48 BAB III LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

advertisement
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB III
LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA ASURANSI
JIWA
3.1
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
3.1.1 Pengertian Alternatif Penyelesaian Sengketa
Dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, menjelaskan bahwa
alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian
di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli.
Selain berdasarkan pengertian formiil yang terdapat di dalam undangundang, ada juga pendapat ahli hukum megenai pengertian Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
Menurut Felix O. Soebagjo (2014-2017), Sekretaris Jenderal Badan
Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) mengatakan bahwa pengertian dari
Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah suatu bentuk penyelesaian
sengketa selain pengadilan. Oleh karena itu APS sering pula disebut alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan.36
Dan menurut Jimmy Joses Sembiring bahwa Alternatif Penyelesaian
Sengketa merupakan suatu cara penyelesaian sengketa yang dilakukan diluar
36
BadanArbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI), Bentuk-Bentuk Peneyelesaian Alternatf
Sengketa (dimuat juga pada harian Investor Daily edisi Rabu 25 Juli 2007, halaman 14)
http://www.bapmi.org/in/ref_articles7.php diakses pada tanggal 1 Maret 2015
Skripsi
48
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
49
pengadilan dan pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada para pihak dan
para pihak dapat memilih penyelesaian sengketa yang akan ditempuh yakni
melalui konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau meminta penilaian dari
ahli.37
3.1.2 Jenis Alternatif Penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian sengketa yang dikenal di Indonesia adalah
sebagai berikut:
1) Negosiasi
Beberapa pendapat mengenai pengertian negosiasi adalah sebagai berikut:
a) Menurut Suyud Margono, negosiasi adalah komunikasi dua arah yang
dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak
memiliki berbagai kepetingan yang sama maupun yang berbeda38.
b) Menurut Gary Godpaster menyatakan bahwa negosiasi adalah proses
upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain, suatu proses
interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam39.
Maka dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pendapat mengenai pengertian
negosiasi adalah proses dua arah dengan cara tawar-menawar untuk mencapai
kesepakatan. Dalam negosiasi terdapat dua jenis negosiasi menurut Budiono
Kusumohamidjojo, yakni negosiasi yang bersifat positif dan negosiasi yang
bersifat negatif40.
37
Jimmy Joses Sembiring, “Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi,
Konsiliasi, & Arbitrase)”, Jakarta:Visimedia, 2011, h.11
38
Suyud Margono, “ADR (Alternative Dispute Resolution) & Arbitrase:Proses Pelembagaan dan
Aspek Hukum”, Bogor:Ghalia Indonesia,2004,h.49
39
Rachmadi Usman,” Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan”, Bandung:Citra Aditya
Bakti, 2003, h.53.
40
Budiono Kusumohamidjojo, “Panduan Negosiasi Kontrak”, Jakarta:Grasindo,1999,h.10.
Skripsi
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
50
2) Mediasi
Menurut Jimmy Joses Sembiring, mediasi adalah proses penyelesaian
sengketa dengan perantaraan pihak ketiga, yakni pihak
yang memberi
masukan-masukan kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka
karena tidak terdapat kewajuban para pihak untuk menaati apa yang
disarankan oleh mediator.41 Terdapat dua jenis mediasi yaitu mediasi di
pengadilan dan mediasi di luar pengadilan.
3) Konsiliasi
Beberapa pendapat mengenai pengertian konsiliasi adalah sebagai berikut:
a) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsiliasi adalah usaha
mempertemukan keinginan pihak
yg berselisih untuk mencapai
persetujuan dan menyelesaikan perselisihan itu.42
b) menurut Gunawan Widjaja, konsiliasi adalah suatu proses penyelesaian
sengketa alternatif yang melibatkan seorang pihak ketiga atau lebih
dimana pihak ketiga yang diikutsertakan untuk menyelesaikan sengketa
adalah seorang yang secara profesional sudah dapat dibuktikan
kehandalannya.43
4) Arbitrase
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase adalah
cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang
41
Jimmy Joses Sembiring, Op.Cit.,h.28
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Konsiliasi, http://kbbi.web.id/konsiliasi diakses pada
tanggal 1 Maret 2015
43
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.Cit, h.3.
42
Skripsi
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
51
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa.
