FITOREMEDIASI Zn (SENG) MENGGUNAKAN TANAMAN NORMAL

advertisement
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004
ISSN : 1411 - 4216
FITOREMEDIASI Zn (SENG) MENGGUNAKAN TANAMAN
NORMAL DAN TRANSGENIK Solanum nigrum L.
Sodiq Pratomo1, Sumarno2 & M. Ahkam Subroto3
1
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang.
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
3
Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Jl. Raya Bogor Km. 46, Cibinong 16911, email: [email protected]
ABSTRAK
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air diketahui bahwa pencemaran logam berat di perairan Indonesia, terutama logam
berat Zn (seng), telah melebihi batas ambang persyaratan kualitas air Kelas IV. Salah satu metode
yang aplikatif dan diharapkan mampu menangani masalah pencemaran logam berat adalah dengan
cara fitoremediasi, yaitu menggunakan tanaman atau bagian-bagiannya sebagai sistem pengolahan
biologis yang alami. Penelitian ini menggunakan tananam Solanum nigrum L transgenik dan
normal yang ditumbuhkan pada media yang mengandung logam berat Zn dengan konsentrasi
tambahan 0 mg/kg media (kontrol) dan 200 mg/kg media dengan menggunakan pot-pot dalam
rumah kaca ketika tanaman berumur 28 hari. Pengamatan pertumbuhan tanaman dan kandungan
Zn dalam setiap bagian tanaman (akar, batang, daun dan buah) dilakukan setiap dua minggu sekali
dengan memanen setiap sampel tanaman hingga berakhirnya siklus pertumbuhan tanaman (26
minggu). Parameter-parameter yang diukur untuk setiap bagian tanaman dan tanah untuk masingmasing perlakuan adalah berat basah, berat kering, dan kandungan Zn dalam setiap bagian
tanaman. Metode yang digunakan untuk pembagian tanaman adalah metode yang digunakan oleh
Eltayeb et al. (1997) dan Lancaster dan Mann (1975). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kinetika pertumbuhan tananam S. nigrum L. baik normal maupun transgenik tidak terpengaruh
oleh pemaparan logam berat Zn pada media dan membentuk kurva pertumbuhan sesuai dengan
model persamaan Monod. Logam berat Zn terakumulasi paling besar di bagian akar untuk
tanaman S. nigrum L trasngenik, sedangkan pada tanaman normalnya secara umum terakumulasi
pada daun dan atau batang. Selama siklus hidupnya kemampuan tanaman S. nigrum L dalam
menjerap logam berat Zn pada awalnya menaik, kemudian menurun sampai berakhirnya daur
hidup tanaman tersebut.. Kemampuan tanaman transgenik S. nigrum L. dalam menyerap dan
mengakumulasi logam berat Zn pada konsentrasi relatif tidak berbeda jauh dibandingkan dengan
nilai konsentrasi fisiologis yang dapat diserap oleh tanaman normalnya.
Kata Kunci : Fitoremidiasi, Logam berat Zn, Solanum nigrum L., Tanaman transgenik.
Pendahuluan
Pencemaran pada tanah oleh logam berat merupakan salah satu persoalan lingkungan yang sangat serius.
Toksikan yang sangat berbahaya umumnya berasal dari buangan industri, terutama yang melibatkan logam
berat dalam proses produksinya (Palar dalam Sudarso, 1997). Beberapa jenis logam berat yang mencemari
lingkungan dan perairan Indonesia diantaranya adalah Cu, Hg, Pb, Zn dan Cd. Menurut Machbub & Mulyadi
(2000), cemaran logam berat yang paling dominan mencemari perairan di Indonesia dan telah melampaui
ambang batas sesuai PP no. 82 Tahun 2001 adalah Zn.
Beberapa metode remediasi logam berat yang ada saat ini antara lain adalah metode isolasi, imobilisasi,
penurunan toksisitas/mobilitas, pemisahan fisika dan metode ekstraksi. Salah satu metode penurunan
toksisitas/mobilitas logam berat yang aplikatif baik secara ex situ mapun in situ, mudah pengerjaanya, relatif
murah dan bersahabat dengan lingkungan adalah teknik fitoremediasi.
Keuntungan utama dari aplikasi teknik fitoremediasi dibandingkan dengan sistem remediasi lainnya
menurut Miller (1996) adalah kemampuannya untuk menghasilkan buangan sekunder yang lebih rendah sifat
toksiknya, lebih bersahabat dengan lingkungan serta lebih ekonomis. Kelemahan fitoremedisi adalah dari segi
waktu yang dibutuhkan lebih lama dan juga terdapat kemungkinan masuknya kontaminan ke dalam rantai
makanan melalui konsumsi hewan dari tanaman tersebut.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
H-7-1
Menurut Subroto (1996), keuntungan fitoremediasi selain mudah juga merupakan alternatif yang murah
dibandingkan dengan cara remediasi fisiko-kimia maupun bioremediasi yang menggunakan mikroorganisme
(bakteri, kapang dan jamur). Adapun keterbatasan sistem fitoremediasi adalah terutama yang berhubungan
dengan batasan konsentrasi kontaminan yang dapat ditolerir oleh tanaman, masalah kebocoran kontaminan
yang sangat larut dalam air dan lamanya waktu yang diperlukan pada fitoremediasi tanah yang tercemar.
