pemerintah perkuat koordinasi perlindungan konsumen

advertisement
SIARAN PERS
DEPARTEMEN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Biro Umum dan HUMAS Departemen Perdagangan
Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110
Phone/Fax: 021-385-8213
www.depdag.go.id
PEMERINTAH PERKUAT KOORDINASI PERLINDUNGAN KONSUMEN
Jakarta, 1 Agustus 2007 – Pemerintah akan lebih mengintensifkan koordinasi antara instansi
terkait untuk meningkatkan perlindungan konsumen terutama terkait dengan merebaknya isu
kandungan zat/bahan berbahaya pada beberapa produk pangan yang beredar di tanah air.
Menteri Perdagangan, Mari Pangestu dalam konperensi pers yang digelar hari ini mengenai
langkah pemerintah untuk menegakkan perlindungan konsumen mengatakan bahwa telah
mengadakan rapat koordinasi sehari sebelumnya dengan instansi terkait seperti Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Departemen Perindustrian, Ditjen Bea dan Cukai,
Bareskrim POLRI maupun pemangku kepentingan seperti Gabungan Pengusaha Makanan dan
Minuman Seluruh Indonesia (GAPPMI) dan Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan
Minuman (PIPIMM).
“Upaya mencerdaskan konsumen harus terus dilakukan secara koordinatif dan konsisten, agar
konsumen cermat dan bijak dalam mengkonsumsi suatu produk khususnya pangan, obatobatan dan kosmetik” kata Mendag Mari Pangestu.
Menteri mengatakan, Rapat Koordinasi dilakukan sesui Undang-undang No. 8 tahun 1999
mengenai Perlindungan Konsumen, dimana Menteri Perdagangan ditugaskan untuk
mengkoordinasikan penyelenggaraan dan upaya penegakan perlindungan konsumen di
Indonesia. Sementara regulasi dan pembinaannya dilakukan oleh masing-masing
department/instansi terkait.
Menurut Mendag, terkait dengan pemberitaan yang cukup luas baik di luar negeri maupun di
dalam negeri mengenai beberapa produk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang diberitakan
mengandung zat/bahan berbahaya, dalam rapat koordinasi Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) Husniah Rubiana Thamrin Akib menyampaikan bahwa BPOM dalam
sepekan terakhir telah mengadakan pengambilan dan pengujian sample terhadap 39 produk
permen,manisan dan kembang gula impor dari RRT yang beredar di Jakarta.
“Dari 39 jenis produk yang kami uji laboratorium tersebut, terdapat 7 (tujuh) produk positif
mengandung formalin. Ke-7 produk tersebut adalah White Rabbit Creamy Candy, Permen
Kiamboy, Permen Classic Candy, Permen Blackcurrant, Permen White Rabbit bernomor
Depkes RI SP No. 231/10.09/96, dan permen White Rabbit dengan merek yang sama namun
tanpa izin edar serta Manisan Plum. Ke semua produk tersebut hampir seluruhnya tidak
memiliki izin edar dan dijual dalam bentuk curah di beberapa pasar dan toko di Jakarta”, kata
Husniah Rubiana Thamrin Akib
Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1969 tentang pangan dan sesuai Peraturan
Pemerintah No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, diatur bahwa setiap
pangan yang akan masuk dan beredar di Indonesia harus memenuhi keamanan, mutu dan gizi
pangan yang dibuktikan dengan kelengkapan hasil uji dan pemeriksaan dari negara asal. Selain
itu produk tersebut juga harus diuji dan diperiksa di Indonesia sebelum diedarkan dan
memperoleh tanda pendaftaran ML yang diterbitkan oleh BPOM. Hal yang sama berlaku pula
terhadap produk pangan hasil produksi dalam negeri yang harus diuji dan diperiksa oleh BPOM
untuk memperoleh tanda pendaftaran MD yang artinya produk tersebut sudah layak diedarkan
dan dikonsumsi.
Oleh sebab itu, Menteri Perdagangan menghimbau agar konsumen perlu bersikap cerdas.
