bab 2 tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies
Karies gigi masih merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di
dunia. Karies gigi menjadi penting dalam dunia kedokteran gigi karena kelainan pada
gigi ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan jika dibiarkan
berlanjut dapat menjadi sumber fokal infeksi dalam rongga mulut sehingga
menyebabkan keluhan rasa sakit.6
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu enamel,
dentin dan sementum.2 Karies gigi adalah penyakit yang disebabkan oleh aktifitas
bakteri flora mulut yang tidak dapat diatasi oleh mekanisme pertahanan tubuh. Salah
satu bakteri yang berperan dalam penyakit karies gigi adalah Streptococcus mutans
dimana bakteri ini mempunyai peranan penting pada pembentukan plak gigi.9
Karies merupakan penyakit yang paling umum diderita pada anak-anak
dengan tingkat prevalensi lima kali lebih tinggi dari penyakit yang paling umum
diderita lainnya, yaitu asma. Karies masih menjadi masalah kesehatan anak-anak
yang sangat signifikan di seluruh dunia. 10
2.1.1 Early Childhood Caries (ECC)
Early Childhood Caries (ECC), juga dikenal dengan sebutan karies botol
adalah penyakit yang paling umum terjadi pada masa anak-anak.11 Walaupun tidak
mengancam nyawa, dampaknya pada individu ataupun komunitas cukup besar, yaitu
mengakibatkan rasa sakit, ganguan fungsi, menggangu pertumbuhan anak, dan
mengurangi kualitas hidup.3
Menurut American Dental Association, ECC adalah adanya satu atau lebih
gigi yang terkena karies (lesi dengan atau tanpa kavitas), hilang (karena karies) atau
permukaan gigi desidui yang ditambal pada anak prasekolah berusia di bawah 71
Universitas Sumatera Utara
5
bulan.12 Seperti pada jenis karies lainnya, mutans streptococcci (MS), yang
kebanyakan terdiri dari spesies Streptococcus mutans dan Streptococcus sorbinus
terlibat sebagai bakteri mulut utama yang memiliki peran dalam pembentukan dan
perkembangan ECC.13
2.1.2 Severe Early Childhood Caries (S-ECC)
Severe Early Childhood Caries (S-ECC) adalah bentuk yang sangat destruktif
dari ECC yang melibatkan beberapa gigi, termasuk gigi anterior maksila (Gambar
1).14 S-ECC merupakan bentuk karies pada permukaan halus pada anak usia dibawah
3 tahun. Pola karies pada S-ECC biasanya melibatkan gigi desidui maksila dan molar
desidui atas dan bawah. Lesi karies biasanya muncul secara tiba-tiba, menyebar dan
dengan cepat melibatkan pulpa.15
Menurut American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD), seorang anak
bisa dikatakan menderita S-ECC bila memiliki setidaknya satu dari tiga kriteria di
bawah ini:3
1. Tanda-tanda karies pada permukaan yang halus pada anak usia dibawah 3
tahun.
2. Permukaan yang halus dari gigi desidui anterior dan posterior yang
memiliki karies, hilang (karena karies) atau ditambal, pada anak usia 3 sampai 5
tahun.
3. Indeks dmfs ≥ 4 pada anak usia 3 tahun; ≥ 5 pada usia 4 tahun; dan ≥ 6
pada usia 5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
6
Gambar 1. Severe Early Childhood Caries 3
2.1.3 Faktor Etiologi
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja, tetapi disebabkan
oleh serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu.2 Karies
melibatkan proses demineralisasi dan remineralisasi yang sangat kompleks yang
terjadi akibat asam organik yang dihasilkan mikroorganisme di dalam plak gigi.16
Karies merupakan penyakit yang multifaktorial, yaitu adanya beberapa faktor yang
menjadi penyebab terbentuknya karies.2,16
Terdapat empat faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau
tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu.
Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung,
yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai
dan waktu yang lama (Gambar 2). 2
Universitas Sumatera Utara
7
Gambar 2. Karies sebagai penyakit
multifaktorial 2
2.1.3.1 Faktor Host atau Tuan Rumah
Pit dan fisur pada gigi posterior amat rentan terhadap karies karena sisa-sisa
makanan mudah menumpuk pada daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.
Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat
dan membantu perkembangan karies gigi. Gigi desidui lebih mudah terserang karies
daripada gigi permanen, hal ini disebabkan karena enamel gigi desidui mengandung
lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit
daripada gigi permanen. Selain itu secara kristalografis, kristal-kristal gigi desidui
tidak sepadat gigi permanen. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab
tingginya prevalensi karies pada anak-anak.2
2.1.3.2 Faktor Substrat atau Diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu juga dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam
plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam
serta bahan lain yang aktif menyebabkan karies.2
Universitas Sumatera Utara
8
Terdapat hubungan langsung antara karies dan asupan karbohidrat. Jenis
karbohidrat yang paling kariogenik adalah sukrosa.17 Hasil penelitian menunjukkan
bahwa orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa seperti
permen cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan
diet yang banyak mengandung lemak dan protein seperti telur hanya sedikit atau
sama sekali tidak terdapat karies gigi.2
2.1.3.3 Faktor Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan.2
2.1.3.4 Faktor Agen atau Mikroorganisme
Mulut
dianggap
sebagai
lingkungan
yang
ideal
bagi
pertumbuhan
mikroorganisme karena mulut merupakan tempat yang hangat dan lembab serta
mendapat asupan nutrisi yang konstan melalui saliva dan makanan.18 Spesies bakteri
Streptococcus mutans tidak diragukan lagi merupakan mikroorganisme kariogenik
paling signifikan pada mulut. Genus Lactobacillus juga memiliki peran kariogenik,
bersama dengan mikroorganisme lainnya dalam jumlah yang lebih sedikit.17
2.2 Streptococcus mutans
Streptococcus mutans dikemukakan pertama kali oleh Jk Clark pada tahun
1924 setelah ia mengisolasi spesies bakteri dari lesi karies yang terlihat seperti bentuk
mutan dari kokus, maka ia menamakannya Streptococcus mutans (Gambar 4).19,20
Streptococcus mutans telah terbukti sebagai inisiator dari karies.18 Streptokokus
terdiri dari berbagai kelompok kokus gram positif yang terus menerus mengalami
revisi taksonomi. Mereka tersebar luas pada manusia dan hewan, kebanyakan
membentuk bagian dari flora normal mereka.21
Universitas Sumatera Utara
9
Mutans streptococcci (Streptococcus mutans dan Streptococcus sorbinus),
patogen yang paling umum diisolasi dari plak gigi manusia, merupakan etiologi
utama dari karies.19,22 Faktor virulensi utama yang berhubungan dengan kariogenitas
adalah adhesi atau perlekatan, tingkat keasaman dan toleransi terhadap asam. Masingmasing faktor ini bekerja dengan terkoordinasi untuk mengubah ekologi dari plak
gigi.22
Saat ini tujuh spesies yang berbeda dari Streptococcus mutans pada manusia
dan hewan dan delapan strain (a-h) telah dikenal.19 Berdasarkan strain yang
ditemukan pada manusia sampai saat ini yaitu Streptococcus mutans strain c,e dan f.23
Gambar 4. Streptococcus mutans 24
2.2.1 Morfologi Streptococcus mutans
Sel Streptococcus mutans berbentuk bulat dan oval serta merupakan kokus
gram positif.25,26 Koloni Streptococcus mutans, tampak gambaran yang berpasangan
atau membentuk rantai, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora. Streptococcus
mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat non motil (tidak bergerak),
berdiameter 1-2 µm, bakteri anaerob fakultatif. Tersusun seperti rantai dan tidak
membentuk spora.20,25
2.2.2 Habitat Streptococcus mutans
Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 180C – 400C.
Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada gigi manusia dan menjadi bakteri
Universitas Sumatera Utara
10
yang paling kondusif menyebabkan karies untuk enamel gigi. Streptococcus mutans
bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam asidurik yang mampu tinggal pada
lingkungan asam dan menghasilkan suatu polisakarida yang lengket yang disebut
dengan dextran. Oleh karena kemampuan ini, Streptococcus mutans dapat
menyebabkan perlekatan bakteri, mendukung bakteri lain melekat ke enamel
gigi, meningkatkan pertumbuhan bakteri asidodurik yang lainnya, dan asam yang
dihasilkan dapat melarutkan enamel gigi.27
2.2.3 Peran Streptococcus mutans pada Karies
Streptococcus mutans merupakan spesies yang mendominasi komposisi
bakteri dalam plak gigi. Bakteri ini merupakan mikroflora normal dalam rongga
mulut yang harus mendapat perhatian khusus karena kemampuannya membentuk
plak dari sukrosa melebihi jenis bakteri lainnya. Beberapa dekade terakhir, spesies ini
mendapat perhatian yang lebih karena hubungannya dengan karies gigi.25
Bakteri Streptococcus yang menghasilkan Glucosyltransferase (GTF) dapat
mengubah karbohidrat yang terdapat dalam rongga mulut menjadi extracellular
glucan, yang sangat berperan bagi keberadaan bakteri pada permukaan gigi dan
pembentukan plak yang merupakan salah satu karakteristik dari karies yang
disebabkan oleh Streptococcus.25
Kolonisasi bakteri pada rongga mulut terjadi setelah erupsinya gigi
desidui.18,19 Kebanyakan dari bakteri yang berkolonisasi ini adalah spesies
Streptococcus, walaupun akhirnya plak gigi menjadi rumah bagi ratusan spesies
bakteri.21 Saat gigi erupsi, terutama antara usia satu atau dua tahun, Streptococcus
mutans dapat membentuk koloni yang berkembang pada gigi yang dapat
menyebabkan kavitas atau lubang, terutama Early Childhood Caries (ECC).18
Spesies mutans streptococci (MS) telah diisolasi pada 95% anak-anak dengan
tingkat karies yang tinggi dan dari latar belakang etnis dan sosio-ekonomi yang
beragam. Pada anak-anak dengan ECC, MS terdapat pada 30-50% dari flora pada
plak dan 10% dari flora pada saliva.13 Pada anak yang bebas karies dengan jumlah
kandungan Streptococcus mutans yang tinggi dalam saliva memiliki risiko tinggi
Universitas Sumatera Utara
11
terserang karies dibanding anak bebas karies dengan jumlah kandungan
Streptococcus mutans yang rendah. Pada plak anak dengan S-ECC kandungan
Streptococcus mutans terdapat hingga 30% dan pada plak anak dengan karies
minimal hingga bebas karies terdapat lebih kecil dari 0,1%.4
Streptococcus mutans telah diidentifikasi sebagai bakteri kariogenik utama
dalam permulaan terjadinya karies sedangkan Streptococcus sorbinus diperkirakan
membantu dalam perkembangan karies. Anak-anak yang memiliki spesies bakteri
Streptococcus mutans dan Streptococcus sorbinus menunjukkan pengalaman karies
yang lebih tinggi daripada anak-anak yang hanya memiliki Streptococcus mutans atau
Streptococcus sorbinus. Selain itu, keberadaan bakteri Streptococcus mutans dan
Streptococcus sorbinus pada daerah yang terlokalisir memiliki korelasi yang kuat
dengan karies dini.13
2.3 Plak Gigi
Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang tidak terkalsifikasi terdiri dari
bakteri yang melekat pada permukaan gigi atau objek lainnya di rongga mulut seperti
restorasi, gigi tiruan dan kalkulus. Plak tampak sebagai suatu massa deposit berwarna
kekuning-kuningan atau keabu-abuan yang hanya dapat di hilangkan dengan
penyikatan gigi.28
Plak gigi kini digambarkan sebagai biofilm dan komunitas mikroba – dalam
kata lain plak merupakan campuran dari organisme yang tumbuh dan berinteraksi
bersama-sama. Bakteri dalam plak berinteraksi secara metabolik, termasuk sinergi
dan antagonisme, dan bakteri-bakteri ini menggunakan sel dalam berkomunikasi.29
Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke
permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut.30 Plak gigi
merupakan akumulasi dari bakteri dan matriks interselular yang membentuk biofilm
yang melekat pada permukaan gigi dan permukaan lain di rongga mulut yang
disebabkan oleh kebersihan rongga mulut yang tidak efektif.31
Plak gigi merupakan ekosistem dari berbagai mikroorganisme berbentuk
batang dan kokus.32 Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam
Universitas Sumatera Utara
12
plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis
yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptocooccus sanguis,
Streptococcus mitis dan Streptococcus salivarius serta beberapa strain lainnya.2
2.3.1 Struktur dan Komposisi dari Plak Gigi
Plak gigi dapat diklasifikasikan atas plak supragingiva dan plak subgingiva.