Selain itu menurut Gunawan Widjaja, arbitrase adalah suatu bentuk
penyelesaian sengketa alternatif yang melibatkan pengambilan keputusan
oleh satu atau lebih hakim swasta, yang disebut arbiter.44
3.1.3 Asas-Asas Alternatif Penyelesaian Sengketa
Pada umumnya, asas-asas yang berlaku pada alternatif penyelesaian
sengketa sebagai berikut:45
1) Asas itikad baik, yakni keinginan dari para pihak untuk menentukan
penyelesaian sengketa yang akan maupun sedang mereka hadapi.
2) Asas kontraktual, yakni adanya kesepakatan yang dituangkan dalam bentuk
tertulis mengenai cara penyelesaian sengketa.
3) Asas mengikat, yakni para pihak wajib mematuhi apa yang telah disepakati.
4) Asas kebebasan berkontrak, yakni para pihak dapat dengan bebas
menentukan apa saja yang hendak diatur oleh para pihak dalam perjanjian
tersebut selama tidak bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan.
Hal ini berarti pula kesepakatan mengenai tempat dan jenis penyelesaian
sengketa yang akan dipilih.
5) Asas kerahasiaan, yakni penyelesaian atas suatu sengketa tidak dapat
disaksikan oleh orang lain karena hanya pihak yang bersengketa yang dapat
menghadiri jalannya pemeriksaaan atas suatu sengketa.
44
45
Skripsi
Ibid.
Jimmy Joses Sembiring, Op.Cit.,h.11-12
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
52
3.2
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Menurut Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Menurut Peraturan
Otoritas Jasa keuangan adalah lembaga yang melakukan penyelesaian sengketa di
luar pengadilan (Pasal 1 angka 2 dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor
Jasa Keuangan). Dalam hal ini, Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa dimuat
dalam Daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa ( Daftar LAPS) yang
ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang ditetapkan
oleh Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan
Dapat dilihat pada Pasal 4 dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan meliputi Lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa yang:
a. Mempunyai layanan penyelesaian sengketa paling kurang:
1) Mediasi;
2) Ajudikasi; dam
3) Arbitrase.
b. Mempunyai peraturan yang meliputi:
1) Layanan penyelesaian sengketa;
2) Prosedur penyelesaian sengketa;
3) Biaya penyelesaian sengketa;
4) Jangka waktu penyelesaian sengketa;
Skripsi
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
53
5) Ketentuan benturan kepentingan dan afiliasi bagi mediator, ajudikator, dan
arbiter; dan
6) Kode etik bagi mediator, ajudikator, dan arbiter;
c. Menerapkan prinsip aksebilitas, independensi, keadilan, dan efisiensi dan
efektifitas dalam setiap peraturannya;
d. Mempunyai sumber daya untuk melaksanakan pelayanan penyelesaian
sengketa; dan
e. Didirikan oleh Lembaga Jasa Keuangan yang dikoordinasikan oleh asosiasi
dan/atau didirikan oleh lembaga yang menjalankan fungsi self regulatory
organization.
Berdasarkan persyaratan daftar
Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa pada huruf c mengenai prinsip aksesbilitas, independensi, keadilan dan
efisiensi dan efektifitas telah diatur sebagai berikut:
a. Prinsip aksesbilitas diatur dalam Pasal 5 dalam Nomor Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 adalah sebagai berikut:
(1) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa memiliki skema layanan
penyelesaian sengketa yang mudah diakses oleh konsumen.
(2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mengembangkan strategi
komunikasi untuk meningkatkan akses konsumen terhadap layanan
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa dan meningkatan pemahaman
konsumen terhadap proses penyelesaian sengketa yang dilaksanakan oleh
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Skripsi
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
54
(3) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa menyediakan layanan yang
mencakup seluruh wilayah Indonesia
b. Prinsip independensi diatur dalam Pasal 6 dalam Nomor Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 adalah sebagai berikut:
(1) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mempunyai organ pengawas
yang memastikan bahwa Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa telah
memenuhi persyaratan untuk menjalankan fungsinya.
(2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa dilarang memberikan hak veto
kepada anggotanya.
(3) Lembaga
Alternatif
Penyelesaian
Sengketa
berkonsultasi
dengan
pemangku kepentingan yang relevan dalam menyusun atau mengubah
peraturan sebelum mengimplementasikannya.
