POKOK BAHASAN 7. ORGANOLOGI Dalam pokok

advertisement
POKOK BAHASAN 7. ORGANOLOGI
Dalam pokok bahasan organologi ini akan dibahas organ akar, batang dan
daun, sedangkan organ bunga, buah dan biji akan dibahas dalam bagian III (Struktur
dan Perkembangan Mikroskopik Organ Reproduksi pada Tumbuhan).
7.1 BATANG
Pada organ batang terdapat 3 bagian pokok yang berkembang dan jaringan
protoderm, prokambium dan meristem dasar, yaitu:
1. Epidermis dan derivatnya
2. Korteks
3. Stele
Ketiga
bagian
tersebut
di
atas
akan
tampak
jelas
pada tumbuhan
Dicotyledoneae sedangkan pada tumbuhan Monocotyledoneae batas antara korteks
dan stele kurang jelas.
Epidermis
Epidermis pada tumbuhan Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae tersusun
oleh satu lapis sel. Sel epidermis biasanya berbentuk rektanguler tersusun rapat tanpa
adanya ruang antar sel, dinding luar mengalami penebalan dari zat kutin. Susunan ini
menyebabkan terjadinya pengurangan transpirasi dan melindungi jaringan di sebelah
dalamnya dan kerusakan mekanik dan serangan hama. Pada beberapa jenis
tumbuhan, disebelah dalam dan epidermis batang dijumpai satu atau beberapa lapis
sel yang berasal dari initial yang tidak sama dengan epidermis yang disebut
hypodermis. Struktur hipodermis ini berbeda dengan sel-sel penyusun korteks.
Derivat epidermis yang dapat dijumpai adalah, stomata, trikoma, emergensia
dan spina serta sel silika dan sel gabus. Stomat kelak berkembang menjadi lentisel
Korteks
Daerah korteks terutama tersusun oleh parenkim sebagai jaringan dasar, di
daerah perifer kadang dijumpai kolenkim yang berkelompok atau membentuk lingkaran
tertutup. Jaringan sklerenkim dapat berupa serabut yang berkelompok dan sklereida
yang soliter. Dijumpai pula adanya berbagai macam idioblast. Pada beberapa
tumbuhan, parenkim korteks bagian tepi mengandung kloroplas sehingga mampu
mengadakan proses fotosintesis, partenkim ini disebut klorenkim.
Bagian korteks yang paling dalam
disebut floeoterma. Pada batang
Dicotyledoneae muda biasanya lapisan floeoterma berisi butir-butir pati sehingga
sering disebut sarung tepung. Pada beberapa tumbuhan Dicotyledoneae ada pula
yang floeothermanya mengalami penebalan membentuk pita Caspaiy sehingga lapisan
ini disebut endodennis. Pada batang yang telah tua biasanya endodermis telah rusak.
Pada tumbuhan Monocotyledoneae, korterks kadang terdeferensiasi secara baik atau
kadang sangat sempit bahkan tidak dapat dibedakan dengan stele.
Stele
Stele merupakan daerah disebelah dalam dan endodermis yang terdiri atas
perikambium, parenkim dan berkas pengangkut.
Berdasarkan tipe berkas pengangkut, ada tidaknya empulur dan jendela daun,
maka stele dapat dibagi menjadi beberapa tipe:
1. Protostele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan berkas pengakut konsentris
amfikibral.
1.1 Protosrtele haplostele apabila xilem berupa bangunan membulat ditengah
dan dikelilingi oleh floem
1.2 Protostele aktinostele apabila xilem berupa bangunan seperti bintang di
bagian tengah dan dikelilingi floem
1.3 Protostele plektostele apabila xilem merupakan lempengan-lempengan
yang saling berhubungan dan dikelilingi floem
1.4 Protostele campuran apbila xilem merupakan kelompok kecil-kecil yang
masing-masing dikeliuingi floem
2. Sifonostele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan berkas pengakut konsentris
amfikibral dan di bagian tengah batang terdapat empulur.
2.1 Sifonostele ektoflois apabila floem terapat di sebelah luar dan xilem dan
ditengah batang terdapat empulur
2.2 Sifonostele amfiflois apabila floem terdapat di sebelah dalam dan luar xilem
dan ditengahnya terdapat empulur.
