perlindungan hukum relawan kemanusiaan - E

advertisement
PERLINDUNGAN HUKUM RELAWAN KEMANUSIAAN (FREEDOM FLOTILLA
GAZA) DITINJAU DARI HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL TERHADAP
KASUS KAPAL MAVI MARMARA
Ruri Mulyani1, Poniar Warsono, S.H1, Dwi Astuti Palupi, S.H, M.H1
1
Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta
Bung Hatta1
[email protected]
Abstract
War and gun conflict is a legally step for complete a few issue when peacefull way didnt find
a way out. Country that is on international and non-international gun conflict bassicly do not
obey the rules of war who been set in humaniter international law. Main point because of war
is a civil society but volunteers as medical that helping the victim and also as target of war.
Like in case mavi ship mamara that brought medical help who getting attactand didnt follow
the humaniter international law. Protection for a victim of war and medicals basically is on
geneva conference 1949 and additional protocol I and II 1977. The issue to discuss in this
study is 1)how is volunteers protection in gun conflict? 2) how is protection law for
volunteers that been given for case mavi marmara ship. Research type is using is normative
who get by books and anoter source. the purpose of this study was to describe how volunteers
protection in gun conflict according to additional protocol II and how implementation
volunteers protection as medical staff who give help for war victim both gun conficlt
international and non-international gun conflict in jenewa confrence 1949 and additional
protocol I and II 1977. Implementation law form who given for volunteers in mavi marmara
hip case according to the jenewa confrence 1949 and additional confrence I and II. The result
in this study show that protection for volunteers in mavi marmara ship case, israel attact
hasben break the humaniter international law, jenewa confrence 1949, and additional protocol
I and II in the status of the high seasc.
Keyword : Volunteers, Gun Conflict, Protection of Law
1
2
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya setiap manusia
mendambakan
dalam
suatu
suasana
memenuhi kebutuhan dasar mereka.
kehidupan
aman,
terutama bagi kelompok rentan seperti
tenteram, dan sejahtera, bahkan
orang-orang yang terluka, sakit, anak-
tidak ada satupun makhluk di muka
anak, perempuan, hamil, dan orang
bumi
lanjut usia. Keadaan seperti ini jelas
ini
damai,
Kaadaan ini semakin mengkhawatirkan
yang
suka
akan
penderitaan dan siksaan. Tuhan
menunjukkan
menciptakan
kemanusiaan,
manusia
dalam
pentingnya
bahkan
bantuan
seringkali
beragam suku dan bangsa demi
bantuan kemanusiaan yang diberikan
saling
oleh
mengenal
serta
tolong
organisasi
atau
menolong dalam siklus kehidupan
kemanusiian
ini. Akibat hubungan yang semakin
sumber bagi korban konflik untuk dapat
meluas dari individu antar individu,
bertahan hidup.
kelompok antar kelompok hingga
negara
antar
negara
menimbulkan
banyak konflik bersenjata yang terjadi
atau
diberbagai belahan dunia dan tidak
perselisihan yang ditimbulkan oleh
perbedaan
persepsi
atau
jarang hasil dari konflik bersenjata yang
cara
tidak mematuhi hukum perang (Hukum
pandang dari masing-masing bangsa
tersebut.
Hal
yang
Humaniter
sangat
dibelanjakan
cara lain selain konflik bersenjata
oleh
mempersenjatai
atau peperangan.1
situasi
dan
negara
militernya.
kondisi
dari
dalam
Dimana
konflik
penderitaan
bersenjata yang bersifat internasional
penduduk sipil seringkali di akibatkan
maupun yang bersifat non-internasional
karena
mereka
perang,
tersebut
Serta tidak sedikit anggaran yang
tersebut sudah tidak menemukan
masa
Internasional)
memakan korban yang sangat besar.
memprihatinkan lagi jika konflik
Di
satu-satunya
Pada beberapa tahun terakhir ini
sampai
konflik
menjadi
petugas
tidak
dapat
lagi
Hukum
1
Patricia
Halim,
Tinjauan
Hukum
Internasional Terhadap Perlindungan Relawan
Kemanusiaan dalam Kasus Blokade Jalur Gaza,
Skripsi (Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, Medan, 2010)
Humaniter
Internasional
merupakan bagian hukum internasional
umum yang inti dan maksudnya di
arahkan kepada perlindungan individu,
3
4
khususnya
dalam
situasi
tertentu
Gaza, namun di laut lepas rombongan
(perang),
serta
akibat
perang
tentara Israil menyerbu kapal bantuan
(perlindungan terhadap korban perang).
Freedom
Dengan kata lain hukum humaniter
ditumpangi oleh relawan kemanusiaan
internasional mempunyai fokus sentral
dengan membawa 10 ton bantuan.
bagaimana
Namun para aktivis dan relawan tidak
memperlakukan
manusia
secara manusiawi.2
Perlindungan
terhadap
korban
Konvensi Jenewa 1949. Internasional
diatur dalam Protokol Tambahan I
Konvensi Jenewa 1977 dan koflik
non
internasional
diatur
dalam Protokol Tambahan II Konvensi
Jenewa 1977.
saat ini mengenai konflik bersenjata
internasional
maupun
non
internasional yang dapat disimak yaitu
mengenai sebuah kasus Kapal Marvi
Marmara di jalur Gaza Palestina yang
mengakibatkan terbunuhnya beberapa
relawan
kemanusiaan.
tentara
Israil
Tragedi
ini,
menimbulkan keprihatinan masyarakat
internasional termasuk Indonesia.
sehingga
kekerasan,
yang
terjadilah
pembunuhan
yang
mengakibatkan 19 orang meninggal dan
36
orang
termasuk
mengalami
korban
luka-luka,
dari
relawan
kemanusiaan dari Indonesia. Dalam
peristiwa tersebut mengakibatkan demo
besar-besaran
masyarakat
Maraknya berita internasional pada
baik
Gaza
menghiraukan ancaman dari pasukan
perang serta relwan kemanusiaan diatur
bersenjata
Flotilla
yang dilakukan
dunia
agar
oleh
pemerintah
untuk menyikapi kejadian tersebut.
