ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK

advertisement
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN
PRODUK SYSTEM ONLINE PAYMENT POINT (SOPP)
PADA KANTOR POS BOGOR 16000
Oleh
SYAEFUL RAMDHAN
H24052930
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ABSTRAK
Syaeful Ramdhan. H24052930. Analisis Strategi Pemasaran Produk System
Online Payment Point (SOPP) Pada Kantor Pos Bogor 16000. Di bawah
bimbingan : Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. dan R. Dikky Indrawan, S.P. M.M.
Kantor Pos Bogor 16000 (KPB 16000) adalah salah satu perusahaan yang
memiliki jasa layanan collecting payment dengan produk System Online Payment
Point (SOPP). SOPP KPB 16000 kini berada pada lingkungan dengan tingkat
persaingan yang tinggi. Bank-bank besar di Indonesia dan perusahaan yang
khusus bergerak di bisnis collecting payment merupakan pesaing-pesaing yang
harus dihadapi KPB 160000. Meningkatnya pembayaran elektronik dengan media
sms banking, internet banking maupun Alat Pembayaran Melalui Kartu (APMK)
menjadi ancaman tersendiri bagi SOPP dikarenakan jenis pembayarannya yang
masih berbasis kepada pembayaran tunai. KPB 16000 juga dihadapkan pada
berbagai faktor eksternal dan internal yang sangat berpengaruh kepada kinerja
perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, KPB 16000 membutuhkan sebuah strategi
pemasaran yang berfungsi untuk beradaptasi terhadap lingkungan sekaligus
menciptakan keunggulan kompetitifnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui lingkungan pemasaran yang
mempengaruhi produk SOPP KPB 16000, 2) memberikan rekomendasi strategi
pemasaran utama produk SOPP KPB 16000. Jenis data yang digunakan adalah
primer dan sekunder. Tahapan penelitian dilakukan dengan tiga tahapan yaitu
input stage dengan metode IFE dan EFE, matching stage dengan metode matriks
IE dan TOWS. Pada tahap decision stage dilakukan dengan dengan metode
QSPM. Analisa data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excell 2007.
Berdasarkan matrik IE dapat diketahui bahwa perusahaan berada pada tahap
grow and build. Hal itu diperoleh dari kombinasi skor IFE dan EFE yang masingmasing bernilai 2,979 dan 3,559. Dengan posisi tersebut, KPB 16000 memiliki
tiga implikasi strategi yaitu : yaitu market penetration, market development dan
product development sebagai kerangka strategi pemasaran utama perusahaan.
Berdasarkan matriks TOWS diperoleh pemetaan strategi yang akan mendukung
strategi dari matriks IE dengan menghasilkan beberapa elemen/item strategi
operasional yang dapat dilakukan KPB 16000.
Pada tahap keputusan dengan menggunakan alat analisis QSPM, dapat
diperoleh prioritas strategi yaitu market penetration dengan TAS yang paling
besar yaitu sebesar 7.04 diikuti oleh strategi market development (6,56) dan
product development (6,40). Beberapa item strategi market penetration yang
menjadi prioritas rekomendasi untuk SOPP KPB 16000 adalah: meningkatkan
kegiatan promosi untuk menjangkau pasar retail, meningkatkan value produk agar
pelanggan pelanggan tidak berpindah kepada produk substitusinya, menjadikan
PDAM sebagai mitra baru SOPP KPB 16000.
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN
PRODUK SYSTEM ONLINE PAYMENT POINT (SOPP)
PADA KANTOR POS BOGOR 16000
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
SYAEFUL RAMDHAN
H24052930
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pemasaran Produk System Online Payment
Point (SOPP) Pada Kantor Pos Bogor 16000
Nama
: Syaeful Ramdhan
NIM
: H24052930
Menyetujui
Dosen Pembimbing I,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.)
NIP : 196101231986011002
Dosen Pembimbing II,
(R. Dikky Indrawan, S.P. MM.)
Mengetahui :
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.)
NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, 27 Mei 1988. Penulis merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara pasangan Drs. Firman Setiawan dengan Lilis Latifah. Riwayat
pendidikan penulis adalah SDN Gunung Batu 02 Bogor, SLTPN 4 Bogor dan
SMAN 5 Bogor.
Penulis diterima di Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur PMDK. Selama masa perkuliahan, penulis aktif berorganisasi di luar
dan di dalam kampus. Di luar kampus, penulis aktif mendirikan dan membina
berbagai organisasi seperti Kerohanian Islam, psikologi, lembaga pembelajaran
dan motivasi, dll. Aktivitas di dalam kampus, penulis mengikuti Himpunan
Profesi Centre of Management (COM@) dan meraih prestasi sebagai the best
director and directorat pada tahun 2008 serta aktif mengikuti kompetisi
marketing debate yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi di Indonesia.
Selama penyusunan skripsi, penulis pernah terlibat dalam kegiatan proyekproyek pemerintah dan bekerja sebagai konsultan di LPM EQUATOR. Ilmu dan
keterampilan berkomunikasi semakin terasah selama mengikuti kegiatan proyek
dan proses penyusunan skripsi ini.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan Rahmat,
Hidayah dan karunia yang begitu besarnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Judul skripsi “Analisis Strategi Pemasaran Produk System Online
Payment Point (SOPP) pada Kantor Pos Bogor 16000” merupakan sebuah
proses analisa praktis terhadap perusahaan yang harus bertahan sekaligus
memenangkan pasar di tengah kondisi persaingan dan perubahan lingkungan
yang sangat dinamis. Selain itu penulis tertarik terhadap perkembangan produk
SOPP yang merupakan produk baru Kantor Pos namun memiliki kontribusi
yang sangat signifikan terhadap pendapatan perusahaan.
Harus diakui bahwa skripsi ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat terbuka kepada semua pihak yang ingin memberikan kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan penelitian kelak. Akhirnya,
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi
dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Oktober 2010
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik
moriil maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1.
Bapak Dr. Ir. Jono
M. Munandar, M.Sc. selaku dosen pembimbing
pertama atas bimbingan, masukan dan motivasinya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2.
Bapak Dikky Indrawan, S.P, M.M. selaku dosen pembimbing kedua atas
segala motivasi, kesabaran dan ilmu-ilmu tentang pemasaran yang tak
ternilai selama proses penyelesaian skripsi ini.
3.
Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS, sebagai dosen penguji yang telah
memberi masukan terhadap perbaikan skripsi ini.
4.
Ibu Heti Mulyati, S.TP, M.M atas bimbingannya dalam proses
penyelesaian skripsi ini dan Bu Lindawati Kartika selaku Moderator pada
seminar hasil penulis.
5.
Ibu Lina (Direktur Keuangan PT. Pos Indonesia (Persero), Bapak Seno
(Direktur Pemasaran PT. Pos Indonensia (Persero), Bapak Jafar selaku
Post Master Kantor Pos Bogor 16000, Bapak Aban Ahdiyat (post master
Kantor Pos Rangkas Bitung, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala
pemasaran KPB 16000), Bapak Tatam (SDM KPB 16000), Bapak Agus
(Kepala Pemasaran KPB 16000) Ibu Nenden (Kepala SOPP KPB 16000)
dan Ibu Yeyen yang telah banyak membantu dalam memberikan data,
penjelasan, saran, selama penulis melakukan penelitian di Kantor Pos
Bogor 16000.
6.
Ibu dan Bapak, adik dan kakakku (vivi dan Agung), kepada Keluarga
besar dan saudara sepupu (Teh Evi, Mang Jaenul, Bi Uen, Ua ai, dll) atas
motivasi, doa dan kebijaksanaannya dalam penyelesaian skripsi ini.
7.
Sahabat-sahabat terbaik (Puspa Widya Utami, Ari Aprillah, Udin, Anggi,
Santos, Hifdi, Fika, Raisa, Agung, Rizka, Tia, Mbak Indah, Mas Coki,
v
Equator tim, ITHRI‟s Crew (I Love u so much coz Allah), Manajemen 42,
Manajemen 43, com@ (Ojan, Afif, Dedew, Feri, Tia, Levi), anak-anak
PKPR dan semua ade-adeku tersayang di SMAN 5 Bogor atas semangat,
nasihat dan kenangan indah selama kuliah dan berorganisasi.
8.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen FEM
IPB Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah
memberikan balasan berupa pahala yang banyak atas kebaikan kalian.
Bogor, Oktober 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
…………………………………………………………...
i
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………..
iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………...
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………….
v
DAFTAR ISI …………………………………………………………...
vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................
1
3
6
6
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi .......................................................................................
2.2 Pemasaran ..................................................................................
2.3 Strategi Pemasaran .....................................................................
2.3.1 Strategi segmentasi pasar .................................................
2.3.2 Strategi Target Pasar.........................................................
2.3.3 Strategi Penetapan Posisi Pasar (Positioning) ..................
2.4 Bauran Pemasaran ......................................................................
2.4.1 Produk...............................................................................
2.4.2 Harga ................................................................................
2.4.3 Tempat dan Tata Letak .....................................................
2.4.4 Promosi .............................................................................
2.4.5 Sumberdaya Manusia / People .........................................
2.4.6 Proses ................................................................................
2.5 Lingkungan Organisasi ..............................................................
2.5.1 Lingkungan Jauh ..............................................................
2.5.2 Lingkungan Industri .........................................................
2.5.3 Lingkungan Internal .........................................................
2.6 Analisis Internal dan Eksternal ..................................................
2.7 Teknik Delphi ............................................................................
2.8 Analisis SWOT ..........................................................................
2.9 Matriks Internal Eksternal (IE) ..................................................
2.10 Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM) .....................
2.11 Penelitian Terdahulu ..................................................................
8
8
10
11
12
13
13
14
14
15
15
15
16
16
17
18
19
20
21
21
22
22
23
ABSTRAK
vii
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran konseptual ................................................
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................
3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .........................................
3.4 Pengolahan dan Analisis Data ...................................................
3.5 Pembobotan Variabel .................................................................
3.6 Tahap Input (Input Stage) ..........................................................
3.7 Tahap Pencocokan (Matching Stage) ........................................
3.8 Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Stage) ......................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah dan Gambaran Umum PT. Pos Indonesia (Persero) .....
4.1.1 Kedudukan, Tugas Pokok, Tujuan dan Bidang Usaha
PT. Pos Indonesia (Persero) ...........................................
4.2 Sejarah dan Gambaran Umum Kantor Pos Bogor 16000 ..........
4.2.1 Visi dan Misi Kantor Pos Bogor 16000 .........................
4.2.2 Strategi Induk dan Pemasaran SOPP
Kantor Pos Bogor 16000 ................................................
4.3 Gambaran Umum System Online Paymnet Point (SOPP) ........
4.3.1 Keuntungan Menggunakan Produk SOPP .....................
4.3.2 Kondisi Exsisting SOPP Kantor Pos ..............................
4.4 Profil Lingkungan Pemasaran SOPP KPB 16000 .....................
4.4.1 Strategi Pemasaran .........................................................
4.4.1.1 Segmentasi .......................................................
4.4.1.2 Targeting ...........................................................
4.4.1.3 Positioning ........................................................
4.4.2 Bauran Pemasaran ..........................................................
4.4.2.1 Produk ...............................................................
4.4.2.2 Lokasi ................................................................
4.4.2.3. Harga .................................................................
4.4.2.4. Promosi .............................................................
4.4.2.5. Tata Letak (layout) ............................................
4.4.2.6. Sumberdaya Manusia .......................................
4.4.2.7. Proses ...............................................................
4.4.3 Lingkungan keuangan ....................................................
4.5 Kondisi Lingkungan Eksternal SOPP KPB 16000 ....................
4.5.1 Lingkungan Ekonomi .....................................................
4.5.2 Lingkungan Teknologi ...................................................
4.5.3 Lingkungan Politik .........................................................
4.5.4 Lingkungan Sosial ..........................................................
4.5.5 Ancaman masuk pendatang baru ...................................
4.5.6 Persaingan sesama perusahaan dalam industri ...............
4.5.7 Ancaman dari produk pengganti ....................................
4.5.8 Kekuatan tawar menawar pembeli .................................
4.5.9 Kekuatan tawar menawar pemasok ................................
4.6 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang
dan Ancaman .............................................................................
4.6.1 Kekuatan ........................................................................
4.6.2 Kelemahan......................................................................
viii
24
27
27
28
28
29
32
33
36
37
38
39
41
42
43
43
45
45
45
46
47
47
47
48
50
51
51
52
54
55
57
57
59
60
61
62
63
63
64
65
65
65
70
4.7
4.8
4.9
4.6.3 Peluang ...........................................................................
4.6.4 Ancaman ........................................................................
Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran ...................................
4.7.1 Tahap Masukan ..............................................................
4.7.2 Tahap Pencocokan .........................................................
Tahap Keputusan .......................................................................
Implikasi Manajerial ..................................................................
75
78
82
82
85
96
99
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 101
5.2 Saran .......................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 105
LAMPIRAN ............................................................................................ 108
ix
DAFTAR TABEL
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Halaman
Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran
Periode 2008-2009. .....................................................................
Perkembangan Konsep Pemasaran ..............................................
Profil Strategi Pemasaran ............................................................
Penetuan Bobot Faktor Strategis dengan menggunakan
Teknik Delphi. .............................................................................
Matriks IFE..................................................................................
Matriks EFE ................................................................................
QSPM (Quantitative Strategic Planing Matrix) .........................
Dasar Segmentasi Pasar SOPP Kantor Pos .................................
Mitra SOPP Kantor Pos Bogor 16000 .........................................
Nama, Alamat dan Jam Layanan Dari Titik Layanan
Kantor Pos Bogor. .......................................................................
Jumlah karyawan berdasarkan jenis kelamin
dan status kepegawaian Kantor Pos di Bogor .............................
Data Perusahaan di Bogor Dengan Jumlah Mitra Terbesar
Produk Collecting Payment Online. ............................................
Matriks IFE Produk SOPP KPB 16000 .......................................
Matriks EFE Produk SOPP KPB 16000......................................
Perbandingan Total Attracticve Score (TAS) matriks QSPM .....
x
1
9
10
29
30
32
35
46
48
49
53
68
83
84
99
DAFTAR GAMBAR
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Halaman
Kontribusi Pendapatan Produk-Produk Kantor Pos
Secara Agregat (2008). ................................................................
Competitive Marketing System (Kertajaya, 2003) .......................
Kerangka pemikiran penelitian ...................................................
Bagan Matriks IE (Umar, 2008) ..................................................
Enterprise Map PT. Pos Indonesia (Persero) ..............................
Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia (Persero) ........................
Visi PT. Pos Indonesia (Persero) .................................................
Perbandingan Kontribusi Pendapatan Produk-Produk
Keuangan PT. Pos Indonesia Secara Nasional Tahun 2009........
Portofolio Produk Jasa Keuangan PT. Pos Indonesia
Secara Nasional Tahun 2009. ......................................................
Alur Transaksi payment Kantor Pos Bogor 16000 ......................
Grafik Perkembangan Kontribusi Pendapatan Unit Bisnis
KPB 16000 Terhadap Pendapatan Total. ....................................
Kontrobusi Jenis Produk Keuangan Terhadap Pendapatan
Bisnis Keuangan KPB 16000 Tahun 2009. .................................
Perkembangan Jumlah Kredit Perbankan Periode (2004-2009),
Statistika Perbankan Indonesia 2009...........................................
Tren Pendapatan SOPP KPB 16000 pada ...................................
Tren Periode Pembayaran SOPP KPB 16000 Tahun 2009. ........
Tren Waktu Transaksi Pembayaran SOPP KPB 16000
Tahun 2009. .................................................................................
Preferensi masyarakat Kota Bogor dalam melakukan kegiatan
pembayaran tagihan (Mark Plus, 2010) ......................................
Posisi Top Of Mind Perusahaan Yang Menyediakan Jasa
Collecting Payment Tahun 2010. ................................................
Faktor-Faktor Pendorong Konsumen Untuk Menggunakan
Produk SOPP KPB 16000 (Mark Plus, 2010). ............................
Market Share Produk SOPP KPB 16000 Tahun 2009 ................
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan layanan
SOPP KPB 16000 tahun 2010 .....................................................
Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan Perusahaan Penyedia
Collecting Paymet Online ...........................................................
Priority Improvement Analysis Layanan SOPP KPB 16000.......
Matriks IE Produk SOPP KPB 16000 .........................................
Kepuasan Pelanggan Terhadap Aktivitas Promosi Perusahaan
Penyedia Jasa Collecting Payment. .............................................
xi
3
11
26
33
38
39
40
44
44
55
56
56
58
61
62
62
64
67
69
70
72
73
73
86
87
1
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Globalisasi membawa dampak pada meningkatnya kegiatan transaksi
yang
dilakukan
oleh
para
pelaku
ekonomi.
Pada
Tahun
2009,
volume/jumlah transaksi di Indonesia mencapai 1,8 milyar atau meningkat
14,8% dari tahun 2008 sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1. Jenis dan
area transaksi khususnya pembayaran menjadi semakin beragam dan
berkembang sampai melintasi batas negara.
Akselerasi pembayaran semakin berkembang seiring dengan kemajuan
teknologi informasi. Munculnya temuan-temuan teknologi pembayaran
elektronik, telah mengubah preferensi pelaku ekonomi terhadap alat maupun
layanan pembayaran. Kemajuan ini telah menggeser sistem pembayaran
konvensional yang mengandalkan fisik uang tunai sebagai instrumen
pembayaran kepada less cash payment.
Tabel 1. Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Periode
2008-2009.
Volume (Juta Transaksi)
2008
2009
YoY
RTGS
10.380
11.400
9.8%
Pengelolaan Moneter
0.070
0.079
12.9%
Transaksi Pemerintah
0.541
0.694
28.3%
Transfer Masyarakat
8.537
9.349
9.5%
Setelmen Pasar Modal
0.051
0.052
2.0%
Valas antar Bank
0.153
0.119
-22.2%
PUAB
0.110
0.101
-8.2%
Lain-lain
0.992
1.005
1.3%
82.800
83.140
0.4%
Debet
40.870
39.700
-2.9%
Kredit
APMK dan Uang
Elektronik
41.930
43.440
3.6%
1.523.11
1.761.22
15.6%
K. Account Based
1.353.81
1.561.16
15.3%
K. Kredit
166.74
182.62
9.5%
E. Money
2.56
17.44
581.3%
1.616.29
1.885.76
14.8%
Kliring
Total Transaksi
Pembayaran
Sumber : Bank Indonesia (2009)
2
Transfer dan pembayaran elektronik semakin meningkat setiap
tahunnya. Indikator peningkatan transaksi tersebut dapat dilihat dari data
transfer dana melalui sistem BI-Real Time Gross Settlement System (RTGS),
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), transfer debet dan kredit
yang menggunakan saluran pembayaran mulai dari front office bank,
internet banking, sms banking, phone banking, transfer Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) maupun pembayaran secara host to host yang mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 23,65% sejak tahun 2005 sampai 2009.
Pembayaran elektronik pada dasarnya adalah upaya perusahaan baik
perbankan maupun non perbankan untuk meningkatkan proses efisiensi dan
kemudahan melakukan pembayaran. Salah satu bentuk pembayaran
elektronik adalah collecting payment. Collecting payment adalah jasa yang
memfasilitasi pembayaran tagihan dari konsumen. Keterbatasan perusahaan
dalam hal titik layanan seringkali menjadi penghambat tersendatnya arus
kas dari konsumen. Berdasarkan hal tersebut, beberapa perusahaan memilih
menjalin kemitraan dengan penyedia jasa collecting payment (billing
company) dikarenakan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan
investasi membentuk titik layanan baru.
Saat ini collecting payment telah menggunakan teknologi host to host.
Pembayaran ini menginterkoneksikan aplikasi/server transaksi secara
bilateral. Hubungan ini dapat terjadi antara bank dengan bank atau dengan
billing company yang biasa menatausahakan pembayaran rutin seperti
listrik, telepon, air, tagihan hutang, pembiayaan yang dibayar rutin, dll.
Salah satu perusahaan non perbankan yang memanfaatkan peluang bisnis
collecting payment adalah PT. Pos Indonesia (Persero)/(PT. Posindo) dengan
produk system online payment point (SOPP).
SOPP merupakan bentuk pelayanan dengan menggunakan system one
stop payment (pemenuhan kebutuhan transaksi disatu tempat). Tujuan
sistem ini adalah untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan
transaksi pembayaran dan cicilan secara online sehingga dengan sekali
berkunjung ke Kantor Pos, semua tagihan, cicilan serta jenis jasa yang
diinginkan bisa didapatkan secara mudah dan nyaman. Latar belakang
3
diterapkan layanan collecting payment ini adalah kebutuhan masyarakat
untuk melakukan transaksi pembayaran yang semakin tinggi, sementara
Kantor Pos mempunyai jaringan yang luas dan tersebar di seluruh
Indonesia.
PT. Posindo kini telah menjangkau 100 persen Kota, Kabupaten dan
Kecamatan, serta 42 persen Kelurahan atau Desa dengan dukungan 21.977
orang pegawai ditambah 3.400 tenaga outsource, serta 3.453 Kantor Pos
dengan 3.200 yang telah terhubung secara online. PT. Posindo juga
memiliki jumlah mitra terlengkap di Indonesia sebanyak 136 Mitra. Kedua
Potensi ini (jaringan terluas dan mitra terlengkap) menjadikan produk SOPP
merupakan salah satu produk dengan pertumbuhan yang paling signifikan
dibandingkan produk pos lainnya.
Berdasarakan data PT. Posindo (2008), produk layanan keuangan yang
sebagian besar diwakili oleh SOPP merupakan salah satu produk yang
memiliki kontribusi terhadap pendapatan terbesar kedua setelah pos prima
secara nasional. Peningkatan jumlah transaksi tersebut didukung oleh
peningkatan jumlah outlet online, jumlah mitra yang bekerja sama dan
pertumbuhan dunia usaha.
Gambar 1. Kontribusi Pendapatan Produk-Produk Kantor Pos Secara
Agregat (2008).
1.2
Perumusan Masalah
SOPP PT. Posindo kini berada pada lingkungan dengan tingkat
persaingan yang tinggi. Bank-bank besar di Indonesia dan perusahaan yang
khusus bergerak di bisnis collecting payment merupakan pesaing-pesaing
4
yang harus dihadapi PT. Posindo. Meningkatnya pembayaran elektronik
dengan media sms banking, internet banking maupun APMK menjadi
ancaman tersendiri bagi SOPP dikarenakan jenis pembayarannya yang
masih berbasis kepada pembayaran tunai.
PT. Posindo juga dihadapkan pada berbagai faktor eksternal dan
internal yang sangat berpengaruh kepada kinerja perusahaan. Pada faktor
teknologi, PT. Posindo merupakan salah satu perusahaan yang mengalami
paradoks karena kehilangan pasar untuk layanan surat konvensional sebagai
akibat beralihnya konsumen pada media elektronik seperti short message
service (sms) dan electronic mail (e-mail).
Kebijakan/regulasi pemerintah dengan mencabut UU No 6/1984
tentang Pos, memberi implikasi yang besar bagi PT. Posindo yaitu
dihapuskannya hak monopoli sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
pos. Dengan statusnya sebagai Persero, PT. Posindo tidak hanya dituntut
menjalankan fungsi sebagai public service obligation (PSO) / melayani
kepentingan publik, namun juga harus dikelola secara komersial demi
mendapatkan keuntungan.
Pada tahun 2010, PT. Posindo menargetkan laba hingga Rp 170 miliar
dengan target revenue sebesar Rp 3 triliun dimana porsi untuk unit bisnis
jasa keuangan ditingkatkan menjadi 35 %. Hal tersebut dikarenakan
pertumbuhan bisnis ini paling signifikan dibandingkan dengan dua unit
bisnis yang lain yaitu surat dan logistik. Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya pengoptimalan seluruh jaringan Kantor Pos Cabang yang tersebar
hampir di seluruh Indonesia guna mencapai target yang ditetapkan
perusahaan.
Salah satu kantor cabang PT. Posindo adalah Kantor Pos Bogor 16000
(KPB 16000). Kantor Pos ini merupakan salah satu Unit Pelayanan Teknis
(UPT) dengan kinerja SOPP terbaik ke-15 di Indonesia dari segi jumlah
transaksi layanan. Jumlah transaksi SOPP KPB 16000 pada bulan Juni 2009
mencapai 57.870 transaksi sedangkan transaksi SOPP tanpa pajak rata-rata
adalah 2.000 transaksi/hari. Jumlah tersebut pada dasarnya belum
menunjukkan kinerja yang optimal dari KPB 16000. Beberapa indikator
5
tidak optimalnya kinerja KPB 16000 antara lain : tidak tercapainya target
perusahaan, pangsa pasar yang belum termaksimalkan (banyaknya
pelanggan dari mitra KPB 16000 yang belum menggunakan SOPP Kantor
Pos sebagai tempat melakukan pembayaran) dan indeks kepuasan dari
pelanggan yang masih rendah (Mark Plus, 2010).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, KPB 16000 kini harus
mampu beradaptasi dalam sebuah lingkungan perusahaan yang semakin
dinamis. Perusahaan juga berada pada industri dengan kemudahan
konsumen dalam memperoleh produk substitusinya. Banyaknya pesaing
KPB 16000 yang memberikan competitive value yang relatif sama dengan
SOPP membuat konsumen memiliki akses cukup besar untuk menggunakan
produk selain SOPP. Salah satu alat yang mampu menjawab berbagai
permasalahan di atas adalah strategi pemasaran.
Strategi pemasaran adalah strategi yang dapat menciptakan keunggulan
bersaing berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki serta memiliki
peran dalam membantu pengembangan perspektif strategis dari unit bisnis
dalam mencapai tujuan masa depannya. Menurut Kertajaya (2002), saat ini
setiap perusahaan berada pada era value of war dimana perusahaan yang
memiliki keunggulan kompetitif yang lebih baik yang akan mendapatkan
pasar dengan baik. Oleh karena itu, strategi pemasaran memiliki peran yang
cukup vital dalam mengelola maupun menciptakan keunggulan kompetitif
perusahaan.
Strategi pemasaran menjadikan perusahaan lebih mampu beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan serta dinamika pasar dengan tingkat
fluktuasi yang tinggi. Strategi pemasaran juga memandang kepuasan
pelanggan sebagai fokus utama sehingga perusahaan akan selalu berusaha
meningkatkan kualitas layanannya demi tercapainya tujuan tersebut.
Perumusan strategi pemasaran KPB 16000 saat ini dirancang dan
merujuk kepada PT. Posindo (Kantor Pos Pusat di Bandung) dengan
menggunakan
pendekatan
top-down
management.
Pendekatan
ini
berimplikasi pada peran KPB 16000 sebagai UPT adalah menjadi pelaksana
operasional
dari
kebijakan
strategi
yang
telah
ditetapkan.
Pada
6
kenyataannya, beberapa strategi yang ditetapkan di pusat seringkali kurang
relevan dengan kondisi empiris di lapangan/tempat UPT beroperasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan suatu formulasi strategi
pemasaran yang relevan dengan lingkungan perusahaan (dalam hal ini KPB
16000) yang selanjutnya bisa menjadi rekomendasi dalam penetapan
strategi di pusat.
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana lingkungan pemasaran yang mempengaruhi produk SOPP
Kantor Pos Bogor 16000?
2. Apa strategi pemasaran utama/implementasi strategi yang lebih tepat
yang dapat diberikan pada produk SOPP Kantor Pos Bogor 16000?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui lingkungan pemasaran yang mempengaruhi produk SOPP
Kantor Pos Bogor 16000.
2. Memberikan rekomendasi strategi pemasaran utama untuk produk SOPP
Kantor Pos Bogor 16000.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan
a. Memberikan
gambaran
yang
jelas
tentang
lingkungan
yang
mempengaruhi kinerja produk SOPP Kantor Pos Bogor 16000.
b. Memberi masukan berupa usulan strategi pemasaran kepada Kantor
Pos Bogor 16000.
c. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai input Kantor Pos Bogor
16000 dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan dapat dijadikan perbandingan atau acuan
dalam melakukan kegiatan studi lebih lanjut.
7
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terfokus pada strategi pemasaran salah satu produk
keuangan Kantor Pos Bogor 16000 yaitu System Online Payment Point
(SOPP) pada tahun 2010. Proses penelitian ini berbasis pada visi misi
Kantor Pos Bogor 16000 yang salah satu implementasi strategi
fungsionalnya adalah strategi pemasaran untuk SOPP. Data yang akan
dianalisis merupakan pendapat dari hasil analisa, pengalaman dari pihak
internal perusahaan serta riset yang dilakukan oleh Mark Plus 2010 tentang
kinerja SOPP PT. Posindo pada umumnya dan KPB 16000 pada khususnya.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Strategi
Menurut Siagian (2004), istilah strategi semula bersumber dari
kalangan militer dan secara populer sering dinyatakan sebagai kiat yang
digunakan oleh para jenderal untuk memenangkan peperangan. Menurut
David (2006), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan
manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang
besar.
Mulyadi (2001) mengatakan bahwa, strategi adalah pola tindakan
utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi. Dengan
tindakan berpola, perusahaan dapat mengerahkan seluruh sumberdaya
secara efektif ke perwujudan visi organisasi. Strategi juga didefinisikan
sebagai sekumpulan tindakan terintegrasi yang konsisten dengan visi jangka
panjang organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu
struktur biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang
berkelanjutan (Gaspersz ,2006).
