HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN DENGAN PERILAKU

advertisement
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN DENGAN
PERILAKU SEKSUAL REMAJA
DI DESA KENTENG
Subur Indah
Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Email : [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang: Remaja di Jawa Tengah 650 ribu perempuan yang sudah
kehilangan keperawanannya di karenakan seks bebas pada usia 15-17 tahun dan 5
juta remaja, 26 %nya atau 2,6 juta adalah pria dan wanita yang masuk golongan
ABG, 50% saja dari mereka yang pernah melakukan hubungan intim, maka
jumlah remaja yang melakukan seks bebas sebanyak 1,3 juta orang
Tujuan : Mengetahui hubungan keterpaparan lingkungan Lokalisasi Kalinyamat
(Bandungan) dengan perilaku seksual remaja.
Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectional. Responden adalah remaja tengah (15-18 tahun). Teknik pengambilan
sampel simple random sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
uji chi square.
Hasil : Menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan
perilaku seksual remaja di Desa Kenteng tahun (p-value = 0,011)
Simpulan : Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan perilaku
seksual remaja di Desa Kenteng
Kata kunci
: Lingkungan, perilaku seksual remaja
ABSTRACT
Background: There were 650 thounsand female adolescents in central java who
had lost their virginity because of sex at the age of 15-17 years old, and among 5
million adolescents 26% of them or 2,6 million were female and male in middle
adolescents who ever had sex, therefore the number of adolescents who ever had
sex was 1,3 million people
Objective: To determine the correlation between environmental with adolescent’s
sexual behavior at klenteng village 2016.
Method: This study descriptive-correlation with cross sectional approach. The
respondents were middle adolescents (15-18 years old). The data sampling used
simple random sampling technique. The data analysis used chi-square test.
Result: The results of this study indicate that there is no significant correlation
between environmental with adolescents’ sexual behavior at Kenteng (p-value of
0.00).
Conclusion: There is a significant correlation between environmental and
adolescents’ sexual behavior at Kenteng
Keywords
: environmental, adolescents’ sexual behavior
PENDAHULUAN
Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja
disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan
perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2007).
Salah satu kenakalan remaja yang menjadi topik tersendiri adalah seks
bebas. Bahkan seks bebas diluar nikah yang dilakukan oleh remaja (pelajar dan
mahasiswa) bisa dikatakan bukanlah suatu kenakalan lagi, melainkan sesuatu
yang wajar dan telah menjadi kebiasaan. Seks bebas dikalangan remaja di
Indonesia saat ini memang sangatlah memprihatinkan.
Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
diketahui sebanyak 32% remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota besar di
Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) pernah berhubungan seksual
pranikah dan membuktikan 62,7% remaja kehilangan perawan saat masih duduk
di bangku SMP, bahkan 21,2% diantaranya ekstrim, yakni pernah melakukan
aborsi (KPAI, 2013).
Remaja di Jawa Tengah 650 ribu perempuan yang sudah kehilangan
keperawanannya di karenakan seks bebas pada usia 15-18 tahun dan 5 juta remaja,
26 %nya atau 2,6 juta adalah pria dan wanita yang masuk golongan ABG, 50%
saja dari mereka yang pernah melakukan hubungan intim, maka jumlah remaja
yang melakukan seks bebas sebanyak 1,3 juta orang (BKKBN, 2013). Banyaknya
kasus seks bebas yang dilakukan oleh anak-anak dan para remaja, berakibat pada
kehamilan. Hal ini menimpa diri mereka maka salah satu solusi terbaik yang
dilakukan adalah aborsi. Semua perlakuan ini dipengaruhi oleh lingkungan yang
kemudian tidak diiringi oleh perhatian orang tua kepada anak-anaknya. Dari 2,5
juta perempuan remaja termasuk mahasiswa yang melakukan seks bebas, ada
sekitar 700 ribu remaja mahasiswa yang melakukan aborsi.
