Peng-Islaman-an Ilmu Ekonomi : Untuk Memecahkan Masalah

advertisement
Peng-Islaman-an Ilmu Ekonomi :
Untuk Memecahkan Masalah Ekonomi
Umat Manusia
I. Kegagalan Ilmu Ekonomi: Memecahkan Masalah Pengangguran, Kesenjangan/
Kemiskinan, dan Kebahagiaan
Tujuan segala kebijakan ekonomi yang sangat mendasar sekali adalah bagaimana bisa
memakmurkan/mensejahterahkan umat manusia atau memecahkan masalah kemiskinan. Atau
minimal kebijakan tersebut dapat menciptakan lapangan kerja sebanyak mungkin‟ Segala
kebijakan-kebijakan ekonomi berdasarkan konsep ilmu ekonomi. Akan tetapi, sangat Tragis
sekali, 9000 orang bunuh diri akibat kehilangan pekerjaannya,di Eropa dan Amerika Serikat
tahun 2009 (Kompas, 20 September 2013). Sedang di tahun 2011, di Amerika Serikat terdapat
39.518 orang bunuh diri (running Text Metro-TV 13 Agustus 2014, jam 14.00). Bunuh diri ini
kemungkinan besar akibat kehilangan pekerjaannya, akibat belum pulih ekonominya sejak
dilanda krisis ekonomi: 2008.
Untuk memahami dan memecahkan segala hal di atas, maka kita harus mempelajari asalusul terbentuknya ilmu ekonomi. Dari sejarah terbentuknya ilmu ekonomi sejak tahun 1776 dari
karangan Adam Smith “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations”. Dan
ilmu ekonomi mencapai abad keemasannya1 di tahun 1947 hingga 1973: keberhasilan dalam
memecahkan masalah pengangguran, kemiskinan dan inflasi rendah. Teori ekonomi telah
menjadi kekuatan yang berpengaruh dalam mengarahkan kebijakan ekonomi.
Dewasa ini terdapat kesepakatan umum bahwa manjemen dan kebijakan ekonomi
pemerintah mengalami kekacauan2. Singkatnya, pertanyaannya bukan hanya apakah terjadi krisis
di dalam teori ekonomi tetapi juga suatu krisis dari teori ekonomi itu sendiri. Untuk itulah, kita
haarus kembaali pada sejarah teori tersebut dan menelusuri kembali langkah-langkahnya3.
Dengan Peralatan Keynes, akhli ekonomi tidak menyajikan mawar tanpa duri.
Pengalaman negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat, dalam tahuin 1970-an ini
menunjukkan bahwa mereka bukannya menghadapi pilihan antara mawar dan duri melainkan
mereka memegang duri tanpa mawar: stagnasi ekonomi dan inflasi sekaligus. Teori Ekonomi
tidak dapat mengatasi pengangguran dan inflasi yang melanda negara-negara Eropa dan
11
Daniel Bell, 1981: “Model dan Realita di dalam Wacana Ekonomi”, dalam Daniel Bell dan Irving Kristol (ed.), :
Krisis Teori Ekonomi, (terjemahan Umar Juoro, 1987), Penerbit LP3ES, jakarta, hal. 98.
2
Ibid., hal. 64.
3
Ibid., hal 65.
1
Amerika Serikat4. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap analisis dan pendekatan
ekonomi makro ajaran Keynes, merupakan pertanda terdapatnya krisis dalam teori tersebut5.
Sebelumnya, marilah menyimak pendapat Gunnar Myrdal (pemenang Nobel Ekonomi
1974) bahwa6:
“ Jikalau kita menghendaki kemajuan ilmu ekonomi, maka semua kerangka teori yang ada
sekarang ini, di dalam kerangka mana masalah-masalah pembangunan dianalisa, data statistic
dikumpulkan dan rencana-rencana pembangunan disusun, harus dihancurkan, betapapun kita
telah bersusahpayah membangunkannya”.
Ilmu ekonomi selalu mengalami krisis sejak ia terlepas dari filsafat sosial pada akhir abad
kedelapanbelas. Tetapi dari saat ke saat, krisis ini sangat akut. . . . Jika krisis itu diartikan
sebagai ketidakmampuan menghadapi tantangan zaman7 :
“Persoalan-persoalan seperti kemiskinan massal, kemakmuran yang tidak seimbang,
kepincangan-kepincangan ekonomi regional yang selalu meningkat, ketidakseimbangan dalam
perkembangan penduduk, pemakaian tak rasional sumber-sumber alam yang tidak dapat
dipulihkan, dan proses-proses produksi dan konsumsi yang tidak sesuai dengan daya dukung
lingkungan yang terbatas adalah di antara masalah-masalah yang mendesak yang menanti
pemecahan para akhli ekonomi”.
Selanjutnya, Dopfer menyatakan bahwa perubahan dalam ilmu pengetahuan ekonomi dituntut
jikalau diperlukan untuk menjawab masalah-masalah masa depan.
