analisis hubungan struktur kepemilikan dengan kinerja keuangan

advertisement
ANALISIS HUBUNGAN STRUKTUR KEPEMILIKAN DENGAN
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN PERSERO
DAN PERUSAHAAN PERBANKAN UMUM SWASTA NASIONAL
GO PUBLIC PERIODE 2007 – 2008
Devi Indrayani
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
ABSTRAK
Kepemilikan terhadap perbankan menarik untuk dilihat mengingat opini publik
menyatakan bahwa kinerja bank tergantung dari pemiliknya. Ini telah dinyatakan wajar
karena pemilik memiliki wewenang untuk memilih pengelolaan yang akan
mengendalikan bank kebijakan di masa mendatang. di Indonesia, hal ini harus diperiksa,
kinerja bank yang memiliki korelasi dengan kepemilikan.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan 2 populasi yakni terfokus pada
perbankan pemerintah dan perbankan bank umum swasta yang terdaftar Bursa Efek
Indonesia. Serta mengambil sampel dari 18 bank di Indonesia. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa kinerja bank memiliki interaksi dengan kepemilikan, kecuali
NPLgross.
Dari pengukuran statistik, maka koefisien dari korelasi yang dihitung
menggunakan metode spearman maka untuk CAR, ROA, BOPO dan NPLgross kuat.
Dan melalui cara perbedaan dengan probabilitas F 5%, menyatakan bahwa kepemilikan
bank ada interaksi dengan CAR (10.896), ROA (2.849) dan BOPO (2.678) karena Fhitung
> Ftabel (2.558). Bank tidak memiliki kepemilikan interaksi dengan NPLgross (0.256)
Fhitung < Ftabel (2.588).
Kata Kunci : struktur kepemilikan, kinerja keuangan bank. CAR, ROA. BOPO dan
NPLgross.
PENDAHULUAN
Perilaku pemilik yang sangat
beresiko tersebut dimungkinkan oleh
struktur kepemilikan bank yang sangat
terkonsentrasi. Jika kepemilikan bank
terkonsentrasi maka sebagian besar
saham akan dimiliki sebagian kecil
individu atau institusi. Kontrol mereka
atas perusahaan sangat besar sehingga
segala tindakan perusahaan merupakan
cerminan dari kehendak pemilik (Fifi
Swandari, 2003).
Pada dasarnya masyarakat luas
mengukur keberhasilan perusahaan
berdasarkan kemampuan perusahaan
yang terlihat dari kinerja manajemen.
Kinerja manajemen merupakan hal
penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan di manapun, karena kinerja
merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan
mengalokasikan
sumber
dayanya.
Penilaian kinerja perusahaan bagi
manajemen dapat diartikan sebagai
penilaian terhadap prestasi yang dapat
dicapai. Dalam hal ini laba dapat
digunakan sebagai ukuran dari prestasi
yang dicapai dalam suatu perusahaan.
Penilaian kinerja perusahaan penting
dilakukan, baik oleh manajemen,
pemegang saham, pemerintah, maupun
pihak lain yang berkepentingan dan
terkait dengan distribusi kesejahteraan di
antara
mereka,
tidak
terkecuali
perbankan. (Lely Aryani, 2007).
Dalam mengelola bank agar dapat
menghasilkan kinerja yang baik, peran
dari pemilik bank itu sendiri juga cukup
besar untuk memberikan kontribusi
dalam memilih manajemen yang bagus.
Pemilik suatu bank menginginkan
manajemen
dari
banknya
dapat
mengoptimalkan sumber daya yang ada
pada bank tersebut sehingga manajemen
mampu menghasilkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Secara umum pemilik
bank tidak akan memilih manajemen
yang diperkirakan akan merugikan
banknya. Oleh sebab itu, dalam
hubungan antara pemilik bank dengan
manajemen selalu ada performance
contract
dimana
pemilik
bank
mempersyaratkan manajemen yang
dipilih
oleh
pemilik
untuk
memaksimalkan
keuntungan
untuk
kepentingan pemilik bank tersebut.
Dalam uraian singkat diatas maka
penulis tertarik untuk membahas dan
melakukan penelitian dengan judul “
Analisis
Hubungan
Struktur
Kepemilikan
Dengan
Kinerja
Keuangan Bank Persero dan Bank
Umum Swasta Nasional Go Publik
Periode 2007 – 2008 ”.