Dari data KPAI kabupaten Semarang jumlah kasus HIV/AIDS tahun 2014
terdapat 365 kasus dan jumlah kasus IMS terdapat 205 kasus. Jumlah kasus
HIV/AIDS tahun 2015 pada per bulan Juni terdapat 100 kasus dan jumlah kasus
IMS terdapat 123 kasus. Kasus HIV/AIDS di kabupaten Semarang yang tertinggi
di Kecamatan Bergas, Bawen, Bandungan dan Ambarawa, kasus IMS tertinggi di
kecamatan Bandungan, Ambarawa, Bawen dan Bergas (BKKBN, 2015)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, di kabupaten Semarang terdapat
sebanyak 4 lingkungan lokalisasi, dengan jumlah PSK (Pekerja Seks Komersial)
terbanyak di lokalisasi Kalinyamat/Bandungan yaitu 258 PSK. Di kecamatan
Bandungan remaja yang terkena HIV/AIDS sebanyak 11 orang yang teridiri dari
laki-laki 8 orang dan perempuan 3 orang, WPS (Wanita Pekerja Seks) sebanyak
14 orang terdiri dari 5 orang remaja dan 9 orang dewasa, IRT (Ibu Rumah
Tangga) sebanyak 8 orang, yang terkena IMS pada remaja sebanyak 19 orang
teridiri dari 12 orang laki-laki dan perempuan 7 orang, WPS sebanyak 41 orang
terdiri dari 19 orang remaja dan 22 orang dewasa, IRT sebanyak 15 orang. Jumlah
ini lebih banyak dari lokalisasi lainnya.
Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan antara lingkungan dengan
perilaku seksual remaja.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelatif. Pendekatan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cross sectional.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Kenteng. Pada tanggal 29 Juli sampai dengan 03
Agustus 2016.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja di desa Kenteng sebanyak 75
orang. Teknik Probability sampling dalam penelitian ini adalah dengan teknik
Proporsional Random Sampling.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Lingkungan Remaja
Lingkungan Remaja
Jumlah
Persentase (%)
Terpapar Rendah
15
20%
Terpapar Sedang
25
33,3%
Terpapar Tinggi
35
46,7%
Jumlah
75
100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar lingkungan
pada remaja dalam kategori terpapar tinggi, yaitu sejumlah 35 responden (46,7%),
terpapar sedang sejumlah 25 responden (33,3%), dan terpapar rendah 15
responden (20%).
Perilaku Seksual Remaja
Perilaku Seksual Remaja
Tidak Beresiko
Beresiko
Jumlah
Jumlah
34
41
75
Persentase (%)
45,3
54,7
100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar perilaku
seksual remaja di Desa Kenteng tahun yang beresiko yaitu sejumlah 41
responden (54,7%) dan yang tidak beresiko, sejumlah 34 responden (45,3%).
Analisis Bivariat
Hubungan antara Lingkungan dengan Perilaku Seksual Remaja di Desa
Kenteng
Perilaku Seksual
Remaja
Total
pOR
Lingkungan Remaja
Tidak
Beresiko
value
Beresiko
F
% f % F %
Tidak Terpapar (rendah)
12
75,0 4 25,0 16 100 0,00 5,045
Terpapar (tinggi & sedang)
22
37,3 37 62,7 20 100
Total
34
45,3 41 54,7 75 100
Responden yang perilaku seksualnya beresiko lebih banyak terjadi pada
remaja dengan keterpaparan lingkungan lokalisasi Kalinyamat (Bandungan)
kategori terpapar (tinggi & sedang) 62,7% dan responden yang perilaku
seksualnya tidak beresiko lebih banyak terjadi pada remaja dengan keterpaparan
lingkungan lokalisasi Kalinyamat (Bandungan) kategori tidak terpapar (rendah)
75,0%.
Uji statistik menggunakan Chi Square didapatkan p value 0,00≤0,05
sehingga ada hubungan yang signifikan antara hubungan antara keterpaparan
lingkungan lokalisasi Kalinyamat (Bandungan) dengan perilaku seksual remaja di
desa Klenteng tahun 2016. Nilai Odds Ratio 5,045 hal ini berarti remaja yang
keterpaparan lingkungannya dengan kategori terpapar (tinggi & sedang)
mempunyai resiko berperilaku seksual beresiko sebesar 5,045 kali.