Menurut penulis kegagalan ilmu ekonomi karena ia berasal dari hasil pemikiran manusia
di mana otak manusia itu mempunyai banyak keterbatasan. Kemudian obyek dari segala
kebijakan ekonomi adalah manusia: memenuhi kebutuhan-kebutuhan pisik manusia saja. Padahal
konsep manusia yang utuh terdiri dari fisik (raga) dan jiwa (roh). Sedang ilmu ekonomi hanya
memecahkan sebagian besar masalah raga (fisik) manusia saja dan masalah kepuasan jiwa (roh)
hampir-hampir tidak disinggungnya. Manusia jika tidak ada roh di dalamnya berarti manusia
sama dengan jenazah (mayat) dan kalau jadi mayat perlu dikubur. Jadi mana mungkin ilmu
ekonomi berhasil memecahkan masalah yang dihadapi manusia, jika konsep manusiapun sudah
salah. Lihat hasil yang dicapai selama ini, apakah ia telah berhasil ataukah malah menimbulkan
malapetaka ekonomi dunia menjelang tahun 2000-an8.
Ilmu ekonomi jika ingin berhasil memecahkan masalah manusia secara tuntas haruslah
menggunakan konsep manusia yang utuh. Kemudian berbicara mengenai manusia, maka kita
harus memikirkan proses diciptakannya manusia. Mengapa dan untuk apa sebenarnya manusia
44
Suhadi Mangkusuwondo, 1987: “Teori dan Kebijakan Ekonomi Makro: Perspektif Ekonomi Indonesia”, dalam
Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan Pembangunan: kumpulan Esei untuk menghormati 70 tahun Prof. Sumitro
Djojohadikusumo, penyunting Hendra Esmara, PT. Garmedia Jakarta, hal. 48.
55
Ibid., hal. 75.
6
W.I.M. Poli, 1976: “Quo Vadis Teori dan Pembangunan Ekonomi”, Majalah Ekonomi Keuangan Indonesia, FEUI,
hal 135
7
Kurt Dopfer, 1976: “Pendahuluan: Menuju Paradigma Baru”, dalam Kurt Dopfer (penyunting): Ilmu Ekonomi Masa
Depan: Menuju Paradigma Baru (diterjemahkan 1983), Penerbit LP3ES, hal. 3.
8
Bachtiar Agus Djaja, 1994: Kritik Terhadap Model Ekonomi: Pengalaman Kegagalan Pembangunan Pakistan
(1971) dan Iran (1979), serta Model Ekonomi Indonesia Yang Sebaiknya, PR-Ekonometri Pasca Sarjana-UGM, hal. 9.
2
diciptakan-Nya. Jawabannya ini sebenarnya kunci untuk memecahkan masalah-masalah manusia
di bumi ini dengan sebaik-baiknya9.
Jadi segala kebijakan ekonomi tidak mungkin tercapai secara efektip tanpa para pemikir
ekonomi dan filosuf menyadari/mengakui apa hakekat sebenarnya dari tujuan manusia
diciptakan oleh Maha pEncipta langit dan bumi10. Manusia hanya numpang hidup di alam
ciptaan-Nya, maka dari itu segala kebijakan ekonomi jika mau berhasil berhasil dengan sebaik
mungkin harus disesuaikan dengan kemauan Maha Pencipta manusia. Jika tidak, ya hasilnya
banyak pengangguran, di mana-mana di dunia bahkan banyak yang bunuh diri (negara maju:
Eropa dan Amerika Serikat), dan kesenjangan/ketimpangan yang makin besar dan bahkan yang
sangat besar terjadi di Amerika Serikat. Di Tahun 198311, penulis telah mengemukakan bahwa:
“Penyakit yang di derita manusia sekarang ini sudah mencapai taraf yang sangat berbahaya
sekali, yaitu: “Krisis kemanusiaan” manusia tidak menyadari/atau tidak mau mengetahui untuk
apa manusia itu sebenarnya diciptakan di bumi. Dan Krisi ekonomi sekarang ini adalah akibat
dari semu itu, yang akan menuju proses kehancurannya kurang lebih di sekitar tahun 1990-an”.
Oleh karena itu, untuk memperbaiki masalah-masalah di atas, para pemikir
ekonomi/filosuf harus memperbaiki ilmu ekonomi dengan mempelajari sejarah terbentuknya
ilmu ekonomi.
II. Hamka - Immanuel Kant- Einstein: Akhirat, Akal Pikiran dan Filsafat KeTuhanan
Manusia dan Binatang sama-sama diberikan Naluri oleh Tuhan, akan tetapi binatang tidak
diberikan akal pikiran. Akal-lah yang memperbaiki kesalahan pancaindera. Contoh sederhana:
misalnya tongkat yang lurus di dalam air menjadi bengkok, sedang akal menolaknya.
Tetapi akal saja belumlah cukup menjadi pedoman. Sebab dalam diri manusia bukan akal dan
pancaindera saja yang harus diperhitungkan. Juga manusia harus memperhitungkan syawat dan
hawa nafsunya, demikian naluri-naluri yang lain. Manusia mencari apa yang diinginkannya
maka ia akan mempergunakan akal.