Strategi didefinisikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran khusus dan saling berhubungan dalam hal waktu
dan ukuran, sedangkan strategi perusahaan didefinisikan sebagai rentetan
pernyataan yang menyatakan (a) tujuan tiap unit, (b) metode yang
digunakan untuk mencapainya, (c) alternatif, (d) pengalokasian sumberdaya,
dan (e) metode mengukur keberhasilan (Marbun, 2003).
2.2
Pemasaran
Menurut kotler (1997), pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial dengan individu-individu dan kelompok-kelompok mendapat apa
yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan
9
pertukaran produk produk yang bernilai. Pemasaran memperhatikan
hubungan timbal balik yang dinamis antara produk dan jasa perusahaan,
keinginan dan kebutuhan konsumen, serta aktivitas pesaing.
Menurut Hasan (2009), pemasaran adalah disiplin ilmu pengetahuan
yang berupaya meletakkan asumsi-asumsi yang dapat digunakan dalam
menciptakan nilai optimal bagi stakeholder dari waktu ke waktu. Ketika
perubahan nilai terjadi, maka konsep pemasaran pun akan terus berubah,
sesuai dengan perubahan tuntutan stakeholder dan perkembangan pasar.
Terdapat tiga perubahan konsep pemasaran yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel 2. Perkembangan Konsep Pemasaran
Konsep
Lama
Fokus
Produk
Alat
Penjualan
Baru
Pelanggan
Pemasaran terpadu
Strategis
Lingkungan
Strategi Pemasaran
Tujuan
Keuntungan
melalui penjualan
Keuntungan
melalui kepuasan
pelanggan
Kepuasan optimal
para stakeholders
Sumber : Hasan (2009)
Menurut Kotler (1997) fungsi pemasaran terdiri dari komponen utama,
yaitu :
a. Baruan pemasaran, adalah elemen internal atau unsur penting yang
disusun dalam program pemasaran organisasi.
b. Kekuatan pasar, adalah peluang atau ancaman dari luar yang berinteraksi
dengan operasi pemasaran organisasi.
c. Proses penyesuaian, adalah proses strategis dan manejerial dimana
baruan pemasaran dan kebutuhan internal sesuai dengan kekuatan pasar.
Dari konsep fungsi pemasaran di atas, terlihat jelas bahwa kesuksesan
program pemasaran dipengaruhi oleh tingkat kesesuaian antara lingkungan
eksternal yaitu kekuatan pasar dan kemampuan internal perusahaan dalam
merancang baruan pemasarannya.
10
2.3
Strategi Pemasaran
Menurut Kotler (2000) Stategi pemasaran adalah logika pemasaran dan
berdasarkan
itu
unit
usaha
diharapkan
mencapai
sasaran-sasaran
pemasarannya. strategi pemasaran memiliki peran dalam membantu
pengembangan prespektif strategis dari unit bisnis dalam mengarahkan unit
yang bersangkutan ke masa depan nya. Fokus dari strategi pemasaran adalah
mencari cara-cara dimana perusahaan dapat membedakan (diferensiasi) diri
secara efektif dari pesaingnya dan dengan kekuatan yang berbeda tersebut
memberikan nilai yang lebih baik kepada konsumennya.
Menurut Baumgartner (2000) terdapat sejumlah profil strategi
pemasaran yang harus dimiliki perusahaan dalam mengembangkan pasar
agar dapat memperoleh pertumbuhan pasar yang lebih menguntungkan
sebagaimana dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3. Profil Strategi Pemasaran
Profil Strategi Pemasaran
1 Strategi pemasaran tidak bersifat permanen, tindakan berorientasi
pada pelanggan, tidak hanya sekedar fungsi.
2 Strategi pemasaran harus berangkat dari pengetahuan tentang
pelanggan secara mendalam dan hal tersebut penting bagi
peryumbuhan.
3 Strategi pemasaran harus dibentuk dan bersifat sistematik.
4 Strategi pemasaran harus berangkat dari segmentasi yang jelas
berdasarkan potensi bagi pertumbuhan keuntungan
5 Strategi pemasaran harus dibangun berdasarkan nilai yang bersifat
eksplisit, superior dan dipahami secara internal dan diterima oleh
pelanggan.
6 Strategi pemasaran harus mampu mengantarkan nilai kepada segmen
dengan memuaskan
7 Pembentukan skills dalam strategi pemasaran harus merupakan usaha
yang berkelanjutan dan dipimpin oleh manajer tingkat puncak.
8 Strategi pemasaran harus merupakan skill operasional yang kuat
dalam akses ke pasar, ke dalam penelitian, pengembangan dan
produksi.
Sumber : Hasan (2009)
Dalam merancang strategi pemasaran, pemasar perlu melakukan
analisa terhadap peluang atau kesempatan pemasaran yang dilakukan
dengan mencari informasi tentang lingkungan pemasaran mikro maupun
makro, informasi tentang pasar konsumen (consumer market), pasar bisnis
11
(business market) maupun informasi tentang kondisi pesaing. Pada tahap
berikutnya pemasar melakukan analisis segmentasi pasar dan memilih pasar
sasaran. Pembuatan strategi pemasaran merupakan penetapan strategi
diferensiasi dan positioning untuk pasar sasaran
yang dipilihnya
(Kotler,2000).
Menurut Kertajaya (2003), strategi pemasaran terdiri atas analisis
segmentasi pasar, targeting, positioning, program dan value yang dibangun
dan dikembangkan secara simultan. Hal tersebut digambarkan dalam
Gambar 2.
Segmentasi
Targeting
positioning
Strategi
Program
Fokus
Kapabilitas
Competitive
Marketing Sistem
Targetting
Building
Value
Gambar 2. Competitive Marketing Sistem (Kertajaya, 2003)
2.3.1
Strategi segmentasi pasar
Istilah
segmentasi
diartikan
sebagai
pengelompokkan,
pembagian, pemisahan pasar ke dalam beberapa kelompok yang
lebih kecil, dimana anggota masing-masing kelompok mempunyai
kesamaan persepsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan (Etzel. dkk, 1992). Menurut kotler (2000), segmentasi
pasar adalah strategi untuk menciptakan dan mempertahankan
keunggulan bersaingnya. Perusahaan perlu memilih pasar sasaran
yang akan dilayani sesuai dengan kemampuan.
12
Menurut Hasan (2008), analisis segmentasi pasar adalah
proses estimasi luas pada pasar khusus yang memiliki respon yang
sama yang diperkirakan akan menjadi calon pembeli yang
menguntungkan dengan cara : mendefinisikan pasar produk yang
dilayani, menganalisis industri untuk mengetahui peluang dan daya
tarik industri, menganalisis pesaing kunci untuk mengetahui
kekuatan
dan
kelemahan
pesaing,
mengembangkan
profil
konsumen untuk mengetahui segmen pasar yang profitable.
2.3.2
Strategi Target Pasar
Strategi penentuan sasaran adalah strategi dalam membidik
konsumen. Penentuan pasar sasaran dapat dikelompokan menjadi :
Penentuan sasaran segmen tunggal dilakukan oleh perusahaan
kecil
dengan
sumber
daya
terbatas,
agar
perusahaan
memfokuskan usaha kepada satu kelompok pembeli dengan
kebutuhan yang sama. Keuntungannya adalah perusahaan
dapat mengerahkan segala kemampuannya sehingga membuat
keunggulan
bersaing
yang
lebih
mudah.
Kerugiannya
perusahaan tergantung pada sekelompok konsumen.
Penentuan pasar sasaran selektif, adalah dengan memperbesar
peluang pasar dan menghilangkan ketergantungan pada satu
kelompok konsumen tertentu. Keuntungan dengan penentuan
pasar selektif ini adalah adanya spesialisasi perusahaan dalam
membangun keunggulan bersaing, namun kekurangannya,
perusahaan mudah untuk diserang perusahaan besar dan
dipengaruhi oleh permintaan pasar.
Penentuan pasar ekstensif, merupakan penentuan pasar dengan
menempatkan perusahaan pada semua atau kebanyakan
pembeli dalam pasar agar perusahaan berada pada posisi pasar
yang dominan, sehingga memperluas penjualan. Sasaran
ekstensif membutuhkan sumber daya dan keterampilan
pemasaran yang memadai.
13
2.3.3
Strategi Penetapan Posisi Pasar (Positioning)
Gain (2007) menjelaskan bahwa posisioning merupakan
penempatan sebuah merek di bagian pasar dimana merek tersebut
akan mendapatkan sambutan positif dibanding produk-produk
saingannya. Posisioning yang baik mampu mengikat persepsi
pembeli mengenai produk / merek yang dibeli oleh pasar sasaran.
Alat untuk membentuk persepsi tersebut adalah program bauran
pemasaran (produk, harga, alat, promosi).
Kunci keberhasilan posisioning terletak pada kemampuan
perusahaan
dalam
menciptakan
persepsi
yang
diinginkan
perusahaan, persepsi pelanggan dan persepsi pesaing itu sendiri,
serta jaringan persepsi itu sendiri (perusahaan, pesaing dan
pelanggan). Tujuan dari posisioning itu sendiri adalah sbb :
Untuk memisahkan atau memosisikan produk di pasar
sehingga produk tersebut terpisah atau berbeda dengan merekmerek pesaing.
Untuk memosisikan produk sehingga dapat menyampaikan
beberapa hal pokok kepada para pelanggan.
Untuk mencapai hasil yang diharapkan. Di antaranya :
penentuan sejauh mungkin kebutuhan segmen-segmen pasar
yang spesifik, meminimumkan atau membatasi kemungkinan
terjadinya perubahan yang tiba-tiba dalam penjualan.
Menciptakan keyakinan pelanggan terhadap merek-merek
yang ditawarkan.
2.4
Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran menurut Kasmir (2000), merupakan kegiatan
pemasaran yang dilakukan secara terpadu. Artinya kegiatan ini dilakukan
secara bersamaan diantara elemen-elemen yang ada dalam bauaran
pemasaran itu sendiri. Setiap elemen tidak dapat berjalan sendiri-sendiri
tanpa dukungan dari elemen yang lain. Elemen-elemen yang ada dalam
bauran pemasaran adalah produk, harga, tempat, promosi dengan
14
penambahan tiga komponen untuk pemasaran jasa yaitu Sumberdaya
manusia (SDM), proses dan customer services.
2.4.1 Produk
Produk secara umum diartikan sebagai sesuatu yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dengan demikian,
apapun wujudnya, baik itu konkrit maupun abstrak, jika hal tersebut
mampu untuk memenuhi keinginan pelanggan dan kebutuhan
seseorang, maka dapat dikatakan sebagai produk (Kasmir, 2000).
Menurut Kotler (2000), produk merupakan sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk di beli,
untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan
dan kebutuhan.
Adapun Ciri-ciri dan karakteristik jasa adalah sebagai berikut :
1.
Tidak berwujud, artinya tidak dapat dirasakan atau dinikmati
sebelum jasa tersebut dibeli atau dikonsumsi.
2.
Tidak terpisahkan, artinya antara si pembeli jasa dengan si si
penjual jasa saling berkaitan.
3.
Beraneka ragam artinya jasa tidak dapat diperjualbelikan dalam
berbagai bentuk.
4.
Tidak tahan lama, artinya jasa tidak dapat disimpan begitu jasa
dibeli maka akan segera di konsumsi.
2.4.2
Harga
Menurut Hasan (2008), Harga merupakan segala bentuk biaya
moneter yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh,
memiliki, memanfaatkan, sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanan suatu produk. Bagi perusahaan, harga merupakan cara
untuk membedakannya dari para pesaing.
Menuru Kotler (2000), Harga adalah aspek penting dalam
kegiatan bauran pemasaran. Penentuan harga menjadi sangat
penting untuk diperhatikan mengingat harga sangat menentukan
beberapa hal nisalnya dalam terjual tidaknya produk, posisioning,
15
serta keunggulan bersaing sebuah perusahaan. Kesalahan dalam
menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang
ditawarkan
2.4.3
Tempat dan Tata Letak
Penentuan lokasi suatu bisnis beserta sarana dan prasarana
pendukung menjadi sangat penting, Hal ini disebabkan agar
pelanggan mudah menjangkau setiap lokasi perusahaan yang ada.
Dengan demikian pula sarana dan prasarana harus memberikan
rasa nyaman dan aman kepada seluruh pelanggan.
Kemudian setelah lokasi diperoleh, maka langkah selanjutnya
adalah menentukan tata letak gedung dan tata letak ruang kantor.
Gedung dan ruangan yang tidak tertata rapi akan sangat
membosankan pelanggan.
2.4.4
Promosi
Menurut
Hasan
(2008),
Promosi
merupakan
proses
mengkomunikasikan variabel bauran pemasaran yang sangat
penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan
produk. Inti dari kegiatan promosi adalah suatu bentuk kegiatan
komunikasi pemasaran yang berusahan menyebarkan informasi,
mempengaruhi,
mengingatkan
pasar
sasaran
agar
bersedia
menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh
perusahaan yang bersangkutan.
2.4.5
Sumberdaya Manusia / People
Menurut kasmir (2000), kepuasan pelanggan tergantung
kepada kualitas terbaik yang diberikan oleh para karyawan. Oleh
karena itu, karyawan memerlukan sebuah pelatihan agar menyadari
pentingnya pekerjaan yang dijalankan. Pentingnya unsur people
dalam pemasaran berkaiatan erat dengan pemasaran internal
(internal marketing). Pemasaran internal adalah interaksi atau
hubungan antar setiap karyawan dan departemen dalam suatu
16
perusahaan, dengan tujuan untuk mendorong people dalam
pemasaran pekerjaan yang mereka jalankan.
2.4.6
Proses
Menurut Adrian (2001), proses merupakan gambaran dari
prosedur, jadwal, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin lainnya
yang berkaitan dengan dihasilkannya produk atau jasa yang akan
disampaikan kepada konsumen.
Proses dibedakan dalam dua cara :
Complexity, berhubungan dengan langkah-langkah dan tahap
dalam proses.
Divergence, berhubungan dengan adanya perubahan langkah
tahapan proses
Sehubungan dengan dua cara tersebut, terdapat empat pilihan
bagi seorang pemasaran :
1. Reduced
Divergence,
yang
berarti
pengurangan
biaya,
peningkatan produktivitas dan kemudahan distribusi.
2. Increased Divergence, yang berarti memperbanyak kostomisasi
dan fleksibilitas dalam produksi yang terdapat mengakibatkan
naik nya harga.
3. Reduced Complexity, yang cenderung lebih terspesial.
4. Increased Complexity, yang cenderung lebih ke penetrasi pasar
dengan cara menambah service yang di berikan.
2.5
Lingkungan Organisasi
Menurut Umar (2003), lingkungan dapat dibagi atas dua lingkungan,
yaitu lingkunagn eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal
dibagi ke dalam dua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan
industri, sedangkan lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di
dalam perusahaan. Lingkungan jauh dapat dikaji melalui faktor-faktor PEST
(Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi), sedangkan lingkungan industri
dapat dikaji dengan menggunakan aspek-aspek yang terdapat dalam Konsep
17
Strategi Bersaing dari Michael R. Porter. Lingkungan internal dapat dikaji
dengan beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan fungsional.
2.5.1 Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya di
luar dan terlepas dari perusahaan. Lingkungan jauh memberikan
kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju, sekaligus dapat
memberikan hambatan dan ancaman untuk maju. Faktor-faktor yang
dikaji adalah :
1.
Faktor Politik
Arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor
penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik
yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha,
demikian pula sebaliknya.
2.
Faktor Ekonomi
Kondisi
ekonomi
suatu
daerah
atau
Negara
dapat
mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin
buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis.
Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan adalah siklus
bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, hargaharga produk dan jasa, produktivitas, dan tenaga kerja.
3.
Faktor Sosial
Perusahaan dituntut untuk dapat mengantisipasi perubahanperubahan sosial yang terjadi. Aspek yang dapat diperhatikan
adalah sikap, gaya hidup, adat istiadat dan kebiasaan orangorang di lingkungan eksternal perusahaan, sebagai yang
dikembangkan misalnya dari kondisi cultural, ekologis,
demografi, religius, pendidikan dan etnis.
4.
Faktor Teknologi
Tekonologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan yang
baru saja, tetapi juga meliputi cara pelaksanaan dan metodemetode baru dalam mengerjakan suatu gambaran yang luas,
18
yaitu
meliputi
:
mendesain,
menghasilkan,
dan
mendistribusikan.
2.5.2
Lingkungan Industri
Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek
persaingan di mana bisnis perusahaan berada. Michael R. Porter
mengemukakan konsep Competitive Strategy yang menganalisis
persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang disebut Lima
Kekuatan Bersaing, yaitu ;
Ancaman masuk pendatang baru
Masuknya perusahaan baru akan menimbulkan sejumlah
implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas
menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta
perebutan sumber daya produksi. Ada beberapa faktor yang
menghambat masuknya pendatang baru ke dalam industri, yaitu
skala ekonomi, diferensiasi produk, kecukupan modal, biaya
peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya
indenpenden, dan peraturan pemerintah.
Persaingan sesama perusahaan dalam industri
Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan
kinerja perusahaan. Menurut Porter, tingkat persaingan
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu jumlah kompetitor, tingkat
pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yang
besar, kapasitas, dan hambatan keluar.
Ancaman dari produk pengganti
Perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan
bersaing
pula
dengan
produk
pengganti.
Walaupun
karakteristiknya berbeda, barang subtitusi dapat memberikan
fungsi yang sama.
Kekuatan tawar menawar pembeli
Para pembeli, dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu
mempengaruhi
perusahaan
untuk
menurunkan
harga,
19
meningkatkan mutu dan pelayanan, serta berkompetisi dengan
pesaingnya.
Kekuatan tawar menawar pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan
mereka menaikkan harga atau mengurangi kualitas produk atau
pelayanan.
2.5.3
Lingkungan Internal
Lingkungan internal dapat dianalisis dengan menggunakan
beberapa pendekatan fungsional. Aspek yang diperhatikan adalah :
1. Aspek Keuangan
Dana yang dibutuhkan dalam operasional perusahaan, oleh
karena itu, faktor-faktor yang perlu diperhitungkan adalah :
kemampuan memupuk modal jangka pendek dan jangka
panjang, beban yang harus dipikul, hubungan baik dengan
penanam modal dan pemegang saham, pengelolaan keuangan,
struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan penyebab
inefisiensi dan sistem akunting yang handal.
2. Aspek Pemasaran
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah ; pangsa pasar,
pelayanan purna jual, kepemilikan informasi tentang pasar,
pengendalian distributor, kondisi satuan kerja pemasaran,
kegiatan, promosi, harga jual produk, komitmen manajemen
puncak, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk baru.
3. Aspek Operasi
Kegiatan operasi dapat dilihat dari keteguhan dalam prinsip
efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Oleh karena itu, faktorfaktor yang perlu diperhatikan adalah : hubungan baik dengan
pemasok, lokasi fasilitas yang tepat, pemanfaatan teknologi
yang tepat, organisasi yang memiliki kesatuan kerja yang bulat,
pembiayaan, pendekatan inovatif dan proaktif, kemungkinan
20
terjadinya terobosan dalam proses operasi, dan pengendalian
mutu.
4. Aspek Sumber Daya Manusia
Manusia adalah sumber daya terpenting bagi perusahaan.
Faktor-faktor yang diperhatikan adalah : langkah-langkah yang
jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi
kerja, produktivitas, dan sistem imbalan.
2.6
Analisis Internal dan Eksternal
Tahapan dalam melakukan audit internal dan eksternal adalah
memasukan data dan informasi dari lingkungan yang dianalisis ke dalam
Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE).
Matriks IFE dan EFE merupakan salah satu teknik perumusan strategi yang
penting dan merupakan langkah awal dari kerangka kerja perumusan yang
disebut tahapan input (Input Stage), yaitu tahap meringkas informasi dasar
yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Matriks ini berisi pernyataan
misi dan menyediakan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan
strategi pemasaran secara sukses dengan syarat alat ini harus disertai dengan
penilaian kualitatif (dalam hal ini intuitif) yang baik.
Dalam penelitian ini, teknik formulasi strategi dijelaskan dengan model
David. Adapun alasan penggunaan model tersebut adalah karena memiliki
modelnya yang komprehensif dan sistematis. Model ini memakai metode
kuantitatif dan menekankan proses formulasi strategi dengan pendekatan
methodological procedural framework sehingga lebih teratur dan memberi
kemudahan pada user (Betz : 2001). Model David menggunakan sembilan
metode (matriks) formulasi yang terintegrasi melalui tiga tahap. Ketiga
tahap tersebut adalah tahap I disebut tahap input, yaitu tahap meringkas
informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi yaitu
dengan menggunakan matrik IFE dan EFE. Tahap II disebut tahap
pencocokan, yaitu tahap yang memfokuskan untuk menghasilkan strategi
alternatif dengan memadukan faktor-faktor internal dan eksternal dengan
21
menggunakan matriks IE dan TOWS matriks sebagai alat analisisnya. Tahap
III disebut tahap keputusan dengan matriks QSPM sebagai alat analisisnya.
2.7
Teknik Delphi
Teknik Delphi pada dasarnya merupakan proses untuk mencapai
konsensus (kesepakatan kelompok) pakar yang berpengalaman dalam
bidangnya. Hasil yang baik dapat diperoleh bila pakar yang berpengalaman
dalam bidang yang di prediksikan menjadi responden (Baroto, 2002). Selain
itu, teknik Delphi juga memperlihatkan sekelompok pakar yang tidak
bertemu secara langsung tetapi sebaliknya menyerahkan jawaban atas
sejumlah kuesioner yang disiapkan oleh seorang koordinator.
Keunggulan metode Delphi adalah hasil yang diperoleh kemungkinan
akan lebih mendekati kenyataan karena telah melalui beberapa tahap
penilaian oleh para ahli yang menjadi pesertanya. Selain itu, karena para
ahli tidak berkomunikasi secara langsung, maka unsur subyektivitas atau
sentiment menjadi dapat diminimalkan.
2.8
Analisis SWOT
Matriks
Strengths
Weaknesses
Opportunities
Threats
(SWOT)
merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer
mengembangkan empat strategi. Keempat strategi yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
a. Strategi SO (Strengths - Opportunities)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih
peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Pada umumnya,
perusahaan berusaha melaksanakan strategi WO, ST, atau WT untuk
menerapkan strategi SO. Oleh karena itu, jika perusahaan memiliki
banyak kelemahan, mau tidak mau perusahaan harus mengatasi
kelemahan itu agar menjadi kuat.
b. Strategi WO (Weaknesses - Opportunities)
Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal
perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.
22
c. Strategi ST (Strengths - Threats)
Melalui strategi ini perusahaan berusaha menghindari atau mengurangi
dampak dari ancaman-ancaman eksternal.
d. Strategi WT (Weaknesses - Threats)
Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi
kelemahan internal serta menghindari ancaman. Suatu perusahaan yang
dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal
pada dasarnya berada pada posisi yang berbahaya. Beberapa strategi
yang bisa dilakukan antara lain : merger, declared bankcrupty, retrench
atau liquidation
2.9
Matriks Internal Eksternal (IE)
Matriks IE digunakan untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat
korporat
yang
lebih
detail.
Parameter
yang
dihadapi
dengan
menggabungkan antara matriks IFE dan EFE yang menghasilkan kombinasi
total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE. Tujuan menggunakan
model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang
lebih detail (Rangkuti, 2000). Matriks Internal Eksternal bermanfaat untuk
memposisikan suatu SBU perusahaan ke dalam matriks yang terdiri atas 9
sel dengan implikasi strategi yang berbeda sesuai posisi perusahaan dalam
matriks.
2.10 Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM)
Menurut Umar (2000), Dalam memutuskan pilihan strategi pemasaran
yang memiliki tingkat kemenarikan paling tinggi dengan tetap berbasis pada
misi dan tujuan yang telah ditetapkan dapat digunakan matriks QSPM.
Selain membuat peringkat strategi untuk memperoleh daftar prioritas,
QSPM juga dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari tindakan
alternatif yang layak.
QSPM merupakan alat analisis untuk mengevaluasi strategi alternatif
secara obyektif, berdasarkan pada faktor-faktor sukses kritis eksternal dan
internal, dalam penilaiannya memerlukan intuitif yang baik. QSPM
23
menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan pada
sejauhmana faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal perlu
dimanfaatkan atau diperbaiki (David, 1998).
2.11 Penelitian Terdahulu
Damayanti (2008), Penelitian berjudul Analisa Strategi Pemasaran
Asuransi Bumiputera Cabang Yogyakarta. Pada penelitian ini, metodologi
yang dilakukan merupakan tahapan formulasi strategi pemasaran yang
diawali oleh analisa lingkungan eksternal dan internal yang tertuang dalam
matrik IFE dan EFE. Selanjutnya dilakukan pembobotan dengan paired
comparison unruk menghasilkan faktor-faktor kunci yang benar-benar
mempengaruhi perusahaan. Pada tahap matching stage, dilakukan dengan
menggunakan IE matriks yang selajutnya dilakukan pengambilan keputusan
dengan QSPM sebagai tahap keputusan.
Prasetyo (2008), Penelitian berjudul Strategi Pemasaran Produk IM3
Pada Kantor Indosat Cabang Bogor. Pada penelitian ini, metodologi yang
dilakukan diawali oleh analisa lingkungan eksternal dan internal yang
tertuang dalam matrik IFE dan EFE. Selanjutnya dilakukan pembobotan
dengan AHP (analytical hieracy process) unruk menghasilkan key factor.
Pada tahap matching stage, dilakukan dengan menggunakan IE matriks
yang selajutnya dilakukan pengambilan keputusan dengan QSPM sebagai
tahap keputusan.
24
III.
3.1
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran konseptual
Lingkungan bisnis yang dinamis dan kompetitif menjadi tantangan
yang harus dihadapi KPB 16000. Hal tersebut berimplikasi pada
dibutuhkanya sebuah strategi yang berbasis lingkungan dan memperhatikan
berbagai kepentingan stakeholder. Salah satu strategi yang mampu
mensinergikan hal tersebut adalah strategi pemasaran. Adapun tahapan
dalam penyusunan strategi pemasaran pada KPB 16000 untuk produk SOPP
pada penelitian kali ini terdiri dari beberapa langkah yaitu :
Pertama, mengetahui visi, misi dan tujuan KPB 16000. Pernyatan
misi dan tujuan akan menjadi penuntun dalam melakukan tahap analisis
selanjutnya agar strategi yang akan diterapkan mengarah pada pencapaian
tujuan akhir perusahaan.
Kedua, mengetahui strategi induk pemasaran bisnis SOPP. Hal itu
bertujuan untuk mengetahui strategi inti yang ingin dicapai KPB 16000
pada unit bisnis SOPP. Strategi tersebut adalah turunan dari strategi inti
yang telah ditetapkan dalam rencana strategi perusahaan.
Ketiga, mengetahui profil kinerja strategi pemasaran SOPP KPB 16000
yang diperoleh dari potret strategi dan bauran pemasaran serta kondisi
lingkungan eksternal SOPP KPB 16000. Kondisi strategi pemasaran SOPP
KPB 16000 exsisting dipetakan melalui: segmentasi , target pasar ,dan posisi
pasar sedangkan untuk bauran pemasaran jasa dijabarkan melalui kondisi
produk, harga , promosi, lokasi, tata letak , proses dan SDM (customer
service), serta lingkungan keuangan. Lingkungan eksternal dianalisis
meliputi lingkungan jauh (kondisi eksternal makro) dan lingkungan industri
(kondisi eksternal mikro).
Keempat, variabel-variabel internal kemudian diindentifikasi menjadi
faktor
kekuatan
maupun
kelemahan,
sedangkan
diindentifikasi menjadi faktor peluang maupun ancaman.
faktor
eksternal
25
Kelima, variabel-variabel internal yang telah dikelompokkan menjadi
faktor kekuatan maupun kelemahan kemudian diringkas dan dijabarkan
dalam matriks Internal Factor Evaluation ( IFE ) sedangkan variabel
eksternalnya diringkas dalam matriks Eksternal Factor Evaluation ( EFE ).
Tahap ini disebut input stage.
Keenam, Pada tahap berikutnya yaitu matcing stage. Variabel yang
telah diindentifikasi menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
pada tahap input kemudian dianalisis dengan alat analisis berupa matriks IE
dan TOWS matriks. Tujuan dari tahap ini adalah membangkitkan strategistrategi yang mungkin dihasilkan berdasarkan lingkungan pemasarannya.
Ketujuh, setelah mendapatkan alternatif strategi dari matriks IE dan
TOWS matriks, maka dilakukan pengambilan keputusan (matcing stage)
dengan matriks QSPM untuk menentukan strategi mana yang paling tepat
direkomendasikan kepada KPB 16000 sebagai improvement/perbaikan
maupun pengembangan perusahaan. Berikut kerangka pemikiran konseptual
dari penelitian.
26
Visi, misi dan Tujuan
Kantor Pos Bogor 16000
Strategi Induk Pemasaran SOPP
Kantor Pos Bogor 16000
Profil Lingkungan Pemasaran SOPP
Kantor Pos Bogor 16000
Kondisi Strategi dan Bauran Pemasaran Jasa
SOPP KPB 16000.
A. STP (Segmentasi, Targetting, dan
Potitioning)
B. Bauran Pemasaran (Produk, Harga, Lokasi
dan Tata Letak, promosi, SDM, Proses,
Customer Service.
Analisis Internal:
A. Kekuatan : Jaringan (Kantor Cabang), Top Of
Mind, Kelengkapan Mitra, Sistem Online,
Kedekatan Lokasi, Market Share, Waktu
Layanan.
