BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Kebersihan Telinga
1. Perilaku
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons (Skiner
dalam Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan batasan yang dikemukakan Skinner, perilaku kesehatan
adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sehat- sakit, penyakit
dan faktor-faktor
yang
mempengaruhi kesehatan seperti pelayanan kesehatan, makanan, minuman
dan lingkungan (Notoatmojo, 2010). Berdasarkan pengertian di atas
perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik
yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Perilaku kesehatan dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok
(Notoadmojo, 2007) :
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan
1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila
sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari
penyakit. Perilaku pencegahan ini merupakan respon untuk
melakukan pencegahan penyakit, termasuk juga perilaku untuk
tidak menularkan penyakit kepada orang lain.
2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sehat. Hal ini mengandung maksud bahwa kesehatan itu sangat
dinamis dan relative, maka dari itu orang yang sehat pun perlu
diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal
mungkin.
9
10
3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman
dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi
sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab
menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan
penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap
makanan dan minuman tersebut.
b. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan. Perilaku
ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada
saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini
dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan yang lebih
baik.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainya. Sehingga lingkungan tersebut
tidak mempengaruhi kesehatannya.
Berdasarkan pendapat Ogden (1996) menentukan tiga bentuk perilaku
kesehatan yang meliputi :
a. Perilaku sehat (a health behaviour) yaitu perilaku yang bertujuan
mencegah penyakit (seperti makan, diet kesehatan)
b. Perilaku sakit (a illness behaviour) yaitu perilaku mencari pengobatan
(seperti pergi ke dokter).
c. Perilaku peran sakit (a sick role behaviour) yaitu tindakan yang
bertujuan untuk mendapatkan kesehaatan (seperti minum obat yang
sudah diresepkan, beristirahat).
2. Faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut Green dan Kreuter dalam Notoatmodjo (2010), menganalisis
bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama :
a. Faktor-faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang melatarbelakangi perubahan
perilaku yang menyediakan pemikiran rasional atau motivasi terhadap
11
suatu perilaku. Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung
Faktor pendukung adalah faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku individu atau organisasi termasuk tindakan/
ketrampilan.. Faktor ini meliputi ketersediaan, keterjangkauan sumber
daya pelayanan kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat dan
pemerintah dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan.
c. Faktor-faktor pendorong
Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku. Faktor ini memberikan penghargaan/ insentif
untuk ketekunan atau pengulangan perilaku. Faktor penguat ini terdiri
dari tokoh masyarakat, petugas kesehatan, guru, keluarga dan
sebagainya.
3. Domain perilaku
Menurut Bloom (dalam Notoatmodjo, 2007) membagi domain perilaku
dalam 3 bentuk yaitu :
a. Pengetahuan
1) Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
obyek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo,
2010).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk
terbentuknya
tindakan
seseorang
(overt
behaviour).
Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
12
2) Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut Notoatmodjo (2007),
dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu :
a) Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu ini
merupakan tingkat pengertian yang paling rendah.
b). Memahami (Comprehension)
Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan
dapat menginterprestasikan materi ke kondisi sebenarnya.
c). Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
d). Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e). Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f). Evaluasi (Evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
3) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2007):
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang
yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih
13
rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir
sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh
dari gagasan tersebut. Pendidikan berarti bimbingan yang
diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
kearah
suatu
cita
–
cita
tertentu.
Pendidikan
dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang
akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan
serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat
kesehatan, seseorang makin menerima informasi sehingga
makin banyak pola pengetahuan yang dimiliki.
b) Paparan media massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet,
dan lain - lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar
informasi
media.
Ini
berarti
paparan
mempengaruhi tingkat pengetahuan
media
massa
yang dimiliki oleh
seseorang.
c) Ekonomi
Usaha
memenuhi
kebutuhan
pokok
(primer)
maupun
kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan
lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status
ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai
hal.
d) Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar
14
informasi.
