CONTOH TEMPLATE ARTIKEL IHKAM vol 10

advertisement
Artikel ini hanya contoh untuk template artikel al-Ihkam. Bapak dan Ibu penulis
diharapkan untuk menyalin tulisan Bapak dan Ibu sesuai dengan model
selingkung/template ini. Caranya:
1. Ubah dulu semua huruf di lembar artikel asal dengan model font BOOK
ANTIQUA spasi TUNGGAL besaran font 11
2. Salin ke contoh/template dan sesuaikan besaran huruf (pada judul,
identitas, dan abstrak) dan spasinya
POLITIK PEMBERLAKUAN HUKUM ISLAM
DI MEDAN DAN PAMEKASAN
XXXXX
(Fakultas Syariah dan Hukum UIN xxxxxx Jl. Ir. H. Juanda Bengkulu, email:
[email protected])
Abstrak:
Pemberlakuan syari`at Islam di Medan dan Pamekasan
memiliki relasi dengan politik kekuasaan. Ada perbedaan yang
signifikan tentang politik pemberlakuan syari`at Islam di
Medan dan Pamekasan. Di Medan, pemerintah pusat
(Indonesia) memiliki kehendak politik untuk memberlakukan
hukum jinayah sebagai bagian dari strategi untuk
menyelesaikan konflik. Kehendak politik ini berlangsung sejak
pemerintahan negara RI dipimpin Presiden Habibie,
Abdurrahman Wahid, Megawati, hingga Susilo Bambang
Yudhoyono. Faktor utama yang memengaruhi kehendak politik
pemerintahan negara RI ini adalah konflik pusat dengan rakyat
Medan sejak masa Presiden Soekarno hingga Perjanjian
Helsinski 2005. Konflik vertikal yang terjadi antara Pusat
dengan rakyat Medan di antaranya diselesaikan dengan
memberikan otonomi khusus dalam pelaksanaan syari`at Islam.
Bukan hanya hukum keluarga dan ekonomi yang diberikan
kewenangan untuk dilaksanakan di Medan, tetapi juga
kewenangan melaksanakan hukum jinâyah..
Abstract:
The application of Islamic rules in Medan and Pamekasan is also
related to the political power. There is a significant difference
about political treatment on the application of Islamic law in
Medan and Pamekasan. In Medan, the central government
(Indonesia) thinks that it is needed to apply jinâyah law in
Medan as a strategy to solve conflicts. This political rule has
been applied in the republic of Indonesia since the leadership of
Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri to
Susilo Bambang Yudhoyono. The main factor that influences the
al-Ihkâ V o l . 1 0 N o . 2 D e s e m b e r 2 0 1 5
Amami Mazda
Indonesian political government rule is the central conflict with
the Medannese in the leadership of Soeharto presidential to the
Helsinski Agreement 2005. Some vertical conflicts happened
between the central government and the Medannese were
solved by giving special autonomy in applying the Islamic rules.
Not only family law and economic law which are given
autonomy to be applied in Medan, but also the autonomy to
apply jinâyah Law..
Kata Kunci:
Kehendak politik, pemberlakuan syari’at Islam, Medan, Pamekasan.
Pendahuluan
Indonesia dan Malaysia merupakan negara yang berada di
kawasan Asia Tenggara1 yang mayoritas penduduknya beragama
Islam. Tak heran, jika sebagian penduduk Muslim Indonesia dan
Malaysia memiliki kecenderungan untuk memberlakukan syari`at
Islam secara komprehensif. Kecenderungan ini merupakan wujud
dari pemahaman mereka untuk menjalankan seluruh kewajiban
agama di dalam sistem negara2 dan meyakini bahwa Islam tidak
terpisahkan dari negara. Kecenderungan ini juga terbentuk oleh
Keadaan ini berubah setelah politik kolonial yang meminggirkan
hukum jinâyah dalam sistem hukum di Indonesia dan Malaysia.3
1Greg
Fealy dan Virginia Hooker (ed.), Voices of Islam in Southeast Asia: A
Contemporary Sourcebook, (Singapura, ISEAS, 2006), hlm. 6. Robert W. Hefner, “Islam
di Era Negara Bangsa: Kebangkitan Politik dan Agama Muslim Asia Tenggara”
dalam Robert W. Hefner dan Patricia Horvatich (ed.), Islam di Era Negara Bangsa:
Kebangkitan Politik dan Agama Muslim Asia Tenggara, terj. Imron Rosyidi, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2001),. 5.