Berdasarkan
penjelasan
diatas,
maka penulis tertarik menulis proposal
ini dengan judul “PERLINDUNGAN
HUKUM
BAGI
RELAWAN
KEMANUSIAAN (Fredoom Flotilla
Gaza) DITINJAU DARI HUKUM
HUMANITER
TERHADAP
INTERNASIONAL
KASUS
KAPAL
MAVI MARMARA”
Pada tanggal 31 Mei 2010 sebanyak
lebih kurang 600 orang para aktivis dan
A. Rumusan Masalah
relawan kemanusiian dari 50 negara
Adapun
yang memberikan bantuan ke jalur
dirumuskan dalam penelitian ini adalah
2
Al maysita Dalimunthe,” Tinjauan Hukum
Humaniter Terhadap Perlindungan Penduduk
Sebagai Korban Kejahatan Kemanusiian dalam
Konflik Bersenjata Aceh” , Skripsi Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009
permasalahan
sebagai berikut :
yang
dapat
5
1. Bagaimanakah perlindungan hukum
terhadap relawan kemanusiaan di dalam
2. Sumber Data
a. Data sekunder
konflik?
Data sekunder merupakan data
2. Bentuk perlindungan hukum apakah
yang
mencangkup
yang diberikan terhadap kasus Kapal
dokumen resmi, buku-buku, hasil-
Mavi Marmara ?
hasil
penelitian
dokumen-
yang
berwujud
laporan. Data hukum
kaitannya
B. Tujuan Penelitian
dengan
Adapun tujuan dari penelitian ini
primer
adalah
menganalisi,
1. Untuk mengetahui perlindungan
hukum
terhadap
relawan
kemanusiaan di dalam konflik.
2. Untuk
mengetahui
perlindungan
bentuk
hukum
yang
diberikan terhadap kasus Kapal
Mavi Marmara.
yang
yang erat
bahan
dapat
hukum
membantu,
memahami
dan
menjelaskan bahan hukum primer,
antara
lain hasil-hasil
penelitian,
karya tulis dari ahli hukum serta teori
dan para sarjana yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti.
Data sekunder terdiri dari
1) Bahan Hukum Primer
C. Metode Penelitian
Penelitian adalah upaya manusia
Yaitu bahan-bahan hukum yang
untuk mencari jawaban masalah yang
mengikat dan terdiri dari aturan-
dialami
aturan dalam Hukum Internasional,
sehingga
kesulitan
yang
dihadapi manusia tersebut dapat diatasi.
Dalam penelitian yang dicari adalah
pengetahuan
yang benar
mengenai
Den
Mengenai
Haag
alat-alat
1907
:
yang
b) Konvensi Jenewa 1949
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan
penelitian
a) Konvensi
dipergunakan dalam hukum perang
suatu hal atau suatu fenomena.
jenis
terdiri dari:
normatif
yang
menggunakan sumber data sekunder
yang mencakup dokumen-dokumen
1) Konvensi Jenewa I: korban perang
yang
luka
dan
sakit
dalam
II:
korban
pertempuran di darat.
2) Konvensi
Jenewa
dan
perang, anggota bersenjata yang
lainnya untuk penyelesaian skripsi
luka dan sakit dalam pertempuran
ini.
di laut
resmi,
buku-buku,
jurnal
6
3) Konvensi Jenewa III: tawanan
perang
3.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan melakukan
4) Konvensi Jenewa IV
:
penduduk sipil
c) Protokol
studi pustaka baik menggunakan buku
maupun data dari internet berupa artikel
Tambahan
Konvensi
Jenewa 1977
yang berkaitan dengan penulisan ini yang
menggunakan
1) Protokol Tambahan I : sengketa
bersenjata internasional
berbagai
ensiklopedia.
Dengan cara mempelajari, menganalisa,
dan menyimpulkan bahan-bahan hukum
2) Protokol Tambahan II : sengketa
tersebut, yang ada hubungannya dengan
bersenjata non internasional
pokok masalah yang penulis teliti dan
d) Hukum nasional
: UU No. 39
susun.
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
berisikan
Manusia.
pendapat
Melakukan
bayaran.
2) Bahan Hukum Sekunder
Yaitu
data
berbagai
para
kepustakaan
yang
pengertian
ahli
tentang
Melakukan
a. Perpustakaan
penelitian
Fakultas
b. Perpustakaan
data dari media massa, artikel-artikel,
Pusat
c. Perpustakaan
Fakultas
pembahasan perlindungan relawan
Universitas Andalas.
kemanusiaan ditinjau dari hukum
d. Perpustakaan Daerah
4.
3) Bahan hukum tersier atau bahan
penunjang merupakan bahan hukum
yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder,
kamus,
Universitas
Bung Hatta.
literatur dan internet yang menunjang
internasional.
Hukum
Universitas Bung Hatta.
Disini penulis mengambil
ensiklopedi, dan lainnya.
tentara
penulis adalah:
penjelasan mengenai bahan hukum
adalah
dan
ada. Perpustakaan yang dikunjungi oleh
hukum primer, yang memberikan
Contohnya
yang
kepustakaan pada beberapa pustaka yang
dipakai untuk mendukung bahan
primer.
pencatatan
Hukum
Analisis Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis
menggunakan analisis dengan analisa
kualitatif yang berpusat pada subtansi
dengan
proses
pendataan
dalam
menarik kesimpulan menggunakan
metode
berfikir
deduktif
yang
7
berpangkal pada pengajuan bahan
orang tewas dan 36 orang lainnya
premis mayor berupa aturan hukum.3
terluka dari sebanyak 679 penumpang
armada tersebut berasal dari 50 negara.
