Modul Etik UMB [TM14]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ETIK UMB
STUDI KASUS
(KORUPSI DANA REKLAMASI
PANTAI UTARA)
Fakultas
Program Studi
Fakultas Tehnik
Arsitektur
Tatap Muka
14
Kode MK
Disusun Oleh
90004
Hani Yuniani, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Masalah korupsi di Indoensia perlu
diurai dari hulu hingga hilir. Satu kasus
bergulir cepat dan disusul dengan
kasus-kasus selanjutnya. Penaganan
yang belum sempurna masih menajdi
pekerjaan rumah bersama.
Setelah mengikuti perkuliahan ini
mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan pengrtian korupsi berikut
pencegahan dan penanggulangannya.
Pembahasan
I.
Pendahuluan
Giant Sea Wall, Yes or No?
Akhir-akhir ini masyarakat dihebohkan dengan pemberitaan media tentang tertangkapnya
M. Sanusi yang merupakan Anggota DPRD DKI Jakarta oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Sanusi tertangkap dalam operasi tangkap tangan KPK yang menyeret perusahaan pengembang
dalam Proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta atau yang dikenal pula dengan Proyek Giant Sea Wall.
Skandal tersebut semakin mengguncang Jakarta ditengah ramainya dunia perpolitikan menjelang
pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017.
Terlepas dari hiruk pikuk politik, beberapa kalangan mulai melirik Mega Proyek Giant Sea
Wall karena dinilai menyebabkan dampak buruk terhadap lingkungan. Berbagai instansi termasuk
kementerian berbondong-bondong berusaha menghentikan mega proyek melalui jalur hukum.
Namun, sejauh ini mega proyek terus berjalan.
Apa itu Proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta atau Giant Sea Wall?
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 Tentang Penataan Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai Utara Jakarta yang dikeluarkan oleh Gubernur Fauzi Bowo pada tanggal 19
September 2012 menjelaskan bahwa Proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta atau yang dikenal
dengan Mega Proyek Giant Sea Wall merupakan proyek pembuatan 17 pulau di kawasan teluk
Jakarta. Dalam Peraturan Gubernur tersebut juga tercantum rencana kependudukan, rencana sistem
pengelolaan limbah, rencana sistem pembangkit listrik dan ketersediaan air bersih serta berbagai
rencana sistem lainnya.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 juga menjelaskan bahwa tujuh belas
pulau tersebut yang diberi nama Pulau A hingga pulau Q dirancang untuk dihuni sekitar 716.700
penduduk dengan batas maksimal penduduk sebanyak 750.000 penduduk. Luas keseluruhan dari 17
pulau mencapai 5153 ha yang terbagi menjadi tiga sub-kawasan yaitu sub-kawasan barat, tengah
dan timur. Pulau buatan tersebut nantinya masuk dalam wilayah administrasi Jakarta Utara yang
diperuntukan sebagai pusat bisnis dan jasa seperti perhotelan, perkantoran, area wisata dan pusat
perdagangan internasional.
Landasan Hukum
Segala sesuatu yang berkaitan dengan reklamasi Pantai Utara Jakarta, telah secara tegas
diatur dengan Keppres No. 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Provinsi DKI Jakarta.
Keppres No. 52 Tahun 1995 merupakan aturan yang bersifat khusus yang mengatur tentang
reklamasi pantai utara Jakarta sebagaimana tercantum dalam Amar Putusan Peninjauan Kembali
Mahkamah Agung Nomor 12 PK/TUN/2011. Pada Pasal 4 Keppres No. 52 Tahun 1995 dijelaskan
2016
2
Etik UMB
Hani Yuniani,M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bahwa Gubernur DKI Jakarta diberi kewenangan dalam hal memberikan izin reklamasi. Keppres No.
52 Tahun 1995 juga memberikan kuasa kepada Gubernur DKI Jakarta sebagai Ketua Pengendali
untuk membentuk Badan Pelaksana Pantai Utara Jakarta (BP Pantai Utara Jakarta) guna
melaksanakan reklamasi pantai utara Jakarta.
Adanya Keppres No. 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Propinsi DKI Jakarta
ditindaklanjuti oleh Pemerintah DKI Jakarta dengan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) DKI
Jakarta No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Pantai Utara Jakarta. Dalam Peraturan Daerah tersebut dijabarkan lebih rinci mengenai perencanaan
reklamasi.