B. Kelemahan : Sistem Antrian, Jaringan Internet,
Pelayanan Front Office, Jumlah Karyawan,
Standarisasi Kinerja, Data Base Pelanggan Retail
Kondisi Lingkungan Eksternal SOPP KPB 16000
A. Lingkungan jauh (Ekonomi, Sosial Budaya,
Teknologi, Politik).
B. Lingkungan Industri (Ancaman Pendatang Baru,
Daya tawar pembeli dan pemasok, ancaman
produk/jasa substitusi, persaingan di antara
anggota industri)
Analisis Eksternal:
A. Peluang : Potensi Pasar retail, kepercayaan
pemerintah, perkembangan teknologi, ekspansi
kredit, daya beli masyarakat, peningkatan jumlah
mitra, pelanggan mitra, penambahan titik
layanan baru
B. Ancaman : sms/internet banking,
regulasi/kebijakan pemerintah, produk
substitusi, beralihnya mitra, munculnya pesaing
baru, less cash society
Matriks IFE
Matriks EFE
Matriks TOWS
Matriks IE
Matriks QSPM
(Pengambilan Keputusan Prioritas Strategi)
Alur Penelitian
Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
Umpan Balik
27
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus
pada KPB 16000 yang berlokasi di Jl. Juanda No.5 Bogor. Penelitian ini
dilakukan selama tiga bulan yang dimulai pada bulan Januari sampai Maret
2010.
3.3
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi lapang, kuesioner dan
wawancara dengan pihak perusahaan yang dinilai memiliki peran yang
besar dalam pengambilan keputusan. Sedangkan untuk data sekunder di
dapatkan dari buku, jurnal, skripsi, data perusahaan, intenet, dan data
publikasi lainnya.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri
dari:
1. Observasi lapang, bertujuan untuk mendapatkan informasi dan gambaran
umum perusahaan.
2. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak
yang memiliki peran besar dalam pengambilan keputusan dan
mengetahui kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi mengenai ; gambaran umum KPB 16000,
visi, misi, tujuan KPB 16000, strategi induk pemasaran dan informasi
terkait penelitian. Adapun metode penarikan narasumber untuk
wawancara menggunakan teknik pengambilan tujuan (purposive
sampling) dengan memilih secara sengaja sampel sebagai responden.
Responden yang dipilih berasal dari internal perusahaan, yaitu Kepala
Kantor KPB 16000, Manajer Pemasaran dan Manajer SOPP.
3. Kuesioner, yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada pihak-pihak
yang telah disebutkan di atas yang terdiri atas kuesioner penentuan
kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman perusahaan beserta
bobot dan ratingnya serta kuisoner pengambilan keputusan alternatif
strategi.
28
4. Kepustakaan
yaitu
memperoleh
informasi
melalui
membaca,
mempelajari, mengutip dari berbagai buku pemasaran, jurnal, skripsi,
internet, dan laporan tahunan KPB 16000.
3.4
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini disesuaikan dengan
tujuan dan permasalahan serta metode yang digunakan dalam penelitian.
Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian akan diolah secara manual
maupun menggunakan software komputer, sedangkan untuk data kualitatif
akan disajikan dalam bentuk uraian deskriptif. Pengolahan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Deskriptif
Digunakan untuk data-data kualitatif dari hasil wawancara dengan pihak
manajemen dan berbagai informasi lainnya yang diperoleh. Selain itu
dapat juga memberikan gambaran secara deskriptif tentang kondisi
lingkungan dan perkembangan KPB 16000. Hasil dari analisa data ini
disajikan dalam bentuk uraian, gambar atau bagan dan kerangka
rekomendasi strategi pemasaran KPB 16000
b. Tabulasi
Merupakan kegiatan merumuskan data ke dalam bentuk Tabel. Tujuannya
untuk
menghindari
kesimpangsiuran
dan
memudahkan
dalam
menginterpretasikan data.
3.5
Pembobotan Variabel
Penentuan bobot pada penelitian kali ini digunakan metode Delphi
sebagai alat analisisnya. Adapun tahapan teknik Delphi adalah sebagai
berikut (jain, 1997):
1. Penentuan faktor
Faktor-faktor strategis diperoleh dan ditentukan berdasarkan studi
literatur dan wawancara dengan pihak terkait.
2. Penentuan bobot
29
Jawaban dari setiap kuesioner yang dibagikan kepada para responden
dikelompokan ke dalam selang pembobotan bernilai 1 sampai 5. Makin
besar bobot berarti lebih penting di banding faktor strategis lain. Dengan
teknik Delphi diperoleh bobot dari setiap faktor strategis lain.
Tabel 4. Penetuan Bobot Faktor Strategis dengan menggunakan
Teknik Delphi.
Faktor
Strategis
1.
2.
.
.
N
Jumlah
Rata-rata
1
Tingkat Kepentingan
2
3
4
X
Y
5
Z
Jumlah
Rata- Bobot
Responden rata
a
A
b
B
R
Sumber : Umar (1999)
3.6
Tahap Input (Input Stage)
Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weaknesses) utama dalam perusahaan sehingga
diketahui faktor-faktor internal perusahaan yang dianggap penting. Matriks
EFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi peluang (opportunities)
dan ancaman (threats) utama perusahaan sehingga diketahui faktor-faktor
eksternal perusahaan yang dianggap penting. Alat analisis pada tahap ini
bertujuan untuk mengkuantifikasi subjektivitas selama tahap awal dari
proses formulasi strategi.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membentuk matriks IFE
yaitu:
a. Membuat daftar critical success factors (faktor-faktor utama yang
mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha)
untuk aspek internal yang mencakup perihal kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness) bagi perusahaan. Gunakan persentase, rasio dan
angka perbandingan untuk menghasilkan faktor yang spesifik.
b. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tersebut dengan
skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula
30
sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dihitung
berdasarkan rata-rata industrinya. Bobot merupakan tingkat kepentingan
dari critical success factors yang telah diidentifikasi dan mengacu pada
industri di mana perusahaan berada.
c. Pada tahap selanjutnya tentukan rating. Rating adalah respon perusahaan
terhadap critical success factors yang telah diidentifakasi dan ditentukan
berdasarkan kondisi perusahaan. Penentuan rating critical success
factors untuk faktor kekuatan diberi nilai 3 dan 4 dimana:
3= kuat
4= sangat kuat
Sedangkan untuk kelemahan diberi nilai 1 dan 2 dengan
1= sangat lemah
2= lemah
d. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating masing-masing faktor untuk
menentukan skor semua critical success factors.
e. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan
yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya di bawah 2,5
menandakan bahwa secara internal, perusahaan sangat lemah, sedangkan
pada nilai yang berada di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang
kuat.
Tabel 5. Matriks IFE
Critical success factors
Kekuatan (Strength/S) :
1.
.
.
N
Kelemahan(Weakness/W) :
1.
.
.
N
Total
Bobot (A)
Rating (B)
Skor (AxB)
Sumber : David (2000)
Lingkungan eksternal KPB 16000, dianalisis dilakukan pada faktorfaktor yang menyangkut faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi serta
31
digunakan model lima kekuatan Porter untuk menganalisis persaingan
dalam industri. Hal ini bertujuan untuk melihat kemampuan KPB 16000
dalam menghadapi perubahan lingkungan eksternalnya. Hasil dari analisis
eksternal tersebut dituangkan dalam Matriks EFE seperti yang terlihat pada
Tabel 6.
Adapun tahapan membuat matriks EFE adalah sebagai berikut :
a.
Membuat daftar critical success factors (faktor-faktor utama yang
mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha)
untuk aspek eksternal yang mencakup perihal opportunities (peluang)
dan threats (ancaman) bagi perusahaan.
b. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tersebut dengan
skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula
sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. nilai bobot dihitung
berdasarkan rata-rata industrinya (penentuan nilai bobot menggunakan
metode yang sama baik IFE maupun EFE).
c. Tentukan rating setiap critical success factors antara 1 sampai 4,
dengan :
1= di bawah rata-rata
2= rata-rata
3= di atas rata-rata
4= sangat bagus
Rating ditentukan berdasarkan efektivitas strategi perusahaan. Dengan
demikian, nilainya berdasarkan kondisi perusahaan.
d. Kalikan nilai bobot dengan nilai ratingnya untuk mendapatkan skor
semua critical success factors.
e. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan
yang dinilai. Skor total 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan
merespon dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang
ada dan menghindari ancaman-ancaman di pasar industrinya. Sementara
itu, skor total sebesar 1,0 menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu
menghindari ancaman-ancaman eksternal
32
Tabel 6. Matriks EFE
Critical success factors
Peluang (Opportunity/O) :
1.
.
.
N
Ancaman (Threats/T) :
1.
.
.
N
Total
Bobot (A)
Rating (B)
Skor (AxB)
Sumber : David (2000)
3.7
Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Pada tahap pencocokan, variabel yang telah diindentifikasi menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tahap input kemudian
dianalisis dengan alat analisis berupa matriks IE dan TOWS matriks. Tujuan
dari tahap ini adalah membangkitkan strategi-strategi yang mungkin
dihasilkan berdasarkan lingkungan pemasarannya.
Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu total nilai IFE yang
diberikan bobot pada sumbu-x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada
sumbu-y. Pada sumbu-x matriks IE, total nilai IFE dikelompokkan antara
1,00 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah, nilai dari 2,00
sampai 2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,00 sampai 4,00 adalah kuat.
Demikian pula pada sumbu-y, total nilai EFE yang diberi bobot 1,00 sampai
1,99 dianggap rendah, nilai dari 2,00 sampai 2,99 dianggap sedang, dan nilai
3,00 sampai 4,00 adalah tinggi.
Matriks Internal Eksternal bermanfaat untuk memposisikan suatu SBU
perusahaan ke dalam matriks yang terdiri atas 9 sel. IE matriks terdiri atas
dua dimensi, yaitu, pada sumbu X terdapat total skor IFE Matriks dan total
skor EFE Matriks pada sumbu Y (Gambar )
33
Gambar 4. Bagan Matriks IE (Umar, 2008)
IE Matriks memiliki tiga implikasi strategi yang berbeda, yaitu :
a. SBU yang berada pada sel I, II, dan IV dapat digambarkan sebagai Grow
dan Build. Strategi-srategi yang cocok bagi SBU ini adalah strategi
intensif seperti Market Penetration, Market Development, Product
Development atau strategi Terintegrasi Backward Integration, Forward
Integration, dan Horizontal Integrarion.
b. SBU yang berada pada sel-sel III, V, atau VII paling baik dikendalikan
dengan strategi-strategi Hold dan Maintain. Strategi-strategi yang umum
dipakai yaitu strategi Market Penetration dan Product Development.
c. SBU yang berada pada sel VI, VIII, dan IX dapat menggunakan strategi
Harvest dan Divestiture.
3.8
Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Stage)
Alternatif strategi yang dihasilkan pada tahap pencocokan kemudian
dilakukan judgment dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning
Matrix (QSPM) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
34
1. Mendaftar peluang dan ancaman kunci eksternal dan kekuatan dan
kelemahan kunci internal dari perusahaan ke dalam kolom kiri dari
QSPM. Informasi ini diambil langsung dari matriks EFE dan IFE.
2. Memberi bobot untuk setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal.
Bobot ini identik dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE.
3. Memeriksa tahap 2 (pencocokkan) dengan mengidentifikasi strategi
alternatif
yang
harus
dipertimbangkan
perusahaan
untuk
diimplementasikan. Catat semua alternatif strategi dalam analisis hasil
dari matriks IE dibaris atas dari QSPM.
4. Menentukan Nilai Daya tarik (Attractive score/AS). Tentukan nilai
numerik yang menunjukkan daya tarik dari setiap strategi. Secara
spesifik, nilai daya tarik harus diberikan pada setiap strategi untuk
menunjukkan daya tarik relatif dari satu srategi yang lain untuk
menunjukkan daya tarik dari satu strategi atas strategi yang lain dngan
mempertimbangkan faktor tertentu. Nilai daya tarik itu adalah nilai 1 jika
tidak menarik, 2 jika agak menarik, 3 jika cukup menarik dan 4 jika amat
menarik.
5. Menghitung Total Daya Tarik (Total Attractive Score/TAS). Total nilai
daya tarik (langkah 4) sebagai hasil perkalian bobot (langkah 2) dengan
nilai daya tarik (langkah 4) dalam setiap baris. Semakin tinggi total nilai
daya
tarik,
semakin
menarik
alternatif
strategi
itu
(hanya
mempertimbangkan faktor sukses kritis di baris itu).
6. Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik (TAS). Menjumlahkan total
nilai daya tarik dalam setiap kolom strategi QSPM. Jumlah total nilai
daya tarik mengungkapkan strategi umum yang paling menarik dalam
setiap sel strategi. Semakin tinggi nilai menunjukkan strategi itu semakin
menarik. Besarnya perbedaan antara jumlah total nilai daya tarik dalam
suatu sel alternatif strategi tertentu menunjukkan seberapa besar sebuah
strategi lebih diinginkan relatif terhadap yang lain.
35
Tabel 7. QSPM (Quantitative Strategic Planing Matrix)
Faktor-Faktor
Sukses Kritis
Bobot
Peluang
Ancaman
Kekuatan
Kelemahan
Jumlah
Total
Nilai Daya Tarik
Sumber : Umar (2008)
Alternatif Strategi
Strategi I
Strategi II
AS
AS
TAS
TAS
Strategi III
AS
TAS
36
IV.
4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah dan Gambaran Umum PT. Pos Indonesia (Persero)
Kantor pos pertama di Indonesia didirikan oleh Gubernur Jendral GW
Baron van Imhof pada tanggal 26 Agustus 1746 di Batavia. Tujuan awal
dibuatnya Kantor Pos adalah untuk memperlancar komunikasi dalam bentuk
surat-menyurat pada masa kolonial Belanda. Seiring ditemukannya telegrap
dan telepon, peran pantor pos menjadi semakin penting dan berkembang
sehingga pada tahun 1906 dibentuklah Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon
(Jawatan PTT).
Pada tanggal 27 September 1945, terjadi pengambil alihan Kantor
Pusat PTT di Bandung oleh Angkatan Muda PTT (AMPTT) dari
pemerintahan militer Jepang. Tanggal tersebut menjadi tonggak sejarah
berdirinya Jawatan PTT Republik Indonesia dan diperingati sebagai hari
bakti Postel. Jawatan PTT diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara Pos
dan Telekomunikasi (PN Postel) berdasarkan PP No. 240 Tahun 1961
setelah dianggap telah memenuhi persyaratan untuk dapat menjadi
perusahaan negara.
PN Postel selanjutnya dipecah menjadi dua badan usaha masingmasing PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi berdasarkan PP No. 29
Tahun 1965 dan PP No. 30 tahun 1965. Status PN Pos dan Giro kemudian
diubah menjadi Perum Pos dan Giro berdasarkan PP No.9 Tahun 1978 yang
kemudian disempurnakan berdasarkan PP No.24 Tahun 1984. Untuk
menghadapi dunia perkembangan dunia usaha yang penuh dengan
persaingan, maka diubahlah status Perum Pos dan Giro menjadi PT Pos
Indonesia (Persero) yang dilaksanakan berdasarkan PP No.5 Tahun 1995
tanggal 20 Juni 1995.
37
4.1.1 Kedudukan, Tugas Pokok, Tujuan dan Bidang Usaha PT. Pos
Indonesia (Persero)
Berdasarkan SK Direksi PT Pos Indonesia (Persero)
KD.70/DIRUT/1105, PT Pos Indonesia (Persero) adalah BUMN
yang dipimpin oleh satu Direksi yang bertanggung jawab kepada
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). BUMN ini mempunyai
tugas pokok melaksanakan dan menjunjung kebijakan serta
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional
pada umumnya dan di bidang pelayanan jasa pos dan giro bagi
masyarakat baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia
dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
Perusahaan melaksanakan kegiatan usaha diantaranya sebagai
berikut :
1. Usaha jasa pos dan giro.
2. Usaha jasa komunikasi, jasa logistik, jasa keuangan, jasa ritel,
jasa keagenan, filateli dan jasa-jasa lain yang menunjang
penyelenggaraan usaha pos dan giro sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Usaha pemanfaatan dan pengembangan sumber daya yang
dimiliki untuk menujnang kegiatan usaha perusahaan.
Seiring dengan perkembangannya, saat ini bisnis yang
dijalankan PT. Pos Indonesia (Persero) dikelompokkan menjadi
core business yang terdiri dari mail, logistic, dan financial services,
serta non core business. Peta bisnis perusahaan secara garis besar
ditampilkan pada Gambar 5.
38
SUPPLIERS
POSINDO GROUP BUSINESS
CUSTOMERS
Government
Stationery
supplier
Corporate :
- Public services
- Financial
institution (bank
and non bank)
- Insurance
company
- Educational
institutional
Postal
Equipment
provider
Printing
company
Internet
provider
Individual
Transportation
provider
NGOs
Construction
material
provider
Agents
Gambar 5. Enterprise Map PT. Pos Indonesia (Persero)
4.2
Sejarah dan Gambaran Umum Kantor Pos Bogor 16000
Kantor Pos Bogor 16000 16000 (KPB 16000) berlokasi di Jalan Ir. H.
Juanda No.5 Kelurahan Paledang Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Pada mulanya, gedung KPB 16000 merupakan bangunan gereja pertama di
Buitenzorg (Bogor) yang pemberkatannya dilakukan pada tanggal 13 April
1845. Gereja ini merupakan tempat ibadah bagi umat Protestan dan Katolik
secara bergiliran.
Pada tahun 1800, umat Katolik tidak lagi beribadat di gereja tersebut
karena telah memiliki gereja yang baru. Pemerintah Belanda kemudian
mengubah fungsi gereja tersebut menjadi Kantor Pos karena letaknya di
pinggir jalan pos (postweg) yang sekarang bernama jalan Ir. H. Juanda.
KPB 16000 merupakan Kantor Pos yang keberadaannya di bawah
pengawasan PT Pos Indonesia (Persero). Berdasarkan struktur organisasi PT
Pos Indonesia (Persero), Kantor Pos ini merupakan Unit Pelayanan Teknis
(UPT) yang menaungi seluruh Kantor Pos yang berada di Kota dan
Kabupaten Bogor di bawah Wilayah Usaha Pos Jakarta (Wilayah Pos IV)
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.
39
Pemegang Saham
Komisaris
Satuan
Pengawas
Intern
Direktur Utama
Pusat
Perencanaan
Korporat dan
Transformasi
Direktorat
Bisnis
Komunikasi
Direktorat
Bisnis Jasa
Keuangan
Direktorat
Bisnis
Kurir/Operasi
Direktorat
Keuangan
Direktorat
SDM
Sekretaris
Perusahaan
Wilayah
Usaha Pos
Unit Pelayanan
Teknis
Gambar 6. Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia (Persero)
4.2.1 Visi dan Misi Kantor Pos Bogor 16000
Visi dan misi KPB 16000 disesuaikan dengan visi dan misi
dari Kantor Pos Pusat yang terdokumentasikan dalam rencana
strategi PT Posindo. Visi dan misi tersebut dibedakan dalam jangka
waktu tertentu. Hal ini menunjukkan adanya sasaran atau target yang
berbeda yang ingin dicapai perusahaan setiap tahunnya sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 7.
40
2014-2018
2011 - 2013
2009-2010
Integrated mail,
logistic &
financial services
infrastructure
Indonesia’s
leader in the
mail logistics
& financial
services
ASEAN Champion
of Postal
Industries
Gambar 7. Visi PT. Pos Indonesia (Persero)
Misi yang dirumuskan PT Posindo adalah sebagai penyedia
solusi handal dalam surat, logistik dan jasa keuangan sebanyak
mungkin menggunakan jaringan bisnis yang terintegrasi dengan
infrastruktur terbaik dan memelihara hubungan kolaboratif.
Sebagai upaya penguatan kepada stakeholder dan bentuk
kristalisasi visi dan misi perusahaan secara komunikatif,
PT.
Posindo menggunakan kredo “Untuk Anda Kami Ada” yang
menunjukkan keberadaan perusahaan sebagai penyedia kebutuhan
layanan mail, logistics, dan financial services semua tingkatan
masyarakat baik dalam perhubungan dalam negeri maupun
internasional.
Moto PT Posindo adalah “Pos Untuk Semua”, hal ini
menunjukkan bahwa dalam melakukan pelayanan terhadap
masyarakat, PT Posindo bersikap independen dan memberikan
perlakuan yang sama dalam melayani semua pihak yang menjadi
pelanggan. Dalam menunjang visi dan misinya, pada tahun 2010
KPB 16000 dan seluruh kantor
pos yang ada di Indonesia
melakukan program modernization and empowerment. Program itu
tentu mengandung konsekuensi berupa pembenahan business
model, peningkatan dan penajaman brand image (corporate
identity) dari Kantor Pos, perubahan divisi regional sebagai profit
41
centre,
infrastruktur
bisnis
berbasis
ICT
(information
communication technology).
4.2.2 Strategi Induk dan Pemasaran SOPP Kantor Pos Bogor 16000
Pada tahun 2010, strategi induk KPB 16000 adalah Overall
cost leadership dengan strategi pertumbuhan yaitu market
development. Hal ini terdapat pada AD/ART PT. Posindo yang
dimiliki semua Kantor Pos cabang di seluruh Indonesia.
Strategi pemasaran KPB 16000 tahun 2010 untuk
bisnis
SOPP adalah strategi penetrasi pasar dengan fokus pada
peningkatan penjualan produk dan penggarapan pasar baru yang
potensial. Strategi pemasaran dan fokus yang telah dijelaskan di
atas
akan
berimplikasi
pada
pencapaian
pendapatan
dan
mengharuskan adanya peningkatan mutu layanan serta mutu
operasional. Oleh karena itu, KPB 16000 melakukan beberapa
program peningkatan mutu layanan serta operasional dengan
membagi menjadi 3 sasaran/target yaitu perbaikan sistem
pertanggungan keuangan, perbaikan sistem layanan, dan perbaikan
sistem proses dengan perincian sebagai berikut :
1. Perbaikan Sistem Pertanggungan Keuangan, terdiri atas :
A. Program
kerja (Proker) Quality Control Supervisor
diturunkan menjadi beberapa program di antaranya :
Fungsi Controllership di Kp Bogor 16000
Standarisasi Laporan Transaksi Kas
Fungsi Analisa Data Statistik
Analisa Kinerja Pendapatan
Analisa Regresi Trend Pendapatan
B. Proker Branch Supervisor yang terdiri atas :
Percepatan Proses Antri Simakpos
Pengawasan dan Verifikasi Transaksi
2. Perbaikan Sistem Layanan yang difokuskan kepada proker
Financial Service Counter Supervisor (managemen arsip,
42
sistem
antrian,
meningkatkan
mutu
layanan
pensiun,
pemeriksaan dan verifikasi data transaksi) serta proker Branch
Supervisor (manajemen arsip, fungsi koordinasi dengan branch
office).
3. Perbaikan Sistem Proses yang dituangkan ke dalam proker
Human Capital Supervisor dan Proker Process Mail & Logistics
Supervisor
4.3
Gambaran Umum System Online Paymnet Point (SOPP)
SOPP adalah sebuah collecting payment (salah satu produk jasa
keuangan Kantor Pos) yang memberikan layanan berupa penerimaan
tagihan/angsuran
secara
pelanggan/nasabah mitra
online
dan
memberikan
kemudahan
bagi
dalam melakukan kewajibannya. SOPP pada
dasarnya merupakan bentuk pelayanan dengan menggunakan system one
stop payment (pemenuhan kebutuhan transaksi disatu tempat). Tujuannya
adalah untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi
pembayaran dan cicilan secara online sehingga dengan sekali berkunjung ke
Kantor Pos, semua tagihan, cicilan serta jenis jasa yang diinginkan bisa
didapatkan secara mudah dan nyaman.
Latar belakang dari unit bisnis SOPP ini adalah semakin tingginya
kebutuhan masyarakat untuk melakukan transaksi pembayaran rekening,
tagihan serta tabungan, sementara Kantor Pos mempunyai jaringan yang
sangat luas dan tersebar. Visi dari bisnis SOPP adalah mempermudah
transaksi pembayaran rekening, tagihan dan tabungan, sedangkan misinya
adalah membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dalam melakukan
setoran/pembayaran rekening, tagihan serta tabungan.
Dalam menjalankan bisnis SOPPnya, Kantor Pos menjalin kerjasama
dengan berbagai mitra (dalam hal ini disebut biller) untuk saling bersinergi
dalam memanfaatkan sumberdaya dan kapabilitas masing-masing sehingga
terdapat mutual benefit dalam memacu pertumbuhan bisnis yang saling
menguntungkan.
43
4.3.1 Keuntungan Menggunakan Produk SOPP
Salah satu keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh SOPP
Kantor Pos dapat ditinjau dengan perspektif mitra maupun
pelanggan. Beberapa keunggulan tersebut adalah sebagai berikut :
Keuntungan Bagi Biller ;
1. Pemasukan pembayaran tagihan atau angsuran dari pelanggan
atau nasabah dapat dimonitor secara langsung (realtime).
2. Mempercepat pemasukan income (cash flow) sehingga
kerugian
atas
keterlambatan
pembayaran
tunggakan
pembayaran bisa di minimalkan.
3. Biller dapat lebih fokus pada core bisnisnya guna memberikan
service excellent dan kepuasan bagi pelanggan atau nasabah
4. Efektif
dan
efisien
dalam
penggunaan
sumber
daya
perusahaan. Hal itu dikarenakan, biller tidak perlu melakukan
investasi untuk pengembangaan titik layanan.
Keuntungan bagi Pelanggan / Nasabah ;
1. Dapat melakukan berbagai pembayaran dalam satu tempat dan
waktu (one stop payment) seperti : PLN, PDAM, kartu kredit,
telepon, dll.
2. Adanya kemudahan dalam melakukan pembayaran atau tidak
jauh dengan lokasi / pemukiman dimana konsumen berada
(accestable). Hal tersebut dikarenakan Kantor Pos Bogor
16000 memiliki jaringan yang hampir tersebar merata di
Kecamatan maupun kabupaten Bogor.
3. Sistem yang digunakan bersifat online sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara real time.
4.3.2 Kondisi Exsisting SOPP Kantor Pos
SOPP merupakan salah satu dari 10 produk unggulan PT.
Posindo yang pada tahun 2009 memiliki kontribusi terbesar
terhadap
pendapatan
perusahaan
dari
sisi
jasa
keuangan
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 8. Kondisi tersebut juga
44
dipetakan dalam analisis portofolio produk jasa keuangan pada
Gambar 9.
Gambar 8. Perbandingan Kontribusi Pendapatan Produk-Produk
Keuangan PT. Pos Indonesia Secara Nasional Tahun
2009.
Gambar 9. Portofolio Produk Jasa Keuangan PT. Pos Indonesia
Secara Nasional Tahun 2009.
Berdasarkan gambar di atas, pada tahun 2010 PT. Posindo
melakukan salah satu fokus pengembangan berupa penyediaan
infrasturktur terhadap layanan keuangan terutama jasa SOPP.
Alokasi yang dianggarkan pusat sebesar 35% dari total anggaran
merupakan sebuah langkah dalam mendirect produk-produk yang
berfungsi sebagai revenue engine untuk memenuhi target
perusahaan.
45
4.4
Profil Lingkungan Pemasaran SOPP KPB 16000
Setiap bisnis akan berusaha untuk memelihara kelangsungan hidup
perusahaan, mencapai pertumbuhan dan meningkatkan kesejahteraannya.
Perusahaan yang mampu bertahan sekaligus memenangkan hati pelanggan
adalah perusahaan yang peka terhadap lingkungan bisnisnya dalam hal ini
adalah lingkungan pemasaran.
KPB 16000 harus mengetahui dan menganalisis dampak yang
ditimbulkan dari lingkungan pemasaran sehingga diharapkan mampu
menghasilkan strategi pemasaran yang berbasis pada lingkungan. Sebagai
perusahaan yang berbasis pada pasar dan pelanggan, KPB 16000 harus
melakukan upaya agar terjadi keseimbangan antara potensi pasar (eksternal)
dan kapabilitas internal. Oleh karena itu, KPB 16000 melakukan pemetaan
dan eksplorasi pasar sebagai langkah awal dalam penyusunan strategi
dimana pada tahap selanjutnya akan disusun suatu rencana operasi yang
didukung oleh sumberdaya sehingga secara komprehensif menghasilkan
rencana kerja dan anggaran guna mencapai tujuan perusahaan.
Profil lingkungan pemasaran SOPP KPB 16000 tercermin dari strategi
pemasaran dan bauran pemasaran jasa. Kondisi strategi pemasaran SOPP
KPB 16000 terdiri dari pemetaan proses segmentasi, targeting dan
potitioning yang merujuk kepada rencana strategis dan rencana kerja
anggaran (RKA) PT. Posindo tahun 2010 sedangkan profil/kondisi bauran
pemasaran jasa dijabarkan melalui gambaran produk, harga, lokasi dan tata
letak, promosi, SDM, proses, customer service) dan analisis keuangan.
4.4.1 Strategi Pemasaran
4.4.1.1 Segmentasi
Segmentasi merupakan sesuatu yang harus dilakukan agar
aktivitas strategi pemasaran menjadi lebih efektif dan terfokus pada
hal yang dibutuhkan oleh konsumen. Proses segmentasi yang tepat
akan membuat perusahaan mendominasi segmen pasarnya serta
memperoleh peta kompetisi yang lebih jelas dalam menentukan
posisi pasar perusahaan.
46
Berdasakan Rencana Strategi Pemasaran produk SOPP PT.