Sementara
faktor
hubungan
sosial
juga
mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk
menerima pesan menurut model komunikasi media dengan
demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang tentang suatu hal.
d) Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa
diperoleh
dari
lingkungan
perkembangannya,
misalnya
kehidupan
sering
dalam
mengikuti
proses
kegiatan.
Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat
memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai
kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
4) Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden
(Notoatmodjo, 2007). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung atau
melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Indikator
pengetahuan adalah tingginya pengetahuan responden tentang
kesehatan,
atau
besarnya
persentase
kelompok
responden
(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi
baik dengan nilai benar antara 80%-100%, dikategorikan cukup
dengan nilai benar antara 56%-79% dan kategori kurang dengan
nilai benar < 56%.
5) Sumber – sumber pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa,
media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster,
kerabat dekat dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2007)
sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin – pemimpin
15
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan dan sebagainya.
b. Sikap
1) Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku
yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Kondisi kehidupan
sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Sikap juga merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap
merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
2) Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap mempunyai 4 tingkatan dari
yang terendah hingga yang tertinggi yaitu :
a) Menerima (receiving)
Menerima
diartikan
bahwa
orang
(subjek) mau
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya
sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan
perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
16
atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu
benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
c) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Pada tingkat ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan
siap menanggung segala resiko atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
a) Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut
membantu
dan
mempengaruhi
penghayatan
terhadap
stimulus sosial.
b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting.
Pada umumya individu cenderung untuk memiliki sikap
yang
konformasi atau searah dengan orang lain yang
dianggap penting.
c) Pengaruh kebudayaan.
Seseorang hidup dan dibesarkan dari suatu kebudayaan,
dengan demikian kebudayaan yang diikutinya mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap orang tersebut.
d) Media massa.
Media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti
yang
dapat
mengarahkan
opini
seseorang,
sehingga
terbentuklah arah sikap yang tertentu.
e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama.
Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral
dalam
individu
sehingga
kedua
lembaga
ini
17
merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap.
f) Pengaruh faktor emosional.
Suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Azwar,
2010).
g) Pendidikan
Kurangnya pengetahuan seseorang akan mudah terpengaruh
dalam bersikap.
h) Faktor sosial dan ekonomi
Keadaan sosial ekonomi akan menimbulkan gaya hidup yang
berbeda-beda.
i) Kesiapan fisik (status kesehatan)
Pada umumnya fisik yang kuat terdapat jiwa sehat.
j) Kesiapan psikologis / jiwa
Interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi
diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi
hubungan timbal balik yang mempengaruhi pola perilaku
masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih
lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan antara
psikologis disekelilingnya. (Azwar, 2010).
4) Pengukuran sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami
sikap dan perilaku manusia adalah pengungkapan (assesmant) atau
pengukuran (measurement) sikap. Sikap merupakan respons
evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif.
Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah
kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah
mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak terhadap
sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju,
18
mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti
memiliki sikap yang arahnya positif sebaiknya mereka yang tidak
setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap
arahnya positif sebaiknya mereka yang tidak setuju atau tidak
mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya positif.
Suatu skala berwujud kumpulan pernyataan-pernyataan
sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa
sehingga respons seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat
diberi angka (skor) dan kemudian dapat diinterprestasikan. Skala
sikap tidak terdiri dari hanya satu stimulus atau pernyataan saja
melainkan selalu berisi banyak item (multiple item measure).
Oleh karena itu skala sikap harus dirancang dengan hatihati. Stimulusnya harus ditulis dan dipilh berdasarkan metode
kontruksi yang benar dan skor terhadap respon seseorang harus
diberikan dengan cara-cara yang tepat. Sebagai suatu instrument
pengukuran psikologis, skala sikap dituntut untuk memenuhi
kualitas dasar alat ukur yang standar.
Kualitas dasar itu antara lain adalah validitas, reliabilitas,
dan berbagai karakteristik praktis lain yang menyangkut masalah
administrasi
dan
penyajiannya.
Pernyataan
sikap
(attitude
statements) adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu
mengenai objek sikap yang hendak diungkap (Azwar, 2010).
