convinience
Analisis CVM
Analisis Regresi Berganda
4.3 Penentuan Jumlah Responden
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
convenience sampling yaitu pengambilan responden yang mudah ditemui dan
mempunyai kemampuan sebagai responden (Nazir, 1988) dengan pertimbangan
secara sengaja rumah tangga mana yang menggunakan jasa lingkungan mata air
Cirahab untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Responden diambil
sebanyak 83 KK dari 828 KK yang berada di Desa Curug Goong.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan
dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan
program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 15.0.
4.4.1
Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan
Untuk menentukan tingkat penerimaan responden terhadap pembayaran
jasa lingkungan sebagai upaya konservasi dikumpulkan berupa data binner. Data
binner merupakan bentuk data yang menggambarkan pilihan “Ya atau Tidak”.
Dengan kondisi seperti ini, jenis penggunaan regresi yang sesuai untuk pemodelan
adalah regresi logit (Ramanathan, 1997). Hal yang membedakan model regresi
logit dengan regresi biasa adalah peubah terikat dalam model bersifat dikotomi
(Hosmer dan Lameshow, 1989). Bentuk fungsi ini model logit adalah :
Li = 0 + 1KAi + 2JPAi + 3JKAi + 4JRSAi + 5TPi + β6RPDT + i …… (6)
dimana :
Li
=
Peluang responden bersedia (benilai 1 untuk “bersedia” dan bernilai 0
untuk “tidak bersedia”)
0
= Intersep
36
β1,…β7 = Koefisien dari regresi
KA
= Penilaian terhadap kualitas air (bernilai 1 jika “sangat jernih”, bernilai 2
jika “jernih”, bernilai 3 jika “biasa”, bernilai 4 jika “kotor”, bernilai 5
jika “sangat kotor”)
Tabel 3. Peubah Dummy Variabel Penilaian Terhadap Kualitas Air
Sangat Jernih
Jernih
Biasa
Kotor
1
0
0
0
Sangat Jenih
0
1
0
0
Jernih
0
0
1
0
Biasa
0
0
0
0
Kotor
JPA
= Jumlah pengguna air dalam rumah tangga (orang)
JKA
= Jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga (liter/hari)
JRSA
= Jarak rumah ke mata air (meter)
TP
= Tingkat pendidikan responden (tahun)
RPDT
= Rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)
i
= Responden ke-i (i = 1, 2,…., n)

= Galat
β1,…β7 > 0
Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah penilaian
kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber
air, tingkat pendidikan responden, dan rata-rata pendapatan. Interpretasi penilaian
kualitas air adalah semakin baik penilaian kualitas air oleh responden maka akan
mempengaruhi peluang kesediaan responden dalam membayar pembayar jasa
lingkungan. Interpretasi jumlah pengguna air dalam rumah tangga adalah semakin
banyak pengguna maka diduga akan mempengaruhi peluang responden dalam
kesediaannya membayar pembayaran jasa lingkungan.
37
Interpretasi jumlah kebutuhan air adalah jika jumlah kebutuhan air untuk
rumah tangga semakin besar maka mempengaruhi peluang kesediaan responden
untuk membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi.
Interpretasi jarak rumah ke sumber air adalah semakin dekat rumah responden
dengan sumber air maka akan mempengaruhi peluang kesediaan responden untuk
melakukan pembayaran jasa lingkungan. Interpretasi tingkat pendidikan
responden adalah semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka akan
mempengaruhi peluang kesediaan responden untuk membayar pembayaran jasa
lingkungan. Interpretasi rata-rata pendapatan adalah semakin tinggi tingkat
pendapatan responden maka akan mempengaruhi responden untuk melakukan
pembayaaran jasa lingkungan.
4.4.2 Analisis Nilai WTP Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan
Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan WTP dengan
menggunakan CVM dalam penelitian ini meliputi (Hanley dan Spash, 1993) :
1) Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)
Pasar hipotetik dibentuk atas dasar menurunnya kualitas lingkungan mata
air Cirahab sebagai pemasok kebutuhan rumah tangga masyarakat Desa Curug
Goong. Selain itu, tidak adanya anggaran dari pemerintah daerah untuk
pengelolaan mata air Cirahab turut memperparah kualitas dan kuantitas mata air
Cirahab yang semakin menurun. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan
salah satu instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan sebagai bentuk
upaya konservasi. Selanjutnya, pasar hipotetik yang ditawarkan dibentuk dalam
skenario sebagai berikut :
38
Pasar Hipotetik :
“Jika masyarakat Desa Curug Goong yang selama ini kehidupannya bergantung
pada kualitas dan kuantitas dari mata air Cirahab menginginkan ada suatu upaya
konservasi yaitu pembayaran jasa lingkungan sehingga kualitas dan kuantitas
mata air tetap terjaga. Suatu saat nanti kualitas dan kuantitas mata air Cirahab
akan menurun yang dikarenakan berbagai penyebab antara lain, pertumbuhan
penduduk di Desa Curug Goong yang semakin meningkat sehingga kebutuhan
pasokan air akan semakin meningkat, tinggi-rendahnya curah hujan akan
mempengaruhi jumlah ketersediaan air, kegiatan manusia yang turut mengganggu
kualitas dan kuantitas air seperti halnya juga lama atau pendeknya musim
kemarau. Penyebab-penyebab tersebut dapat berdampak pada kualitas dan
kuantitas mata air Cirahab yang merupakan pemasok kebutuhan air rumah tangga
desa Curug Goong”
Dengan skenario ini maka responden mengetahui gambaran tentang situasi
hipotetik mengenai rencana pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya
konservasi untuk pelestarian mata air Cirahab. Nilai pembayaran jasa lingkungan
yang akan diberlakukan akan ditanyakan kepada responden mengenai WTP per
KK per liter. Setiap responden diajukan pertanyaan apakah mereka setuju atau
menolak terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi yang
akan diberlakukan. Alat survei yang digunakan adalah berupa kuisioner yang
memberikan deskripsi mengapa seluruh responden seharusnya membayar
pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab dan
bagaimana mekanisme pembayaran tersebut dilakukan.
39
2) Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)
Jika alat survei telah dibuat, maka survei dilakukan dengan wawancara
langsung. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dichotomous choice yaitu
menawarkan kepada responden sejumlah uang tertentu dan menanyakan apakah
responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh
perbaikan kualitas lingkungan melalui pembayaran jasa lingkungan. Metode ini
lebih memudahkan responden memahami maksud dan tujuan dari penelitian
dibanding dengan metode lain. Metode ini memudahkan pengklasifikasian
responden yang memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan lingkungan
dengan responden yang tidak memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan
lingkungan.
3) Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP)
WTPi dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan
keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan rataan WTP
dibagi dengan rumus :
n
EWTP   WiPfi ……………………………………………………………… (7)
i 1
dimana :
EWTP = Dugaan rataan WTP
Wi
= Nilai WTP ke-i
Pfi
= Frekuensi Relatif
n
= Jumlah responden
i
= Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan
40
4) Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)
Pendugaan kurva akan dilakukan dengan mengunakan persamaan sebagai
berikut :
WTP = f (KA, JPA, JKA, JRSA, TP, RPDT) …………………………………. (8)
dimana :
WTP
KA
= Nilai WTP responden (Rp/liter)
= Penilaian terhadap kualitas air (bernilai 1 jika “sangat jernih”, bernilai 2
jika “jernih”, bernilai 3 jika “biasa”, bernilai 4 jika “kotor”, bernilai 5
jika “sangat kotor”)
JPA
= Jumlah pengguna air dalam rumah tangga (orang)
JKA
= Jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga (liter/hari)
JRSA
= Jarak rumah ke mata air (meter)
TP
= Tingkat pendidikan responden (tahun)
RPDT
= Rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)
5) Menjumlahkan Data (Agregating Data)
Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran
dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai
tengah WTP maka dapat di duga nilai WTP dari rumah tangga dengan
menggunakan rumus :
n
 ni 
TWTP   WTPi   P ……………………………………………………….. (9)
N
i 1
dimana :
TWTP = Total WTP
WTPi = WTP individu sampel ke-i
ni
= Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP
41
N
= Jumlah sampel
P
= Jumlah populasi
i
= Responden ke-i yang bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan
6) Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)
Hal ini merupakan penilaian sejauhmana penggunaan CVM telah berhasil.
Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam
pengaplikasian CVM. Apakah hasil survei mengandung tingkat penawaran
sanggahan yang tinggi. Apakah ada bukti bahwa responden benar-benar mengerti
mengenai pasar hipotetik. Seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan. Seberapa baik pasar hipotetik yang
digunakan dapat menangkap setiap aspek dalam barang lingkungan. Seberapa
baik permasalahan yang terjadi di asosiasikan dengan CVM.
Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dilihat tingkat keandalan
(reability) fungsi WTP. Uji yang dapat dilakukan dengan uji keandalan yang
melihat nilai R2 dari model OLS (Ordinary Least Square) WTP.
4.4.3 Analisis Fungsi WTP
Analisis
ini
digunakan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi WTP responden. Model yang digunakan adalah model regresi
linier berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
WTP = 0 + 1KAi + 2JPAi + 3JKAi + 4JRSAi + 5TPi + β6RPDT + i .. (10)
dimana :
WTPi
= Nilai WTP Responden (Rp/liter)
0
= Intersep
42
1,…,5
= Koefisien regresi
KA
= Penilaian kualitas air (bernilai 1 jika “sangat jernih”, bernilai 2
jika “jernih”, bernilai 3 jika “biasa”, bernilai 4 jika “kotor”)
JPA
= Jumlah pengguna air (orang)
JKA
= Jumlah kebutuhan air (liter/hari/KK)
JRSA
= Jarak rumah ke mata air (m)
TP
= Tingkat pendidikan (tahun)
RPDPT
= Rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)
i
= Responden ke-i (i = 1, 2,…., n)

= Galat
Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan teori-teori dan observasi
langsung di lokasi penelitian. Besarnya nilai WTP penerima manfaat dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut : penilaian kualitas air, jumlah pengguna air,
jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata
pendapatan.
Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah penilaian
kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber
air, tingkat pendidikan, rata-rata pendapatan. Interpretasi penilaian kualitas air
adalah semakin baik penilaian kualitas air oleh responden maka diduga akan
mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi.
Interpretasi jumlah pengguna air adalah semakin banyak jumlah pengguna
air dalam satu rumah maka diduga akan mempengaruhi responden dalam
memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi jumlah kebutuhan air
adalah semakin banyak jumlah kebutuhan air yang dimanfaatkan oleh responden
43
maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan
yang lebih tinggi.