Gambar 7.1 diagram 3-dimensi berbagai macam tipe stele pada batang tumbuhan;
1.Haplostele, 2.aktinostele, 3.Plektostele, 4.Sifonostele amfiflois, 5.Diktiostele,
6.Sifonostele ektoflois, 7.Eustele, 8.Ataktostele. Bagian yang berwarna liitam adalah
xilem dan bwnan vane teraiw adalah floem.
3. Diktiostele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan beberapa kelompok berkas
pengangkut yang masing-masing terdiri atas xilem yang dikelilingi floem,
dibagian tengahnya terdapat empulur dan ada jendela daun.
4. Eustele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan tipe berkas pengangkut kolateral
terbuka atau bikolateral, di bagian tengahnya terdapat empulur dan jan-jan
empuhir. Kambium pada stele tipe ini dibedakan menjadi kambium fasikuler
(mtrafasikuler) dan kambium interfasikuler.
5. Ataktostele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan berkas pengangkut tipe kolateral
tertutup yang tersebar di sehiruh penampang batang, baik di daerah korteks
maupun stele.
Jendela daun adalah bagian dan batang atau cabang dimana tidak dijumpai
adanya berkas pengangkut oleh karena danya percabangan ke arah sampmg yaitu ke
ranting atau daun
Empulur merupakan daerah di sebelah dalam dan berkas pengangkut yang
bersifat parenkimatis.
Gambar 7.2 Perbandingan struktur anatomi antara batang tumbuhan
Monocotyledoneae dan Dicotyledoneae
Pertumbuhan Sekunder Batang
Pertumbuhan menebal yang terjadi pada tumbuhan disebut pertumbuhan
sekunder akibat adanya penambahan
enambahan jaringan sekunder. Jaringan
Ja ngan sekunder d
dihasilkan
oleh meristem sekunder yaitu kambium vaskuler dan kambium gabus (felogen).
Pada tumbuhan Dicotyledoneae yang berkayu dan Gymnospermae, jaringan
berkas pengangkut
ngangkut primer yang berasal dari
da sel-sel
sel prokambium hanya berfungsi pada
saat tumbuhan dalam fase perkembangan kemudian fungsi pengangkutan digantikan
oleh jaringan berkas pengangkut sekunder yang dihasilkan oleh kambium vaskuler.
Akibat adanya pertumbuhan menebal sekunder ini fungsi epidermiss sebagai ja
jaringan
pelindung
dung digantikan oleh jaringan gabus yang dihasiikan
d hasiikan oleh kambium gabus.
Pada tumbuhan Monocotyledoneae dan beberapa jenis lainnya, semua sel
penyusun prokambium berdiferensiasi menjadi jaringan berkas pengangkut primer
sedangkan pada tumbuhan Dicotyledoneae dan Gymnospermae selam berdiferensiasi
menjadi jaringan berkas pengangkut primer, sebagian dan prokambium itu tetap
bersifat menistematik dan berkembang menjadi kambium. Kambium kearah dalam
menghasilkan xilem sekunder dan ke arah luar menghasilkan floem sekunder.
Setelah kambium mengadakan pertumbuhan sekunder, terbentuklah kambium
gabus. Kambium gabus dapat terbentuk dari berbagai jaringan hidup, misalnya
epidermis, parenkim korteks yang sel-selnya dapat berubah menjadi meristematik.
Kambium gabus (felogen) ke arah luar membentuk gabus (felem) dan ke arah dalam
membentuk parenkim (feloderm). Felogen, felem dan feloderm membentuk jaringan
gabus sekunder (periderm). Dengan adanya jaringan gabus maka bagian dalam
tumbuhan yang hidup terpisah dari udara luar, sehingga diperlukan adanya hubungan
antara bagian dalam tumbuhan dengan udara luar untuk menunjang berbagai macam
proses kehidupan, untuk itu dijumpai adanya lentisel pada jaringan gabus batang.
Jaringan gabus menggantikan epidermis sebagai jaringan pelindung.
Sebagai akibat adanya pertumbuhan menebal sekunder, maka diameter batang
akan bertambah. Sel-sel floem primer akan terdesak ke arah luar oleh sel-sel floem
sekunder hasil pembelahan kambium. Untuk mengimbangi pertumbuhan menebal
sekunder sebagai aktivitas menistem kambium, sel-sel parenkim penyusun jari-jari
empulur mengadakan dilatasi, yaitu pembentangan dan pembelahan sel ke arah
tangensial atau periklinal untuk mengimbangi adanya pertumbuhan menebal sekunder.