Pengkategorian sikap dapat dilakukan dengan membaginya dalam
dua kategori yaitu sikap negatif dengan nilai ≤ mean dan sikap
positif dengan nilai > mean.
c. Praktik.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang sudah positif terhadap
19
imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada
fasilitas
imunisasi
mengimunisasikan
yang
mudah
dicapai,
agar
ibu
tersebut
anaknya. Di samping faktor fasilitas juga
diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami
atau istri, orang tua atau mertua sangat penting untuk mendukung
praktik keluarga berencana (Notoatmodjo, 2007).
1) Tingkat-tingkat Praktik
a) Respon Terpimpin (Guided Respons)
Mampu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
sesuai dengan contoh adalah indicator praktik tingkat dua.
b) Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan
maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
c) Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya, tindak dimodifikasinya
sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
2) Pengukuran praktik
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan
melalui dua cara, secara langsung maupun secara tidak langsung,
pengukuran perilaku yang paling baik adalah secara langsung,
yakni dengan pengamatan (observasi) yaitu mengamati tindakan
dari subjek dalam rangka memelihara kesehatannya. Metode tidak
langsung adalah dengan menggunakan mengingat kembali (recall).
Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap
subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan
objek tertentu (Notoatmodjo, 2010). Pengkategorian praktik dapat
dilakukan dengan membaginya dalam tiga kategori yaitu praktik
yang kurang, sedang dan baik.
20
4. Kebersihan Telinga
Telinga merupakan salah satu alat panca indera yang berfungsi
untuk mendengar. Anatomi telinga terdiri dari telinga bagian luar, telinga
bagian tengah dan telinga bagian dalam (Andarmoyo, 2012). Telinga
bagian luar terdiri dari aurikula yang berfungsi menampung gelombang
suara yang datang dari luar, meatus akusticus yaitu liang telinga tengah
merupakan penghubung aurikola dengan membran timpani yang banyak
mengandung rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat khususnya
menghasilkan sekret-sekret yang berbentuk serumen, membran timpani
yang merupakan selaput gendang telinga.
Telinga bagian tengah terdiri dari kavum timpani yang merupakan
rongga didalam temporatis dimana terdapat tiga buah tulang pendengaran.
Antrum timpani yang merupakan rongga tidak teratur yang agak luas
terletak di bawah samping dari kavum timpani dan tuba auditiva eustaki
yang merupakan saluran tulang rawan yang panjangnya kurang lebih 3,7
cm berjalan miring ke bawah agak ke depan, dilapisi oleh lapisan mukosa.
Telinga bagian dalam terletak pada bagian tulang keras pilorus, terdapat
reseptor pendengaran dan alat pendengar ini disebut labirin (Higler, 2007).
Telinga
adalah
organ
sensoris
yang berfungsi
dalam
hal
pendengaran dan keseimbangan. Telinga luar berfungsi mengumpulkan
dan melikalisasi suara. Telinga tengah berfungsi untuk menghantarkan
suara yang telah dikumpulkan oleh daun telinga ke telinga bagian dalam,
sedangkan fungsi telinga dalam adalah menghantarkan suara menuju ke
syaraf-syaraf pendengaran untuk selanjutnya diteruskan ke dalam otak dan
ditafsirkannya suara oleh otak (Andarmoyo, 2012).
5. Pentingnya kebersihan telinga
Hygiene
telinga
mempunyai
implikasi
terhadap
ketajaman
pendengaran. Bila substansi benda asing terkumpul pada kanal atau liang
telinga luar maka akan mengganggu konduksi suara. Khususnya pada
lansia akan rentan terhadap masalah ini. Perawat harus sensitif terhadap
isyarat perilaku papaun yang menindikasikan kerusakan pendegaran.
21
Ketika merawat klien yang menggunakan alat bantu pendengaran, perawat
menginstruksikan klien pada pembersihan dan pemeliharaan yang tepat
seperti hasil teknik komunikasi yang meningkatkan pendengaran kata yang
diucapkan (Andarmoyo, 2012).