Interpretasi jarak rumah ke sumber air adalah semakin dekat jarak rumah
ke sumber air maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan
nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi tingkat pendidikan adalah semakin
tinggi tingkat pendidikan responden maka diduga akan mempengaruhi responden
dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi rata-rata
pendapatan adalah semakin tinggi rata-rata pendapatan responden maka diduga
akan mempengaruhi nilai kesediaan yang lebih tinggi.
4.5 Pengujian Parameter
Pengujian secara statistik perlu dilakukan untuk memeriksa kebaikan suatu
model yang telah dibuat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
4.5.1 Uji G
The log-likelihood biasa dikenal sebagai -2LL (two times the log
likelihood) dimana nilai tersebut dapat memperkirakan distribusi chi-square (λ2)
dan memungkinkan penentuan level signifikansi. Statistik uji G adalah uji rasio
kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) yang digunakan untuk menguji
peranan variabel bebas secara serentak (Hosmer. D. W dan S. Lemeshow, 1989).
Rumus umum untuk uji G adalah :
 lo 
G  2 ln  ……………………………………………………………….... (11)
 li 
dimana :
l0 = nilai likehood tanpa variabel penjelas
l1 = nilai likehood model penuh
44
Pengujian terhadap hipotesis pada uji G responden rumah tangga Desa
Curug Goong adalah sebagai berikut :
H0 : β1 = β2 =…= 0
H1 : minimal ada satu βi tidak sama dengan nol, dimana i =1,2,…, n
Statistik G akan mengikuti sebaran λ2 dengan derajat bebas α. Kriteria
keputusan yang diambil adalah jika G > λ2 p (α), maka hipotesis nol (H0) ditolak.
Uji G juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah nilai yang diduga dengan
peubah di dalam model lebih baik jika dibandingkan dengan model tereduksi
(Hosmer dan Lemeshow, 1989).
4.5.2 Uji Wald
Uji wald digunakan untuk menguji perbedaan pengaruh antara taraf atribut
yang variabel bonekanya bernilai 1 dengan taraf lain dari atribut tersebut yang
semua variabelnya bernilai nol.
 i 
 ...……………………………………………………………… (12)
W  
SE
(

i
)


H0 : β0 = 0
Hi : βi ≠ 0
dimana :
βi
= Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X)
SE (βi) = Galat dari kesalahan dari βi
Uji wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak H0
jika | W | > Zα/2 (Hosmer dan Lemeshow, 1989).
45
4.5.3 Uji Odds Ratio
Odds ratio merupakan kemunculan dari peubah respon (Y = 1) sebesar exp
(β) kali jika taraf yang peubah bonekanya bernilai 1 muncul, dibandingkan dengan
taraf atribut yang peubah bonekanya bernilai 1 muncul, dibandingkan dengan taraf
atribut tersebut yang semua peubah bonekanya bernilai 0 muncul. Dengan kata
lain, odds ratio merupakan interpretasi dari sebuah peluang.
4.5.4 Uji Keandalan
Uji ini dilakukan dalam pelaksanaan CVM. Berhasil tidaknya pelaksanaan
CVM dilihat berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) dari OLS (Ordinary
Least Square) WTP. Nilai R2 lebih rendah dari 0,15 dapat dikatakan tidak reliable.
Sedangkan nilai R2 yang tinggi dapat menunjukan tingkat realibilitas penggunaan
CVM.
4.5.5 Uji Statistik t
Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing
variabelnya (Xi) mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat setempat (Yi) sebagai
variabel tidak bebas prosedur pengujiannya (Ramanathan, 1997) adalah sebagai
berikut :
H0 : βi = 0 atau variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
bebasnya (Yi)
H1 : βi ≠ 0 atau variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak
bebasnya (Yi)
t hit(n-k) =
Jika thit
i  0
si ………………………………………………………………. (13)
(n-k)
> tabel, maka H0 diterima, artinya variabel (Xi) tidak berpengaruh
nyata terhadap (Yi)
46
Jika thit
(n-k)
< tabel, maka H0 ditolak, artinya variabel (Xi) berpengaruh nyata
terhadap (Yi).
4.4.6 Uji Statistik F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel (Xi) secara
bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya (Yi) Prosedur pengujiannya
(Ramanathan, 1997) antara lain :
H0 = β1 = β2 = … = βk = 0
Variabel bebas (Xi) secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
tidak bebasnya (Yi)
H0 = β1 = β2 = … = βk ≠ 0
Variabel bebas (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak
bebasnya (Yi)
F hit =
JKK /(k  1)
JKG / k (n  1) ………………………………………………………….. (14)
dimana :
JKK
= Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom
JKG
= Jumlah kuadrat galat
n
= Jumlah sampel
k
= Jumlah peubah
Jika Fhit < Ftabel, maka H0 diterima, artinya variabel (Xi) secara serentak tidak
berpengaruh nyata terhadap (Yi)
Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak, artinya variabel (Xi) secara serentak
berpengaruh nyata terhadap (Yi).
47
4.5.7 Uji Multikolinear (multicollinearity)
Dalam model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi
masalah multicollinearity, yaitu terjadi kolerasi yang kuat antar variabel-variabel
bebasnya. Untuk mendeteksi adanya multicollinearty dalam sebuah model dapat
dilakukan dengan membandingkan besarnya koefisien determinasi (R2) dengan
koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas (r2). Untuk hal ini dapat
dibuat suatu matriks koefisien determinasi parsial antar variabel bebasnya.
Multicollinearity dapat dianggap bukan merupakan suatu masalah apabila
koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas tidak melebihi nilai
koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara
simultan. Namun multicollinearity dianggap sebagai masalah serius jika koefisien
determinasi parsial antar dua variabel bebas melebihi atau sama dengan nilai
koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara
simultan, atau secara matematis dapat dituliskan dalam pertidaksamaan berikut :
r2 λi, λj > R2 λi, …, λj ………………………………………………………….. (15)
Masalah multicollinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer dimana
apabila VIF < 10 maka tidak ada masalah multicollinearity.
4.5.8 Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah
homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran
atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi
adanya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji heteroskedastisitas seperti
yang disarankan oleh Goldfeld dan Quandt diacu dalam Ramanathan (1997).
Langkah-langkah
pengujian
heteroskedastisitas
dengan
uji
white
heteroskedastisitas sebagai berikut :
48
H0 : tidak ada heteroskedastisitas
H1 : ada masalah heteroskedastisitas
Tolak H0 jika obs* R2 > λ2 df-2 atau probability obs* R2 < α
Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari plot
grafik hubungan antar residual dengan fits-nya. Jika pada gambar ternyata residual
menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam
model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau ragam error sama.
4.5.9 Uji Kenormalan
Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data
atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga
statistik t dapat dikatakan sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji Jarque Bera
dengan prosedur sebagai berikut :
H0 = error term terdistribusi normal
H1 = error term tidak terdistribusi normal
Terima H0 jika statistic J-B < λ2
df-2
atau jika diperoleh nilai probabilitas lebih
besar dari α.
4.6 Batasan Operasional
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Wilayah penelitian adalah Desa Curug Goong yaitu tempat dimana mata air
Cirahab berada.
2) Objek penelitian adalah mata air Cirahab yang merupakan pemasok air bagi
kebutuhan rumah tangga masyarakat desa Curug Goong.
3) Responden adalah kepala keluarga dalam rumah tangga yang menerima
manfaat mata air Cirahab dengan usia 17 tahun ke atas dan sudah bekerja.
49
4) WTP merupakan sejumlah uang yang ingin diberikan seseorang untuk
memperoleh suatu peningkatan kualitas jasa lingkungan menjadi lebih baik
dari keadaan sebelumnya.
5) CVM digunakan untuk menampung preferensi responden pada kondisi
tertentu guna mengetahui keinginan untuk membayar.
6) Tingkat pendapatan responden merupakan pendapatan total rumah tangga
yang diperoleh responden setiap bulannya.
50
V. KEADAAN UMUM
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak kurang lebih 25 km di sebelah tenggara dari
pusat pemerintahan Kota Serang. Daerah wilayah penelitian ini difokuskan pada
Desa Curug Goong dimana secara administratif Desa Curug Goong termasuk di
wilayah Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Wilayah ini terletak
di sekitar 1060 00’ 00” – 1060 03’ 00” BT dan 60 10’ 30” – 60 15” 00” BB. Desa
Curug Goong merupakan wilayah yang berada di daerah aliran sungai Cidanau
dan berdekatan dengan Cagar Alam Rawa Danau, dengan batas sebagai berikut:
1)
Sebelah Utara
: Cagar Alam Rawa Danau, Desa Cipayung
2)
Sebelah Selatan
: Gunung Karang, Desa Lebak
3)
Sebelah Timur
: Gunung Kemuning, Desa Batu Kuwung
4)
Sebelah Barat
: Wilayah Anyer, Desa Cisaat
Kondisi lahan sebagian berupa lahan darat, lahan sawah dan lahan rawa,
dan sebagian besar berupa kebun dan tanaman keras terutama di daerah sekitar
mata air. Menurut data yang diperoleh dari Kepala Desa Curug Goong (2008),
luas wilayah Desa Curug Goong adalah 333,57 Ha yang terdiri dari lahan
persawahan seluas ± 150,24 Ha, pemukiman penduduk seluas ± 86,13 Ha,
perkebunan seluas ± 48,70 Ha, dan hutan seluas ± 48,5 Ha.
Desa Curug Goong terdiri atas 11 kampung, 16 RT, dan 6 RW dengan
jumlah penduduk 3.504 jiwa yang terdiri atas 828 kepala keluarga. Sebaran
wilayah Desa Curug Goong dapat dilihat pada Tabel-4.
Tabel 4. Sebaran wilayah Desa Curug Goong Tahun 2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nama Kampung
Cilehem
Sukaraja
Sukaraja
Sukamanah
Cibetus
Cigadel
Kebon Cau
Curug Goong Beji
Curug Goong Beji
Curug Permai
Curug Permai
Curug Masjid
Curug Masjid
Kampung Jati
Eksodan
Eksodan
RT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
RW
1
1
1
1
2
2
2
3
3
4
4
5
5
5
6
6
Total
55
117
56
64
65
44
40
43
75
48
52
27
51
34
29
28
Sumber : Kecamatan Padarincang (2008)
Sumber penghasilan masyarakat Desa Curug Goong adalah di sektor
pertanian karena 70 persen dari total penduduk Desa menjadi petani buruh. Luas
lahan pertanian rata – rata dibawah 1 Ha dan luas lahan sebagian penduduk rata –
rata antara 0,20 – 0,50 Ha. Selain itu masyarakat Desa Curug Goong juga banyak
yang menjadi buruh pabrik karena di lokasi penelitian terdapat dua perusahaan
AMDK yaitu PT. Tirta Jaya Anugrah Mandiri dan PT. Lima Heksa Perkasa yang
sebagian besar karyawannya merupakan masyarakat Desa Curug Goong (Hasil
wawancara dengan Kepala Desa Curug Goong, 2009).