Posindo, segmentasi yang dilakukan perusahaan adalah pelanggan
retail dengan identifikasi sebagai berikut :
Tabel 8. Dasar Segmentasi Pasar SOPP Kantor Pos
Dasar Segmentasi
Jenis Layanan
Cara Pembayaran
Kelompok Usia
Kelas Sosial
Residensi
Segmen yang diidentifikasi
Telekomunikasi, Asuransi, PLN, PAM,
Perusahaan Pembiayaan, Kartu Kredit, Tiket.
Account transaction, Tunai
Remaja, Dewasa (18+)
A = Kelas Ekonomi Atas
B = Kelas Ekonomi Menengah
C = Kelas Ekonomi Bawah
Urban, Sub-Urban, Rular
Sumber : PT. Posindo (2009)
Segmentasi di atas akan selalu ditinjau secara berkala dan
berkesinambungan
sesuai
dengan
perubahan
lingkungan
organisasi. Pada dasarnya jenis pelanggan PT. Posindo untuk bisnis
SOPP adalah pelanggan retail dan pelanggan korporat. Definisi
pelanggan korporat pada bisnis ini adalah perusahaan yang
berperan sebagai mitra sedangkan pelanggan retail adalah mereka
yang melakukan konsumsi atau berperan sebagai end user produk
dan inilah pelanggan sesungguhnya yang SOPP.
4.4.1.2 Targeting
Keputusan pemilihan target pasar sangat dipengaruhi dan
tergantung kepada daya tarik pasar maupun keunggulan kompetitif
perusahaan. Targetting/sasaran yang dilakukan oleh PT Posindo
dalam bisnis SOPP ini adalah :
Pembayaran tunai (Cash based)
Tagihan dan angsuran telekomunikasi, asuransi, PLN, PAM,
Perusahaan pembiayaan dan kartu kredit.
Konsumen B dan C (menengah ke bawah)
Tinggal di wilayah urban, sub-urban maupun rular.
47
4.4.1.3 Positioning
Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan, maka
dipandang perlu untuk membangun persepsi mengenai layanan dan
jasa yang disediakan sedemikian rupa dengan menyamakan antara
brand identity dengan brand image,
sehingga ketika menyebut
sebuah kategori layanan dengan sendirinya yang muncul dibenak
konsumen adalah merek perusahaan dan bukan merek pesaing.
Positioning SOPP Kantor Pos dinyatakan dengan value
propotition sebagai “layanan pembayaran tunai terlengkap di
lokasi yang lebih dekat”. Nilai yang menjadi pembeda sebagai
keunggulan kompetitif layanan adalah :
Aspek content : tagihan dan angsuran terlengkap, transaksi
pembayaran tunai.
Aspek context : proses sederhana dan mudah, lebih dekat,
efisiensi biaya dan waktu.
Aspek infrastruktur : titik layanan terbanyak dengan jaringan
yang tersebar luas.
4.4.2
Bauran Pemasaran
4.4.2.1 Produk
Produk SOPP KPB 16000 adalah jasa collecting payment
online yang terdiri dari rekening, tagihan, tabungan dan
pembayaran lainnya. Produk-produk yang ditawarkan tidak
terlepas dari kerjasama dengan mitra/biller. Dalam menjalin
kerjasamanya, KPB 16000 melakukan pemilihan yang selektif
terhadap beberapa mitra potensial dengan ketentuan perusahaan
yang
bersangkutan
harus
memiliki
jumah
minimal
pelanggan/nasabah sebesar 50.000 berskala nasional.
Seiring dengan perkembangannya, KPB 16000 kini telah
memiliki 47 mitra dan akan terus bertambah, mengingat belum
teroptimalkannya kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.
48
Mitra yang telah memanfaatkan jaringan outlet SOPP untuk
penerimaan pembayaran/tagihan di KPB 16000 adalah sbb :
Tabel 9. Mitra SOPP Kantor Pos Bogor 16000
NO PRODUK / BISNIS
BILLER/MITRA
1 Telepon
Telkom, Telkomsel, Indosat, XL,
(fix / seluler)
Esia, Three, Smart, Fren
2 Multy Finance
FIF, ADIRA, BAF, SOF, Suzuki,
Finansia,
Semesta
Finance,
Columbia Finance
3 Personal Loan / Credit Citibank, HSBC, GE Finance, ABN
Card
AMRO, BII, Danamon
4 Asuransi
AIG Lippo, Tafakul Mubarak,
Simarmas, Wanaartha
5 Tabungan
Share Muamalat, e Batara Pos BTN,
Simpos
6 PLN
DJBB, S2JB, Lampung, DKI,
Jateng, Jatim, Kalsel, Sulsel,
Medan, Sumbar
7 TV Kabel
Indovision, ASTRO, Telkomvision
8 Tiketing
Asia Air, Garuda, KAI
9 Penerimaan Negara
Pemeritahan
(DJP
(Direktorat
Jenderal Pajak) / DJPBN)
Sumber : KPB 16000 (2009)
4.4.2.2 Lokasi
Lokasi
kantor
yang
strategis,
mampu
mempermudah
penyampaian produk kepada konsumen. KPB 16000 berlokasi di
Jalan Ir. H. Juanda No.5 Kelurahan Paledang Kecamatan Bogor
Tengah Kota Bogor. Daerah tersebut merupakan lokasi yang
strategis karena beberapa hal seperti : kemudahan sarana
transportasi untuk menjangkaunya, merupakan salah satu pusat
bisnis yang ditandai oleh banyaknya bank-bank seperti (BNI 46,
Bank Mandiri, Bank BRI, Bank Danamon, Bank Bukopin, Bank
Mega, dll) dan 16000 terletak di Kebun Raya Bogor yang sering
dilalui oleh masyarakat.
Sebagai Kantor Pos pusat di Bogor, KPB 16000 memiliki
Kantor Pos cabang yang tersebar di Kecamatan maupun Kabupaten
Bogor. Pada tahun 2010 ini, KPB 16000 memiliki 33 titik layanan
yang terdiri atas 23 Kantor Pos cabang (Bogor Timur, Bogor
Sukasari, Bogor IPB, Bogor kedokteran hewan, Bogor barat, Bogor
49
Dramaga, Bogor Ciomas, Bogor Semplak, Bogor Utara, Kedung
Halang, Bogor Tanah Sareal, Bogor Cibadak, Bogor Selatan,
Ciampea, Cibungbulang, Leuwiliang, Nanggung, Cigudeg, Jasinga,
Tapos, Cigombong), 6 unit mobil Pos Keliling Kota (PKK) dan 3
Loket Ekstensi (LE) yang terletak di Taman Topi, SOPP Dealer
“Putera Motor” dan SOPP Caringin. Informasi tersebut disajikan
pada Tabel 10.
Tabel 10. Nama, Alamat dan Jam Layanan Dari
Layanan Kantor Pos Bogor.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Nama Kantor Pos
KPRK Bogor
Bogor timur
Bogor sukasari
Bogor IPB
Bogor kedokteran hewan
Bogor barat
Bogor dramaga
Bogor ciomas
Bogor semplak
Bogor utara
Bogor kedung haling
Bogor tanah sareal
Bogor cibadak
Bogor selatan
Ciampea
Cibumbulang
Leuwiliang
Nanggung
Cigudeg
Jasinga
Ciawi
Cisarua
Tapos
Cigombong
LE Taman topi
Pos keliling kota (6 unit)
LE SOPP Dealer „putera motor‟
LE SOPP Caringin
Alamat
Jl. Ir. Juanda No.5
Paledang
Jl. Kantor Pos No.5,
Baranangsiang
Jl. Siliwangi No.35
Sukasari
Jl. Padjajaran, Kampus IPB, Baranangsiang
Jl. Taman Kencana No.1
Babakan
Jl. Dr. Semeru No.54
Menteng
Jl. Raya Dramaga No.27
Dramaga
Jl. Raya Sindang Barang No.308
Loji
Jl. Raya Semplak Gg.Kantor Pos No.1
Jl. Pandawa Raya 1
Tegal gundil
Jl. Mandala Raya No.1
Cimandala
Jl. Dadali No.1
Tanah Sareal
Jl. KH.Soleh Iskandar Km 4
Cibadak
Jl. Layung Sari Iii No.5
Empang
Jl. Raya Ciampea No.1
Cibadak
Jl. Raya Cibumbulang Km 18,Cibumbulang
Jl. Raya Leuwiliang No.158
Leuwiliang
Jl. Ace Tabrani Km 5
Nanggung
Jl. Raya Cigudeg No.16
Cigudeg
Jl. Panca Marga No.3
Jasinga
Jl. Raya KH M.Toha No.10
Ciawi
Jl. Raya Puncak No.525
Cisarua
Jl. Veteran
Cileungsi
Jl. Bina Remaja No.5
Cigombong
Jl. Kapten Muslihat No.10
Paledang
Wilayah Kota Bogor
Jl. Merdeka No.50 Bogor
Kantor Desa Caringin
Caringin
Titik
Jam Layanan
07.30 – 18.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
08.00 – 14.00
07.00 – 18.00
08.00 – 14.00
07.00 – 17.00
07.00 –17.00
Sumber : KPB 16000 (2009)
Titik layanan yang dimiliki KPB 16000 dioptimalkan untuk
menangkap potensi pasar retail yang besar dan tersebar di Bogor.
KPB 16000 dan seluruh kantor pos di Indonesia membagi fungsi
dan peran berbeda terhadap masing-masing titik layanan yang
terdiri dari Kantor Pos Cabang (KPC) yang bersifat station, Loket
Ekstensi (LE) dan Pos Keliling Kota (PKK) yang bersifat mobile.
KPC merupakan titik layanan yang berbentuk gedung dan
memiliki waktu layanan yang relatif konstan yaitu dari pukul
08.00-14.00 sedangkan LE adalah titik layanan yang memiliki
50
waktu layanan lebih lama yaitu pukul 07.00-18.00. Latar belakang
dibuatnya LE adalah adanya peluang permintaan dari pelanggan
yang hanya mampu melakukan pembayaran sebelum atau setelah
jam kerja.
Berbeda dengan kedua jenis titik layanan di atas, PKK
merupakan salah satu titik layanan berupa mobil yang berfungsi
untuk melayani konsumen rumah tangga yang berada di komplek
perumahan/daerah yang relatif sulit bagi konsumen untuk
menjangkau kantor pos. KPB 16000 menangkap peluang tersebut
dengan melakukan istilah “jemput bola” terhadap konsumen yang
cenderung malas untuk keluar rumah.
4.4.2.3. Harga
Biaya jasa bagi produk SOPP merupakan biaya yang harus
dibayarkan mitra kepada KPB 16000 sehubungan dengan fasilitas
yang diberikan berupa penyediaan outlet, pembuatan jaringan, dll.
Bagi pelanggan, biaya tersebut secara tidak langsung dibebankan
kepada mereka berupa biaya administrasi.
Pemberlakuan tarif bagi setiap produk atau mitra berbedabeda, sebagai contoh Perusahaan Listrik Negara (PLN), KPB
16000 memberlakukan tarif Rp 1800,00 per transaksi atau City
Bank yaitu Rp 5.000,00 per transaksi. Nilai-nilai tersebut
merupakan tarif yang diajukan KPB 16000 saat menjalin kerjasama
dengan mitra dan telah disepakati bersama.
Tarif yang diberlakukan oleh KPB 16000 terhadap para
mitranya, merupakan tarif yang affordable (terjangkau) apabila
dibandingkan dengan tarif yang diberlakukan perbankan terhadap
mitranya. Hal tersebut dikarenakan, sebagai Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), KPB 16000 memiliki kewajiban sebagai public
service obligation (PSO) yang diamanatkan pemerintah dengan
empat prinsip layanan yang salah satunya adalah tarif jasa pos yang
seragam dan terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.
51
Pada pelaksanaannya, sebagian perusahaan (mitra) tidak
mencantumkan biaya administrasi pada resi (bukti pembayaran)
sehingga pelanggan seolah-olah hanya membayar kewajibannya
saja tanpa ada biaya administrasi. Namun sebenarnya mitra yang
bersangkutan telah melakukan penambahan berupa kenaikan biaya
bagi pelanggan pada tagihannya.
4.4.2.4. Promosi
Promosi merupakan proses mengkomunikasikan variabel
bauran pemasaran (marketing mix) yang sangat penting untuk
dilaksanakan
dalam
memasarkan
produk
sekaligus
media
pembentukan citra/image yang diinginkan perusahaan. Kegiatan
promosi SOPP yang dilakukan oleh KPB 16000 saat ini terbatas
pada strategi below the line berupa penyebaran brosur, banner dan
spanduk.
Kegiatan promosi berupa iklan di televisi diatur sepenuhnya
oleh bagian pemasaran pusat PT. Posindo sebagai upaya
menyeragamkan content promosi bagi seluruh produk Kantor Pos
seluruh Indonesia. KPB 16000 memiliki kewenangan dalam
memodifikasi taktik pemasaran (dalam hal ini promosi) sehingga
masyarakat di tempat UPT berada mendapatkan pengetahuan
tentang produk SOPP Kantor Pos.
4.4.2.5. Tata Letak (layout)
Tata letak kantor merupakan salah satu faktor kepuasan bagi
seorang pelanggan. Saat ini KPB 16000 memiliki 6 loket bagi
pelayanan SOPP. Akan tetapi KPB 16000 belum memiliki sistem
antrian yang nyaman dan efisien. Hal itu terbukti apabila terdapat
antrian saat melakukan transaksi, pelanggan harus berdiri antri
untuk mendapat giliran.
Sebagai perusahaan yang memiliki berbagai macam produk,
KPB 16000 harus memikirkan tata letak yang efektif dan efisien
52
dengan menempatkan beberapa produknya dalam satu gedung.
Faktor pencahayaan, warna, dan kondisi dalam ruangan tersebut
juga menjadi hal yang harus dipertimbangkan mengingat bangunan
KPB 16000 adalah gedung bekas gereja yang sudah cukup tua.
4.4.2.6. Sumberdaya Manusia
KPB 16000 meyakini bahwa satu-satunya sumber daya yang
dapat dijadikan basis untuk membangun daya saing Perusahaan
dalam jangka panjang adalah SDM yang unggul. Oleh karena itu,
perusahaan mencari, merekrut, memotivasi, mengembangkan,
mendayagunakan, dan mempertahankan secara cerdas SDM yang
unggul.
Saat ini seluruh Kantor Pos di Bogor memiliki 168 karyawan
yang dibagi dalam dua status kepegawaian, yaitu karyawan tetap
dan karyawan kontrak. Sebagian besar karyawan di Kantor Pos
Bogor 16000 adalah karyawan tetap yaitu 72,62%
sedangkan
karyawan kontrak hanya 27,38 %. Perbandingan jumlah karyawan
pria lebih banyak dibandingkan jumlah karyawan wanita dengan
persentase 75,2 % : 24,8% (Tabel 11.).
Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar
pegawai dari KPB 16000 memiliki latar pendidikan Diploma-3
(D3) yaitu sebesar 81 orang atau 48,21% dari kesuluruhan
pegawai. Hal ini dilakukan karena bagi bisnis pos, perusahaan
lebih
membutuhkan
pelayanannya.
Bagi
tenaga-tenaga
bisnis
SOPP,
yang
KPB
terlatih
16000
dalam
telah
mengalokasikan pegawai sejumlah 11 orang yang terdiri atas 1
supervisor, 3 staff, 5 front office dan 2 orang di bagian Information
Technology (IT).
53
Tabel 11. Jumlah karyawan berdasarkan jenis kelamin dan status
kepegawaian Kantor Pos di Bogor
No
Uraian
KOMPONEN PEGAWAI
a. Pegawai Tetap
Golongan I
Golongan II
Golongan III
Golongan IV
Jumlah Pegawai tetap
B Calon Pegawai
Golongan I
Golongan II
Golongan III
Jumlah Calon Pegawai
C Pegawai Kontrak (outsourching)
JUMLAH SELURUH PEGAWAI
Tingkat Pendidikan
Jmlh
S2
S1
D3
SLTA
SLTP
SD
12
79
31
0
122
0
0
0
0
0
1
1
0
0
2
2
78
1
0
81
9
0
30
0
39
0
0
0
0
0
0
0
0
0
46
168
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
81
0
0
0
0
44
83
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
Sumber : KPB 16000 (2009).
Sebagai upaya dalam menghadapi persaingan industri jasa,
KPB 16000 dituntut untuk memiliki SDM yang dapat memberikan
pelayanan prima. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Mark Plus
tahun 2010, salah satu nilai indikator kepuasan pelanggan yang
masih rendah secara nasional adalah kualitas pelayanan dari
karyawan kantor pos.
Upaya peningkatan kualitas karyawan berupa program
pelatihan menjadi salah satu prioritas supervisor SDM KPB 16000.
Pada tahun 2010, SDM KPB 16000 melakukan program internal
berupa pelatihan untuk para karyawa sebanyak 3 kali, beberapa
pelatihan yang diselenggarakan oleh pusat serta pelatihan yang
diselenggarakan oleh pihak mitra.
54
4.4.2.7. Proses
Sebagai suatu sistem, SOPP melibatkan beberapa komponen
dalam kegiatan transaksinya yaitu pelanggan, KPB 16000 dan
mitra (biller). Proses atau alur transaksi dari pelanggan hingga
kepada biller dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Pelanggan/nasabah yang akan melakukan pembayaran di outlet
pos dapat menunjukan tagihan/bukti pembayaran bulan
sebelumnya atau pelanggan cukup menunjukan ID pelanggan
atau nomer kontrak Biller
2.
Petugas loket menginput ID pelanggan atau untuk melakukan
inquery data tagihan / angsuran ke host Biller dan menerima
besar uang tagihan/angsuran dari pelanggaan/nasabah.
3.
Setelah itu petugas akan mencetak tanda terima (resi
pembayaran) dan menyerahkan bukti pembayarannya kepada
pelanggan, bersamaan dengan sistem penerimaan data.
4.
Pada akhir jam layangan petugas loket menyerahkan laporan
penerimaan
dan
supervisor
melakukan
vadilasi
data
pembayaran Biller ke data base nasional pos
5.
Rekonslisasi dilakukan pada H+1, dimana pusat rekonsiliasi
data (PRD) pos penerimaan data transaksi menurut versi Biller
dan
akan
direkonsilisasi
pos.
selanjutnya
data
hasil
rekonsilisasi akan dikirim detail data penerimaan pembayaran
tagihan / angsuran Biller untuk di lakukan rekonsilisasi.
6.
Biller
akan membandingkan softcopy detil penerimaan
pembayaran tagihan/ angsuran Biller dari pos dengan data
pembayaran pada data base pembayaran.
7.
Jika terdapat selisih Biller melakukan koreksi terhadap data
pembayaran pada data base pembayaran sesiai dengan data
detil penerimaan pembayaran tagihan Biller dari pos.
8.
Pos akan melakukan settlement dana penerimaan pembayaran
tagihan / angsuran Biller ke rekening Biller yang telah
disepakati dan terdapat pada perjanjian kerjasama.
55
Alur transaksi ini diilustrasikan pada Gambar 10.
Customer
Loket
Mengisi Arsip
Setoran Uang
Verifikasi
berkas&ju
mlah Uang
SPV Pelayanan/
Ka Kpc
Backsheet
(SOPP-1)
Akuntansi
Laporan dari
man.Pelayanan
Validasi Data
Entri data
pada Aplikasi
Cetak Resi
Terima resi
dan Butab
Cetak Laporan
Harian (SOPP1)
Verifikasi
Backsheet
Dg View
SOPP-2
Validasi
Transaksi
Cetak Laporan
Permitra/loket
(SOPP-2)
Cetak SOPP
PRD
Laporan
Perkantor&pe
rmitra
Cetak laporan
perkantor&per
mitra dari
sistem
Verifikasi
laporan UPT
dengan
Laporan
sistem
Kirim data
rekomendasi ke
SLP
Gambar 10. Alur Transaksi payment Kantor Pos Bogor 16000
4.4.3
Lingkungan keuangan
SOPP merupakan salah satu produk jasa keuangan dari KPB
16000 yang sejak diluncurkan pada tahun 2003 memiliki
pertumbuhan yang paling signifikan dibandingkan dengan produk
pos lainnya. Hal tersebut tersaji pada Gambar 11. berupa grafik
yang menunjukkan kontribusi tiga satuan bisnis unit (SBU)
terhadap pendapatan KPB 16000 dimana bisnis keuangan
(financial service) memiliki tren pertumbuhan positif yaitu sebesar
12,25 %.
56
Gambar 11. Grafik perkembangan kontribusi pendapatan unit
bisnis KPB 16000 terhadap pendapatan total.
Proporsi produk keuangan yang paling kontributif terhadap
pendapatan tersebut adalah bisnis SOPP yaitu sebesar 44% pada
tahun 2009, seperti dapat dilihat pada Gambar 12. Berdasarkan
data tersebut, SOPP merupakan salah satu profit engine dari
KPB 16000 mengingat pertumbuhannya yang positif dan
diprediksi akan terus mengalami kenaikan seiring dengan
penambahan jumlah mitra
Gambar 12. Kontrobusi jenis produk keuangan terhadap
pendapatan bisnis keuangan KPB 16000 tahun
2009.
57
4.5
Kondisi Lingkungan Eksternal SOPP KPB 16000
Analisis
lingkungan
eksternal
merupakan
pemetaan
terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di luar perusahaan dan berdampak secara
langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja. Lingkungan eksternal
yang dikaji terdiri atas lingkungan jauh (ekonomi, teknologi , politik, sosial
budaya) serta lingkungan Industri (ancaman pendatang baru, daya tawar
pembeli dan pemasok, ancaman produk/jasa substitusi, persaingan di antara
anggota industri).
4.5.1 Lingkungan Ekonomi
Lingkungan ekonomi sangat menentukan bagi keberlangsungan
bisnis SOPP. Beberapa perubahan-perubahan yang harus diantisipasi
oleh perusahaan terkait lingkungan ekonomi antara lain : suku bunga
kredit perbankan, daya beli masyarakat Kota Bogor, potensi
konsumsi masyarakat retail.
Informasi suku bunga kredit perbankan, secara tidak langsung
mempengaruhi
kegiatan
pemberian
kredit
konsumsi
kepada
masyarakat Indonesia. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia,
pada tahun 2009 terdapat peningkatan volume kredit dari perbankan
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 13. Salah satu indikator
peningkatan tersebut juga dirasakan dari adanya ekspansi kredit dari
perbankan maupun non perbankan (perusahaan pembiayaan seperti
Adira Finance, dll) yang memberikan kemudahan kredit berupa
pemberian kredit tanpa agunan. Pertumbuhan kredit ini sangat
berdampak
juga
pada
meningkatnya
kegiatan
transaksi
penagihan/collecting payment dari perusahaan pemberi kredit.
KPB 16000 juga merasakan dampak dari adanya peningkatan
kredit tersebut. Dalam 3 Tahun terakhir, terjadi peningkatan secara
signifikan sebesar 20% berupa pembayaran SOPP dari pelanggan
mitra perusahaan pembiayaan.
58
Gambar 13. Perkembangan Jumlah Kredit Perbankan Periode
(2004-2009), Statistika Perbankan Indonesia
2009.
Peningkatan daya beli masyarakat merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi bisnis SOPP KPB 16000. Dengan asumsi
keadaan ekonomi yang stabil dan daya beli masyarakat yang
meningkat, maka kebutuhan akan barang mewah cenderung akan
mengalami peningkatan relatif terhadap kebutuhan pokok. Hal ini
memiliki implikasi yang relatif sama dengan peningkatan ekspansi
kredit di atas.
Faktor ekonomi yang juga sangat berpengaruh terhadap bisnis
collecting payment ini adalah adanya potensi konsumsi masyarakat
retail yang besar di Kota dan Kabupaten Bogor. Salah satu
Indikator potensi tersebut terdapat pada realisasi pendapatan
perkapita Kabupaten Bogor pada 2009 mencapai Rp 606 ribu
perbulan atau meningkat secara signifikan sebesar Rp 46 ribu
dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya sebesar Rp 560 ribu
perbulan. Laju perekonomian ekonomi (LPE) Kota Bogor juga
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008, sebesar
6,07 % mengalami peningkatan 0,29% dari tahun 2007 yaitu
sebesar 5,78%. Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan dan dikonsumsi masyarakat
semakin meningkat.
59
4.5.2
Lingkungan Teknologi
Lingkungan yang menjadi salah satu fokus penting dalam
mencapai visi dan misi perusahaan adalah lingkungan teknologi.
Saat ini KPB 16000 dan seluruh kantor cabang di Bogor telah
terhubung secara online. Pengembangan infrastruktur jaringan
berupa interkoneksi/integrasi secara Host to Host (H2H) antara
layanan Host (pos) dengan mitra terus ditingkatkan mengingat
begitu pentingnya peran teknologi dalam bisnis pembayaran secara
online.
Isu-isu teknologi yang menjadi peluang dan akan dilakukan
oleh Kantor Pos adalah :
Penggunaan Electronic Data Capture (EDC) pada agen-agen
pos sebagai upaya peningkatan mobilitas jaringan. Saat ini
para agen pos masih menggunakan personal computer yang
bersifat station dan memiliki mobilitas yang sangat rendah
sehingga belum maksimal dalam memperlebar jangkauan
layanannya.
Pembuatan fasilitas e-commerce (transaksi berbasis web)
dimana setiap pelanggan pos mampu melakukan transaksi
melalui web kantor pos. Hal ini adalah upaya perusahaan
dalam menangkap peluang pasar dengan segmen konsumen
yang memiliki kesibukan yang tinggi.
Pemerkayaan layanan melalui transaksi berbasis account
sebagai upaya peningkatan kapasitas produk.
Pengadaan data base pelanggan retail Kantor Pos yang
terintegrasi melalui sistem otomatisasi antrian.
Penggunaan facebook dan twitter sebagai media promosi.
Meningkatkan kapasitas data base transaksi sebagai langkah
dalam menghindari terhambatnya koneksi pada saat transaksi
berlangsung. Hal tersebut dikarenakan sering terjadinya
hambatan koneksi maupun kesalahan teknis lainnya yang
60
berdampak pada menurunnya kepercayaan pelanggan terhadap
kinerja SOPP KPB 16000.
4.5.3
Lingkungan Politik
Faktor politik memiliki peran yang cukup besar dalam
perkembangan bisnis pos di Indonesia. Statusnya sebagai BUMN,
maka Posindo terikat dengan hak maupun kewajiban yang telah
dibuat sebagaimana BUMN lainnya. Intervensi pemerintah sebagai
pembuat kebijakan, mampu mempengaruhi pengambilan keputusan
bagi manajer dalam menyusun strategi perusahaan.
Beberapa kebijakan yang telah dirasakan dampaknya bagi PT.
Posindo adalah UU No 6/1984 tentang Pos, memberi implikasi
yang besar bagi Posindo yaitu dihapuskannya hak monopoli
sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pos. Isu politik yang
harus dihadapi kantor pos terutama di jasa SOPP masa depan
adalah sebagai berikut:
Isu
Restrukturisasi
BUMN,
dimana
akan
dilakukan
perampingan dan revitalisasi beberapa perusahaan sesuai
dengan core businessnya masing-masing. SOPP sebagai
produk berbasis layanann keuangan diisukan akan menjadi
fokus tunggal bagi sektor perbankan.
Regulasi Bank Indonesia yang mulai mempopulerkan kepada
masyarakat untuk beralih kepada card based payment melalui
alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) dan emoney. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan
efisiensi dan cost dalam mencetak uang. Isu ini secara tidak
langsung
akan
mendorong
masyarakat
untuk
sedikit
menggunakan uang tunai dalam melakukan pembayaran.
Pelanggan akan memiliki kecenderungan untuk beralih kepada
pesaing SOPP Kantor Pos yaitu sms banking, internet banking
maupun alat pembayaran elektronik lainnya.
61
4.5.4
Lingkungan Sosial
Kekuatan sosial merupakan lingkungan yang sangat dinamis.
Perubahan sikap maupun gaya hidup sangat mempengaruhi
keputusan yang akan diambil oleh konsumen. Beberapa faktor
sosial yang berpengaruh besar terhadap bisnis SOPP adalah :
agama dan kepercayaan, peristiwa-peristiwa besar, kebiasaan/pola
hidup masyarakat.
Faktor agama dan moment besar memiliki korelasi positif
terhadap penggunaan produk SOPP. Hal itu ditunjukkan oleh
adanya tren permintaan setiap tahunnya berupa peningkatan jumlah
transaksi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 14. Faktor agama
dan moment yang berpengaruh adalah peringatan hari-hari bersar
umat beragama seperti hari raya lebaran (Idul Fitri), Natal, tahun
baru, dll.
Selama periode 3 tahun yaitu 2007-2009, produk SOPP KPB
16000 mengalami lonjakan permintaan pada akhir tahun (Bulan
Desember). Faktor pendorong terjadinya tren tersebut adalah
adanya peristiwa besar seperti : Natal, penyambutan tahun baru
maupun kegiatan tutup buku perusahaan.
Gambar 14. Tren Pendapatan SOPP KPB 16000 pada
Tahun 2007-2009
Berdasarkan data dari KPB 16000 tahun 2009, periode yang
paling
sering
dilakukan
masyarakat
Kota
Bogor
dalam
melaksanakan pemabayaran adalah pada saat awal penerimaan
62
tagihan (29%) sedangkan waktu yang paling sering terjadinya
transaksi
adalah
pada
pukul
08.00-10.00
sebesar
32,5%.
Keterangan tersebut diperlihatkan pada Gambar 15. dan Gambar
16.
Gambar 15. Tren Periode Pembayaran SOPP KPB 16000 Tahun
2009.
Gambar 16. Tren Waktu Transaksi Pembayaran SOPP KPB 16000
Tahun 2009.
