siaran pers

advertisement
SIARAN PERS
Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan
Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110
Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711
www.kemendag.go.id
Indonesia Dorong Agenda Pembangunan Menjadi Bagian Integral
Kerjasama G20
Jakarta, 15 November 2010 – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Seoul, Korea
Selatan telah berlangsung tanggal 11-12 November 2010 dan dihadiri oleh Presiden RI
Susilo Bambang Yudhoyono serta seluruh Leaders G20 lainnya 1 . Selain itu, hadir pula
negara undangan yaitu Viet Nam (ASEAN), Malawi (African Union), Ethiopia (NEPAD),
Spanyol dan Singapura (3G). Kehadiran ASEAN sebagai permanent observer di G20
merupakan hasil dari lobby Indonesia yang disampaikan secara khusus oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono kepada para Leaders G20 pada KTT Pittsburgh tahun 2009
lalu. Sedangkan organisasi internasional yang berpartisipasi adalah PBB, IMF, World Bank,
ILO, WTO, OECD, dan Financial Safety Board (FSB). Demikian disampaikan Wakil Menteri
Perdagangan RI Mahendra Siregar yang juga Sherpa G20 Indonesia pada konferensi pers
hari ini di kantor Kementerian Perdagangan.
Para Leaders G20 telah membahas upaya untuk mempertahankan momentum pemulihan
ekonomi dunia termasuk berbagai tantangan yang dihadapi perekonomian dunia saat ini
seperti proses konsolidasi fiskal, memperbaiki keseimbangan permintaan dunia
(rebalancing global demand), nilai tukar, agenda reformasi struktural, kelanjutan reformasi
sektor keuangan dan arsitektur keuangan internasional, Putaran Doha WTO, reformasi IMF,
serta isu pembangunan.
G20 menyadari bahwa terlepas dari keberhasilannya dalam mencegah resesi ekonomi
global, masih terdapat beberapa resiko yang dapat mengancam pemulihan global. Resiko
tersebut antara lain melebarnya ketidakseimbangan permintaan global yang dapat
mendorong langkah-langkah unilateral yang mengarah pada proteksionisme yang justru
dapat memperburuk ekonomi global. Selama dua hari pertemuan, para Leaders G20
mampu menunjukkan sekali lagi kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama
menciptakan pertumbuhan yang kuat, seimbang dan berkelanjutan.
Wamendag mengatakan, “KTT G20 berhasil menyepakati Seoul Summit Declaration dan
Seoul Action Plan yang menegaskan determinasi G20 untuk semakin memperkuat
koordinasi kebijakan ekonomi makro. Disadari bahwa koordinasi yang lebih erat diperlukan
untuk menghadapi perlambatan pertumbuhan global saat ini yang disertai antara lain
dengan tingginya pengangguran (terutama di negara maju), tekanan inflasi dan tingginya
volatilitas capital inflow (terutama di negara berkembang) dan ketidakseimbangan
pertumbuhan.”
1
Anggota G20 terdiri dari Argentina, Australia, Brazil, Kanada, RRT, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang,
Meksiko, Rusia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat serta Uni Eropa.
KTT G20 mampu meredam perbedaan pandangan terkait ketidakseimbangan permintaan
global dengan menyepakati perlunya indicative guidelines untuk mengindentifikasi hal
tersebut serta langkah-langkah preventif dan korektif yang perlu dilakukan. Terkait nilai
tukar, juga disepakati perlunya menghindari kebijakan meningkatkan daya saing artifisial
melalui competitive devaluation yang proteksionis.
KTT G20 menyepakati elemen-elemen utama kerangka regulasi sektor keuangan,
termasuk standar permodalan perbankan dan likuiditas perbankan, serta upaya
meningkatkan regulasi dan pengawasan bagi systematically important financial institutions,
kerangka perdagangan derivative over-the-counter (OTC), pengawasan terhadap hedge
funds, serta mengurangi ketergantungan system keuangan terhadap credit rating agencies.
KTT G20 juga mencatat kemajuan besar dalam proses reformasi IMF. G20 berhasil
menyepakati IMF quota reform berupa pengalihan quota shares kepada emerging market
and developing countries sertaunder-represented countries sebesar 6% sehingga semakin
mengarah kepada keseimbangan 50-50 antara negara maju dan berkembang. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan legitimasi, kredibilitas dan efektivitas lembaga moneter
dunia tersebut dalam memperhitungkan posisi negara-negara sedang berkembang saat ini
yang telah menjadi kekuatan ekonomi dunia yang semakin penting.
Guna meningkatkan ketahanan ekonomi dunia terhadap kemungkinan krisis di masa
datang, G20 berhasil memperkuat mekanisme global financial safety nets (GFSN) melalui
pengembangan instrumen IMF yaitu Flexible Credit Line (FCL), Precautionary Credit Line
(PCL) serta mengeksplorasi Multi-Country FCL, serta meningkatkan kolaborasi dengan
pengaturan keuangan regional dimana salah satunya adalah Chiang Mai Initiative
Multilateralization yang merupakan skema kerjasama di kawasan ASEAN.
Para Leaders juga mendorong penyelesaian perundingan Putaran Doha WTO dengan
memanfaatkan semaksimal mungkin window of opportunity yang terbuka pada tahun 2011
dengan melakukan negosiasi across-the board untuk menyelesaikan end game.