Tujuan Penelitian
Tujuan penulis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk
menganalisis
kinerja
perusahaan bank persero dan bank
umum swasta nasional dilihat dari
rasio keuangan (CAR, ROA, BOPO
dan NPLgross).
2. Untuk mengetahui hubungan struktur
kepemilikan dengan kinerja bank
persero dan bank umum swasta
nasional.
LANDASAN TEORI
Struktur Kepemilikan
Struktur
kepemilikan
adalah
perbandingan antara jumlah saham yang
dimiliki oleh orang dalam (insider)
dengan jumlah saham yang dimiliki oleh
investor ( Jahera dan Aurburn, 1996 ).
Dalam suatu perusahaan baik bank
maupun non bank, memiliki perbedaan
karakteristik
kepemilikan
dalam
perusahaan, seperti (1) Kepemilikan
menyebar (dispersed ownwership).
Ditemukan bahwa perusahaan yang
kepemilikannya
lebih
menyebar
memberikan imbalan yang lebih besar
kepada pihak manajemen daripada
perusahaan yang kepemilikannya lebih
terkonsentrasi (Gilberg dan Idson, 1995),
(2) Kepemilikan terkonsentrasi (closely
held). Dalam tipe kepemilikan separti ini
timbul dua kelompok pemegang saham,
yaitu controlling interest dan minority
interest (shareholders).
Struktur kepemilikan oleh beberapa
peneliti
dipercaya
mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan
yang pada akhirnya berpengaruh pada
kinerja perusahaan dalam mencapai
tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi
nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh
karena adanya kontrol yang mereka
miliki. Adapun struktur kepemilikan
yang dimaksud pada penelitian tersebut
adalah kepemilikan bank yang sangat
terkonsentrasi dan kepemilkan institusi.
Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi
Knopf dan Teall (1996), menguji
hubungan antara struktur kepemilikan
S&L dan perilaku risiko saat diterapkan
nya Financial Institution Reform,
Recovery and Enforcemenet Act tahun
1989. Salah satu ukuran resikonya
adalah kejadian kebangkrutan. Hasilnya
menunjukkan bahwa pemegang saham
Insider berkorelasi dengan kejadian
kebangktutan.
La Porta dkk. (1998 dan 2000)
Secara
specifik
untuk
Indonesia
menemukan bahwa French origin
countries group (termasuk Indonesia)
memiliki
konsentrasi
kepemilikan
tertinggi dibandingkan dengan tiga
origin countries group yang lain. Dalam
kelompok tersebut bahkan sampel
perusahaan Indonesia menunjukkan
konsentrasi kepemilikan yang lebih
besar dari rata-rata kelompoknya yaitu
pemegang
saham
tiga
terbesar
menguasai kepemilikan rata-rata 58%.
Mereka berpendapat bahwa lemahnya
perlindungan hukum dan lingkungan
institusional (law and enforcement)
sangat
erat
dengan
berkaitan
kepemilikan yang terkonsentrasi.
Hasil
ini
pun
masih
ada
kemungkinan understated sebab mereka
berdasarkan data kepemilikan langsung,
bukan kepemilikan akhir (ultimate
ownership). Kemudian mereka berusaha
memperbaiki
pengukuran
variabel
konsentrasi
kepemilikan
dengan
menggunakan data kepemilikan akhir
melalui penelusuran rantai kepemilikan
sampai menemukan siapa yang memiliki
voting rights paling besar pada saat
mereka meneliti struktur kepemilikan
perusahaan-perusahaan di 27 negara
maju (La Porta dkk, 1999).
Claessens et al. (2000) menyatakan
bahwa belum terdapat pemisahan yang
jelas antara kepemilikan dan control
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. Kebanyakan perusahaan
masih dimiliki oleh keluarga dan posisi
manajer dipegang oleh pemegang saham
mayoritas. Kalaupun tidak, maka
manajernya masih dari kalangan
keluarga. Akibatnya apa yang menjadi
pendapat pemegang saham terbesar juga
menjadi pendapat manajer.
Fifi Swandari (2003) berpendapat
sebaiknya kepemilikan bank tidak
terkonsentrasi, artinya banyak pihak
yang menjadi pemegang sahamnya.
Akan lebih ideal jika sebagian porsi
kepemilikan bank dijual dipasar modal
agar kinerjanya dapat dikontrol oleh
banyak pihak.
Struktur Kepemilikan Institusi
Slovin
dan
Susha
(1993),
menunjukkan bahwa nilai perusahaan
dapat meningkat jika institusi mampu
menjadi alat monitoring yang efektif.