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Curug Goong sangat berhubungan
dengan angkatan kerja, dalam hal ini tingkat keahliannya akan berpengaruh
terhadap produktifitas mereka. Berdasarkan tamatan pendidikan jumlah penduduk
yang berusia diatas usia produktif yang telah menyelesaikan pendidikannya yaitu
sebesar 72 persen dengan tingkat pendidikan sebesar 71 persen menyelesaikan
52
sekolah dan 1 persen tidak tamat tingkat sekolah dasar, adapun jumlah penduduk
yang tidak sekolah sebesar 12,91 persen (Hasil wawancara dengan pihak
Kecamatan Padarincang, 2009).
Fasilitas sosial dan umum yang terdapat di wilayah tersebut adalah masjid
sebanyak 7 buah, mushola sebanyak 4 buah, sarana pendidikan taman kanakkanak 1 buah, sarana pendidikan sekolah dasar sebanyak 2 buah, sarana
pendidikan madrasah sebanyak 3 buah, sarana pendidikan pesanteren 5 buah,
sarana kelembagaan desa, sarana kesehatan, dan MCK umum.
5.2 Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan di Desa Curug Goong cukup memprihatinkan karena
sebagian besar masyarakat Desa Curug Goong memanfaatkan air dari mata
Cirahab untuk kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari. Hal ini sangat kontras,
bagaimana suatu wilayah dimana terdapat sumber air tetapi masyarakat di sekitar
mata air tersebut masih saja mengalami masalah kesulitan air. Kondisi mata air
Cirahab di lokasi penelitian ini juga dijadikan tempat pemandian umum setiap hari
sabtu dan minggu. Oleh karena itu, mata air Cirahab perlu dikembangkan karena
berpotensi sebagai daerah wisata dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
Tipe jalan menuju mata air Cirahab ini berupa gang-gang sempit yang
hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan motor. Selain itu kondisi jalan sangat
buruk karena masih berupa batu-batuan kerikil yang jika datang hujan, jalanan
menjadi sangat licin dan penuh lumpur.
53
5.3 Karakteristik Responden
Karakteristik umum responden di Desa Curug Goong diperoleh
berdasarkan survei terhadap 83 reponden. Karakteristik umum responden ini
dijelaskan dari beberapa kriteria seperti yang dijelaskan di bawah ini.
5.3.1 Jenis Kelamin Responden
Sebagian responden yang masuk dalam survei adalah laki-laki yaitu
berjumlah 55 orang (66 persen), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan
berjumlah 28 orang (34 persen). Dominasi responden laki-laki dikarenakan pada
umumnya kepala keluarga (pengambil keputusan) dalam suatu rumah tangga
adalah laki-laki sehingga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam survei,
laki-laki lebih berperan. Perbandingan responden laki-laki dan perempuan dapat
dilihat pada Gambar-4.
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 4. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan
Distribusi Jenis Kelamin Tahun 2009
5.3.2 Tingkat Usia Responden
Tingkat usia responden tergolong cukup bervariasi dengan distribusi usia
21 tahun sampai 67 tahun. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran usia
54
42-48 tahun, yaitu berjumlah 20 orang (24 persen) dan pada sebaran usia
49-55 tahun, yaitu berjumlah 20 orang (24 persen). Responden yang berusia
antara selang 21-27 tahun, yaitu berjumlah 14 orang (17 persen), responden yang
berusia 28-34 tahun, yaitu berjumlah 14 orang (17 persen), responden yang
berusia 35-41 tahun, yaitu berjumlah 13 orang (16 persen), dan responden yang
berusia 56-62 tahun, yaitu berjumlah 3 orang (4 persen), serta responden yang
berusia 63-69 tahun, yaitu berjumlah 7 orang (8 persen). Tingkat usia seseorang
mencerminkan
tingkat
kedewasaan
orang
tersebut
dalam
mengambil
keputusan/tindakan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dirinya.
Perbandingan distribusi usia responden di Desa Curug Goong tahun 2009 dapat
dilihat pada Gambar-5.
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 5. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan
Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009
55
5.3.3 Tingkat Pendidikan Formal Terakhir
Tingkat pendidikan terakhir responden bervariasi mulai dari tidak sekolah
sampai ke jenjang perguruan tinggi. Sebanyak 1 orang (1 persen) responden tidak
sekolah, sebanyak 33 orang responden (40 persen) menamatkan pendidikannya
sampai sekolah dasar, sejumlah 21 orang responden (25 persen) tamatan Sekolah
Menengah Pertama (SMP), sejumlah 23 orang respon (28 persen) tamatan sekolah
Menengah Atas (SMA), dan sejumlah 6 orang responden (7 persen) menamatkan
pendidikannya sampai perguruan tinggi. Perbandingan persentase tingkat
pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada Gambar-6.
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 6. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan
Distribusi Tingkat Pendidikan Tahun 2009
5.3.4 Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan responden di Desa Curug Goong bervariasi mulai dari
buruh pabrik, pedagang, ibu rumah tangga, petani, kuli bangunan, wiraswasta,
satpam, kontraktor, tukang ojek, dan supir. Mayoritas pekerjaan responden adalah
56
ibu rumah tangga. Hal tersebut disebabkan karena dalam penelitian ini lebih
diutamakan ibu rumah tangga untuk memberikan data mengenai jumlah
kebutuhan air yang digunakan oleh rumah tangga. Perbandingan persentase
jumlah responden pada setiap jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar-7.
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 7. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan
Distribusi Jenis Pekerjaan Tahun 2009
5.3.5 Rata-rata Pendapatan
Tingkat rata-rata pendapatan rumah tangga di Desa Curug Goong
tergolong rendah karena mayoritas rata-rata pendapatan responden adalah sebesar
Rp.750.000,00/bulan. Hal ini juga terkait dengan jenis pekerjaan responden yang
mayoritas ibu rumah tangga, petani dan buruh dimana pendapatan yang
diterimanya sangat rendah. Rata-rata pendapatan rumah tangga yang berada pada
level (< Rp.750.001,00) sebanyak 17 responden (20 persen), pada level
(Rp.750.001,00 – Rp.2.450.000,00) sebanyak 53 responden (64 persen), pada
57
level (Rp.2.450.001,00 - Rp.4.150.000,00) sebanyak 10 responden (12 persen),
pada level (Rp.4.150.001,00 – Rp.5858.000,00) sebanyak 2 responden (2 persen),
sedangkan pada level (> Rp.9.250.000,00) sebanyak 1 responden (1 persen).
Berikut persentase rata-rata pendapatan rumah tangga responden di Desa Curug
Goong Tahun 2009 pada dilihat pada Gambar-8.
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 8. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan
Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009
5.3.6 Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan responden mayoritas berada pada selang 4-6 orang
berjumlah 83 responden. Jumlah tanggungan yang dimaksudkan adalah mencakup
keluarga inti (anak dan istri/suami) serta tambahan tanggungan bukan keluarga
inti yang tinggal dirumah responden maupun tidak tetapi kebutuhannya dibiayai
responden. Perbandingan persentase
jumlah responden sesuai dengan jumlah
tanggungan masing-masing dapat dilihat pada Gambar-9.
58
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 9. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan
Distribusi Jumlah Tanggungan Tahun 2009
59
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan Mata Air Cirahab
Variabel respon yang digunakan dalam analisis ini adalah peluang
responden memilih bersedia atau tidak bersedia membayar pembayaran jasa
lingkungan sebagai upaya konservasi oleh masyarakat sebagai pemanfaat jasa
lingkungan yang disediakan oleh mata air Cirahab. Jika responden bersedia
melakukan pembayaran jasa lingkungan, maka diberi nilai satu, sedangkan jika
responden tidak bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan sebagi upaya
konservasi, maka diberi nilai dua.
Variabel yang akan menjelaskan variabel respon terdiri dari enam variabel
penjelas. Variabel-variabel penjelas tersebut terdiri atas penilaian terhadap
kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber
air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan rumah tangga.
Dengan menggunakan analisis regresi logit akan diperoleh model yang
tepat untuk peluang responden bersedia atau tidak bersedia membayar
pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab dan
variabel-variabel yang secara nyata dapat mempengaruhi peluang responden.
Berikut pada Gambar-10, ditampilkan distibusi pilihan bersedia dan tidak bersedia
responden dalam membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya
konservasi terhadap mata air Cirahab.
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 10. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Responden
Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan sebagai Upaya Konservasi
Mata Air Cirahab
Pada penelitian ini responden yang diwawancara sebanyak 83 responden
dimana mereka diminta pendapatnya mengenai kesediaan untuk melakukan
pembayaran jasa lingkungan, selain tentang persepsi terhadap adanya penetapan
kebijaksanaan pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air
Cirahab. Hal tersebut disebabkan karena terdapat beberapa responden yang setuju
dilakukan upaya konservasi namun tidak bersedia membayar pembayaran jasa
lingkungan. Alasan responden yang menjawab bahwa mereka setuju dengan
upaya konservasi yang akan dilakukan namun tidak bersedia untuk membayar
adalah responden merasa bahwa mereka tidak mempunyai uang lebih untuk jasa
lingkungan yang mereka terima, mereka menganggap air yang digunakan
merupakan anugerah dari Tuhan yang dapat dinikmati tanpa harus mengeluarkan
uang, dan mereka beranggapan bahwa hal ini merupakan tanggung jawab
61
pemerintah untuk memberikan sedikit anggaran pemerintah untuk melestarikan
kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.