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Lingkungan Remaja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran
lingkungan menunjukkan bahwa dari 75 responden didapatkan sebagian besar
responden memiliki terpapar tinggi yaitu sebanyak 35 responden (46,7,0%).
Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ternyata sebagian besar
dari responden sering melihat hal-hal seksual. Dari hasil pengisian kuesioner
terpapar tinggi ditemukan jumlah responden yang paling banyak menjawab sering
adalah pada pernyataan “Saya melihat wanita yang sedang merayu laki-laki di
lingkungan lokalisasi” sejumlah 41,3%, dalam hal ini disebabkan sebagian besar
responden mengaku tidak dapat mengelak lagi, sebab mereka sering melintasi
tempat lokalisasi, misalya saat pergi/pulang sekolah atau pergi/pulang bermain.
Menurut salah satu responden, lokalisasi memang tempat para wanita penghibur,
jadi wajar bila sering melihat wanita yang sedang menghibur laki-laki.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, di peroleh juga ternyata
sebagian dari responden memiliki keterpaparan lingkungan lokalisasi dengan
kategori terpapar rendah, yang artinya responden jarang bahkan tidak pernah
melihat hal-hal seksual, dari pernyataan kuesioner yang tidak pernah dilihat
adalah “Saya melihat laki-laki yang meraba daerah sensitif wanita (payudara) di
lingkungan lokalisasi” sejumlah 20,0%. Hal ini disebabkan karena kontak
responden dengan lokalisasi terbilang rendah. Sebagian responden mengaku
jarang keluar rumah, sekalipun keluar rumah hanya saat penting saja, misal saat
mau sekolah, saat ada tugas, diluar itu tidak pernah keluar rumah.
Perilaku Seksul Remaja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran
perilaku seksual pada remaja menunjukkan bahwa dari 75 responden didapatkan
sebagian besar responden berperilaku seksual beresiko yaitu sebanyak 41
responden (54,7%).
Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ternyata hampir seluruh
responden pernah bahkan sering melakukan perilaku seksual. Dari pertanyaan
kuesioner perilaku seksual yang sering dilakukan oleh responden pada pernyataan
“Saya berpegangan tangan dengan pacar saya” sejumlah 26,7%, dalam hal ini
disebabkan beberapa faktor yaitu sebagian besar responden mengaku meniru
tingkah laku teman atau orang lain yang kebanyakan selalu berpegangan tangan,
selain itu responden juga mengaku sebagai ungkapan rasa sayang dan nyaman
terhadap pacarnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, Dari pernyataan kuesioner perilaku
seksual yang jarang bahkan tidak pernah dilakukan oleh responden adalah “Saya
meraba bagian tubuh yang sensitif pacar saya” sejumlah 40,3%, dalam hal ini
disebabkan beberapa faktor yaitu sebagian responden masih takut untuk
melakukan hal ini, sebab nanti bisa berlanjut ke perilaku berhubungan intim
(senggama), sebagian responden mengaku kalau sudah melakukan hubungan
intim takut hamil diluar nikah, mencemarkan nama baik kelurga, dan dikeluarkan
dari sekolah.
Analisis Bivariat
Hubungan antara Lingkungan dengan Perilaku Seksual Remaja di Desa
Kenteng
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan
lingkungan dengan perilaku seksual remaja menunjukkan dari 75 responden
didapatkan bahwa remaja yang keterpaparan lingkungan lokalisasi Kalinyamat
(Bandungan) dengan kategori terpapar (tinggi & sedang) lebih banyak yang
berperilaku seksual beresiko sejumlah 62,7%.
Pada hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,00 < α (0,05) maka ada
hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan perilaku seksual remaja.
