TIADA PENGAMPUNAN TINDAKAN

advertisement
TIADA PENGAMPUNAN TINDAKAN MENGHUJATROH KUDUS
Kevin Tonny Rey1
Abstraksi
Saat ini kita dihadapkan dengan argumentasi tentang segala dosa
manusia telah ditanggungkan kepada Yesus yang mati di salib dan bangkit.
Kita mendapat jaminan dari perkara-perkara rohani. Pertanyaan yang
muncul adalah “Apakah semua manusia diampuni dosanya?”atau “Apakah
semua manusia tidak diampuni dosanya?” Potensi dosa manusia diampuni
Allah, tetap terbuka. Namun demikian bukankah dalam Alkitab jelas
menyatakan bahwa hanya mereka yang menjadi umat pilihan yang
mendapatkan pengampunan dosa, dan di luar mereka yang terpilih harus
mempertanggung-jawabkan dosa yang telah merusak natur manusia yang
membawa manusia kepada orientasi kejahatan. Berbicara tentang dosa, kita
dihadapkan dengan dua fakta dalam Alkitab yang menyatakan bahwa ada
dosa yang dapat diampuni dan dosa yang tidak dapat diampuni.
Berbahagialah kita yang dosa kita diampuni Allah. Tetapi, bagaimanakah
dosa yang tetap ada dalam hidup mereka yang menolak Yesus? Tulisan ini
berusaha untuk melihat dan memutuskan dengan dasar Firman Allah
terhadap isu tentang dosa yang tidak terampuni. Sebagai presuposisi dalam
tulisan ini adalah segala keputusan Allah ditentukan dan ditetapkan Allah
berdasarkan kehendak-Nya. Misteri Allah milik Allah, manusia tidak dapat
menembusnya dan memahami Allah dengan sempurna. Tidak ada kekuatan
lain yang mampu menggeser Allah sehingga manusia yang mengontrol
segala keadaan. Hal itu tidak mungkin terjadi dan kirannya Allah selalu
dimuliakan dimana kita berada.
Blasphemy Against Spirit Is Unforgiveable
Abstract
Todays, we are being against an argument that human sins had been bore
on Jesus’ died at the cross. We had spiritual guarentee. The question
emerged: “is everyone being forgiven of their sins?” or “not everyone is
being forgiven?” There is always a chance opened wide to be forgiven for
human. Anyway, doesn’t Bible clearly state that only chosen people who
will have mercy, other than should responsible the sins that destructed
human nature and brought them to the wickedness oriented. When it comes
to sin, we are faced two biblical facts about forgiven sin and unforgiven one.
Blessed are we whose sins are forgiven by God. So, what about sin did
remain in them who reject Jesus? This paper is trying to view and consider
an issue about unforgiveable sin base on God’s Word. The presupposition
1
STT “Intheos” Surakarta ([email protected]).
is,that every God’s decision is determined and judged by God’s only will.
The mystery of God is absolutely God’s alone, that human can not reach it
out and have the understanding of God perfectly. There’s no power can
move Him aside and take control of everything; that’s most impossible. So,
may God shall be glorified.
Keywords: blasphemy, hujatan, unforgiveable sin, dosa yang tak terampuni
maupun dalam hubungan-hubungan
privat. Hukum itu muncul dalam
bentuk peraturan-peraturan yang
menentukan hak dan kewajiban
orang. Kekuasaan dalam negara
membentuk hukum itu dan menjamin
agar hukum ditaati. Bila terdapat
orang yang tidak taat pada aturan
hukum, maka mereka dijatuhi
hukuman.3
PENDAHULUAN
Istilah
‘pengampunan’
acap
kali
dihubungkan dengan konteks hukuman,
baik dalam perspektif ‘hukum profan’
maupun
‘hukum
sakral’
dalam
fungsionalitasnya yang sejatinya Allahlah
sumber hukum itu. Montesquieu, seorang
Hal itu berarti, bahwa hukuman diberikan
ahli hukum mengatakan bahwa “Ada
kepada seseorang karena tidak taat pada
suatu Akal yang Mencipta, dan ‘Tuhan’
aturan hukum yang berlaku. Hukum
ini ‘terhubung dengan alam semesta
sebagai
sebagai pencipta dan pemelihara; dengan
hukuman
adil dan damai di suatu komunitas
dan hukum itu juga yang ia gunakan
memelihara
pelaksanaan
bertujuan untuk menata kehidupan yang
hukum ia menciptakan segala sesuatu,
untuk
dasar
sehingga tercipta kehidupan yang serasi
mereka.”2Hukum
dan harmonis yang menghargai dan
sebagai suatu sistem aturan tatanan
melindungi hak-hak kodrati individu di
kehidupan yang menempatkan manusia
dalamnya. Hukum diadakan bukan untuk
sebagai pelaku hukum dalam suatu
melanggar hak-hak individu, sebaliknya
komunitas. Pelanggaran terhadap suatu
menjamin
aturan akan mendapatkan hukuman.