Plak supragingiva ditemukan pada atau di atas margin gingiva dan mungkin
berkontak langsung dengan margin gingiva. Plak subgingiva ditemukan di bawah
margin gingiva, di antara gigi dan jaringan sulkus gingiva.28
Plak gigi terdiri dari mikroorganisme dan satu gram dari plak (berat basah)
mengandung kurang lebih 2 x 1011 bakteri. Telah diperkirakan bahwa lebih dari 325
jenis bakteri yang berbeda dapat ditemukan pada plak dari potensi lebih dari 500
spesies bakteri yang didapat dari sampel yang terdapat di dalam mulut.28
Plak gigi terdiri dari kurang lebih 80% air dan 20% komponen padat.18
Kurang lebih 70-80% dari plak adalah mikroba dan sisanya merupakan matriks
ekstraselular.28 Komposisi mikroba dari plak gigi amat bervariasi antar individu, pada
beberapa orang plak dapat terbentuk dengan cepat, ada juga yang lambat.21 Matriks
intraselular yang mencapai sekitar 20% dari massa plak, terdiri atas bahan organik
dan anorganik yang berasal dari air liur, cairan sulkus gingiva dan produk bakteri.
Konstituen organik dari matriks meliputi polisakarida, protein, glikoprotein dan
lemak. Komponen anorganik yang utama adalah kalsium, fosfor, sedikit magnesium,
sodium, potasium dan fluor.28
2.3.2 Proses Pembentukan Plak
Pembentukan plak melibatkan interaksi antara koloni awal bakteri dan pelikel
yang terbentuk pada permukaan enamel, hingga terjadinya koagregasi bakteri.33
Pembentukan biofilm seperti plak gigi dapat dibagi menjadi beberapa tahap. Saat
bakteri mendekati sebuah permukaan beberapa interaksi spesifik dan non-spesifik
Universitas Sumatera Utara
13
akan terjadi antara substrat dan sel, dan ini akan menentukan apakah perlekatan yang
sempurna dan kolonisasi akan terjadi.34
Pembentukan plak biofilm adalah proses yang kompleks yang terdiri atas
beberapa tahap yang berbeda.21 Proses pembentukan plak tersebut dapat dibagi
menjadi tiga fase, yaitu pembentukan pelikel, kolonisasi awal serta kolonisasi
sekunder dan pematangan plak (Gambar 3).28
Gambar 3. Proses pembentukan plak 35
2.3.2.1 Pembentukan Pelikel
Beberapa detik setelah pembersihan gigi, selapis tipis protein saliva, terutama
glikoprotein, melekat ke permukaan gigi (juga pada restorasi dan gigi tiruan). Lapisan
ini disebut pelikel saliva, merupakan lapisan tipis (0,5µm), halus, tidak berwarna dan
translusen. Lapisan ini melekat erat pada permukaan gigi dan hanya dapat
dihilangkan dengan gesekan. Pada awalnya pelikel bebas dari bakteri. Pelikel juga
mengandung berbagai faktor antibakteri seperti IgG, IgA, IgM, komplemen dan
lisozim.28 Glukosiltransferase bakteri streptococcus juga terdeteksi pada pelikel, hal
ini menunjukkan protein bakteri tersebut mungkin tergabung dalam pelikel juga.36
Pelikel gigi yang telah terbentuk menyediakan substrat dimana bakteri
menumpuk untuk membentuk plak. Telah diyakini bahwa plak terbentuk atas
beberapa bantuan komponen saliva yang terlibat dalam aglutinasi bakteri atau dengan
Universitas Sumatera Utara
14
bertindak sebagai substrat nutrisi, sementara komponen saliva yang lain dapat
menghalangi adhesi mikroba pada permukaan gigi penjamu. Komponen saliva dapat
berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi bakteri. Sedangkan beberapa komponen saliva
yang merugikan bagi bakteri rongga mulut dapat melisiskan membran sel bakteri.28
Bakteri dapat melekat ke reseptor pada pelikel melalui adhesin. Namun
komponen yang sama dalam saliva juga dapat berikatan dengan adhesin bakteri dan
dengan demikian bakteri dapat melekat pada permukaan gigi. Komponen saliva dapat
berikatan dengan bakteri sehingga menyebabkan aglutinasi yang dapat meningkatkan
jumlah bakteri di rongga mulut.28
2.3.2.2 Kolonisasi Awal
Segera setelah atau bahkan dalam beberapa menit setelah pelikel terbentuk,
pelikel dihuni oleh bakteri. Bakteri dapat langsung melekat ke enamel, tetapi biasanya
bakteri berikatan dengan pelikel terlebih dahulu dan agregat bakteri dilapisi oleh
glikoprotein saliva.28
Perlekatan pertama bakteri rongga mulut adalah langsung pada protein dan
komponen karbohidrat dari pelikel saliva pada permukaan gigi dan epitel rongga
mulut. Perlekatan bakteri terjadi pada permukaan yang terdapat adhesin atau fimbriae
yang berinteraksi dengan molekul target spesifik atau ligand. Fimbriae atau pili dapat
dijelaskan sebagai protein filamen perlekatan pada permukaan bakteri. Adhesin
bakteri berinteraksi dengan ligand penjamu yang dapat berupa protein, glikoprotein
atau glikolipid yang disekresikan atau berada pada permukaan sel pejamu.37
Dalam waktu beberapa jam spesies Streptococcus dan beberapa spesies
Actinomyces melekat pada pelikel dan bakteri tersebut merupakan pengkoloni awal.