Menyerang
konvoi
kapal
yang
membawa bantuan kemanusiaan bagi
warga Jalur Gaza yang diblokade dan
menembaki para aktivis perdamaian.
Para aktivis perdamaian ini ditembak
karena
perlawanan
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Dari
Penelitian
yang
telah
diperoleh adalah:
Relawan
perspektif
Perlindungan Terhadap Relawan
Kemanusiaan
yang
Dalam
Konflik
Bersenjata Internasional
melakukan
membahayakan
tentara israel.4
dilakukan, hasil yang penelitian yang
I.
dianggap
kemanusiaan
Hukum
tergolong
dalam
dalam
Internasional
golongan
non
kombatan yang merupakan organisasi
penolong lain selain kegiatan kepalang
merahan. Organisasi penolong yang
1. Kasus Kapal Mavi Marmara
lain
ialah
perhimpunan
penolong
Rezim Zionis negara Israel Senin
nasional yang bukan Palang Merah
pagi dini hari pada tanggal 31 Mei
yang kegiatannya bertujuan membantu
2010 dalam sebuah operasi militer
orang
yang
Komandan
penduduk sipil warga negaranya, yang
Angkatan Laut Zionis Israel atas
ditahan atau ditawan. Bantuan yang
perintah langsung Ehud Barak, Menteri
diberikan
Pertahanan
aksi
spiritual. Bantuan yang dapat diberikan
kejahatan baru. Pasukan Komando
kepada tahanan dan tawanan perang di
Israel secara biadab membantai armada
wilayah yang diduduki itu terinci
kapal Mavi Marmara yang mengangkut
dalam tiga macam kegiatan, yakni
10 ribu ton bantuan kemanusiaan ke
pemberian
dilakukan
Israel
oleh
melakukan
yang
itu
dilindungi,
termasuk
sumbangan,
khususnya
bantuan
kegiatan
Gaza. Pembantaian terhadap awak
kapal yang tak berdaya itu dilakukan di
perairan internasional. Sebanyak 19
3
Bambang sunggono, 2013, Metode penelitian
hukum, jakrata: rajawali pers. Hlm 184-185.
4
Kasus Kapal Mavi Marmara Perspektif
Hukum
Internasional
https://tyokronisilicus.wordpress.com/2010/07/06/ka
sus-mavi-marmara-perspektif-hukum-internasional,
yang diakses tanggal 20 november 2015
8
keagamaan dan bantuan memanfaatkan
kejahatan-kejahatan yang paling serius
waktu senggang.
dan
Kapal yang diserang oleh Israel
menjadi
perhatian
komunitas
Internasional (pasal 5 Statuta Roma).
tersebut juga mengangkut wartawan
Penyerangan terhadap warga sipil
dari berbagai belahan dunia, padahal
termasuk ke dalam jenis pelanggaran
wartawan yang bertugas di wilayah
berat menurut Konvensi Jenewa 1977.
pertikaian bersenjata, berada di bawah
Dan termasuk ke dalam kejahatan
perlindungan Konvensi Jenewa 1949.
kemanusiaan menurut Statuta Roma
Pasal 79 Protokol I Konferensi tentang
tahun 1998. Juga bertentangan dengan
Pengesahan
berbagai
dan
Perkembangan
instrument
HAM
Hukum Humaniter Internasional pada
internasional seperti DUHAM (1948),
1977 menyatakan bahwa wartawan
Konvensi Eropa tentang Hak Asasi
yang
Manusia
sedang
menjalankan
tugas
(1950)
dan
Kovenan
berbahaya dianggap sebagai orang sipil
Internasional tentang Hak Sipil dan
dan diberi perlindungan selama mereka
Politik (1966) yang menggariskan
tidak melakukan tindakan yang secara
sebuah prinsip bahwa semua orang
merugikan
berhak menikmati hak asasi manusia,
mempengaruhi
status
sipilnya.5
baik dalam keadaan damai maupun
Perbuatan
Israel
dengan
menembaki warga Sipil yang tidak
bersenjata adalah sebuah kejahatan
perang.
2. Serangan dilakukan di Wilayah
Perairan Internasional
kemanusiaan sesuai dengan Pasal 7
Statuta
Roma.
Bahwa
kejahatan
a. Konferensi PBB III Tentang Hukum
Laut
terhadap kemanusiaan adalah salah
satu perbuatan yang dilakukan sebagai
Konferensi
ini
menghasilkan
bagian dari serangan yang meluas atas
beberapa kesepakatan dan pendapat,
sistemik yang diketahuinya bahwa
diantaranya:
serangan tersebut ditujukan terhadap
1.
penduduk
Governing the Sea-bed and Ocean
Hukum
sipil.
perspektif
Internasional,
of
Principles
jenis
Floor, and the Subsoil Thereof Beyond
kemanusiaan
the Limits of National Jurisdiction,
tersebut adalah bagian dari jenis
memutuskan bahwa daerah dasar laut
kejahatan
HAM
Dalam
Declaration
terhadap
dan
5
Konvensi Jenewa Pasal 79 protokol I
lapisan
tanah
di
bawahnya
9
dinyatakan sebagai warisan bersama
4) Kebebasan untuk membangun
umat manusia.