hak-hak
aktualisasinya
Hukum ditemukan sebagai gejala
dalam hidup bersama manusiaguna
mengatur hidup bersama itu, baik
dalam hubungan–hubungan publik,
yang
individu
dalam
mendatangkan
keadilan dan damai sejahtera. “Demikian
juga
2
3
Montesquieu. The Spirit of Laws, Dasardasar Ilmu Hukum dan Ilmu Politik(Bandung:
Nusa Media, 2011), hlm. 86
dalam
menciptakan
kebaikan
Theo Huijbers. Filsafat Hukum Dalam
Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Kanisius, 1982),
hlm. 12
69
ataukesejahteraan umum, pemberlakuan
Di sisi lain, berdasarkanperspektif
hukum tidak boleh bertentangan dengan
iman Kristen, relasi Allah dan manusia
manusia.”4Pada
(umat-Nya) didasarkan pada konteks
konteks hukuman masih ada harapan
pendamaian yang meliputi pengampunan
akan suatu pengampunan. Hukuman bagi
dosa
orang yang telah dinyatakan bersalah
Pemulihan relasi yang rusak karena
dapat dibatalkan melalui pengampunan
kejatuhan manusia dalam dosa atau
atau pemberian grasi.
pemberontakan manusia terhadap Allah
pelaksanaan
hak-hak
dimulai
Pengampunan merupakan bagian dari
usaha
menciptakan
kehidupan
dan
damai
dengan
memberikan
yang
sejahtera
Allah.
Allahlah
pengampunan
dosa dan
harmonis, mendatangkan kesejahteraan
menghadirkan
dan keadilan masyarakat. “Keadilan bisa
mereka yang menerima restorasirelasidan
memadukan konsep mengenai perlakuan
rekonsiliasi
setara dan konsep pengabaian.”5 Konsep
Pengampunan berorientasi pada hidup
pengabaian dalam konteks memberikan
yang memiliki damai sejahtera, keadilan
pengampunan
dan
kepada
individu
yang
damai
yang
sejahtera
dengan
kebenaranAllah.
bagi
diri-Nya.
Pengampunan
bersalah berdasarkan motif tertentu dapat
bukanlah suatu konsep semata yang sulit
dilakukan.Pada
diwujudkan,
dimensi
hukum
sebaliknya
kehidupan pasti akan terjadi proses
merupakan
pengampunan
mendapatkanpemulihan
adalah
yang
hidup
tujuan
akhirnya
damai.Pengampunan
bagian
pengampunan
dari
hidup
proses
yang
bersumber pada Allah.
diberikan berdasarkan alasan-alasan dan
Pada
konteks
kejatuhan
manusia
latar belakang tertentu yang berkaitan
dalam dosa–perspektif iman Kristen -
dengan
dan
menegaskan bahwa manusia tidak lagi
objektif-material. Pengampunan menjadi
memiliki damai sejahtera Allah dalam
jalan
hidupnya. Segala kecenderungan hati
segi
untuk
subjektif-formal
menikmati
kebahagiaan
manusia
hidup.
selalu
berorientasi
pada
kejahatan (Kej 6:5), hal itu berarti dosa
4
E. Sumaryono. Etika & Hukum Relevansi
Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas
(Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 258
5
Karen Lebacqz. Teori-teori Keadilan, Six
Theories of Justice(Bandung: Nusa Media, 2011),
hlm. 24
telah menjadikan manusia tidak memiliki
kebenaran/ kebaikan. Dosa menjadikan
manusia butuh pendamaian Allah. Hidup
70
manusia terpenjara dalam sistem dosa
Pada Perjanjian Lama, pengampunan
yang menghilangkan damai Ilahi dan
dosa dan pendamaian diidentifikasikan
membutuhkan
dengan persembahan korban binatang
pengampunan
dosa.