Pozen (1994), Investor institusi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu investor
pasif dan aktif. Investor aktif tidak
terlalu ingin terlibat dengan keputusan
manajemen. Sebaliknya dengan investor
aktif terlibat dalam pengambilan
keputusan
strategis
perusahaan.
Keberadaan investor institusi ini
dipandang
mampu
menjadi
alat
monitoring efektif bagi perusahaan. Tak
jarang kegiatan investor ini mampu
meningkatkan harga saham sehingga
mampu meningkatkan nilai perusahaan.
Smith (1996) menunjukkan bahwa
aktifitas monitoring institusi mampu
mampu mengubah struktur pengelolaan
perusahaan dan mampu meningkatkan
kemakmuran pemegang saham.
Cruthley et al. (1999) yang
menemukan bahwa monitoring yang
dilakukan institusi mampu menstubtitusi
biaya keagenan lain (hutang, deviden
dan kepemilikan manajerial) sehingga
biaya keagenan menurun dan nilai
perusahaan meningkat. Kepemilikan
oleh
bank
akan
menurunkan
kemungkinan perusahaan mengalami
kebangkrutan. Namun, apabila struktur
kepemilikan perusahaan dimiliki oleh
dewan direksi atau dewan komisarisnya
maka dewan tersebut justru akan
cendrung melakukan tindakan-tindakan
eksplorasi yang menguntungkan secara
pribadi. Oleh karena itu kepemilikan
perusahaan oleh dewan direksi semakin
meningkat maka keputusan yang diambil
oleh direksi akan lebih cenderung untuk
menguntungkan dirinya dan secara
keseluruhan akan merugikan perusahaan
sehingga kemungkinan nilai perusahaan
akan cenderung mengalami penurunan.
Fifi Swandari (2003) pada kasus
Indonesia, kepemilikan institusi cukup
mampu menjadi alat monitoring yang
baik. Hal ini dikarenakan pemegang
saham
institusi
telah
memiliki
kemampuan dan sarana yang memadai
untuk monitor perusahaan dimana
sahamnya mereka miliki.
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah bankbank yang berbadan hukum dan
berdomisili di Indonesia yaitu bank-bank
yang masuk dalam kategori bank
pemerintah (persero) dan bank umum
swasta nasional yang telah go public dan
tercatat dalam Bursa Efek Indonesia.
Periode
pengamatan
penelitian
dilakukan dari tahun 2007-2008
Data yang digunakan
Perusahan yang menjadi sampel
dalam penelitian ini dipilih berdasarkan
kriteria-kriteria
tertentu
(purposive
sampling), yaitu:
a. Bank pemerintah (persero) dan bank
umum swasta
nasional
yang
sahamnya telah tercatat di Bursa
Efek Indonesia, yang beroperasi di
Indonesia;
b. Masih beroperasi hingga tahun 2008;
c. Saham bank telah tercatat di Bursa
Efek Indonesia minimal sejak tahun
2006;
d. Tersedia daftar pemegang saham
lengkap
dengan
proporsi
kepemilikannya;
e. Tersedia laporan keuangan tahunan
publikasi tahun 2007 dan 2008 yang
terdiri dari: Neraca, Laporan
laba/rugi dan saldo laba, Laporan
perubahan
ekuitas,
laporan
kewajiban
penyediaan
modal
minimum, laporan kualitas aktiva
produktif dan informasi lainnya, dan
catatan atas laporan keuangan.
TABEL 3.5
DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN PERBANKAN PERSERO
TAHUN 2007 dan 2008
No
1
2
3
4
Nama Bank
PT. Bank Expor Indonesia
PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk
PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
TABEL 3.6
DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN PERBANKAN SWASTA NASIONAL
GO PUBLIK TAHUN 2007 dan 2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Kode
INPC
BBKP
BNBA
BBAP
BBCA
BDMN
SDRA
BNII
MEGA
BKSW
BBNP
BNLI
PNBN
BSWD
Nama Bank
PT. Bank Arta Graha International, Tbk
PT. Bank Bukopin
PT. Bank Bumi Arta
PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk
PT. Bank Centra Asia, Tbk
PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk
PT. Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk
PT. Bank International Indonesia, Tbk
PT. Bank Mega, Tbk
PT. Bank Kesawan, Tbk
PT. Bank Nusantara Prahyangan, Tbk
PT. Bank Permata, Tbk
PT. Bank Pan Indonesia, Tbk
PT. Bank Swadesi, Tbk
Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini penulis
mengumpulkan
data
dengan
menggunakan data sekunder yang
diperoleh
dari
Bank
Indonesia,
Indonesian Capital Market Directory,
website Bursa Efek Indonesia, website
Bank Indonesia, dan website masingmasing bank. Pemilihan data tahun
2007-2008.
