BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
1. Pengertian
Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas
menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan
sementara serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang
dengan gawat darurat medis. IGD memiliki peransebagai gerbang utama
masuknya penderita gawat darurat (Ali, 2014). Pelayanan pasien gawat
darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat,
tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Pelayanan ini
bersifat penting (emergency) sehingga diwajibkan untuk melayani pasien 24
jam sehari secara terus menerus.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit rumah sakit yang
memberikan perawatan pertama kepada pasien. Unit ini dipimpin oleh
seorang dokter jaga dengan tenaga dokter ahli dan berpengalaman dalam
menangani PGD (Pelayanan Gawat Darurat), yang kemudian bila
dibutuhkan akan merujuk pasien kepada dokter spesialis tertentu (Hidayati,
2004). Instalasi Gawat Darurat menyediakan penanganan awal bagi pasien
yang menderita sakit dan cidera yang dapat mengancam jiwa dan
kelangsungan hidupnya. Adapun tugas Instalasi Gawat Darurat adalah
menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta
pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan kondisi
13
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
14
gawat darurat. Menurut Depkes R.I (2006), petugas tim kesehatan di
Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit terdiri dari dokter ahli, dokter umum,
atau perawat yang telah mendapat pelatihan penanganan kegawatdaruratan
yang dibantu oleh perwakilan unit-unit lain yang bekerja di Instalasi Gawat
Darurat.
1. Prosedur dan Pelayanan
Prosedur pelayanan di IGD merupakan kunci awal pelayanan
petugas kesehatan rumah sakit dalam melayani pasien secara baik atau
tidaknya, dilihat dari sikap yang ramah, sopan, tertib, dan penuh tanggung
jawab (Depkes RI, 2006). Pasien yang datang untuk berobat di IGD
jumlahnya lebih banyak dan silih berganti setiap hari. Di IGD perawat
merupakan anggota tim kesehatan digaris terdepan yang menghadapi
masalah kesehatan klien selama 24 jam secara terus menerus (Lestari dan
Retno, 2010). Kondisi ini dapat menimbulkan kejenuhan kerja dan beban
kerja perawat yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan kinerja
perawat.Ada beberapa pembagian penanganan dan kriteria pasien dalam
kondisi kegawatdaruratan di IGD, yaitu:
a. Prioritas I (label merah): Emergency
Pada prioritas I yaitu pasien dengan kondisi gawat darurat yang
mengancam nyawa/fungsi vital dengan penanganan dan pemindahan
bersifat segera, antara lain: gangguan pernapasan, gangguan jantung dan
gangguan kejiwaan yang serius.
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
15
b. Prioritas II (label kuning): Urgent
Pada prioritas II yaitu pasien dalam kondisi darurat yang perlu evaluasi
secara menyeluruh dan ditangani oleh dokter untuk stabilisasi, diagnosa
dan terapi definitif, potensial mengancam jiwa/fungsi vital bila tidak
segera ditangani dalam waktu singkat penanganan dan pemindahan
bersifat jangan terlambat, antara lain: pasien dengan risiko syok, fraktur
multiple,
fraktur
femur/pelvis,
luka
bakar
luas,
gangguan
kesadaran/trauma kepala.
c. Priotas III (label hijau): Non Emergency
Pada prioritas III yaitu Pasien gawat darurat semu (false emergency)
yang tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan segera.
d. Prioritas IV (label hitam): Death, Pasien datang dalam keadaan sudah
meninggal.
Pengaturan tindakan medis secara umum dalam UU No.36 tahun
2009 tentang Kesehatan dapat dilihat dalam Pasal 63 ayat (4) dinyatakan
bahwa pelaksanaan pengobatan dan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
dan ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan. Dalam pelayanan kegawatdarutan,
Depkes RI (2006), menyebutkan perawat gawat darurat mempunyai peran
dan fungsi seperti fungsi independen yang merupakan fungsi mandiri yang
berkaitan dengan pemberian asuhan (care), fungsi dependen merupakan
fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain, dan
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
16
fungsi kolaboratif, yaitu melakukan kerjasama saling membantu dalam
program kesehatan (perawat sebagai anggota tim kesehatan).