Manusia yang hidup dalam sistem dosa
halal
tidak mampu menikmati relasi yang
Perjanjian
sempurna dengan Allah yang sejati.
diidentifikasikan
Manusia secara umum hanya berusaha
Perjamuan
untuk melakukan imitasi damai sejahtera
Perjamuan Kudus merupakan pewartaan
Allah– yang dihadirkan bukan berasal
dari
dari
memberikan pengampunan dosa. “...Fakta
Allah
pencipta
melainkan
dari
yang
tersembelih
Baru,
sedangkan
pengampunan
dengan
Kudus
(I
pengorbanan
dosa
perayaan
Kor
Kristus
11:25).
untuk
ciptaan Allah - yang sejatinya adalah
bahwa
suatu usaha yang sia-sia.
merupakan contoh yang agung dari pola
Secara teologis, pengampunan dosa
pengorbanan
pengorbanan
diri
Lewi.”6
Secara
Kristus
teknis,
memberikankepastian tentang pemulihan
proses pengampunan dosa dalam PL dan
relasi manusia (umat-Nya) dengan Allah.
PB berbeda namun esensi pewartaannya
Allah tidak menghukum individu yang
sama yaitu melalui tindakan pengorbanan
terpilih sebaliknya mengampuni dosa dan
ada pengampunan dosa bagi pribadi yang
menjadikan manusia berdosa sebagai
ada dalam Kristus Yesus.
Di
umat-Nya.Hal itu sesuai dengan Roma
lain
pihak,
ada
pemahaman
8:1 “Demikianlah sekarang tidak ada
tentang tidak adanya pengampunan bagi
penghukuman bagi mereka yang ada di
tindakan menghujat Roh Kudus (Mat
dalam Kristus Yesus.” Artinya, ada
12:24,31-32, Luk 12:10). Tidak ada
sebuah jaminan kepastian bagi kita yang
pengampunan berarti tetap ada dalam
ada
penghukuman, tetap ada pada posisi
dalam
Kristus
Yesus,
tidak
memperoleh penghukuman karena dosa.
lawan
Sebaliknya kita memperoleh pembebasan
pendamaian.Pemahaman
karena
Allah.
membawa kita pada suatu hasil telisik
Pengampunan dosa menjadikan kita –
pertanggung-jawaban argumentasi dari
pribadi dalam Kristus –berdamai dengan
suatu konsep yang menyatakan bahwa
pengampunan
dari
Allah dan memiliki kehidupan baru yang
6
dan
tidak
ada
proses
selanjutnya,
John Murray. Penggenapan & Penerapan
Penebusan (Surabaya: Momentum, 1999),
hlm. 10
berorientasi pada Allah.
71
tidak ada pengampunan bagi mereka yang
tidak ada sesuatu di luar diri-Nya yang
menghujat
menjadi dasar tindakan Allah.
meliputi
Roh
Kudus.
konsep
Tulisan
pengampunan
ini
dan
Tindakan Allah berdasarkan pada
penghujatan Roh Kudus. Akhirnya, kita
keputusan
dimampukan
penghukuman
dan
jawabkan iman kita yang berorientasi
pengampunan.Penghukuman
dan
pada Allah yang dimuliakan selalu.
pengampunan menjadi keputusan Allah
untuk
mempertanggung-
dalam
KONSEP PENGAMPUNAN DALAM
ALKITAB (PL) DAN KAITANNYA
dengan
kerelaan-Nya
konteks
termasuk
pembalasan.