2.
pulau
Konferensi
ini
menghasilkan
buatan
instalasi
dan
instalasi-
lainnya
yang
beberapa konvensi tentang hukum laut
diperbolehkan
(konvensi hukum laut) yang harus
hukum internasional
diutamakan
dari
konvensi-konvensi
5) Kebebasan
sebelumnya.
berdasarkan
menangkap
ikan
Kebebasan riset ilmiah
b) Dasar
dan
Lahirnya
Prinsip
Kebebasan
Dari
b. Laut Lepas
zaman purbakala
sampai abad
pertengahan, pelayaran di laut adalah bebas
Prinsip hukum yang mengatur
rezim
laut
lepas
adalah
bagi semua bangsa dan dan setiap orang.
prinsip
Celsius dari Italy menyatakan thesea like
kebebasan. Penelitian mengenai laut
the air is common to all mankind (laut
lepas terdiri atas tiga bagian, yaitu:
bagaikan udara adalah milik bersama umat
1. Prinsip kebebasan di laut lepas
manusia).
2. Status hukum kapal-kapal di
mengatakan “the sea is open to everybody
laut lepas
Lebih
tegas
lagi
Ulpian
by nature “(pada dasarnya laut bebas untuk
3. Pengawasan-pengawasan
di
semua orang).
laut lepas.
Prinsip kebebasan juga muncul ketika
1) Prinsip Kebebasan di Laut Lepas
a) Pengertian prinsip kebebasan
Menurut Pasal 87 Konvensi,
kebebasan di laut lepas berarti bahwa
laut lepas dapat digunakan oleh negara
manapun. Kebebasan-kebebasan yang
dimaksud dalam Pasal 87 adalah:
1) Kebebasan berlayar;
untuk
I
mengumumkan
tentang kebebasan di laut. Menurutnya
penggunaan laut dan udara adalah
bebas bagisemua orang dan oleh karena
jenisnya yang khusus, laut tidak akan
dimiliki
oleh
siapapun dan
oleh
negara manapun.
2) Status Hukum Kapal-kapal di Laut
2) Kebebasan penerbangan;
3) Kebebasan
Ratu Elisabeth
memasang
kabel dan pipa bawah laut;
Lepas
10
a. Perbedaan antara kapal-kapal publik
dan Kapal-kapal swasta.
Perbedaan ini
didasarkan atas
pemilik kapal. Kapal-kapal publik
adalah kapal-kapal yang digunakan
dinas
Bentuk
Perlindungan
Hukum
yang Diberikan Terhadap Kasus
bentuk penggunaan bukan atas kualitas
untuk
II.
pemerintahan
dan
bukan untuk tujuan swasta.
Bagian
yang termasuk
publik
kapal-kapal
Kapal Mavi Marmara
a. Perlindungan Relawan Kemanusiaan
dalam Konvensi Jenewa 1949 dan
Protokol Tambahan I Dan II 1977
pada Kapal Mavi Marmara
Perlindungan
yang
diberikan
kapal-kapal
terhadap relawan kemanusiaan di atur
(kapal-kapal
dalam Kovensi Jenewa Tahun 1949 dan
pemerintahan, kapal-kapal riset, kapal-
Protokol Tambahan tahun 1977, bahwa
kapal pengawasan pantai dan lain-
peserta
lain),
antara penduduk sipil dengan peserta
adalah
publik
kapal
perang,
non-militer
kapal
internasional
organisasi-organisasi
(PBB).
Serta
yang
perang
perang.
harus
membedakan
Perlindungan
relawan
termasuk kapal-kapal swasta adalah
kemanusiaan yang membawa petugas
kapal-kapal dagang yang dipakai untuk
medis dari berbagai belahan dunia yang
tujuan komersial. Sebuah kapal negara
berada dalam kapal mavi marmara yang
yangdipakai untuk tujuan komersial
mempunyai misi Freedom Flotilla Gaza
adalah kapal swasta.
memberi
bantuan
terhadap
korban-
3) Wewenang Penuh Ketentuan-
korban bagi negara yang sedang konflik
ketentuan Negara Bendera
bersenajata. Pemberian bantuan terhadap
Kapal-kapal yang ada di laut lepas
korban konflik bersenjata internasional
peraturan-
maupun non internasional, mereka harus
peraturan atau ketentuan negara bendera
dilindungi seperti layaknya penduduk
(pasal 92 konvensi). Ketentuan ini dibuat
sipil.
sepenuhnya
agar
tunduk
pada
terdapat kesatuan
hukum untuk
Hukum Humaniter Internasional
menjamin ketertiban dan disiplin di atas
dalam Konvensi Jenewa 1949 dan
kapal.
bendera
Protokol Tambahan I dan II 1977
berlaku bagi semua perbuatan hukum
tidak hanya mengatur perlindungan
yang terjadi di atas kapal.
terhadap penduduk sipil. Namun
Undang-undang negara
dalam pembahasan Bab III Konvensi
Jenewa
IV
terfokus
tentang
11
Kedudukan
dan
Perlakuan
dan
Palang Merah,dan mereka memiliki
Orang-orang Yang harus Dilindungi
kewajiban
yaitu dalam pasal 27, 28 dan pasal 30.
memastikan bahwa emblem tersebut
Simbol dari perlindungan ini
adalah
emblem
Palang
Merah.
Penggunaan lambang dikontrol oleh
negara-negara
pihak
dalam
Konvensi Jenewa, dan pertamatama ditujukan untuk pelayanan
medis
Angkatan
Bersenjata.
Pelayanan, unit-unit dan personel
(seperti Perhimpunan Palang Merah
Nasional),
dapat
menggunakan
Palang Merah dengan persetujuan
dari otoritas militer, dapat juga oleh
rumah sakit sipil yang memberikan
perawatan kepada korban yang
terluka dan sakit, kasus-kasus ibu
hamil dan lemah, apabila diizinkan
Menurut Protokol Tambahan I,
perlindungan ini dapat diperluas untuk
personil dan unit-unit medis yang
diperbantukan kepada salah satu pihak
dalam
konflik
oleh
organisasi
organisasi yang menggunakan lambang
Palang
Merah.
berada di bawah kontrol pihak tersebut.
