pekerja anak

advertisement
II I II I I I II
45466
PEKERJA ANAK
II
II II
Pekerja Anak
Anggota paling rentan dalam tenaga kerja global adalah mereka yang seharusnya
belum waktunya bergabung dalam angkatan kerja tersebut, yaitu anak-anak.
Menurut perkiraan ada sekitar 250 juta anak berumur 5-14 tahun di negara-negara
berkembang yang terlibat dalam kegiatan ekonomi, 120 juta diantaranya bekerja
penuh waktu. Pekerja anak di Asia berjumlah sekitar 60% dan jumlah seluruh pekerja
anak di dunia.
Banyak anak yang bekerja pada pekerjaan dan industri berbahaya, atau buruh dalam
kondisi yang menempatkan kesejahteraan fisik dan mental mereka dalam bahaya.
Mereka bahkan lebih tentan daripada orang dewasa terhadap efek negatif dan bahanbahan yang berbahaya seperti asbestos dan pestisida yang digunakan di pertanian. Di
samping itu, mereka tidak mempunyai cara untuk melindungi dirinya terhadap situasisituasi bahaya di tempat kerja mereka, atau terhadap perdagangan seks, yang berdasarkan
definisi adalah bersifat kurang manusiawi terhadap anak yang diperkerjakan.
Kemiskinan memaksa banyak anak terlibat dalam perjuangan untuk menghidupi
dirinya dan keluarganya. Tetapi pekerja anak juga menyebabkan terpeliharanya
kemiskinan, karena anak-anak yang bekerja, yang tidak mendapat kesempatan
bersekolah, bahkan banyak yang tidak sampai bangku sekolah dasar, mempunyai
prospek yang terbatas untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dengan upah yang
sepadan seperti yang diperoleh orang-orang dewasa, Usaha untuk mencarikan jalan
dan cara mengatasi siklus kemiskinan mi merupakan perhatian utama ILO,
Sejak pembentukannya, ILO telah rnenetapkan standar pada usia minimum untuk
diperbolehkan bekerja di berbagai sektor ekonomi (misalnya industri, prtanian, dan
lain-lain) atau dalam beragam kondisi (misalnya di bawah tanah atau kerja malam).
Dua Konvensi utama yang berhubungan dengan pekerja anak adalah:
KonvensiUsici Minimum, 1973 (No.138)
Konvensi Bentuk Terbu!uk Pekerja Ancik, 1999 (No.
Konvensi tersebut adalah dua dan delapan Konvensi ILO mendasar tentang hak-hak
asasi manusia di rempat kerja yang diharapkan oleh masyarakat intemasional agar tiap
negaa meratifikasinya. Sampai dengan 11 Oktober 1999, Konvensi No. 138 mi sudah
diratifikasi oleh 78 negara.
Ciri-ciri utama kedua Konvensi tersebut dirangkum dalam kotak-kotak di sebelah
kanan.
Konvensi Usia Minimum, 1973 (No.138)
Negara-negara yang meratifikasi Konvensi No. 138 wajib menetapkan kebijaksanaan nasional dengan
sasaran ganda: penghapusan pekerja anak secara efektif, dan penaikan secara progresif usia minimum
untuk bekerja pada tingkat yang sesuai dengan pertumbuhan utuh mental dan fisik anak-anak.
Negara yang meratifikasi wajib menambahkan pada ratifikasinya suatu dekiarasi yang menyebutkan usia
minimum dasar. Usia tersebut tidak boleh kurang dan batas usia wajib sekolah dan bagaimanapun juga
tidak kurang dan 15 tahun, Batasan usia yang berbeda diperbolehkan untuk negara-negara berkembang
dan jenis-jenis pekerjaan tertentu. Beberapa pilihan usia dapat dilihat pada tabel benikut:
C. 138
Umum
Perkecualian untuk
negara berkembang
Usia minimum dasar
15
14
Normal: 18
TANPA PERKECUALIAN
Pekerjaan berbahaya
Dalam kodisi tertentu: 16
Pekerjaan ningan
13 - 15
12 - 14
Dalam kondisi tertentu, standar usia minimum tersebut tidak diterapkan pada:
pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak dan orang muda di sekolah untuk pendidikan umum, kejuruan
atau teknis atau di lembaga pendidikan lainnya, atau pekerjaan yang dilakukan oleh pemagang yang
berusia paling sedikit 14 tahun;
anak-anak yang berperan serta dalam pagelaran seni
Konsultasi dengan organisasi pengusaha dan pekerja terkait adalah satu dan kondisi tersebut.
Hal-hal yang juga metnerlukan konsultasi semacam itu:
beberapa kategori pekerjaan atau kerja, yang memiliki beberapa masalah khusus dan penting, dapat
dilepaskan dan penerapan Konvensi mi;
sektor ekonomi atau jenis-jenis usaha, dimana fasilitas ekonomi dan administrasi tidak berkembang
secara memadai, dapat dilepaskan dan penerapan Konvensi irii, tetapi Konvensi mi harus selalu
diterapkan pada: pertambangan dan penggalian; pabnik; konstruksi; listrik, gas dan air; jasa kebersihan;
perhubungan, penyimpanan dan komunikasi; perkebunan dan usaha pertanian Iainnya yang produksi
utamanya untuk tujuan komersil (tetapi. bukan merupakan usaha keluarga atau industri kecil).
Dengan adanya keluwesan yang disediakan Konvensi mi, pemerintah dapat meminta bantuan ILO dalam
memperoleh gambarankondisi nasional dalam bidang mi sebelum mendaftarkan ratifikasinya.
Konvensi Bentuk Terburuk Pekerja Anak, 1999 (No.182)
Negara yang meratifikasi wajib mengambil langkah cepat dan efektif untuk menjamin pelarangan dan penghapusan
bentuk-bentuk terburuk pekerjaan yang dilakukan oleh semua orang yang berumur di bawah 18 tahun.
Bentuk-bentuk terburuk dan pekerja anak terdiri dan: (a) segala bentuk perbudakan atau praktek-praktek
semacam itu, seperti penjualan dan perdagangan anak-anak, budak hutang dan tanah dan kerja paksa
atau wajib, termasuk pengerahan anak-anak secra paksa atau wajib dalam konflik bersenjata; (b)
penggunaan, perolehan atau penawaran anak untuk pelacuran, untuk pembuatan gambar porno atau
pertunjukan pomografi; (c) pengguniaan, perolehan atau penawaran anak untuk kegiatan haram/terlarang,
khususnya dalam produksi dan perdagangan narkoba seperti yang ditentukan dalam perjanjian intemasional
terkait; (d) kenja yang, karena alamnya atau keadaannya dimana kerja itu berlangsung, membahayakan
kesehatan, keselamatan atau moral anak-anak.
Langkah-Iangkah yang efektif dan tenikat waktu untuk menghapuskan bentuk tenburuk kerja anak
termasuk !angkah pencegahan, pemindahan dan kerja, rehabilitasi dan reintegrasi sosial melalui, antara
lain, akses ke pendidikan dasar gratis dan menjangkau anak-anak yang berada pada resiko khusus dan
memperhitungkan situasi khusus dan anak perempuan.
Organisasi pengusaha dan pekenja memiliki peran kunci dalam menentukan bentuk-bentuk terburuk kerja
anak, merancang dan melaksanakan program aksi, dan menunjuk mekanisme pengawasan. Pandangan
kelompok lain yang terkait, seperti lembaga swadaya masyarakat, penasihat hukum hak-hak anak dan benbagai
kalangan profesional dapat juga dipertimbangkan pada saat merancang dan melaksanakan program aksi.