Kebersihan telinga dapat dilakukan setelah adanya gejala seperti
perasaan gatal dan ketidaknyamanan pada saluran telinga, adanya rasa
pusing, nyeri pada telinga, kelaurnya sekret yang berbau, telinga yang
berdenging dan adanya penurunan fungsi pendengaran (Andarmoyo,
2012).
6. Cara membersihkan telinga
Proses membersihkan telinga sangat dianjurkan untuk tidak
menggunakan benda tajam seperti peniti atau tusuk gigi. Penggunaan
benda ini dapat menyebabkan trauma pada kanal telinga dan ruptur
membran timpani. Penggunaan aplikator kapas bertangkai juga harus
dihindari karena akan menyebabkan lilin terjepit dalam kanal (Perry &
Potter, 2006).
Alat untuk membersihkan telinga adalah kain lembab,tisu lembut
kapas dan cotton bud. Cara membersihkan telinga ini dapat dilakukan
dengan cara:
a. Menggunakan kain lembab, tisu lembut atau kapas dan lap untuk
membersihkan telinga bagian luar . Hal ini lebih mudah untuk
membersihkan telinga setelah mandi.
Gambar 2.1 kain lembab dan lap bagian luar telinga
22
b. Gunakan cotton bud hanya untuk daun telinga atau bagian luar lubang.
menggunakan cotton bud, pilihlah yang berkualitas baik, sehingga
terhindar dari risiko terlepasnya kapas dari tangkainya atau pun
patahnya tangkai cotton bud.
Gambar 2.2 Membersihkan telinga luar
c.
Saat membersihkan, gunakan gerakan keluar, bukan ke dalam, supaya
tidak mendorong kotoran kedalam telinga, membersihkan kedua
telinga dengan perlahan dan hati hati. Untuk pembersihan liang telinga
bagian lebih dalam, dapat dilakukan dengan kontrol teratur ke dokter
spesialis THT.
Gambar 2.3 Membersihkan gerakan keluar bukan kedalam
B. Penyuluhan kesehatan
1. Pengertian Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, penyuluhan
kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktik pendidikan. Oleh
23
sebab itu konsep penyuluhan kesehatan adalah konsep pendidikan yang
diaplikasikan pada bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang
dilakukan dengan penyebaran pesar, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suantu anjuran yang ada hubungannya dengan dengan kesehatan
(Machfoedz, 2005).
Penyuluhan
kesehatan
merupakan
kegiatan
pendidikan
yang
dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau
dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungganya dengan kesehatan
(Fitriani, 2011).
Penyuluhan kesehatan merupakan suatu bentuk intervensi atau upaya
yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk
kesehatan. Hal ini dapat diartikan bahwa
penyuluhan kesehatan
mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat
mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Mubarak (2011) memberikan penjelasan bahwa pengertian lebih luas
sebenarnya
didapatkan
dalam
bidang
promosi
kesehatan,
dimana
pendidikan dan penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari promosi
kesehatan yang lebih menekankan pada pendekatan edukatif, namun jika
promosi kesehatan menekankan pada upaya perubahan atau perbaikan
perilaku kesehatan.
Proses pendidikan tersebut berlangsung didalam suatu lingkungan
pendidikan atau tempat dimana pendidikan itu berlangsung, biasanya
dibedakan menjadi tiga yaitu tri pusat pendidikan yaitu didalam keluarga
(pendidikan informal), didalam sekolah (pendidikan formal), dan didalam
masyarakat.