Struktur anomali pada batang:
Struktur anomali pada batang secara garis besar terjadi karena 2 macam
penyebab, yaitu:
1. Kambium mempunyai struktur yang normal, akan tetapi aktifitasnya tidak
beraturan sehingga terjadilah berkas pengangkut dengan struktur yang tidak
wajar.
2. Adanya kambium tambahan (kambium asesoris) disampmg kambium yang
normal sehingga terbentuk lebih dan satu lingkaran berkas pengangkut.
7.2 AKAR
Berdasarkan asalnya, akar tumbuhan dibagi dalam 2 kategori:
1. Akar primer (akar normal) yang tumbuh sejak tumbuhan masth berupa embrio
dan biasanya ada selama tumbuhan itu hidup
2. Akar liar yang muncul dan batang, daun dari jaringan lain yang mungkin secara
permanen atau hanya temporer.
Fungsi dari akar primer yaitu untuk menegakan tumbuhan agar bisa berdiri
tegak di atas tanah disamping juga mempunyai fungsi penyerapan air dari bahanbahan anorganik dan tanah sedang akar liar mempunyai macam-macam fungsi,
kadang akar ini akan mencapai tanah dan berfungsi seperti akan primer atau kadang
mengalami modifikasi sebagai organ untuk merayap, atau organ penopang ataupun
haustoria.
Anatomi dari akar lebih sederhana dibanding dengan batang dan mempunyai
keragaman yang rendah di banding batang sebagai akibat adanya lingkungan yang
relatif seragam di dalam tanah.
Karakteristik akar secara umum:
1. mempunyai tendensi untuk tumbuh ke bawah atau kesamping dibandmg untuk
tumbuh ke atas.
2. tidak dijumpai adanya kiorofil
3. Tidak dijumpai adanya daun dan tunas
4. Pada akar primer, fluem dan xilem tersusun dalam radius yang berbeda
5. Ujung akar mempunyai zone pertumbuhan yang pendek
6. Dijumpai adanya rambut akar di daerah dekat ujung akar
Karakter anatomi akar:
Pada potongan membujur akar primer dapat dijumpai adanya,
1. Tudung akar
Tudung akar terdapat pada ujung akar berfungsi untuk melmdungi promeristem
akar dan membantu penetrasi akar yang tumbuh ke dalam tanah. Tudung akar
tersusun oleh sel-sel parenkim hidup yang kadang mengandung pati. Pada
kebanyakan tumbuhan, tudung akar membentuk strukutr khusus dan tetap yang
disebut kolumela.
2. Epidermis
Epidermis akar juga dikenal sebagai epiblem atau lapisan piliferous. Sel-sel
epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tidak mengandung kurikula,
walaupun kadang dinding luarnya mengalami kutinisasi. Pada hampir semua akar,
rambut-rambut akar berkembang dari sel-sel epidermis di daerah dekat ujung akar
(meristem apikal). Rambut akar terdiri dari satu sel yang memanjang yang
mempunyai fungsi absorbsi dan untuk pegangan akar pada tanah. Pada spesies
tertentu rambut akar berkembang dan sel khusus di daerah epidermis. Sel ini
disebut trikoblast.
Epidermis akar biasanya dijumpai saat akar masih muda, apabila akar sudah
dewasa, epidermisnya telah mengalami kerusakan dan fungsinya digantikan oleh
lapisan terluar dari korteks yang disebut eksodermis
3. Korteks
Korteks akar pada umumnya tersusun dari sel-sel parenkim yang kadang-kadang
mengandung karbohidrat dan kadang juga mengandung kristal. Lapisan
sklerenkim umum dijumpai pada akar tumbuhan Monocotyledoneae dibanding
akar tumbuhan Dicotyledoneae. Kolenkim sangat jarang dijumpai pada akar.
Lapisan terluar dari korteks kadang berdeferensiasi menjadi lapisan eksodermis
yang dinding sel-selnya mengalami penebalan dengan zat suberin, sedangkan
lapisan terdalam dan korteks biasanya berdeferensiasi menjadi endodermis.
4. Endodermis
Endodermis tersusun oleh satu lapis sel yang berbeda secara fisiologi, struktur
dan fungsi dengan lapisan sel di sekitarnya.
Berdasarkan perkembangan dinding selnya, endodermis dapat dibedakan
menjadi:
4.1 endodermis primer yang mengalami penebalan berupa titik-titik caspary dan
suberin dan kutm
4.2 endodermis sekunder, apabila penebalan berupa pita caspary dan zat lignin
4.3 endodermis tersier apabila penebalan membentuk huruf U yang mengandung
lapisan suberin dan selulose pada dinding radial dan tangensial bagian dalam.