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan, responden yang keterpaparan
lingkungan lokalisasinya tinggi dengan perilaku seksual beresiko disebabkan ada
beberapa faktor, sebagian besar responden mengaku terpengaruh dengan
lingkungan yang bebas, menurut responden tidak ada yang peduli dengan mereka
berperilaku seksual seperti berpelukan, ciuman, sehingga responden menganggap
hal itu sudah biasa.
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan ada beberapa
responden yang keterpaparan lingkungan lokalisasi dengan kategori tidak terpapar
(rendah) berperilaku seksual tidak beresiko (75,0%). Hal ini dipengaruhi beberapa
faktor misalnya tingkat religius responden yang tinggi, pendidikan moral dari
keluarga baik, pendidikan di sekolah baik.
PENUTUP
Penelitian yang berjudul “Hubungan antara Lingkungan dengan Perilaku
Seksual Remaja di Desa Kenteng sebagai berikut :
1. Remaja yang memiliki lingkungan dengan kategori terpapar (tinggi) di Desa
Kenteng yaitu sejumlah 35 remaja (46,7%).
2. Remaja yang berperilaku seksual dengan kategori beresiko di Desa Kenteng
yaitu sejumlah 41 remaja (54,7%).
3. Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan perilaku seksual
remaja di Desa Kenteng (p-value = 0,00 < α (0,05)).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka cipta
Hurlock, B. E. 2007. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga
Notoatmodjo, 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
Santrock, J.W. 2007. Remaja. Jakarta: Erlangga
Sugiyono. 2007. Statiska Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sarwono, S.W. 2011. Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sapari, Imam Asyari. 1986. Patologi Sosial. Surabaya: Usaha Nasional
Green, Lawrence W. 2000. Health Promotion Planning: An Educational and
Environmental Approach. Second Edition. Mayfield Publishing Company.
Mountain View-Toronto-London.
Soetjiningsih, dkk. 2006. Buku Ajar:Tumbuh kembang
permasalahannya Cetakanke II. Jakarta: SagungSeto.
remaja
dan
Simandjuntak. 1985. Patologi Sosial. Bandung: Tarsito
Notoatmodjo, 2005. Promosi kesehatan dan aplikasi. Jakarta: Rineka cipta
Ratna, Saptari, 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial Sebuah Pengantar
Studi Perempuan. Jakarta: kalyanamitra
Kartono, Kartini. 1981. Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Notoadmojo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta
Amaliyasari.
2007.
Diakses
pada
tanggal
25
Maret
2016
http/abdul_rauf.blogspot.com/ 03/ Dampak Pergaulan Bebas Remaja.
dampak-pergaulan-bebas
Masyithah, 2010. Pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika
Green, Lawrence W. 2003. Perencanaan pendidikan kesehatan, sebuah
pendekatan diagnostic. Jakarta: Depdikbud RI
Muhibin, 2007. Seksualitas remaja seri kesehatan reproduksi, kebudayaan dan
masyarakat. Jakarta: PT Suryo Usaha
Depkes RI, 2011. Modul pelatihan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR).
Jakarta: Depkes RI
BKKBN, 2010. Reproduksi sehat sejahtera remaja. Jakarta: BKKBN
Notoatmodjo, 2010. Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
Sugiyono. 2007. Statiska Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Muhibbin Syah, 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Azwar, S. 2009. Sikap Manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar Offset.
Hidayaningsih, P. S, Mubasyiroh, D. H. R. & Suparmi 2011. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Berisiko Remaja Di Kota Makassar tahun
209, Buletin Penelitian Kesehatan, Vol 39. No 2.
Dewi, I. N. T. 2009. Pengaruh Personal dan Lingkungan terhadap Perilaku
Seksual Pranikah pada Remaja di SMA Negeri 1 Baturaden dan SMA
Purwokerto. Strata 2. Universitas Dipenogoro.
Arista, 2013. Faktor-faktor yang Bergubungan dengan Kejadian Perilaku Seks
Beresiko pada Remaja Tunarungu di Sekolah SMA Luar Biasa Kota
Padang Tahun 2012. Padang
BKKN, 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Kesehatan
Reproduksi Remaja.
Download