4.5.5
Ancaman masuk pendatang baru
Masuknya perusahaan baru akan menimbulkan sejumlah
implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas
menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta
perebutan sumber daya produksi. Pada industri collecting payment,
peluang masuknya pendatang baru adalah cukup besar mengingat
63
bertambahnya jumlah perbankan atau keagenan yang mulai
merambah bisnis tersebut. Inovasi yang diciptakan oleh perbankan
melalui sms banking/internet banking senantiasa diikuti oleh
perbankan yang lain sehingga persaingan dalam jasa pembayaran
online pun semakin tinggi.
4.5.6
Persaingan sesama perusahaan dalam industri
Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan
kinerja perusahaan. Menurut Porter, tingkat persaingan dipengaruhi
beberapa faktor, yaitu jumlah kompetitor, tingkat pertumbuhan
industri, karakteristik produk, biaya tetap yang besar, kapasitas,
dan hambatan keluar. Jumlah kompetitor dalam jasa collecting
payment online saat ini relatif banyak. Hal ini dibuktikan dengan
hampir semua perbankan yang ada di Bogor telah memiliki
collecting payment online sebagai salah satu produk perusahaan.
Persaingan juga diikuti oleh meningkatnya tawaran beberapa
perusahaan maupun Kantor Pos untuk menjadi agen payment
online di internet. Kemudahan menjadi agen dan keuntungan yang
didapatkan dari usaha tersebut semakin meningkatkan persaingan
payment online di Kota Bogor.
Salah satu kompetitor non perbankan yang bergerak di bisnis
collecting payment online adalah PT. Reksa Karya Mandiri yang
menjalin kemitraan dengan BNI Syariah, Finnet (produk layanan
keuangan dari PT TELKOM) maupun AKSES. Produk payment
online dari kedua pesaing SOPP KPB 16000 lebih beragam yaitu :
sms/mobile payment, sms gateway payment maupun aplikasi web.
4.5.7
Ancaman dari produk pengganti
Salah satu hal yang harus dihadapi produk SOPP Kantor Pos
adalah ancaman dari produk pengganti/substitusi. Pada prinsipnya,
konsumen akan mengkonsumsi produk yang menawarkan value
yang tinggi. Apabila ada produk selain SOPP yang menawarkan
64
keunggulan kompetitif yang relatif tidak jauh berbeda dengan
SOPP, maka beralihnya konsumen kepada produk substitusi
tersebut akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh biaya
peluang (opportunity cost) yang dikeluarkan konsumen menjadi
lebih tinggi. Oleh karena itu pihak KPB 16000 harus memikirkan
strategi agar pelanggan tidak beralih kepada produk yang lain.
Saat ini, walaupun konsumen memiliki akses yang relatif
mudah dalam menggunakan produk jasa pembayaran seperti sms
banking
maupun
internet
banking
dengan
basis
account
payment/less cash payment, akan tetapi sebagian besar masyarakat
Kota Bogor masih memanfaatkan jasa pembayaran secara tunai
dalam melakukan pembayaran tagihannya. Pada Gambar 17.
diperlihatkan bahwa, masyarakat memiliki preferensi yang lebih
tinggi untuk datang langsung ke kantor penyedia jasa collecting
payment dibandingkan menggunakan fasilitas ATM, autodebet,
kartu kredit, dll.
Gambar 17. Preferensi masyarakat Kota Bogor dalam melakukan
kegiatan pembayaran tagihan (Mark Plus, 2010)
4.5.8
Kekuatan tawar menawar pembeli
Para pembeli, dengan kekuatan yang mereka miliki mampu
mempengaruhi
perusahaan
untuk
menurunkan
harga,
meningkatkan mutu dan pelayanan, serta berkompetisi dengan
pesaingnya. Dengan adanya kekuatan tawar pembeli, secara tidak
65
langsung perusahaan akan berusaha maksimal untuk memberikan
pelayanannya kepada konsumen. Konsumen yang telah teredukasi
(konsumen yang cerdas) akan mampu memberikan kekuatan tawar
yang lebih tinggi terhadap perusahaan. Oleh karena itu, faktor
kualitas produk dan pelayanan menjadi hal mutlak yang harus
dipikirkan perusahaan guna mempertahankan pelanggan untuk
tetap menggunakan produk/jasa perusahaan.
4.5.9
Kekuatan tawar menawar pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan
mereka menaikkan harga atau mengurangi kualitas produk atau
pelayanan. Untuk bisnis jasa pembayaran, peran pemasok terdapat
pada mitra perusahaan. Mitra memiliki kekuatan tawar dalam
menjalin kerjasama, biaya atau tarif yang ditawarkan, serta jenis
produk yang ditawarkan kepada KPB 16000. Oleh karena itu,
service excellent terhadap mitra dengan menjalin komunikasi yang
intensif mutlak diperlukan agar mitra yang bersangkutan tetap
bertahan dan memberikan feedback yang positif kepada KPB
16000.
4.6
Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
4.6.1 Kekuatan
Berdasarkan lingkungan pemasarannya, KPB 16000 memiliki
beberapa kekuatan diantaranya: memiliki jaringan yang tersebar di
seluruh Kota dan Kabupaten Bogor, merupakan Top of Mind (TOM)
sebagai perusahaan pembayaraan tagihan secara nasional, jumlah
mitra terlengkap sebanyak 47 mitra, semua Kantor Pos di Bogor
telah terhubung secara online dengan jumlah 39 loket online, lokasi
yang strategis dan dekat dengan konsumen (acceptable), memiliki
market share terbesar dalam bisnis collecting payment dan waktu
layanan yang lebih lama.
66
1. Memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Kota dan Kabupaten
Bogor.
Salah satu kekuatan terbesar KPB 16000 adalah jaringannya
yang luas dan tersebar di seluruh Kota dan Kabupaten Bogor.
Keadaan tersebut merupakan potensi bagi KPB 16000 untuk
menjalin kerjasama dengan berbagai mitra yang ingin melakukan
pengembangan pasar/pengembangan titik layanan. Hal ini
merupakan keuntungan bagi para mitra, mengingat perusahaan
mampu melakukan efisiensi biaya untuk tidak berinvestasi dalam
pembangunan infrastruktur.
Pada tahun 2010, KPB 16000 memiliki sumberdaya berupa
33 titik layanan yang terdiri atas 1 kantor pusat, 23 Kantor Pos
cabang, 6 unit mobil Pos Keliling Kota (PKK) yang beroperasi
setiap hari di perumahan-perumahan daerah Bogor serta 3 Loket
Ekstensi (LE) sebagai titik layanan tambahan dalam memenuhi
permintaan konsumen terhadap jasa SOPP. Titik layanan yang
tersebar di seluruh kota maupun kabupaten Bogor menjadikan
KPB 16000 memiliki kemampuan yang sangat besar untuk
menguasai pasar retail collecting payment di Kota Bogor.
Pesaing terbesar KPB 16000 dalam hal titik layanan adalah
Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI adalah Bank yang memiliki
market share terbesar di Indonesia dengan titik layanan yang
hampir menjangkau seluruh kota dan kabupaten. Total titik
layanan yang dimiliki BRI di Kota dan Kabupaten Bogor adalah
30 Kantor Cabang (www.bri.co.id).
2. Merupakan Top of Mind (TOM) sebagai perusahaan pembayaran
tagihan secara nasional
Berdasarkan riset secara nasional yang dilakukan oleh Mark
Plus 2010, PT Posindo merupakan perusahaan collecting payment
dengan predikat top of mind sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 18. Predikat top of mind yang diperoleh PT. Posindo
67
tidak terlepas dari jumlah mitra terlengkap di Indonesia dan
jumlah titik layanan yang terbesar dan tersebar.
Gambar 18. Posisi Top Of Mind Perusahaan Yang Menyediakan
Jasa Collecting Payment Tahun 2010.
3. Jumlah mitra yang lengkap sebanyak 47 mitra.
Pada tahun 2009, SOPP PT Pos Indonesia (Persero)
merupakan tempat pembayaran tagihan dengan jumlah mitra
terbanyak di Indonesia. Hal serupa diikuti oleh KPB 16000 yang
memiliki pelanggan berjumlah 47 mitra . Penambahan mitra bagi
KPB 16000, selain sebagai alat untuk mencapai target perusahaan
juga merupakan salah satu alat untuk membentuk citra perusahaan
collecting payment terlengkap di tengah masyarakat.
Secara komparatif, KPB 16000 memiliki pesaing terbesar
yaitu BNI 46 dan BRI di Kota Bogor dimana masing-masing
memiliki jumlah mitra sebanyak 27 dan 25 mitra (Tabel 12.).
Kedua bank ini pada tahun 2009 berhasil menungguli Bank
Mandiri dan BCA dalam hal jumlah mitra produk payment online.
Berdasarkan hal tersebut, KPB 16000 memiliki keunggulan
kompetitif
yang paling
tinggi
dibandingkan dengan pesaingnya.
dalam
hal
jumlah
mitra
68
Tabel 12. Data Perusahaan di Bogor Dengan Jumlah Mitra
Terbesar Produk Collecting Payment Online.
No
Perusahaan
Jumlah
Mitra/
biller
47
1
Kantor Pos Bogor
2
BRI
25
3
BNI 46
27
Keterangan
(Telkom, Telkomsel, Indosat, XL, Esia, Three,
Smart, Fren), (FIF, ADIRA, BAF, SOF, Suzuki,
Finansia, Semesta Finance, Columbia Finance),
(Citibank, HSBC, GE Finance, ABN AMRO,
BII, Danamon), (AIG Lippo, Tafakul Mubarak,
Simarmas, Wanaartha), (Share Muamalat, e
Batara Pos BTN, Simpos), (Indovision,
ASTRO, Telkomvision), (Asia Air, Garuda,
KAI), (Pemeritahan (DJP (Direktorat Jenderal
Pajak) / DJPBN).
Tagihan Telepon, Listrik, Seluler, FIF (Federal
Internasional Finance), BAF (Busan Auto
Finance), SOF (Summit Oto Finance), (Kartu
Kredit BRI, Kartu Kredit Standard Chartered
Bank, Kredit Tanpa Agunan Standard Chartered
Bank, Kartu Kredit ANZ Panin Bank, Kartu
Kredit Citibank, Personal Loan dan Citi
Financial Citibank, Ready Cash Citibank, Kartu
Kredit HSBC, Personal Loan HSBC, Kartu
Kredit ABN AMRO, Kredit Tanpa Agunan
ABN AMRO),
(Garuda,
Lion
Air,
Mandala),(pembayaran
Pendidikan
UNIVERSITAS TERBUKA)
Pembayaran Tagihan Kartu Kredit (BNI,
Standard Chartered, HSBC, GE Finance, ANZ,
Bank Niaga, ABN AMRO, Bank Permata,
Danamon, Citibank), Telkom (Telepon,Flexi
Classy, Speedy), (Kartu Halo Telkomsel),
(Kartu Xplor Excelcomindo Matrix dan
StarOne Indosat), Listrik PLN, (Pembelian
Voucher Prabayar Telkomsel (Simpati & As)
Indosat (Mentari, IM3 & StarOne) XL (bebas &
jempol) ESIA, FREN, Telkom Flexi, 3),
Pembelian Tiket Airline (Garuda, Lion Air,
Mandala, Pembayaran Biaya Pendidikan
(Student Payment Centre) IPB.
Sumber : KPB 16000 (2009)
4. Semua Kantor Pos di Bogor telah terhubung secara online
dengan 39 loket online
Visi Kantor Pos yaitu integrarted mail, logistic and
financial service membuat peran teknologi menjadi semakin
vital terlebih untuk bisnis SOPP. Hal tersebut dikarenakan
pembayaran dilakukan secara online dan realtime yang
terhubung dengan berbagai mitra (biller) KPB 16000. Oleh
69
karena itu, pada tahun 2010 semua Kantor Pos yang berada di
Kota maupun Kabupaten Bogor telah terhubung secara online.
Jumlah loket online KPB 16000 dari seluruh titik layanan
Kantor Pos berjumlah 39 yang terdiri atas: 6 Loket di Kantor
Pos pusat (KPB 16000), 23 kantor cabang (masing-masing
kantor cabang memiliki satu loket online), 6 buah PKK (Pos
Keliling Kota dan 4 Loket Ekstensi. Dengan kapasitas dan
sumberdaya yang dimiliki, Kantor Pos Bogor memiliki kekuatan
yang mampu menampung permintaan pasar terhadap produk
SOPP.
5. Lokasi yang strategis dan dekat dengan konsumen (Acceptable).
Lokasi yang dekat dengan konsumen merupakan salah satu
keunggulan kompetitif sebuah perusahaan dalam bersaing
merebut konsumen. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Mark
plus tahun 2010, faktor lokasi yang dekat dengan konsumen
merupakan faktor pendorong terbesar bagi konsumen untuk
menggunakan produk SOPP Kantor Pos di bandingkan
pesaingnya. Keterangan tersebut diperlihatkan pada Gambar 19.
Gambar
19.
Faktor-Faktor Pendorong Konsumen Untuk
Menggunakan Produk SOPP KPB 16000 (Mark
Plus, 2010).
70
6. Memiliki Market Share terbesar dalam bisnis collecting
payment.
Sebagai produk unggulan Kantor Pos, SOPP memiliki
market share terbesar secara nasional dalam industri collecting
payment. Hal tersebut juga diikuti oleh kinerja beberapa kotakota besar di Indonesia termasuk Kota Bogor dengan
memperoleh market share sebesar 15% .
Gambar 20. Market Share Produk SOPP KPB 16000 Tahun 2009
7. Waktu layanan yang lebih lama.
Salah satu keunggulan SOPP KPB 16000 di bandingkan
dengan perbankan adalah waktu pelayanannya yang lebih lama
yaitu dari pukul 08.00-18.00WIB (10 jam). Hal ini merupakan
keunggulan kompetitif Kantor Pos dalam hal jam layanan.
Waktu layanan yang lebih lama juga merupakan upaya KPB
16000 untuk mencegah pelanggan beralih kepada produk
substitusi yang ditawarkan perusahaan lain.
4.6.2
Kelemahan
Berdasarkan lingkungan pemasarannya, KPB 16000 memiliki
beberapa kelemahan diantaranya: belum adanya sistem antrian
yang baik, Jaringan internet yang sering bermasalah (offline),
kurang ramahnya front office terhadap pelanggan, jumlah karyawan
yang relatif banyak dan rotasi pegawai yang cepat, belum adanya
71
standarisasi dan pengendalian kinerja bagi pegawai, belum adanya
data base pelanggan.
1. Belum adanya sistem antrian yang baik
Sistem antrian yang baik merupakan hal yang harus
diperhatikan dalam bisnis jasa. KPB 16000 saat ini belum
memiliki sistem antrian yang baik. Hal ini dapat dilihat dari
belum adanya komputerisasi antrian yang berdampak pada
pelanggan yang harus antri berdiri sebelum melakukan
pembayaran. KPB 16000 dan seluruh kantor cabangnya
jugabelum memiliki SOP (Standar Operating Procedure) atau
pengendalian dalam durasi waktu pelayanannya seperti waktu
maksimal pemberian layanan.
2. Jaringan internet yang sering bermasalah (offline)
Masalah yang seringkali terjadi dan membuat konsumen
menjadi kecewa terhadap pelayanan SOPP di Kantor Pos adalah
jaringannya yang sering bermasalah (offline). Hal ini bisa terjadi
karena lalu lintas transaksi yang padat yang menyebabkan
server pada mitra mengalami gangguan teknis.
Secara umum, jaringan yang offline adalah kendala terbesar
yang dihadapi oleh KPB 16000 dan Kantor Pos yang berada di
seluruh Indonesia. Informasi ini didapat berdasarkan riset yang
dilakukan oleh Mark Plus dalam mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi ketidakpuasan atas layanan SOPP secara
nasional pada tahun 2010.
72
Gambar 21. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan
layanan SOPP KPB 16000 tahun 2010
3. Kurang ramahnya front office terhadap pelanggan
Inti dari pemasaran jasa adalah bagaimana perusahaan
mampu mengedepankan 5 kualitas dimensi jasa yaitu reliability
(keandalan, yaitu kemampuan perusahaan dalam memberikan
jasa yang tepat dan dapat diandalkan), responsiveness (cepat
tanggap, yaitu kemampuan perusahaan dalam memberikan
pelayanan
kepada
pelanggan
dengan
cepat),
Assurance
(jaminan, yaitu kemampuan dan kesopanan karyawan serta sifat
dapat dipercaya yang dimiliki oleh karyawan), empathy (empati,
yaitu pemahaman karyawan terhadap kebutuhan konsumen serta
perhatian yang diberikan oleh karyawan) dan dimensi Tangible
(kasat mata, yaitu penampilan fisik seperti peralatan karyawan,
dan sarana komunikasi).
Lima dimensi jasa tersebut mampu terlihat /tercermin dari
pelayanan front office. Dari observasi dan wawancara yang
dilakukan kepada pelanggan pos, banyak di antara mereka yang
mengeluhkan
kekurangan
ramahan
front
office
dalam
memberikan pelayanannya. Oleh karena itu apabila KPB 16000
dan Kantor Pos di Bogor tidak memperhatikan kualitas
layanannya dari front officenya, maka pelanggan akan mudah
beralih kepada pesaingnya atau menggunakan produk substitusi
dari SOPP pos.
73
Berdasarkan riset yang dilakukan Mark Plus 2010, PT.
Posindo secara nasional memiliki tingkat kepuasan pelanggan
paling rendah terhadap pelayanan, bahkan dibawah rata-rata
industri (Gambar 22.) . Riset tersebut juga memetakan bahwa,
prioritas yang harus ditingkatkan oleh perusahaan adalah
memperbaiki kinerja staff (dalam hal ini front office) dalam
kecepatan, empati dan product knowledgenya (Gambar 23.).
Gambar 22. Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan
Perusahaan Penyedia Collecting Paymet Online
80.0
P erformanc e (% )-( A )P T P O S IND O NE S IA
1. Cara pembayaran
6. K eramahan dan kes opanan s taf
18. Tingkat ketelitian s taf
7. K etuntas an dalam menyeles aikan
mas alah
4. K emudahan menc ari informas i
mengenai s yarat/pros edur
pembayaran/penyetoran
8. Online/Real Time
15. S taf menggunakan identitas
diri/nama
21. Waktu pros es
pembayaran/penyetoran
5. K emudahan pros edur
pembayaran/penyetoran
19. V arias i jenis layanan
(pembayaran/penyetoran/ is i ulang)
20. Waktu operas ional untuk
17. Tingkat keperc ayaan/kehA ndalan
pembayaran / penyetoran
s is tem
3. K emampuan komunikas i dari s taf
14. S taf c epat dan tanggap dalam
melayani
2. Empati ketika A nda menghadapi
mas alah
12. S is tem antrian
13. S lip is ian
9. Penampilan s taf
11. Produc t know ledge dari s taf
16. S taf s elalu menguc apkan s alam
s ebelum dan s es udah pros es
pembayaran / penyetoran
10. Perhatian/antus ias me dari s taf ketika
melayani
72.0
4.0
4.4
4.8
5.2
5.6
Importanc e (% )
Gambar 23. Priority Improvement Analysis Layanan SOPP
KPB 16000
4.
Belum adanya standarisasi dan pengendalian kinerja bagi
pegawai.
Pengendalian kinerja merupakan salah satu hal yang harus
dimiliki perusahaan sebagai usaha untuk mencapai kinerja yang
6.0
74
efektif (sesuai dengan tujuan perusahaan) dan efisien. Salah satu
kelemahan KPB 16000 adalah perusahaan belum memiliki
standarisasi kerja maupun alat pengendaliannya. Apabila hal
tersebut tidak mendapatkan penanganan yang serius, maka
perusahaan akan mengalami kesulitan dalam mencapai target
yang diinginkan.
Saat ini basis pengendalian kinerja masih berdasarkan role
statement dan belum menggunakan sebuah sistem misalnya KPI
(key
performance
indicator)
atau
PMS
(performance
management system) yang akan menghasilkan standar kinerja
bagi individu maupun unit. Pembentukan sistem ini dirasa
penting karena sistem pengendalian kinerja menjadikan kualitas
pekerjaan mampu terkontrol dan terevaluasi dengan baik. Selain
itu, pengendalian kinerja yang baik akan mampu yang
memberikan informasi tentang insentif yang adil atas pekerjaan
karyawan sehingga pada akhirnya akan mampu memotivasi
karyawan untuk meningkatkan kualitas pekerjaannya.
5.
Belum adanya data base pelanggan retail
Konsep pemasaran modern adalah konsep yang menganut
paham
bahwa
berorientasi
kegiatan
pada
pemasaran
dijalankan
konsumen/pelanggan.
Dalam
dengan
konsep
pemasaran seperti ini, pelanggan dilihat sebagai bagian dari
perubahan lingkungan dan merupakan salah satu basis kemana
perusahaan akan melangkah.
Perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan akan
mampu mendatangkan laba jangka panjang. Oleh karena itu,
informasi terkait pelanggan menjadi begitu penting sebagai
upaya
perusahaan
dalam
mengetahui,
mempelajari
dan
menciptakan kepuasan pelanggan.
Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh KPB 16000 adalah
perusahaan belum memiliki data base pelanggan retail.
Sebagaimana yang telah dijelaskan, informasi pelanggan adalah
75
hal vital yang harus dimiliki bagi setiap perusahaan jasa yang
ingin melakukan inovasi maupun melakukan riset pemasaran
guna mencapai target perusahaan.
4.6.3
Peluang
KPB
16000
memiliki
beberapa
peluang
berdasarkan
lingkungan pemasaran perusahaan di antaranya : pasar/jumlah
konsumen retail yang besar, kepercayaan terhadap SOPP Posindo
sebagai
penyalur
bagi
program-program
pemerintah,
perkembangan teknologi yang semakin meningkat, ekspansi
Kredit, jumlah mitra SOPP yang terus bertambah, banyaknya
pelanggan dari mitra yang belum melakukan pembayaran di Kantor
Pos, penambahan titik layanan baru melalui agen pos.
1. Pasar /jumlah konsumen retail yang besar
Indikator potensi konsumen retail SOPP KPB 16000
diperoleh dari jumlah pelanggan dari mitra SOPP itu sendiri.
Pada Tahun 2010, jumlah pelanggan mitra SOPP KPB 16000
secara keseluruhan adalah 12.675.000 pelanggan. Dengan posisi
market share pada tahun 2009 sebesar 15%, maka KPB 16000
memiliki peluang pasar sebesar 10.773.750 pelanggan yang
belum berhasil didapatkan. Potensi tersebut belum termasuk
PDAM Tirta Pakuan yang saat ini masih dalam tahap negosiasi
untuk menjadi mitra SOPP KPB 16000.
2. Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai penyalur bagi
program-program pemerintah.
Posindo seringkali menjadi tempat kepercayaan bagi
pemerintah dalam menyalurkan berbagai programnya kepada
masyarakat. Salah satu program pemerintah yang menggunakan
produk SOPP Posindo adalah Tunjangan Fungsional Guru
(TFG).
Pemerintah
melakukan
MoU
(Memorandum
Understanding) dengan pihak Bank Batara
of
yang telah
bekerjasama sama sebelumnya dengan pihak Posindo.
76
Pada tahun 2009, Posindo unit Jawa Barat dipercaya
pemerintah sebagai penyalur dana sebesasr Rp 509 milyar bagi
seluruh guru di Jawa Barat. Hal ini adalah sebuah peluang yang
harus dimanfaatkan oleh seluruh Kantor Pos di Indonesia (tidak
terkecuali KPB 16000) dimana dampak dari adanya program
tersebut seorang guru akan selalu datang untuk mengambil
tunjangannya dan menjadi pelanggan tetap bagi Kantor Pos.
Selain itu, adanya program TFG menjadikan Bank Batara
sebagai mitra KPB 16000 dengan pangsa pasar terbesar yaitu
17,95% di antara mitra-mitra yang lain.
3. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat
Perkembangan teknologi merupakan peluang yang harus
ditangkap dan dimanfaatkan oleh KPB 16000. Penggunaan
teknologi akan menjadikan KPB 16000 mampu beroperasi
secara efisien dan tidak menutup kemungkinan KPB 16000
mampu
menggunakan
berbagai
kemudahan
yang
dapat
diciptakan teknologi seperti short message service (sms)
payment atau inovasi lainnya sebagai dampak perkembangan
dari sistem pembayaran.
Perkembangan teknologi juga mampu menjadi salah satu
alternatif solusi dalam mengatasi kekurangan-kekurangan yang
dimiliki oleh KPB 16000 seperti sistem antrian yang masih
konvensional, kendala jaringan yang seringkali offline, maupun
menjadi alternatif product development seperti penggabungan
dua aplikasi antara SOPP dengan emiten atau wesel pos.
4. Ekspansi kredit dalam hal kemudahan kredit dan Jumlah
perusahaan pembiayaan yang semakin meningkat.
Salah satu peluang bagi produk SOPP KPB 16000 adalah
adanya ekspansi kredit dari berbagai perusahaan pembiayaan.
Kemudahan kredit yang ditawarkan bahkan tanpa agunan serta
adanya
peningkatan
daya
beli
masyarakat
menjadikan
masyarakat memiliki pola hidup yang konsumtif. KPB 16000
77
harus mulai menyadari peluang ini dengan merekrut perusahaan
pembiayaan tersebut sebagai mitra sehingga memperoleh pasar
yang dimiliki oleh mitra yang bersangkutan.
5. Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat Kota Bogor yang
tinggi.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bogor tahun 2008
sebesar 6,07 % mengalami peningkatan 0,29% dari tahun 2007
yaitu sebesar 5,78%. Peningkatan LPE diperoleh dari kontribusi
9 (Sembilan) sektor lapangan usaha. Dampak dari kenaikan
tersebut adalah peningkatan jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan dan dikonsumsi masyarakat.
Menurut BPS, pada tahun 2007-2008 terjadi peningkatan
pendapatan perkapita masyarakat Kota Bogor (berdasarkan
harga berlaku sebesar Rp. 4.227.462,01) menjadi sebesar Rp
4.605.734,59 atau meningkat 8,94%. Hal ini menunjukkan
bahwa, masyarakat Kota Bogor memiliki potensi daya beli yang
terus meningkat setiap tahunnya. Kota Bogor juga merupakan
daerah yang potensial bagi bisnis jasa collecting payment dan
termasuk pasar yang belum jenuh mengingat tingkat konsumsi
dan jumlah penduduk yang terbesar di Jawa Barat (BPS, 2010).
6. Jumlah mitra SOPP yang terus bertambah
Penambahan mitra merupakan salah satu strategi yang
dilakukan oleh KPB 16000 dalam memperkaya item produknya.
Pada tahun 2010, KPB 16000 menargetkan menjalin kerjasama
dengan PDAM Tirta Pakuan. Pemilihan tersebut didasarkan
pada jumlah pelanggan yang tinggi dan menjangkau seluruh
kota Bogor. Dengan penambahan mitra tersebut, KPB 16000
akan mampu memaksimalkan titik layanan yang tersedia
sehingga target yang diharapkan perusahaan akan mampu
terealisasi.
78
7. Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum melakukan
pembayaran di Kantor Pos.
Salah satu peluang yang harus dimaksimalkan KPB 16000
adalah optimalisasi pelanggan dari mitra untuk melakukan
pembayaran di Kantor Pos. Hal itu dikarenakan, masih
banyaknya pelanggan dari mitra yang tidak memanfaatkan
Kantor Pos sebagai tempat mereka melakukan pembayaran.
Sebagai contoh kasus perusahaan pembiayaan Columbia finance
(perusahaan yang melakukan usaha kredit barang elektronik
bagi masyarakat). Walaupun telah tergabung sebagai mitra KPB
16000 sejak 3 tahun yang lalu, pada kenyataannya masih banyak
pelanggan Columbia yang tidak melakukan pembayaran
kewajibannya di Kantor Pos. Hal ini berdampak pada tidak
optimalnya layanan yang telah disediakan dan tidak tercapainya
target yang telah ditetapkan perusahaan.
8. Penambahan titik layanan baru melalui keagenan
Sebagai upaya untuk mengakusisi pasar retail SOPP di
Bogor, KPB 16000 memiliki peluang menguasai pasar tersebut
dengan melakukan penambahan titik layanan baru. Pemilihan
tempat yang strategis dan fasilitas pelayanan yang lengkap, akan
membuat Kantor Pos semakin kuat dalam hal jaringan sehingga
menambah daya tarik bagi mitra untuk menjalin kerjasama.
4.6.4
Ancaman
Berdasarkan
lingkungan
pemasarannya,
ancaman
yang
dihadapi oleh KPB 16000 adalah sebagai berikut :
1. Tingkat persaingan yang tinggi
Persaingan adalah hal mutlak yang terjadi dalam sebuah
bisnis. Adanya persaingan menjadikan terebutnya pangsa pasar.
Dalam jasa collecting payment saat ini jumlah kompetitor relatif
banyak. Hal ini dibuktikan dengan hampir semua perbankan
yang ada di Bogor telah memiliki payment online sebagai salah
79
satu produk perusahaan seperti : Bank Mandiri, BNI 46, Bank
Batara, Bank Mega, Bank Batara, dll.
Media lain dari perbankan yang mampu melakukan
collecting payment adalah ATM. Total jumlah ATM di Kota dan
Kabupaten Bogor sebesar 181 akan menjadi ancaman tersendiri
bagi
SOPP
KPB
16000
mengingat
konsumen
mampu
menggunakan fasilitas ATM untuk melakukan pembayaran
tagihannya.