Pengalaman manusia menunjukkan bahwa akal saja tidaklah cukup untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia. Mesti ada tuntunan terhadap akal itu sendiri, yaitu:
“Hidayah Agama”12. Untuk itulah Rasul-Rasul diutus dan Kitab-Kitab Wahyu diturunkan. Rasul9
Ibid., hal. 10.
Bachtiar Agus Djaja, 2013: Kegagalan Ilmu Ekonomi: Konsep Manusia Yang Salah, hasil Penelitian Fakultas
Ekonomi Universitas Trisakti (tidak diterbitkan), hal. 180.
11
-------------------------, 1983: Ekonomi Dunia Sedang Menuju Proses Kehancurannya yang tidak Bisa Dihindarkan
lagi dan Obatnya, sebagai ringkasan (2 halaman) untuk penulis permasalahan dunia (tidak diterbitkan). Ternyata
ramalan penulis salah bukan tahun 1990-an. Akan tetapi, krisis ekonomi mulai kelihatan sejak tahun 2000-an,
pastinya dengan adanya “Krisis ekonomi Amerika Serikat tahun 2008” dan Krisis Utang Eropa Barat (kelompok
Euro): banyak orang bunuh diri karena kehilangan pekerjaannya.
12
Prof. Dr. Hamka, 1981: Tafsir Al-Azhar, (cetakan ke-4), Penerbit Yayasan Nurulislam, Jakarta, hal.107.
10
3
Rasul dan Kitab-Kitab Wahyu itu diutus dan dikirim Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam,
Maha Pencipta dan Maha Pemelihara.
Dengan perantaraan Rasul itulah Tuhan mengatakan bahwa dibelakang hidup yang sekarang
ini ada lagi: Hari Akhirat13. Untuk memperhitungkan segala perbuatan hidup manusia di dunia.
Seperti bagaimana pemakaian akal, adakah dia membawa maslahat bagi diri sendiri dan bagi
sesama manusia, serta bagaimana hubungannya dengan Allah.
Immanuel Kant14 tentang hari Akhirat:
”Sesungguhnya panggung kehidupan dunia ini belum sempurna, pasti ada panggung kedua.
Sebab kita semua melihat yang zalim dan dizalimi, namun kita tidak dapat keadilan. Orang yang
menang dan yang kalah namun kami tidak dapat balasan yang pasti. Maka pasti ada alam lain
yang akan menyempurnakan keadilan”.
Syaikh ath-Thantawi15 berkata saat mengomentari tentang perkataan Kant ini: “Ini
merupakan pengakuan implisit dari seorang filosuf Barat tentang Hari Kiamat”.
Kant merupakan pengarang system filsafat besar dunia16. Ia memiliki pengaruh yang
besar dalam membentuk dan mengembangkan system pemikiran orang-orang yang
memperaktekkan, memelihara dan mempertahankan filsafat mereka. Setiap pengkaji filsafat
yang mempelajari filsafat Barat tidak dapat menyisikan filsafat Kant jika dia betul-betul ingin
mengetahui konsep-konsep kunci dalam perkembangan tradisi filsafat Barat. Filsafat Kant masih
memiliki gema yang luas karena dipandang sebagai potret dan symbol pencerahan sejak zaman
modern awal. Sebab pendekatan analitis yang diajukan oleh Kant lebih mampu menjawab
tantangan-tantangan perubahan dan kekhasan sosial-budaya yang kenyataannya selalu menerpa
peradaban manusia sepanjang sejarah17.
Kant (1724-1804) menyatakan, bahwa “Filsafat” adalah ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup empat persoalan, yaitu (1) apakah yang dapat kita ketahui (dijawab
dengan Metafisika); (2) Apakah yang boleh kita kerjakan (dijawab dengan Etika); (3) sampai di
manakah pengharapan kita (dijawab dengan Agama); (4) apakah yang dinamakan manusia
(dijawab Antropologi)18.
Pemikiran Filasafat dari Kant ini merupakan pujaan Einstein, ketika berumur sekitar 12
tahun ia sudah melahap buku suci filsafat Kritis karyanya: “Critique of Pure Reason”. Bagi
Einstein “intuisi adalah segala-galanya. Intuisi lebih berharga ketimbang akal pikiran19. Bahkan,
di sini Einstein seperti mengabaikan akal pikiran. Padahal alat utama dari seorang ilmiawan
1313
Ibid.
‘Aidh Al-Qarni, 2005 (cet.ke 18): La Tahzan (Jangan Bersedih), Penerbit Qisthi Press, Jakarta, hal. 131 (cetak tebal
dan garis bawah dari penulis)
15
Ibid.
16
M. Amin Abdullah, 1992: The Idea of Universality of Ethical Norms in Ghazali and Kant (desertasi di Middle East
Technical University (METU), Angkara, Turki, dari Departement of Philosophy, Faculty of Art and Science, 1990)
dan diterjemakan oleh Hamzah, 2002), Penerbit Mizan, hal. 27.
17
Ibid, hal. 21
18
Mukhtar Latif, 2014 : Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu, Penerbit Kencana- Prenadamedia Group,
Jakarta, hal. 44.