Di antara sel-sel endodermis terdapat beberapa sel yang tidak mengalami
penebalan dinding, yaitu sel-sel yang terletak berhadapan dengan protoxilem.
Sel-sel ini disebut sel peresap.
5. Stele
Lapisan sel terluar dari stele adalah pansikel/parikambium, sehingga letaknya
langsung berada di sebelah dalam dari lapisan endodermis dan di sébelah luar
dari berkas pengangkut. Perisikel mempunyai kemampuan untuk mengadakan
pertumbuhan meristematik sebagai titik awal tumbuhnya primordia akar ke arah
samping (cabang akar, akar adventitious/lateral). Lapisan berkas pengangkut pada
akar biasanya tersusun oleh jari-jari xilem (trakea) yang jumlahnya bervariasi
berselang-selmg dengan floem. Pada akar, xilem dan floem tidak teletak dalam
radius yang sama. Xilem mungkin membentuk sumbu sentral ataupun bagian
tengah terisi oleh sel-sel parenkim ataupun sklerenkim seperti apa yang terlihat
pada akar beberapa jenis tumbuhan Monocotyledoneae. Akar dapat terdiri dari 1,
2, 3 4, 5 atau banyak jari-jari xilem, secara berurutan akan disebut monarch,
diarch, triarch, tetrach, pentanch atapun polianch. Xilem pada akar disebut xilem
exanch karena protoxilem berada di sebelah luar dani metaxilem (xilem akar selalu
mengadakan pertumbuhan sentripetal). Parenkim yang dijumpai di antana berkas
xilem dan berkas fluem disebut jaringan conjunctive.
Pertumbuhan Sekunder Akar
Pertumbuhan sekunder pada akar sangat bervariasi. Akar Monocotyledoneae
dan akar Dicotyledoneae yang berbentuk perdu atau cabang akar Dicotyledoneae
yang berbentuk pohon atau Gymnospermae tidak mengadakan pertumbuhan
sekunder, sehingga korteks mempunyai struktur yang tetap. Akar dewasa membentuk
eksoderis sebagai penguat dan endodermisnya berada pada fase tersier.
Tumbuhan yang akarnya mengalami pertumbuhan sekunder, sebagai akibat
adanya aktivitas kambium vaskuler, ukuran garis tengahnya bertambah. Secara
ontogenis kambium terbentuk dari parenkim di sebelah dalam berkas fluem. Pada saat
kambium membentuk sel-sel sekunder, sel-sel perisikel juga membelah dan kedua
kelompok sel-sel meristem ini akan membentuk kambium lengkap sehingga pada
irisan melintang terlihat berkelok-kelok. Pada akhir perkembangannya, kambium tidak
berkelok-kelok lagi tetapi tersusun membulat oleh karena adanya perbedaan
kecepatan pembelahan dan pembentangan antara sisi luar dan dalamnya di sebelah
floem primer dan xilem sekunder. Perkembangan kambium itu lebih lanjut
menghasilkan xilem sekunder yang membungkus xilem primer. Pada saat yang sama
floem sekunder juga terbentuk dari bangunan ini akan menjepit floem primer.
Setelah kambium mengadakan pertumbuhan sekunder, terbentuklah kambium
gabus di bagian korteks di sebelah dalam endodermis. Kambium gabus ini membentuk
jaringan gabus ke arah luar yang lapisan-lapisan selnya bertambah banyak sehingga
jaringan di luar lapisan gabus (endodermis dan korteks) tidak lagi memperoleh sumber
energi dan jaringan tersebut akan terkelupas. Meskipun sel-sel gabus tidak permeabel
terhadap air, tetapi air masih mungkin masuk ke dalam lewat retakan dan lentisel yang
terbentuk kemudian.
Pada akar tidak dijumpai janingan kulit yang tebal seperti pada batang karena
sel-sel mati di bagian luar akar akan cepat hancur.
Karakter anatomi yang penting dan akan tumbuhan Dicotyledoneae adalah:
1. berkas xilem bervariasi dari diarch sampai hexanch
2. perisikel mengadakan aktifitas membentuk cabang akar dan meristem
sekunder (kambium dan felogen)
3. kambium akan muncul sebagai menstem skunder
4. tidak dijumpai adanya parenkim sentral
Karakter anatomi yang penting dan akar tumbuhan Monocotyledoneae adalah:
1. Berkas xilem biasanya polyarch
2. Perisikel mengadakan aktifitas membentuk akar cabang saja
3. Tidak dijumpai adanya kambium
4. Parenkim pusat berkembang dengan baik atau kadang berkembang menjadi
sklerenkim.