Persaingan juga diikuti oleh meningkatnya tawaran
beberapa perusahaan untuk menjadi agen payment online di
internet. Kemudahan menjadi agen dan keuntungan yang
didapatkan
dari
usaha
tersebut
semakin
meningkatkan
persaingan bisnis payment online di Kota Bogor.
2. Intervensi Pemerintah dalam pembuatan kebijakan.
Regulasi
berupa
kebijakan
pemerintah
diidentifikasi
sebagai ancaman dikarenakan intervensi pemerintah sebagai
pembuat
kebijakan
mampu
mempengaruhi
pengambilan
keputusan bagi manajer dalam menyusun strategi perusahaan.
Kondisi PT. Posindo sebagai BUMN akan terikat dengan hak
maupun kewajiban yang telah dibuat sebagaimana BUMN
lainnya.
Kebijakan yang telah dirasakan dampaknya bagi PT.
Posindo adalah UU No 6/1984 tentang Pos yang berimplikasi
pada dihapuskannya hak monopoli sebagai PT. Posindo sebagai
perusahaan yang bergerak di bidang pos. Isu politik yang harus
dihadapi kantor pos terutama di jasa SOPP masa depan adalah
adanya isu Restrukturisasi BUMN, dimana akan dilakukan
perampingan dan revitalisasi beberapa perusahaan sesuai dengan
core businessnya masing-masing. SOPP sebagai produk berbasis
layanann keuangan diisukan akan menjadi fokus tunggal bagi
sektor perbankan.
80
3. kemudahan masyarakat memperoleh produk substitusi
Setiap perusahaan yang berada dalam industri tertentu akan
bersaing dengan produk substitusinya. Kekuatan produk
substitusi ini terjadi ketika konsumen dihadapkan pada
switching cost yang lebih rendah dengan kualitas produk yang
lebih baik/relatif sama.
Pada bisnis SOPP, produk substitusi SOPP terdapat pada
dua pesaing yaitu produk perbankan yang menawarkan
keunggulan
dalam
hal
kualitas,
keakuratan
maupun
keefisiensinan dibandingkan dengan SOPP KPB 16000, serta
perusahaan yang menawarkan keagenan seperti PT Reksa karya
Mandiri dengan sms gateway maupun aplikasi webnya.
Berpindahnya pelanggan SOPP KPB 16000 terhadap
produk substitusinya juga bisa disebabkan karena kekecewaan
terhadap pelayanan perusahaan yang ditambah oleh kemudahan
masyarakat dalam memperoleh produk substitusi.
4. Beralihnya mitra terhadap pesaing
Mitra bagi Kantor Pos adalah hal yang sangat vital dalam
mencapai target perusahaan maupun pencitraan Kantor Pos
sebagai tempat collecting payment terlengkap. Salah satu
ancaman yang harus dihadapi KPB 16000 adalah beralihnya
mitra terhadap pesaingnya. Hal ini bisa terjadi apabila pihak
perusahaan kurang memelihara komunikasi dan pelayanan
kepada mitra. Pada dasarnya mitra akan melakukan kerjasama
dengan perusahaan yang mampu memberikan service excellent.
Oleh karena itu, sangat penting bagi KPB 16000 untuk
mengintensifkan komunikasi guna menjaga hubungan dan
keuntungan jangka panjang lainnya.
5. Munculnya pemain baru dalam industri.
Bisnis jasa pembayaran online merupakan pasar yang belum
jenuh dan mudah untuk dimasuki oleh perusahaan manapun. Hal
inilah yang menjadikan banyaknya pemain baru dalam industri
81
untuk bersaing dengan produk SOPP Kantor Pos. Berdasarkan
kenyataan tersebut, KPB 16000 harus memiliki strategi
pemasaran
yang tepat
kompetitif
produk
dalam
sehingga
memunculkan
walaupun
keunggulan
pesaing
terus
bermunculan, konsumen tetap menggunakan SOPP Kantor Pos
untuk melakukan pembayaran.
6. Beralihnya masyarakat kepada non-cash payment.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, sistem
pembayaran juga mengalami perkembangan dalam hal alat
pembayaran yang semula cash based menjadi non cash based.
Hal tersebut telah mengubah secara signifikan arsitektur sistem
pembayaran konvensional yang mengandalkan fisik uang
sebagai instrumen pembayaran.
Kemajuan sistem pembayaran yang berbasis pada teknologi
juga memicu proses efesiensi dalam hal biaya, keamanan dan
waktu. Seseorang kini tidak perlu repot membawa uang tunai
untuk melakukan berbagai aktivitas pembayaran atau terkendala
masalah jarak yang jauh. Hal tersebut dikarenakan pembayaran
dapat dilakukan secara online melalui handphone atau internet
(e-payment).
Beralihnya tren masyarakat menuju komunitas non-cash
payment tentu menjadi ancaman tersendiri bagi SOPP KPB
16000 yang saat ini masih berbasis pada cash-payment. Oleh
karena itu, Posindo harus mulai memikirkan tren masyarakat
seperti yang telah dikemukakan agar tetap menjadi pemimpin
pasar retail di bisnis jasa pembayaran online dan tidak
mengalami hal yang serupa seperti unit bisnis mail yang
cenderung menurun akibat perubahan tren masyarakat Indonesia
yang bergeser kepada temuan-temuan teknologi seperti sms,
email, dll.
82
4.7
Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran
Setelah mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang,
tahap selanjutnya adalah melakukan perumusan strategi. Perumusan strategi
meliputi tiga tahapan, yaitu tahapan masukan (input stage), tahap
pencocokan (matching stage) dan tahap pengambilan keputusan (decision
stage).
4.7.1 Tahap Masukan
Tahap masukan adalah tahap untuk menginput hasil analisis
dan identifikasi yang terhadap kondisi lingkungan internal dan
eksternal perusahaan. Hasil analisis berupa faktor internal (kekuatan
dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) akan
disusun ke dalam matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE
(Eksternal Factor Evaluation).
1.
Matriks IFE
Matriks IFE menggambarkan dan mengetahui kondisi
internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan.
Nilai skor terbobot merupakan perkalian dari bobot dikalikan
dengan rating yang secara utuh ditampilkan pada Tabel 14. Pada
Tabel 14. dapat diketahui bahwa KPB 16000 memiliki dua
kekuatan utama yaitu jaringan yang luas dan tersebar dan jumlah
mitra yang lengkap. Kedua faktor tersebut memiliki nilai skor
terbobot yang sama yaitu sebesar 0,411. Matriks IFE juga
memperlihatkan bahwa kelemahan utama KPB 16000 adalah
belum adanya sistem antrian yang baik dan jaringan internet
yang sering bermasalah (offline) dengan skor terbobot terbesar
yaitu 0,148.
Berdasarkan perhitungan matriks IFE, secara menyeluruh
diperoleh total skor sebesar 2,970 (di atas 2,5) yang
menunjukkan bahwa posisi internal perusahaan cukup kuat atau
83
di atas rata-rata. Dengan kata lain, KPB 16000 telah cukup baik
mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahannya.
Tabel 13. Matriks IFE Produk SOPP KPB 16000
No
Faktor Strategis
Bobot
Rating
Total
Bobot x
Rating
Kekuatan
S1
Memiliki jaringan (kantor Cabang) yang tersebar
di seluruh Kota dan Kabupaten Bogor sebanyak 33
titik layanan
0.103
4.00
0.411
S2
Merupakan Top of Mind (TOM) sebagai
perusahaan pembayaraan tagihan secara nasional
0.089
3.00
0.267
S3
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47 mitra
0.103
4.00
0.411
S4
Semua kantor pos telah terhubung secara online
dengan jumlah loket 39 online seluruh Bogor
0.082
4.00
0.329
S5
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan konsumen
0.096
3.33
0.320
S6
Memiliki Market Share Terbesar
0.089
3.33
0.297
S7
waktu layanan yang lebih lama
0.075
3.00
0.226
Kelemahan
W1
Belum adanya sistem antrian yang baik
0.089
1.67
0.148
W2
Jaringan internet yang sering bermasalah (offline)
0.089
1.67
0.148
W3
Kurang ramahnya front office terhadap pelanggan
0.068
1.67
0.114
W4
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan tingkat
rotasi pegawai yang relatif cepat.
0.062
1.33
0.082
W5
Belum adanya standarisasi dan pengendalian
kinerja bagi pegawai.
0.055
1.67
0.091
W6
Belum memiliki data base pelanggan retail
0.075
1.67
0.126
TOTAL
2.
Matriks EFE
Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh dari faktor-faktor eksternal yaitu peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan. Hasil dari perhitungan
tentang kondisi eksternal KPB 16000 disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 memperlihatkan empat peluang utama yang
SOPP KPB 160000 yaitu : memiliki pasar/jumlah konsumen
retail yang besar, kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai
penyalur bagi program-program pemerintah, potensi Jumlah
2.970
84
mitra SOPP yang akan terus bertambah, banyaknya pelanggan
dari mitra yang belum melakukan pembayaran di Kantor Pos.
Keempat peluang tersebut memiliki skor terbobot terbesar
yaitu 0,289. Matriks EFE juga memperlihatkan ancaman
terbesar
SOPP
yaitu
kemudahan
masyarakat
untuk
memperoleh produk substitusi dengan skor terbobot 0,283.
Tabel 14. Matriks EFE Produk SOPP KPB 16000
No
O1
Faktor Strategis
Peluang
Memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang
besar
Bobot
Rating
Total
bobot x
Rating
0.079
3.67
0.289
O2
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai
penyalur bagi program-program pemerintah
0.079
3.67
0.289
O3
Perkembangan teknologi yang semakin
meningkat
0.073
3.67
0.267
O4
Ekspansi Kredit dalam hal kemudahan kredit
dan Jumlah perusahaan pembiayaan yang
semakin meningkat
0.079
3.33
0.263
O5
Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat
Kota Bogor yang tinggi.
0.068
3.33
0.226
O6
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus
bertambah
0.079
3.67
0.289
O7
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum
melakukan pembayaran di Kantor Pos
0.079
3.67
0.289
O8
Penambahan titik layanan baru
0.079
2.67
0.210
0.073
3.67
0.267
0.079
2.67
0.210
Ancaman
T1
T2
Tingkat persaingan yang tinggi
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan
kebijakan.
T3
Kemudahan masyarakat memperoleh produk
substitusi
0.085
3.33
0.283
T4
Beralihnya mitra terhadap pesaing
0.073
3.33
0.242
T5
Munculnya pemain/pesaing baru dalam
Industri jasa pembayaran.
0.073
3.33
0.242
T6
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan
non-cash payment.
0.073
2.67
0.194
TOTAL
3.559
85
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa, KPB 16000
memiliki skor total untuk faktor eksternal sebesar 3,559 yang
berari situasi eksternal perusahaan di atas rataan yaitu sebesar
3,00. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, KPB
16000 telah mampu merespon faktor eksternal dengan
memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman.
4.7.2
Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan (matching stage) adalah tahapan yang
bertujuan untuk membangkitkan atau memunculkan alternatif
strategi yang fisibel untuk dilaksanakan. Pada penelitian kali ini,
tahap pencocokan akan menggunakan tiga buah alat analisis yaitu
menggunakan matriks IE dan TOWS.
1. Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks IE berfungsi untuk memetakan atau memposisikan
suatu SBU perusahaan (dalam hal ini SOPP) ke dalam Sembilan
matriks yang terdiri dari 9 sel berdasarkan nilai dari IFE dan
EFE yang telah dianalisis sebelumnya. Berdasarkan hal
tersebut, KPB 16000 memiliki skor IFE sebesar 2,970 dan skor
EFE sebesar 3,559. Interpretasi dari kombinasi nilai ini
menyatakan bahwa,
lingkungan internal SOPP KPB 16000
tidak lebih baik dari lingkungan eksternalnya. Kemajuan
perusahaan lebih didorong oleh kekuatan eksternal berupa
persaingan atau kondisi industri dibandingkan competitive
advantage yang dimiliki perusahaan. Kombinasi nilai IFE dan
EFE yang dipetakan pada matriks IE juga telah memposisikan
perusahaan pada kuadran II sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 24.
86
Gambar 24. Matriks IE Produk SOPP KPB 16000
Kuadran II pada matriks IE menggambarkan posisi SBU
perusahaan berada dalam tahap grow and build. Implikasi
strategi yang cocok bagi produk SOPP KPB 16000 atas posisi
tersebut adalah strategi intensif yang terdiri dari market
penetration, market development dan product development.
2. Matriks TOWS
Pada dasarnya, formulasi strategi yang dihasilkan oleh
matriks TOWS tidak menghasilkan satu prioritas strategi yang
harus dilakukan, akan tetapi semua strategi tersebut harus
dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu, kerangka kerja
matriks TOWS sebenarnya berfungsi untuk memetakan
berbagai
kemungkinan/alternatif
strategi
membandingkan kekuatan dengan peluang
dengan
(S-O), kekuatan
dengan ancaman (S-T), kelemahan dengan peluang (W-T) serta
kelemahan dengan ancaman (W-O).
a. Strategi S-O
Strategi S-O adalah strategi dengan menggunakan
kekuatan perusahaan untuk memanfaatkan peluang yang ada.
Dari hasil pemetaan tersebut diperoleh beberapa alternatif
strategi di antaranya : meningkatkan kegiatan promosi untuk
menjangkau pasar retail, menjadikan PDAM sebagai mitra
87
baru SOPP KPB 16000, lakukan penetrasi pasar dengan
menambah titik layanan melalui keagenan
1) Meningkatkan kegiatan promosi untuk menjangkau pasar
retail yang besar.
Promosi adalah bagian dari bauran pemasaran yang
berfungsi untuk menyadarkan sekaligus mendirect
masyarakat dalam mengkonsumsi produk perusahaan.
Potensi pasar retail yang besar dan belum ditangkap
secara optimal, menjadikan promosi sebagai salah satu
alternatif strategi untuk menangkap peluang tersebut.
Saat ini, kegiatan promosi yang dilakukan oleh KPB
16000 sangat terikat dengan kebijakan pemasaran PT.
Posindo selaku kantor pos pusat. Berdasarkan riset yang
dilakukan oleh Mark Plus 2010, kinerja promosi yang
dilakukan oleh PT. Posindo adalah yang terendah
dibandingkan dengan para pesaingnya yang bergerak
dalam
bisnis
collecting
payment
sebagaimana
ditampilkan pada Gambar 25.
Gambar 25. Kepuasan pelanggan terhadap aktivitas
promosi yang dilakukan perusahaan yang
memiliki jasa collecting payment.
Berdasarkan hal tersebut, PT. Posindo perlu
melakukan upaya perbaikan terkait kinerja promosi baik
itu berupa frekuensi, kualitas program dan media
88
promosi. KPB 16000 memiliki keterbatasan dalam
melakukan
kegiatan
promosi
dikarenakan
faktor
kebijakan dan posisinya sebagai UPT, namun demikian
ada beberapa alternatif strategi promosi yang dapat
dilakukan oleh KPB 16000 antara lain :
Melakukan direct selling (promosi langsung kepada
masyarakat) terutama masyarakat yang tinggal di
pedesaan, beberapa komunitas masyarakat seperti :
perkumpulan
ibu-ibu
PKK,
karang
taruna
atau
perkumpulan pengajian. Pemilihan masyarakat pedesaan
dan beberapa komunitas di atas sebagai target direct
selling adalah kefektifitasan dan biayanya yang relatif
lebih murah dibandingkan dengan promosi menggunakan
media televisi.
Menggunakan media koran dan radio setempat yang
paling sering digunakan sebagai media promosi SOPP.
Untuk beberapa kasus, KPB 16000 mampu memodifikasi
bahasa promosi dengan menggunakan bahasa daerah
setempat sehingga akan lebih efektif dalam mendapatkan
mind share masyarakat.
Penggunaan jejaring sosial seperti facebook atau twitter
sebagai media promosi sekaligus menjadi langkah
alternatif KPB 16000 dalam menginfokan beberapa hal
terkait informasi produk, program maupun kegiatankegiatan yang akan dilakukan perusahaan.
Melakukan komunikasi yang intensif kepada mitra agar
dapat menginformasikan kepada pelanggannya untuk
menggunakan Kantor Pos sebagai tempat melakukan
pembayaran.
89
2) Melakukan Community Based Marketing
Alternatif strategi ini memadukan antara faktor
keunggulan kompetitif KPB 16000 bagi mitra yaitu
jaringan yang tersebar (S1), jumlah mitra yang lengkap
(S3), Lokasi yang Strategis dan dekat dengan konsumen
(S5) dengan peluang memiliki pasar/jumlah konsumen
retail yang besar (O1) dan potensi jumlah mitra SOPP
yang terus bertambah (O6).
Pada dasarnya, seluruh titik layanan Kantor Pos
yang terdiri dari 33 titik layanan dan letaknya yang
tersebar atau dekat dengan konsumen merupakan potensi
atau daya tarik terbesar bagi mitra yang ingin melakukan
kerjasama dengan Kantor Pos. Kesadaran perusahaan
dalam memanfaatkan kekuatan ini harus dilakukan
dengan memperlebar pangsa pasar industri collecting
payment.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pangsa pasar adalah dengan melakukan
community based marketing. Strategi ini dilakukan
dengan cara melakukan kerjasama terhadap komunitaskomunitas masyarakat dalam memasarkan produknya.
Beberapa komunitas yang bisa menjadi target pasar
SOPP adalah komunitas Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI), komunitas perumahan, komunitas
pengguna air ledeng, dll. Pada tahap selanjutnya kantor
pos akan memfasilitasi secara maksimal kebutuhan
pembayaran komunitas tersebut dengan keuntungan yang
bisa didapatkan sesuai dengan perjanjian.
ABRI adalah komunitas yang menjadi target utama
pada tahun 2011. Alasan dipilihnya komunitas tersebut
adalah jumlahnya yang besar dan terorganisir serta
mudah melakukan pengawasan. Komunitas lain yang
90
menjadi alternatif adalah komunitas pengguna air ledeng.
Implementasi dari penetapan strategi tersebut adalah
dengan menambah mitra potensial yaitu PDAM Tirta
Pakuan. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam
pengelolaan air di Kota Bogor, perusahaan tentu
memiliki pangsa pasar yang besar mengingat air adalah
kebutuhan mutlak yang dibutuhkan bagi setiap individu.
Saat ini PDAM Tirta Pakuan telah menjalin kemitraan
dengan beberapa perusahaan maupun organisasi antara
lain : Koperasi Tirta Sanita, Bank Jabar, BNI 46, Bank
Mandiri, Lippo Bank, Panin Bank, BTPN, dll.
3) Melakukan penetrasi pasar dengan menambah titik
layanan melalui keagenan.
Strategi ini merupakan formulasi antara faktor
seluruh Kantor Pos yang telah terhubung secara online
(S4) dengan peluang pasar berupa permintaan pasar retail
yang besar
(O1),
perkembangan
teknologi
(O3),
banyaknya pelanggan mitra yang belum menggunakan
produk SOPP Kantor Pos (O7) dan penambahan titik
layanan baru (O8).
Karakteristik terbesar pelanggan SOPP adalah
walking customer. Strategi pengembangan titik layanan
baru melalui keagenan akan menjadi alternatif dalam
melakukan ekspansi pasar. Keagenan merupakan salah
satu strategi untuk mengatasi konsumen yang malas ke
Kantor Pos karena kendala jarak yang jauh maupun
waktu pelayanan yang terbatas.
Berdasarkan
strategi
keagenan
tersebut,
permintaan pasar yang tinggi dan pangsa pasar SOPP
yang belum diraih bisa dimaksimalkan. KPB 16000 bisa
menggunakan internet sebagai media promosi yang
91
berisi informasi kerjasama dan keuntungan menjadi agen
SOPP Kantor Pos.
b. Strategi W-O
Strategi W-O adalah strategi dengan memanfaatkan
peluang untuk mengatasi kelemahan perusahaan. Terdapat
tiga strategi alternative berdasarkan pemetaan lingkungan
dengan membandingkan faktor kelemahan dan peluang, di
antaranya : melakukan otomatisasi dalam sistem antrian,
meningkatkan pelatihan kepada front office dalam hal
pelayanan
dan
product
knowledgenya,
meningkatkan
penjualan dengan mewajibkan seluruh karyawan perusahaan
menggunanakan produk SOPP
1) Melakukan otomatisasi dalam sistem antrian
Kelemahan terbesar yang harus menjadi fokus
utama KPB 16000 adalah sistem antrian yang masih
konvensional atau belum memiliki sistem otomatisasi
saat pelanggan melakukan kegiatan pembayaran di KPB
16000. Berdasarkan hal tersebut, strategi yang harus
dilakukan adalah memperbaiki sistem antrian ataupun
memberikan standar waktu pelayanan serta pengaturan
layout kantor yang baik.
Keuntungan lain yang dihasilkan dengan adanya
sistem otomatisasi antrian adalah mampu memberikan
informasi tentang jumlah transaksi/pelanggan yang
berkunjung ke Kantor Pos. Informasi tersebut pada tahap
selanjutnya KPB 16000 dapat digunakan untuk kegiatan
R&D atau riset kepuasan pelanggan.
2) Meningkatkan pelatihan kepada front office dalam hal
pelayanan dan product knowledgenya.
Alternatif strategi pelatihan kepada front office
muncul ketika pelanggan tidak merasa puas terhadap
92
pelayanan
yang
diberikan.
Penampilan,
empati,
kecepatan layanan dan pengetahuan tentang produk
harus senantiasa ditingkatkan agar tujuan kepuasan
pelanggan dapat tercapai.
Pelatihan yang saat ini diberikan kepada front office
diakui sangat kurang oleh pihak SDM KPB 16000.
Frekuensi
yang
tidak
berkesinambungan
dan
penyelenggaraannya yang belum berbasis pada Training
Net Assesment (TNA), merupakan salah satu indikator
sebab-akibat kurangnya kualitas pelayanan dari front
office.
3) Meningkatkan penjualan dengan mewajibkan seluruh
karyawan perusahaan menggunanakan produk SOPP.
Kantor Pos Bogor memiliki jumlah karyawan
yang relatif besar yaitu 176 orang. Hal tersebut mampu
menjadi kekuatan sekaligus kelemahan bagi perusahaan.
Pada penelitian kali ini, setelah dilakukan wawancara
dengan pihak perusahaan, jumlah karyawan yang besar
merupakan salah satu kekurangan bagi perusahaan
karena akan berimplikasi pada biaya fix cost berupa gaji
pegawai yang ikut membesar. Akan tetapi, kekurangan
tersebut mampu menjadi kekuatan perusahaan dalam
meningkatkan penjualannya.
Hal yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan
faktor besarnya jumlah karyawan sebagai kekuatan
adalah dengan mewajibkan seluruh karyawan Kantor Pos
untuk menggunakan produk pos dalam hal ini SOPP
apabila ingin melakukan kegiatan pembayaran. Selain
itu, seluruh karyawan juga bisa menginformasikan
kepada keluarga atau masyarakat di daerahnya untuk
mempromosikan SOPP sebagai solusi terhadap berbagai
jenis pembayaran. Sehingga promosi tidak terfokus pada
93
salah satu divisi yaitu pemasaran, akan tetapi menjadi
tanggung jawab seluruh karyawan Kantor Pos.
c. Strategi S-T
Strategi S-T adalah strategi dengan menggunakan
kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman yang ada.
Terdapat dua alternatif strategi berdasarkan pemetaan
lingkungan dengan membandingkan faktor kekuatan dan
ancaman di antaranya : meningkatkan value yang dimiliki
KPB agar pelanggan tidak beralih kepada produk substitusi,
melakukan pemerkayaan produk SOPP dengan memperluas
cara bertransaksi berbasis account dan dibuatnya pos member
card (PMC).
1) Meningkatkan value yang dimiliki KPB agar pelanggan
tidak beralih kepada produk substitusi
KPB 16000 harus menyadari, bahwa saat ini
merupakan perusahaan memasuki era of choice dalam
pengertian bahwa, pelanggan memiliki kebebasan untuk
memilih produk yang akan dikonsumsi. Pelanggan juga
mulai cerdas untuk mempertimbangakan biaya peluang
atau opportunity cost maupun switching cost dalam
industri. Persaingan jasa pembayaran yang melibatkan
bank-bank dengan penawaran berupa kemudahankemudahan seperti sms banking, internet banking atau
keagenan dengan produk sms gateway nya, menjadikan
pelanggan berpikir ulang untuk melakukan pembayaran
di Kantor Pos.
Strategi yang diformulasikan untuk menghadapi
persaingan yang tinggi dan besarnya kemungkinan
pelanggan untuk memilih produk substitusinya adalah
adalah dengan meningkatkan value yang dimiliki KPB
16000. Value diartikan sebagai total get (total apa yang
94
diterima pelanggan dari perusahaan) dibagi dengan total
give (total yang diberikan pelanggan kepada perusahaan).
Berdasarkan lingkungan pemasarannya, value yang
dimiliki oleh KPB 16000 adalah sebagai berikut :
memiliki merek yang telah dikenal masyarakat (telah
terbentuk brand di benak konsumen), kelengkapan mitra
yang tidak dimiliki perusahaan pesaing, lokasi yang
dekat dengan konsumen dan waktu pelayanan yang lebih
lama
dari
meningkatkan
pesaing.
semua
Apabila
value
perusahaan
yang
dimiliki,
mampu
maka
kemungkinan pelanggan untuk berpindah kepada pesaing
atau produk substitusinya bisa diminimalisir.
Perusahaan
juga
harus
mulai
memikirkan
bagaimana menciptakan pelanggan yang loyal. Hal
tersebut dikarenakan bahwa aktivitas untuk mendapatkan
pelanggan pada suatu perusahaan akan menghabiskan
biaya jauh lebih besar daripada biaya dalam program
mempertahankan pelanggan. Ketika pelanggan telah
loyal terhadap produk atau perusahaan, maka hal tersebut
adalah asset berharga perusahaan karena pelanggan loyal
akan menarik/mempengaruhi pelanggan lainnya untuk
mengkonsumsi hal serupa atau menceritakan hal-hal baik
terhadap produk/perusahaan (positif word of mouth).
Semua keuntungan tersebut didapatkan dari kemampuan
perusahaan untuk selalu meningkatkan valuenya. Hal
tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa, perang
pemasaran pada hakikatnya adalah perang value.
95
2) Melakukan
pemerkayaan
produk
SOPP
dengan
menambah cara bertransaksi berbasis account dan
inovasi berupa Pos Member Card.
Salah satu lingkungan yang mampu menjadi
peluang sekaligus ancaman pada produk SOPP adalah
lingkungan teknologi. Basis transaksi tunai saat ini
memang masih relevan apabila ditujukan pada segmen
ekonomi menengah ke bawah, akan tetapi regulasi BI
yang mendukung terbentuknya less cash society serta
adanya peningkatan yang signifikan dalam penggunaan
e-commerce menjadikan KPB 16000 harus mulai
memikirkan pemerkayaan produk dengan menambah
cara bertransaksi melalui account.
Pemerkayaan basis transaksi ini adalah usulan yang
dapat diberikan kepada Kantor Pos Pusat sehingga dapat
diterapkan
untuk
Kantor
Pos
seluruh
Indonesia.
Perumusan strategi operasional berikutnya yang bisa
menjadi pertimbangan adalah inovasi produk berupa pos
member card (PMC).
PMC adalah kartu keanggotaan Kantor Pos yang
mampu memudahkan pemilik kartu tersebut dalam
melakukan transaksi sekaligus memberikan keuntungan
misalnya:
pemberian
pelanggan
pos
potongan
melakukan
atau
pembelian
diskon
di
jika
tempat
perbelanjaan tertentu/tempat wisata yang sebelumnya
telah menjalin kerjasama dengan pihak KPB 16000. Hal
ini
sangat
mungkin
untuk
dilakukan
mengingat
banyaknya mitra yang telah menjalin kerjasama dan
beberapa mitra potensial yang akan segera bergabung
dengan Kantor Pos. Latar belakang inovasi PMC adalah
memaksimalkan potensi pasar retail maupun mengelola
96
peluang berupa tingkat konsumsi masyarakat yang
cenderung meningkat.
d. Strategi W-T
Strategi
W-T
adalah
strategi
yang
dirumuskan
berdasarkan perbandingan kelemahan dan ancaman. Pada
penelitian kali ini, strategi yang dirumuskan adalah :
melakukan pengawasan atau quality controll terhadap
jaringan untuk meminimalisir terjadinya offline.
1. Melakukan pengawasan atau quality controll terhadap
jaringan untuk meminimalisir terjadinya offline.
Jaringan internet dan koneksinya terhadap mitra
menjadi hal paling vital dalam bisnis pembayaran secara
online. Kendala jaringan yang offline akan sangat
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan maupun pihak
mitra itu sendiri. Oleh karena itu, sebagai perusahaan
dengan jumlah mitra terbanyak dalam bisnis payment
online
di
Indonesia,
mengupayakan
kegiatan
KPB
16000
quality
harus
selalu
controll
untuk
memastikan jaringannya tidak akan bermasalah selama
transaksi berlangsung. Pemeliharaan dan peningkatan data
base juga menjadi salah satu prioritas program perusahaan
dalam meningkatkan mutu layanan sehingga untuk ke
depannya, kendala jaringan yang offline sudah tidak akan
terjadi kembali.
4.7.3
Tahap Keputusan
Tahap keputusan adalah tahap menentukan strategi alternatif
terbaik yang diambil berdasarkan nilai total keme„narikan strategi
(TAS). Berdasarkan tahap pencocokan yang telah dijabarkan
melalui matriks IE dan TOWS, terdapat tiga buah strategi utama
yang akan menjadi rekomendasi bagi perusahaan yaitu market
penetration, market development, dan product development. Ketiga
97
strategi generik tersebut selanjutya akan dilakukan judgment untuk
mengetahui strategi mana yang lebih tepat/diprioritaskan KPB
16000 berdasarkan lingkungan pemasarannya melalui matriks
QSPM.
