12 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA

advertisement
12 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL
INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA
Ponco Budi Raharjo
Indri Anugraheni
[email protected]
[email protected]
Program Studi Pendidikan Guru SekolahDasar FKIP UKSW Salatiga
ABSTRAK
Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA kelas III di SDN Tegalrejo 02. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai
Ulangan Tengah Semester II Tahun Ajaran 2016/2017 siswa yang belum tuntas mencapai
KKM≥70 sebanyak 9 siswa (34%). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas III SDN Tegalrejo 02 mencapai KKM≥ 70 melalui penggunaan
pembelajaran kooperatif model inquiry. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang dilaksanakan melalui dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua
pertemuan, dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Teknik analisis data menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN Tegalrejo
02 setelah diberikan tindakan pembelajaran kooperatif model inquiry. Pada siklus I diperoleh
6 siswa tidak tuntas (27,6%) dan 19 siswa tuntas (72,4%). Pada siklus II terjadi peningkatan
nilai mata pelajaran IPA, sebanyak 22 siswa tuntas (83,0%) dan 3 siswa tidak tuntas
(17,0%). Jadi penggunaan pembelajaran kooperatif model inquiry dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas IIISDN Tegalrejo 02 semester II tahun ajaran 2016/2017.
Kata kunci: Inquiry dan hasil belajar
Ponco Budi Raharjo | 13
PENDAHULUAN
Menurut tujuan Sistem Pendidikan Nasional yang ada dalam UU N0. 20 Tahun 2003
menyebutkan upaya dalam kemampuan berfikir untuk mengembangkan sikap dan berupaya
untuk membentuk sebuah karakter watak seseorang dalam peradaban bangsa yang
mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa, bernegara bermartabat dan
juga untuk mengembangkan semua kemampuan yang dimiliki siswa, berakhlak mulia,
berbudi pekerti luhur, bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, untuk menjadi warga
negara yang baik, demokratis dan memiliki tanggung jawab intelektual, mandiri, sehat dan
mempunyai kreatifitas (Depdiknas, 2003:pasal 3). Sedangkan dalam mewujudkan tujuan
pendidikan sebagai upaya wahana pengembangan sumber daya manusia, perlu dikembangkan
adanya peningkatan suasana pembelajaran yang kondusif bagi berkembangnya kemampuan
dan pemahaman siswa sehingga dapat terwujud sebuah potensi yang sesuai dengan tantangan,
perubahan dalam pembangunan nasional.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha yang sadar dilakukan oleh seseorang
terhadap orang lain agar orang lain memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sama.
Dalam setiap kegiatan pendidikan menjadikan tingkah laku perubahan dari yang belum
mampu menjadi mampu, tetapi lebih dari semuanya itu diharapkan adanya perubahan ke
seluruh aspek pendidikan yang mengarah pada sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Dalam
setiap kegiatan pembelajaran diharapkan terjadi interaksi pembelajaran yang merupakan
kegiatan pokok dari pembelajaran itu sendiri, dimana setelah terjadi proses pembelajaran
diharapkan mampu menjadikan peningkatan dan evaluasi hasil belajar siswa. Namun
berdasarkan fakta yang terjadi disekolahan, selama kegiatan belajar mengajar masih
ditemukan pembelajaran yang bersifat verbal, dimana siswa masih kurang aktif dalam
menerima pengetahuan sesuai dengan yang diberikan guru. Untuk meningkatkan mutu
kualitas sebuah pendidikan berbagai upaya dan cara telah dilakukan, salah satunya dengan
berbagai inovasi di dalam dunia pendidikan. Dalam pelaksanaan di sekolah, Pendidikan
melibatkan langsung antara guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta
didik.Yang diharapkan terwujud dengan adanya sebuah interaksi pembelajaran pada setiap
rutinitas kegiatan belajar mengajar. Upaya yang di lakukan guru dengan menciptakan dan
mengupayakan serta meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini guru dengan sadar
dan sengaja merancang dalam merencanakan sebuah kegiatan pembelajaran yang di kemas
kedalam suatu kurikulum pendidikan secara sistematis, efektif dan efisien.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran untuk Sekolah Dasar yang
ada pada sebuah kurikulum, pada mata pelajaran IPA siswa dapat terlibat langsung dalam
menemukan sendiri pengetahuan mengenai sesuatu. Sehingga Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
sangat penting diajarkan kepada siswa. IPA sangat erat hubungannya dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan sekumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (Depdiknas 2006).