Menurut Wamendag, “KTT G20 yang mengambil tema ‘shared growth beyond crisis’
untuk pertama kalinya membahas isu pembangunan secara ekstensif. KTT berhasil
menyepakati Seoul Development Consensus dan Multi-Year Action Plan sebagai upaya
mendorong pemerataan pembangunan bagi negara berkembang serta low income
countries (LICs) dengan menciptakan pusat pertumbuhan baru yang pada akhirnya akan
berkontribusi pada keseimbangan global (global rebalancing). Rencana aksi tersebut akan
melengkapi upaya pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015.”
Dalam intervensinya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendorong agar dimensi
pembangunan menjadi bagian integral dari G20 Framework for Strong, Sustainable and
Balanced Growth. Usulan ini mendapat dukungan luas dan telah dimasukkan ke dalam
deklarasi. Dalam konteks pembangunan, Presiden juga mendorong pentingnya financial
inclusion dengan memperluas akses finansial bagi penduduk berpendapatan rendah serta
UKM. Hal ini selain bertujuan mengentaskan kemiskinan sekaligus dapat mendorong
potensi pembangunan yang ada.
Sebagai Co-Chairs G20 Anti-Corruption Working Group, Presiden RI juga menjelaskan
kesepakatan yang telah dicapai dalam bentuk Anti-Corruption Action Plan yang berisi
antara lain memberlakukan ketentuan hukum terhadap tindak penyuapan internasional,
mencegah pejabat yang korup mendapat akses terhadap sistem keuangan global,
memperkuat rezim anti pencucian uang, serta mendukung penguasaan kembali hasil-hasil
korupsi yang dilarikan keluar negeri.
2
Secara umum, dalam KTT G20 kali ini Indonesia berhasil memasukkan tiga agenda
nasional yang penting kedalam kesepakatan G20 yaitu terkait dengan agenda
pembangunan, financial inclusion dan anti korupsi.
Pasca KTT Seoul, keketuaan G20 beralih kepada Perancis. Berbeda dengan 2 tahun
terakhir ini yang diadakan dua kali per tahun, maka KTT tahun mendatang direncanakan
hanya akan diadakan satu kali KTT pada bulan November 2011.
--selesai-Informasi lebih lanjut hubungi:
Robert James Bintaryo
Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711
Email: [email protected]
Edward Kennedy
Direktur Kerja Sama APEC dan Organisasi Lainnya
Direktorat Jenderal Kerja sama Perdagangan Internasional
Telp/Fax: 021-3523459
Email: [email protected]
3
Lampiran:
Butir-butir Kesepakatan Leaders pada KTT G20 di Seoul:
1.
G20 berhasil menegaskan kembali tekadnya untuk mencegah unilateralisme dan
mendorong koordinasi bersama untuk menciptakan fundamental bagi ekonomi global
yang kuat, seimbang, dan berkesinambungan.
2.
G20 meluncurkan Seoul Action Plan yang meliputi komitmen untuk memperkuat
Mutual Assessment Process dari Framework for Strong, Sustainable, and Balanced
Growth melalui:
a. Melakukan kebijakan makro ekonomi yang terkoordinir, termasuk konsolidasi
fiskal, meningkatkan fleksibilitas sistem nilai tukar, menghindari competitive
devaluation, mencegah volatilitas nilai tukar yang berlebihan, dan koordinasi
untuk memitigasi volatilitas arus modal yang berlebihan.
b. Melakukan reformasi struktural untuk mendorong permintaan global,
menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi.
c. Mendorong kesinambungan eksternal untuk mengurangi ketidakseimbangan
neraca perdagangan global, termasuk dengan menyusun panduan indikatif yang
berfungsi sebagai mekanisme untuk mengidentifikasi ketidakseimbangan yang
membutuhkan langkah pencegahan dan perbaikan.
3.
G20 mendorong dilanjutkannya proses reformasi IMF khususnya untuk meningkatkan
suara dan keterwakilan negara berkembang melalui paket reformasi kuota dan
governance yang komprehensif.
4.
G20 sepakat untuk memperkuat jaring pengaman keuangan global dalam rangka
mengantisipasi potensi krisis di masa depan.
5.
G20 menyepakati standar likuiditas dan permodalan perbankan, mekanisme
pengawasan dan regulasi systemically important financial institutions, kerangka
perdagangan derivative over-the-counter (OTC), pengawasan terhadap hedge funds,
serta mengurangi ketergantungan sistemkeuangan terhadap credit rating agencies.
6.
G20 meluncurkan Seoul Development Consensus for Shared Growth sebagai
kerangka kemitraan G20 dengan negara berkembang untuk meningkatkan potensi
pertumbuhan dan membantu terciptanya global rebalancing. Sebagai kerangka
operasional, G20 juga meluncurkan Multi Year Action Plan on Development.
7.
G20 meluncurkan Financial Inclusion Action Plan, the Global Partnership for Financial
Inclusion, dan SME Finance Framework sebagai upaya untuk meningkatkan akses
masyarakat miskin terhadap jasa keuangan dan meningkatkan potensi UKM.
8.
G20 meluncurkan Anti-Corruption Action Plan.
9.
Negara-negara G20 menugaskan para negosiatornya untuk berupaya lebih keras dan
intensif dalam mencapai kesepakatan terkait Doha Development Round.
10. G20 mendorong tercapainya kesepakatan yang signifikan terkait perubahan iklim
dalam pertemuan UNFCC di Meksiko bulan Desember 2010.
4
Download