1. Strategi market penetration
Strategi market penetration adalah strategi yang tujuan
utamanya meningkatkan market share suatu produk atau jasa
melalui usaha pemasaran yang lebih besar. Perusahaan berupaya
melakukan
usaha
pemasaran
agar
pelanggan
mampu
menggunakan produk/jasa perusahaan yang telah ada. TOWS
matriks telah memetakan beberapa alternatif strategi market
penetration yang dapat dilakukan perusahaan oleh KPB 16000
diantaranya :
Meningkatkan kegiatan promosi untuk menjangkau pasar
retail yang besar.
Menjadikan PDAM sebagai mitra baru SOPP KPB 16000
Melakukan penetrasi pasar dengan menambah titik layanan
melalui keagenan.
Melakukan komunikasi yang intensif kepada mitra agar
menginformasikan
kepada
pelanggannya
untuk
menggunakan Kantor Pos sebagai tempat melakukan
pembayaran
Tingkatkan value yang dimiliki KPB agar pelanggan tidak
beralih kepada produk substitusi
Meningkatkan penjualan dengan mewajibkan seluruh
karyawan perusahaan menggunanakan produk SOPP.
Optimalisasi seluruh titik layanan dengan meningkatkan
kualitas pelayanan berupa peningkatan kualitas front office
(dalam bersikap, product knowledgenya, dll)
2. Strategi market development
Secara umum pengertian strategi market development
adalah strategi yang tujuan utamanya adalah memperkenalkan
98
produk-produk yang ada sekarang ke daerah-daerah yang secara
geografis merupakan daerah yang baru. Strategi ini menjadikan
pasar yang baru sebagai fokus/target perusahaan. Berdasarkan
hal tersebut terdapat beberapa strategi market development yang
dapat dilakukan :
Melakukan penambahan Kantor Pos cabang di daerah baru
sehingga mampu secara maksimal menjangkau seluruh
kota.
Melakukan penambahan mitra baru yang menghasilkan
segmen yang berbeda misalnya dengan lembaga les,
sehingga anak-anak/pelajar mampu melakukan pembayaran
secara mandiri di Kantor Pos terdekat.
3. Strategi product development
Secara umum pengertiannya adalah strategi yang memiliki
tujuan utama untuk meningkatkan penjualan dengan cara
meningkatkan
atau
memodifikasi
produk/jasa
yang
ada
sekarang. Sehingga strategi ini adalah untuk memperbaiki
dan/atau mengembangkan produk yang sudah ada. Adapun
beberapa strategi product development yang dapat dilakukan
oleh KPB 16000 adalah sebagai berikut :
Melakukan pengembangan produk dengan inovasi berupa
pos member card.
Penggunaan Electronic Data Capture (EDC) pada agenagen pos sebagai upaya peningkatan mobilitas jaringan.
Pembuatan fasilitas e-commerce (transaksi berbasis web)
dimana setiap pelanggan pos mampu melakukan transaksi
melalui web kantor pos.
Pemerkayaan layanan melalui transaksi berbasis account
sebagai upaya peningkatan kapasitas produk.
Pengadaan data base pelanggan retail Kantor Pos yang
terintegrasi melalui sistem otomatisasi antrian.
99
Melakukan penggabungan data base informasi maupun
aplikasi antara SOPP dan produk wesel pos (emiten) untuk
efisiensi layanan.
Berdasarkan analisis QSPM, terlihat bahwa strategi market
penetration memiliki nilai TAS yang paling besar yaitu sebesar
7.17 diikuti oleh strategi market development (6,56) dan product
development (6,40). Oleh karena itu, KPB 16000 saat ini perlu
memprioritaskan strategi market penetration sebagai kerangka
strategi perusahaan.
Tabel 15. Perbandingan Total Attracticve Score (TAS) matriks
QSPM
No
Nama Strategi
TAS
1
Market Penetration
7,17
2
Market Development
6,56
3
Product Development
6,40
Implementasi
strategi/strategi
operasional
dari
market
penetration yang menjadi prioritas rekomendasi adalah :
1. Meningkatkan kegiatan promosi untuk menjangkau pasar retail.
2. Meningkatkan value produk agar pelanggan pelanggan tidak
berpindah kepada produk substitusinya.
3. Melakukan community based marketing dengan pasar ABRI dan
pengguna air ledeng sebagai sasaran komunitas.
Ketiga strategi operasional ini merupakan strategi dengan nilai
TWS terbesar pada matriks TOWS.
4.8
Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial yang dapat dilakukan KPB 16000 berdasarkan
penelitian ini dapat dilakukan dengan pendekatan fungsi manajerial berupa
POLC (Planning (perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), leading
(kepemimpinan) dan Controlling (pengendalian). Penelitian ini merupakan
proses planning atau disebut juga dengan tahap formulasi strategi.
Perencanaan yang dihasilkan dari penelitian kali ini adalah penentuan
evaluasi proses segmentasi, targeting dan potitioning serta tiga rekomendasi
100
strategi operasional berupa; meningkatkan kegiatan promosi untuk
menjangkau pasar retail, menjadikan meningkatkan value produk agar
pelanggan pelanggan tidak berpindah kepada produk substitusinya dan
melakukan usaha community based marketing dengan menetapkan pasar
ABRI dan pengguna air ledeng sebagai sasaran komunitas.
Proses pengorganisasian dilakukan dengan mengalokasikan sumber
daya
berupa
SDM
maupun
dana
yang
berfungsi
untuk
mengimplemantasikan planning yang telah dijelaskan di atas. Alokasi SDM
yang dapat dilakukan adalah dengan mengintruksikan kepada kepala
pemasaran untuk meningkatkan kegitan promosi hingga ke tahap direct
selling, penggunaan media-media promosi yang efektif seperti : koran dan
radio yang paling sering digunakan masyarakat Kota Bogor, penggunaan
media jejaring sosial (Facebook dan Twitter) dan komunikasi yang aktif
serta intensif kepada mitra dalam menginformasikan kepada pelanggannya,
bahwa pembayaran berbagai
kebutuhan dapat dilakukan di kantor pos.
Kepala pemasaran juga dituntut untuk melakukan negosiasi dengan pihak
PDAM agar mampu menjadi mitra SOPP kantor pos.
Tanggung jawab juga diberikan kepada kepala SDM yang berfungsi
untuk
meningkatkan
produktivitas/kualitas
karyawan
dengan
cara
menyelenggarakan pelatihan. Perbaikan sistem layanan berupa sistem
antrian dapat difokuskan kepada proker Financial Service Counter
Supervisor. Proses implementasi selanjutnya dapat dilakukan berdasarkan
tugas dan tanggung jawab yang telah dikoordinasikan yang selanjutnya di
monitoring/dikendalikan dengan sistem pengendalian kinerja dari SDM
maupun quality control supervisor agar pelaksanaan sesuai dengan apa yang
telah direncanakan.
101
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan permasalah dan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis lingkungan internal dapat diketahui bahwa, produk SOPP
KPB 16000 memiliki berupa kekuatan dan kelemahan. Kekuatan yang
dapat diidentifikasi diantaranya; memiliki Jaringan yang tersebar di
seluruh Kota dan Kabupaten Bogor, memiliki merek yang telah dikenal
masyarakat dan berskala nasional, jumlah mitra yang lengkap, semua
Kantor Pos telah terhubung secara online, lokasi yang strategis dan dekat
dengan konsumen (acceptable), memiliki market share terbesar dan
waktu layanan yang lebih lama.
2. Kelemahan produk SOPP KPB 16000 adalah : belum adanya sistem
antrian yang baik, jaringan internet yang sering bermasalah (offline),
kurang ramahnya front office terhadap pelanggan, jumlah karyawan yang
relatif banyak dan rotasi pegawai yang cepat, belum adanya standarisasi
dan pengendalian kinerja bagi pegawai, belum adanya data base
pelanggan.
3. Hasil analisis lingkungan eksternal produk SOPP KPB 16000 berupa
peluang dan ancaman. Peluang yang dapat diidentifikasi adalah :
memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang besar, kepercayaan terhadap
SOPP Posindo sebagai penyalur bagi program-program pemerintah,
perkembangan teknologi yang semakin meningkat, ekspansi kredit, daya
beli dan tingkat konsumsi masyarakat Kota Bogor yang tinggi, jumlah
mitra SOPP yang terus bertambah, banyaknya pelanggan dari mitra yang
belum melakukan pembayaran di Kantor Pos dan penambahan titik
layanan baru.
4. Faktor ancaman bagi produk SOPP KPB 16000 adalah tingkat persaingan
yang tinggi, intervensi pemerintah dalam pembuatan kebijakan,
102
kemudahan masyarakat memperoleh produk substitusi, beralihnya mitra
terhadap pesaing, munculnya pemain/pesaing baru dalam industri jasa
pembayaran, beralihnya masyarakat kepada kebiasasan non-cash
payment.
5. Berdasarkan matrik IE dapat diketahui bahwa perusahaan berada pada
tahap grow and build. Hal itu diperoleh dari kombinasi skor IFE dan EFE
yang masing-masing bernilai 2,970 dan 3,559. Dengan posisi tersebut,
KPB 16000 memiliki tiga implikasi strategi yaitu : yaitu market
penetration, market development dan product development sebagai
kerangka strategi perusahaan. Brdasarkan matriks TOWS diperoleh
pemetaan strategi yang akan mendukung ketiga strategi dari matriks IE
tersebut berupa elemen/item strategi operasional yang dapat dilakukan
KPB 16000.
6. Pada tahap keputusan dengan menggunakan alat analisis QSPM, dapat
diperoleh prioritas strategi yaitu market penetration dengan TAS yang
paling besar yaitu sebesar 7.04 diikuti oleh strategi market development
(6,56) dan product development (6,40). Beberapa item strategi market
penetration yang menjadi prioritas rekomendasi untuk SOPP KPB 16000
adalah:
Meningkatkan kegiatan promosi untuk menjangkau pasar retail.
Meningkatkan value produk agar pelanggan pelanggan tidak
berpindah kepada produk substitusinya.
Melakukan community based marketing dengan pasar ABRI dan
pengguna air ledeng sebagai sasaran komunitas.
5.2
Saran
1. Untuk menunjang strategi utama berupa market penetration dan
rekomendasi strategi operasionalnya, maka saran yang dapat diberikan
adalah :
KPB 16000 harus menyadari bahwa, promosi merupakan salah satu
alat yang berfungsi meningkatkan penjualan sekaligus pembentuk
brand/potitioning SOPP. Keaktifan perusahaan dalam menyadarkan
103
masyarakat akan eksistensi produk harus dilakukan hingga ke tahap
direct selling. Hal itu dikarenakan, segmen yang dipilih oleh SOPP
kantor pos adalah segmen ekonomi menengah ke bawah dimana
akses informasi yang diperoleh lebih terbatas dibandingkan segmen
menengah ke atas. Penggunaan media promosi seperti yang telah
dijelaskan melalui koran, radio, jejaring sosial adalah salah satu
saluran pemasaran yang efektif dalam menginformasikan eksistensi
produk beserta valuenya.
KPB 16000 harus benar-benar menyadari dan mengoptimalkan
keunggulan kompetitif yang dimilikinya terutama jaringan yang
tersebar dan online sebagai daya tarik terbesar untuk mendapatkan
PDAM sebagai mitra dan menjadikan ABRI sebagai sasaran
komunitas potensial. Lakukan negosiasi dengan pihak PDAM dan
komunitas ABRI dengan menunculkan kelebihan yang tidak
didapatkan dari pesaing SOPP seperti : harga yang kompetitif, waktu
pelayanan yang lebih lama, titik layanan yang dekat dengan
konsumen, dlll.
Tingkatkan value yang dimiliki SOPP KPB 16000 yang diwujudkan
dengan peningkatan kualitas pelayanan front office, sistem antrian,
melakukan quality control rutin terhadap jaringan agar tidak terjadi
offline, dll.
2. Sebagai salah satu BUMN, Posindo kini harus menjadikan perusahaan
sebagai organisasi yang memiliki orientasi profit centre. Hal itu hanya
bisa dilakukan dengan mengubah perusahaan sebagai marketing
company. Salah satu karakteristik marketing company adalah memiliki
pondasi awal dengan menjadikan tanggung jawab dan tugas dalam
mendapatkan, memuaskan maupun mempertahankan pelanggan terletak
pada setiap pegawai, tidak terfokus pada satu departemen/divisi
pemasaran saja. Kerangka berfikir seperti ini harus dimasukkan ke dalam
budaya perusahaan sehingga akan menjadikan setiap pegawai perusahaan
senantiasa meningkatkan kualitas kerjanya untuk kepuasan pelanggan.
Saran ini direkomendasikan karena masih terdapatnya pola pikir
104
karyawan yang tidak memikirkan kualitas pekerjaan dikarenakan
perusahaan yang berstatus sebagai BUMN (atau dalam dalam bahasa
popular sering diistilahkan dengan masih terbelenggu dengan ”plat
merah”).
3. KPB 16000 dan seluruh Kantor Pos di Indonesia harus mulai menyadari
bahwa faktor teknologi adalah faktor ekstenal yang harus dimanfaatkan
secara optimal. Pengawasan terhadap jaringan, perbaikan sistem antrian,
inovasi-inovasi produk, maupun kegiatan promosi dapat dimaksimalkan
dengan bantuan teknologi. Hal yang harus disadari juga oleh KPB 16000
adalah adanya perubahan pola pengambilan keputusan pembelian
konsumen yang cenderung ke arah less cash payment dimana teknologi
akan menjadi katalis untuk mempercepat pola tersebut.
4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan strategi pemasaran dilakukan
dengan pendekatan wheelen dan Hunger sehingga bisa menjadi alat
pembanding terhadap strategi dengan pendekatan David. Selain itu,
penentuan bobot maupun rating dari setiap faktor, diharapkan bisa
menggunakan alat analisis yang mampu menguji konsistensi dari
pendapat responden dan memiliki kemampuan untuk mengetahui
interaksi antar faktor sehingga bobot atau rating yang dihasilkan akan
menjadi lebih baik.
105
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, S. 2001. Strategi Memenangkan Pasar Retail Indonesia. PT. Indeks,
Jakarta.
Bank Indonesia. 2009. www.bi.go.id. [14 Juni 2010]
. 2008. Laporan Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang 2008.
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Jakarta.
Baroto, T. 2002. Teknik Pengambilan Keputusan Manajemen. Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Baumgartner. 2000. Strategic Factor Markets : Expectation and Business
Strategy. Harper Collin Publiseher, New York.
Biro Pusat Statistik. 2008. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per
Provinsi. BPS, Jakarta
Damayanti, A. 2008. Analisis Strategi Pemasaran Asuransi Bumi Putera Cabang
Yogyakarta Dalam Menghadapi Persaingan. Skripsi pada Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
David, Fred. 2003. Strategic Management Concepts and Cases Ninth Edition.
Prentice Hall, New Jersey.
. 2006. Manajemen Strategi. PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Etzell, dkk. 1992. Segmentation Marketing : New Methods for Capturing Business
Markets. Harper Collin Publiseher, New York.
Gain, H. 2007. Marketing Psycologhy. Mac-Milan Press Ltd, London.
Gasperz, Vincent. Integrasi Balanced Scorecard dan Six Sigma. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Hasan, Ali. 2008. Marketing. Media Pressindo. Yogyakarta.
Hasan, Ali. 2009. Marketing New Edition. Media Pressindo. Yogyakarta.
Hutabarat. J. 2006. Operasional Strategi. PT Elex Media Komputindo. Kelompok
Gramedia. Jakarta.
Kasali, R. 2007. Re-code. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kasmir. 2000. Manajemen Pemasaran. Erlangga, Jakarta.
Kertajaya, Hermawan. 2002. Mark Plus on Strategy. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
106
Kotler, P. 2000. Manajemen pemasaran. Edisi Millenium. PT. Indeks, Jakarta
. 1997. Manajemen pemasaran. PT. Indeks, Jakarta.
Marbun, S. 2003. Strategi Korporat dalam Menghadapi Globalisasi. PT Bumi
Kreasi Indo, Surabaya.
Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard Sebagai Alat Perumusan Strategi. PT. Indeks,
Jakarta.
Pemerintah Kota Bogor. 2009. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor, 20092028. Bogor.
Porter, M.E. 1995. Strategi Bersaing. Erlangga, Jakarta.
Prasetyo. 2008. Strategi Pemasaran Produk IM3 pada Kantor Indosat Cabang
Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor.
PT Pos Indonesia (Persero). 2009. www.posindonesia.go.id. [14 Juni 2010]
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Siagian. 2004. Strategi Memenangkan Persaingan. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Simamora, B. 2004. Riset Pemasaran : Falsafah, Teori dan Aplikasi. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Teguh, S. 2006. Perumusan Strategi Dengan Pendekatan Model David pada
Perusahaan Galangan Kapal. Disertasi pada Program Pasca Sarjana
Ekonomi Institut Teknologi Semarang. Semarang.
Umar, H. 2008. Management Strategic in Action. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Wahyu, dkk. Consumer Goods Outlook 2010. Asia Securities, Jakarta.
www.mindtools.com. [15 Mei 2010]
107
LAMPIRAN
108
Lampiran 1. Kuesioner Penentuan Bobot dan Rating Matriks IFE dan EFE.
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN
PRODUK SYSTEM ONLINE PAYMENT POINT (SOPP)
PADA PT. POS INDONESIA (PERSERO) CABANG BOGOR
Kepada Responden yang Terhormat
Dalam rangka menyelesaikan studi tugas akhir di Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Departemen Manajemen, Institut Pertanian Bogor, diperlukan dukungan dari
Bapak/ Ibu/ Saudara (i) untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini diedarkan untuk
mengetahui bobot dan rating faktor strategi internal dan eksternal Kantor Pos
Cabang Bogor 16000.
Oleh Karena itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara (i)
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Masukan dan informasi yang jujur,
benar dan akurat sangat diharapkan, agar informasi ilmiah yang disajikan benarbenar dapat dipertanggungjawabkan dan berguna bagi peningkatan mutu produk
dan layanan Kantor Pos Bogor 16000.
Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini.
Syaeful Ramdhan
NRP : H24052930
Kuesioner ini dibuat untuk kepentingan penelitian semata
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
:
Pekerjaan / Jabatan
:
No. Telp/HP
:
109
KUISIONER PEMBERIAN BOBOT TERHADAP
KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG DAN ANCAMAN
I.
Pembobotan Terhadap Kekuatan Dan Kelemahan (Internal)
Petunjuk pengisian :
Responden diminta untuk mengisi skor pada tabel yang telah disediakan.
Bobot merupakan nilai dari tingkat kepentingan sebuah faktor yang dirasakan
oleh responden terhadap kelangsungan perusahaan.
Catatan :
Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1-5 untuk mengetahui
tingkat kepentingan dari masing-masing variabel/faktor.
Adapun beberapa faktor penentu yang merupakan kekuatan dan kelemahan
didapatkan dari hasil wawancara, observasi maupun studi literatur terhadap Kantor
Pos Bogor yang telah divalidasi dan dikonsolidasikan dengan pihak perusahaan.
No
Skala
Nama faktor
1
KEKUATAN (STRENGTH)
S1
Memiliki Jaringan (kantor Cabang) yang
tersebar di seluruh Kota dan Kabupaten
Bogor sebanyak 33 titik .
S2
Merupakan Top of Mind sebagai perusahaan
collecting payment.
S3
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47 mitra
S4
Semua kantor pos telah terhubung secara
online dengan jumlah loket 39 online seluruh
Bogor
S5
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan
konsumen
S6
Memiliki market share terbesar
S7
.Waktu layanan yang lebih lama
2
3
4
5
110
No
Skala
Nama faktor
1
KELEMAHAN (WEAKNESS)
W1
Belum adanya sistem antrian yang baik
W2
Jaringan internet yang sering bermasalah (offline)
W3
Kurang ramahnya front office terhadap pelanggan
W4
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan tingkat
rotasi pegawai yang relatif cepat.
W5
Belum adanya standarisasi dan pengendalian
kinerja bagi pegawai.
W6
Belum memiliki data base pelanggan retail
2
3
4
5
111
II.
Pembobotan Terhadap Peluang Dan Ancaman (Eksternal)
Petunjuk pengisian :
Responden diminta untuk mengisi skor pada tabel yang telah disediakan.
Bobot merupakan nilai dari tingkat kepentingan sebuah faktor yang dirasakan
oleh responden terhadap kelangsungan perusahaan
Catatan :
Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1-5 untuk mengetahui
tingkat kepentingan dari masing-masing variabel/faktor.
Adapun beberapa faktor penentu yang merupakan kekuatan dan kelemahan
didapatkan dari hasil wawancara, observasi maupun studi literatur terhadap Kantor
Pos Bogor yang telah divalidasi dan dikonsolidasikan dengan pihak perusahaan.
No
Skala
Nama faktor
1
PELUANG (OPPORTUNITY)
O1
Memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang besar
O2
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai penyalur
bagi program-program pemerintah
O3
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat
O4
Ekspansi Kredit
O5
Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat Kota Bogor
yang tinggi.
O6
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus bertambah
O7
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum melakukan
pembayaran di Kantor Pos
O8
Penambahan titik layanan baru
ANCAMAN (THREATS)
T1
Tingkat persaingan yang tinggi
T2
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan kebijakan.
T3
Kemudahan masyarakat memperoleh produk substitusi
T4
Beralihnya mitra terhadap pesaing
T5
Munculnya pemain/pesaing baru dalam Industri jasa
pembayaran.
T6
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan non-cash
payment
2
3
4
5
112
PENENTUAN RATING
A. PENENTUAN RATING KEKUATAN
Petunjuk khusus :
Rating merupakan skor/nilai yang mengacu pada kondisi perusahaan,
Rating merupakan respon perusahaan yang ditunjukkan dengan seberapa besar
kinerja/kemampuan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan
perusahaan. Contoh : untuk S1 (jaringan yang tersebar), Seberapa besar Kantor
Pos Bogor 16000 telah mampu menyadari, memanfaatkan atau mengelola
kekuatan tersebut dst.
Catatan :
untuk variabel kekuatan (variabel/faktor yang SANGAT KUAT diberi nilai
4, sedangkan untuk variabel/faktor yang KUAT diberikan rating 3).
No
Skala
Nama faktor
KEKUATAN (STRENGTH)
S1
Memiliki Jaringan (kantor Cabang) yang tersebar di
seluruh Kota dan Kabupaten Bogor sebanyak 33 titik .
S2
Merupakan Top of Mind sebagai perusahaan collecting
payment.
S3
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47 mitra
S4
Semua kantor pos telah terhubung secara online dengan
jumlah loket 39 online seluruh Bogor
S5
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan konsumen
S6
Memiliki market share terbesar
S7
.Waktu layanan yang lebih lama
3
4
(Kuat)
(Sangat Kuat)
113
B. PENENTUAN RATING KELEMAHAN
Rating merupakan skor/nilai yang mengacu pada kondisi perusahaan,
Rating merupakan respon perusahaan yang ditunjukkan dengan seberapa besar
kinerja/kemampuan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan
perusahaan.
Catatan :
untuk variabel KELEMAHAN, Responden memberikan nilai 2 untuk
variabel yang dirasa LEMAH dan 1 untuk variabel yang dirasa SANGAT
LEMAH.
No
Skala
Nama faktor
KELEMAHAN (WEAKNESS)
W1
Belum adanya sistem antrian yang baik
W2
Jaringan internet yang sering bermasalah (offline)
W3
Kurang ramahnya front office terhadap pelanggan
W4
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan tingkat rotasi
pegawai yang relatif cepat.
W5
Belum adanya standarisasi dan pengendalian kinerja bagi
pegawai.
W6
Belum memiliki data base pelanggan retail
1
2
(Sangat
Lemah)
(lemah)
114
C. PENENTUAN RATING PELUANG DAN ANCAMAN
Petunjuk khusus :
Rating merupakan skor/nilai yang mengacu pada kondisi perusahaan,
Rating merupakan respon perusahaan yang ditunjukkan dengan seberapa besar
kinerja/kemampuan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan
perusahaan.
Catatan :
untuk variabel Peluang dan Ancaman. Peluang/Ancaman yang semakin besar
diberikan rating 4, tetapi jika Peluang/Ancamannya kecil, diberikan rating
1).
No
Skala
Nama faktor
1
PELUANG (OPPORTUNITY)
O1
Memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang besar
O2
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai
penyalur bagi program-program pemerintah
O3
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat
O4
Ekspansi Kredit dalam hal kemudahan kredit dan
Jumlah perusahaan pembiayaan yang semakin
meningkat
O5
Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat Kota
Bogor yang tinggi.
O6
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus
bertambah
O7
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum
melakukan pembayaran di Kantor Pos
O8
Penambahan titik layanan baru
2
3
4
115
No
Skala
Nama faktor
1
ANCAMAN (THREATS)
T1
Tingkat persaingan yang tinggi
T2
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan kebijakan.
T3
Kemudahan masyarakat memperoleh produk
substitusi
T4
Beralihnya mitra terhadap pesaing
T5
Munculnya pemain/pesaing baru dalam Industri
jasa pembayaran.
T6
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan noncash payment.
2
3
4
116
Lampiran 2. Kuesioner Penentuan Atractive Score Matriks QSPM.
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN
PRODUK SYSTEM ONLINE PAYMENT POINT (SOPP)
PADA PT. POS INDONESIA (PERSERO) CABANG BOGOR
Kepada Responden yang Terhormat
Dalam rangka menyelesaikan studi tugas akhir di Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Departemen Manajemen, Institut Pertanian Bogor, diperlukan dukungan dari
Bapak/ Ibu/ Saudara (i) untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini diedarkan untuk
mengetahui strategi terbaik yang harus dilakukan oleh Kantor Pos Bogor 16000
sesuai dengan lingkungan dan posisi perusahaan yang telah diidentifikasi
sebelumnya.
Oleh Karena itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara (i)
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Masukan dan informasi yang jujur,
benar dan akurat sangat diharapkan, agar informasi ilmiah yang disajikan benarbenar dapat dipertanggungjawabkan dan berguna bagi peningkatan mutu produk
dan layanan Kantor Pos Bogor 16000.
Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini.
Syaeful Ramdhan
NRP : H24052930
Kuesioner ini dibuat untuk kepentingan penelitian semata
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
:
Pekerjaan / Jabatan
:
No. Telp/HP
:
117
Penentuan Strategi Terpilih Dengan
Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Tujuan :
Untuk menentukan kemenarikan relatif (relative atractivenes) dari alternatifalternatif strategi yang terpilih melalui matriks IE dan TWOS.
Angka/rating kemenarikan strategi adalah nilai yang mampu menetapkan strategi
mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan oleh Kantor Pos Bogor
16000 dimasa yang akan datang dengan mempertimbangkan pengaruhnya
terhadap faktor-faktor penentu.
Alternatif-alternatif strategi :
Berdasarkan kuesioner sebelumnya, peneliti telah memetakan posisi dari Kantor
Bos Bogor 16000 melalui pendekatan matriks IE (Internal-Eksternal) dan TOWS
(Threatment, Opportunity, Weakness, Strength). Dari analisis IE dan TOWS tersebut
dihasilkan 3 (tiga) strategi alternatif yang bersifat generik (umum) di antaranya :
1
Market Penetration
(strategi I)
:
Secara umum pengertiannya adalah strategi yang
tujuan utamanya adalah meningkatkan market
share suatu produk atau jasa melalui usaha
pemasaran yang lebih besar. Sehingga secara
tidak langsung perusahaan melakukan usaha
pemasaran agar pelanggan mampu menggunakan
produk/jasa perusahaan.
Contoh Strategi Market
Penetration
:
Meningkatkan
kegiatan
promosi
untuk
menjangkau pasar retail yang besar.
Menjadikan PDAM sebagai mitra baru SOPP
KPB 16000
Melakukan penetrasi pasar dengan menambah
titik layanan melalui keagenan.
Melakukan komunikasi yang intensif kepada
mitra
agar
menginformasikan
kepada
pelanggannya untuk menggunakan Kantor Pos
sebagai tempat melakukan pembayaran
Tingkatkan value yang dimiliki KPB agar
pelanggan tidak beralih kepada produk
substitusi
Meningkatkan penjualan dengan mewajibkan
seluruh karyawan perusahaan menggunanakan
produk SOPP.
Optimalisasi seluruh titik layanan dengan
meningkatkan kualitas pelayanan berupa
peningkatan kualitas front office (dalam
bersikap, product knowledgenya, dll)
118
2
:
Secara umum pengertiannya adalah strategi yang
tujuan utamanya adalah memperkenalkan
produk-produk yang ada sekarang ke daerahdaerah yang secara geografis merupakan daerah
yang baru. Strategi ini menjadikan pasar yang baru
sebagai fokus/target perusahaan.
Contoh Strategi Market
Development
:
Melakukan penambahan titik layanan pos di
daerah baru sehingga mampu secara maksimal
menjangkau seluruh kota.
Melakukan segmentasi terhadap pasar yang
telah dimiliki perusahaan, misalnya dengan
mengidentifikasi secara spesifik mana pasar yang
memberikan kontribusi signifikan/melakukan
intensitas pembayaran yang tinggi di kantor pos.
kemudian kantor pos menjadikannya sebagai
fokus/target perusahaan
Melakukan penambahan mitra baru yang
menghasilkan segmen yang berbeda misalnya
dengan lembaga les, sehingga anak-anak/pelajar
mampu melakukan pembayaran secara mandiri di
kantor pos terdekat.