Berdasarkan pendapat responden mengenai kesediaannya untuk membayar
pembayaran jasa lingkungan terdapat 52 responden (63 persen) yang bersedia
membayar pembayaran jasa lingkungan. Sedangkan 31 responden (37 persen)
tidak bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan. Alasan responden yang
bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan adalah bahwa dengan adanya
upaya konservasi di mata air Cirahab maka mereka dapat memanfaatkan jasa
lingkungan yang disediakan oleh mata air tersebut sampai generasi mendatang,
selain itu ternyata di lokasi penelitian pernah diadakan sebuah diskusi mengenai
kebutuhan air bersih dan sanitasi lingkungan yang diadakan oleh LSM
Rekhonvasi Bhumi sehingga kesadaran responden untuk menjaga kelestarian
sumber daya yang ada sudah cukup baik. Berikut ini akan ditampilkan hasil logit
untuk peluang responden yang bersedia atau tidak bersedia membayar
pembayaran jasa lingkungan dapat dilihat pada Tabel-5.
Tabel 5. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau
Tidak Bersedia Responden dalam Membayar Pembayaran Jasa
Lingkungan Mata Air Cirahab
Variabel
Constant
KA0
KA1
KA2
KA3
JPA
JKA
JRSA
TP
RPDT
Keterangan =
Koefisien
-0,29
(-)
2,272
-0,656
1,142
0,249
0,029
-0,021
-0,124
0,000
*
**
***
Sig
0,991
0,066
0,201
0,707
0,531
0,540
0,020
0,000
0,346
0,512
Exp (β)
0,971
(-)
9,698
0,519
3,133
1,282
1,030
0,980
0,883
1,000
Keterangan
(-)
Berpengaruh Nyata ***
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Berpengaruh Nyata **
Berpengaruh Nyata *
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
pada tingkat kepercayaan 99 persen
pada tingkat kepercayaan 95 persen
pada tingkat kepercayaan 90 persen
62
KA0
KA1
KA2
KA3
JPA
JKA
JRSA
TP
RPDT
= penilaian terhadap kualitas air adalah sangat jernih
= penilaian terhadap kualitas air adalah jernih
= penilaian terhadap kualitas air adalah biasa
= penilaian terhadap kualitas air adalah kotor
= Jumlah pengguna air
= Jumlah kebutuhan air
= Jarak rumah ke sumber air
= Tingkat pendidikan
= Rata-rata pendapatan rumah tangga
Tabel 6. Classification Table
Observed
Y
Predicted
Y
Tidak Bersedia
Bersedia
Tidak Bersedia
25
6
Bersedia
4
48
Overall Percentage
Percentage
Correct
80,6
92,3
88,0
Sumber : Output Olahan Data Primer (2009)
Berdasarkan analisi regresi logit, pengujian dilakukan melalui metode
enter yang menghasilkan Overall Percentage sebesar 88,0 persen maka model
regresi yang dihasilkan cukup layak.
Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah :
Li = -0,29 + KA0 + 0,029 JKA – 0,021 JRSA
Pada model tersebut variabel yang memiliki pengaruh nyata berada pada
taraf kepercayaan 99 persen adalah jarak rumah ke sumber air, sedangkan variabel
jumlah kebutuhan air memiliki pengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen
dan variabel penilaian terhadap kualitas air memiliki pengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 90 persen. Variabel penilaian kualitas air yang sangat jernih memiliki
nilai Sig sebesar 0,066 yang artinya bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata
terhadap peluang responden membayar pembayaran jasa lingkungan pada taraf α
(10 persen), hal ini dikarenakan jika responden menilai air sangat jernih maka
mereka menggunakan air tersebut untuk kebutuhan rumah tangga sehingga akan
63
memperbesar peluang responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan.
Besarnya peluang responden terhadap penilaian kualitas air dapat dilihat pada
Tabel-7.
Tabel 7. Perbandingan Nilai Odds Ratio pada Variabel dummy Penilaian
Kualitas Air
Penilaian Kualitas Air
Sangat Jernih
Jernih (dummy)
Biasa (dummy)
Kotor (dummy)
Bersedia
26
17
8
1
Tidak Bersedia
13
11
5
2
Total
39
28
13
3
Exp(β)
(-)
9,698
0,519
3,133
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Nilai Exp (β) sebesar 9,698 yang artinya responden yang memberikan
penilaian kualitas air adalah sangat jernih akan memiliki peluang lebih besar
9,698 kali dibandingkan dengan responden yang memberikan penilaian terhadap
kualitas air adalah jernih. Nilai Exp (β) sebesar 0,519 yang artinya responden
yang memberikan penilaian kualitas air adalah sangat jernih akan memberikan
peluang lebih besar 0,519 kali dibandingkan dengan responden yang memberikan
penilaian terhadap kualitas air adalah biasa. Nilai Exp (β) sebesar 3,133 yang
artinya responden yang memberikan penilaian kualitas air adalah sangat jernih
akan memiliki peluang lebih besar 3,133 kali dibandingkan dengan responden
yang memberikan penilaian terhadap kualitas air adalah kotor.
Variabel jumlah kebutuhan air memiliki Sig sebesar 0,002 yang artinya
bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang responden bersedia
membayar pembayaran jasa lingkungan pada taraf α (5 persen). Nilai koefisien
bertanda positif (+) berarti responden yang jumlah kebutuhan airnya lebih banyak
maka peluang responden bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan lebih
tinggi, hal ini disebabkan oleh kesadaran yang cukup tinggi dari responden atas
64
ancaman akan ketersediaan air di masa mendatang. Nilai Exp (β) pada variabel ini
bernilai 1,030 yang artinya responden yang jumlah kebutuhan airnya besar akan
memiliki peluang untuk membayar pembayaran jasa lingkungan 1,030 kali lebih
besar dibandingkan dengan peluang responden yang jumlah kebutuhan airnya
lebih sedikit.
Variabel jarak rumah ke sumber air memiliki nilai Sig sebesar 0,000 yang
artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang responden
membayar pembayaran jasa lingkungan pada taraf α (1 persen). Nilai koefisien
bertanda negatif (-) berarti semakin jauh jarak rumah ke sumber air maka akan
semakin besar peluang responden bersedia membayar pembayaran jasa
lingkungan, hal ini dikarenakan bahwa responden yang jarak rumahnya semakin
jauh dari mata air akan mengeluarkan biaya yang lebih besar jika mengambil air
di tempat lain. Nilai Exp (β) pada variabel ini sebesar 0,980 yang artinya
responden yang jarak rumahnya lebih jauh dengan mata air memiliki peluang
untuk membayar pembayaran jasa lingkungan 0,980 kali lebih besar dibandingkan
peluang responden yang jarak rumahnya lebih dekat dengan mata air.
Variabel tingkat pendidikan, rata-rata pendapatan, dan jumlah pengguna
air yang diduga memiliki pengaruh nyata terhadap peluang responden untuk
melakukan pembayaran jasa lingkungan, namun pada perhitungan statistik
ternyata variabel tersebut tidak berpengaruh nyata karena nilai Sig dari masingmasing variabel lebih besar dari α (10 persen) yaitu sebesar 0,346, 0,517, dan
0,540, hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan dalam satu rumah tangga
bervariasi dan pengambil keputusan untuk melakukan pembayaran jasa
lingkungan tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan responden. Sedangkan untuk
65
variabel rata-rata pendapatan responden dalam rumah tangga ternyata pada taraf
kepercayaan α (10 persen) dikarenakan data yang diperoleh tidak beragam jika
dibandingkan
dengan
tingkat
kesediaan
responden
sehingga
berapapun
pendapatan responden mereka telah memiliki kesadaran yang baik untuk
melakukan upaya konservasi mata air Cirahab. Variabel jumlah pengguna air yang
tidak berpengaruh pada taraf kepercayaan α (10 persen) dikarenakan berapapun
pengguna air dalam rumah tersebut tidak mempengaruhi terhadap keputusan
untuk melakukan PJL sehingga, berapapun penggunanya pengambil keputusan
berada di Kepala Keluarga.
6.2
Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan Mata Air Cirahab
Pendekatan CVM dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis
WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan di
mata air Cirahab. Hasil pelaksanaan CVM adalah sebagai berikut :
1) Membangun Pasar Hipotesis (Setting-up the Hypothetical Market)
Berdasarkan pasar hipotesis yang telah dibangun pada saat penelitian yaitu
situasi hipotetik yang menggambarkan keadaan lingkungan mata air Cirahab pada
masa mendatang akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas sehingga akan
dilakukan suatu instrumen ekonomi berupa pembayaran jasa lingkungan untuk
menanggulangi penurunan tersebut, maka responden memperoleh gambaran
tentang situasi hipotetik yang dibangun mengenai upaya perbaikan kualitas dan
kuantitas mata air Cirahab.
66
2) Memperoleh Nilai WTP (Obtaining Bids)
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dichotomous choice
yaitu menawarkan kepada responden sejumlah uang tertentu untuk mendapatkan
nilai air per liter dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak
sejumlah uang tersebut untuk ikut andil dalam pembayaran jasa lingkungan mata
air Cirahab.
3) Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP (Estimating Mean WTP/EWTP)
Dugaan nilai WTP (EWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi
WTP responden dan dengan menggunakan rumus (7). Data distribusi WTP
responden dapat dilihat pada Tabel-8.
Tabel 8. Distribusi WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Kelas WTP
Frekuensi
(Rp/KK/liter) (Responden)
53
12
79
10
105
19
132
3
158
5
184
1
211
1
263
1
Total
52
Frekuensi Relatif
(Pfi)
0,23
0,19
0,37
0,06
0,10
0,02
0,02
0,02
1,00
Jumlah
(Rp/liter)
12
15
38
8
15
4
4
5
101
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Kelas WTP responden diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu nilai
terkecil sampai nilai terbesar WTP yang ditawarkan responden. Dengan demikian
dapat diperoleh nilai rataan WTP (EWTP) sebesar Rp. 101/KK/liter.
67
4) Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)
Kurva WTP responden berdasarkan nilai WTP responden terhadap jumlah
responden yang memilih nilai WTP tersebut. Gambar-11 dibawah ini adalah
menjelaskan kurva permintaan WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan.
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 11. Kurva Penawaran WTP terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan
Berdasarkan dugaan kurva penawaran WTP dapat dihitung surplus
konsumen yang akan diperoleh masyarakat. Surplus konsumen adalah surplus
atau kelebihan yang diterima responden karena nilai WTP yang diinginkan lebih
tinggi daripada nilai WTP rata-ratanya. Perhitungan surplus konsumen dapat
didasarkan pada rumus :
SK = Σ (WTPi – P) dimana WTPi > P ……………………………………... (16)
68
keterangan :
SK
= Surplus Konsumen
WTPi = WTP responden ke-i
P
= WTP rata-rata
Sehingga surplus konsumen responden terhadap pembayaran jasa
lingkungan mata air Cirahab adalah sebesar Rp. 13/KK/liter.