(4) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mempunyai sumber daya yang
memadai untuk melaksanakan fungsinya dan tidak tergantung kepada
Lembaga Jasa Keuangan Tertentu.
c. Prinsip keadian diatur dalam Pasal 7 dalam Nomor Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 adalah sebagai berikut:
(1) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa memiliki peraturan dalam
pengambilan keputusan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Mediator benar-benar bertindak sebagai fasilitator dalam rangka
mempertemukan kepentingan para pihak yang bersengketa untuk
memperoleh kesepakatan penyelesaian;
Skripsi
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
55
b. Ajudikator dan arbiter dilarang mengambil putusan berdasarkan pada
informasi yang tidak diketahui para pihak; dan
c. Ajudikator dan arbiter wajib memberikan alasan tertulis dalam setiap
putusannya.
(2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa memberikan alasan tertulis
atas penolakan permohonan penyelesaian sengketa dari konsumen
dan/atau Lembaga Jasa Keuangan.
d. Prinsip efisiensi dan efektifitas diatur dalam Pasal 8 dalam Nomor Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 adalah sebagai berikut:
(1) Peraturan penyelesaian sengketa pada Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa mengatur tentang jangka waktu penyelesaian sengketa.
(2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mengenakan biaya murah
kepada konsumen dalam penyelesaian sengketa.
(3) Lembaga
Alternatif
Penyelesaian
Sengketa
memiliki
peraturan
penyelesaian sengketa yang memuat ketentuan yang memastikan bahwa
anggotanya mematuhi dan melaksanakan setiap putusan Lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa.
(4) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mengawasi pelaksanaan
putusan.
Berdasarkan persyaratan daftar
Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa pada huruf e diatas menjelaskan bahwa Lembaga Alternatif
Penyelesaian
Skripsi
Sengketa
didirikan
oleh
Lembaga
Jasa
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
Keuangan
yang
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
56
dikoordinasikan oleh asosiasi. Persyaratan ini diperjelas dengan adanya
kententuan pada pasal 10 ayat 1 dan penjelasannya yang berbunyi :
Dalam Pasal 10 ayat (1), menyatakan bahwa Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa dibentuk oleh Lembaga Jasa keuangan yang dikoordinasi oleh masingmasing sektor jasa keuangan. Sedangkan dalam Penjelasan Pasal 10 ayat (1),
menyatakan bahwa Contoh pembentukan Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa di Sektor Perbankan dibentuk oleh bank-bank yang dikoordinasikan
oleh asosiasi di sektor Perbankan, misalnya Perhimpunan Bank Nasional
(Perbanas), Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Perhimpuan Bank
Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo), Asosiasi Bank Syariah Indonesia
(Asbisindo), dan Asosiasi Bank Asing Indonesia. Maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Asuransi Jiwa adalah Badan
Mediasi Asuransi Indonesia.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ketut
Sendra46 pada tanggal 3 Maret 2015 adalah sebagai berikut:
1. Yang menjadi dasar operasionalnya BMAI yaitu berdasarkan POJK No.
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen dan No. 1/POJK. 07/2014
tentang LAPS (Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa) dan UU No. 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian, Pasal 54 tentang kewajiban Penanggung
menjadi Anggota BMAI, sebagai lembaga independen dan imparsial, sebagai
lembaga yang mendapatkan persetujuan dari OJK, Kesepakatannya bersifat
final dan mengikat. (teknisnya diatur dalam LAPS-POJK).
46
Skripsi
Bapak Ketut Sendra merupakan Sekretaris dan Mediator Badan Mediasi Asuransi Indonesia
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
57
2. Berdasarkan POJK tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
(LAPS), mengatur bahwa setiap Lembaga Keuangan wajib memiliki LAPS,
seperti di Pasar Modal ada BAPMI (Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia)
di Dana Pensiun ada BMDP (Badan Mediasi Dana Pensiun) dan di
Perasuransian ada BMAI, sedangkan di Perbankan diharapkan berdiri pada
akhir tahun ini dan menyusul yang lainnya.
3. Sampai saat ini berdasarkan Pasal 54 UU No. 40 Tahun 2014, Pelaku Usaha
Asuransi hanya mendirikan dan menjadi anggota dari BMAI dan tidak ada
lembaga lain yang didirikan. Sampai saat ini juga hanya BMAI di industri
perasuransian yang diakui secara lisan dan de facto oleh OJK (de jurenya
menyusul dalam tahun 2015). BMAI berdiri tanggal 12 Mei 2006.
4. Sampai saat ini, yang benar-benar telah menjadi sengketa Asuransi (Jiwa dan
Umum) atau dalam yuridiksi BMAI pada umumnya diselesaikan oleh BMAI.