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru, pembelajaran IPA yang
berlangsung di kelas III SD Negeri Tegalrejo 02 kota Salatiga, pada dasarnya masih
menggunakan metode klasikal misalnya, ceramah dan tanya jawab yang pembelajarannya
masih berpusat pada guru. Siswa hanya mendengarkan materi dan mencatat hal-hal yang
dianggap penting. Sehingga hasil belajar siswa banyak yang belum mencapai KKM pada
materi Energi Dan Gerak Benda. Dari 25 siswa, 16 orang siswa sudah mencapai batas
ketuntasan dalam hasil pembelajaran, sedangkan 9 orang siswa belum mencapai ketuntasan
minimal yang di terapkan di sekolah. Batas KKM yang ditetapkan sekolah adalah 70. Ratarata kelas nilai yang didapat pada materi Energi Dan Gerak Benda adalah 67, dengan nilai
tertinggi 90 dan nilai terendah adalah 30. Dengan kriteria nilai≥ 70 ada 16 siswa sedangkan
nilai ≤ 70 adalah 9 siswa. Sedangkan b erdasarkanhasil pengamatan dalam kegiatan
14 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017
pembelajaran siswa kelas III, bahwa di dalam setiap proses pembelajaran pada materi Energi
Dan Gerak Benda, siswa cenderung belajar dengan menggunakan penghafalan materi dan
masih kurang dalam pengetahuan tentang isi materinya.
Dari permasalahan di atas, peneliti akan melakukan pembenahan dalam kegiatan proses
pembelajaran. Yang dapat dilakukan peneliti adalah pemilihan model pembelajaran yang
tepat dan inovatif dalam penyampaian setiap konsep materi, sehingga siswa dapat dengan
mudah untuk menerima atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari berbagai
model pembelajaran, maka peneliti untuk memutuskan kesesuaian sebuah model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA pada materi Energi Dan Gerak
Benda adalah model Inquiry. Menurut Syaiful Sagala (2011:196), metode Inquiry merupakan
metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir kritis dan bersikap
pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam setiap proses
pembelajaran ini siswa lebih cenderung banyak belajar sendiri mengembangkan kemampuan,
kreativitas dalam memecahkan masalah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model inquiry materi Gerak
Benda Dan Energi kelas III SDN Tegalrejo 02.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (Isjoni,2011:5) mendefinisikan bahwa model pembelajaran dengan
system bekerja dan belajar kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang dipilih secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa untuk lebih semangat dalam kegiatan
pembelajaran. Sedangkan menurut Suprijono,Agus (2010:54) pembelajaran kooperatif
merupakan suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kegiatan kelompok yang
dibentuk dan diarahkan serta dipimpin oleh guru. Konsep ini memang dikenal sangat penting
untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi dan perkumpulan manusia. Depdiknas
(2003:5) pembelajaran kooperatif merupakan setrategi pembelajaran melalui kelompok kecil
siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
mengacu pada metode, dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling
membantu dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Miftahul Huda
(2011:29) tujuan pembelajaran kooperatif adalah saling berinteraksinya siswa dalam
kelompok kecil untuk mengerjakan tugas belajar demi tercapainya tujuan belajar yang akan
dilaksanakan. Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan kondisi
keberhasilan individu ditentukan dan dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Pembelajaran Inquiry
Proses belajar mengajar dengan model pembelajaran inquiry menurut Hamdayama
(2014: 31-32) memiliki ciri-ciri yaitu 1) menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan; 2) seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban yang dipertanyakan bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri; 3)
mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis atau
mengembangkan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Menurut Amri dkk (2010: 104) mengemukakan bahwa pelatihan dan pembiasaan siswa
untuk terampil berfikir dan trampil secara fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya ketrampilan proses ilmiah sekaligus
terbentuknya sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum dan teori.
Dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran yang dipakai adalah yang
disampaikan oleh Hamdayama (2014: 31-33). Adapun langkah pertama adalah orientasi, pada
tahap ini guru mengondisikan siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Menumbuhkan
Ponco Budi Raharjo | 15
sikap siswa yang responsip agar timbul kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah. Kemuadian langkah kedua adalah merumuskan
masalah untuk dipecahkan oleh siswa, pada tahap ini siswa dengan bimbingan guru
merumuskan permasalahan yang harus dipecahkan yang nantinya akan dicari penyelesaiannya
dengan mencari data dari berbagai sumber dengan berfikir kritis dan logis. Kemudian langkah
yang ketiga adalah mengajukan hipotesis atau jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang sedang dikaji sebelum mencari penyelesaian permasalahan yang sudah dirumuskan.
Langkah keempat mengumpulkan data, siswa secara aktif mencari informasi, data, dan fakta
yang diperlukan untuk menjawab hipotesis dari permasalahan, dalam tahap ini guru
memfasilitasi siswa dengan media atau sumber-sumber untuk membantu siswa mencari
sendiri penyelesaian dari masalah yang sudah dirumuskan. Kemudian langkah kelima adalah
menguji hipotesis, dalam tahap ini siswa bersama guru menguji hipotesis yang telah
dirumuskan berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh dari sumber-sumber
ataupun media yang ada. Langkah terakhir merumuskan kesimpulan atas jawaban atau
generalisasi. Dalam tahap ini siswa dan guru mengambil kesimpulan dari data ataupun
informasi yang telah didapatkan dari berbagai sumber dan hasil pengujian hipotesis.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Menurut Purwanto, (2014: 48) hasil belajar merupakan kemampuan
yang timbul setelah siswa mendapatkan pengajaran. Menurut Susanto, (2015: 5) hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Dari pengertian di atas
mengenai hasil belajar yang dinyatakan oleh Purwanto, (2014: 48) pada hakikatnya hasil
belajar merupakan kemampuan yang muncul pada diri siswa setelah ia melakukan kegiatan
belajar.
Hakikat Pembelajaran IPA SD
IPA merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan
(induktif), tapi pada perkembangan berikutnya, IPA didapatkan dan dikembangkan
berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berhubungan dan tidak terpisahkan dengan
IPA, yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk adalah
pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif.
Sedangkan IPA sebagai proses adalah pengetahuan IPA yang berupa kerja ilmiah. Hakikat
IPA menurut Trianto (2011: 136) mengatakan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematis, dan di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejalagejala alam yang lahir dan berkembang melalui metode ilmiah. Menurut Usman Samatowa
(2010: 2) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara
sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Pengertian Pembelajaran Inquiry
Menurut Saiful Sagala (2011:196) model Inquiry merupakan model pembelajaran yang
berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai
objek belajar. Kalau menurut Aziz Ahmad (2011) Inquiry adalah model pembelajaran yang
menempatkan guru sebagai fasilitator membantu siswa untuk menemukan sendiri data, fakta
dan informasi dari berbagai sumber agar dapat memberikan pengalaman terhadap siswa.
Sanjaya (2008:196) berpendapat bahwa “strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”.
16 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017
Phillips (dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan “inquiry merupakan pendekatan
pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran dengan
pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses sains yang menerapkan proses
berpikir logis dan berpikir kritis”. Dari berbagai pandangan ahli diatas maka dapat
disimpulkan bahwa model inquiry adalah suatu cara penyampaian pembelajaran yang
mengembangkan dan meletakkan permasalahan pembelajaran sebagai cara pandang siswa
untuk berfikir kritis, analitis dan berfikir ilmiah cara penyelesaiannya. Menurut Schmidt
dalam Amri,dkk (2010: 85) menyatakan bahwa “inquiry adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen
untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah
dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis”.
Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inquiry
Proses belajar mengajar dengan model pembelajaran inquiry menurut Hamdayama
(2014: 31-32) memiliki ciri-ciri yaitu 1) menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan; 2) seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban yang dipertanyakan bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri; 3)
mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis atau
mengembangkan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Berdasarkan pada ciri-ciri yang dikemukakan oleh Hamdayama maka guru sebagai
seorang pendidik harus berusaha untuk melatih dan membiasakan siswa untuk terampil
berfikir karena mereka terlibat secara aktif dalam setiap proses pembelajaran secara mental
maupun fisik, seperti trampil menggunakan alat, terampil merangkai peralatan percobaan dan
sebagainya. Menurut Amri dkk (2010: 104) mengemukakan bahwa pelatihan dan pembiasaan
siswa untuk terampil berfikir dan trampil secara fisik merupakan syarat mutlak untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya ketrampilan proses ilmiah
sekaligus terbentuknya sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum dan teori.
Pada model pembelajaran inquiry memiliki empat karakteristik utama siswa dalam
pembelajaran (Amri dkk 2010: 105) yaitu 1) Secara aktif siswa selalu ingin tahu, 2) Didalam
percakapan siswa selalu ingin bicara dan mengkomunikasikan idenya, 3) Dalam membangun
atau mengkonstruksi siswa selalu ingin membuat sesuatu, 4) siswa selalu mengekspresikan
seni. Dari pemaparan ciri-ciri dan karakteristik diatas dapat dilihat bahwa model pembelajaran
inquiry adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk
berpartisipasi secara aktif dan mengkomunikasikan idenya dalam proses pembelajaran.
Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran IPA di SD teori pembelajaran perlu dikembangkan dalam kehidupan
sehari-hari bagi siswa. Untuk itu sebagai guru sangat penting mengembangkan berbagai
macam model pembelajaran yang dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar siswanya.
Salah satunya adalah model pembelajaran Inquiry yang dapat diterapkan pada mata pelajaran
IPA di SD sebagai wahana ajang demontrasi dan eksperimen dalam mengembangkan teori
IPA yang berkaitan dengan alam semesta.
Ponco Budi Raharjo | 17
METODE
Seting dan bentuk penelitian ini adalah penelitian perbaikan pembelajaran tindakan kelas.
Di mana penelitian ini merupakan sebuah proses. Di mana sebuah proses harus dilakukan
sesuai dengan mekanisme dan tujuan sebagai penelitian. Setrategi pembelajaran dilakukan
untuk mendeskripsikan kegiatan penelitian di kelas. Menurut Kurt Lewin Penelitian Tindakan
Kelas dibedakan menjadi empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Penelitian Tindakan Kelas ini termasuk kedalam penelitian kualitatif. Meskipun data
yang dikumpulkan bisa saja beruapa data kuantitatif, dimana datanya bersifat deskriptif
berupa uraian kata-kata. Di dalam proses penelitian, peneliti dibantu guru kelas III SDN
Tegalrejo 02.
Subjek dan setting penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Tegalrejo 02 yang berjumlah 25
orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2016/ 2017.
Prosedur yang diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan pada penelitian tindakan
kelas. Pelaksanaan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
empat tahapan antara lain: a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) observasidan d) refleksi.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data selama proses penelitian menggunakan
alat pengumpulan data yaitu: 1) tes, 2) observasi dan 3) dokumentasi.
Teknik Analisis Data
Teknik pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah data hasil tes belajar
siswa dengan analisa deskriptif kuantitatif berbentuk angka dari soal pilihan ganda dan
deskriptif kualitatif dari hasil membandingkan nilai pada siklus I dan penilaian pada siklus II
kemudian menarik kesimpulan berdasarkan analisa deskripsi pengambilan data. Untuk
menganalisa keberhasilan dan presentase siswa setelah mengikuti proses kegiatan belajar
mengajar, pada setiap akhir pembelajaran baik pada siklus I dan siklus II, peneliti
memberikan tes evaluasi pada setiap akhir putaran.