2. Alur penanganan pasien di IGD
Alur penanganan pasien di IGD yaitu perawat menerima pasien,
kemudian mencatat identitas lengkap dan jelas dan informed concernt,
perawat
melakukan
anamnesa(auto
dan
hetero
anamnesa),
perawatmelakukan pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS), TTV
(tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) dan pemeriksaan fisik awal,
pengelompokan pasien dan diagnosa awal, seperti gawat darurat:
memerlukan tindakan segera dan mengancam jiwa, gawat non darurat:
memerlukan tindakan segera tapi tidak mengancam jiwa, non gawat darurat:
tidak urgent tindakan segera dan tidak mengancam jiwa. Non gawat non
darurat boleh diberi terapi simptomatis (berdasar gejala). Gawat darurat dan
gawat non darurat, perawat menghubungi dokter jaga pada hari tersebut dan
melaporkan kondisi terakhir pasien dan boleh melakukan tindakan awal
pertolongan pertama/ Basic Live Support (BLS) meliputi: Air way, jaw trust,
chin lift dan hiperekstensi, kemudian membersihkan jalan nafas dari
sumbatan (sekret dan benda asing), memeriksa breathing dengan memasang
oksigen, dan memeriksa circulation, serta memonitor pengeluaran urin.
Kegawatdaruratan merupakan keadaan yang mengancam jiwa, untuk
itu diperlukan perawat yang kompeten sebagai praktisi, juga harus
meningkatkan kemampuan yang terkait berbagai peran, harus mengerti
karakteristik pelayanan keperawatan yang tepat, cermat dan cepat serta
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
17
mengerti tugas, cara bersikap dan cara berkomunikasi dengan baik dalam
kondisi emergency. Makin luas lingkup tanggung jawab yang diemban
perawat pada pelayanan gawat darurat, makin banyak peran dan beban kerja
yang harus dilakukan.
B. Intensive Care Unit (ICU)
1. Pengertian
Intensive Care Unit (ICU) adalah ruang rawat di rumah sakit dengan
staf dan perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola pasien dengan
penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa akibat kegagalan
disfungsi satu organ atau lebih akibat penyakit, bencana atau komplikasi
yang masih ada harapan hidup (Paryatianti dkk, 2007).
Ruang ICU merupakan ruang perawatan dengan tingkat risiko
kematian pasien yang tinggi. Tindakan keperawatan yang cepat dan tepat
sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien. Pengambilan keputusan
yang cepat ditunjang dengan data yang merupakan hasil observasi dan
monitoring yang kontinyu oleh perawat. Tingkat kesibukan dan standar
perawatan yang tinggi membutuhkan peralatan teknologi tinggi yang
menunjang. Peralatan yang ditemukan di ICU antara lain: bed side monitor,
oksimetri, ventilator, dan lain-lain yang jarang ditemukan diruangan lain
(Ernesater et al, 2009). Sehingga mengharuskan staf keperawatan dan medis
di ICU memiliki pengetahuan khusus tentang prinsip dan teknik perawatan
kritis.
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
18
2. Prosedur dan Pelayanan
Kriteria pelayanan pasien di ruang ICU yaitu :
a. Prioritas 1
Penyakit atau gangguan akut pada organ vital yang memerlukan terapi
intensif dan agresif seperti gangguan atau gagal nafas akut, gangguan
atau gagal sirkulasi, gangguan atau gagal susunan syaraf, gangguan atau
gagal ginjal.
b. Prioritas 2
Pemantauan atau observasi intensif secara eksklusif atas keadaankeadaan yang dapat menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ
vital.Misalnya observasi intensif pasca bedah operasi : post trepanasy,
post open heart, post laparatomy dengan komplikasi, observasi intensif
pasca henti jantung dalam keadaan stabil, dan observasi pada pasca
bedah dengan penyakit jantung.
c. Prioritas 3
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai
harapan kecil untuk penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini
mugkin memerlukan terapi intensif untuk mengatasi penyakit akutnya,
tetapi tidak dilakukan tindakan invasif Intubasi atau Resusitasi Kardio
Pulmoner.
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
19
Observasi pasien di ruang ICU selama 24 jam terdiri dari:
1) Kardiovaskuler: peredaran darah, nadi, EKG, perfusi periver, CVP.
2) Respirasi:
menghitung
pernafasan,
setting
ventilator,
menginterpretasikan hasil BGA, keluhan dan pemeriksaan fisik dan
foto thorax.
3) Ginjal: jumlah urine tiap jam, jumlah urine selama 24 jam.
4) Pencernaan: pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral, muntah,
diare.
5) Tanda infeksi: peningkatan suhu tubuh/penurunan (hipotermi),
pemeriksaan kultur, berapa lama antibiotik diberikan.
6) Nutrisi klien: enteral, parenteral.
7) Mencatat hasil laboratorium yang abnormal.
