bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
I.1.1. Perkembangan musik
Musik merupakan suatu alat komunikasi, tetapi bentuk dan cara
penyampaiannya berbeda dari bahasa yang kita pakai sehari-hari. Sering kali dalam
musik terdapat pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh pelaku musik tersebut,
psan-pesan inilah yang menjadi bahasa (alat komunikasi) perantara antara pemusik
dengan pendengarnya. Contohnya: melalui musik dapat disampaikan pesan-pesan
politik, kemanusiaan, cinta dan lain-lain. Dalam kehidupan kita musik merupakan
bahasa universal, sehingga lebih mudah untuk dipakai oleh semua orang. Musik tidak
memandang usia. Setiap orang dilahirkan
untuk dapat merasakan dan
mengekspresikan musik.
Pendidikan musik dalam tradisi barat memiliki kedudukan yang sejajar
dengan ilmu-ilmu lain seperti matematika, biologi, atau fisika. Secara umum bangsabangsa maju di dunia seperti Jerman, Amerika, Jepang, Inggris, Australia dan negaranegara eropa adalah bangsa yang musikal, yaitu pertama: dapat memainkan instrumen
musik atau menyanyi dengan baik, kedua: tidak dapat bermain musik atau menyanyi
dengan baik tetapi dapat mengapresiasikan musik. Di Amerika Serikat misalnya,
siswa-siswi kelas 1- 4 SD mendapatkan pelajaran musik selama 75 menit dalam
setiap minggu, dan di kelas 5 mereka memperoleh 75 menit dalam 1 minggu. Oleh
karena itu mereka sudah dapat membuat koor dan aransemen-aransemen dan dapat
memainkan beberapa alat musik. Dibandingkan di Indonesia, saat ini kurikulum
nasional lebih menekankan pada perkembangan intelektual. Pendidikan musik dalam
institusi pendidikan formal belum diberikan secara proporsional. Sebagai
perbandingan untuk kelas 1-4 SD, alokasi waktu mata pelajaran seni musik setiap
1
minggu hanya sekitar 2x30 menit dan untuk siswa kelas 5 sekitar 2x45 menit. Dengan
terbatasnya pemberian materi pendidikan musik secara formal, keberadaan sekolah
musik sebagai institusi pendidikan nonformal memiliki potensi untuk mendukung
perkembangan pola pikir anak melalui pemahaman musikal yang lebih baik (arini,
2001).
I.1.2. Perkembangan Musik di Yogyakarta
Yogyakarta saat ini merupakan sebuah kota yang mulai dilirik oleh dunia
musik di Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh tingginya minat masyarakatnya
terhadap musik dan bermunculannya grup-grup band asal Yogyakarta, sebut saja
Jikustik, Shaggydog, Sheila on 7, yang mampu menembus pasar nasional bahkan
negara-negara tetangga, dan band-band lain yang masih berusaha menjelajahi dunia
musik. Yogyakarta diprediksikan menjadi kota musik besar setelah Jakarta, Surabaya,
dan Bandung. Event-event musik yang diselenggarakan di Yogyakarta terkenal selalu
berjalan lancar tanpa gangguan keamanan. Yogyakarta yang dikenal sebagai kota
pelajar dan kota budaya memiliki ‘suasana’ yang sangat kondusif bagi perkembangan
dunia musik. Hal ini merupakan suatu peluang besar bagi munculnya fasilitasfasilitas musik di Yogyakarta.
Fenomena musik yang terjadi di Yogyakarta adalah bermunculannya bandband anak muda yang mencoba mengekspresikan dirinya melalui musik. Band-band
ini merupakan sarana bagi anak muda yang memiliki hobi musik, sekedar mengisi
waktu luang, menyalurkan bakat dan keterampilan bermusik, maupun yang ingin
serius berkarir dalam dunia musik.
Tak hanya di jalur major label, grup musik Yogya mencoba eksis di
musik nasional, tapi juga lewat indie label. “ Yogya adalah kota
paling banyak menghasilkan grup musik indie. Meski belum semuanya
mampu menasional, fenomena itu sangat menarik, kami perlu
mendukung, “ kata Yudhit Febrina, Station Manager radio Prambors
2
Jogja. Mereka layak dipedulikan, diangkat, diakomodasi dan
disediakan ruang untuk menampung hasil karya cipta mereka.
Komang Yuda, Program Director Swaragama FM mengamati, Yogya
memang layak dianggap sebagai barometer musik nasional setelah
Jakarta dan Bandung. “ Sekarang mestinya kita mulai sadar dan
bangga dengan predikat itu, apalagi buat masyarakat yang ada di
Yogya. Ini telah dibuktikan pada 2003 ada banyak grup band asal
Yogya berhasil masuk major label di Jakarta, tapi juga dapat dilihat
dari banyaknya live musik yang digelar di beberapa tempat.
Menurut Bodi Music Director Star FM, remaja Yogya memiliki minat
yang besar untuk berkecimpung di dunia musik. (agustus 2004)
(sumber: Kedaulatan Rakyat, 26 Agustus 2004)
Kebutuhan manusia terhadap musik dan entertainment merupakan komoditas
besar
yang
berdampak
pada
semakin
maraknya
event-event
musik
dan
bermunculannya fasilitas-fasilitas musik, seperti: toko alat musik, toko kaset, café,
sekolah musik dan sebagainya. Perkembangan ini yang semakin maju merupakan
suatu peluang besar bagi munculnya fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan musik
tersebut diantaranya adalah sekolah musik.