Proses penyuluhan kesehatan juga mengikuti proses tersebut, dan
unsur-unsurnya pun sama. Yang bertindak selaku pendidik kesehatan disini
adalah semua petugas kesehatan dan siapa saja yang berusaha untuk
24
mempengaruhi individu atau masyarakat guna meningkatkan kesehatan
mereka. Karena itu individu, kelompok ataupun masyarakat, disamping
dianggap sebagai sasaran (obyek) pendidikan, juga dapat berlaku sebagai
subyek (pelaku) penyuluhan kesehatan masyarakat apabila mereka di
ikutsertakan didalam usaha kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Penyuluhan kesehatan
WHO (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menjelaskan
tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan
dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang
sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta
membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Secara
umum tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah mengubah perilaku
individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci
lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai
di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau
kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat,
mendorong pengembangan dan menggunakan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
3. Proses Penyuluhan kesehatan
Dalam proses penyuluhan kesehatan terdapat tiga persoalan pokok
yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Masukan
(input) dalam penyuluhan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu
individu, kelompok dan masyarakat dengan berbagai latar belakangnya.
Proses (process) adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan
kemampuan dan perilaku pada diri subjek belajar. Dalam proses pendidikan
kesehatan terjadi timbal balik berbagai faktor antara lain adalah pengajar,
teknik belajar, dan materi atau bahan pelajaran. Sedangkan keluaran
(output) merupakan kemampuan sebagai hasil perubahan yaitu perilaku
sehat dari sasaran didik melalui penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo,
2003).
25
Peneliti melakukan pelatihan promosi kesehatan dengan sistem
modul. Bersamaan dengan saat modul dibagikan, peneliti memberikan
penjelasan sesuai dengan yang tertera sekaligus memperagakan sebanyak 1
kali. Setelah itu, para kader kesehatan diminta mempelajari sekaligus
memraktekkannya di rumah. Peneliti mengulangi test lagi setelah dilakukan
3
hari
setelah
pelatihan
promosi
kesehatan
dilaksanakan
(sulastyawati,2007).
4. Metode Penyuluhan kesehatan
Menurut
Notoatmodjo
(2003),
metode
pembelajaran
dalam
penyuluhan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan penyuluhan kesehatan,
kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu,
kelompok, masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan penyuluhan
kesehatan, dan ketersediaan fasilitas pendukung. Metode penyuluhan
kesehatan dapat bersifat pendidikan individual, pendidikan kelompok, dan
pendidikan massa. Metode yang sering digunakan dalam penyuluhan
kesehatan yaitu bimbingan dan penyuluhan, wawancara, ceramah, seminar,
simposium, diskusi kelompok, buzz group, curah gagas, forum panel,
demonstrasi, simulasi, dan permainan peran.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
Kegiatan dalam penyuluhan terdapat tiga persoalan pokok yakni
masukan (input), proses dan keluaran (output). Persoalan masukan
menyangkut subjek atau sasaran belajar dengan latar belakangnya.
Persoalan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan
kemampuan pada diri subjek belajar. Di dalam proses terjadi pengaruh
timbal balik antara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, alat bantu
belajar dan materi atau bahan yang dipelajari (Notoatmodjo, 2007).
Keluaran (output) merupakan hasil belajar itu sendiri yang terdiri dari
kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar. Guilbert
(dalam
Notoatmodjo,
2007)
mengelompokkan
faktor-faktor
yang
26
mempengaruhi proses belajar dalam empat kelompok besar yaitu faktor
materi, lingkungan, instrumental dan faktor individu pembelajar.
Faktor pertama, materi atau hal yang dipelajari ikut menentukan
proses da hasil belajar. Faktor kedua yakni lingkungan fisik yang antara lain
terdiri dari suhu, kelembaban udara dan kondisi setempat, sedangkan faktor
lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial, yakni manusia dengan
segala interaksinya serta representasinya seperti keramaian atau kegaduhan.
Faktor ketiga adalah instrumental terdiri dari perangkat keras seperti
perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, dan perangkat lunak seperti
kurikulum, pengajar atau fasilitator belajar serta metode belajar mengajar
(Notoatmodjo, 2007).
6. Sasaran Penyuluhan kesehatan
Sasaran penyuluhan kesehatan adalah masyarakat atau individu baik
yang sehat maupun yang sakit. Sasaran penyuluhan kesehatan tergantung
pada tingkat dan tujuan penyuluhan yang diberikan. Lingkungan
penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai
lembaga dan organisasi masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
Fitriani (2011) membedakan sasaran penyuluhan terdiri dari individu,
keluarga, kelompok sasaran khusus dan masyarakat. Kelompok sasaran
khusus meliputi kelompok berdasarkan pertumbuhan mulai dari anak
sampai manula, dan kelompok yang mempunyai perilaku merugikan
kesehatan, kelompok yang ditampung di lembaga tertentu.