Beberapa penelitian sebelumnya telah mengungkap potensi dari bagian tanaman Solanum nigrum L.
untuk proses dekontaminasi air yang tercemar logam berat Cu, Cd dan Zn, dalam bentuk serbuk akar kering
dan kultur akar rambut (Macek et al., 1994; Chen et al., 1996; Priambodo, 2002; Gunawan, 2003). Dalam
penelitian sekarang ini dikaji potensi dari tanaman tersebut secara utuh untuk aplikasi proses dekontaminasi
tanah yang tercemar logam berat Zn.
Bahan dan Metode
Benih tanaman S. nigrum
Benih tanaman S. nigrum normal dan transgenik galur ATCC 15834 yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan benih yang dihasilkan oleh tanaman generasi T2 koleksi dari Puslit Bioteknologi-LIPI, Cibinong,
Bogor (Subroto et al., 2001).
Penyemaian benih
Penyemaian benih S. nigrum transgenik dan normal dilakukan di tempat persemaian di rumah kaca.
Kecambah umumnya muncul setelah 4-10 hari. Sebagai media dasar digunakan tanah/kompos/pupuk
kandang dengan perbandingan 1:1:1. Kecambah yang berumur 28 hari digunakan sebagai bahan percobaan
pemaparan logam berat Zn.
Pemaparan logam berat Zn
Perlakuan diberikan pada pot-pot percobaan (3,5 kg media dasar/pot) di rumah kaca dengan penambahan
larutan logam berat Zn (dalam bentuk Zn(SO4)2.7H20) dengan konsentrasi 0 mg/kg berat media (kontrol) dan
200 mg/kg berat media. Percobaan dilakukan dengan ulangan sebanyak 3 kali untuk masing-masing
perlakuan.
Pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan 2 minggu sekali hingga berakhirnya siklus pertumbuhan
tanaman (26 minggu) dengan memanen setiap sampel tanaman. Parameter-parameter yang diukur untuk
setiap bagian tanaman dan tanah untuk masing-masing perlakuan adalah berat basah, berat kering, kandungan
Zn tersisa dalam tanah, dan kandungan Zn dalam setiap bagian tanaman.. Metode yang digunakan untuk
pembagian tanaman adalah metode yang digunakan oleh Eltayeb et al. (1997) dan Lancaster & Mann (1975).
Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis kinetika pertumbuhan, tingkat konsentrasi dan
translokasi logam berat Zn yang dapat diserap dan diakumulasi oleh masing-masing tanaman/bagian
tanaman.
Analisis Zn
Analisis kandungan logam berat Zn yang terdapat pada bagian-bagian tanaman, media tanah dan air
dilakukan dengan menggunakan alat AAS dengan metode seperti yang digunakan oleh Priambodo (2002).
Hasil dan Pembahasan
Kinetika pertumbuhan
Perhitungan kinetika pertumbuhan didasarkan pada jumlah biomasa kering yang dipanen setiap dua
minggu sekali selama daur hidup tanaman. Dari data biomassa kering yang diperoleh dapat dibuat kurva
pertumbuhan untuk masing-masing tanaman selama daur hidupnya dan dihitung laju pertumbuhan
spesifiknya (µ). Semakin tinggi nilai µ-nya maka semakin baik pertumbuhannya. Dari penelitian ini dapat
dilihat bahwa pemaparan logam berat Zn pada konsentrasi 200 mg/kg media tidak mempengaruhi kinetika
pertumbuhan tanaman normal dan transgenik dari S. nigrum L. (Gambar 1 dan Tabel 1). Selain itu, dari kurva
pertumbuhan yang diperlihatkan pada Gambar 1 tersebut terlihat bahwa mulai minggu ke-0 sampai dengan
sekitar minggu ke-6 tanaman tumbuh secara eksponensial (yang ditandai dengan garis lurus) yang diikuti
dengan pertumbuhan menurun dan akhirnya stasioner hingga selesai daur hidup tananam tersebut. Fenomena
tersebut sesuai dengan model persamaan Monod untuk pertumbuhan bakteri (Monod, 1949), namun tidak
mengalami fase penyesusaian (lag phase) pada awal pertumbuhan karena pemindahan tanaman dilakukan
setelah kecambah berumur sekitar 28 hari sehingga telah mengalami masa penyesuaian sebelum dilakukan
pengamatan dalam penelitian ini.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
H-7-2
100
B erat K ering (g)
10
1
Transgenik tanpa perlakuan
Transgenik dengan perlakuan
N orm al tanpa perlakuan
N orm al dengan perlakuan
0.1
0.01
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
W aktu (m inggu)
Gambar 1. Kurva pertumbuhan total tanaman S. nigrum L. selama daur hidupnya.