2L. Carl Brown, Religion and State: the Muslim Approach to Politics, (New York:
Columbia University, 2000),. 178. John L. Esposito dan John O. Voll, Demokrasi di
Negara-negara Muslim: Problem dan Prospek, terj. Rahmani Astuti (Bandung: Mizan,
1999), hlm. 188. Lihat Ali Ali Manshur, Muqâranat bayn al-Syarî‘at al-Islamiyyah wa alQanûn al-Wadl ‘iyyah, (Beirut: Dar al-Fath}, 1970), .18.
3M.B. Hooker, Undang-undang Islam di Asia Tenggara, terj. Rohani Abdul Rahim, dkk.
(Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia,
1991). Warkum Sumitro, Perkembangan Hukum Islam di Tengah Kehidupan Sosial Politik
di Indonesia, (Malang, Bayumedia, 2005),. 28.
2
al-Ihkâ V o l . 1 0 N o . 2 D e s e m b e r 2 0 1 5
Politik Pemberlakuan Hukum Islam di Medan dan Pamekasan (1993-2014)
Fenomena menarik dan menentukan dalam pemberlakuan
syari`at Islam di Indonesia dan Malaysia diawali dari perubahan
politik, baik secara nasional seperti yang terjadi pada kejatuhan rezim
Orde Baru pada 19984 maupun secara lokal seperti kemenangan PAS
di Pamekasan pada Pemilu 1990.5 Begitu pula partai-partai Islam,
seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Bulan
Bintang (PBB) memperjuangkan formalisasi syari`at Islam melalui
amandemen konstitusi.6 Namun, formalisasi syari`at Islam sebagai
hukum negara tidak berhasil7 karena konstitusi tidak berhasil diubah
sesuai dengan isi Piagam Jakarta yang mengamanatkan
pemberlakuan syari`at Islam.8
Kerangka Teoritik Relasi Syariah dan Politik
Secara teoritik, hukum-hukum agama (syari`at Islam) yang
hendak diberlakukan dalam sistem hukum negara sesungguhnya
memiliki hubungan dengan politik karena syari`at Islam merupakan
hukum agama yang hendak diberlakukan oleh negara dan negara
merupakan institusi politik yang berwenang membentuk hukum
negara. Itulah sebabnya muncul perdebatan dalam konteks hubungan
hukum dan politik; apakah hukum yang mempengaruhi politik atau
sebaliknya politik yang mempengaruhi hukum.
Kehendak Politik dalam Pemberlakuan Hukum Jinayah di Medan
dan Pamekasan
Pemberlakuan syari`at Islam di Medan dan Pamekasan pasca
merdeka telah lama diperjuangkan yang melahirkan konflik antara
Pemerintah Pusat dan daerah. Konflik ini berakhir dengan kompromi
4Khamami
Zada, Islam Radikal: Pergulatan Ormas-ormas Islam garis Keras di Indonesia,
(Jakarta: Teraju, 2003),. 3-4.
5Urusetia Penerangan Kerajaan Negeri Kelantan, Imbasan 20 Tahun (Kota Bharu,
2010), hlm. 3. Mohd Sayuti Omar, Tuanku Ismail Petra Idealisme dan Keprihatinan Kepada
Agama, Bangsa, dan Negara, (Kelantan: Perbadanan Muzium Negeri Kelantan, 1995),.
84-92.
6Satya Arinanto, “Piagam Jakarta dan Cita-cita Negara Islam” dalam Kurniawan
Zein dan Sarifuddin HA (eds.), Syariat Islam Yes Syariat Islam No, (Jakarta:
Paramadina, 2001),. 57.