1919
Andi Setiadi, 2014: Rahasia Cara Belajar Einstein, Penerbit Diva Press, Yogya, hal., 101.
14
4
adalah akal pikiran. Mengapa Einstein berbuat demikian ? Sebab akal pikiran hanya dapat
menjangkau hal-hal yang “dekat”, sementara intuisi dapat menjangkau hal-hal “jauh” dan tak
terduga.
Intuisi biasanya dihubungkan dengan filsafat keTuhanan20.Para teolog Islam
menyebutnya irfan. Pengetahuan akan Tuhan, menurut teolog, hanya dimungkinkan lewat intuisi.
Hal ini tak lepas dari sifat pengetahuan intuitif yang bersifat menyeluruh dan mendalam.
Menurut mereka, pengetahuan akan Tuhan tidak dapat diperoleh melalui akal pikiran, apalagi
indra. Ketika para sufi, misalnya, berbicara tentang “kehadiran Tuhan di mana-mana”,
sesungguhnya ia sedang menyampaikan pengetahuannya akan Tuhan yang ia dapat dari intuisi.
Tetapi, mengapa Einstein menghubungkan intuisi dengan ilmu pengetahuan yang bersifat
ilmiah dan rasional ? Pada umumnya, idea pembauran pemikiran tidak muncul lewat akal
pikiran. Ia hadir lewat intuisi. Bila dikatakan secara ekstrem, pengetahuan baru hadir lewat
intuisi, bukan akal pikiran21.
Pikiran intuitif oleh Einstein disebut karunia suci. Ini berarti bahwa pengetahuan adalah
semacam pemberian22 Tuhan secara cuma-cuma dan bukan sesuatu yang diusahakan oleh
manusia. Pikiran intuitif datang kepada kita bukan karena kita mengundangnya, tetapi karena ia
memang mendatangi kita. Pembaruan di dalam fisika-utamanya relativitas Einstein- datang
kepadanya lewat intuisi, bukan akal pikiran. Idea dilahirkan oleh intuisi, kemudian diolah oleh
akal pikiran dalam term-term ilmiah dengan menggunakan berbagai informasi, lalu terbitlah ilmu
pengetahuan.
III. Ilmu Ekonomi dan Islam (Quran)
Menurut Heilbroner tentang pemikiran-pemikiran ekonomi : “mereka membentuk dan
menggoncangkan pikiran umat manusia”23. Apa yang mereka perbuat lebih menentukan jalannya
sejarah dibandingkan dengan tindakan negarawan-negarawan yang tenggelam dalam kemegahan,
seringkali lebih mengacaukan daripada gerakan pasukan-pasukan tentara, lebih berkuasa untuk
menentukan mana yang baik mana yang buruk daripada undang-undang raja/pemerintah. Dan
oleh karenanya, orang yang menggerakkan pikiran umat manusia mempunyai kekuasaan yang
lebih hebat daripada pedang atau tongkat kerajaan, orang-orang ini membentuk dan
menggoncangkan dunia. Keynes24 (ekonom terbesar segala zaman) mengatakan bahwa:
“Gagasan-gagasan akhli-akhli ekonomi dan filosuf-filosuf politik”, kedua-duanya apabila benar
maupun salah, lebih hebat daripada yang biasanya diketahui orang”. Memang dunia ini dikuasai
oleh tidak lain daripada mereka.
20
Ibid.
Ibid.
22
Ibid., hal. 102
23
R.L. Heilbroner, 1972: The Wordly Philosophers: The Lives, Times nad Ideas of The great Economic Thinkers
(terjemahan Boentaran) Penerbit UI, 1975, Jakarta, hal. 3.
24
Ibid., hal. 5.
21
5
Menurut sejarahnya pemikiran-pemikiran ekonomi, terbentuk dari pengaruh filosuf Junani,
Bible dan para pedagang (merkantilisme). Pemikiran filosuf Junani (Xenophon, Plato dan
Aristoteles) yang permulaan mendasarinya, sekitar 350 B.C. Karena pada waktu itu kehidupan
ekonomi sangat sederhana, sehingga para filosuf dan pendeta berperan penting terhadap
masyarakatnya. Pemikiran pihak dari gereja/Kristen turuf mempengaruhi terbentuknya ilmu
ekonomi , lihat Zimmerman25 dan George Soule26 tentang pendapat St. Thomas Aquinas dan
Luther.
Kehidupan ekonomi mulai berkembang sejak abad 16/17 di Eropa Barat, dari sinilah mulai
timbul pemikiran ekonomi. Mula-mula konsep zaman Merkantilisme, yang lebih mengutamakan
masalah-masalah kebijakan ekonomi ketimbang usaha sistematis untuk menyusun suatu
kerangka analisis27. Inti pokok pandangan mereka ialah bahwa kemajuan dan kemakmuran
negara kebangsaan bersangkut-paut dengan adanya surplus ekspor barang di atas impor dalam
perdagangan luar negeri. Surplus yang dimaksud itu bisa menambah cadangan logam mulia
berupa emas dan perak. Sedangkan cadangan demikian dianggap sebagai unsur pokok bagi
kekuatan negara, kemajuan bangsa dan kemakmuran masyarakat. Pemikiran merekalah yang
mendasari ekspansi negara: Inggris, Perancis, Spanyol,Portugal dan Belanda ke seluruh wilayah
di dunia: awal mulanya timbulnya penjajahan.