Metode Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis
rasio keuangan dan analisis statistik
Analisis statistik menggunakan uji
koefisien korelasi spearman dan One
Way Anova.
Alat analisis Struktur kepemilikan
Kriteria perhitungan :
a. Pemilik saham diatas 0,5% dicatat
satu pemegang saham
b. Pemilik saham dibawah 0,5%
dikelompokkan, kemudian dicatat
sebagai satu pemegang saham
(public).
Kinerja keuangan perbankan
Menggunakan perhitungan rasio
yakni dengan rumus dibawah ini :
Modal
CAR =
x 100 %
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
Laba sebelum pajak
ROA =
x 100 %
Total Asset
Biaya Operasional
BOPO =
x 100 %
Pendapatan Operasional
∑ Kredit yang diberikan dengan kolektibilitas 3 s/d 5 x 100 %
NPLgross =
∑ Kredit yang diberikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Korelasi
Hasil uji korelasi menggunakan
metode antara struktur kepemilikan dan
kinerja (CAR, ROA, BOPO, NPLgross)
menunjukan hubungan yang cukup
lemah terlihat dari nilai korelasi terhadap
variabel CAR (-0.175), ROA (-0.567),
BOPO (+0.427), NPLgross (+0.000)
Hasil Korelasi Spearman Jumlah Kepemilikan dan Kinerja
Correlations
S_K
Spearman's rho
S_K
Correlation Coefficient
CAR
CAR
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
ROA
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
BOPO
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
NPLgross Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
BOPO NPLgross
**
.427**
.000
1.000
-.175
.
.308
.000
.009
.999
36
36
36
36
36
-.175
1.000
*
.380
*
-.404
-.163
.308
.
.022
.015
.342
36
36
36
36
36
**
*
1.000
**
-.377*
Sig. (2-tailed)
N
ROA
-.567
.380
-.567
-.675
.000
.022
.
.000
.023
36
36
36
36
36
**
*
**
1.000
.045
.427
-.404
-.675
.009
.015
.000
.
.795
36
36
36
36
36
.000
-.163
*
-.377
.045
1.000
.999
.342
.023
.795
.
36
36
36
36
36
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Analisis Variansi Satu Arah (One way
ANOVA)
Hasil Pengujian Hipotesis Struktur
Kepemilikan
Terhadap
Capital
Adecuacy Ratio
Ha 1 ≠ 0, Ada interaksi / hubungan
struktur kepemilikan dengan Capital
Adequacy Rasio
Besarnya Fhitung = 10.896, sedangkan
Ftabel dengan tingkat signifikan 5 %
adalah 2.558 . Karena Fhitung (10.896) >
Ftabel (2.558), maka Ho ditolak atau
menerima Ha 1.
Maka hipotesa diatas, bahwa struktur
kepemilikan berinteraksi / memiliki
hubungan terhadap Capital Adequacy
Ratio dapat diterima atau dikatakan ada
hubungan antara kedua variabel.
Kesimpulan tersebut dapat diperoleh dari
angka probabilitas sebesar 0.000 yang
lebih kecil dari tingkat kesalahan yang
ditolerir sebesar 0.05 (α = 5 %)
Dengan demikian hipotesa pada bab
pendahuluan yang menyatakan ada
hubungan antara jumlah kepemilikan
dan Capital Adequacy Ratio diharapkan
dapat diterima.
Hasil Pengujian Hipotesis Struktur
Kepemilikan Terhadap Return on
Assets
Ha 2 ≠ 0, Ada interaksi / hubungan
struktur kepemilikan dengan Return on
Asset
Besarnya Fhitung = 2.849, sedangkan
Ftabel dengan tingkat signifikan 5 %
adalah 2.558. Karena Fhitung (2.849) >
Ftabel (2.558), maka Ho ditolak atau
menerima Ha 2.