8) Posisi ETT dikontrol setiap saat dan pengawasan secara kontinyu
seluruh proses perawatan.
9) Menghitung intake/output (balance cairan).
3. Alur penanganan pasien di ruang ICU:
a. Pasien yang masuk dan di rawat di ICU berasal dari Instalasi Rawat
Inap, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah.
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
20
b. Pasien ke luar dari daerah rawat pasien menuju :
ruang rawat inap bila memerlukan perawatan lanjut, ataupulang ke
rumah, bila dianggap sudah sehat dan ke ruang jenazah bila pasien
meninggal dunia.
Perawat yang bekerja di ICU harus memiliki pendidikan khusus, dan
memerlukan dedikasi dan motivasi yang tinggi (Kusbiantoro, 2008). Para
perawat tersebut harus bisa melakukan interprestasi keadaan klien,
mendeteksi berbagai perubahan fisiologis yang dapat mengancam jiwa, serta
dapat bertindak mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam
jiwa, sebelum dokter datang. Tugas dan tanggung jawab perawat di ruang
ICU cukup berat. Hal ini dikarenakan kondisi pasien di ruang ICU kritis, di
mana pasien merupakan pasien dengan tingkat ketergantungan total
sehingga membutuhkan bantuan pada semua atau hampir semua kebutuhan.
Pasien harus selalu diobservasi setiap jam bahkan lebih sering lagi. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan kejenuhan kerja yang mengakibatkan
menurunnya kinerja perawat di ruang ICU.
Tugas dan tanggung jawab atau beban kerja perawat ICU cukup
kompleks, antara lain : melakukan observasi pasien secara ketat, banyaknya
dan beragamnya pekerjaan yang harus dilakukan demi keselamatan pasien,
perawat juga harus melakukan kontaklangsung dengan pasien secara terus
menerus selama jam kerja, dan lain sebagainya (Nursalam, 2013). Beban
kerja akan menjadi stressor bagi perawat, dimana semakin berat beban kerja
maka akan semakin besar kejenuhan kerja yang dialami sehingga
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
21
mengakibatkan penurunan kinerja perawat.Tingkat pendidikan juga dapat
mempengaruhi respon tubuh terhadap stressor. Perawat yang bekerja di
ruang ICU memerlukan pendidikan khusus. Sebagai perawat profesional
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dituntut untuk bisa menjadi
panutan bagi tim kerja keperawatan sehingga semakin tinggi pendidikan
semakin besar tanggung jawabnya (Nursalam, 2002). Perawat yang bekerja
di ruang ICU adalah perawat yang sudah mendapatkan pendidikan khusus,
dan memerlukan dedikasi dan motivasi yang tinggi. Tugas dan tanggung
jawab perawat di ruang ICU cukup berat, baik terhadap pasien, keluarga dan
dokter karena itu diperlukan kesiapan mental, fisik pengetahuan dan
keterampilan yang tinggi.
C. Perawat
1. Pengertian Perawat
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai
kesempatan
paling
besar
untuk memberikan
pelayanan
kesehatan
khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan yang komperehensif
dengan membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik.
Keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komperehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia (Nursalam, 2013).
Pelayanan keperawatan di sini adalah bagaimana perawat memberikan
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
22
dukungan emosional kepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai
manusia.Perawat sebagai tenaga keperawatan yang profesional harus
memiliki kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal, bekerja
berdasarkan standar praktik, memperhatikan kaidah etik dan moral
(Wicaksono dan Prawesti, 2012).
Karakter keperawatan sebagai profesi menurut Gillies (1996)
dalam Nursalam (2013) yaitu memiliki ilmu pengetahuan tentang tubuh
manusia yang sistematis dan khusus, mengembangkan ilmu pengetahuan
tentang tubuh manusia secara konstan melalui penelitian, melaksanakan
pendidikan melalui pendidikan tinggi, menerapkan ilmu pengetahuan
tentang tubuh manusia dalam pelayanan, berfungsi secara otonomi dalam
merumuskan kebijakan dan pengendalian praktik profesional, memberikan
pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat diatas kepentingan pribadi,
berpegang teguh pada tradisi leluhur dan etika profesi serta memberikan
kesempatan untuk pertumbuhan profesional dan mendokumentasikan
proses keperawatan.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Perawat
Menurut Kusnanto (2004) fungsi perawat adalah :
a. Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta
sumber yang tersedia dan potensial untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
b. Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan.