Bible dan Quran dan Sains Modern
Yang menarik kita simak ialah penyelidikan antara Bible, Qur‟an dan Sains Modern, oleh
Maurice Bucccaille berpendapat bahwa: “Al Quran adalah wahyu ilahi yang murni dan Nabi
Muhammad adalah Nabi terakhir”. Ia melakukan penelitian kira-kira 30 tahun tentang di atas. Ia
tidak mengira sama-sekali bahwa dalam teks yang disusun semenjak lebih 13 abad yang lalu, ia
dapat menemukan keterangan-keterangan tentang hal-hal yang bermacam, yang sangat cocok
dengan pengetahuan ilmiah modern28. Pada mulanya ia sama-sekali tidak percaya dengan Islam.
Selanjtnya, ia mengatakan Qur‟an mengandung pernyataan ilmiah yang sangat modern yang
tidak masuk akal jika dikatakan bahwa orang yang hidup pada waktu Qur‟an diwahyuhkan itu
adalah pencetusnya. Kemudian, orang tidak dapat menggambarkan bahwa banyak pernyataan
Qur‟an yang mempunyai aspek ilmiah itu adalah karya manusia, karena keadaan pengetahuan
25
L.J. Zimmerman, 1955: Sejarah Pendapat-pendapat Tentang Ekonomi (terjemahan K. Siagian) Penerbit Sumur
Bandung 1967, Bandung, hal. 3-5.
26
George Soule, 1952: Pikiran-Sarjana-Sarjana Besar Akhli Ekonomi (terjemahan L.M. Sitorus), Penerbit PT Dian
Rkayat-1966, Jakarta, hal. 9-13.
27
Sumitro Djojohadikusumo, 1991: Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Yayasan Obor Indonesia, hal.7.
28
Maurice Bucaille, 1976: Bible, Qur’an dan Sains Modern, (terjemahanProf.Dr. M. Rasjidi) cet pertama 1978),
Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, hal. 176.
6
pada zaman Muhammad tidak memungkinkan hal tersebut29. Oleh karena itu adalah wajar,
bukan saja untuk mengatakan bahwa Qur‟an itu expressi suatu wahyu akan tetapi juga untuk
memberikan kedudukan yang istimewa kepada wahyu Qur‟an berhubung dengan jaminan
autentisitas dan berhubung dengan terdapatnya pernyataan-pernyataan ilmiah.
Apakah itu Islam (Qur’an)
Orang yang beriman dan percaya bahwa Tuhan lah sumber segala sesuatu dan Tuhan
pulahlah yang menentukan dan menggariskan seluruh Alam sejagat ini, termasuk manusia
sebagai makhluk (ciptaan Tuhan yang paling istimewa). Maka jakinlah manusia bahwa segala
aturan untuk hidup manusia yang diberikan oleh syari‟at yang disampaikan dengan perantaraan
Nabi Muhammad SAW adalah jalan yang benar, yang kalau diamalkan akan membawa manusia
ketempat yang dijanjikan Nya di dunia ini dan di akhirat nanti 30. Syari‟at yang telah
disempurnakan dan yang telah diredhai Allah itu akan berlaku sampai akhir zaman, sampai
bagaimanapun tingginya kemajuan manusia ataupun bagaimana rendahnya akhlak manusia.
Sampai di manapun tingginya ilmu, peradaban dan kemajuan yang dicapai manusia atau
sebaliknya. Islam menjadi alat penjaga keseimbangan di dunia ini.
Sejarah31 adalah bukti nyata bahwa umat Islam di waktu Qur‟an dijadikan pedoman
hidup, mereka sanggup menjadi umat yang memimpin seluruh dunia, umat teladan dari bangsabangsa, dalam: politik, kebudayaan, ilmu pengetahuan, pendeknya segala bidang. Damsyik,
Baghdad dan Cordova (Spanyol) semua itu dapat membuktikan keunggulan umat Islam dari
bangsa-bangsa lain pada zaman itu. Menurut W.M. Watt32 :
“ pengaruh Islam atas dunia Kristen Eropa lebih besar ketimbang yang selama ini kita sadari.
Islam bukan saja mendorong tumbuhnya intelektualisme Eropa: ilmu pengetahuan dan filsafat.
Di samping itu, Islam telah mendorong Eropa untuk membentuk citra baru mengenai dirinya
sendiri. . . . Maka, dewasa ini, ketika kita tengah bergerak menuju satu dunia, penting bagi kita
orang Eropa Barat untuk melakukan koreksi terhadap kekeliruan ini, dan mengakui sepenuhnya
utang kita kepada orang Arab dan dunia Islam”
Apabila makna Islam dipahami dalam kaitannya dengan peradaban manusia, maka ia
sebagai agama moneteisme dapat menjadi dasar moral dalam pertumbuhan serta perkembangan
kebudayaan suatu bangsa33. Bahkan atas dorongan serta kekuatan agama ini akan tercipta suatu
peradaban manusia dalam segala aspeknya. Kedatangan Islam ibarat mercusuar yang bersinar
cemerlang, mengusir kegelapan malam yang selama ini menyelimuti dunia yang sedang murung.