Product Development/
:
Secara umum pengertiannya adalah strategi yang
tujuan
utamanya
adalah
meningkatkan
penjualan dengan cara meningkatkan atau
memodifikasi produk/jasa yang ada sekarang.
Sehingga strategi ini adalah untuk memperbaiki
dan/atau mengembangkan produk yang sudah ada.
:
Melakukan pengembangan produk dengan
inovasi berupa pos member card.
Penggunaan Electronic Data Capture (EDC)
pada agen-agen pos sebagai upaya peningkatan
mobilitas jaringan. Pembuatan fasilitas ecommerce (transaksi berbasis web) dimana
setiap pelanggan pos mampu melakukan
transaksi melalui web kantor pos.
Pemerkayaan layanan melalui transaksi berbasis
account sebagai upaya peningkatan kapasitas
produk.
Pengadaan data base pelanggan retail Kantor
Pos yang terintegrasi melalui sistem otomatisasi
antrian.
Melakukan penggabungan data base informasi
maupun aplikasi antara SOPP dan produk wesel
pos (emiten) untuk efisiensi layanan.
Market Development/
Pengembangan pasar
(strategi II)
3
Pengembangan Produk
(strategi III)
Contoh Strategi Product
Development
119
Petunjuk khusus cara pengisian :
Responden diminta untuk membandingkan ketiga strategi tersebut dengan faktor-faktor
SWOT berdasarkan angka kemenarikannya/tingkat relevansi strategi terhadap faktorfaktor yang bersangkutan. Adapun nilai yang diberikan responden berkisar dari 1-4
dengan keterangan sebagai berikut :
1 = Tidak Menarik
2 = Agak Menarik
3 = Menarik
4 = Sangat Menarik
Nb :
Strategi I
= Market Penetration
Strategi II
= Market Development
Strategi III
= Product Development
120
No
Strategi I
Nama faktor
1
KEKUATAN (STRENGTH)
S1
Memiliki Jaringan (kantor Cabang) yang tersebar
di seluruh Kota dan Kabupaten Bogor sebanyak 33
titik .
S2
Merupakan Top of Mind sebagai perusahaan
collecting payment.
S3
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47 mitra
S4
Semua kantor pos telah terhubung secara online
dengan jumlah loket 39 online seluruh Bogor
S5
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan konsumen
S6
Memiliki market share terbesar
S7
.Waktu layanan yang lebih lama
2
3
Strategi II
4
1
2
3
Strategi III
4
1
2
3
4
121
No
Strategi I
Nama faktor
1
KELEMAHAN (WEAKNESS)
W1
Belum adanya sistem antrian yang baik
W2
Jaringan internet yang sering bermasalah (offline)
W3
Kurang ramahnya front office terhadap pelanggan
W4
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan tingkat
rotasi pegawai yang relatif cepat.
W5
Belum adanya standarisasi dan pengendalian
kinerja bagi pegawai.
W6
Belum memiliki data base pelanggan retail
2
3
Strategi II
4
1
2
3
Strategi III
4
1
2
3
4
122
No
Strategi I
Nama faktor
1
PELUANG (OPPORTUNITY)
O1
Memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang besar
O2
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai
penyalur bagi program-program pemerintah
O3
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat
O4
Ekspansi Kredit dalam hal kemudahan kredit dan
Jumlah perusahaan pembiayaan yang semakin
meningkat
O5
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus
bertambah
O6
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum
melakukan pembayaran di Kantor Pos
O7
Penambahan titik layanan baru
2
3
Strategi II
4
1
2
3
Strategi III
4
1
2
3
4
123
No
Strategi I
Nama faktor
1
ANCAMAN (THREATS)
T1
Tingkat persaingan yang tinggi
T2
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan kebijakan.
T3
Kemudahan masyarakat memperoleh produk
substitusi
T4
Beralihnya mitra terhadap pesaing
T5
Munculnya pemain/pesaing baru dalam Industri
jasa pembayaran.
T6
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan noncash payment (sms banking/internet banking,
penggunaan kartu,dll).
2
3
Strategi II
4
1
2
3
Strategi III
4
1
2
3
4
124
Lampiran 3. Perhitungan Bobot IFE
No
Tingkat Kepentingan
Faktor Strategis
1
S1
2
3
4
Kekuatan
Memiliki Jaringan (kantor Cabang) yang tersebar di seluruh Kota
dan Kabupaten Bogor sebanyak 33 titik layanan
Total
Ratarata
Bobot
5
Jumlah
Responden
3
3
15
5.00
0.103
1
3
13
4.33
0.089
3
3
15
5.00
0.103
3
12
4.00
0.082
S2
Merupakan Top of Mind (TOM) sebagai perusahaan pembayaraan
tagihan secara nasional
S3
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47 mitra
S4
Semua kantor pos telah terhubung secara online dengan jumlah
loket 39 online seluruh Bogor
3
S5
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan konsumen
1
2
3
14
4.67
0.096
S6
Memiliki Market Share terbesar
2
1
3
13
4.33
0.089
S7
waktu layanan yang lebih lama
1
3
11
3.67
0.075
W1
Kelemahan
Belum adanya sistem antrian yang baik
1
2
3
13
4.33
0.089
W2
Jaringan internet yang sering bermasalah (offline)
1
2
3
13
4.33
0.089
W3
Kurang ramahnya front office terhadap pelanggan
2
3
10
3.33
0.068
W4
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan tingkat rotasi pegawai
yang relatif cepat.
3
3
9
3.00
0.062
2
3
8
2.67
0.055
3
11
3.67
0.075
146
48.67
1.000
2
2
1
Belum adanya standarisasi dan pengendalian kinerja bagi pegawai.
W5
W6
1
Belum memiliki data base pelanggan retail
Total
1
2
125
Lampiran 4. Perhitungan Rating IFE
No
Faktor Strategis
S1
Kekuatan
Memiliki Jaringan (kantor Cabang) yang tersebar di seluruh Kota
dan Kabupaten Bogor sebanyak 33 titik layanan
Tingkat Kepentingan
1
2
3
Total
4
Jumlah
Responden
Ratarata
3
3
12
4.00
3
9
3.00
S2
Merupakan Top of Mind (TOM) sebagai perusahaan pembayaraan
tagihan secara nasional
S3
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47 mitra
3
3
12
4.00
S4
Semua kantor pos telah terhubung secara online dengan jumlah
loket 39 online seluruh Bogor
3
3
12
4.00
S5
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan konsumen
2
1
3
10
3.33
S6
Memiliki Market Share Terbesar
2
1
3
10
3.33
S7
waktu layanan yang lebih lama
3
3
9
3.00
W1
Kelemahan
Belum adanya sistem antrian yang baik
1
2
3
5
1.67
W2
Jaringan internet yang sering bermasalah (offline)
1
2
3
5
1.67
W3
Kurangnya Pelatihan.
1
2
3
5
1.67
W4
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan tingkat rotasi pegawai
yang relatif cepat.
2
3
4
1.33
1
2
3
5
1.67
2
1
3
5
1.67
103
34.33
3
Belum adanya standarisasi dan pengendalian kinerja bagi pegawai.
W5
W6
Belum memiliki data base pelanggan retail
Total
126
Lampiran 5. Perhitungan Bobot EFE
Tingkat Kepentingan
Total
Ratarata
Bobot
4
5
Jumlah
Responden
O1
Peluang
Pasar/jumlah konsumen retail yang besar
2
1
3
13
4.33
0.073
O2
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai penyalur bagi programprogram pemerintah
2
1
3
13
4.33
0.073
O3
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat
1
1
1
3
12
4.00
0.068
O4
O5
Ekspansi Kredit
1
2
1
1
1
3
3
13
12
4.33
4.00
0.073
0.068
2
1
3
13
4.33
0.073
2
3
13
4.33
0.073
1
3
13
4.33
0.073
2
3
12
4.00
0.068
No
Faktor Strategis
1
O6
Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat Kota Bogor yang tinggi.
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus bertambah
O7
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum melakukan pembayaran di
Kantor Pos
O8
Penambahan titik layanan baru
2
3
1
2
Ancaman
T1
Tingkat persaingan yang tinggi
T2
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan kebijakan.
2
1
3
13
4.33
0.073
T3
Kemudahan masyarakat memperoleh produk substitusi
1
2
3
14
4.67
0.079
T4
Beralihnya mitra terhadap pesaing
1
1
1
3
12
4.00
0.068
T5
Munculnya pemain/pesaing baru dalam Industri jasa pembayaran.
1
1
1
3
12
4.00
0.068
T6
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan non-cash payment (sms
banking/internet banking, penggunaan kartu,dll).
1
1
1
3
12
4.00
0.068
177
59.00
1.000
1
Total
127
Lampiran 6. Perhitungan Rating EFE
Tingkat Kepentingan
Rata-rata
4
Jumlah
Responden
Total
3
O1
Peluang
Memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang besar
1
2
3
11
3.67
O2
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai penyalur bagi program-program
pemerintah
1
2
3
11
3.67
O3
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat
1
2
3
11
3.67
O4
O5
Ekspansi Kredit
2
2
1
1
3
3
10
10
3.33
3.33
1
2
3
11
3.67
1
2
3
11
3.67
1
1
3
8
2.67
1
2
3
11
3.67
1
1
3
8
2.67
No
Faktor Strategis
1
O6
Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat Kota Bogor yang tinggi.
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus bertambah
O7
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum melakukan pembayaran di Kantor
Pos
O8
Penambahan titik layanan baru
2
1
Ancaman
T1
Tingkat persaingan yang tinggi
T2
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan kebijakan.
T3
Kemudahan masyarakat memperoleh produk substitusi
1
2
3
10
3.33
T4
Beralihnya mitra terhadap pesaing
1
2
3
10
3.33
T5
Munculnya pemain/pesaing baru dalam Industri jasa pembayaran.
1
2
T6
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan non-cash payment (sms
banking/internet banking, penggunaan kartu,dll).
1
Total
1
1
1
10
3
8
2.67
140
43.33
128
Lampiran 7. Matriks TWOS
S1
Faktor Internal
S2
S3
S4
S5
Faktor Eksternal
S6
S7
O1
O2
O3
Peluang (Opportunity)
Memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang
besar
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo
sebagai penyalur bagi program-program
pemerintah
Perkembangan teknologi yang semakin
meningkat
0.289
0.267
0.263
O7
O8
Penambahan titik layanan baru
0.210
O5
O6
Ancaman
T1
T2
T3
T4
T5
T6
Tingkat persaingan yang tinggi
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan
kebijakan.
Kemudahan masyarakat memperoleh produk
substitusi
Beralihnya mitra terhadap pesaing
Munculnya pemain/pesaing baru dalam
Industri jasa pembayaran.
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan
non-cash payment (sms banking/internet
banking, penggunaan kartu,dll).
TWS
Kelemahan (Weakness)
TWS
0.411
W1
Belum adanya sistem antrian yang baik
0.148
0.267
W2
Jaringan internet yang sering bermasalah
(offline )
0.148
0.411
W3
Kurang ramahnya
pelanggan
0.114
0.329
W4
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan
tingkat rotasi pegawai yang relatif cepat.
0.320
W5
0.297
0.226
W6
Belum adanya standarisasi dan pengendalian
kinerja bagi pegawai.
Belum memiliki data base pelanggan retail
1.986
(W1,W6 ; O3)
Melakukan otomatisasi dalam sistem antrian
0.541
1.719
(W3 ; O1,O7)
Meningkatkan pelatihan kepada front office
terkait pelayanan dan product
knowledge nya
0.692
1.383
(W4; O1)
Meningkatkan penjualan dengan mewajibkan
karyawan untuk menggunakan SOPP
0.371
1.773
(W2 ; T3,T4)
Lakukan pengawasan atau quality controll
terhadap jaringan untuk meminimalisir
terjadinya offline
0.674
front
office
terhadap
0.082
0.091
0.126
TWS
0.289
Ekspansi Kredit
Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat
Kota Bogor yang tinggi.
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus
bertambah
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum
melakukan pembayaran di Kantor Pos
O4
Kekuatan (Strength)
Memiliki jaringan (kantor Cabang) yang
tersebar di seluruh Kota dan Kabupaten
Bogor sebanyak 33 titik layanan
merupakan Top of Mind (TOM) sebagai
perusahaan pembayaraan tagihan secara
nasional
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47
mitra
Semua kantor pos telah terhubung secara
online dengan jumlah loket 39 online
seluruh Bogor
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan
konsumen
Memiliki Market Share Terbesar
Waktu layanan yang lebih lama
(S1,S2,S3,S5 ; Tingkatkan kegiatan promosi untuk
menjangkau pasar retail yang besar
O1,O7)
(S1,S3, S5 ; O1,
Melakukan community based marketing
O6
(S4 ; O1,O3,
O7,O8)
Menambah titil layanan melalui keagenan
0.226
0.289
0.289
TWS
0.267
0.210
0.283
0.242
0.242
0.194
Tingkatkan value yang dimiliki KPB agar
pelanggan tidak beralih kepada produk
substitusi
Melakukan pemerkayaan produk SOPP
(T6 ; S1,S3,S4) dengan menambah cara bertransaksi berbasis
account dan inovasi berupa pos member
card
(T1,T3 ;
S2,S3,S5, S7
1.345
129
Lampiran 8. Perhitungan Atractive Score Strategi Penetrasi Pasar
No
AS
Faktor Strategis
1
2
Rata-rata
4
Jumlah
Responden
Total
3
1
2
3
11
3.67
3
9
3.00
Kekuatan
S1
S2
S3
S4
S5
Memiliki jaringan (kantor Cabang) yang
tersebar di seluruh Kota dan Kabupaten
Bogor sebanyak 33 titik layanan
Merupakan Top of Mind (TOM) sebagai
perusahaan pembayaraan tagihan secara
nasional
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47
mitra
Semua kantor pos telah terhubung secara
online dengan jumlah loket 39 online seluruh
Bogor
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan
konsumen
3
2
1
3
10
3.33
2
1
3
10
3.33
1
2
3
11
3.67
S6
Memiliki Market Share Terbesar
1
2
3
11
3.67
S7
waktu layanan yang lebih lama
1
2
3
11
3.67
0
Kelemahan
W1
Belum adanya sistem antrian yang baik
1
2
3
11
3.67
W4
Jaringan internet yang sering bermasalah
(offline)
Kurang ramahnya front office terhadap
pelanggan
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan
tingkat rotasi pegawai yang relatif cepat.
W5
Belum adanya standarisasi dan pengendalian
kinerja bagi pegawai.
2
1
3
7
2.33
W6
Belum memiliki data base pelanggan retail
1
2
3
8
2.67
W2
W3
1
2
3
8
2.67
1
2
3
8
2.67
1
2
3
8
2.67
Peluang
O1
O2
O3
O4
O5
Memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang
besar
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai
penyalur bagi program-program pemerintah
Perkembangan teknologi yang semakin
meningkat
Ekspansi Kredit dalam hal kemudahan kredit
dan Jumlah perusahaan pembiayaan yang
semakin meningkat
O6
Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat
Kota Bogor yang tinggi.
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus
bertambah
O7
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum
melakukan pembayaran di Kantor Pos
O8
Penambahan titik layanan baru
1
1
2
3
11
3.67
1
2
3
11
3.67
1
2
3
11
3.67
1
2
3
11
3.67
1
2
3
11
3.67
1
2
3
11
3.67
1
2
3
11
3.67
1
1
3
9
3.00
130
Ancaman
T1
Tingkat persaingan yang tinggi
T3
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan
kebijakan.
Kemudahan masyarakat memperoleh produk
substitusi
T4
T2
2
1
3
3
10
3.33
3
9
3.00
1
2
3
11
3.67
Beralihnya mitra terhadap pesaing
2
1
3
10
3.33
T5
Munculnya pemain/pesaing baru dalam
Industri jasa pembayaran.
2
1
3
10
3.33
T6
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan
non-cash payment (sms banking/internet
banking, penggunaan kartu,dll).
2
1
3
10
3.33
131
Lampiran 9. Perhitungan Total Atractive Score Strategi Penetrasi Pasar
No
Faktor Strategis
Bobot
AS
TAS
Kekuatan
S1
Memiliki jaringan (kantor Cabang) yang tersebar di seluruh Kota
dan Kabupaten Bogor sebanyak 33 titik layanan
0.103
3.67
0.38
S2
Merupakan Top of Mind (TOM) sebagai perusahaan pembayaraan
tagihan secara nasional
0.089
3.00
0.27
S3
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47 mitra
0.103
3.33
0.34
S4
Semua kantor pos telah terhubung secara online dengan jumlah
loket 39 online seluruh Bogor
0.082
3.33
0.27
S5
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan konsumen
0.096
3.67
0.35
S6
Memiliki Market Share Terbesar
0.089
3.67
0.33
S7
waktu layanan yang lebih lama
0.075
3.67
0.28
W1
0.089
3.67
0.33
W2
Kelemahan
Belum adanya sistem antrian yang baik
Jaringan internet yang sering bermasalah (offline)
0.089
2.67
0.24
W3
Kurang ramahnya front office terhadap pelanggan
0.068
2.67
0.18
W4
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan tingkat rotasi pegawai
yang relatif cepat.
0.062
2.67
0.16
0.055
2.33
0.13
Belum adanya standarisasi dan pengendalian kinerja bagi pegawai.
W5
W6
Belum memiliki data base pelanggan retail
0.075
2.67
0.20
O1
Peluang
Memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang besar
0.079
3.67
0.29
O2
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai penyalur bagi
program-program pemerintah
0.079
3.67
0.29
O3
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat
0.073
3.67
0.27
O4
Ekspansi Kredit dalam hal kemudahan kredit dan Jumlah
perusahaan pembiayaan yang semakin meningkat
0.079
3.67
0.29
0.068
3.67
0.25
0.079
3.67
0.29
O5
O6
Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat Kota Bogor yang
tinggi.
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus bertambah
O7
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum melakukan
pembayaran di Kantor Pos
0.079
3.67
0.29
O8
Penambahan titik layanan baru
0.079
3.00
0.24
132
Ancaman
T1
Tingkat persaingan yang tinggi
0.073
3.33
0.24
T2
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan kebijakan.
0.079
3.00
0.24
T3
0.085
3.67
0.31
T4
Kemudahan masyarakat memperoleh produk substitusi
Beralihnya mitra terhadap pesaing
0.073
3.33
0.24
T5
Munculnya pemain/pesaing baru dalam Industri jasa pembayaran.
0.073
3.33
0.24
T6
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan non-cash payment (sms
banking/internet banking, penggunaan kartu,dll).
0.073
3.33
0.24
Total
7.17
133
Lampiran 10. Perhitungan Atractive Score Strategi Pengembangan Pasar
No
Faktor Strategis
AS
1
2
3
4
Jumlah
Responden
Total
Rata-rata
Kekuatan
S1
Memiliki Jaringan (kantor Cabang) yang tersebar di
seluruh Kota dan Kabupaten Bogor sebanyak 33 titik
layanan
2
1
3
10
3.33
S2
Merupakan Top of Mind (TOM) sebagai perusahaan
pembayaraan tagihan secara nasional
2
1
3
10
3.33
S3
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47 mitra
2
1
3
10
3.33
S4
Semua kantor pos telah terhubung secara online
dengan jumlah loket 39 online seluruh Bogor
1
1
3
9
3.00
S5
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan konsumen
3
3
9
3.00
S6
Memiliki Market Share Terbesar
3
3
9
3.00
S7
waktu layanan yang lebih lama
3
3
9
3.00
1
Kelemahan
0
W1
Belum adanya sistem antrian yang baik
3
W2
Jaringan internet yang sering bermasalah (offline)
1
1
W3
Kurang ramahnya front office terhadap pelanggan
1
W4
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan tingkat rotasi
pegawai yang relatif cepat.
W5
Belum adanya standarisasi dan pengendalian kinerja
bagi pegawai.
W6
Belum memiliki data base pelanggan retail
1
3
9
3.00
3
9
3.00
2
3
8
2.67
3
3
9
3.00
2
3
8
2.67
1
2
1
3
10
3.33
1
2
3
11
3.67
Peluang
O1
Memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang besar
O2
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai penyalur
bagi program-program pemerintah
1
2
3
8
2.67
O3
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat
1
2
3
8
2.67
O4
Ekspansi Kredit dalam hal kemudahan kredit dan
Jumlah perusahaan pembiayaan yang semakin
meningkat
3
3
9
3.00
O5
Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat Kota
Bogor yang tinggi.
2
3
10
3.33
O6
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus bertambah
3
3
9
3.00
O7
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum
melakukan pembayaran di Kantor Pos
2
3
8
2.67
O8
Penambahan titik layanan baru
3
10
3.33
1
2
1
1
134
Ancaman
T1
Tingkat persaingan yang tinggi
2
T2
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan kebijakan.
3
T3
Kemudahan masyarakat memperoleh produk substitusi
2
T4
Beralihnya mitra terhadap pesaing
T5
Munculnya pemain/pesaing baru dalam Industri jasa
pembayaran.
T6
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan non-cash
payment (sms banking/internet banking, penggunaan
kartu,dll).
1
1
3
10
3.33
3
9
3.00
3
10
3.33
3
3
9
3.00
2
3
8
2.67
3
3
9
3.00
1
135
Lampiran 11. Perhitungan Total Atractive Score Strategi Pengembangan
Pasar
No
Faktor Strategis
Bobot
AS
TAS
Kekuatan
S1
Memiliki Jaringan (kantor Cabang) yang tersebar di seluruh
Kota dan Kabupaten Bogor sebanyak 33 titik layanan
0.103
3.33
0.34
S2
Merupakan Top of Mind (TOM) sebagai perusahaan
pembayaraan tagihan secara nasional
0.089
3.33
0.30
S3
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47 mitra
0.103
3.33
0.34
S4
Semua kantor pos telah terhubung secara online dengan
jumlah loket 39 online seluruh Bogor
0.082
3.00
0.25
S5
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan konsumen
0.096
3.00
0.29
S6
Memiliki Market Share Terbesar
0.089
3.00
0.27
S7
waktu layanan yang lebih lama
0.075
3.00
0.23
Kelemahan
0.00
W1
Belum adanya sistem antrian yang baik
0.089
3.00
0.27
W2
Jaringan internet yang sering bermasalah (offline)
0.089
3.00
0.27
W3
Kurang ramahnya front office terhadap pelanggan
0.068
2.67
0.18
W4
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan tingkat rotasi
pegawai yang relatif cepat.
0.062
3.00
0.18
W5
Belum adanya standarisasi dan pengendalian kinerja bagi
pegawai.
0.055
2.67
0.15
W6
Belum memiliki data base pelanggan retail
0.075
3.33
0.25
Peluang
0.00
O1
Memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang besar
0.079
3.67
0.29
O2
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai penyalur bagi
program-program pemerintah
0.079
2.67
0.21
O3
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat
0.073
2.67
0.19
O4
Ekspansi Kredit dalam hal kemudahan kredit dan Jumlah
perusahaan pembiayaan yang semakin meningkat
0.079
3.00
0.24
O5
Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat Kota Bogor yang
tinggi.
0.068
3.33
0.23
O6
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus bertambah
0.079
3.00
0.24
O7
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum melakukan
pembayaran di Kantor Pos
0.079
2.67
0.21
O8
Penambahan titik layanan baru
0.079
3.33
0.26
136
Ancaman
0.00
T1
Tingkat persaingan yang tinggi
0.073
3.33
0.24
T2
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan kebijakan.
0.079
3.00
0.24
T3
Kemudahan masyarakat memperoleh produk substitusi
0.085
3.33
0.28
T4
Beralihnya mitra terhadap pesaing
0.073
3.00
0.22
T5
Munculnya pemain/pesaing baru dalam Industri jasa
pembayaran.
0.073
2.67
0.19
T6
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan non-cash payment
(sms banking/internet banking, penggunaan kartu,dll).
0.073
3.00
0.22
Total
6.56
137
Lampiran 12. Perhitungan Atractive Score Strategi Pengembangan Produk
No
AS
Faktor Strategis
1
S1
S2
S3
S4
S5
Kekuatan
Memiliki Jaringan (kantor Cabang) yang
tersebar di seluruh Kota dan Kabupaten
Bogor sebanyak 33 titik layanan\
Merupakan Top of Mind (TOM) sebagai
perusahaan pembayaraan tagihan secara
nasional
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47
mitra
Semua kantor pos telah terhubung secara
online dengan jumlah loket 39 online seluruh
Bogor
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan
konsumen
S6
Memiliki Market Share Terbesar
S7
waktu layanan yang lebih lama
W1
Kelemahan
Belum adanya sistem antrian yang baik
W2
W3
W5
W6
W7
Jaringan internet yang sering bermasalah
(offline)
Kurang ramahnya front office terhadap
pelanggan
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan
tingkat rotasi pegawai yang relatif cepat.
Belum adanya standarisasi dan pengendalian
kinerja bagi pegawai.
Belum memiliki data base pelanggan retail
Jumlah
Responden
Total
Ratarata
3
8
2.67
3
10
3.33
3
8
2.67
3
10
3.33
3
3
9
3.00
2
3
8
2.67
2
3
1
2
2
1
1
2
2
1
4
1
0
2
1
3
10
3.33
2
1
3
10
3.33
2
1
3
10
3.33
1
2
3
8
2.67
1
2
3
8
2.67
2
1
3
10
3.33
2
1
3
10
3.33
3
9
3.00
3
10
3.33
3
9
3.00
Peluang
O1
O2
O3
O4
Memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang
besar
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai
penyalur bagi program-program pemerintah
Perkembangan teknologi yang semakin
meningkat
Ekspansi Kredit dalam hal kemudahan kredit
dan Jumlah perusahaan pembiayaan yang
semakin meningkat
O7
Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat
Kota Bogor yang tinggi.
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus
bertambah
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum
melakukan pembayaran di Kantor Pos
O8
Penambahan titik layanan baru
O5
O6
3
2
1
3
2
1
3
10
3.33
2
1
3
10
3.33
2
1
3
10
3.33
3
9
3.00
3
138
Ancaman
T1
Tingkat persaingan yang tinggi
3
3
9
3.00
T3
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan
kebijakan.
Kemudahan masyarakat memperoleh produk
substitusi
T4
Beralihnya mitra terhadap pesaing
3
3
9
3.00
T5
Munculnya pemain/pesaing baru dalam
Industri jasa pembayaran.
3
3
9
3.00
T6
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan
non-cash payment (sms banking/internet
banking, penggunaan kartu,dll).
2
3
10
3.33
T2
2
1
3
10
3.33
2
1
3
10
3.33
1
139
Lampiran 13. Perhitungan Total Atractive Score Strategi Pengembangan
Produk.
No
Faktor Strategis
Bobot
AS
TAS
Kekuatan
S1
Memiliki jaringan (kantor Cabang) yang tersebar di seluruh
Kota dan Kabupaten Bogor sebanyak 33 titik layanan
0.103
2.67
0.27
S2
Merupakan Top of Mind (TOM) sebagai perusahaan
pembayaraan tagihan secara nasional
0.089
3.33
0.30
S3
Jumlah Mitra yang lengkap sebanyak 47 mitra
0.103
2.67
0.27
S4
Semua kantor pos telah terhubung secara online dengan
jumlah loket 39 online seluruh Bogor
0.082
3.33
0.27
S5
Lokasi yang Strategis dan dekat dengan konsumen
0.096
3.00
0.29
S6
Memiliki Market Share Terbesar
0.089
S7
waktu layanan yang lebih lama
0.075
2.67
0.20
0.00
Kelemahan
W1
Belum adanya sistem antrian yang baik
0.089
3.33
0.30
W2
Jaringan internet yang sering bermasalah (offline)
0.089
3.33
0.30
W3
Kurang ramahnya front office terhadap pelanggan
0.068
3.33
0.23
W4
Jumlah karyawan yang relatif banyak dan tingkat rotasi
pegawai yang relatif cepat.
0.062
2.67
0.16
W5
Belum adanya standarisasi dan pengendalian kinerja bagi
pegawai.
0.055
2.67
0.15
W6
Belum memiliki data base pelanggan retail
0.075
3.33
0.25
Peluang
O1
Memiliki pasar/jumlah konsumen retail yang besar
0.079
3.33
0.26
O2
Kepercayaan terhadap SOPP Posindo sebagai penyalur bagi
program-program pemerintah
0.079
3.00
0.24
O3
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat
0.073
3.33
0.24
O4
Ekspansi Kredit dalam hal kemudahan kredit dan Jumlah
perusahaan pembiayaan yang semakin meningkat
0.079
3.00
0.24
O5
Daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat Kota Bogor
yang tinggi.
0.068
3.33
0.23
O6
Potensi Jumlah mitra SOPP yang akan terus bertambah
0.079
3.33
0.26
O7
Banyaknya pelanggan dari mitra yang belum melakukan
pembayaran di Kantor Pos
0.079
3.33
0.26
O8
Penambahan titik layanan baru
0.079
3.00
0.24
140
Ancaman
T1
Tingkat persaingan yang tinggi
0.073
3.00
0.22
T2
Intervensi Pemerintah dalam pembuatan kebijakan.
0.079
3.33
0.26
T3
Kemudahan masyarakat memperoleh produk substitusi
0.085
3.33
0.28
T4
Beralihnya mitra terhadap pesaing
0.073
3.00
0.22
T5
Munculnya pemain/pesaing baru dalam Industri jasa
pembayaran.
0.073
3.00
0.22
T6
Beralihnya masyarakat kepada kebiasasan non-cash
payment (sms banking/internet banking, penggunaan
kartu,dll).
0.073
3.33
0.24
Total
6.40
Download