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
23
c. Melaksanakan rencana keperawatan meliputi upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan dan
pemeliharaan kesehatan termasuk pelayanan pasien dan keadaan
terminal.
d. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
e. Mendokumentasikan proses keperawatan.
f. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta
merencanakan studi kasus guna meningkatkan pengetahuan dan
pengembangan keterampilan dan praktik keperawatan.
g. Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada
pasien, keluarga, kelompok serta masyarakat.
h. Bekerjasama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
i. Mengelola perawatan pasien dan berperan sebagai ketua tim dalam
melaksanakan kegiatan keperawatan.
3. Peran Perawat
Doheny (dalam Kusnanto, 2004) mengidentifikasi beberapa elemen peran
perawat sebagai perawat profesional meliputi :
a. Care giver (pemberi asuhan keperawatan)
Sebagai
pelaku/pemberi
asuhan
keperawatan,
perawat
dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak
langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi: pengkajian dalam upaya mengumpulkan datadan
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
24
informasi yang benar, menegakan diagnosis keperawatan berdasarkan
hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai
upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara
pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukannya.
b. Client advocate (pembela untuk melindungi klien)
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung atara
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan
klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami
semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional.Peran
advokasi
sekaligus
mengharuskan
perawat
bertindak
sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan
terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advocate (pembela klien), perawat harus
dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan keperawatan.
c. Counsellor (pemberi bimbingan/konseling klien)
Memberikan konseling/bimbingan
kepada
klien, keluarga
dan
masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling
diberikan
kepada
individu/keluarga
dalam
mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu, pemecahan
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
25
masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku
hidup ke arah perilaku hidup sehat.
d. Educator (sebagai pendidik klien)
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan
dan
tindakan
medis
yang
diterima
sehingga
klien/keluarga dapat menerima tanggungjawab terhadap hal-hal yang
diketahuinya.
e. Collaborator (anggota tim kesehatan)
Perawat juga bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga
dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan
guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
f. Change agent (pembaharu)
Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir,
bersikap,
bertingkah
laku
dan
meningkatkan
keterampilan
klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan
klien dan cara memberikan perawatan kepada klien.
g. Consultant (konsultan)
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan.
Dengan peran ini dapat dikatakan, perawat adalah sumber informasi
yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
26
4.
Perhitungantenagaperawat:
Formula Gilies (1989)
Tenaga Perawat (TP) =
A x B x 365
(363- C) x jam kerja/ hari
Keterangan :
A = Jam Perawatan/24 jam (waktuperawatan yang dibutuhkanpasien)
B = SensusharianBOR x jumlahtempat
C = Jumlahharilibur
365= Jumlahharikerjaselamasetahun
D. Kinerja Perawat
1. Pengertian
Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi atau
indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.
Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok dalam suatu perusahaan atau organisasi
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab individu atau kelompok
dalam upaya pencapaian tujuan secara legal, tidak melanggar hukum
dan tidak bertentangan dengan moral dan etika (Irawan, 2003 dalam
Nursalam 2013).
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
27
Menurut Mangkunegara (2005) kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu
kompetensi berarti individu atau organisasi yang memiliki kemampuan
untuk
mengidentifikasi
tingkat
kinerja
dan
produktivitasnya.
Kompetensi tersebut dapat diterjemahkan ke dalam tindakan atau
kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah prestasi kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas
yang dicapai selama periode waktu tertentu dalam menjalankan tugas
kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Prestasi atau kinerja individu memberikan kontribusi pada kinerja
organisasi. kinerja yang tidak efektif dari tiap tingkatan merupakan
tanda bagi manajemen untuk segera melakukan perbaikan (Nursalam,
2013).
Kinerja
perawat
merupakan
tenaga
profesional
yang
mempunyai kemampuan baik intelektual, teknikal, interpersonal dan
moral, bertanggung jawab serta berwenang melaksanakan asuhan
keperawatan pelayanan kesehatan dalam
mengimplementasikan
sebaik-baiknya suatu wewenang dalam rangka pencapaian tujuan tugas
pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi
kesehatan (Hafizzurachman dkk, 2012).
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
28
2. Variabel Perilaku Kinerja
Menurut Gibson (1996) dalam Nursalam (2013), menyatakan
bahwa ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja
dan kinerja yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel
psikologis.
Kelompok
variabel
individu
terdiri
atas
variabel
kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis
yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan
kinerja individu. Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi
perilaku kerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perawat.