5) WTP Agregat atau Total WTP (TWTP)
Nilai total (TWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP
responden dan dengan menggunakan rumus (9). Dari kelas WTP dikalikan dengan
frekuensi relatif (ni / N) kemudian dikalikan dengan populasi dari tiap kelas WTP.
Hasil perkalian tersebut kemudian dijuumlahkan sehingga didapatkan total WTP
(Rp/liter) oleh responden. Hasil perhitungan TWTP dapat dilihat pada Tabel-9.
Tabel 9. Total WTP Responden Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan Mata Air Cirahab
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Kelas WTP
(Rp/KK/liter)
53
79
105
132
158
184
211
263
Total
Frekuensi
(Responden)
12
10
19
3
5
1
1
1
52
Populasi
191,08
159,23
302,54
47,77
79,62
15,92
15,92
15,92
828
Jumlah Total
(Rp/liter)
10.127
12.579
31.767
6.306
12.579
293
336
4.188
83.835
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTP dari populasi
adalah sebesar Rp. 83.835,00/liter.
69
6) Evaluasi Pelaksanaan CVM
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda cukup baik karena diperoleh
nilai R2 sama dengan 37,7 persen. Penelitian ini berkaitan dengan benda-benda
lingkungan yang dapat mentolerir nilai R2 sampai dengan 15 persen (Mitchell dan
Carson, 1989 diacu dalam Hanley dan Spash, 1993), hal ini karena penelitian ini
tentang lingkungan berhubungan dengan prilaku manusia sehingga nilai R2 tidak
harus besar. Oleh karena itu, hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian ini masih
dapat diyakini kebenaran dan keandalannya.
6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Pay
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP maka
telah ditetapkan 6 variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen
yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, jumlah pengguna air,
jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, rata-rata pendapatan. Namun
setelah diuji dengan beberapa pengujian parameter maka didapatkan dua variabel
yaitu variabel tingkat pendidikan dan jumlah pengguna air yang harus dikeluarkan
dari model karena terdapat pelanggaran asumsi OLS yaitu autokorelasi. Sehingga
dalam pengujian selanjutnya didapatkan 4 variabel yang diduga akan
mempengaruhi nilai WTP. Hasil analisis nilai WTP responden dapat dilihat pada
Tabel-10.
70
Tabel 10. Hasil Analisis Nilai WTP Responden Masyarakat Desa Curug
Goong
Variabel
Constant
KA
JKA
JRSA
RPDT
R2
F-Statistik
Koefisien
92,417
-13,177
0,176
-0,198
0,0000061
Sig
0,000
0,043
0,006
0,000
0,071
37,7%
11,789
0,000
VIF
(-)
1,021
1,190
1,044
1,191
Keterangan
(-)
Berpengaruh Nyata**
Berpengaruh Nyata**
Berpengaruh Nyata*
Berpengaruh Nyata***
Keterangan : *
pada taraf kepercayaan 99 persen
** pada taraf kepercayaan 95 persen
*** pada taraf kepercayaan 90 persen
Model yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Hal ini
ditunjukkan oleh R2 sebesar 37,7 persen, yang berarti 37,7 persen keragaman
WTP respoden dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yang
terdapat dalam model, sedangkan sisanya 62,3 persen diterangkan oleh variabel
lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai Fhitung sebesar 11,789 dengan nilai Sig
sebesar 0,000, hal ini menunjukkan variabel-variabel penjelas dalam model secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden terhadap
pembayaran jasa lingkungan yang akan dilakukan pada taraf α = 0,15. Model
yang dihasilkan ini telah diuji multikolinierity, normalitas dan heteroskedastisitas,
dari hasil ketiganya tidak diperoleh suatu pelanggaran.
Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah :
WTPi = 92,417 - 13,177 KA + 0,176 JKA – 0,198 JRSA + 0,0000061 RPDT
Pada model tersebut variabel yang berpengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 99 persen adalah jarak rumah ke sumber air, sedangkan variabel
jumlah kebutuhan air dan penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada
taraf 95 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh
71
nyata pada taraf 90 persen. Variabel penilaian terhadap kualitas air memiliki nilai
Sig sebesar 0,043 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap
nilai WTP responden pada taraf α (5 persen). Nilai koefisien bertanda negatif (-)
berarti bahwa semakin kotor penilaian responden terhadap kualitas air maka akan
semakin besar nilai WTP yang akan diberikan oleh responden. Hal ini disebabkan
karena pengetahuan masyarakat mengenai penilaian kualitas air sudah cukup baik,
mereka mengetahui bahwa jika suatu saat nanti kualitas air buruk maka perlu
dilakukan suatu upaya konservasi untuk mencegah penurunan kualitas air di masa
mendatang.
Variabel jumlah kebutuhan air memiliki Sig sebesar 0,006 yang artinya
variabel ini berpengaruh nyata pada taraf α (5 persen). Nilai koefisien yang
bertanda positif (+) berarti bahwa semakin besar jumlah kebutuhan air yang
responden peroleh dari mata air Cirahab maka responden akan memberikan nilai
WTP yang semakin tinggi, hal ini disebabkan bahwa semakin besar jumlah air
yang dimanfaatkan responden dari mata air Cirahab maka responden semakin
menyadari bahwa di masa yang akan datang akan terjadi penurunan kuantitas dari
mata air Cirahab sehingga diperlukan suatu upaya konservasi untuk mencegah
penurunan tersebut.
Variabel jarak rumah ke sumber air memiliki Sig sebesar 0,000 yang
artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden yang
pada taraf α (1 persen). Nilai koefisien bertanda negatif (-) berarti bahwa semakin
jauh rumah responden dengan mata air Cirahab maka akan semakin besar nilai
WTP yang akan diberikan oleh responden, hal ini disebabkan karena responden
72
lebih memilih menjaga mata air Cirahab dibandingkan memperoleh jasa
lingkungan di alternatif pengganti mata air Cirahab.
Variabel rata-rata pendapatan rumah tangga memiliki pengaruh nyata pada
taraf kepercayaan 90 persen. Variabel rata-rata pendapatan rumah tangga
memiliki nilai Sig sebesar 0,071 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh
nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf nyata α (10 persen). Nilai
koefisien bertanda positif (+) berarti bahwa semakin tinggi nilai rata-rata
pendapatan responden maka responden akan memberikan nilai WTP yang
semakin tinggi, hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi nilai rata-rata
pendapatan responden maka responden dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari
terlebih dahulu sehinggaa responden mau memberikan sisa uangnya untuk ikut
dalam upaya konservasi mata air Cirahab dalam bentuk pembayaran jasa
lingkungan.
6.4 Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan terhadap Biaya Pemulihan
Ekologi Hutan
Nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan dari mata air Cirahab
didapatkan dari perkalian jumlah pemanfaatan jasa lingkungan dengan nilai ratarata WTP dari masyarakat Desa Curug Goong. Jumlah pemanfaatan jasa
lingkungan mata air Cirahab dapat dilihat pada Tabel-11.
73
Tabel 11. Jumlah Pemanfaatan Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab untuk
Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat Desa Curug Goong
No
Banyaknya
Pemanfaatan
Frekuensi
(Responden)
(liter/hari)
Frekuensi Relatif
Total (liter/hari)
1
19
0
0
0
2
38
0
0
0
3
57
0
0
0
4
76
0
0
0
5
95
33
329,20
31.274
6
114
4
39,90
4.549
7
133
6
59,86
7.961
8
152
5
49,88
7.582
9
171
0
0,00
0
10
190
15
149,64
28.431
11
209
0
0,00
0
12
228
3
29,93
6.824
13
247
1
9,98
2.464
14
266
1
9,98
2.654
15
285
8
79,81
22.745
16
304
0
0,00
0
17
323
1
9,98
3.222
18
342
0
0,00
0
19
361
0
0,00
0
20
380
2
19,95
7.582
21
399
1
9,98
3.980
22
418
1
9,98
4.170
23
437
2
19,95
8.719
83
828
142.157
Total
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Maka nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab adalah
sebesar Rp. 14.357.857/hari atau Rp. 5.240.617.805/tahun dari total pemanfaatan
jasa lingkungan mata air Cirahab sebesar 142.157 liter/hari atau 51.887.305
liter/tahun. Total pemanfaatan jasa lingkungan tersebut dapat dihasilkan oleh
lahan seluas 4,94 Ha melalui metode transfer benefit dari data penelitian Otto
Sumarwoto diacu dalam laporan USAID (2006).
74
Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Sumber Daya Alam (2009)
biaya pemulihan ekologi hutan per hektar per tahun adalah sebesar
Rp. 110.275.000 sehingga untuk melakukan pemulihan ekologi hutan seluas
4,94 Ha adalah sebesar Rp. 544.758.000. Rincian biaya total pemulihan ekologi
hutan per hektar per tahun dapat dilihat pada Tabel-12.
Tabel 12. Biaya Total Pemulihan Ekologi Hutan per Hektar per Tahun
No
Rincian Biaya
Jumlah (Rp)
Penelitian
1
Biaya pembuatan reservoir
40.500.000
(-)
2
Pengaturan tata air
22.810.000
Manan (1999)
3
Pengendalian erosi dan limpasan
4
Pembentukan tanah
5
Pendaur ulang unsur hara
6
Pengurai limbah
7
Keanekaragaman hayati
8
Sumberdaya genetic
9
Pelepasan karbon
Total
Sumber : Lembaga Sumberdaya Alam (2009)
6.000.000
Manan et al (1998)
500.000
Pangestu dan Ahmad (1998)
4.610.000
Pangestu dan Ahmad (1998)
435.000
Pangestu dan Ahmad (1998)
2.700.000
Pangestu dan Ahmad (1998)
410.000
Pangestu dan Ahmad (1998)
32.310.000
Wasis (2003)
110.275.000
Hasil perhitungan diatas diketahui bahwa nilai potensial pemanfaatan lebih
besar dari biaya pemulihan ekologi hutan yang artinya hal ini dapat mengurangi
tingkat degradasi lingkungan.
6.5 Kebijakan Pengelolaan Mata Air Cirahab melalui Pembayaran Jasa
Lingkungan
Sampai saat ini pengelolaan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air
Cirahab belum pernah ada. Padahal pengelolaan tersebut sangat diperlukan,
mengingat mata air Cirahab tidak saja menjadi pemasok kebutuhan rumah tangga
tetapi juga pemasok kebutuhan produksi dua perusahaan AMDK. Selain itu
pemanfaatan mata air Cirahab juga sebagai tempat pemandian umum yang
dilakukan setiap hari sabtu dan minggu yang akan memberikan dampak positif
dan dampak negatif terhadap kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.