Pada tanggal 19 Februari 2003, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang
dahulu bernama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengeluarkan Surat Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana Kegiatan Reklamasi
dan Revitalisasi Pantai Utara Jakarta. Surat Keputusan Menteri tersebut mewajibkan Gubernur DKI
Jakarta untuk tidak memberikan izin reklamasi yang mendorong pihak perusahaan pengembang
menempuh jalur hukum.
Amar Putusan Mahkamah Agung Nomor Nomor 12 PK/TUN/2011 yang diputuskan pada
tanggal 24 Maret 2011 secara tersirat menjelaskan terjadinya pertarungan hukum di pengadilan
berkaitan dengan Proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Pertarungan hukum tersebut terjadi antara
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dahulu bernama Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) didukung oleh Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) dan beberapa lembaga
lingkungan hidup lainnya melawan para perusahaan pengembang. Pertarungan berlangsung dari
tahun 2003 hingga tahun 2011.
Objek sengketa penyebab pertarungan hukum di pengadilan adalah Surat Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana Kegiatan
Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara Jakarta. Keputusan tersebut dikeluarkan oleh Menteri
Negara Lingkungan Hidup berdasarkan pada temuan Komisi Penilai AMDAL (Analisis dampak
lingkungan) yang dibentuk kementerian sejak tahun 1996 hingga tahun 2002. Komisi Penilai AMDAL
menemukan bahaya dari adanya reklamasi pantai bagi keberlangsungan ekosistem sekitar serta
dampak bagi masyarakat sekitar khususnya para nelayan. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
tersebut secara jelas melarang semua pihak dalam hal ini Gubernur DKI Jakarta sebagai pihak yang
berwenang memberikan perizinan proyek reklamasi pantai utara Jakarta untuk tidak memberikan
izin bagi para pengembang dalam meneruskan upaya reklamasi. Adanya keputusan menteri tersebut
sempat membuat proyek terhambat.
2016
3
Etik UMB
Hani Yuniani,M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perusahaan pengembang geram dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2003. Mereka kemudian menggugat ke Pengadilan Tata Usaha
Negeri (PTUN) Jakarta. Pada tanggal 11 Februari 2004, PTUN mengeluarkan Putusan Nomor:
75/G.TUN/2003/PTUN.JKT yang membatalkan Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 14 Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara
Jakarta.
Kekalahan pada tahap pertama mendorong Kementerian Lingkungan Hidup mengajukan
banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negeri (PT TUN) Jakarta. Pada tanggal 03 Februari 2005, PT
TUN Jakarta mengeluarkan keputusan Nomor: 202/B/2004/PT.TUN.JKT, yang menguatkan
Keputusan Pengadilan Tata Usaha Negeri (PTUN) Jakarta Nomor: 75/G.TUN/2003/PTUN.JKT.
Kekalahan di tahap pertama dan tahap banding tidak membuat Kementerian Lingkungan
Hidup patah arang. Kementerian Lingkungan Hidup kemudian mengajukan kasasi ke Mahkamah
Agung. Mahkamah Agung pada tanggal 28 Juli 2009 mengabulkan kasasi dengan mengeluarkan
Keputusan Mahkamah Agung Nomor 109 K/TUN/2006 yang membatalkan Putusan PT TUN Jakarta
Nomor: 202/B/2004/PT.TUN.JKT. Sesuai Keputusan Kasasi Mahkamah Agung tersebut, maka upaya
reklamasi harus segera dihentikan.
Namun, perusahaan pengembang yang merasa telah mengeluarkan banyak rupiah untuk
proyek segera mengajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung. Hingga akhirnya Mahkamah
Agung memenangkan kubu perusahaan pengembang dengan dikeluarkannya Keputusan Peninjauan
Kembali Mahkamah Agung Nomor 12 PK/TUN/2011 pada tanggal 24 Maret 2011. Keputusan
tersebut membalikan keadaan dengan membatalkan putusan kasasi dan mengizinkan royek
reklamasi Pantai Utara Jakarta untuk tetap dilanjutkan.