Kelompok variabel individu terdiri atas variabel kemampuan
dan keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis yang
mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu. Kelompok variabel
psikologis terdiri atas variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar
dan motivasi. Variabel psikologis dipengaruhi oleh keluarga, tingkat
sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.
Kelompok variabel organisasi menurut Gibson, (1997) dalam
Nursalam (2013) terdiri atas variabel sumber daya, kepemimpinan,
imbalan, struktur dan desain pekerjaan.
3. Pengukuran Kinerja
Bernadin, (1995) dalam Nursalam (2013) mengemukakan 6
kriteria primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja pekerja
adalah sebagai berikut:
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
29
a. Qualiti, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil
pelaksanaan
kegiatan
yang
mendekati
kesempurnaan
atau
mendekati tujuan yang diharapkan.
b. Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah
rupiah, jumlah unit, jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan.
c. Timeliness, merupakan lamanya kegiatan diselesaikan pada waktu
yang dikehendaki, dengan memperhatikan jumlah output lain serta
waktu yang tersedia untuk kegiatan yang lain.
d. Cost effectiveness, besarnya penggunaan sumber daya organisasi
untuk mencapai hasil yang maksimal atau pengurangan kerugian
dari setiap unit penggunaan sumber daya.
e. Need for supervision, kemampuan seorang pekerja untuk
melaksanakan
suatu
fungsi
pekerjaan
tanpa
memerlukan
pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang
kurang diinginkan.
f. Interpersonal
impact,
kemampuan
seorang
pegawai
untuk
memelihara harga diri, nama baik dan kemampuan bekerjasama
diantara rekan kerja dan bawahan.
Sedangkan menurut Mangkunegara, (2001) dalam Nursalam
(2013) bahwa pengukuran kinerja dapat dilakukan melalui:
a. Ketepatan
waktu
dalam
menyelesaikan
tugas
yaitu
kesanggupankaryawan menyelesaikanpekerjaan tepat waktu.
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
30
b. Penyelesaian pekerjaan melebihi target yaitu apabila karyawan
menyelesaikan pekerjaan melebihi target yang ditentukan oleh
organisasi.
c. Bekerja tanpa kesalahan yaitu tidak berbuat kesalahan terhadap
pekerjaan merupakan tuntutan bagi setiap karyawan.
4. Tujuan Penilaian atau Evaluasi Kinerja
Secara
spesifik,
tujuan evaluasi
kinerja
sebagaimana
dikemukakan (Mangkunegara, 2005) adalah :
a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan, sehingga mereka
termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurangkurangnya berprestasi sama dengan berprestasi yang terdahulu.
b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga
mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik.
c. Memberikan peluang pada karyawan untuk mendiskusikan
keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap
karier atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.
d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan,
sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan
potensinya.
e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai
dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat dan kemudian
menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
31
5.
Sasaran Penilaian dan Evaluasi Kinerja
Sasaran-sasaran
dan
evaluasi
kinerja
karyawan
yang
dikemukakan (Mangkunegara, 2005) sebagai berikut :
a. Membuat
analisis
kinerja
dari
waktu
yang
lalu
secara
berkesinambungan dan periodik, baik kinerja karyawan maupun
kinerja organisasi.
b. Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para karyawan melalui
audit
keterampilan
mengembangkan
dan
kemampuan
pengetahuan
dirinya.
sehingga
Atas
dasar
dapat
evaluasi
kebutuhan pelatihan itu dapat menyelenggarakan program pelatihan
dengan tepat.
c. Menentukan sasaran dari kinerja
yang akan datang dan
memberikan tanggungjawab perorangan dan kelompok sehingga
untuk periode selanjutnya jelas apa yang harus diperbuat karyawan,
mutu dan pelayanan yang harus dicapai, sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja karyawan.
d. Menemukan potensi karyawan yang berhak memperoleh promosi
dan diskusi antara karyawan dengan pemimpinnya untuk menyusun
suatu proposal mengenai sistem bijak (merit system) dan sistem
promosi lainnya, seperti imbalan. Evaluasi kinerja merupakan
sarana untuk memperbaiki mereka yang tidak melakukan tugasnya
dengan baik didalam organisasi. Banyaknya organisasi berusaha
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
32
mencapai sasaran suatu kedudukan yang terbaik dan terpercaya
dalam bidangnya.
E. Beban Kerja Perawat
1. Pengertian
Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh
suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara jumlah
pekerjaan dengan waktu. Setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa
membahayakan
dirinya
sendiri
maupun
masyarakat
disekelilingnya, untuk itu perlu dilakukan upaya penyerasian antara
kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja, sehingga diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (Widyatmini dan Hakim, 2008).