75
Berdasarkan keterangan responden dampak negatif yang ditimbulkan dari
kegiatan pemandian umum adalah menumpuknya timbunan sampah yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas air di mata air Cirahab. Sehingga diperlukan
suatu pengelolaan lingkungan oleh berbagai pihak terkait. Dengan adanya
pengelolaan yang terpadu maka dampak yang dapat diharapkan adalah
meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pelaksanaan PJL.
Dengan adanya peningkatan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan
sumber daya air secara terpadu maka diharapkan PJL yang sebelumnya baru
diterapkan pada taraf perusahaan maka akan dapat diterapkan pula pada taraf
masyarakat pedesaan. Sebelum adanya realisasi dari pelaksanaan PJL pada taraf
masyarakat sebaiknya terlebih dahulu dilakukan penetapan pihak penyedia jasa
lingkungan beserta lokasi penyedia jasa lingkungan kemudian pembentukan
kelembagaan serta aturan-aturan yang mengatur mekanisme PJL. Lokasi penyedia
jasa lingkungan bisa saja ditetapkan dimana saja tetapi lebih baik di Desa Curug
Goong karena kondisi lahan Desa Curug Goong terbilang baik untuk menanam
pohon penyerap air. Selain itu, masyarakat sekitar dan pemerintah dapat
mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki di lokasi penelitian. Pada
Tabel-13 berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam menetapkan PJL
sebagai instrumen ekonomi sebagai upaya konservasi mata air Cirahab.
76
Tabel 13. Langkah-Langkah Penetapan Pembayaran Jasa Lingkungan di
Mata Air Cirahab
No
Uraian
1
Menentukan pelaku utama yaitu pihak pemanfaat dan penyedia jasa lingkungan
2
Menentukan batasan wilayah ekosistem mata air Cirahab
3
Membangun keterkaitan antara ekosistem dengan pelaku utama
4
Menentukan karakter dari struktur dan fungsi ekosistem
5
Menetapkan mekanisme pengelolaan dan pemantauan
6
Menetapkan masalah ekonomi yang akan mempengaruhi ekosistem dan para pelaku
7
Menetapkan kebijakan yang mengatur PJL
8
Memberikan pendampingan pada masyarakat Desa Curug Goong mengenai PJL
Sumber : Pengamatan Pada Waktu Penelitian oleh Penulis (2009)
Setelah langkah-langkah penetapan PJL ditentukan kemudian dibuat
usulan mekanisme PJL mata air Cirahab sebagai upaya konservasi mata air
Cirahab. Skema tersebut akan dijelaskan pada Gambar-12.
Gambar 12. Usulan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air
Cirahab
Pembayaran jasa lingkungan (PJL) mata air Cirahab di Desa Curug Goong
dilakukan oleh masyarakat pemanfaat jasa lingkungan yang berupa sumber daya
77
air. Pengelolaan pendanaan dilakukan oleh foum pengelola mata air Cirahab yang
dibentuk oleh pemerintah daerah dengan bantuan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Forum pengelola mata air Cirahab tersebut terdiri dari beberapa unsur
stakeholder yaitu pemerintah, masyarakat, dan LSM. Forum tersebut berfungsi
untuk mengelola dana imbal dari PJL yang nantinya akan diperuntukan pendanaan
konservasi hutan yang dilakukan oleh masyarakat penyedia jasa lingkungan.
Pendanaan PJL yang dipungut dari masyarakat pemanfaat besarnya disesuaikan
dengan rataan WTP yang didapat melalui metode CVM. Kegiatan konservasi
hutan terdiri dari reforestation, forest management, forest protection, namun
demikian pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan harus ditunjang dengan aturan
hukum yang kuat.
78
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1) Persentase responden yang bersedia untuk melakukan pembayaran jasa
lingkungan
sebesar
52
responden
(63
persen).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi kesediaan responden terhadap PJL sebagai upaya konservasi
mata air Cirahab adalah penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air,
dan jarak rumah ke sumber air. Interpretasi variabel-variabel tersebut adalah :
a) Interpretasi variabel penilaian terhadap kualitas air adalah penilaian kualitas
air sangat jernih maka akan memperbesar peluang responden melakukan PJL,
b) Interpretasi variabel jumlah kebutuhan air adalah semakin banyak jumlah
kebutuhan air responden maka akan memperbesar peluang responden
melakukan PJL, dan c) Interpretasi variabel jarak rumah ke sumber air adalah
semakin jauh jarak rumah ke sumber air maka akan memperbesar peluang
responden melakukan PJL.
2) Nilai rataan WTP responden adalah Rp.101/KK/liter, untuk setiap kepala
keluarga (KK) yang membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya
konservasi mata air Cirahab dan total nilai WTP adalah Rp. 83.835/liter. Nilai
potensial
Rp.
pemanfaatan
jasa
5.240.617.805/tahun.
Rp. 544.758.500/tahun.
lingkungan
Biaya
mata
pemulihan
air
Cirahab
adalah
ekologi
hutan
sebesar
3) Nilai WTP tersebut dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan
air, jarak rumah ke sumber air, dan rata-rata pendapatan rumah tangga.
Interpretasi variabel-variabel tersebut adalah : a) Interpretasi variabel
penilaian terhadap kualitas air adalah semakin kotor penilaian terhadap
kualitas air maka responden akan memberikan nilai WTP yang semakin tinggi,
b) Interpretasi variabel jumlah kebutuhan air adalah semakin besar jumlah
kebutuhan air maka responden akan memberikan nilai WTP yang semakin
tinggi, c) Interpretasi variabel jarak rumah ke sumber air adalah semakin jauh
jarak rumah responden maka responden akan memberikan nilai WTP yang
semakin tinggi, dan d) Interpretasi variabel rata-rata pendapatan rumah tangga
adalah semakin tinggi rata-rata pendapatan rumah tangga maka responden
akan memberikan nilai WTP yang semakin tinggi.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian maka dapat
disarankan :
1) Pembayaran jasa lingkungan saat ini masih diterapkan oleh perusahaan yang
memiliki keuntungan namun seharusnya pembayaran jasa lingkungan
diterapkan oleh seluruh elemen pihak penerima manfaat jasa lingkungan agar
pemanfaatan jasa lingkungan dapat berkelanjutan. Hal ini terlihat dari nilai
potensial pemanfaatan sangat besar oleh masyarakat Desa Curug Goong
sehingga instrumen ekonomi dalam bentuk pembayaran jasa lingkungan
sangat diperlukan untuk keberlanjutan pemanfaatan jasa lingkungan.
2) Diperlukan suatu pendekatan terhadap masyarakat mengenai mekanisme PJL
yang akan dilakukan dan penyebaran informasi mengenai dampak positif dan
negatif dari diberlakukannya kebijakan PJL.
80
3) Diperlukan penelitian lanjutan mengenai pembayaran jasa lingkungan di mata
air Cirahab dari persepsi penerima manfaat yaitu industri air minum dalam
kemasan yang menerima manfaat jasa lingkungan untuk kebutuhan
produksinya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Dinas Kehutanan dam Perkebunan. 2006. Kajian Pembayaran Jasa Lingkungan
di Provinsi Banten. Pemerintah Provinsi Banten : Dinas Kehutanan dan
Perkebunan.
Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
_____________. 2007. Istrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan.
Laporan disampaikan kepada DANIDA Denmark dan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) RI.
Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta : Bumi
Aksara
Hanley, N dan C. L. Spash. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environmental.
Edward Elgar Publishing England.
Herlianto. 2005. Nilai Ekonomi Fungsi Hidrologis Hutan Taman Nasional
Gunung Halimun : Studi kasus Desa Cisarua Kecamatan Sukamajaya.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hosmer, D. W and S.Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley
& Sons Inc. New York.
Irianto, Gatot. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air. Jakarta : Papas
Sinar Sinanti
Kosoy, Nicholas, Martinez-Tuna, Miguel, dkk. 2005. Payment for Enviromental
Services in Watershed : Insigths From a Comparative Study of two Cases
in Central America.
Landell-Mills, Natasha dan Porras, Ina. 2009. Peluru Perak atau Emas Loyang?.
Srikandi Kathryn, penerjemah. Terjemahan dari : Silver Bullet or Fool
Gold?. The International Institute for Environment and Development :
London
Lembaga Sumberdaya Alam. 2009. Kerugian Negara Berdasarkan Kerusakan
Lingkungan.
Dalam
Laporan
Lembaga
Sumberdaya
Alam.
www.elsdainstitute.or.id/modul/auditkehutanan/kerusakanlingkungan.pdf.
Diakses : 23 Juni 2009
Letson, David (ed). 2002. Florida Coastal Enviromental Resources : a Guide to
Economic Valuation and Impact Analysis. Florida Sea Grant College
Program : Florida
Mackinnon, Kathy dkk. 2000. Ekologi Kalimantan. Jakarta : Prehanllindo
Yavanica, Emilea. 2009. Analisis Nilai Kerusakan Lingkungan dan Kesediaan
Membayar Masyarakat terhadap Program Perbaikan Lingkungan. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor
Mitchell, Bruce dkk. 2003. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Munawir. 2007. Transaksi yang Adil untuk Jasa Aliran Sungai di Indonesia.
United Kingdom : International for Environment and Development
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Pagiola, Stafano. 2004. Selling Forest Environmental Services. London :
Earthscan
Ramathan, R. 1997. Introductory Economics with Applications. Philadelpia : The
Dryden Press.
Rekonvasi Bhumi. 2007. Forum Komunikasi DAS Cidanau Menuju Pengelolaan
Terpadu DAS Cidanau. Serang : Rekonvasi Bhumi
Riduwan, dan Sunarto. 2009. Pengantar Statistik Untuk Penelitian Pendidikan,
Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung : Alfabeta
Sumarwoto, Oto. 2006. Kemitraan Pengguna untuk Konservasi TNGP. Dalam
laporan USAID. United State : Development Alternative.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta. Penerbit:
Andi
Wunder, Sven. 2005. Payment for Enviromental Services : Some Nuts and Bolts.