29
Ibid., hal. 374.
Taher Ibrahim, 1967: Islam, Marx dan Keynes, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, hal. 5.
31
Ibid., hal. 6.
32
W. Montgomery Watt, 1972: Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam Atas Eropa Abad Pertengahan
(alihbahasa: Hendro Prasetyo dan penyunting: Ihsan Ali-Fauzi), PT Gramedia, hal. 125.
33
Siti Maryam, dkk. (editor), 2002: Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Penerbit LESFL,
Yogya, hal. 9.
30
7
Peran peradaban Islam sangat luar biasa dalam membentuk sejarah manusia34. Siapa yang
ingin memahami perjalanan manusia, niscaya takkan dapat mengetahui semua itu tanpa mengkaji
dan mendalami peradaban Islam. Mustahil35 bagi kita bisa menggapai apa yang dicapai manusia
sekarang untuk dapat maju di bidang kehidupan apapun tanpa mempelajari peradaban Islam,
dengan kekhusussannya lalu mendalaminya, sejak masa Nabi Muhammad hingga sekarang.
Jika kita masuk mesin waktu menuju kurun pertengahan sekitar abad ke-10 masehi dan
terbang menyusuri kota-kota dunia Islam dan kota-kota Dunia Barat, kita akan tercengang
melihat perbedaan besar antara kedua dunia itu. Kita akan melihat dunia yang penuh dengan
kehidupan, kekuatan dan peradaban: yakni Islam, dan dunia lain yang primitif tak mengenai ilmu
pengetahuan dan peradaban yakni: dunia Barat36. Dalam buku sejarah umum karya Lavis dan
Rambau dijelaskan, Inggris Anglo-Saxon pada abad ke-7 hingga abd ke-10 M merupakan negeri
tandus, terisolir, kumuh dan liar37.
John Freely adalah jagonya kebudayaan Bukunya mengemukakan, bahw: “Proses
kebangkitan38 dunia Barat berkat ilmu pengetahuan dunia Islam“. Akhli sains Islam terus
menuliskan karya-karya otentik mereka sampai pertengahan abad ke 15, terutama di bidang
astronomi, menciptakan metode-metode matematika yang mengilhami „Copernicus‟. . . . . .
“Orang-orang Eropa terpelajar di akhir zaman pertengahan menyadari betul bahwa mereka
selama ini mempelajari ilmu pengetahuan dan ilmu filasafat dari Islam, tetapi menjelang abad ke
17 Eropa melupakan hutang-budi pada Islam”39.
Menurut Prof T.M. Hasbi Ash Shiddieqy tentang agama Islam40 ialah :
“suatu kumpulan peraturan yang ditetapkan Allah untuk menarik dan menuntun para
umat yang berakal kuat, yang suka tunduk dan patuh kepada kebaikan, supaya mereka
memperoleh kebahagiaan dunia, kejayaan dan kesentosaan akhirat, negari abadi, supaya dapat
mendiami surga , mengecap kelezatan yang tak ada tolok bandingannya serta kekal selamalamanya”. Tegasnya, agama itu menurut kehendak Islam ialah: “Aqidah” (kepercayaan Bathin),
siasah (pengendalian negara), dunia (kemajuan dan kemakmuran), akhirat (ibadat),
pemerintahan dan undang-undang yang harus dipatuhi dan di jalankan”.
Di antara peringatan-peringatan Allah di dalam Al Qur‟an itu, ialah peringatan yang
menyatakan bahwa kefasadan di dalam masyarakat, kehancuran dan kerusakan di dunia ini,
adalah akibat dari perbuatan-perbuatan manusia itu sendiri. “Telah nyata (kelihatan) kerusakan di
darat dan di laut, disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
34
Raghib As-Sirjani, 2009: Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, Penerbit Pustaka Al-Kautsar, hal. 1.
Ibid.
36
Ibid., “Pengantar Penerbit”., hal. v
37
Ibid
38
John Freely, 2011: Cahaya Dari Timur: Peran Ilmuwan dan Sainbs Islam Dalam Membentuk Dunia Barat
(tertjemahan Noviatri, Penerbit Gramedia, hal. 429.
39
Ibid., hal. 3.
40
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, 1964: Al Islam: Kepercayaan, Kesusilaan dan Amal kebajikan, (cetakan ke 3), Penerbit
Bulan Bintang, Jakarta, hal. 17.
35
8
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kepada kebenaran)”.
(Qur‟an surat Ar Rum:30).