Indikator keberhasilan penelitian
Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas mengacu pada ketuntasan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA kelas III dengan model Inquiry pada materi Energi dan Gerak benda
dengan kriteria, minimal KKM 70 dari 80% jumlah siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Belajar Siklus I
Dari pemaparan hail belajar siklus I menunjukkan bahwa dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif model inquiry terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPA materi Gerak benda di SDN Tegalrejo 02. Dari 25 siswa, sebanyak 19
siswa sudah mencapai batas ketuntasan pada siklus I sedangkan 6 siswa belum mencapai
batas ketuntasan dan akan diperbaiki pada proses kegiatan pembelajaran pada siklus II.
Tingkat ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 72,4%. Dari analisa data diatas bahwa
ketuntasan hasil belajar siswa belum mencapai presentase
≥80% maka pelaksanaan
pembelajaran kooperatif model inquiry akan dilanjutkan kepelaksanaan siklus ke II.
18 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017
Hasil Belajar Siklus II
Dari pemaparan hasil belajar pada siklus II dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan
pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA kelas III SDN Tegalrejo 02
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Dari 25 jumlah siswa terdapat 22 orang siswa
mencapai batas ketuntasan sedangkan 3 orang siswa belum mencapai batas ketuntasan
minimal. Siswa yang dulunya pasif sekarang sudah menjadi aktif. Pembelajaran kooperatif
model inquiry di akui salah satu siswa memang menyenangkan, dikarenakan siswa dapat
mengemukakan pendapat tentang materi yang belum diketahui. Dengan demikian dapat
dibuktikan bahwa pencapaian proses pembelajaran pada siklus II dinyatakan berhasil dan
tidak akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pada siklus II ketuntasan mencapai 83,0%,
dengan kata lain pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif model inquiry mencapai
peningkatan sebesar 10,6% dibandingkan siklus.
Tabel 1. Perbandingan Hasil Penelitian Tindakan dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No
Hasil Belajar
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
1
2
3
4
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Nilai rata- rata
Ketuntasan
belajar
90
30
66,6
64%
90
50
72,4
76%
100
60
83,0
88%
Dari analisa data diatas, bahwa pada setiap pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif
model inquiry pada mata pelajaran IPA kelas III SDN Tegalrejo 02 dapat meningkatkan hasil
belajar. Dari 25 orang siswa sebanyak 22 orang siswa sudah mencapai batas KKM yang
ditetapkan sedangkan hanya 3 orang siswa yang belum mencapai batas ketuntasan. Dengan
demikian penelitian ini dinyatakan berhasil dan tidak dilanjutkan pada penelitian berikutnya.
Dari data diatas tingkat ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus II sebesar
10,6%.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SDN Tegalrejo 02 Kelas III pada
mata pelajaran IPA materi gerak benda dan energi dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif model inquiry dengan berbantuan benda konkrit sangat memuaskan. Berdasarkan
hasil analisa data yang diperoleh dari pra siklus, siklus I dan siklus II hasil belajar siswa
mengalami peningkatan.
Pada pra siklus siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 16 anak atau sebesar
66,6 %, sedangkan pada siklus I ketuntasan siswa mencapai 19 orang siswa atau sebesar
72,4%. Berarti terjadi peningkatan sebesar 5,8% dari pra siklus ke siklus I. Hasil yang
diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan
dengan ketuntasan hasil belajar lebih dari 80%, karena dalam penerapan pembelajaran
kooperatif model inquiry siswa masih bingung dan belum terbiasa apa yang harus
dilaksanakan.
Setelah melakukan refleksi siklus I, maka dilakukan perencanaan perbaikan pembelajaran
pada siklus II agar peneliti dapat mencapai indikator keberhasilan belajar yang sudah
ditentukan. Setelah dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II, ketuntasan hasil belajar siswa
mencapai 83,0%, ini membuktikan bahwa peningkatan yang terjadi antara pembelajaran
siklus I dan siklus II sebesar 10,6%. Ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif model inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Ponco Budi Raharjo | 19
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif model inquiry yang dilakukan peneliti dinyatakan berhasil. Pembelajaran dengan
model inquiry ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti proses kegiatan belajar
mengajar serta tidak menimbulkan rasa kejenuhan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini
menyebabkan hasil belajar IPA pada materi gerak benda dan energi kelas III menjadi
meningkat.