Research. Center for International Forestry Research
Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Kebijaksanaan
Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta : CV. Akademika Presindo
83
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter
Iteration History(a,b,c,d)
-2 Log
likelihood
Iteration
Coefficients
Constant
Step
1
1
2
3
4
5
6
7
a
b
c
d
TP
RPDT
KA(1)
KA(2)
KA(3)
JRSA
JPA
JKA
65.283
-.595
.004
.000
1.151
.440
1.172
-.008
.155
.008
53.579
49.081
48.265
48.234
48.234
48.234
-.500
-.282
-.086
-.032
-.029
-.029
-.037
-.089
-.118
-.124
-.124
-.124
.000
.000
.000
.000
.000
.000
1.542
1.904
2.190
2.268
2.272
2.272
.071
-.358
-.601
-.654
-.656
-.656
1.237
1.163
1.142
1.142
1.142
1.142
-.013
-.017
-.020
-.021
-.021
-.021
.216
.250
.251
.249
.249
.249
.015
.023
.028
.029
.029
.029
Method: Enter
Constant is included in the model.
Initial -2 Log Likelihood: 109.691
Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
61.457
8
.000
Block
61.457
8
.000
Model
61.457
8
.000
85
Model Summary
-2 Log
likelihood
Step
1
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
48.234(a)
.523
.713
a Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step
1
Chi-square
df
2.246
Sig.
8
.973
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Y = tidak bersedia
Observed
Step 1
Expected
Y = bersedia
Observed
Total
Expected
Observed
1
8
7.851
0
.149
8
2
7
7.175
1
.825
8
3
6
6.759
2
1.241
8
4
5
4.457
3
3.543
8
5
3
2.425
5
5.575
8
6
2
1.467
6
6.533
8
7
0
.614
8
7.386
8
8
0
.210
8
7.790
8
9
0
.038
8
7.962
8
10
0
.002
11
10.998
11
86
Classification Table(a)
Observed
Predicted
Percentage
Correct
Y
tidak
bersedia
Step 1
Y
tidak bersedia
bersedia
25
4
bersedia
6
48
80.6
92.3
88.0
Overall Percentage
a The cut value is .500
Variables in the Equation
Step
1(a)
TP
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Lower
Upper
Lower
Upper
95.0% C.I.for EXP(B)
Lower
Upper
-.124
.131
.890
1
.346
.883
.683
1.143
.000
.000
.419
1
.517
1.000
1.000
1.000
7.204
3
.066
KA(1)
2.272
1.777
1.635
1
.201
9.698
.298
315.611
KA(2)
-.656
1.747
.141
1
.707
.519
.017
15.916
KA(3)
1.142
1.822
.393
1
.531
3.133
.088
111.443
JRSA
-.021
.005
16.599
1
.000
.980
.970
.989
JPA
.249
.406
.375
1
.540
1.282
.579
2.840
JKA
.029
.010
9.478
1
.002
1.030
1.011
1.049
-.029
2.586
.000
1
.991
.971
RPDT
KA
Constant
a Variable(s) entered on step 1: TP, RPDT, KA, JRSA, JPA, JKA.
87
Correlation Matrix
Step 1
Constant
TP
Constant
1.000
TP
-.470
RPDT
.196
KA(1)
-.514
KA(2)
-.587
KA(3)
-.518
JRSA
-.232
JPA
-.591
JKA
.067
-.046
.074
-.077
.213
.003
-.111
-.470
1.000
-.129
RPDT
.196
-.129
1.000
-.076
-.164
-.003
-.023
-.268
-.262
KA(1)
-.514
-.046
-.076
1.000
.798
.807
-.251
.073
.114
KA(2)
-.587
.074
-.164
.798
1.000
.810
.136
.067
-.175
KA(3)
-.518
-.077
-.003
.807
.810
1.000
-.047
.129
-.118
JRSA
-.232
.213
-.023
-.251
.136
-.047
1.000
.075
-.685
JPA
-.591
.003
-.268
.073
.067
.129
.075
1.000
-.161
JKA
.067
-.111
-.262
.114
-.175
-.118
-.685
-.161
1.000
88
Lampiran 2. Hasil Regresi Berganda dengan Metode Enter
Descriptive Statistics
Mean
WTP (Rp/liter)
Std. Deviation
N
63.43
60.107
83
1.76
.850
83
Jarak rumah (m)
231.93
134.196
83
Jumlah kebutuhan
air (lt/hari)
171.69
93.243
83
1625855
1770794.628
83
Kualitas air
Pendapatan RT
(Rp/bulan)
Model Summary(b)
Change Statistics
Model
1
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
R Square
Change
F Change
df 1
.614(a)
.377
.345
48.653
.377
11.789
4
a Predictors: (Constant), Pendapatan RT (Rp/bulan), Kualitas air, Jarak rumah (m), Jumlah kebutuhan air (lt/hari)
b Dependent Variable: WTP (Rp/liter)
df 2
78
Sig. F Change
Durbin-Watson
.000
1.313
89
ANOVA(b)
Model
1
Sum of
Squares
df
Mean Square
Regression
111618.5
4
27904.616
Residual
184633.9
78
2367.102
Total
296252.4
82
F
Sig.
11.789
.000(a)
a Predictors: (Constant), Pendapatan RT (Rp/bulan), Kualitas air, Jarak rumah (m), Jumlah kebutuhan air (lt/hari)
b Dependent Variable: WTP (Rp/liter)
Coefficient Correlations(a)
Model
1
Pendapatan
RT (Rp/bulan)
Correlations
Pendapatan RT
(Rp/bulan)
Jumlah
kebutuhan air
(lt/hari)
1.000
.019
.176
-.377
Kualitas air
.019
1.000
.075
.102
Jarak rumah (m)
.176
.075
1.000
-.130
-.377
.102
-.130
1.000
Pendapatan RT
(Rp/bulan)
1.10E-011
3.93E-007
2.38E-008
-7.84E-008
Kualitas air
3.93E-007
40.847
.019
.041
Jarak rumah (m)
2.38E-008
.019
.002
.000
-7.84E-008
.041
.000
.004
Jumlah kebutuhan
air (lt/hari)
Covariances
Kualitas air
Jarak
rumah (m)
Jumlah kebutuhan
air (lt/hari)
a Dependent Variable: WTP (Rp/liter)
90
Correlations
WTP (Rp/liter)
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Kualitas air
WTP (Rp/liter)
1.000
-.193
Kualitas air
-.193
Jarak rumah (m)
-.429
Jumlah kebutuhan
air (lt/hari)
Pendapatan RT
(Rp/bulan)
WTP (Rp/liter)
Jumlah
kebutuhan air
(lt/hari)
Jarak
rumah (m)
Pendapatan
RT (Rp/bulan)
-.429
.327
.347
1.000
-.081
-.124
-.050
-.081
1.000
.079
-.133
.327
-.124
.079
1.000
.366
.347
-.050
-.133
.366
1.000
.
.040
.000
.001
.001
Kualitas air
.040
.
.232
.133
.325
Jarak rumah (m)
.000
.232
.
.238
.115
Jumlah kebutuhan
air (lt/hari)
.001
.133
.238
.
.000
Pendapatan RT
(Rp/bulan)
.001
.325
.115
.000
.
WTP (Rp/liter)
83
83
83
83
83
Kualitas air
83
83
83
83
83
Jarak rumah (m)
83
83
83
83
83
Jumlah kebutuhan
air (lt/hari)
83
83
83
83
83
Pendapatan RT
(Rp/bulan)
83
83
83
83
83
91
Coefficients(a)
Mod
el
1
(Constant)
Kualitas air
Jarak rumah (m)
Jumlah
kebutuhan air
(lt/hari)
Pendapatan RT
(Rp/bulan)
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
92.417
19.515
6.391
13.177
-.198
.041
.176
6.05E006
a Dependent Variable: WTP (Rp/liter)
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Beta
95% Confidence Interval
for B
Lower
Upper
Bound
Bound
53.565
131.269
Collinearity
Statistics
Correlations
Zero Order
Partial
Part
Tolerance
VIF
4.736
.000
-.186
-2.062
.043
-25.901
-.453
-.193
-.227
-.184
.979
1.021
-.442
-4.840
.000
-.279
-.117
-.429
-.481
-.433
.958
1.044
.063
.274
2.806
.006
.051
.301
.327
.303
.251
.841
1.190
.000
.178
1.827
.071
.000
.000
.347
.203
.163
.839
1.191
92
Lampiran 3. Uji Kenormalan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
83
N
Normal Parameters(a,b)
Mean
Std. Deviation
Most Extreme
Differences
Absolute
.0000000
47.45137725
.121
Positive
.121
Negative
-.077
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
1.105
.174
a Test distribution is Normal. b Calculated from data
93
Lampiran 4. Kuisioner Penelitian
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Jl. Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
Telp/ Fax. (0251) 421672
KUISIONER PENELITIAN MASYARAKAT (RUMAH TANGGGA)
Nama
Alamat
:
: Kp.
Kel :
RT :
No. :
Kec :
RW :
Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Willingness To Pay Rumah Tangga Terhadap
Pembayaran Jasa Lingkungan Fungsi Hidrologis Mata Air Cirahab”. Kami mohon partisipasi Saudara
untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi
yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan dan tidak untuk
digunakan untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasinya Kami ucapkan terima kasih.
A. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin
:L/P
: _____________ tahun
2. Umur
3. Status
: Belum Menikah / Sudah Menikah
4. Jika sudah menikah, berapa jumlah (orang) anggota keluarga yang
ditanggung?________orang
5. Pendidikan formal terakhir yang ditempuh Saudara ?
a. SD
Kelas : 1 2 3 4 5 6
b. SMP / Tsanawiyah
Kelas : 1 2 3
c. SMA / STM / Aliyah
Kelas : 1 2 3
d. Perguruan Tinggi
D3 S1 S2
e. Tidak Sekolah
6. Apakah jenis pekerjaan utama Saudara sehari-hari ?
a. Petani (pemilik / penggarap)
d. PRT
b. Pegawai Negeri Sipil
e. Ibu RT
c. Pedagang
f. Lainnya, ______
d. Buruh Pabrik
7. Rata-rata pendapatan perbulan (dalam rupiah) Saudara ?
a. < 500.000
Tepatnya : Rp. __________
b. 500.001 – 1.000.000
Tepatnya : Rp. __________
c. 1.000.001 – 1.500.000
Tepatnya : Rp. __________
d. 1.500.001 – 2.000.000
Tepatnya : Rp. __________
e. > 2.000.000
Tepatnya : Rp. __________
8. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan yang Saudara sebutkan di atas?
a. Ya, bekerja sebagai ___________________________
b. Tidak
9. Berapakah pendapatan per bulan yang Saudara dapatkan dari pekerjaan
sambilan tersebut? Rp. ______________________________________
10. Apakah ada anggota keluarga lainnya yang bekerja?
a. Ya
b. Tidak
94
11. Kalau ada, berapa total pendapatan mereka perbulannya?
Rp. _______________________________________________________
12. Total Pendapatan per bulan 1 rumah tangga : Rp. ________________
13. Total pengeluaran Saudara per hari ? Rp. ________________________
a. Konsumsi keluarga Rp.
b. Biaya anak sekolah Rp.
c. Uang jajan anak
Rp.
d. Listrik
Rp.
e. Tabungan
Rp.
f. Biaya pengobatan
Rp.
g. Lainnya
Rp.