Fenomena-fenomena yang terjadi di Yogyakarta ini perlu disikapi untuk
memberi wadah bagi penyaluran bakat, wadah apresiasi, dan eksplorasi musik.
I.1.3. Manfaat Musik bagi Anak
Anak1 merupakan kelompok individu pada batasan usia antara 3 – 15 tahun
(belum menikah). Pengaruh musik pada kecerdasan anak, tidak hanya kecerdasan
berpikir saja, namun juga kecerdasan emosi. Tapi yang pasti, orang tua perlu cermat
memilih jenis musik bagaimana yang positif dampaknya dalam menstimulasi otak si
1
Poerwodarminto W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta
3
kecil. Musik yang dapat dipergunakan untuk pendidikan dan alat mempertajam
kecerdasan manusia adalah musik yang mempunyai keseimbangan 3 unsur:
- Melody
- Ritme
- Timbre (tone colour)
Hasil penelitian Prof. Gordon Shaw dari Universitas California, Los Angeles,
membagi sekelompok anak menjadi 3 kelompok:
- Belajar Musik
- Belajar Komputer
- Belajar Keterampilan
Ternyata kelompok pertama menunjukkan perkembangan yang dramatis,
yaitu 35% lebih cerdas dari kelompok kedua maupun ketiga. Usia 3-4 sampai 6 tahun
adalah masa yang paling tepat untuk mulai belajar musik, karena masa ini adalah
masa terbaik pada perkembangan pendengaran.
Hal yang sama dikemukakan Campbell 2001 dalam bukunya Efek Mozart
mengatakan musik Barok (Bach, Handel dan Vivaldi) dapat menciptakan suasana
yang merangsang pikiran dalam belajar2. Musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu
memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial. Masih banyak lagi jenis-jenis
musik lain mulai dari Jazz, New Age, Latin, Pop, lagu-lagu, Gregorian bahkan
gamelan yang dapat mempertajam pikiran dan meningkatkan kreativitas. Kognitif
merupakan semua proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang
berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan,
memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi.
2
Don Campbell, Efek Mozart pada bagi Anak Meningkatkan Daya Pikir, Kesehata, dan Kreativitas
4
I.2. Rumusan Masalah
Bagaimana merancang griya musik untuk anak di Yogyakarta yang
dapat mewadahi pendidikan, kreativitas, dan ekspresi anak-anak terhadap
musik..
I.3. Tujuan
Merancang griya musik untuk anak di Yogyakarta yang dapat mewadahi
pendidikan dan kreativitas anak-anak terhadap musik.
I.4. Sasaran
* ) Melakukan studi tentang griya musik yang mengacu pada bangunan
sekolah musik.
*)
Melakukan studi tentang sekolah musik.
* ) Melakukan studi tentang anak-anak.
* ) Melakukan studi tentang Yogyakarta.
*)
Melakukan studi tentang elemen-elemen musik.
I.5. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan pada tulisan ini meliputi :
1. Studi tentang griya musik meliputi pengertian dan peruangan sebuah
griya musik dengan mengacu pada bangunan sekolah musik
2. Studi tentang sekolah musik meliputi kurikulum dan peruangan dari
bangunan sekolah musik.
3. Studi tentang anak dibatasi mengenai perkembangan anak-anak dan
batasan umur anak.
5
4. Studi tentang Yogyakarta dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan
site.
5. Studi mengenai eleman-elemen musik, dibatasi pada elemen-elemen
pokok pembentuk musik.
I.6. Metoda
Untuk mencari data yang dibutuhkan dan menganalisa Griya musik untuk
anak ini, maka metoda yang dilakukan adalah sebagai berikut :
I.6.1 Metoda pengumpulan data
1. Wawancara
Wawancara ditujukan pada pengurus dari sekolah musik yang ada
di Jogja.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan langsung pada sekolah-sekolah musik
di Jogjakarta
3. Studi literatur
Mempelajari buku-buku tentang sekolah musik, mempelajari
buku-buku tentang standar-standar arsitektur dalam bangunan sekolah
musik, dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan perilaku
anak-anak.
I..6.2 Metoda analisis
1. Pengolahan data secara kuantitatif
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan juga
data lainnya diolah dengan mengubah menjadi data tabulasi ataupun
scoring yang meliputi jumlah sekolah musik yang sudah ada di
Jogjakarta, dan lain-lain.
6
2. Pengolahan data secara kualitatif
Menganalisa data yang sudah ada untuk mendapatkan desain
atau perancangan yang menarik bagi anak-anak dengan menggunakan
arsitektur modern sebagai acuan desain.
I.7. Sistematika Penulisan
a. Bab I Pendahuluan
Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
lingkup permasalahan, metode, dan sistematika penulisan.
b. Bab II Tinjauan Sekolah Musik di Yogyakarta
Mengungkapkan mengenai sekolah musik, sistem pendidikan, serta kebutuhan
dan persyaratan ruang dalam sekolah musik.
c. Bab III Tinjauan Teoritis Griya Musik Untuk Anak
Mengungkapkan tentang griya musik untuk anak, tentang kebutuhankebutuhan ruang untuk griya musik dan mengungkapkan teori-teori tentang
elemen musik.
d. Bab IV Analisis
Melakukan analisis data untuk menemukan ide-ide dan konsep perencanaan
dan
perancangan
melalui
metode-metode
yang
bersangkutan
untuk
diaplikasikan pada bangunan.
e. Bab V Konsep Perencanaan Dan Perancangan Griya Musik Untuk Anak di
Yogyakarta
Mengungkapkan elemen-elemen musik yang ditransformasikan dalam desain
bangunan.
7
Download