Organisasi
medis
independen, yang menurut definisi
tidak berada di bawah kendali suatu
negara, karena itu dikecualikan dari
perlindungan ini.6
Lambang-lambang kemanusiaan
tersebut dibuat agar mereka dapat
menunjukan bahwa seseorang atau
kesatuan tersebut merupakan petugas
mesdis yang sllu harus dihormati dan
dilindungi oleh para pihak yang
bersengketa. Setiap personel ataupun
alat-alat
atau
kendaraan
yang
menggunakan lambang kemanusiaan
mempunyai sifat netral, mandiri dan
sehingga
meskipun
lambang-lambang tersebut digunkaan
pada
suatu
kendaraan
tempur
sekalipun, semua pihak seharusnya
menaruh
hormat
karena
sifat
lambang-lambang tersebut.
Berdasarkan Hukum Internasional
kemanusiaan internasional yang tidak
berpihak (imparsial), selama mereka
untuk
negara mengontrol kegiatan organisasi-
imparsial,
oleh negara terkait.
relevan
tidak disalahgunakan, maka perlunya
medis lain yang ditugaskan kepada
salah satu pihak dalam konflik
yang
mengenai lambang petugas medis
diatur dalam:
Hanya negara-negara pihak dalam
Konvensi
Konvensi
yang
dapat
memberikan kewenangan penggunaan
6
International Review of the Red Cross,
Perlindungan organisasi kemanusiaan independen
dan staff mereka dalam hukum humaniter
internasional, Volume 89 Number 865 Maret 2007
12
1. Konvensi Jenewa I 1949 Pasal
Perserikatan
bangsa-bangsa
38 sampai dengan Pasal 44,
adalah organisasi internasional terbesar
Pasal 53 dan Pasal 54
dan bersifat universal. Organisasi ini
2. Konvensi Jenewa II 1949 Pasal
41 sampai dengan Pasal 45
bertujuan
perdamaian
3. Konvensi Jenewa IV 1949 Pasal
18 sampai dengan Pasal 22
untuk
memelihara
dan
keamanan
internasional. Sebagai organisasi antarpemerintah, PBB memiliki akses dan
4. Protokol Tambahan I 1977 Pasal
sumber daya yang melimpah untuk
18, Pasal 85 dan Annex I Pasal
memberikan
1 sampai dengan Pasal 5
kepada masyarakat korban konflik.
5. Protokol Tambahan II 1977
Pasal 12
bantuan
kemanusiaan
Sejak keberhasilannya dalam bantuan
kemanusiaan di Eropa setelah perang
6. Regulation on the Use of the
dunia yang ke II, PBB dipercaya untuk
Emblem of the Red Cross or the
menangani bencana alam dan bencana
Red Crescent By the National
yang diakibatkan oleh ulah manusia
Societies (disetujui dalam the
yang tidak bisa ditangani pemerintah
20the International Conference,
Negara yang bersangkutan.
Wina 1965 dan direvisi oleh the
Council of Delegates, Budapest
1991)
Dengan
demikian,
maka
penyerangan terhadap petugas
medis, rumah sakit dan fasilitas
kesehatan
lainnya
tidak
dibenarkan di dalam Hukum
Humaniter Internasional.7
c. Peran PBB dalam Kasus
Kapal Mavi Marmara
Untuk mengoordinasikan tindakan
kemanusiaan, majelis umum PBB pada
tahun 1991 membentuk komite yang
mengoordinasikan respon internasional
terhadap krisis kemanusiaan. The united
nations emergency relief coordinator
bertindak sebagai penasehat kebijakan,
koordinator, dan pendukung terhadap
darurat kemanusiaan. Office for the
coordinator of humanitarian affairs
(OCHA) yang tidak bisa ditangani
sebuah bdan PBB. OCHA bekerja sama
dengan aktor lain, pemerintah dan
7
Adinda Putri Ratna Devi, Herman,
S.H,M.S., Heru Projanto, S.H.M.H, Perlindungan
Hukum Petugas Medis dalam Sengketa Bersenjata
Non Internasional di Suriah Menurut Konvensi
Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan II 1977,
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
organisasi
non-pemerintah,
dalam
menangani masalah-masalah darurat.
13
d. ICC
(International Criminal
yurisdiksi ICC, maka si pelaku harus
diadili
Court)
dahulu
nasionalnya.
Pada bulan Juli 1998 masyarakat
Internasional
mencatat
oleh
mahkamah
Apabila
mahkamah
nasional tidak mau dan/atau tidak
suatu
mampu mengadili si pelaku, maka ICC
perkembangan penting, yakni ketika
akan menjalankan fungsinya untuk
disepakatinya Statut Roma tentang
mengadili si pelaku kejahatan yang
pembentukan
bersangkutan.
mahkamah
pidana
internasional (International Criminal
Court,
selanjutnya
disebut
Adapun yurisdiksi dari ICC ini
ICC).
mencakup empat hal yaitu :
Berbeda dengan mahkamah Ad Hoc
yang
dibentuk
sebelumnya
1. Genosida
Mahkamah
Nuremberg,
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan
telah
(misalnya,
Tokyo, ICTY dan ICTR), maka ICC
3.
Kejahatan perang
ini merupakan suatu mahkamah yang
4. Kejahatan agresi
Kecuali
berifat permanen. Mahkamah ini juga
dibentuk
sebagai
(complementary)
pelengkap
dari
Mahkamah
Mengenai
Complementary
tersebut merupakan hal yang penting.