Negara-negara Anggota ILO dihimbau untuk memberikan dukungan bagi pembangunan sosial dan
ekonàmi, pengentasan kemiskinan dan pendidikan semesta.
Brosur mi merupakan bagian dan paket informasi mengenai "Konvensi-Konvensi Mendasar ILO tentang
Hak Asasi Manusia" yang disiapkan oleh Kantor ILO di Jakarta dan Tim Penasihat Multidisipliner ILO
untuk wilayah Asia Tenggara dan Pasifik di Manila (ILO/SEAPAT) berdasarkan publikasi Tim Penasihat
Mu1tidisiplinr ILO untuk wilayah Asia Selatan di New Delhi (ILO/SAAT). Brosur lainnya dalam paket
mi termasuk:
Kebebasan Berserikat
Diskriminasi
KerjaPaksa
Sistem Standar ILO
Konvensi-Konvensi Meridasar ILO tentang.Hak Asasi Manusia: Indonesia dan Asia Teriggara
Diagram Ratifikasi Dunia
Dekiarasi ILO tentang Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja
Apabila ingin memiliki brosur-brosur di aas atau inginmendapatkan informasi lain mengenai Pekerja Anak,
silakan menghubungi:
'
Iz[O
Kantor ILO di Jakarta
Jalan M.H. Thamrin No. 14,
Jakarta10240, Indonesia
atau P.O. Box 1075 Jakarta 10010
Telpon: (021) 3141308 atau 3140066
Fax: (021) 3100766
E-mail: [email protected]
ISBN 92-2-81 1868-7
DEKLARASI ILO
TENTANG PRINSIP-PRINSIP DAN
HAK-HAK MENDASAR DI TEMPAT KERJA
Dekiarasi ILO Mengencii Prinsip-prinsip dan
Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja dan
TindakLcinjutnya
Sepanjang dasawarsa mi kita menyaksikan mantapnya kemajuan globalisasi perekonomian
dunia, dan perluasan hubungan perdagangan dan penanaman modal yang membawa
harapan akan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran,
Bila pertumbuhan ekonorni akan menghasilkan keadilan, kemajuan sosial dan pengentasan
kemiskinan, hal mi harus didirikan atas prinsip dan hak yang memungkinkan orang
untuk menuntut pembagian adil atas kesejahteraan yang dapat membantu mereka untuk
memulaL, dan mencapai potensi kemanusiaan mereka sepenuhnya.
ILO telah mempromosikan kebebasan berserikat, anti diskriminasi dan penghapusan
kerja paksa dan pekerja anak sebagai prinsip dan hak mendasar di tempat kerja sejak
pendiriannya. Dalam beberapa tahun belakangan mi, masyarakat intemasional merasa
perlu untuk menegaskan kembali karakter yang mendasar dan universal dan prinsip
dan hak tersebut, dan untuk mengemukakan harapan bahwa setiap negara Anggota
ILO akan meratifikasi ketujuh Konvensi yang memuat prinsip tersebut.
Pada Pertemuan Puncak Dunia untuk Perkembangan Sosial, para pemerintah berjanji
untuk mengejar tenaga kerja penuh, dan pada akhirnya, untuk menjamin pekerjaan
yang berkualitas, untuk mengamankaii hak dan keperitingan dasar para pekerja, dan
untuk secara bebas mempromosikan penghargaan atas Konvensi-Konvensi ILO mengenai
hak-hak mendasar. Pada tahun 1996, Konferensi Tingkat Menteri Organisasi Perdagangan
Dunia (WTO) berj anj i kepada riegara-negara Anggota untuk pelaksanaan standar
perburuhan yang diakui secara intemasional,menunjuk lLO sebagai badan yang mampu
untuk menetapkan dan menangani standar-standar tersebut. Digunakannya standar
perburuhan untuk keperluan proteksionis ditolak dan Konfererisi menyetujui bahwa
keunggulan komparatif negara tidak akan dipertanyakan.
Dekiarasi mi menjadikan satu semua perhatian tersebut dan menyatakan kewajiban
timbal balik (lihat alinea 2 dan 3 dan teks operatif Deklarasi di dalam boks sebelah
kanan), Deklarasi mi juga mengatur suatu tindak lanjut, yang terdini atas dua bagian.
Bagian pertama adalah ulasan tahunian terhadap situasi di negara-negara yang belum
meratifikasi Konvensi mendasar. Sebelum Dekiarasi mi, ILO tidak dapat mempromosikan
hak-hak mendasar atas dasar sistematis apapun- terkecuali kebebasan berserikat - di
negara-negara yang belum meratifikasi instrumen-instrumen yang berkaitan tanpa
ijin/persetujuan mereka sebelumnya. Bagian tindak lanjut yang kedua adalah laporan
menyeluruh. Dalam jeda empat tahunan untuk tiap kategori hak, laporan menyeluruh
akan menyajikan suatu tinjauari kemajuan yang dicapai - baik di negara Anggota yang
sudah maupun yang belum meratifikasi Konvensi-Konvensi mendasar.
Dekiarasi ILO Mengenai Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar
dl Tempat Kerja
Dengan mempertimbangkan
bahwa ILO didirikan dengan keyakinan bahwa keadilan sosial itu penting bagi perdamaian yang
bersifat langgeng dan universal;
bahwa pertumbuhan ekoriomi itu penting tetapi tidak memadai untuk menjamin pemerataan, kemajuan
sosial dan penghapusan kemiskinan, sehingga ILO perlu memasyarakatkan kebijakan sosial yang tegas
dan kelembagaan-kelembagaan yang adil dan demokratis;
bahwa sudah sewajarnyalah bagi ILO, tedebih lagi pada saat sekarang mi, untuk memanfaatkan semua
sumber daya kerjasama teknis, penelitian maupun penetapan standar di segala bidang keahlian, khususnya
di bidang ketenagakerjaan, pelatihan kejuruan dan kondisi-kondisi kerja, guna menjamin bahwa dalam
konteks strategi perkembangan ekonom dan sosial secara global, kebijakan-kebijakan ekonomi dan sosial
merupakan komponen-komponen yang saling menguatkan untuk mendukung terciptanya perkmbangan
berkesinambungan dalam pengertian yang luas;
bahwa sudah sewajarnyalah bagi ILO untuk memberikan perhatian khusus terhadap masalah-masalah
yang dihadapi oleh individu-individu yang memiliki kebutuhan sosial khusus, terutama para pengganggur
dan pekerja migran, dan bahwa sudah sewajarnyalah bagi ILO untuk memobilisasi sekaligus mendorong
usaha-usaha intemasional, regional maupun nasional yang ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi individu-individu tersebut, serta memasyarakatkan kebijakan-kebijakan yang terbukti
efektif untuk menciptakan lapangan kerja;
bahwa untuk memelihara hubungan antara kemajuan sosial dengan pertumbuhan ekonomi, terjaminnya
prinsip-prinsip dan hak-hak mendasar di tempat kerja merupakan hal yang istimewa dan penting karena
mi memungkinkan individu-individu yang berkepentingan untuk derigan leluasa menuntut bagman mereka
secara adil dalam kemakmuran yang ikut mereka hasilkan berdasarkan asas pemerataan kesempatan,
sekaligus memberikan kesempatan kepada mereka untuk semaksimal mungkin menggali potensi yang
mereka miliki;
bahwa ILO merupakan organisai intemasional yang mempunyai rnandat sekaligus merupakan badan
yang berwenang untuk menetapkan dan menangani standar-standar perburuhan internasional, serta
memperoleh dukungan dan pengakuan secara universal dalam memasyarakatkan hak-hak asasi di tempat
kerja sebagai ungkapan prinsip-prinsip konstitusionalnya;
bahwa hal yang mendesak untuk dilakukan dalam situasi di mana t.ingkat kesalingtergantungan ekonomi
kian meningkat adalah menegaskan kembali bahwa prinsip-prinsip dasar dan hak-hak asasi yang tertanam
dalam Konstitusi Orgaiiisasi memiliki sifat yang tidak dapat diubah, sekaligus menerapkan prinsip-prinsip
dan hak-hak tersebut secara universal;
maka Konperensi Perburuhan Intemasional,
1. Mengingat:
bahwa dengan menjadi anggota ILO secara sukarela, seluruh anggota telah menyetujui prinsipprinsip dan hak-hak yang telah digariskan baik dalam Konstitusi ILO maupun dalam Deklarasi
Philadelphia, dan mi berarti mereka wajib berusaha mencapai seluruh tujuan Organisasi sesuai
dengan sumber-sumber daya yang mereka miliki dan sesuai dengan kondisi masing-masing;
bahwa prinsip-prinsip dan hak-hak mi telah dinyatakan dan dikembangkan dalam bentuk hak-hak
dan kewaj iban-kewaj iban yang lebih spesifik dalam Konvensi-Konvensi ILO yang telah diakui
sebagai dasar baik di dalam maupun di luar ILO.