“Saya menghimbau sebelum mengkonsumsi produk pangan termasuk obat dan kosmetik kita
semua telah paham dan tahu bahwa dalam label produk yang diperdagangkan telah tercantum
nomor registrasi dari BPOM. Karenanya, konsumen tidak perlu ragu dan khawatir untuk
mengkonsumsi produk permen sepanjang telah tertera tanda registrasi dari BPOM dimaksud.
Hindari menggunakan produk pangan dan kosmetik yang tidak memiliki tanda dan registrasi
karena bisa jadi produk tersebut dipalsu ataupun kemungkinan produk selundupan yang tidak
legal di distribusikan di wilayah Indonesia”, lanjut Mendag
Kepala BPOM, Husniah mengatakan bahwa BPOM telah menerbitkan Public Warning kepada
seluruh lapisan masyarakat mengenai 7 (tujuh) permen asal RRT yang mengandung zat
berbahaya atau melebihi takaran yang diijinkan. “Saya juga meminta bantuan APRINDO dan
APPSI untuk dapat bekerjasama dan mengingatkan anggotanya untuk tidak memperdagangkan
produk permen yang terbukti secara laboratorium berbahaya tersebut, di gerai ritel dan kios
usaha-nya”, kata KBPOM.
Sementara itu, kami juga akan terus turun ke lapangan memantau bahwa produk pangan, obatobatan, dan kosmetik yang beredar memiliki label MD, ML, CD maupun CL sesuai dengan
perundangan dan aturan yang ada, baik itu berasal dari luar negeri maupun dalam negeri,
lanjut Husniah
Menanggapi kemungkinan produk-produk pangan,obat-obatan dan kosmetik yang masuk ke
wilayah Indonesia dengan tidak legal/selundupan, Kapala BPOM mengatakan bahwa hal ini
akan ditangani bersama dengan berbagi pihak termasuk Ditjen Bea&Cukai dan instasni terkait.
“Kami telah mengadakan koordinasi dengan Ditjen Bea&Cukai dan membentuk gugus tugas
untuk menghindari masuknya produk-produk pangan, obat-obatan maupun kosmetik yang tidak
sesuai dengan aturan yang berlaku”, kata Kepala BPOM.
Sekjen PIPIMM Franky Sibarani yang juga Ketua GAPMMI mengatakan pada dasarnya PIPIMM
mendukung langkah BPOM dan upaya Departemen Perdagangan untuk menegakkan
perlindungan konsumen sekaligus menertibkan usaha industri dan importasi produk pangan
yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
Mendag Mari Pangestu menegaskan bahwa Pemerintah akan dengan konsisten melakukan
koordinasi untuk melindungi konsumen dan mengambil langkah-langkah sesuai hukum jika
ditemui pelangaaran terhadap Undang-Undang. “Saya akan melanjutkan terus koordinasi ini
dengan instansi terkait, sehingga tercipta iklim usaha yang baik dan tumbuhnya hubungan yang
sehat antara pelaku usaha dan konsmen. Saya juga meminta bantuan media dan lembaga
swadaya masyarakat agar turut membantu upaya-upaya tersebut. Selain itu, tentunya kami
akan melakukan upaya sosialisasi kepada konsumen secara terus menerus bekerjasama
dengan seluruh pemangku kepentingan”
Selanjutnya Mari Pangestu mengatakan bahwa diharapkan dengan diberlakukannya sistim
National Single Window (NSW) awal tahun depan, isu penyelundupan dapat dikurangi,
sehingga juga membantu mencegah impor illegal produk pangan
---selesai--Glossary:
ML adalah kode registrasi pendaftaran untuk untuk pangan impor
MD adalah kode registrasi pendaftaran untuk hasil produksi dalam negeri
SP atau P-IRT adalah kode registrasi pendaftaran untuk pangan industri rumah tangga
OL adalah kode registrasi untuk obat impor
OD adalah kode registrasi untuk obat hasil produksi dalam negeri
CL adalah kode registrasi untuk kosmetik impor
CD adalah kode registrasi untuk kosmetik produksi dalam negeri
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Kepala Pusat Hubungan Masyarakat
Departemen Perdagangan RI
Tel/fax : 385 8213
www.depdag.go.id
Download