Beban kerja merupakan kemampuan tubuh pekerja dalam
menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja
yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap
kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban
kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban
kerja psikologis (Irwandy, 2007). Beban kerja fisik dapat berupa
beratnya
pekerjaan
seperti
mengangkat,
merawat,
mendorong.
Sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat
keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu
lainnya (Manuaba, 2000). Adanya fluktuasi beban kerja yang terjadi
pada jangka waktu tertentu, sehingga terkadang bebannya sangat ringan
dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Keadaan beban kerja
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
33
fluktuatif
tersebut
dapat
menimbulkan
kecemasan,
kejenuhan,
ketidakpuasan kerja dan kecenderungan meninggalkan kerja (Prestiana
dan Purbandini, 2012). Dalam keadaan seperti ini akan ada
kecenderungan penurunan kinerja perawat dalam melaksanakan
tugasnya.
Menurut Irwandy (2007), beban kerja adalah frekuensi kegiatan
rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban
kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang perawat menderita gangguan atau penyakit
akibat kerja. Beban kerja dapat dibedakan menjadi beban kerja
kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja kuantitatif menunjukkan adanya
jumlah pekerjaan yang besar yang harus dilakukan misalnya jam kerja
yang tinggi, derajat tanggung jawab yang besar, tekanan kerja seharihari dan sebagainya. Beban kerja kualitatif menyangkut kesulitan tugas
yang dihadapi dalam organisasi. Beban kerja dapat mempengaruhi stres
kerja karyawan perawat selain itu juga dapat mempengaruhi pelayanan
kepada pasien serta keselamatan pasien sehingga kinerja perawat
menjadi rendah (Mulyono dkk, 2013).
Beban kerja perawat adalah volume kerja perawat di sebuah unit
rumah sakit. Menurut Haryanti dan Purwaningsih (2013) volume kerja
perawat merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menangani pasien
per hari. Kesimpulan beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
34
aktifitas yang ditetapkan dalam satuan waktu tertentu di suatu unit
pelayanan keperawatan.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan
beban kerja seorang perawat antara lain :
a. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien
c. Rata-rata hari perawatan
d. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan
pendidikan kesehatan
e. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan pasien
f. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan
kesehatan.
2. Penghitungan Beban Kerja
Menurut Nursalam (2013) beban kerja perawat dapat diketahui
dengan menghitung beban kerja secara personel antara lain sebagai
berikut:
a. Work Sampling
Teknik ini dikembangkan pada dunia industri untuk melihat beban
kerja yang dipangku oleh personel pada satu unit, bidang maupun
jenis tenaga tertentu. Pada metode work sampling dapat diamati halhal spesifik tentang pekerjaan antara lain: aktivitas apa saja yang
sedang dilakukan personel pada waktu jam kerja, apakah aktivitasnya
berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada jam kerja, proporsi waktu
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
35
kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif,
dan tingkat beban kerja dalam jadwal jam kerja.
b. Time and motion study
Teknik ini untuk mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang
kegiatan yang dilakukan oleh personel yang sedang diamati. Sehingga
dapat diketahui beban kerja personel dan kualitas kerjanya.
c. Daily log
Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk
sederhana work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh
personel yang diamati. Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan
dan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Penggunaan ini tergantung kerjasama dan kejujuran dari personel.
F. Kejenuhan Kerja
1. Pengertian
Kejenuhan adalah rasa yang sering timbul selain rasa malas.
Permasalahan akan timbul apabila stres terjadi dalam jangka waktu
yang lama dengan intensitas yang tinggi akan mengakibatkan individu
mengalami kejenuhan kerja atau biasa disebut dengan burnout.
Kejenuhan merupakan perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk
reaksi menarik diri secara psikologis dari pekerjaan seperti menjaga
jarak dengan klien maupun bersikap sinis, membolos, sering terlambat
dan keinginan pindah kerja yang kuat (Juliadi dan Ennimay, 2011).
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
36
Kejenuhan adalah suatu kondisi psikologis pada seseorang
yang tidak berhasil mengatasi stres kerja sehingga menyebabkan stres
berkepanjangan dan mengakibatkan beberapa gejala seperti kelelahan
emosional,
kelelahan
fisik,
kelelahan
mental
dan
rendahnya
penghargaan terhadap diri sendiri. Dampak kelelahan adalah
menurunnya
kinerja
dan
kualiatas
pelayanan.