B. Jumlah Kebutuhan Air Dari Pemanfaatan Sumber Air
1. Apakah Saudara menerima manfaat dari jasa lingkungan yang dihasilkan
oleh sumber air yang Saudara manfaatkan?
a. Ya
b. Tidak
1. Manfaat apa saja yang Saudara terima dari jasa lingkungan yang
dihasilkan oleh mata air Cirahab yang Saudara manfaatkan ?
a. Air bersih untuk minum
b. Mencuci Pakaian
c. Mencuci Piring
d. Mandi
e. Air untuk produksi sebuah output
f. Lainnya,____________________________________________
2. Dalam 1 rumah, ada berapa orang yang menggunakan air tersebut?
________ orang
3. Menurut Saudara, Bagaimanakah penilaian terhadap kualitas air dari
mata air Cirahab yang Saudara manfaatkan?
a. Sangat Jernih
b. Jernih
c. Biasa
d. Kotor
e. Sangat Kotor
4. Kira-kira berapakah jumlah galon (19 lt) yang yang Saudara manfaatkan
per hari untuk keperluan rumah tangga? __________ buah
C. Domisili / Jarak Rumah dari Sumber Air
1. Kira-kira, berapa jarak (dalam meter) antara rumah dengan sumber
air yang Saudara manfaatkan?
a. < 50
Tepatnya ___________________
b. 51 – 100
Tepatnya___________________
c. 101 – 150
Tepatnya___________________
d. 151- 200
Tepatnya___________________
e. 201 – 250
Tepatnya___________________
f. 251 – 300
Tepatnya___________________
g. 301 – 350
Tepatnya___________________
h. 351- 400
Tepatnya___________________
i. 401 – 450
Tepatnya___________________
j. 451 – 500
Tepatnya___________________
k. > 500
Tepatnya___________________
2. Apakah Saudara membutuhkan biaya transportasi / upah pikul untuk
mendapatkan air dari mata air tersebut?
a. Ya
b. Tidak
95
3. Kira-kira seberapa besar biaya transportasi / upah pikul (dalam rupiah)
per hari yang Saudara keluarkan untuk mendapatkan air dari mata air
tersebut?
a. < 1000
Tepatnya Rp. _________________
b. 1.001 -5.000
Tepatnya Rp. _________________
c. 5.001 – 10.000
Tepatnya Rp. _________________
d. 10.001 – 15.000
Tepatnya Rp. _________________
e. Lainnya, _______________________________________
Masyarakat Desa Curug Goong disini dapat berfungsi sebagai penyedia dan
pemanfaat jasa lingkungan. Dalam penelitian ini, masyarakat diasumsikan sebagai
pemanfaat jasa lingkungan DAS Cidanau karena masyarakat memanfaatkan mata air
Cirahab yang merupakan bagian dari DAS Cidanau yang memiliki debit air terbesar
yaitu 300/liter/detik. Mata air tersebut sejak dahulu merupakan pemasok kebutuhan
air bagi kehidupan rumah tangga masyarakat Desa Curug Goong.
4. Apakah Saudara mengetahui tentang jasa lingkungan?
a. Ya
b. Tidak
5. Jika Ya, jasa lingkungan apa saja yang Anda ketahui?
___________________________________________________________
6. Apakah Saudara mengetahui, mata air Cirahab merupakan bagian dari
DAS Cidanau?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah Saudara mengetahui fungsi atau manfaat dari mata air Cirahab
yang Saudara manfaatkan?
a. Ya
b. Tidak
8. Apa saja manfaat jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab
yang Saudara ketahui?
a. Mengatur aliran secara alami
b. Pemasok kebutuhan air bagi rumah tangga
c. Sebagai daerah potensi wisata
d. Lainnya, sebutkan ___________________________________
9. Apakah Saudara mengetahui bentuk penurunan kualitas mata air yang
Saudara manfaatkan?
a. Ya
b. Tidak
10. Penyebab utama penurunan kualitas mata air cirahab yang Saudara
rasakan?
a. Pencemaran air oleh sampah
b. Pencemaran air oleh limbah rumah tangga (detergen)
c. Pencemaran air oleh limbah pertanian (pupuk dan pestisida)
d. Pendangkalan
e. Penebangan liar
f. Musim Kemarau yang berkepanjangan
g. Musim Hujan yang menyebabkan air menjadi keruh
h. Penyebab lainnya, ______________________________
11. Menurut Saudara perlukah upaya konservasi perlu dilakukan?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah bentuk upaya konservasi yang sebaiknya dilakukan?
a. Melakukan penyuluhan mengenai pengehematan air
b. Melakukan upaya reboisasi hutan (penghijauan hutan)
c. Melakukan penanaman di hutan rakyat
96
d. Melakukan upaya gerakan menanam 1000 pohon
e. Lainnya, ___________________________________________
13. Apakah menurut Saudara, kondisi lahan di Desa Curug Goong cukup
baik untuk ditanami pohon sebagai penyerapan air?
a. Ya
b. Tidak
14. Bagaimanakah menurut Saudara kondisi lahan di Desa Curug Goong?
a. Sangat Baik
b. Cukup Baik
c. Baik
d. Buruk
e. Sangat Buruk
D. Kesediaan Masyarakat untuk Melakukan Pembayaran Jasa Lingkungan
dari Sumber Air
Sumber air yang saudara manfaatkan saat ini adalah air dari mata air Cirahab
yang merupakan bagian dari DAS Cidanau yang memiliki debit air terbesar yaitu
300 lt/detik. Sumber air yang Saudara manfaatkan saat ini masih mampu
memberikan pasokan air yang memadai kepada para penggunanya. Namun
demikian, ada banyak faktor yang mengancam ketersediaan pasokan air di masa
mendatang. Pertama, adalah pertumbuhan penduduk di Desa Curug Goong yang
semakin meningkat sehingga kebutuhan pasokan airpun akan semakin meningkat
pula.
Jumlah dan kualitas air ditentukan oleh kondisi yang terjadi pada sumber airnya.
Misalnya, tinggi-rendahnya curah hujan akan mempengaruhi jumlah
ketersediaan air, seperti halnya juga lama atau pendeknya musim kemarau.
Kedua hal tersebut bisa mengalami perubahan di masa mendatang. Jumlah hujan,
misalnya akan terjadi penurunan di masa mendatang. Selain itu, ada juga
kegiatan manusia yang turut mengganggu jumlah dan kualitas air. Beberapa
kegiatan pertanian misalnya banyak menggunakan jenis pupuk dan pestisida
juga mempengaruhi kualitas dan jumlah persediaan air.
Saat ini kondisi sumber air semakin buruk dan jika tidak segera ditanggulangi
untuk melindungi sumber air, nampaknya akan terjadi kekurangan persediaan
air dimasa mendatang. Hal ini bisa berarti bahwa Saudara terpaksa harus
mengatur pembagian air kepada pengguna lainnya sehingga Saudara pun pada
gilirannya akan mengalami kekurangan pasokan air. Selain itu, jika pasokan air
menurun, Saudara akan mengeluarkan biaya yang lebih besar seperti biaya
transportasi yang lebih besar untuk mendapatkan air yang berkualitas baik.
Salah satu yang mungkin dapat dicoba untuk mencegah hal ini terjadi adalah
dengan melindungi sumber air agar kualitas tidak memburuk dan jumlah air tidak
berkurang dengan cara menanam pohon di daerah hulu. Tentu saja semua itu
tidak akan bisa dilakukan tanpa mengeluarkan biaya untuk membeli bibit.
Anggaplah bahwa Saudara sebagai pemanfaat sumber air setempat harus ikut
membayar untuk upaya pelestarian sumber air tersebut.
1. Apakah Saudara setuju jika dilakukan suatu upaya perbaikan kualitas dan
kuantitas air di mata air Cirahab?
a. Setuju
b. Tidak
2. Berapa besar uang (dalam rupiah / galon) yang ingin dan bisa Saudara
berikan kepada lembaga yang Saudara percayai sebesar air yang Saudara
gunakan?
97
a) 1500
d) 3000
b) 2000
e) 3500
c) 2500
f) lainnya, _______________________
3. Berikan alasan mengapa Saudara memberikan imbalan sebesar tersebut?
__________________________________________________________
4. Ada beberapa alasan mengapa beberapa orang tidak berkenaan untuk
membayar sedikitpun dalam upaya perlindungan sumber air untuk
mencegah terjadinya kekurangan dan penurunan mutu air di masa
mendatang. Dapatkah Saudara menjelaskan mengapa Saudara tidak
berkenaan untuk memberikan imbalan?
a. Saya tidak punya uang lebih / saya tidak mampu
membayar
b. Perubahan kualitas / kuantitas terlalu kecil untuk
dianggap penting
c. Saya pikir masalah tersebut bukan prioritas
d. Saya tidak terlalu tertarik dengan masalah ini
e. Saya perlu lebih banyak informasi / waktu untuk
menjawab pertanyaan ini
f. Saya puas dengan keadaan sekarang / nanti
g. Saya pikir itu adalah tanggung jawab pemerintah untuk
membayar biaya perlindungan terhadap sumber air
h. Saya tidak mau membayar air lebih mahal
i. Saya tidak peduli dengan kondisi sekarang / nanti
j. Saya tidak percaya bahwa lembaga-lembaga pelaksanaan
program akan mampu mengimplementasikan program
tersebut
Tanggal Pengisian Kuisioner
Waktu Pengisian Kuisioner
Tanda Tangan
:
:
:
98
Lampiran 5. Kondisi Lokasi Penelitian
Sumber mata air Cirahab
Aktivitas masyarakat (membawa air)
Aktivitas masyarakat (mandi)
Aktivitas masyarakat (mencuci)
Wawancara responden oleh penulis
Pendopo di sekitar mata air Cirahab
99
Lampiran 6. Peta Lokasi Penelitian
100
Download