Tabel 1. Laju pertumbuhan spesifik (µ) tanaman S. nigrum L. selama
pertumbuhan eksponensial 6 minggu pertama.
µ (minggu-1)
Tanpa perlakuan
Dengan perlakuan
0,86
0,88
0,89
0,96
S. nigrum L.
Normal
Transgenik
Akumulasi logam berat Zn
Besarnya akumulasi logam berat Zn pada tanaman S. nigrum didapatkan dengan mengalikan besarnya
konsentrasi logam berat Zn dengan berat biomassa kering untuk tiap bagian tanaman. Akumulasi tersebut
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain karateristik fisika kimia media pertumbuhan yang digunakan yang
meliputi pH, kapasitas tukar ion, kejenuhan basa, persaingan kation dan lain-lain (Tan, 1982; Sam, 2000).
Akumulasi logam berat Zn selama daur hidup tanaman S. nigrum L. dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Akumulasi logam berat Zn selama daur hidup tanaman S. nigrum L.
S. nigrum L.
Tanpa perlakuan (µg)
Dengan perlakuan (µg)
Normal
Transgenik
5437,8
4147,4
5752
4120,5
Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa total logam berat Zn yang mampu diakumulasikan oleh tanaman S.
nigrum L. normal relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman transgeniknya.
Translokasi
Translokasi adalah gambaran distribusi dari akumulasi logam berat Zn yang ada pada tiap bagian
tanaman S. nigrum yang meliputi akar, batang, buah dan daun. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
fenomena translokasi tersebut sebagaimana yang telah diuraikan dalam kaitannya dengan karakteristik fisika
kimia media tersebut di atas. Translokasi logam berat Zn pada tiap bagian tanaman untuk setiap jenisnya
ditunjukkan dalam Tabel 3-6.
Tabel 3. Translokasi Zn pada tanaman transgenik dengan perlakuan.
Zn (ppm)
Biomassa (g)
Zn (µg)
%
40
8
12
Akar
Nilai
77
3,35
250,5
%
23
68
60
Bagian Tanaman
Batang
Buah
Nilai
%
Nilai
76,67
4
0
25,59
1
5,15
1961,8
1
0
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
%
33
23
28
Daun
Nilai
211,33
9,16
1935,1
H-7-3
Tabel 4. Translokasi Zn pada tanaman transgenik tanpa perlakuan.
Zn (ppm)
Biomassa (g)
Zn (µg)
%
33
8
10
Akar
Nilai
310,67
2,14
665,33
%
22
62
48
Bagian Tanaman
Batang
Buah
Nilai
%
Nilai
130
3
0
20,07
6
0
2609,6
1
0
%
42
24
43
Daun
Nilai
142,67
5,93
845,62
%
41
18
31
Daun
Nilai
150,67
6,00
904,48
%
49
28
42
Daun
Nilai
357,33
7,00
2501,7
Tabel 5. Translokasi Zn pada tanaman normal dengan perlakuan.
Zn (ppm)
Biomassa (g)
Zn (µg)
Akar
%
Nilai
26
176,67
9
3,48
11
615,57
%
19
70
56
Bagian Tanaman
Batang
Buah
Nilai
%
Nilai
125
1
109,83
32,1
3
1,85
4012,9
3
219,05
Tabel 6. Translokasi Zn pada tanaman normal tanpa perlakuan.
Bagian Tanaman
Akar
Batang
Buah
%
Nilai
%
Nilai
%
Nilai
Zn (ppm)
24
194,67
15
88
12
111
Biomassa (g)
9
2,96
70
23,57
3
2,57
Zn (µg)
9
576,91
46
2074,2
3
285
Secara umum tampak bahwa akumulasi konsentrasi logam Zn yang mampu dijerap oleh tanaman dengan
perlakuan, baik transgenik maupun normal lebih tinggi dibanding dengan tanaman tanpa perlakuan, karena
dengan perlakuan berarti telah diberikan tambahan logam berat Zn pada media minimal 200 mg/kg media.
Konsentrasi terbesar pada tanaman trasgenik dengan perlakuan dicapai oleh bagian tanaman akar, sedangkan
untuk tanaman transgenik tanpa perlakuan dan tanaman normal dengan perlakuan dicapai oleh bagian
tanaman daun. Dengan uji t terlihat bahwa ada beda nyata antara tanaman S. nigrum L. transgenik dan
tanaman S. nigrum L. normal.