Memang telah menjadi Sunnatulah, jikalau kemaksiatan, kedurhakaan dan kemesuman
telah berkembang di dalam pergaulan bani insan, jikalau kepercayaan telah rusak, jikalau budipekerti yang halus dan murni telah hilang lenyap, jikalau amal-amal salih tidak diutamakan
orang lagi, jikalau manusia telah berjalan menurut hawa nafsu yang angkara murka, maka ketika
itulah timbul kerusakan dan kefasadan di alam dunia ini, baik di darat maupun di laut.
Timbullah ketika itu berbagai macam kejahatan, manusia bunuh-membunuh sesamanya,
yang kuat menekan yang lemah, bahkan antara satu bangsa yang lain; terjadilah pada masa itu
yang mengerikan, bencana-bencana alam, penyakit-penyakit berbahaya yang menewaskan umat
manusia, berjangkit dan merajalela, kelaparan dan kesukaran dalam memperoleh kebutuhan
hidup timbul di mana-mana, hal-hal yang menakutkan, seperti gangguan keamanan dan
ketentraman, serta bayang-bayang hitam yang menegakkan bulu roma, selalu mengecutkan
hati41.
Prof. Hasbi Ash Shiddieqy di tahun 1947 (buku di cetak pertama tahun 1952) telah
menggambarkan kondisi masyarakat di dunia sekarang ini, yang mengagung-agungkan laju
pertumbuhan ekonomi untuk mencapai kemakmuran manusia. Ini semua akibat para pendiri ilmu
ekonomi, tidak memperhatikan hakekat manusia diciptakan untuk apa. Oleh karena itu, penulis
mengemukakan peng-Islam-an ilmu ekonomi untuk memecahkan masalah umat manusia
sekarang ini. Ini tidak berarti peng-Islam-an orang yang memeluk agama lain, hanya konsep
ajaran Islam yang dapat memecahkan masalah manusia sekarang ini, suka tidak suka sama Islam.
Ini berdasarkan pertimbangan bahwa dari asal usul ilmu ekonomi salah satunya dari Bible,
berarti Qur‟an (Islam) juga dapat berpartisipasi dalam membentuk ilmu ekonomi, yang
selanjutnya dalam bentuk kebijakan ekonomi: “yang membahagiakan manusia” ! ! .
Circular flow of economic dan “Konsep Bank Islam”
Asal-usul ilmu ekonomi karena adanya “kebutuhan-kebutuhan manusia akan barangbarang dan jasa-jasa”. Ini berarti di satu pihak ada „konsumen‟ dan di pihak lain ada yang
„produsen‟ yang menghasilkan barang-barang tersebut. Proses ini akan bisa kita lihat secara
sederhana dari konsep Circular flow of ekonomi (arus lingkaran kegiatan ekonomi), ada dua hal
penting: arus Barang dan arus Uang. Untuk menjaga laju kenaikan harga (inflasi), dijaga agar
arus barang (pasokannya) dan uang seimbang.
Perekonomian bisa dianalogikan dengan tubuh manusia dan dijaga agar aliran darah
lancar. Demikian pula dengan perekonomian, untuk menjaga kelancaran kehidupan ekonomi,
maka ada lembaga yang menjaga agar aliran uang (darah) lancar. Lembaganya adalah Bank:
sebagai penyalur kredit. Perkreditan yang terealisir menjadi Investasi-investasi, maka akan
41
Ibid., hal. 11.
9
membuka lapangan-lapangan kerja dalam masyarakat. Akan tetapi, mengapa banyak uang yang
terdapat dalam perbankan tidak dapat dengan mudah terealisir menjadi investasi, pasti ada yang
salah dengan konsep perbankan sekarang. Salah satu penghambatnya ialah adanya suku bunga
perkreditan itu sendiri. Memang suku bunga adalah konsep yang paling lemah dalam ilmu
ekonomi. Teori Bunga uang telah lama merupakan suatu titik kelemahan dalam ilmu ekonomi,
dan keterangan serta rumusan suku bunga uang lebih banyak menimbulkan pertentangan di
anatar akhli ekonomi daripada bagian yang lain dalam teori ekonomi umum42. Juga, Conard
mengatakan bahwa: “The theory of interest has always been one of the most difficult partas of
economic analysis, and significant controversy remains even today concerning the usefulness,
interpretation, and validity of different approaches to it”43.
Konsep bunga dalam bank konvensional adalah sama dengan “Riba” dalam ajaran Islam.
Kalau dilihat dari sudut kehidupan masyarakat maka larangan mengambil riba itu, karena Islam
ingin membina satu masyarakat yang anggotanya berakhlak luhur, kasih-mengasihi, beramahtamah satu sama lain dan dalam kegiatannya bergotong-royong44. Adanya riba membangkitkan
perasaan irihati, dengki, ingin berkuasa, ingin berspekulasi, ingin memeras dan sebagainya.
Sifat-sifat yang jahat ini berada pada manusia. Dan riba itu adalah benih pembangkit dan
penyebar tumbuhnya sifat-sifat itu. Untuk membasmi kuman-kuman yang kotor itu tidak cukup
dilakukan tindakan-tindakan secara teknis saja. Pembasmian harus dimulai dengan merobah cara
hidup dan cara berpikir45.