Maka hipotesa diatas, bahwa struktur
kepemilikan berinteraksi / memiliki
hubungan dengan Return on Assets
dapat diterima atau dikatakan hubungan
antara kedua variabel. Kesimpulan
tersebut dapat diperoleh dari angka
probabilitas sebesar 0.022 yang lebih
kecil dari tingkat kesalahan yang
ditolerir sebesar 0.05 (α = 5 %)
Dengan demikian hipotesa pada bab
pendahuluan yang menyatakan ada
hubungan antara jumlah kepemilikan
dan Return on Asset diharapkan dapat
diterima.
Hasil Pengujian Hipotesis Struktur
Kepemilikan
Terhadap
Biaya
Operasional dibanding Pendapatan
Operasional
Ha 3 ≠ 0, Ada interaksi / hubungan
struktur kepemilikan dengan Biaya
Operasional dibanding Pendapatan
Operasional
Besarnya Fhitung = 2.678, sedangkan
Ftabel dengan tingkat signifikan 5 %
adalah 2.558. Karena Fhitung (2.678) >
Ftabel (2.588), maka Ho ditolak atau
menerima Ha.
Maka analisis diatas, bahwa struktur
kepemilikan berinteraksi / memiliki
hubungan dengan Biaya Operasional
dibanding Pendapatan Operasional tidak
dapat diterima atau dikatakan tidak ada
hubungan/interaksi
antara
kedua
variabel. Kesimpulan tersebut dapat
diperoleh dari angka probabilitas sebesar
0.030 yang lebih kecil dari tingkat
kesalahan yang ditolerir sebesar 0.05 (α
= 5 %)
Dengan demikian hipotesa pada bab
pendahuluan yang menyatakan ada
hubungan antara jumlah kepemilikan
dan Biaya Opersional dibanding
Pendapatan Opersional diharapkan dapat
diterima.
Hasil Pengujian Hipotesis Struktur
Kepemilikan
Terhadap
Non
Performing Loans-gross.
Ha 4 ≠ 0, Ada interaksi / hubungan
struktur kepemilikan dengan Capital
Adequacy
Besarnya Fhitung = 0.256, sedangkan
Ftabel dengan tingkat signifikan 5 %
adalah 2.558. Karena Fhitung (0.256) <
Ftabel (2.588), maka Ho diterima atau
tolak Ha.
Maka analisis diatas, struktur
kepemilikan berinteraksi / memiliki
hubungan dengan Non Performing
Loans-gross tidak dapat diterima atau
dikatakan tidak ada hubungan / interaksi
antara kedua variabel. Kesimpulan
tersebut dapat diperoleh dari angka
probabilitas sebesar 0.256 yang lebih
besar dari tingkat kesalahan yang
ditolerir sebesar 0.05 (α = 5 %)
Dengan demikian hipotesa pada bab
pendahuluan yang menyatakan ada
hubungan antara jumlah kepemilikan
dan Non Performing Loans-gross
diharapkan tidak dapat diterima.
Fhitung DAN PROBABILITAS ANOVA
Variabel Y
F
Sig.
Keputusan
CAR
10.896
0.000
Signifikan
ROA
2.849
0.022
Signifikan
BOPO
2.678
0.030
Signifikan
NPLgross
0.256
0.966 Tidak Signifikan
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan
sebagai
berikut:
1. Pada perusahaan perbankan persero
dan perusahaan perbankan umum
swasta nasional go public, posisi
modal yang paling bagus tahun 2007
dan 2008 adalah PT. Bank Ekspor
Indonesia (persero) dan PT. Bank
Bumi Arta, Tbk. untuk PT. Bank
Ekspor Indonesia (persero) dan PT.
Bank Swadesi, Tbk, PT. Bank Bumi
Arta untuk bank umum swasta
nasional. Pada bank paling produktif
pada perusahaan perbankan persero
dan perusahaan perbankan umum
swasta nasional go public masingmasing PT. Bank Rakyat Indonesia,
Tbk (persero) dan PT. Bank Central
Asia, Tbk PT. Danamon Indonesia,
Tbk. Pengelolaan manajemen bank
yang paling baik untuk perusahaan
perbankan persero tahun 2007 dan
2008 adalah PT. Bank Mandiri, Tbk
(Persero) dan PT. Bank Central Asia,
Tbk
PT.
Bank
Nusantara
Parahyangan, Tbk untuk perusahaan
perbankan umum swasta nasional go
public.. Bank Central Asia, Tbk,
untuk
PT.