Pada tanaman transgenik akumulasi konsentrasi logam berat Zn lebih tinggi di akar, kemungkinan akibat
terjadinya reaksi kompleks di xylem membentuk kompleks Phytochelation – Zn yang tidak ditranslokasikan.
Zn dapat ditranslokasikan oleh chelator lain atau mungkin asam-asam organik (Salt et al., 1995 dalam Sam,
2000).
Kesimpulan
1. Kinetika pertumbuhan tanaman S. nigrum L. baik tanaman normal maupun tanaman transgenik tidak
terpengaruh oleh pemaparan Zn lebih dari 200 mg/kg media, sesuai model persamaan Monod tanpa
mengalami fase penyesuaian (lag phase) dengan laju pertumbuhan rata-rata 0,9 minggu-1.
2. Dengan bertambahnya umur, kemampuan tanaman S. nigrum L dalam menjerap Zn akan naik dan akan
optimal pada umur antara 12 sampai dengan 14 minggu, kemudian menurun sampai berakhirnya daur
hidupmya. Sehingga pada aplikasinya akan optimal bila dipanen pada umur tersebut.
3. Kemampuan tanaman transgenik S. nigrum L. dalam menjerap dan mengakumulasi logam berat Zn pada
konsentrasi yang tidak berbeda dibandingkan dengan yang dapat dijerap oleh tanaman normalnya.
4. Ada beda translokasi logam berat Zn, untuk tanaman S. nigrum L transgenik cenderung ke akar,
sedangkan tanaman normalnya cenderung ke daun atau batang.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Eman Sulaeman dan Indra Fakhma atas bantuan teknisnya
dalam pemeliharaan tanaman Solanum nigrum di rumah kaca. Penelitian ini dibiayai oleh Puslit
Bioteknologi-LIPI.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
H-7-6
DAFTAR PUSTAKA
Chen, J. P, W.R. Chen & R.C. Hsu. 1996. Biosorption of copper from aqueous solution by plant root tissues.
Journal of Fermentation and Bioengineering 81 (5): 458-463.
Eltayeb, E.A., A.S. Al-Ansari & J.G. Roddick. 1997. Change in the steroidal alkaloid solasodine during
development of Solanum nigrum and Solanum incanum. Phytochemistry 46 (32): 489-494.
Gunawan, G.-G. 2003. Studi adsorpsi logam berat seng (Zn) dengan menggunakan akar rambut Solanum
nigrum L. galur A4 terimobilisasi. Skripsi Sarjana Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 45 hal.
Lancaster, J.E. & J.D. Mann. 1975. Change in solasodine content during the development of Solanum
laciniatum Ait. N.Z. J. Agric. Res. 18: 139-144.
Macek, T., P. Kotrba, M. Suchova, F. Skacel, K. Demnerova & T. Rumi. 1994. Accumulation of cadmium
by hairy root cultures of Solanum nigrum. Biotechnology Letters 16 (6): 621-624.
Machbub, B. & Mulyadi, M. 2000. Kualitas Air Sungai Alamiah Sebagai Standar Kualitas Sumber Air.
Buletin PUSAIR no. 34 Tahun IX, April 2000: 31-38.
Miller, R. K. 1996. Ground-Water Remediation Technology Analysis Center. Technology Overview Report.
TO-96-03.
Monod, J. The growth of bacterial cultures. Annual Review of Microbiology 161 III: 371-394.
PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Priambodo, S. 2002. Fitoremediasi logam berat menggunakan kultur akar rambut Solanum nigrum L. Skripsi
Sarjana Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor. 68 hal.
Sam, C. 2000. Mechanisms and strategies for phytoremidiation of cadnium. Http://lamar.colostate.edu/~
samcox/. Deparment of Horticulture Colorado State, University, Colorado
Subroto, M. A. 1996. Fitoremediasi. Dalam: Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi
Dalam Pengelolaan Lingkungan, Cibinong, 24-25 Juni 1996.
Subroto, M.A., N. Artanti, D. Sudrajat, A. Djanakum & E. Widayat. 2001. Agrobacterium rhizogenesmediated transformation of Solanum nigrum L.: spontaneous plant regeneration and endogenous IAA
contents. Indonesian Journal of Agricultural Sciences 1: 53-59.
Sudarso, Y. 1997. Toksisitas Beberapa Senyawa Logam Berat Terhadap Siput Hydrobia sp. Limnotek Vol.
V, No. 1 Tahun 1997, Hal 75-79.
Tan Kin H, 1982 Prinsiples of soil chemistry, The University of Georgia, College of agriculture, Athens,
Georgia.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
H-7-7
Download