Individu
yang
mengalami kejenuhan akan kehilangan makna dari pekerjaan yang
dikerjakannya karena respon yang berkepanjangan dari kelelahan
emosional, fisik dan mental yang mereka alami. Perawat yang bekerja
di rumah sakit berada pada risiko tinggi kelelahan, seperti tuntutan
pasien, kemungkinan bahaya dalam asuhan keperawatan, beban kerja
yang berat atau tekanan saat harus memberikan banyak perawatan bagi
banyak pasien saat shift kerja, kurangnya rasa hormat dari pasien,
ketidaksukaan dan dominasi dokter dalam sistem pelayanan kesehatan,
kurangnya kejelasan peran, serta kurangnya dukungan dari lingkungan
kerja (Nursalam, 2013).
Kejenuhan kerja (job bournout) adalah sejenis stres yang
banyak dialami oleh orang-orang yang bekerja dalam pekerjaanpekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya seperti perawat
kesehatan, transportasi, kepolisian, dan sebagainya (Schuler, 1999).
Kejenuhan kerja atau job burnout merupakan suatu keadaan
penderitaan psikologis yang mungkin dialami oleh seorang pekerja
yang berpengalaman setelah bekerja untuk suatu periode waktu
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
37
tertentu. Sindrom ini terdiri dari 3 gejala yaitu depersonalisasi,
kelelahan emosional dan penurunan prestasi pribadi (Maslach, 1993).
a. Depersonalisasi adalah suatu perasaan aneh tentang dirinya atau
perasaan bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak
sesuai dengan kenyataan.
b. Kelelahan emosional merupakan reaksi terhadap kondisi yang
dialami pemberi pelayanan (karyawan, guru, dokter dll) karena
adanya tuntutan emosional yang dipandang berlebihan dari
penerima pelayanan. Sehingga akibat dari hal tersebut, terjadi
kehilangan minat dan semangat serta rasa lelah dari pemberi
pelayanan. Kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan
kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas
menurun (Izul, 2012).
c. Penurunan prestasi pribadi adalah munculnya respon negatif
terhadap diri sendiri dan prestasi kerja, seperti merasa tidak
bahagia, tidak puas, rasa bersalah, merasa gagal, menilai diri
sendiri tidak mampu dan sebagainya.
2. Penyebab kejenuhan kerja
Sindrom kejenuhan tersebut dapat terjadi karena beberapa
penyebab antara lain beban kerja, dukungan sosial dan konflik peran.
Sindrom kejenuhan ini akan menjadi suatu stressor pada perawat yang
bekerja di IGD dan ICU sehingga dapat memberikan dampak terhadap
kinerja mereka. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
38
menambah tingkat kesalahan kerja (Nurmianto, 2003). Selain itu
penyebab kejenuhan kerja yaitu keadaan monoton, beban kerja dan
lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental, keadaan lingkungan
seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan, keadaan kejiwaan
seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik, serta penyakit
danperasaan sakit.
Gejala khusus pada kejenuhan kerja antara lain kebosanan,
depresi, pesimisme, kurang konsentrasi, kualitas kerja buruk,
ketidakpuasan, keabsenan, dan kesakitan/penyakit. Walaupun beban
kerja yang berlebihan dikatakan sebagai penyebab paling umum dari
kejenuhan kerja, kebosanan kerja tampaknya cukup berpotensi untuk
menyebabkan keletihan kerja.
Menurut Lee & Ashforth (1996), ada beberapa faktor eksternal
yang menyebabkan burnout, yaitu:
a. Tekanan pekerjaan, seperti ambiguitas yaitu keadaan dimana karyawan
tidak tahu apa yang harus dilakukan, menjadi bingung, dan menjadi
tidak yakin karena kurangnya pemahaman atas hak-hak dan kewajiban
yang dimiliki karyawan yang melakukan pekerjaan. Konflik peran,
yaitu suatu perangkat harapan atau lebih berlawanan dengan lainnya
sehingga dapat menjadi penekanan yang penting bagi sebagian orang.
b. Dukungan, seperti dukungan sosial, yaitu tersedianya sumber yang
dapat dipanggil ketika dibutuhkan untuk memberi dukungan, sehingga
orang tersebut cenderung lebih percaya diri dan sehat karena yakin ada
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
39
orang lain yang membantunya saat kesulitan. Dukungan keluarga,
keluarga mempunyai andil besar untuk meringankan beban yang
dialami meskipun hanya dalam bentuk dukungan emosional, yaitu
perilaku memberi perhatian dan mendengarkan dengan simpatik.