2. Menyatakan bahwa seluruh anggota ILO, sekalipun mereka belum rnengesahkan Konvensi-Konvensi yang
dimaksud, berkewajiban, sesuai dengan status mereka sebagai anggota ILO, untuk menghormati, memasyarakatkan sekaligus mewujudkan, secara jujur dan terbuka dan sesuai dengan Konstitusi ILO, prinsipprinsip yang berkaitan dengan hak-hak dasar yang digariskan oleh Konvensi-Konvensi tersebut, yaitu:
kebebasan untuk berkumpul dan pengakuan atas hak untukmelakukan tawar-menawar secara kolektif;
penghapusan segala bentuk kerja paksa atau kerja yang diharuskan;
larangan untuk mempekerjakan buruh anak; dan
penghapusan segala bentuk diskriminasi tenaga kerja.
3. Mengakui kewajiban Organisasi untuk membantu anggota-anggotanya, sebagai tanggapan terhadap
kebutuhan-kebutuhan mereka yang te[ah digariskar dan disampaikan, demi tercapainya tujuan-tujuan
Organisasi dengan sepenuhnya memanfaatkan sumber-sumber daya yang bersifat konstitusional,
operasional maupun yang terkait dengan anggaran belanja, dengan memobilisasi sumber-sumber daya
dan dukungan dan luar, dan dengan mendorong organisasi-organisasi internasional lainnya yang
memiliki hubungan dengan ILO, sesuai dengan pasal 12 Konstitusi ILO, untuk mendukung usahausaha berikut:
menawarkan kerjasama teknis dan konsultasi guna memasyarakatkan pengesahan dan pelaksanaan
Konvensi-Konvensj dasar [ILOI;
membantu anggota yang kondisinya masih belum memungkinkan untuk mengesahkan beberapa
atau seluruh Konvensi-Konvensi tersebut dalam usaha untuk menghormati, memasyarakatkan dan
mewujudkan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan hak-hak asasi yang menjadi subyek KonvensiKonvensi tersebut; dan
membantu anggota menciptakan iklim yang sesuai bagi perkembangan ekonomi dan sosial.
4. Memutuskan bahwa, agar Dekiarasi mi benar-benar efektif, hendaknya diambil suatu langkah tindak
lanjut yang berarti sekaligus efektif untuk memasyarakatkan Deklarasi,tersebut sesuai dengan langkahlangkah yang tertuang dalam Lampiran Dekiarasi yang hendaknya dianggap sebagai bagian yang tak
terpisahkan dan Dekiarasi mi.
5. Menggarisbawahi bahwa standar-standar perburuhan yang ada hendaknya tidak disalahgunakan untuk
kepentingan dagang yang bersifat proteksionis, dan.bahwa tidak satu bagian pun dan Dekiarasi mi
beserta tindak lanjutnya yang boleh dikutip atau dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan
semacam itu; selain itu, Dekiarasi mi beserta tindak lanjutnlya hendaknya sama sekali tidak
mempermasalahkan keuntungan komparatif negara manapun.
Brosur mi merupakan bagian dan paket informasi mengenai "Konvensi-Konvensi Mendasar ILO tentang
Hak Asasi Manusia" yang disiapkan oleh Kantor ILO di Jakarta dan Tim Penasihat Multidisipliner ILO
untukwilayah Asia Teniggara dan Pasifik di Manila (ILO/SEAPAT) berdasarkan publikasi Tim Penasihat
Multidisipliner ILO untuk wilayah Asia Selatan di New Delhi (ILO/SAAT). Brosur lainnya dalam paket
mi termasuk:
Kebebasan Bersenikat
Diskriminiasi
Kerja Paksa
Pekerja Anak
Sistem Standar ILO
Konvensi-Konvensi Mendasar ILO tentang Hak Asasi Manusia: Indonesia dan Asia Tenggara
Diagram Ratifikasi Dunia
Apabila ingin memiliki brosur-brosur di atas atau ingin mendapatkan infonmasi lain mengenai Dekiarasi
ILO tentang Prinsip-prmnsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja, silakan menghubungi:
f
ILO
Kantor ILO di Jakarta
Jalan M.H. Thamnin No. 14,
Jakarta 10240, Indnesia
atau P.O. Box 1075 Jakarta 10010
Telpon: (021) 3141308 atau 3140066
Fax: (021) 3100766
E-mail: [email protected]
ISBN 92-2-811868-7
KEBEBASAN BERSERIKAT
Kebebasan Berserikat, Hak untuk
Berorganisasi dan Mengadakan
Kesepakatcin Kerjci Bersama
Kebebasan berserikat adalah inti dan berfungsinya ILO, dan darah daging dan organisasi
pengusaha dan pekerja yang kuat, mandiri dan representatif. Pelanggaran atas hak mi,
dimanapun terjadmnya, mengancam berfungsinya para mitra sosial tersebut, dan dengan
demikian tidak hanya terhadap struktur Organisasi tnipartit mi melainkan juga terhadap
peran serta demokratis mereka dalam membentuk kebijaksanaan ekonomi dan sosialnya.
Dalarn Mukadimah Anggaran Dasar ILO taliun 1919, "pengakuan atas prinsip kebebasan
berserikat" disebut sebagai salah satu tujuan Organisasi. Selanjutnya, Dekiarasi
Philadelphia tahun 1944, yang clilampirkan pada Anggaran Dasar, berbunyi sebagai
benikut:
"Konperensi menegaskan kembali prinsip-prinsip mendasar yang menjadi dasar
Organisasi dan, khususnya, bahwa [".1 kebbasan menyatakan pendapat dan
berserikat penting artinya bagi kemajuan yang berkesinambungan;L. ..1"
Pada waktu suatu negara menjadi anggota ILO, maka negara tersebut secara tidak
langsung menyatakan dukungan tanpa kecuali terhadap prinsip dasar mu.
Dua Konvensi utarna yang berkaitan dengan promosi kebebasan bersenikat dan
kebebasan mengadakan kesepakatan kerja bersama adalah:
Konvensi Kebebcisan Berserikcit don Perlindungan
atas Hak'Berorganiscisi, 1948 (No. 87)
Konvensi Hak Berorganisasi don Perundingan
Bersama, 1949 (No.98)
Konvensi tersebut adalah dua dan delapan Konvensi ILO mendasar tentang hak-hak
asasi manusia di tempat kerja yang diharapkan oleh masyarakat internasional agar tiap
negara meratifikasinya. Sampai dengan 11 Oktober 1999, Konvensi No. 87 sudah
diratifikasi oleh 126 negara dan Konvensi no, 98 oleh 143 negara.