Realisasi hasil Mediasi dan Ajudikasi atas sengketa-sengketa yang masuk
sejak berdirinya BMAI hingga Desember 2014 adalah :
Tabel 3. 1
Asuransi Umum
ASURANSI UMUM
KETERA
NGAN
Mediasi
Ajudikasi
jml
A
B
C
E
Jml
A
Total
M+A
D
(M)
(A)
Sept 2006
80
53
48
4
185
10
5
15
200
– 2012
Skripsi
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
58
Diterima
11
3
3
3
20
0
0
0
20
Th 2013
Diterima
4
0
1
0
5
13
0
13
18
1
0
0
0
1
6
0
6
7
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
2
5
0
5
7
1
0
0
0
1
2
0
2
3
56
52
7
210
23
5
28
Th 2014
 JanMaret
2014
 AprilJuni
2014
 Juli-Sept
2014
 Okt-Des
2014
Jumlah
95
238
Sengketa
Sumber: DR. Ketut Sendra, SPd, SH, MM, MH
Keterangan tabel diatas,
A
= Termohon membayar
B
=
Termohon tidak membayar (Pemohon menerima keputusan
penolakan klaim)
C
Skripsi
= Para pihak tidak sepakat & atau tidak melanjutkan ke Ajudikasi
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
59
D
= Termohon diputuskan tidak membayar
E
=
Pemohon menarik perkaranya & Pemohon sulit dihubungi &
Sengketanya diakhiri sebelum bermediasi.
Tabel 3.1 mengenai asuransi umum Pada data Tahun 2006 sampai
Tahun 2012 terdapat jumlah sengketa yang
diselesaikan melalui mediasi
berjumlah 185 (seratus delapan puluh lima) dan melalui ajudikasi berjumlah 15
(limabelas). Sedangkan pada tahun 2013 sengketa yang diselesaikan melalui
mediasi berjumlah 20 (duapuluh) dan melalui ajudikasi berjumlah 0 (nol), dan
pada Tahun 2014 sengketa yang diselesaikan melalui mediasi 5 berjumlah (lima)
dan melalui ajudikasi berjumlah 18 (delapan belas). Apabila dilihat secara sekilas,
terlihat perbedaan yang signifikan antara Tahun 2006 sampai Tahun 2012 dengan
Tahun 2013 dan Tahun 2014. Tetapi apabila dilihat secara seksama pada tahun
2006 – 2012 terdapat 6 (enam) tahun yang dihitung secara akumulasi sedangkan
pada tahun 2013 dan tahun 2014 dihitung setiap tahunnya. Apabila sengketa pada
Tahun 2006 sampai Tahun 2012 yang diselesaikan melalui mediasi sejumlah 185
dibagi 6 tahun maka sengketa rata-rata pertahun yang diselesaikan berjumlah 31
sengketa, sedangkan sengketa yang diselesaikan melalui ajudikasi sejumlah 15
dibagi 6 tahun maka sengketa rata-rata pertahun yang diselesaikan sejumlah 3
sengketa. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan
di setiap tahunnya terhadap sengketa yang diselesaikan melalui mediasi dan
ajudikasi.
Skripsi
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
60
Tabel 3. 2
Asuransi Jiwa dan Jaminan Sosial:
ASURANSI JIWA & JAMINAN SOSIAL
KETERA
NGAN
Mediasi
Ajudikasi
Jml
A
B
C
E
Total
Jml
A
M+A
D
(M)
(A)
Sept 2006
53
39
32
4
128
13
2
15
143
8
4
1
4
17
2
3
5
22
– 2012
Diterima
Th 2013
Diterima
7
6
0
1
14
0
1
1
15
5
4
0
0
9
0
0
0
9
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
2
0
0
3
0
1
1
4
1
0
0
0
1
0
0
0
1
Th 2014
 JanMaret
2014
 AprilJuni
2014
 JuliSept
2014
 Okt-Des
2014
Skripsi
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
61
Jumlah
68
49
33
9
159
15
6
21
180
kasus
Sumber: DR. Ketut Sendra, SPd, SH, MM, MH
Keterangan tabel diatas,
A
= Termohon membayar
B
=
Termohon tidak membayar (Pemohon menerima keputusan
penolakan klaim)
C
= Para pihak tidak sepakat & atau tidak melanjutkan ke Ajudikasi
D
= Termohon diputuskan tidak membayar
E
=
Pemohon menarik perkaranya & Pemohon sulit dihubungi &
Sengketanya diakhiri sebelum bermediasi.