Dukungan teman sekerja, teman sekerja yang suportif memungkinkan
karyawan menanggulangi tekanan pekerjaan. Kekompakan suatu
kelompok, beberapa ahli mengatakan bahwa hubungan yang baik antara
beberapa anggota kelompok kerja merupakan faktor penting dalam
kesejahteraan dan kesehatan organisasi.
Menurut Hudak& Gallo (1997) penyebab kejenuhan kerja antara
lain karena beban kerja berlebih, kesulitan menjalin hubungan dengan
staf lain, kesulitan dalam merawat pasien kritis, berurusan dengan
pengobatan pasien, dan merawat pasien yang gagal membaik.
a. Beban kerja yang berlebih
Beban kerja perawat yang berlebih akan memberikan dampak terhadap
kualitas layanan, terutama dalam meningkatkan kinerja perawat
pelaksana.
Selain
terganggunya
kinerja
perawat,
juga
dapat
menimbulkan stres pada pekerjaan, kebosanan atau kejenuhan,
kelelahan mental, dan menurunnya efektifitas kerja.
b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami
konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai
kerja keras yang dilakukan, dan gagal bekerja sama dengan tim
kesehatan yang lain.
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
40
c. Kesulitan merawat pasien kritis, misalnya menjalankan peralatan yang
belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru dan bekerja
dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan yang cepat.
d. Berurusan dengan pengobatan atau perawatan pasien, misalnya bekerja
dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional
pasien, terlibat dalam ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa
tidak pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien atau
keluargadan merawat pasien yang sulit untuk bekerja sama dengan
tindakan yang akan dilakukan.
e. Merawat pasien yang gagal membaik, misalnya pasien lansia, pasien
nyeri kronis atau mereka yang meninggal selama perawatan.
Kejenuhan juga terjadi karena adanya tugas atau tuntutan dalam
pelayanan
di
IGD
dan
ICU,
seperti
melakukan
tindakan
kegawatdaruratan dengan segera: RJP, penjahitan luka situasional,
pemasangan EKG, oksigenasi, melakukan resusitasi jantung paru,
Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan
ventilator sederhana, terapi oksigen, pemantauan EKG, pulse oksimetri
yang terus menerus, pemberian nutrisi enteral dan parenteral,
pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh,
pelaksanaan terapi secara titrasi, kemampuan melaksanakan teknik
khusus sesuai dengan kondisi pasien, memberikan tunjangan fungsi vital
dengan alat-alat portabel selama transportasi pasien gawat, dan
kemampuan melakukan fisioterapi dada (Depkes RI, 2003).
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
41
Menurut Cherniss, (1980) terdapat empat alasan kejenuhan kerja
penting diberi perhatian jika melibatkan pelayanan manusia. Pertama,
kejenuhan mempengaruhi moralitas kerja dan kesejahteraan psikologikal
pekerja. Kedua, kejenuhan mempengaruhi kualitas pelayanan dan
treatment yang diberikan kepada klien. Ketiga, kejenuhan sangat
mempengaruhi
keberfungsian
administrasi
yang
mengakibatkan
kegagalan program-program pelayanan yang dijalankan. Keempat,
kejenuhan kerja yang dialami pekerja pelayanan manusia yang jarang
diberi perhatian sebab mereka inilah yang selalu diharapkan dapat
memberikan pertolongan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologikal
klien.
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
42
G. Kerangka Teori
Kejenuhan kerja :
a. Depersonalisasi
b. Keletihan emosional
c. Penurunan
prestasi
pribadi
Kinerja Perawat
Beban Kerja :
1. Fisik
2. Psikologis/mental
3. Kualitatif
4. Kuantitatif
Sumber: Teori Gibson dan Maslach (Nursalam 2013)
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
43
H. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Kinerja perawat dalam pemberian
pelayanan keperawatan di IGD dan ICU
Kejenuhan kerja
RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata
Beban kerja
Purbalingga.
Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian
I. Hipotesis
Hipotesis menurut Notoatmodjo (2010) adalah pernyataan relatif atau
jawaban sementara dari sebuah masalah penelitian, pernyataan atau pertanyaan
sementara tersebut harus diuji apakah benar (diterima) atau salah (ditolak).
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
Ada hubungan antara kejenuhan kerja dan beban kerja dengan kinerja
perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan di IGD dan ICU RSUD dr.
R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga.
Hubungan Kejenuhan Kerja..., Nina Destifiana, S1 Keperawatan UMP, 2015
Download