Maksudnya bahwa ICC nanti akan
mahkamah
kejahatan
masing-masing
kejahatan
lainnya telah dirumuskan secara rinci
mengenai apa-apa saja yang termasuk
Pidana Nasional.
menjalankan
agresi,
mengenai
fungsinya
nasional
apabila
tidak
dapat
menjalankan fungsinya dengan baik.
dalam
kejahatan
ICC berlaku sejak bulan juli tahun
2002
dan
dirumuskan
kejahatan
delapan
tahun
akan
setelah
Hal ini perlu digaris bawahi sekali
lagi
akan
complementarity
mahkamah
agresi
statuta berlaku, yaitu pada tahun 2010.
statuta roma dikatakan bahwa ICC
apabila
dimaksud
beserta unsur-unsur deliknya. Statuta
Sehubungan dengan hal ini dalam
bekerja
yang
disini
bahwa
ICC
atau
bersifat
pelengkap
nasional tidak mau (unable) untuk
terhadap sistem hukum nasional. Oleh
mengadili
kejahatan-
karena itu yurisdiksi ICC hanya bias
kejahatan yang dimaksud. Dengan cara
dilaksanakan apabila telah dilalui suatu
ini
suatu
mekanisme nasional. Dalam hal ini
dalam
yurisdiksi ICC hanya bisa dilaksanakan
berarti
kejahatan
pelaku-pelaku
apabila
yang
terjadi
termasuk
14
apabila ternyata suatu negara tidak
tempat terjadinya pelanggaran terhadap
mau dan tidak mampu (unwilling and
HAM.8
unable) untuk mengadili kejahatankejahatan yang termasuk dalam ruang
lingkup kompetensi ICC.
international
dikenal
sebagai aktor pembela kemanusiaan
yang gigih. Organisasi non-pemerintah
ini dibentuk di London pada tahun
1961 oleh Peter Benenson. Peter
Benenson
mengajukan
relawan
Organisasi
mempunyai
permohonan
dilanda
konflik
bersenjata.
mereka
bersifat
netral
memihak
dan
menjalankan
tidak
misi
atau relawan kemanusiaan ini berupa
organisasi atau tidak serta bersifat
universal dan internasional atau tidak.
Salah satu prinsip yang menjadi
berhasil
landasan utama hukum perang adalah
mendapat
pembagian penduduk (warga negara)
kepercayaan masyarakat internasional
negara yang sedang berperang atau
sehingga memperoleh hadiah nobel
yang sedang terlibat dalam suatu
untuk perdamaian tahun 1977. Hadiah
pertikaian bersenjata (armed conflict)
hak-hak asasi manusia PBB tahun
dalam dua kategori, yaitu kombat dan
1978 dan dari dewan Eropa tahun
pendudukan sipil (civilans). Golongan
1983.
kombat inilah yang secara aktif turut
berkembang
Fokus
ini
,hanya
Karena
kemanusiaan. Entah aktor kemanusiaan
agar para tahanan politik di dunia
amnesti.
kemanusiaan
pembedaan dalam daerah yang sedang
e. Amnesty international
Amnesty
Setiap aktor kemanusiaan atau
dan
perhatian
International
utama
adalah
Amnesty
penghormatan
terhadap hak sipil dan politik. Secara
khusus organisasi ini memperjuangkan
serta dalam permusuhan (hostilities).
Prinsip membagi penduduk dalam dua
golongan ini lazim disebut distinction
principle.9
pembebasan para tahanan yang dihukum
Adanya prinsip pembedaan ini
karena pendapat politik, agama, atau
perlu
karena
Namun
mengetahui siapa yang dapat atau
demikian, aktivitas organisasi termasuk
boleh dijadikan objek kekerasan dan
alasan
pengiriman
diskriminasi.
misi
ke
negara-negara
8
diadakan
pertama
untuk
Antonio Cassesse, Hak Asasi Manusia di
Dunia yang Berubah, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta,1994
9
Haryomataram, Pengantar Hukum
Humaniter, Op.Cit
15
siapa yang harus dilindungi. Dengan
f. Hambatan
dan
kata lain, dengan adanya prinsip
Penyelesaian
pembedaan tersebut dapat diketahui
Marmara
siapa
yang
boleh
turut
dalam
Tantangan
Kasus
Kapal
Mavi
Tersedia sejumlah kendala untuk
permusuhan sehingga dijadikan objek
memaksa
kekerasan (dibunuh), dan siapa yang
jawabkan
harus dilindungi karena tidak turut
hukum. Disamping kendala yurisdiksi
dalam permusuhan. Mengenai masalah
hukum nasional, apabila pengadilan
ini Manual of Military Law dari
digelar di level nasional seperti Turki.
Kerajaan Inggris yang dikutip Draper,
Dimana Israel hampir tidak mungkin
mengatakan bahwa kedua golongan
menyerahkan tentaranya untuk diadili di
itu, yaitu kombat dan non- kombatan,
negara seperti Turki,
masing–masing mempunyai privileges
terjadi di level Internasional. Mengingat,
duties disabilities.
Israel juga bukan negara anggota dari
Selanjutnya
dalam
manual
tersebut dikatakan bahwa seorang harus
memilih di dalam golongan mana ia
masuk,
dan
menikmati
ia
tidak
privileges
dibenarkan
dua
golongan
sekaligus. Di dalam cetakan tahun 1958,
manual tersebut menambahkan bahwa
pembedaan antara kombat dan nonkombatan sekarang menjadi tidak jelas
(blured). Pada masa itu yaitu dekade
terakhir abad ke-19 tidaklah sulit untuk
menentukan siapa yang turut dalam
Israel
mempertanggung
kejahatannya
ke
hadapan
kendala juga
Statuta Roma. Maka, agak sulit juga
menghadirkan para tersangka Israel ke
Pengadilan Pidana Internasional di Den
Haag. Namun, di sisi lain, Israel adalah
anggota dari Konvensi Jenewa 1949
(Geneva Convention) yang merupakan
perjanjian internasional yang mengatur
hukum humaniter (hukum HAM dalam
peperangan) dan perlindungan terhadap
pihak-pihak tertentu (non combatants)
dalam konflik bersenjata.