Ciri-ciri utama kedua Konvensi clirangkum dalam kotak-kotak di sebelah kanan.
Konvensi Kebebcsscin Berserikat dan Perlindungcin alas Hcik
Berorganisasi, 1948 (No. 87)
Konvensi No 87 menetapkan hak para pekerja dan pengusaha, tanpa perbedaan, untuk mendirikan dan
menjadi anggota organisasi atas pilihan masing-masing tanpa meminta jim sebelumnya. Organisasi
mereka berhak membentuk dan menjadi anggota federasi dan korifederasi, termasuk di tingkat intemasional,
Organisasi atau federasi mi harus bebas dan kemungkinan tindakan pembubaran atau pembekuan semena-
mena oleh pemenintah.
Organisasi pekerja dan pengusaha berhak untuk menyusun anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
mereka sendiri, memilih wakil-wakil mereka dan menyelenggarakan kegiatan mereka, tanpa campur
tangan yang dapat membatasi hak in atau yang mencegah penggunaan hak mereka secara hukum,
Ketentuan untuk mendapatkan kedudukan hukum bagi orgariisasi pekerja dan organisasi pengusaha
tidak boleh dibuat sedemikian rupa sehingga inembatasi penggunaan hak untuk berorganisasi.
Dalath melaksanakan hak-hak yang dibenikan oleh Konvensi mi, para pekerja dan pengusaha dan
organisasi-organisasi mereka harus tunduk pada undang-undang negara yang benlaku pada mereka sebagai
warga negara dan organisasi. Namun demikian, undang-undang mi tidak boleh bersifat sedemikian rupa
sehingga mengurangi j amman yang diberikan dalam Konvensi. Demikian pula pemberlakuan undangundang itu tidak boleh membawa dampak seperti itu.
Pengecualian dan prinsip utama hak berorganisasi "taripa perbedaan apa pun" hanya diberlakukan
terhadap angkatan bersenjata dan polisi, dimana ketentuan dan peraturan khusus diterapkan pada meneka.
Konvensi Hak Berorganisasi dan Perundingan Bersama, 1949 (No. 98)
Konvensi mi bertujuan melindurigi penggunaan hak berorganisasi dan merigusahakan kesepakatan kerja
bersama secara sukarela.
Para pekerja harus juga dilindungi terhadap tindakari-tindakan diskriminasi anti-serikat buruh, terutama
tindakan-tindakan yang diperkirakan akan:
Mensyaratkan bahwa seorang pekerja dapat tetap bekerja bila ia tidak meñjadi anggota serikat
buruh atau melepaskan keanggotaarinya pada serikat buruh;
Menyebabkan pemberhentian atau membedakan penlakuan pada seorang pekerja karena menjadi
anggota serikat buruh atau turut serta dalam kegiatan serikat buruh.
Baik organisasi pekerja maupun organisasi pengusaha harus meridapatkan perlmndungan yang memadai
terhadap tindakan atau campur thngan antara satu dengan yang lain atau antara wakil atau anggota
mereka, yang meliputi, khususnya,
tindakan yang bertujuan membentuk organisasi pekerja di bawah dominai organisasi pengusaha;
penyediaan dukungan dalam bentuk uang atau lainnya kepada organisasi pekerja dengan maksud
menempatkan mereka di bawah pengaasan para pengusaha atau organisasi pengusaha.
Negara-negara peratifikasi hanus mengambil Iankah-langkah untuk mendonong dan mempromosikan
pengembangan sepenuhnya dan penggunaan mekanisme demi tercapainya kesepakatan bersama tentang
ketentuan dan syarat hubungan kerja.
Sebagaimana dalam Konvensi No. 87, ketentuan-ketentuan khusus dapat dibuat untuk anggota angkatan
bersenjata dan polisi. Namun demikian, berbeda dengan Konvensi No. 87, Konvensi No.98 memungkinkan
pengecualian pelaksanaan Konvensi mi bagi pegawai negeri yang terlibat dalam pelaksanaan administrasi
negara.
Brosur mi merupakan bagian dan paket informasi mengenai "Konvensi-Konvensi Mendasar ILO tentang
Hak Asasi Manusia" yang disiapkan oleh Kantor ILO di Jakarta dan Tim Penasihat Multidisipliner ILO
untuk wilayah Asia Tenggara dan Pasifik di Manila (ILO/SEAPAT) berdasarkan publikasi Tim Penasihat
Multidisipliner ILO untuk wilayah Asia Selatan di New Delhi (ILO/SAAT). Brosur Iainnya dalam paket
mi termasuk:
Diskriminasi
Kerja Paksa
Pekerj a Anak
Sistem Standar ILO
Konvensi-Konvensi Mendasar ILO tentang Hak Asasi Manusia: Indonesia dan Asia Tenggara
Diagram Ratifikasi Dunia
Deklarasi ILO tentang Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja
Apabila ingin memiliki brosur-brosur di atas atau ingin mendapatkan informasi lain mengenai Kebebasan
Berserikat, silakan menghubungi:
Kantor ILO di Jakarta
Jalan M.H. Thamrin No. 14,
Jakarta 10240, Indonesia
atau P.O. Box 1075 Jakarta 10010
Telpon: (021) 3141308 atau 3140066
Fax: (021) 3100766
E-mail: JAKARTAilojkt.or.id
ISBN 92-2-811868-7
KONVENSI-KONVENSI TENTANG
H AK ASAS I MA N U S IA ME N DASAR:
INDONESIA DAN ASIA TENGGARA
Konvensi-Konvensi tentclng Hcik Asasi Manusk
Mendasar: !ndonesia dan Asia Tenggara
Indonesia telah mencatat kemajuan penting pada tahun 1998-1999 dengan adanya ratifikasi
dan pematuhan Koivensi-Konvensi ILO.
Tanggal 9 Juni 1998, Indonesia meratifikasi Konvensi No. 87 tentang Kebehasan Berserikat
dan Perlindungan atas Hak Berorganisasi. Pada bulan Mei 1999, ketiga Konvensi ILO
mendasar Iainnya yang mengenai hak-hak asasi manusia juga telah diratifikasi oleh Indonesia.
Langkah mi menjadikan Indonesia negara pertama di Asia yang meratifikasi tujuh (semua)
Konvensi inti tersebut.
Lebih lanjut, Indonesia bermaksud meratifikasi Konvensi inti ILO terbaru (no. 182) mengenai
bentuk-bentuk terburuk pekerja anak yang diadopsi oleh Konperensi Perburuhan Internasional
pada bulan Juni 1999.
Posisi terakhir dan Konvensi-Konvensi mexidasar tentang hak-hak asasi manusia yang sudah
diratifikasi oleh Indonesia dan negara-negara tetangganya dapat dilihat pada hagan di bawah mi:
K.29
K.105
K.87
K.98 K.100 K.111 K.138 K.182
Indonesia
1950
1999
1998
1957
1958
1999
Australia
Malaysia
PapuaNugini
1932
1960
1973
1973
1974
1973
1957
1958"
1961
1997
1976
1976
1960
Filipmna
Singapura
1965
1965"
Thailand
1969
1969
1 9xx = Tahun diratifikasi
1999
1997
1976
1953
1953
1953
1960
1998
1965
1999
Konvensi diratifikasi tetapi kemudian dicabut
Kerja Paksa:
Konvensi Kerja Paksa, 1930 (No.29)
Konvensi Penghapusan Kerja Paksa,
1957 (No.105)
Diskriminasi:
Konvensi Kesamaan Pengupahan,
1951 (No.100)
Kebebasan Berserikat:
Konvensi Kebebasan Bersenikat dan
Perlindungan atas Hak Berorganisasi,
1948 (No.87)
Konvensi Hak Berorganisasi dan
Perundingan Bersama, 1949 (No.98)
Pekerja Anak:
Konverisi Diskriminasi (Kesempatan
Kenja dan Pekerjaan), 1958 (No.111)
Konvensi Usia Minimum, 1973
(No. 138)
Konvensi Bentuk Terburuk Pekerj a
Anak, 1999 (No.182)
Perlu diingat bahwa ratifikasi hanya merupakan Iangkah pertama pelaksanaan suatu Konvensi
ILO: bagian penting dan prosesnya adalah pembenlakuan ketentuan dan Konvensi yang
sudah diratifikasi itu dalam undang-undang dan ketentuan pelaksanaannya.