Tabel 3.2 mengenai asuransi jiwa dan jaminan sosial, pada Tahun
2006 sampai Tahun 2012 sengketa yang diselesaikan melalui mediasi berjumlah
128 (seratus dua puluh delapan) dan melalui ajudikasi berjumlah 15 (limabelas).
Sedangkan pada Tahun 2013 sengketa yang diselesaikan melalui mediasi
berjumlah 17 (tujuhbelas) dan melalui ajudikasi berjumlah 5 (lima), dan pada
Tahun 2014, sengketa yang diselesaikan melalui mediasi berjumlah 14
(empatbelas) serta sengketa yang diselesaikan melalui ajudikasi berjumlah 1
(satu). Apabila dilihat sekilas terjadi perbedaan yang signifikan antara Tahun
2006 sampai Tahun 2012 dengan Tahun 2013 dan Tahun 2014. Tetapi apabila
dilihat secara seksama antara Tahun 2006 sampai Tahun 2012 terdapat 6 (enam)
tahun sedangkan pada jumlah Tahun 2013 dan jumlah Tahun 2014 dihitung setiap
Skripsi
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
62
tahunnya. Apabila pada jumlah sengketa Tahun 2006 sampai Tahun 2012 yang
diselesaikan melalui mediasi berjumlah 128 dibagi 6 tahun maka memiliki ratarata sengketa yang diselesaikan pertahunnya adalah 21 sengketa, sedangkan
sengketa yang diselesaikan melalui ajudikasi berjumlah 15 dibagi 6 tahun maka
memiliki rata–rata sengketa yang diselesaikan pertahunnya adalah 3 sengketa.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan setiap
tahunnya terhadap sengketa yang diselesaikan melalui mediasi maupun ajudikasi.
5. Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) secara de facto sudah diakui oleh
Otoritas
Jasa
Keuangan.
Otoritas
Jasa
Keuangan
(OJK)
telah
mensosialisasikan BMAI, Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI)
dan Badan Mediasi Dana Pensiun (BMDP) sebagai lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa (LAPS) yang sudah berdiri dan menjalankan fungsi
serta tugasnya sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Sosialisasi ini telah
dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam acara sosialisasi dan literasi
keuangan pada Pasar Keuangan Rakyat yang telah dilakukan mulai Januari
2015 dan saat ini sedang berjalan BMAI dan Lembaga lainnya juga ikut
dilibatkan Otoritas Jasa Keuangan.
Dari hasil wawancara ini, bahwa yang berwenang dalam penyelesaian
sengketa alternatif terkait permasalahan sengekta asuransi jiwa adalah Badan
Mediasi Asuransi Indonesia. Selain itu hal-hal yang dapat membuktikan bahwa
Lembaga Alternatif Penyelesaian Segketa yang berwenang adalah Badan Mediasi
Asuransi Indonesia adalah:
Skripsi
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
63
1) BMAI digagas oleh beberapa Asosiasi Perusahaan Perasuransian Indonesia
yang berada di bawah Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia (FAPI) yang
sekarang merupakan Dewan Asuransi Indonesia (DAI), yaitu:47
1. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI),
2. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI)
3. Asosiasi Asuransi Jaminan Sosial Indonesia (AAJSI)
Berdasarkan pernyataan ini, bahwa Badan Mediasi Asuransi Indonesia telah
memenuhi persyaratan pada pasal 4 huruf e dan pasal 10 ayat (1) Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan megenai Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa yang didirikan oleh asoiasi lembaga keuangan.
2) Selain itu, berdasarkan brosur Badan Mediasi Indonesia48 yang dapat di
unduh di website resmi BMAI menjelaskan bahwa BMAI adalah sebuah
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) yaitu lembaga yang
melakukan penyelesaian sengketa diluar pengadilan. Oleh karena itu, Badan
Mediasi dan Arbitrase Indonesia adalah Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa (LAPS) yang terdaftar dan diakui Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
sebagai lembaga penyelesaian sengketa disektor perasuransian.
47
Badan Mediasi Asuransi Indonesia, Sejarah BMAI,
http://bmai.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=63&Itemid=184 diakes tanggal 2 Maret
2015
48
Lihat dalam lampiran nomor 6 (enam).
Skripsi
DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA
LANNY
Download