7Muhammad al-Syawkanî, Irsyâd al-Fuhûl, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1998), hlm. 241
8 al-Syawkanî, Irsyâd al-Fuhûl,. 358.
al-Ihkâ V o l . 1 0 N o . 1 J u n i 2 0 1 5
3
Amami Mazda
yang dilakukan Pemerintah Pusat dengan memberikan keistimewaan
Medan dalam tiga hal, yaitu keagamaan, keadatan, dan pendidikan.9
Konflik politik berikutnya antara GAM dan Pemerintah
Pusatpun dicarikan jalan komprominya dengan keistimewaan dan
otonomi khusus Medan untuk melaksanakan syari`at Islam. Tak
heran jika sebelum perjanjian Helsinski ditanda-tangani, rakyat
Medan telah mendapatkan keistimewaan untuk melaksanakan
syari`at Islam. Paket Undang-undang yang memberikan kewenangan
untuk melaksanakan syari`at Islam ini merupakan agenda politik
yang dimainkan Pemerintah Pusatuntuk melunakkan hati rakyat
Medan.10
Tidak lama disahkan di Pamekasan, pada Mei 1992, Mahathir
Mohamad mengumumkan penolakan Enakmen Kanun Jenayah
Syari`ah II Negeri Pamekasan 1992. UMNO sebagai partai pemerintah
juga menolak pemberlakuan Enakmen Kanun Jenayah Syari`ah II
Negeri Pamekasan 1992. UMNO juga berpandangan pemberlakuan
syari`at Islam kepada warga Muslim dan Non-Muslim sejatinya telah
melakukan diskriminasi terhadap Non-Muslim.11
Penutup
Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, ada perbedaan
yang signifikan antara kehendak politik pemberlakuan hukum jinâyah
di Medan dan di Pamekasan Malaysia. Pemerintah Republik
Indonesia memberikan kewenangan kepada Medan untuk
melaksanakan syari`at Islam, termasuk hukum jinâyah. Kebijakan ini
merupakan solusi atas konflik yang terjadi antara rakyat Medan
dengan PemerintahPusat agar Medan memisahkan dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebaliknya, Pemerintahan Federal Malaysia tidak memberikan
kewenangan kepada Pemerintah Pamekasan dan rakyat Pamekasan
untuk melaksanakan syari`at Islam, termasuk hukum jinâyah.
Pemerintahan Federal Malaysia justru menolak pemberlakuan hukum
9Lebih
lengkap perjalanan Daud Beureueh dalam pergolakan Aceh, lihat M. Nur El
Ibrahimy, Teungku Muhammad Daud Beureueh, (Jakarta: Gunung Agung, 1986).
10Mahfudh MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1998), hlm. 8.
11Maria Luisa Seda-Poulin, “Islamization And Legal Reform In Malaysia: The Hudud
Controversy
of
1992”,
dalam
Southeast
Asian
Affairs(1993),
225226,http://www.jstor.org/stable/27912077 diakses 10 Oktokber 2013
4
al-Ihkâ V o l . 1 0 N o . 2 D e s e m b e r 2 0 1 5
Politik Pemberlakuan Hukum Islam di Medan dan Pamekasan (1993-2014)
jinâyah di Pamekasan. Penolakan ini merupakan jalan politik yang
ditempuh Pemerintahan Federal yang dipimpin UMNO untuk
mendapatkan simpati politik secara luas dari rakyat.
Daftar Pustaka
A. Hasjmy, Iskandar Muda Meukuta Alam. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Abdillah, Masykuri. (ed.), Formalisasi Syari`at Islam di Indoensia: Sebuah
Pergulatan yang Tak Pernah Tuntas. Jakarta: Renaisan, 2005.
Ahmad, Mohd Nakhaie. Masyarakat Islam Hadari. Kuala Lumpur,
YADIM, 2004.
Anggriani, Jum. “Kedudukan Qanûn dalam Sistem Pemerintahan
Daerah dan Mekanisme Pengawasannya”, dalam Jurnal
Hukum Nomor 3 Volume, (2011): 327, http://law.uii.ac.id
/images/stories/Jurnal%20Hukum/11%20Jum%20Anggriani.
pdf (diakses diakses 12 Pebruari 2014).
al-Ihkâ V o l . 1 0 N o . 1 J u n i 2 0 1 5
5
Download