Dalam Amar Putusan Mahkamah Agung Nomor 12 PK/TUN/2011 dijelaskan bahwa
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana
Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara Jakarta bertentangan dengan Keputusan Presiden
Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Propinsi DKI Jakarta. Mahkamah Agung
menyatakan bahwa berdasarkan Keppres No. 52 Tahun 1995, Menteri Negara Lingkungan Hidup
tidak memiliki wewenang untuk membatalkan atau menyatakan proyek reklamasi tidak boleh
dilakukan. Hal tersebut dikarenakan fungsi Menteri Negara Lingkungan Hidup hanyalah sebagai
Anggota Tim Pengarah, yang bertugas mengarahkan Badan Pengendali Reklamasi Pantai Utara
Jakarta yang diketuai oleh Gubernur DKI Jakarta.
Lebih lanjut Mahkamah Agung menjelaskan bahwa dalam hal terdapat kelemahan AMDAL
(Analisis Dampak Lingkungan), maka yang berwenang menghentikan proyek adalah Presiden RI
melalui Peraturan Presiden bukan melalui Keputusan Menteri. Hal tersebut dikarenakan proyek
tersebut didasarkan pada dasar hukum Keputusan Presiden yakni Keputusan Presiden Nomor 52
Tahun 1995 yang secara tata urutan perundang-undangan berada di atas Keputusan Menteri
2016
4
Etik UMB
Hani Yuniani,M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sebagaimana diatur dalam TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang Tata Urutan Peraturan Perundangundangan.
Amar Putusan Mahkamah Agung Nomor 12 PK/TUN/2011 yang diputuskan pada tahun 2011
menandakan sekaligus mengukuhkan bahwa Pasal 4 Keppres No. 52 Tahun 1995 tidak bertentangan
dengan undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan peraturan menteri yang
berlaku pada tahun 2011. Dengan demikian kewenangan memberikan izin reklamasi pantai utara
Jakarta tetap pada Gubernur DKI Jakarta.
Pada tanggal 10 Maret 2008 ditengah proses jalannya persidangan anatara Kementerian
Lingkungan Hidup dan perusahaan pengembang; Pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional. Pada Lampiran X Penetapan Kawasan Strategis Nasional Angka 20 tercantum
bahwa DKI Jakarta termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional (KSN).
Pada tanggal 12 Agustus 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur). Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2008 menyatakan bahwa Pasal-pasal pada Keppres No. 52 Tahun 1995 sepanjang yang terkait
dengan penataan ruang dinyatakan tidak berlaku. Peraturan Presiden tersebut tidak menggugurkan
Pasal 4 Keppres No. 52 Tahun 1995 yang berisi kewenangan Gubernur DKI Jakarta dalam
memberikan izin reklamasi karena tidak terkait dengan penataan ruang sebagaimana dikukuhkan
pada Amar Putusan Mahkamah Agung Nomor 12 PK/TUN/2011 pada tanggal 24 Maret 2011.
Pada tahun 2012 atau satu tahun pasca dikeluarkannya Amar Putusan Mahkamah Agung
Nomor 12 PK/TUN/2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Peraturan Presiden
Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Pasal 16 ayat (2) Peraturan
Presiden Nomor 122 Tahun 2012 menjelaskan bahwa menteri Kelautan dan Perikanan diberi
kewenangan dalam memberikan izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi pada Kawasan Strategis
Nasional Tertentu (KSNT), kegiatan reklamasi lintas provinsi, serta kegiatan reklmasi pada pelabuhan
yang dikelola oleh pemerintah pusat.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung memalui keterangan resminya sebagaimana terdapat
pada laman resmi Sekretaris Kabinet RI menyatakan bahwa Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun
2012 tersebut secara jelas hanya mencantumkan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) yang
menjadi kewenangan Menteri Kelautan dan Perikanan dalam hal izin reklamasi. Dengan demikian
reklamasi di pantai utara Jakarta masih tetap menjadi kewenangan Pemerintah DKI Jakarta
mengingat Jakarta tidak masuk dalam Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT), melainkan masuk
2016
5
Etik UMB
Hani Yuniani,M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dalam Kawasan Strategis Nasional (KSN) sebagaimana tercantum dalam Lampiran X poin 20
Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2008 yang dikeluarkan pada tanggal 10 Maret 2008.
Pada tanggal 12 Januari 2012, Pemerintah Daerah DKI Jakarta mengesahkan Perda DKI Jakarta
Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030. Dalam Peraturan Daerah tersebut
dijelaskan beberapa hal berkaitan dengan rencana tata kelola, rencana pengembangan kawasan, dan
lainnya. Menindaklanjuti Peraturan Daerah tersebut, Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 19
September 2012 mengeluarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 Tentang
Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Peraturan tersebut berisi tentang rencana
penataan reklamasi yang di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan seperti luas pulau, kapasitas
penduduk pulau, alokasi pemanfaatan pulau serta rancangan sistem air, listrik dan lainnya.