Kcimpcinye Untuk Rcdifikasi
Konperensi Puncak Dunia untuk Pembangunan Sosial di Kopenhagen bulan Maret 1995
menghimbau agar pemenintah melindungi dan merighargai hak-hak 'dasar pekerja', termasuk
pelarangan kenja paksa dan pekenja anak, kebebasan berserikat dan hak untuk mengadakan
kesepakatan kerja bersama, upah yang sama bagi pekerja pria dan wanita untuk pekerjaan
yang sama nilainya, serta anti-diskriminasi dalam kesempatan kerja. Kesimpulan mi
menggaungkan suatu konsensus di antara Anggota ILO, sebagaimaria tercermin dalam resolusi
dalam kerangka ulang tahun ke-75 ILO serta orientasi masa depannya yang dihasilkan dalam
konperensi tahun 1974, bahwa bayak yang perlu dilakukan agar semua konvensi mendasar
ILO diratifikasi,
Pada Bulan Mci 1995, ILO mulai melaksanakan suatu kampanye intensif yang bertujuan
untuk mempromosikan ratifikasi tujuh konvensi mendasar tentang hak asasi manusia oleh
ke 174 negara anggotanya. Selain itu, sejumlah negara, termasuk Indonesia, sedang dalam
proses untuk meratifikasi satu atau dua konvensi lagi.
Kampanye mi mempunyal anti khusus di Asia. Hal mi disebabkan oleh herbagai keulitan
yang dialami di negara-negara di kawasan ii, seperti yang disajikan di samping mi:
Kebebcisan Berserikcit
Tuduhan telah dilontarkan atas penolakan pengakuan serikat buruh, campur-tangan pemerintah dalam
kegiatan serikat buruh, pembatasan yang tidak semestinya atas hak untuk mogok, tekanan dan
penangkapan atas para aktivis serikat buruh dan pelarangan pekerja tertentu (misalnya, pegawai negeri)
untuk menjadi anggota organisasi.
Kerja Paksa
Komisi Penyelidik Kerja Paksa di Myanmar (Burma) dalam kegiatannya belum lama mi menemukan
bahwa penguasa dan militer memberlakukan kerja paksa pada penduduk sipil untuk melakukan
pekerjaan memikul barang, pekerjan pembangunan dan pemeliharaan tangsi militer, kerja pertanian,
penebangan kayu dan proyek produksi lainnya, serta pembangunan dan pemeliharaan jalan, rel kereta
apt dan jembatan. Di sejumlah negara lain diberlakukan juga kerja paksa atau kerja wajib untuk tujuan
pembangunan. Ada juga masalah dengan pekerja kontrak, yang kadang-kadang melibatkan anak-anak,
serta pemberlakuan hukuman kerja bagi mereka yang disaEahkan melakukan pelanggaran yang bukan
bersifat politik.
Diskriminasi
Pemerataan kesempatan dan perlakuan yang sama terhadap wanita perlu ditingkatkan di semua negara.
Beberapa negara telah memberitahukan kepada ILO tentang peningkatan berbagai program dan unit
yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan mi. Diperlukan lebih banyak upaya untuk meningkatkan
pelaksanaan prinsip persamaan upah untuk pekerjaan yang sama nilainya dan meningkatkan pemerataan
dalam kesempatan kerja dan jabatan untuk penduduk ash dan kelompok etnik di kawasan mi.
Pekerja Anak
Pekerja anak berjumlah jutaan di kawasan mi. Mereka seringkali bekerja dalam kondisi yang
memprihatinkan, yang mengeksploitasi dan mengha[angi mereka untuk sekolah dan/atau membahayakan
kesehatan dan keselamatan mereka. ILO mempunyai program utama yang dikenal sebagai IPEC (The
International Programme on the Elimination of Child Labour "Program Intemasional Penanggulangan
Pekerja Anak) yang membantu negara-negara anggota untuk mengatasi masalah pekerja anak. ILO
juga sedang mempertimbangkan pemberlakuan konvensi untuk menghapus "bentuk kegiatan pekerja
anak yang paling buruk seperti: perbudakan dan pelilitan utang, pelacuran, perdagangan narkotika
dan jenis pekerjaan Iainnya yang menibahayakan kesehatan, keselamatan dan moral anak-anak.
Dekiarasi ILO Tentang Prinsip-Prinsip Dasar dun Hak-hak
dalam Hubungan Kerja
Dekiarasi ILO tentang Prinsip-Prinsip Dasar dan Hak-hak dalam Hubungan Kerja, yang ditetapkan
pada tahun 1998, menegaskan kembali komitmen para negara anggota "untuk menghargai, meningkatkan
dan mewujudkan denganniat baik" hak pekerja dan pemberi kerja atas kebebasan berserikat dan hak
efektif untuk mengadakan kesepakatan kerja bersama, dan berupaya untuk menghapus segala bentuk
kerja paksa dan kerja wajib, penghapusan efektif atas pekerja anak serta penghapusan diskriminasi
dalam kesempatan kerja dan jabatan.
Deklarasi mi menggarisbawahi bahwa semua negara anggota mempünyai kewajiban untuk menghargai
prinsip-prinsip mendasar yang bersangkutan, tanpa niembedakan apakah mereka sudah meratifikasi
korivensikonvensi tersebut atau belum. Tindak lanjut dan Dekiarasi mi bertujuan untuk mendorong
negara-negara Anggota agar meratifikasi Konvénsi-Konvensi mendasar itu.
Brosur mi merupakan bagian dan paket informasi mengenai "Korivensi-Konvensi Mendasar ILO tentang
Hak Asasi Manusia" yang disiapkan oleh Kantor ILO di Jakarta dan Tim Penasihat Multidisipliner ILO
untuk wilayah Asia Tenggara dan Pasifik di Manila (ILO/SEAPAT) berdasarkan publikasi Tim Penasihat
Multidisipliner ILO untuk wilayah Asia Selatan di New Delhi (ILO/SAAT). Brosur lamnnya dalam paket
mi termasuk:
Kebebasan Berserikat
Diskriminasi
Kerja Paksa
Pekerja Anak
Sistem Standar ILO
Diagram Ratifikasi Duriia
Dekiarasi ILO tentang Prmnsip-prinsip aan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja
Apabila ingin memiliki brosur-brosur di atas atau ingin mendapatkan informasi lain mengenai Konvensikoivensi tantang Hak Azasi Manusia Meridasar: Indonesia dan Asia Tenggara, silakan menghubungi:
Kantor ILOdijakarta
Jalan M.H. Thamrin No. 14,
Jakarta 10240, Indonesia
atau P.O. Box 1075 Jakarta 10010
Telpon: (021) 3141308 atau 3140066
Fax: (021) 3100766
E-mail: [email protected]
ISBN 92-2-811868-7
KERJA PAKSA
Brosur mi merupakan hagian dan paket informasi mengenlai "Konvensi-Konvensi Mendasar ILO tentang
Hak Asasi Manusia" yang disiapkan oleh Kantor ILO di Jakarta dan Tim Pènasihat Multidisipliner ILO
untuk wilayah Asia Tenggara dan Pasifik di Manila (ILO/SEAPAT) berdasarkan publikasi Tim Penasihat
Multidisipliner ILO untuk wilayah Asia Selatari di New Delhi (ILO/SAAT), Brosur lainnya dalam paket
mi termasuk:
Kebebasan Bersenikat
Kerja Paksa
Pekerja Anak
Sistem Standar ILO
Konvensi-Konvensi Mendasar ILO tentang Hak Asasi Manusia: Indonesia dan Asia Tenggara
Diagram Ratifikasi Dunia
Dekiarasi ILO tentang Prmnsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja
Apabila ingin memiliki brosur-brosu.r di atas atau ingin mendapatkan informasi lain mengenai Kerja Paksa,
silakan menghubungi:
Kantor ILO di Jakarta
Jalan M.H. Thamrin No. 14,
Jakarta 10240, Indonesia
atau P.O. Box 1075 Jakarta 10010
Telpon: (021) 3141308 atau 3140066
Fax: (021) 3100766
E-mail: [email protected]
ISBN 92-2-811868-7
SISTEM STANDAR ILO
Sistem Stcindar ILO
Standar perburuhan internasional diadopsi oleh pemerintah, pekerja dan pengusaha pada
Konperensi Perburuhan Intemasional ILO, setelah diadakan konsultasi tertulis dengan mereka.