7.3 DAUN
Umumnya ada dua tipe daun, yaitu daun dorsiventral dan daun isobilateral.
Daun dikatakan mempunyai tipe dorsiventral apabila jaringan tiang (palisade) hanya
terdapat pada sisi atas dari daun, sedang daun isobilateral adalah daun yang
mempunyai jaringan tiang pada sisi atas dan sisi bawah. Daun dorsiventral biasanya
tumbuh horizontal, permukaan atas tampak lebih cerah dibanding permukaan bawah,
hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan struktur antara daun bagian atas dan
daun bagian bawah. Tipe daun ini dimiliki hampir semua tumbuhan anggota
Dicotyledoneae. Sedangkan daun isobilateral tumbuh vertikal sehingga kedua
permukaan daun menerima sinar matahari dengan intensitas yang sama. Daun
isobilateral mempunyai struktur yang seragam antara permukaan atas dan bawahnya.
Tipe daun ini dapat dijumpai pada beberapa jenis tumbuhan Dicotyledoneae dan
hampir semua tumbuhan Monocotyledoneae.
Daun biasanya tersusun oleh berbagai macam jaringan akan tetapi secara
garis besar daun tersusun atas:
1. jaringan pelindung (epidermis dan derivatnya)
2. jaringan dasar (mesofil)
3. jaringan pengangkut
4. jaringan penguat
5. jaringan sekretori
Epidermis
Epidermis daun terdapat di permukaan atas maupun bawah, umumnya terdiri
dari selapis sel, tetapi ada pula yang terdiri dari beberapa lapis sel, (epidermis ganda)
misalnya pada Ficus, Nerium dan Piper sebagai hasil pembelahan perildinal
protoderm. Jumlah lapisan Sel epidermis antara 2 sampai 16 tergantung pada
jenisnya. Jumlah lapisan epidermis bagian atas biasanya lebih banyak daripada
permukaan bawah. Bila epidermis bawah berlapis banyak maka akan terdapat ruang
substomata yang besar antara sel penutup dengan jaringan mesofil.
Dinding sel epidermis mengalami penebalan yang tidak merata. Dinding sel
yang menghadap keluar umumnya berdinding lebih tebal, dapat terdiri dari lignin, tetapi
penebalan itu umunya terdiri dari kutin. Penebalan kutin ini membentuk suatu lapisan
kutikula yang dapat tipis atau tebal tergantung pada jenis serta tempat hidupnya.
Tumbuhan xerofit umumnya berkutikula tebal. Pada beberapa jenis tumbuhan, selain
kutin masth terdapat lapisan lilin di atasnya.
Stomata sebagai derivat epidermis, dapat berada di kedua permukaan daun
(disebut daun amfistomatik) atau salah satu permukaan saja, umumnya di bagian
bawah (daun hipostomatik), tetapi pada daun terapung stomata hanya terdapat di
bagian atas (daun epistomatik). Letak stomata dapat sejajar dengan epidermis lainnya
(stomata paneropor), tenggelam dibandingkan deretan epidermis (stomata kriptopor)
atau kadang-kadang bahkan berada di atas permukaan sel-sel epidermis seperti pada
daun terapung.
Stomata dapat tersebar merata di seluruh permukaan daun, tersusun menurut
alur-alur tertentu (seperti pada daun rumput) atau terdapat pada bangunan khusus
yang menonjol dari permukaan daun (seperti pada daun teratai yang terapung).
Sel-sel epidermis daun tidak mengandung kloroplas, kecuali pada sel penutup,
tetapi daun tumbuhan tenggelam dalam air epidermisnya mengandung kloroplas.
Stomata berfungsi sebagai jalan bagi pertukaran gas pada tubuh tumbuhan dan
sebagai pengatur besarnya transpirasi.
Trikomata, baik yang berfungsi sebagai rambut pelindung maupun sebagai
rambut kelenjar, banyak terdapat di pennukaan daun. Bentuknya bermacam-macam.
Sel litokis yang merupakan modifikasi dari epidermis, mengandung sistolit yang
terdiri dari kristal kalsium karbonat. Bentuk sistolit tidak teratur, dapat mengisi seluruh
ruang sel litokis.