Dengan demikian sangat jelas bahwa dari segi hukum, Pemerintah DKI Jakarta memiliki
kewenangan perizinan reklamasi pantai utara Jakarta yang konstitusional berdasar Pasal 4 Keppres
No. 52 Tahun 1995. Kewenangan perizinan dari Pemerintah DKI Jakarta dapat dicabut melalui
Peraturan Presiden sebagaimana tercantum pada amar putusan Mahkamah Agung Nomor 12
PK/TUN/2011.
Walaupun izin berada di Tangan Gubernur DKI Jakarta, tidak serta merta Gubernur dapat
mengeluarkan SK (Surat Keputusan) perizinan pembuatan pulau reklamasi. Ada banyak syarat
administrasi yang harus dipenuhi perusahaan pengembang diantaranya adalah AMDAL (Analisis
Dampak Lingkungan) sebagaimana terdapat pada beberapa peraturan perundang-undangan.
Dampak Buruk Akibat Reklamasi
Keputusan Mahkamah Agung Nomor 12 PK/TUN/2011 pada tanggal 24 Maret 2011 mencantumkan
alasan Menteri Negara Lingkungan Hidup mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana Kegiatan Reklamasi dan
Revitalisasi Pantai Utara Jakarta. Beberapa argumen Kementerian Lingkungan Hidup dalam menolak
proyek reklamasi antara lain:
Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara Jakarta oleh BP Pantai Utara Jakarta DKI Jakarta berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama dapat menyebabkan banjir.
Kajian tentang banjir dalam studi AMDAL yang dilakukan perusahaan pengembang belum
memperhitungkan pengaruh kenaikan muka laut rata-rata (mean sea level rise) dan pengaruh
2016
6
Etik UMB
Hani Yuniani,M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pasang surut dan belum memperhitungkan adanya back water (aliran balik sungai) akibat adanya
hambatan berupa sedimentasi dan penimbunan tanah reklamasi ;
Bahwa bencana banjir tahunan Kota Jakarta selama ini dan bencana banjir 2002, telah menimbulkan
banyak korban dan permasalahan lingkungan hidup dan sosial ekonomi yang sangat besar ;
Bahwa kajian studi AMDAL yang dilakukan perusahaan pengembang belum mencakup kemungkinan
dampak lingkungan akibat pengambilan bahan urugan.
Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup melalui laman resminya menyatakan bahwa pengambilan
bahan urugan yang diambil dari dasar laut akan menyebabkan kerusakan ekosistem laut dan pola
arus laut. Reklamasi juga akan menyebabkan tersingkirnya masyarakat berpendapatan rendah di
kawasan utara Jakarta khususnya para nelayan di Kamal Muara, Muara Angke, Muara Baru,
Kampung Luar Batang, pemukiman padat di depan Taman Impian Jaya Ancol serta Marunda Pulo.
Reklamasi juga dinilai dapat menyebabkan gangguan terhadap operasional PLTU/PLTGU Muara
Karang yang menyuplai kebutuhan listrik Jakarta diantaranya adalah kawasan Istana Negara, Jalan
Sudirman, Monas dan Bandara Soekarno Hatta. Gangguan tersebut diakibatkan oleh kenaikan suhu
air pendingin. Selain itu, reklmasi juga dapat memperluas potensi pencemaran ke arah perairan
Pulau Seribu akibat aktivitas di darat.
Manfaat Reklamasi
Dalam argumen sebagaimana tercantum dalam amar putusan Mahkamah Agung Nomor 12
PK/TUN/2011, para pengembang mega proyek Great Sea Wall berdalih bahwa menurut hasil kajian
para ahli lingkungan, reklamasi justru membawa dampak positif, baik terhadap lingkungan, sosial,
ekonomi maupun terhadap peningkatan kehidupan masyarakat sekitarnya. Perusahaan pengembang
berpendapat bahwa pantai yang dibiarkan begitu saja dan hanya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang
terbatas untuk para nelayan dan pengangkutan laut lainnya justru akan mengalami degradasi
lingkungan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa degradasi lingkungan akan menimbulkan ketidakteraturan,
kemacetan, kerusakan bakau, banjir lokal, keadaan sungai yang semakin parah dan kotor/jorok,
pencemaran air laut dan timbulnya penyakit dari perumahan kumuh yang semakin bertumbuh di
sekitarnya.