Standar tersebut berbentuk Konvensi dan Rekomendasi. Konvensi mengikat suatu negara
setelah negara itu meratifikasinya.
Sistem Pengciwasan Reguler
Negara-negara yang sudah meratifikasi suatu Konvensi terikat pada pasal 22 Anggaran Dasar
ILO, untuk memberikan laporan tentang undang-undang dan pelaksanaannya dalam bidang
yang dicakup oleh Konvensi itu. Ketentuan pelaporan untuk Korivensi mendasar hak-hak asasi
manusia adalah setiap dua tahun (tiap lima tahun untuk kebanyakan Konvensi lainnya), Bila
perlu, laporan dapat juga diminta diluar jadwal tetap mi. Pemerintah harus merigkomunikasikan
laporan-laporannya ke organisasi-organisasi utama yang mewakili pekerja dan pengusaha di
negerinya, yang dapat memberikan komentar mereka tentang penerapan Konvensi itu.
Laporan pemerintah dan komentar dan organisasi pengusaha dan pekerja Eliperiksa oleh Komite
Tenaga AhIi tentang Penerapan Konvensi dan Rekomendasi (lihat kotak di sebelah kanan),
yang memberikan komentar kepada masin-masing pemerintah tentang upaya mereka dalam
menerapkan Konvensi. Komentar umum dan Komite serta hasil pengamatan mereka terhadap
tiap negara diterbitkan setiap tahun daktm suatu laporan yang dipelajari oleh Komite Penerapan
Standar dan Koniperensi Perburuhan Internasional (lihat kotak di sebelah kanan).
Sistem mi menghasilkan dialog antara negara yang bersangkutan dengan badan pengawas ILO
yang, dalam banyak hal, berkembang menjadi peningkatan bertahap dalam bidang yang dicakup
oleh Konvensi.
Prosedur Khusus Untuk Keluhcin
Disamping prosedur pengawasan reguler mi, keluhan dapat diajukan meriurut beberapa prosedur
khusus sehubungan dengan kegagalan suatu Negara dalam mematuhi Konvensi yang
diratifikasmnya atau prinsip kebebasan berserikat,
Perwakilan (Pasal 24 Anggaran Dasar) - dapat disampaikani oleh organisasi pengusaha atau
pekerja yang melaporkan bahwa suatu negara yang sudah meratifikasi suatu Konvensi tidak
"melaksanakan sepenuhnyá'. Badan Pelaksana akan menentukan apakah laporan itu dapat
ditenima dan, bila demikian, akan menyusun suatu Komite tripartit dan anggota-anggotanya
untuk memeriksa hal yang dilaporkan itu.
Keluhan (Pasal 26 Anggarán Dasar) - dapat disampaikan oleh suatu negara yang sudah
meratifikasi Konvensi yang sama, atau oleh suatu delegasi ke Konperensi Perburuhan Intemasional,
atau berdasarkan prosedur yang diadopsi oleh Badan Pelaksana ILO berdasarkan mosinya
sendiri. Badan Pelaksana ILO dapat, bila menurut pendapatnya sesuai, menunjuk Komite
Penyelidik (Committee of Inquiry) untuk mempertimbangkan keluhan yang disampaikan.
Komite tentang Kebebasan Berserikat - merupakan badan tripartit dan Bada.n Pelaksana.
Keluhan kepada Komite harus dibuat oleh organisasi pekerja atau pengusahâ atau oleh
pemenmntah, yang benisi tuduhan tentang pelanggaran kebebasan berserikat, Masalah demikian dapat
dilayani tanpa membedakan apakah suatu negara sudah meratifikasi Konvensi yang herkaitan dengan
kebebasan berserikat.
Komite Tencigci AhIi tentang
Penercipan Konvensi dan
Rekomendasi
Komite Konperensi tentang
Penerapcin Standar
mi adalah Komite dan Konperensi Perburuhan
Komite Tenaga Ahli terdiri dan 20 tenaga
Intemasional yang diselenggarakan bulan Juni tiap
ahli independen dalam hukum dan kebijakan
sosial dad berbagai wilayah di dunia. Koniite
mi bersidang tiap tahun pada bulan Desember
tahun. Komite mi, yang terdiri dan wakil-wakil
petnerintah, pekerja dan pengusaha, mempelajari
!aporan tahunan Komite Tenaga Ahli. Selanjutnya,
dimana mereka mempelajari dan memberi
Komite mi membahas secara ninci sejumlah masalah
yang memerlukan perhatian khusus, yang seringkali
komentar atas lapor,an-laporan dan
Pemerintah yang berkaitan dengan Konvensi
yang sudah diratifikasi. Komite Tenaga Ahli
memberikan komentar mereka kepada masingmasing negara dalam bentuk hasil pengamatan
atau permintaan langsung.
berupa kegagalan seriusdalam menerapkan salah
satu Konvensi hak asasi manusia. Dalam kasus
seperti mi, Pemenintah yang bersangkutan diberikan
kesempatan untuk menyediakan informasi dan
penjelasan baru. Semua anggota Komite dapat turut
serta dalam pembahasan mi dimana hasilnya
digunakan oleh Komite mi untuk menyusun
kesimpulannya.
Pengàrnatan
Permintcian Langsung
Pengamatan umumnya digunakan bila kasus itu
Permintaan langsung umumnya digunakan untuk
sangat serius atau kasus yang sisdah berjalan lama
hal-ha! penting sekunder atau untuk meminta
tetapi mengalami kegagalan untuk penyelesaian
kewajibannya atau untuk kasus yang tidak ada
penjelasan agar dapat membenikan penilaian yang
lebih lengkap tentang upaya suatu negara. Periilaian
perkembangannya. Hasil pengamatan diumumkan
tiap tahun,
mi juga disebanluaskan tetapi tidak diterbitkan
dengan cara yang sama seperti basil pengamatan.
Brosur mi benisi rangkuman penjelasan tentang mekanisme pengawasan terhadap standar ILO, Untuk penjelasan
lengkap tentang prosedur in harap lihat Handbook of Procedures Relating to International Labour Conventions and
Recommendations (ILO, 1995).