Oleh karena itu, penulis menawarkan “konsep Bank Islam” untuk memecahkan masalah
ekonomi umat manusia. Islam secara tegas meninggalkan sistim bunga tetap dan menganjurkan
para pemilik modal menjadi pesero dalam badan usaha dan sama-sama menanggung baik untung
maupun rugi46. Inilah yang mendasari model Bank Islam. Berbeda dengan paham Sosialis, tetapi
tidak mengemukakan jalan yang baik bagaimana mendapatkan modal. Demikian juga paham
Kapitalis menunjukkan cara mendapatkan modal tetapi menyebabkan tetjadinya pertentangan
antara para pedagang di satu pihak dengan pemilik modal di lain pihak. Karena ia menetapkan
suatu tingkat suku bunga yang tetap bagi setiap modal yang dipinjamkan.
Islam secara bijaksana telah menghindarkan hal-hal yang seperti ini dan menempatkan
kaum modal dan para pedagang pada tingkat yangsama sederajad dan hampir menyatukan
kepentingan mereka. Jika ada seseorang yang memilki modal tetapi tidak mempunyai
pengalaman ataupun keakhlian yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu jenis usaha. Dan juga
ada orang lain yang memiliki modal tetapi mempunyai keakhlian yang dibutuhkan oleh badan
usaha. Islam menggabungkan kepentingan kedua mereka ini dengan menyatakan bahwa modal
42
Harberler, “Prosperity dan Depression”, Liga Bangsa-banga, Cet. I, hal. 195, yang terdapat dalam Anwar Iqbal
Qureshi, 1967: Islam and The Theory of Interest (terjemahan M. Chalil B.), penerbit Tintamas, Jakarta, hal. 1.
43
J.W. Conard, 1959: An Introduction to the Theory of Interest, Penerbit Universitas California Press, Berkeley and
Los Angeles, hal. 1.
44
Taher Ibrahim, Loc. Cit., hal. 18.
45
Ibid.
46
Quredhi, Loc. Cit., hal. 67.
10
dari orang pertama dan keakhlian serta pengalaman dari orang kedua akan diizinkan dan
menguntungkan jika digabungkan di dalam badan usaha guna mendapatkan keuntungan.
Keuntungan ini akan sama-sama dinikmati oleh kedua-belah-pihak. Yang satu karena
menyerahkan modalnya, sedang yang lain karena menyumbangkan pengetahuan atau
pengalamannya. Di dalam ikatan ini, walaupun hanya si pedagang sendiri sajalah yang
menjalankan perusahaan dengan memakai modal sekutunya (pemilik modal), tetapi keduanya
(menurut Islam) berhak menerima sama banyak baik keuntungan maupun kerugian. Jadi untuk
menjalankan perdagangan (perekonomian), Islam dengan berhasil dan menyenangkan telah
menyediakan modal tanpa membebankan bunga.
Ditinjau dari sudut pandangan ilmu ekonomi, perbedaan yang menonjol antara
perdagangan dan pembungaan uang merupakan sesuatu hal yang perlu guna memindahkan
kekuatan yang besar kearah sektor perdagangan sebagai suatu faktor yang menentukan di dalam
perkembangan dan pembentukan peradaban. Bunga uang sebaliknya, merupakan suatu tekanan
yang menghambat ke arah suatu peradaban umat manusia47. Sebab dari sudut pandangan etika,
bunga membuat manusia menjadi berkemauan lemah, egoistis, berhati batu, tidak berperasaan
belas-kasih, dan sangat memuja uang. Bunga menghancurkan perasaan kemanusiaan dan tolongmenolong. Jadi baik dari sudut ekonomi maupun etika, bunga adalah salah satu sebab utama
hancurnya kemanusiaan48.
Bank Islam membuktikan dengan baik telah dapat menyesuaikan terhadap goncangangoncangan lebih baik, yang diakibatkan dari hasil krisi-krisis ekonomi dan gangguan dari
mekanisme pembayaran dari sebuah negara49. Sesungguhnya model Bank Islam, yang
didasarkan prinsip50 “kebersamaan” dan “keadilan” membawa sebuah penemuan kemiripan pada
proposal-proposal yang dibuat dalamliteratur atas pembentukan sistim-sistim perbankan dalam
banyak negara-negara, terutama Amerika. Jadi dapat dikatakan bahwa sistim Bank Islam akan
dapat membantu kebijakan pemerintah51 secara efektip dalam rangka mencapai pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi secara mantap, apalagi apabila di negara-negara tersebut telah tersedia
prasarana perhubungan yang terus berkembang.
47
Ibid., hal. 82.
Ibid.
49
Khan Mohsin S., 1986: “Islamic Interest Free Banking: A Historical Analysis”, IMF-Staff Paper
50
Ibid.
51
Karnaen, P, 1991: “Peluang dan Strategi Bank Tanpa Bunga dalam Sistim Perbankan Indonesia” dalam Seminar
Bank Tanpa Bunga, Yogya. Beliau adalah mantan direktur Islamic Developmenta Bank
48
11
12
Download