Selama beberapa hari pertama, populasi bakteri tumbuh bersama dan menyebar ke
seluruh permukaan gigi sehingga di bawah mikroskop elektron dapat terlihat
tumpukan mikroorganisme mirip gedung pencakar langit, satu lapisan menumpuk di
atas lapisan yang lain. Koloni bakteri ini terpisah oleh celah yang sempit dan spesies
baru yang tumbuh pada plak mengisi celah tersebut. Spesies yang baru berikatan
dengan bakteri perintis dengan sistem kunci molekul spesifik dan mekanisme kunci.
Universitas Sumatera Utara
15
Dalam hal ini, bakteri baru yang berasal dari saliva atau di sekitar membran mukosa
muncul ke permukaan gigi dan diikat oleh interaksi bakteri-bakteri plak yang telah
ada sebelumnya.28
Pembentukan plak dipelopori oleh bakteri yang memiliki kemampuan untuk
membentuk polisakarida ekstraseluluer sehingga bakteri-bakteri tersebut dapat
melekat pada permukaan gigi dan melekat dengan bakteri satu sama lain meliputi
Streptococcus mitis, Streptococcus sanguinis, Actinomyces viscosus dan Actinomyces
naeslundii. Fase kolonisasi awal ini terbentuk dalam dua hari.28
2.3.2.3 Kolonisasi Sekunder dan Pematangan Plak
Bakteri pengkoloni sekunder turut melekat pada plak setelah kolonisasi awal
dan mengambil keuntungan atas perubahan lingkungan yang terjadi sebagai akibat
pertumbuhan plak dan metabolismenya. Pertama sekali dalam proses ini, tempat
kolonisasi awal yang masih tersedia yang dibentuk melalui interaksi bakteri ditempati
oleh bakteri kokus gram negatif seperti spesies Neisseria dan Veilonella. Kedua,
setelah 4-7 hari pembentukan plak akan terjadi inflamasi gingiva. Selama proses ini
berlangsung, keadaan lingkungan akan berubah secara perlahan. Hal ini
memungkinkan bakteri lain dengan kemampuan metabolik yang berbeda dapat turut
melekat pada plak, meliputi bakteri batang gram negatif seperti bakteri spesies
Prevotella, Prophyromonas, Capnocytophaga, Fusobakterium dan Bacteroides. Pada
hari 7-11, kompleksitas plak meningkat lebih jauh lagi dengan munculnya bakteri
motil seperti spirochaetes dan vibrio. Interaksi bakteri selanjutnya terjadi antara
sejumlah spesies yang berbeda. Pengkoloni sekunder juga membentuk kelompok
utama bakteri plak subgingiva. Plak yang telah matang dipenuhi oleh segudang
bakteri awal pembentukan plak dan hal ini mengakibatkan spesies bakteri luar lainnya
menjadi sulit untuk turut berkolonisasi lagi.28
Universitas Sumatera Utara
16
2.4 Kerangka Teori
Karies
S-ECC
Non S-ECC
Bebas Karies
- Jenis kelamin
Etiologi
Faktor Resiko
- Usia
- Sosial Ekonomi
Host
Mikroorganisme
Substrat
Waktu
Jumlah koloni S.mutans
pada plak
Universitas Sumatera Utara
17
2.5 Kerangka Konsep
Anak S-ECC
Rerata jumlah
S.mutans pada plak
Anak Non S-ECC
Universitas Sumatera Utara
Download