Brosur mi merupakan bagman dan paket informasi mengenai "Konvensi-Konvensi Mendasar ILO tentang
Hak Asasi Manusia" yang disiapkan oleh Kantor ILO di Jakarta dan Tim Penasihat Multidisipliner ILO
untuk wilayah Asia Tenggara dan Pasifik di Manila (ILO/SEAPAT) berdasarkan publikasi Tim Penasihat
Multidisipliner ILO untuk wilayah Asi Selatan di New Delhi (ILO/SAAT). Brosur lainnya dalam paket
mi termasuk:
Kebebasan Berserikat
Diskriminasi
Kerja Paksa
Pekerja Anak
Konvensi-Konvensi Mendasar ILO tentang Hak Asasi Manusia: Indonesia dan Asia Tenggara
Diagram Ratifikasi Dunia
Dekiarasi ILO tentang Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja
Apabila ingin memiliki brosur-brosur di atas atau ingin mendapatkan informasi lain mengenai Sistem Standar
1W, silakan menghubungi:
Kantor ILO di Jakarta
Jalan M.H. Thamrin No. 14,
Jakarta 10240, Indonesia
atau P.O. Box 1075 Jakarta 10010
Telpon: (021) 3141308 atau 3140066
Fax: (021) 3100766
E-mail: [email protected]. id
ISBN 92-2-811868-7
DI5KRIMI NASI
Kesamcicin Kesempatan dan Kesamaan
PerIakuan dalam Hubungan Kerja dan
Pekerjaan
Dekiarasi Philadelphia tahun 1944 yang merupakan bagian tambaha-i dan Konstitusi
ILO, menyatakan pada Artikel II-nya:
(a) semua umat manusia, tanpa meinbedakan ras, agama atau jenis kelamin,
berhak untuk mencapai kemakinuran dalam materi dan pengembangan kepercayaan
"[
I
dalain keadaan yang bebas dan terhormat, jaminan ekonomi dan kesamaan kesempatan;
pencapaian kondisi-kondisi tersebut rnungkin dan harus mengandung tujuan inti
dan kebijaksanaan intemasional dan nasional;
semua langkah dan kebijaksanaan intennasional dan nasiorial, terutama yang
bersifat ekonornis dan finansial, harus dipertimbangkan dan diterima hanya sejauh bila
dapat meningkatkan dan tidak menghalangi pencapaian tujuan yang mendasar; [....]"
Kedua Konvensi yang berhubungan dengan promosi non-Diskriminasi dan Kesamaan
Kesempatan dan Penlakuan dalam Hubungan Kerja dan Pekenjaan adalah:
KonvensiKescimacin Pengupahan, 1951 (No. 100)
Konvensi Diskrimincisi (mengenai Kesempatan Kerja
dan Pekerjacin), 1958 (No. 111)
Konvensi tersebut adalah dua dan delapan Konvensi ILO mendasar tentang hak-hak
asasi manusia di tempat kerja yang diharapkan oleh masyarakat internasional agar tiap
negana meratifikasinya. Sampai dengan 11 Oktober 1999, Konvensi No. 100 mi sudah
diratifikasi oleh 140 negara dan Konvensi No. 111 oleh 137 negara.
Ciri-ciri utama kedua Konvensi tersebut dirangkum dalam kotak-ktak di sebelah
kanan.
0
Konvensi Kescsmaan Pengupcihcin, 1951 (No. 100)
Konvensi Kesamaan Pengupahan merigharuskan Negara yang meratifikasi untuk mengambil langkah
memajukan dan (dimana hal mi konsisten dengan metocle yang dibuat untuk penetapan upah) memastikan
pelaksanaan prinsip dan kesamaan pengupahan hagi tenaga lcerja wanita dan pria untuk pelcerjaan yang sama
nilainya. Persyaratan mi melampaui kesamaan penlakuan untuk pekerjaan yang "sama° atau sejenisu
dimana nilai dan jenis pekerjaan yang berlainan hanus dibandingkan tanpa diskniminasi atas dasar jçnis
kelamin,
Prinsip mi benlaku untuk gaji dasar biasa, dan pada penghasilan tambahan lainnya, baik dalam bentuk
tunai atau barang, yang dibayarkan oleh pengusaha.
Konvensi mi menawarkan pilihan metocle untuk rnenerapkan prinsip tersebut, termasuk didalamnya:
Peraturan-peraturan dan perundang-undangan nasional;
Instrumen yang dikerial atau dibuat resmi untuk penetapan gaji;
Persetujuan kolektif antara pengusaha dan pekerja; atau
Kombinasi dan berbagai metode di atas.
Pemerintah harus menjamin pelaksanaan prinsip mi sejauh dalam kedudukannya mempunyai pengaruh
secara langsung atau tidak langsung pada tingkat gaji (contohnya, dimania negara adalah sebagai pemberi
kerja atau dimana tingkat upah tergantung pada kendali negara). Bila tidak demikian halnya, pelaksanaan
konvensi dimaksudkan untuk mempromosikan prinsip tersebut.
Meskipun Konvensi tidak menghasilkan kewaj iban yang tanpa syarat untuk melakukan penilaian
obyektif tentang kerja, Komite Para Ahli ILO telah menunjukkan bahwa adopsi prinsip kerja yang sama
seharusnya inengimplikasikan beberapa perbandingan antara pekerjaan yang satu dengan yang lain.
Konvensi Diskriminasi (Kesempatcin Kerja dan Pekerjcian), 1958 (No.111)
Negara yang meratifikasi Konvensi mi melakukan promosi kesamaan kesempatan dan perlakuan melalui
kebijakan nasional yang bertujuan untuk mengakhiri segala bentuk.diskiriminasi dalam kesempatan
kerja dan pekerjaan. Istilah 'diskniminasi" didefinisikan dalam Konvensi sebagai segala bentuk pembedaan,
penyisihan atau pilihan yang dibuat berdasarkan ras, warn kulit, jenis kelamin, agama, pandangan
politik, asal bangsa atau tata masyarakat yang rnenyebabkan peniadaan atau pengurangan kesamaan
kesempatan atau perlakuan dalam kesempatan kerja dan pekerjaan.
Diskniminasi harus ditiadakan dalarn hal akses ke peiatihan kerja, pekerjaan dan kerja khusus, dan serta
syarat dan kondisi pekerjaan.
Konvensi mi menetapkan cana bertindak dimana kebijakan nasional yang ditujukan untuk promosi
kesamaan kesempatan dan perlakuari dalam kesempatan kerja dan pekerjaan tanpa diskniminasi hanus
mencakup:
penatunan hukurn dan pnaktek pelaksanaannya yang diskniminatif hanus dicabut
peraturan hukum yang mempromosikan kebijakan tensebut harus dibenlakukan dan program pendidikan
untuk itu hanus dibuat;
kebijakan yang berhubungan. dengan pekerjaan yang langsung di bawäh kendali suatu otonitas nasional
harus dikejar;
kebijakan dalam bimbingan dan pelatihan kejuruan dan dalam jasa penempatan di bawah kendali
suatu otonitas nasional harus diamati;
Pemenintah harus bekerjasama, dalam segala cam, tintuk mempromosikan penermrnaandan pemberlakuan
kebijaksanaan tersebut, dengan organisasi pengusaha dan pekerja.