27
C. Kerangka teori
Berdasarkan teori-teori dari tinjauan pusaka di atas maka dapat dibuat
kerangka teori sebagai berikut:
Faktor Predisposisi
(Predisposing factors):
1. Pendidikan
2. Ekonomi
(pendapatan)
3. Pengalaman
4. Pengetahuan
5. Sikap
6. Nilai
7. Umur
Faktor Pemudah (Enabling
factors):
1. Fasilitas fisik:
Fasilitas
kesehatan,
lingkungan,
materi
penyuluhan
2. Fasilitas umum:
Instrumen
pembelajaran,
Media
informasi
Faktor Pemerkuat
(Reinforcing factors):
1. Sikap petugas kesehatan
2. Perilaku petugas
kesehatan
Perilaku (kebersihan
telinga)
Pengetahuan
1.
2.
3.
4.
5.
Pendidikan
Paparan media massa
Ekonomi
Hubungan sosial
Pengalaman
Sikap
1. Pengalaman pribadi
2. Pengaruh orang lain yang
dianggap penting
3. Pengaruh kebudayaan
4. Media massa
5. Lembaga pendidikan dan
lembaga agama
6. Pengaruh faktor emosional
7. Pendidikan
8. Faktor sosial dan ekonomi
9. Kesiapan fisik
10. Kesiapan psikologis / jiwa
Praktik
1. Respon Terpimpin
2. Mekanisme
3. Adaptasi
Penyuluhan Kesehatan
Praktik membersihkan
telinga
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: L. Green dalam Notoatmodjo (2003)
28
D. Kerangka Konsep
Sebelum/ pretest
Pengetahuan siswa
tentang kebersihan telinga
telinga anak
Sikap siswa tentang
kebersihan telinga anak
Sesudah/posttest
Penyuluhan
kesehatan
Pengetahuan siswa
tentang kebersihan telinga
telinga anak
Sikap siswa tentang
kebersihan telinga anak
Kemampuan
membersihkan telinga
Kemampuan
membersihkan telinga
Perancu:
1. Fasilitas
2. Lingkungan
3. Media informasi
4. sikap dan perilaku
petugas kesehatan
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
E. Variabel penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan
kemampuan membersihkan telinga anak.
3. Pengendalian variabel perancu adalah sebagai berikut:
a. Variabel fasilitas tidak dianalisis dan dikendalikan karena dalam
penelitian ini dilakukan dalam satu wilayah dengan fasilitas yang sama
b.
Variabel lingkungan tidak dianalisis dan dikendalikan karena dalam
penelitian ini linkungan tempat tinggal anak dianggap sama.
c. Variabel media informasi tidak dianalisis dan dikendalikan karena
media informasi yang ada sebagian besar hanya lewat televisi.
d. Variabel sikap dan perilaku petugas kesehatan tidak dianalisis dan
dikendalikan karena tidak ada petugas kesehatan yang memberikan
perhatian terhadap kebersihan telinga responden penelitian.
29
F. Hipotesis
1. Ada perbedaan tingkat pengetahuan siswa tentang kebersihan telinga di
SDN Gaji sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan.
2. Ada perbedaan sikap siswa tentang kebersihan telinga SDN Gaji sebelum
dan sesudah penyuluhan kesehatan.
3. Ada perbedaan kemampuan membersihkan telinga pada anak SDN Gaji
sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan.
4. Ada perbedaan tingkat pengetahuan siswa tentang kebersihan telinga di
SDN Gaji pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
5. Ada perbedaan sikap siswa tentang kebersihan telinga di SDN Gaji
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
6. Ada perbedaan praktik membersihkan telinga anak di SDN Gaji pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Download