Bank
Nusantara
Parahyangan, Tbk. Pengelolaan
aktiva bank tahun 2007 dan 2008
yang paling baik untuk perusahaan
perbankan persero adalah PT. Bank
Rakyat Indonesia, Tbk PT. Bank
Ekspor Indonesia dan PT. Bank
Central Asia, Tbk untuk perusahaan
umum swasta nasional go public.
2. Hasil uji korelasi menggunakan
metode spearman antara kepemilikan
dan kinerja (CAR, ROA, BOPO,
NPLgross) menunjukkan hubungan
yang cukup lemah. Sedangkan dari
analisis variansi satu arah (one way
ANOVA) antara jumlah kepemilikan
dengan kinerja (CAR, RoA, BOPO,
dan
NPL-gross),
menunjukkan
adanya interaksi antara jumlah
kepemilikan dan kinerja dalam CAR,
ROA dan BOPO serta jumlah
kepemilikan
tidak
berinteraksi
dengan kinerja dalam hal ini
NPLgross.
Saran
Beberapa
saran
yang
dapat
dianjurkan yaitu :
1. Bagi investor dalam memilih saham
hendaknya
melihat
struktur
kepemilikan, dalam hal ini jumlah
kepemilikan saham.
2. Bagi
masyarakat
yang
akan
membuka rekening baru disebuah
bank, hendaknya tidak hanya melihat
dari sisi pelayanan semata tetapi juga
dari kinerja bank yang diukur dari
Capital Adequacy Ratio melalui
laporan keuangan publikasi.
3. Bagi penelitian selanjutnya dapat
menganalisis struktur kepemilikan
dan kinerja dengan menambah
beberapa rasio keuangan yang
berhubungan dengan risiko yang
dihadapi oleh bank.
DAFTAR PUSTAKA
Dendawijaya,
Lukman.
2005.
Manajemen Perbankan. Edisi 2.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Isnanta, Rudi. 2008. “ Pengaruh
Corporate Governance dan
Struktur Kepemilikan Terhadap
Manajeman Laba dan Kinerja
Keuangan”. Jakarta: Universitas
Islam Indonesia.
Kasmir. 2009. Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya. Edisi Revisi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani.
2007. Evaluasi Pengaruh Camel
Terhadap Kinerja Perusahaan.
Buletin Studi Ekonomi Vol 12
,No 1, 2007, Hal 100-108.
Muliaman D Hadad, dkk. 2003. Kajian
Mengenai Kepemilikan Bank di
Indonesia,
Research
Pper
Direktorat
Penelitian
dan
Pengaturan Perbankan Bank
Indonesia,
No
8/5,
Bank
Indonesia, Hal 1-15.
Putri, Sheranita Eka. 2006. ” Analisis
Pengaruh Struktur Kepemilikan
Perusahaan terhadap Agency
Cost
Pada
Perusahaanperusahaan Go-Publik Di Bursa
Efek Jakarta Tahun 2004.
Jakarta: Universitas Atmajaya.
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar
SPSS untuk Analisis Data & Uji
statistik. Cetakan 1. Yogyakarta :
MediaKom.
Raditya, Firmansyah. 2006. ”Analisis
Hubungan Struktur Kepemilikan
Dengan
Kinerja
Keuangan
Perusahaan Perbankan Persero
Dan
Perusahaan
Perbankan
Swasta Nasional Go Publik.”
Jakarta:
Universitas
Islam
Indonesia.
Rangkuti, Freddy. 2005. Marketing
Analisis Made Easy (Teknik
Analisis Pemasaran dan Analisis
Kasus Menggunakan Excel dan
SPPS). Jakarta: Gramedia.
Riyadi, Selamet. 2006. Banking Assets
and Liability Management. Edisi
3. Jakarta : LP-FEUI
Santoso, Singgih. 1999. SPPS Mengolah
Data
Statistik
Secara
Profesional. Jakarta: PT. Alex
Media Komputindo.
Setiani, Gina Taqwa. 2007. Analisis
Kinerja Kelompok Bank di
Indonesia
dalam
Upaya
Pencapaian Sistem Perbankan
yang Sehat. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Sulaiman,Wahid. 2003. Statistik Non–
Parametik (Contoh Kasus dan
Pemecahannya) dengan SPSS.
Yokyakarta : ANDI
Swandari, Fifi. 2003. Pengaruh Perilaku
Risiko dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Kebangkrutan Bank di
Indonesia: Kasus Krisis Ekonomi
Tahun
1997.
Simposium
Nasional Akuntansi VI. Hal 227248.
Download