Hambatan
berikutnya
adalah
permusuhan dan siapa golongan sipil,
hambatan politik, mengingat hukum
karena angkatan bersenjata atau kombat
internasional tak sepenuhnya fair, adil
memakai seragam yang jelas berbeda
dan imparsial, namun juga sangat
dari pakaian penduduk sipil.
10
ditentukan
oleh
kekuatan
politik.
Berlangsungnya pengadilan nasional,
regional maupun internasional seperti
10
ICC amat ditentukan dari kekuatanibid
16
kekuatan
politik
yang
bermain.
medis sebagai relawan kemanusiaan
Utamanya di level Eropa dan Amerika
yang harus dilindungi dan tidak boleh
dimana keputusan hukum dan politik
dijadikan
terhadap masalah ini akan dilakukan.
Protokol Tambahan II Tahun 1977
Dewan
memiliki
pada Pasal 11 menjelaskan bahwa
wewenang untuk mengajukan perkara
“medicals units and transports shall be
ke ICC, namun di sisi lain mereka
respected and protected at all times
memiliki lima anggota tetap yang
and shall not be the object of attack”
memiliki hak veto. Amat mungkin
yang menyatakan bahwa kesatuan-
negara-negara yang memiliki hak veto
kesatuan dan angkutan kesehatan harus
tersebut mengajukan intervensi dan
dihormati dan dilindungi setiap waktu
menjatuhkan veto mengingat hubungan
dan
khusus yang mereka miliki dengan
serangan.
Keamanan
PBB
negara Israel.
sebagai
tidak
2. Bentuk
boleh
sasaran
perang.
menjadi
perlindungan
objek
terhadap
relawan kemanusiaan pada kasus
Kapal Mavi Marmara, diatur dalam
Simpulan
Konvensi Jenewa Tahun 1949 serta
Berdasarkan
pembahasan
perlindungan
ditinjau
dari
kesimpulan
dari
diatas
mengenai
relawan
kemanusiaan
hukum
internasional
terhadap kasus kapal Mavi Marmara,
maka
penulis
kesimpulan
dapat
menarik
berdasarkan
rumusan
Protokol Tambahan I dan II Tahun
1977. Walaupun sudah ada sederet
ketentuan
pengaturan
perlindungan
terhadap
dan
relawan
kemanusiaan, namun tetap saja ada
para pihak yang bersengketa dalam
konflik
bersenjata
baik
sengketa
internasional maupun sengketa non
masalah sebagai berikut :
internasional yang tidak mematuhi
1. Perlindungan
relawan
kemanusiaan
aturan-aturan tersebut yang mana
yang membawa petugas medis dalam
relawan
kemanusiaan
ketentuan
petugas
medis,
Hukum
Humaniter
diantaranya
wartawan
serta
Internasional. Pada sengketa bersenjata
bangunan
dan
fasilitas-fasilitas
non
kesehatan
yang
bersifat
internasional
diatur
dalam
netral
Protokol Tambahan II Tahun 1977
menjadi korban dari sasaran perang
yang menjelaskan bahwa perlindungan
yang
terhadap penduduk sipil serta petugas
bersengketa. Hal ini telah menyalahi
dilakukan
oleh
pihak
17
dan
bertentangan
dengan
aturan
terhadap
humaniter
internasional”
Hukum Humaniter Internasional dan
bertentangan dengan status laut lepas.
hukum
Bambang
Ucapan Terima kasih
sunggono,
2013,
Metode
penelitian hukum, rajawali pers,
Penulis mengucapkan Terima kasih
kepada Bapak Poniar warsono S.H, selaku
pembimbing I dan Ibu Dwi Astuti Palupi
S.H.,M.H, selaku pembimbing sekaligus
Dekan Fakultas yang telah memberikan
arahan, bimbingan, motivasi dan petunjuk.
Penulis juga mengucapkan terima
Jakarta
Haryomataram, 2005 „‟Pengantar hukum
Humaniter”,
PT
Rajagrafindo
Persada, Jakarta
Internal Review of the Red Cross, 2005,
”Perlindungan
Tahanan:
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Kegiatan
1.
Penahanan” Vol. 87 No. 857,
Ibu Deswita Rosra , S.H., M.H, selaku
ketua
Jurusan
Fakultas
Hukum
Universitas Bung Hatta.
2.
Ibu Nurbeti S.H., M.H, selaku wakil
Dekan Fakultas Hukum Universitas
Mansyur
ICRC
Effendi,
Humaniter
Tempat
1992
“Hukum
Internasiona
Pokok-pokok
hankamrata”,
Bung Hatta.