Brosur mi merupakan bagian dan paket triformasi mengenai "Konvensi-Konvensi Mendasar ILO tentarig
Hak Asasi Manusia° yang disiapkan oleh Kantor ILO di Jakarta dan Tim Penasihat Multidisipliner ILO
untuk wilayah Asia Tenggara dan Pasifik di Manila (ILO/SEAPAT) berdasarkan publikasi Tim Penasihat
Multidisipliner ILO untuk wilayah Asia Selatan di New Delhi (ILO/SAAT). Brosur lainnya dalam paket
mi termasuk:
Kebebasan Berserikat
Kerja Paksa
Pekerja Anak
Sistem Standar ILO
Konvensi-Korivensi Mendasar ILO tentang Hak Asasi Mnusia: Indonesia dan Asia Tenggara
Diagram Ratifikasi Dunia
Dekiarasi ILO tentang Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja
Apabila i.ngin memiliki brosur-brosur di atas atau ingin mendapatkan informasi lain mengenai Diskriminasi,
silakan menghubungi:
Karitor ILO di Jakarta
4ffI1
Jalan M.H. ThamrinNo. 14,
Jakarta 10240, Indonesia
atau P.O. Box 1075 Jakarta 10010
Telpon: (021) 3141308 atau 3140066
Fax: (021) 3100766
E-mail: [email protected]
ISBN 92-2-811868-7
DIAGRAM RATIFIKASI DUNIA
Ii
Konvensikonvensi
o
ei
In
o-
CO
CO
00
03
c)
Konvensikonvensi
Tujuh Ratifikasi (54 Negara)
Albania
Aijazair
Argentina
Belanda
Belarusia
Belgia
Botswana
Bulgaria
Burkina Faso
Chili
Costa Rica
Cyprus
Denmark
Dominika
Finlandia
Fed. Rusia
Georgia
Guatemala
Guyana
Honduras
Hungaria
Indonesia
Irlandia
Israel
Italia
Jerman
Kroasia
Kuba
Kyrgyzstan
Lithuania
Malta
Mesir
Nikaragua
Nigeria
Norwegia
Perancis
Polandia
Portugal
Rep. Dominika
Rumania
San Marino
Slowakia
Slovenia
Spanyol
Swedia
Swiss
Tajikistan
Togo
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
.
. .
. .
. .
S
. .
. .
. .
. .
. .
.
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. S
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. .
.
. . .
.
. .
.
0.
Cl
0i-
U5
N.
CO
Yunani
. S
S
. S
S
S
. .
Zambia
S
Tunisia
Turki
Uruguay
Venezuela
CO
0'
00 -
CO
S
S
S
S
I
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S 55 5
S
S
Enam Ratifikasi (48 Negara)
AntigualBarbuda
Australia
Austria
Azerbaijan
Bangladesh
. . .
S
S
S
5
5
S
S
5
S
S
S
S
S
S
S
Barbados
Belize
S
S
S
S
S
S
S
S
Benin
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
Bolivia
BosnialHerzeg
Burundi
Cape Verde
Chad
Ekuador
Ethiopia
Filipina
Gabon
Ghana
Guinea
.
S
. .
I
.
I
I
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
I
S
S
Inggris
Irak
Islandia
Jamaika
Kamboja
Kamerun
Kolumbia
Libya
Luksemburg
Mali
Panama
Pantai Gading
Paraguay
S
S
S
I
S
S
S
S
S
Peru
Rep. Afrika Tengah
Rep. Czech
Rwanda
Santa Lucia
Senegal
SielTa Leone
S
S
S
S
I
I
I
S
S
S
I
S
S
I
S
S
S
S
S
S
S
S
S
I
S
.
.
S
I
S
S
S
S
I
I I
S
S
S
S
S
.
.
S
S
S
S
S
I
S
Haiti
I
I
S
S
S
.
S
S
S
S
S
S
S
S
I
S
S
I
S
S
I
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
.
S
Konvensikonvensi
a.
Swaziland
Syria
Trinidad/Tobago
Turkmenistan
.
.
.
.
TJkraina
Yaman
Yordania
.
In
o
,-.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 coo
a.
.
.
.
.
.
. .
. .
. .
. .
. .
CO
-
konvensi
Saudi Arabia
Selandia Baru
Suriname
Tanzania
UAE
Afghanistan
Bahama
Fiji
India
Malawi
Papua Nugini
Rep. Dem. Kongo
Rep. Korea
Seychelles
Singapura
Somalia
St. Vincent & Gre.
Thailand
Uganda
Zaire
Lima Ratifikasi (24 Negara)
Sri Lanb
S
S
S
S
I
I
S
S
S
S
5
5
S
S
S
1
S
S
I
I
S
S
S
S
a.
-
a
-
r
CO
-
. .
. .
. . . .
-
CO
-
. .
. .
.
.
S
I -.
S
S
I
S
S
S
.
S
S
S
S
S
S
S
CIna
Guinea Ekuat.
S
S
Kongo
Myanmar
Namibia
Qatar
Vietnam
S
S
S
S
I
S
Armenia
Bahrain
S
S
S
S
Dua Ratifikasi (9 Negara)
S
S
S
Sudan
Uzbekistan
Zimbabwe
S
Empat Ratifikasi (17 Negara)
5
S
I
S
S
S
.
I
S
Amerika Serikat
Kep. Solomon
Oman
Rep. Dem. Rakyat Lao
I
S
S
S
S
S
S
I
S
Tanpa Ratifikasi (4 Negara)
Eritrea
Gambia
Kazakhstan
St. Kitts & Nevis
S
I
I
S
S
S
Satu Ratifikasi(4 Negara)
El Salvador
Iran
Jepang
Kanada
Kenya
Kuwait
Mauritania
Mauritius
Moldova
Mongolia
Nepal
Sao Torne/Prin.
0
coo
0'
Tiga Ratifikasi (15 Negara)
S
Yugoslavia/Macedonia
Angola
Afrika Selatan
Brazil
Jibouti
Estonia
Grenada
Guinea-Bissau
Hongkong (SAR)
Komoro
Latvia
Lebanon
Lesotho
Liberia
Madagaskar
Malaysia
Maroko
Meksiko
Mozambik
Nigeria
Pakistan
K onvensi-
Petunjuk Diagram:
No. 29 : Konvensi Kerja Paksa, 1930
No. 105: Konvensi Penghapusan Kerja Paksa, 1957
No. 87 : Konvensi Kebebasan Berserikat dan Perlindungan atas Hak Berorganisasi, 1948
No. 98 : Konvensi Hak Berorganisasi dan Perundingan Bersama, 1949
No. 100: Konvensi Kesamaan Pengupahan, 1951
No. 111: Konvensi Diskriminasi (Kesempatan Kerja dan Pekerjaan), 1958
No. 138: Konvensi Usia Minimum, 1973
* Diagram Ratifikasi mi dipublikasikan sejak 11 Oktober 1999
Brosur mi merupakan bagian dan paket informasi mengenai 'Konvensi-Konvensi Mendasar ILO tentang
Hak Asasi Manusia' yang disiapkan oleh Kantor ILO di Jakarta dan Tim Penasihat Multidisipliner ILO untuk
wilayah Asia Tenggara dan Pasifik di Manila (ILO/SEAPAT) berdasarkan publikasi Tim Penasihat
Multidisipliner ILO untuk wilayah Asia Selatan di New Delhi (ILO/SAAT). Brosur lamnnya dalam paket mi
termasuk:
Kebebasan Berserikat
Diskriminasi
Kerja Paksa
Pekerj a Anak
Sistem Standar ILO
Konvensi-Konvensi Mendasar ILO tentang Hak Asasi Manusia: Indonesia dan Asia Tenggara
Deklarasi ILO tentang Prinsip-prmnsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja
Apabila ingin memiliki brosur-brosur di atas atau ingin mendapatkan informasi lain mengenai Diagram
Ratifikasi Dunia, silakan menghubungi:
Kantor ILO di Jakarta
Jalan M.H. Thamrin No. 14,
Jakarta 10240, Indoresia
atau P.O. Box 1075 Jakarta 10010
Telpoi: (021) 3141308 atau 3140066
Fax: (021) 3100766
E-mail: [email protected]
ISBN 92-2-811868-7
Download