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut data yang ada selama melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif model inquiry, pada pelaksanaan proses belajar mengajar mata pelajaran IPA di
kelas III SDN Tegalrejo 02 terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Dikarenakan bahwa
pembelajaran kooperatif model inquiry lebih mengutamakan kemampuan individu siswa
dalam berkelompok untuk mencapai ketuntasan belajar. Dari 25 orang siswa pada awal
pembelajaran yang dapat mencapai batas ketuntasan 70 hanya 16 orang siswa sedangkan 9
orang siswa belum mencapai batas ketuntasan nilai yang ditetapkan. Dengan kriteria nilai
tertinggi 90 dan nilai terendah 30. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan
penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry pada siklus I sudah terbukti Nampak
adanya peningkatan hasil belajar. Dari 25 orang siswa, sebanyak 19 orang siswa sudah
mencapai KKM dan 6 orang siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Ini yang menjadikan
dasar peneliti untuk meningkatkan kinerja perbaikan pembelajaran pada siklus ke II. Dengan
menerapkan pembelajaran yang sama pada siklus ke I terbukti hasil belajar siswa meningkat
dengan perolehan hasil dari 25 orang siswa, sebanyak 22 orang siswa sudah mencapai KKM
sedangkan 3 orang siswa belum mencapai batas ketuntasan belajar. Dengan nilai tertinggi 100
dan terendah 60. Dengan demikian bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry
pada mata pelajaran IPA di SDN Tegalrejo 02 kota Salatiga semester 2 Tahun ajaran 2016/
2017 dinyatakan berhasil.
Saran
Setelah terbukti bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata
pelajaran IPA kelas III di SDN Tegalrejo 02 kota Salatiga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, maka peneliti memberikan sumbang dan saran yang dapat dijadikan referensi antara
lain:
a) Bagi guru hendaknya lebih kreatif dan menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan supaya proses kegiatan belajar mengajar menjadi tidak membosankan
.kemudian guru supaya mengembangkan model pembelajaran yang lain dengan mata
pelajaran selain IPA untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dapat meningkat.
b) Untuk siswa yang belum tuntas belajar, sebagai guru harus lebih memberikan
perhatian ekstra apa yang menjadi penyebab siswa dalam kesulitan belajar supaya
prestasi belajarnya tidak ketinggalan dengan teman- teman yang lainya.
c) Kemudian untuk siswa harus lebih giat lagi dalam belajar supaya dapat mencapai
batas ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolahan.
d) Bagi kepala sekolah hendaknya memberikan himbauan kepada guru-guru untuk
menerapkan sebuah model pembelajaran yang lain supaya menciptakan suasana
pembelajaran kreatif, efektif dan menyenangkan untuk menarik minat siswa dalam
mengikuti semua proses kegiatan pembelajaran di sekolah supaya dapat meningkatkan
prestasi dan hasil belajar yang diharapkan.
20 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. (2014). Penelitian Tindakan Kelas Dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta:
Gava Media.
Huda, M. (2011). COOPERATIVE LEARNING. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Sulistyowati, A. W. (2014). METODOLOGI PEMBELAJARAN IPA. Jakarta: Bumi Aksara.
Wardani, N. S. (2012). ASESMEN PEMBELAJARAN SD. SALATIGA: Widya Sari Press.
dkk, Z. M. (2012). ILMU PENGETAHUAN ALAM SD/MI kelas III. Jakarta: CV Djatnika.
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Ramaja Rosdakarya.
Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Sanjaya, W. (2012). Setrategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Sudrajat, A. (2011, 09 12). Akhmadsudrajat. Retrieved 02 20, 2017, from Akhmad
Sudrajat.wordpress.com/2011/09/12/Pembelajaran Inkuiri/
Hamdayama, J. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Download