Amar Putusan Mahkamah Agung Nomor 12 PK/TUN/2011 juga menjelaskan bahwa perusahaan
pengembang hendak menjadikan Program Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara Jakarta sebagai
salah satu cara penanganan pantai yang akan memperbaiki kondisi lingkungan hidup melalui
program penataan kembali pemukiman masyarakat pantai utara sebagai situs bersejarah. Reklamasi
dipandang dapat membangun kawasan utara Jakarta yang merupakan kawasan kota tua sebagai
2016
7
Etik UMB
Hani Yuniani,M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
andalan tourisme yang dinilai sangat bermanfaat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
serta meningkatkan pembangunan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Perusahaan pengembang juga berdalih bahwa reklamasi dapat mencegah banjir dengan melakukan
pembersihan dan normalisasi 13 muara sungai dan membantu pembuatan banjir kanal dan sarana
pencegahan lainnya. Selain itu reklamasi juga dapat lebih menata lingkungan hidup dan sosial
dengan mengatur ulang lingkungan yang ada menjadi lebih teratur, bersih dan higienis.
Adanya reklamasi dinilai dapat mempertahankan dan mengembangkan serta menata ulang
lingkungan konservasi alam yang ada. Reklamasi juga dinilai dapat mempermudah perhitungan
pengaruh kenaikan muka laut rata-rata (mean sea level rise) dan pengaruh pasang surut dan
perhitungan adanya aliran balik sungai (back water). Keuntungan lainnya adalah meningkatkan dan
merehabilitasi pemukiman-pemukiman kumuh sekitar pantai guna menjaga lingkungan yang bersih
dan sehat.
Permasalahan
Berbagai permasalahan silih berganti timbul terkait Mega Proyek Giant Sea Wall. Pada Kamis (31/3)
KPK (Komisi Pemeberantasan Korupsi) berhasil membongkar tindak pidana korupsi terkait proyek
yang menyeret M. Sanusi selaku Anggota DPRD DKI Jakarta. Dalam keterangan pers sebagaimana
termuat dalam laman resmi KPK pada tanggal 1 April 2016, M. Sanusi ditahan KPK (Komisi
Pemeberantasan Korupsi) karena tertangkap tangan menerima dana Rp 1 miliar rupiah dan 140
juta rupiah dalam bentuk pecahan Rp 100 ribu rupiah dari Presiden Direktur PT Agung Podomoro
Land. Operasi tangkap tangan terjadi di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan sekitar pukul
19.30 WIB. Menurut penjelasan KPK, uang suap tersebut digunakan untuk menyuap M. Sanusi
berkaitan dengan pembahasan Raperda (Rancangan Peraturan Daerah) tentang Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi Jakarta Tahun 2015-2035 dan Raperda (Rancangan
Peraturan Daerah) tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta. M. Sanusi
disinyalir berperan dalam penurunan persentase distribusi pengembang dari 15 persen sebagaimana
terdapat dalam draf Raperda usulan gubernur menjadi 5 persen.
Dalam suap itu, Sanusi menerima uang dari eks Direktur Utama PT Agung Podomoro Land, Ariesman
Widjaja. Suap itu diduga untuk menurunkan besaran kontribusi tambahan yang dibebankan kepada
pengembang pulau reklamasi.
Adanya kasus tindak pidana korupsi semakin membangkitkan gelora penolakan masyarakat terhadap
Mega Proyek Giant Sea Wall. Suara penolakan salah satunya datang dari Bagus Tito Wibisono, Ketua
BEM UNJ sekaligus Koordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia.
2016
8
Etik UMB
Hani Yuniani,M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
“Tolak, urgensi dibuatnya belum mampu menjawab permasalahan setelahnya; waktunya juga tidak
tepat dan khawatir akan berdampak pada aspek sosial, ekonimi, dan ekologi,” tegas Bagus yang
merupakan mahasiswa Biologi UNJ.
Penolakan juga datang dari Muhamad Zidni Rizky Ardani yang merupakan Ketua KSP Macaca, sebuah
organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang konservasi primata dan ekosistemnya. Organisasi ini
secara rutin mengadakan pemantauan primata di kawasan Muara Angke yang diprediksikan akan
terkena dampak dari proyek Giant Sea Wall.