di
dan
doktrin
Penerbit
Usaha
Nasional, Surabaya
Marion harrof-travel, “kegiatan Komite
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Internasional
Ambarwati, Denny Ramadhany, Rina
Rusman, “Hukum Humaniter
Internasional
dalam
Studi
Hubungan Internasional”, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta,
Palang
Merah(International
Committe
Of Teh Red Cross/ICRC) Pada
Waktu
Kekerasan
dalam
Negeri”, International Committe
Of Teh Red Cross Regional
Delegation in Jakarta
Antonio Cassesse, Hak Asasi Manusia
di Dunia yang Berubah,
1994,
Yayasan
Obor
Indonesia, Jakarta
Buku Pedoman untuk Anggota Parlemen
no. 1, 1999 “ penghormatan
Mochtar
Kusumaatmadja,
“Hukum
1980,
Internasional
Humaniter dalam Pelaksanaan
dan Penerapannya diIndonesia”,
18
Niel Melzer, 2009, “Pedoman Penafsiran
dalam
Bersenjata
Langsung Dalam Permusuhan
Fakultas
Menurut
Sumatera Utara, Medan
Hukum
Humaniter
Sandra,
Patricia
2008,
Aceh”
Konflik
Tentang Konsep Keikut Sertaan
Internasional”, ICRC
Rully
Kemanusiian
Hukum
Halim,
,
Skripsi
Universitas
Tinjauan
Hukum
“Bantuan
Internasional
Terhadap
Hukum
Perlindungan
Relawan
Humaniter Internasional“ Jurnal
Kemanusiaan
Hukum Internasional, Penerbit
Blokade Jalur Gaza, Skripsi
Pusat Studi Hukum Humaniter
(Fakultas
dan
Sumatera Utara, Medan, 2010)
Kemanusiian
HAM
Dalam
(terAs)
Fakultas
Hukum Universitas
Hukum
Kasus
Universitas
Trisakti,
vol.4 No.6,
Soerjono
dalam
ICRC Blog Indonesia
Soekanto
Mamudji,
Hukum
dan
Sri
“Penelitian
Normatif,
Tinjauan
Diantara,
“Perlindungan
Relawan Kemanusiian Suatu
Suatu
Singkat”,
RajaGrafinda
Dio
Tinjauan Hukum Humaniter
PT
Internasional”,
Persada,
Skripsi
(Fakultas Hukum Hasanuddin,
Jakarta
Makassar, 2014)
B. Peraturan Perundang-undangan
Sumber
hukum
internasional,
http://notesofrisk.blogspot.co.id/
Protokol Tambahan I dan II pada
Konvensi-konvensi Jenewa
Tahun 1977
Terjemahan
Konvensi
Jenewa
Seputar Pengertian Perlindungan Hukum
http://seputarpengertian.blogsp
ot.co.id/2014/01/
C. Sumber-sumber Lain
Al Maysita Dalimunthe, 2009, ”
Hukum
humaniter-internasional.html, 30
september 2015
Tahun 1949
Tinjauan
2013/01/sumber-hukum-
Humaniter
1 Oktober
2015
Zainul friansyah, sistematika prposal
Terhadap Perlindungan Penduduk
penelitian
Sebagai
http//zainulfriansyah.blogspot.co
Korban
Kejahatan
hukum,
19
m/2010/06/proposal
hukum
penelitian
m/123456789/37012/5/Chapter%2
tinjauan.html.diakses
0III-V.pdf, diakses tanggal 18
pada tanggal 15 november 2015
November 2015
The fourth hearing of the Mavi Marmara
Citra Israel di Dunia Internasional Pasca
case has been seen at Cağlayan
Serangan Terhadap Kapal Mavi
Magistrates
Marmara
Court
http://mavi-
marmara.ihh.org.tr/en/main/news/
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t
0/the-fourth-hearing-of-the-mavi-
20266.pdf, diakses pada tanggal
marmara-case-h/1896 diakses pada
20 november 2015
15 November 2015
Kasus Kapal Mavi Marmara Perspektif
Septiawan Riki, makalah internasional
humanitarian
Tambahan
law
I
perlindungan
Protokol
Tahun
korban
bersenjata
https://tyokronisilicus.wordpress.c
om/2010/07/06/kasus-mavi-
konflik
marmara-perspektif-hukum-
internasional.
.co.id/2012/05/makalahinternasional-humanitarian-law.html
Laut
Internasional
1977
http://rikiseptiawan180991.blogspot
Hukum
Hukum
Internasional
internasional, yang diakses tanggal
20 november 2015
Citra Israel dalam Pandangan Negara
Barat Pasca Tragedi Mavi
Marmara
http://www.academia.edu/9168
http://thesis.umy.ac.id/datapubli
062/Hukum_Laut_Internasional
k/t20266.pdf, diakses tanggal
, 17 november 2015
20 November 2015
Prinsip Kebebasan di Laut Lepas
(HIGH
Seas),
Konflik Bersenjata di Jalur Gaza
https://suryaanom.wordpress.co
http://repository.usu.ac.id/bitstr
m/2008/04/05/prinsip-
eam/123456789/37012/5/Chapt
kebebasan-di-laut-lepas-high-
er%20III-V.pdf, di akses pada
seas), diakses pada tanggal 17
tanggal 21 november 2015
November 2015
Konflik Bersenjata di Jalur Gaza
http://repository.usu.ac.id/bitstrea
Pengaturan
Hukum
Internasional
Tentang Perlindungan Relawan
Kemanusiaan
20
http://repository.usu.ac.id/bitstr
m/artikel/opini/read/2013/06
eam/123456789/37012/4/Chapt
/03/1983/tiga-tahun-tragedi-
er%20II.pdf yang diakses pada
mavi-marmara-freedom-
tanggal 22 november 2015
flotilla-2.html,
International Review of the Red
Cross,
Perlindungan
organisasi
kemanusiaan
independen dan staff mereka
dalam
hukum
internasional,
humaniter
Volume
89
Number 865 Maret 2007
Adinda Putri Ratna Devi, Herman,
S.H,M.S.,
Heru
S.H.M.H,
Projanto,
Perlindungan
Hukum Petugas Medis dalam
Sengketa
Bersenjata
Internasional
Menurut
di
Non
Suriah
Konvensi
Jenewa
1949 dan Protokol Tambahan
II 1977, Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya
Kasus Kapal Mavi Marmara: Israel
Menolak
Diselidiki
http://www.tempo.co/read/n
ews/2010/06/03/115252358/
Kasus-Kapal-MaviMarmara--Israel-MenolakDiselidiki diakses pada 24
November 2015
Tiga Tahun Tragedi Mavi Marmara
Freedom
Flotilla
(2)
http://www.hidayatullah.co
di
akses
tanggal 22 Desember 2015
Download