Modifikasi epidermis yang lain ialah sel kipas, terdiri dari sederet sel yang lebih
besar dari epidermis normal dengan dinding tipis dan vakuola besar, terdapat
dipermukaan atas daun dan berfungsi pada peristiwa menggulungnya daun.
Mesofil
Mesofil sebagai jaringan dasar terletak antara epidermis atas dan epidermis
bawah. Pada kebanyakan tumbuhan Dicotyledoneae, mesofil berdiferensiasi menjadi
jaringan tiang (jaringan palisade) dan jaringan bunga karang (jaringan spons).
Sel-sel penyusun jaringan tiang bentuknya silindris, tegak pada permukaan
daun, selapis atau lebih, rapat satu sama lain dan mengandung banyak kloroplas.
Karena fungsinya untuk menangkap cahaya maka kepadatan jaringan tiang tergantung
pada intensitas cahaya, yaitu yang menerima cahaya langsung lebih padat daripada
dalam teduh.
Jaringan bunga karang tersusun oleh sel-sel yang tak teratur, berdinding tipis,
lepas mengandung kloroplas meskipun jumlah kloroplasnya lebih sedikit dibanding
jumlah kloroplas yang terdapat pada jaringan tiang. Ruang antar sel besar sehingga
memudahkan terjadinya pertukaran gas karena ruang antar sel ini berhubungan
dengan lubang stomata. Karena jaringan tiang mengandung lebih banyak kloroplas,
maka warna daun yang hanya memiliki jaringan tiang di bagian atas saja, permukaan
atasnya akan berwarna lebih gelap dibanding permukaan sebelah bawah. Selain lebih
banyak mengandung kloroplas, jaringan tiang juga lebih efisien dalam fotosintesis
dibanding jaringan bunga karang karena permukaan bebas antar selnya lebih besar
(karena bentuk sel membulat).
Daun tumbuhan anggota suku rumput-rumputan, mesofil tidak berdiferensiasi
menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang, tetapi tersusun atas sel parenkim
yang struktur dan ukurannya seragam.
Jaringan Pengangkut
Berkas pengangkut pada daun membentuk bangunan kompleks yang disebut
tulang daun. Tumbuhan Dicotyledoneae mempunyai satu ibu tulang daun dan cabangcabang yang membentuk jala, sedang pada tumbuhan Monocotyledoneae tulang daun
berderet sejajar sumbu daun dan dihubungkan oleh berkas-berkas pengangkut kecil
diantaranya.
Fungsi tulang daun sangat penting karena mengangkut air serta zat hara dan
tanah dan menyebarkan hasil fotosintesis ke bagian tubuh yang lain sehingga struktur
jaringan pengangkut ini harus dapat mencapai semua sel mesofil yang terlibat dalam
fotosintesis. Hasil fotosintesis dari sel mesoffi masuk ke floem tulang daun yang kecil.
Sel khusus yang berfungsi sebagai penghantar senyawa-senyawa organik dan
sel mesofil ke floem disebut sel transfer.
Di dalam berkas pengangkut, xilem selalu berada di sebelah atas floem karena
tulang daun merupakan kelanjutan dari tangkai daun yang berasal dari batang dimana
xilem di sebelah dalam dari floem di luar. Susunan xilem seperti pada batang, terutama
di ibu tulang daun terdiri dari trakea, trakeid, serabut dan parenkim. Semakin kecil
berkas pengangkut semakin sederhana susunarinya. Floem juga terdiri dan buluh
tapis,
sel
pengiring
dan
parenkim
floem,
kecuali
pada
Pteridophyta
dan
Gymnospermae floem tanpa sel pengiring.
Sel-sel yang mengelilingi berkas pengangkut menunjukkan morfologi berbeda
dengan sel-sel mesofil yang lain. Sel-sel tersebut mungkin lebih besar, lebih tebal di
dindingnya, kloroplasnya lebih sedikit. Sel-sel ini membentuk selubung berkas
epngangkutyang dapat melebar ke permukaan atas atau bawah daun mencapi
epidermis.
Selubung berkas pengangkut pada tumbuhan angota suku rumput-rumputan
ada dua macam, yaitu benlapis satu atau berlapis dua. Bila dua lapis selubung luar
terdiri dari sel parenkim yang berdinding tipis, dapat mengandung kloroplas atau tidak.
Selubung dalam disebut juga sarung mestom terdiri dari sel parenkim yang lebih kecil
dengan dinding lebih tebal.
Download