“Menolak proyek tersebut karena belum ada urgensi yang jelas. Proyek tersebut juga akan merusak
ekosistem alami yang terbentuk dalam waktu tidak singkat. Lagi-lagi pembangunan menjadi musuh
abadi dari alam,” ujar Zidni.
“Ada lebih dari 10 ribu nelayan yang bertempat tinggal di Jakarta Utara. Entah berapa banyak yang
akan kehilangan mata pencaharian . Dari sudut lingkungan hidup pun reklamasi teluk Jakarta
mengancam, mulai dari perlambatan arus dan penumpukan sampah (dari 13 sungai yang bermuara
di Jakarta). Jangan selalu berfikir terfokus pada kebermanfaatan alam untuk manusia namun juga
(harus berfikir tentang) kebermanfaatan manusia untuk alam”, imbuh Zidni.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga turut memantau proyek reklmasi. Sebagaimana
terdapat dalam laman resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Menteri Susi mempertanyakan
kegunaan reklamasi. Dana reklamasi menurutnya akan lebih baik untuk membangun properti
kepentingan umum yang lebih besar. Kepentingan umum bisa saja dalam bentuk perumahan untuk
masyarakat, taman, pelabuhan, tempat rekreasi yang dinilai lebih produktif.
Hingga kini beberapa kalangan terus menyatakan penolakan proyek. KNTI (Kesatuan Nelayan
Tradisional Indonesia) telah menggugat SK Gubernur DKI Jakarta yang memberikan izin reklmasi
beberapa pulau buatan. Jika pengadilan nantinya menyatakan SK Gubernur tersebut tidak
memenuhi syarat terbit sesuai peraturan perundang-undangan (salah satu syarat administrasi
adalah terpenuhinya AMDAL atau Analisis Dampak Lingkungan), maka SK Gubernur harus dicabut.
KPK juga terus mengusut adanya tindak pidana korupsi yang telah menyeret beberapa pihak dari
perusahaan pengembang.
Disisi lain, Gubernur DKI Jakarta justru menjadikan Mega Proyek Giant Sea Wall sebagai proyek
prioritas pemerintah daerah. Pada tanggal 26 November 2016, sebagaimana terdapat pada laman
resminya, Gubernur Basuki Tjahya Purnama dalam Agenda Penyampaian Raperda Rencana Tata
Tuang Pantai Jakarta Utara di DPRD mengatakan bahwa reklamasi skala besar sebagaimana telah
dijalankan di Uni Emirat Arab, Singapura dan Hongkong justru memberikan banyak manfaat bagi
kota secara ekologis dan ekonomis.
2016
9
Etik UMB
Hani Yuniani,M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Keppres No. 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Provinsi DKI Jakarta.
Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan
Rencana Tata Ruang Kawasan Pantai Utara Jakarta.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 Tentang Penataan Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai Utara Jakarta.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 Tentang Penataan Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai Utara Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur).
Perda DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030.
Surat Keputusan Mahkamah Agung Nomor Nomor 12 PK/TUN/2011.
Keppres No. 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Provinsi DKI Jakarta.
Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan
Rencana Tata Ruang Kawasan Pantai Utara Jakarta.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 Tentang Penataan Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai Utara Jakarta.
Perda DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030.
Surat Keputusan Mahkamah Agung Nomor Nomor 12 PK/TUN/2011.
http://www.menlh.go.id/pertanyaan-pertanyaan-yang-sering-diajukan-tentang-proyek-reklamasipantura-jakarta/
http://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/3363-terkait-pembahasan-raperda-kpk-tetapkan-3tersangka-hasil-operasi-tangkap-tangan
2016
10
Etik UMB
Hani Yuniani,M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
http://www.jakarta.go.id/v2/news/2015/11/dki-ajukan-raperda-rencana-tata-ruang-pantai-utarajakarta#.VwhGDzNZ6O0
http://kkp.go.id/index.php/berita/menteri-susi-reklamasi-boleh-asal-dampaknyadiantisipasi/?print=pdf
http://setkab.go.id/reklamasi-pantai-jakarta-seskab-wewenang-pemerintah-pusat-bolehdidelegasikan-ke-pemda/
http://nasional.kompas.com/read/2014/10/17/22373441/Jokowi.dan.Arti.Revolusi.Mental.
http://sinarharapan.co/news/read/150605130/jokowi-sulit-reformasi-birokrasi
2016
11
Etik UMB
Hani Yuniani,M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download