“Sesuai
perbuatan-perbuatan
orang,
demikianlah Ia memberi pembalasanPemahaman
tentang
konsep
kehangatan murka kepada lawan-lawan-
pengampunan dalam Perjanjian Lama
Nya (Yesaya 19:15 dst). “Pembalasan”
(PL) tidak dapat dilepaskan dari prinsip
dasar
teologis
PL
yaitu
Tuhan maksudnya: fungsi pembalasan
Allah
dari pengadilannya yang adil.”9 Hal itu
(YHWH/Yahweh) pencipta dan berdaulat
berarti, pembalasan Allah dalam konteks
absolute. Artinya, Allah bertanggung
jawab
pada
menciptakan
menurut
diri-Nya
atau
tidak
kerelaan
sendiri.
pengadilan-Nya
“Dia
menegaskan
tentang
keadilan Allah yang absolut. Sebab
menciptakan
TUHAN adalah Allah yang adil (Yes
kehendak-Nya
30:18). “Allah itu “adil” (Mzm 7:12,18;
7
semata.” TUHAN melakukan apa yang
9:5,9;
dikehendak-Nya, di langit dan di bumi, di
113:3),
mengadili
10
“kebenaran” (9:9)....” Keadilan
laut dan di segenap samudera raya (Mzm.
dengan
Allah
bukan berdasarkan nilai di luar diri-Nya
135:6). Allah kita di sorga; Ia melakukan
yang memiliki kategori ciptaan Allah.
apa yang dikehendaki-Nya! (Mzm 115:3).
Keadilan Allah berdasarkan pada diri-
“Apabila Tuhan itu maha kuasa maka tak
Nya sendiri yang diejawantahkan dalam
ada yang pernah terjadi dapat terjadi jika
hukum-Nya. Hukum-Nya berelasi secara
berlawanan dengan atau tanpa kehendak-
khusus dengan umat-Nya dan manusia
Nya.”8 Hal itu berarti kedaulatan Allah
lain secara umum. “Sebab intisari serta
pencipta dalam harmonisasi diri-Nya,
9
Ibid., hlm. 263.
Walter Brueggemann,Teologi Perjanjian
Lama; Kesaksian, Tanggapan, Pembelaan
(Maumere: Ledalero, 2009), hlm. 200.
7
10
Arthur W. Pink. The Sovereignty of God
(Surabaya: Momentum, 2005), hlm. 23
8
Lebacqz. Op.cit., hlm. 249.
72
kerap kali ditegaskan bahwa hukum
yang menjadi patokan penghakiman
Yahweh
adalah
hukumdemi
keselamatan semua orang, yang
ditegakkan
Yahweh.
Keadilan
Yahweh ini tak sekedar menjatuhkan
“hukuman yang pantas” tetapi
mencakup pula intervensi (ganti
rugi?) aktif untuk kaum lemah dan
tak berdaya.13
tujuan rumusan-rumusan hukumadalah
“keadilan” itu sendiri, dan hukum yang
mengabaikan keadilan bukanlah hukum
yang
baik
benar.”11Artinya,
dan
identifikasi keadilan menjadi konsep
majas yang ditujukan kepada Allah.
Berbicara
berbicara
tentang
Allah
tentang
kebenaran-Nya
keadilan
yang
berarti
dan
Hal itu berarti Allahlah yang menjadi
menghadirkan
sentral
damai sejahtera. Allah dipahami bukan
memberikan
keadilan dan kebenaran, sebaliknya Allah
sebagai
menyatakan
diri-Nya.
pribadi
yang
“Jelas
bahwa
mereka
tindakan
dan
dan
kembali
untuk
dalam
menerima
agama saling terkait dan menjadi penjaga
mendatangkan
kewibawaan, kebenaran dan keadilan
Allah. Mereka yang melanggar ketentuan
Allah berdaulat dalam menghukum
mengampuni
dibenarkan
merupakan
berdasarkan asumsi bahwa hukum dan
sejahtera.
dan
pengampunan
Perspektif Perjanjian Lama dipahami
pengampunan sebagai anugerah Allah –
sempurna
bersalah.
sejahtera.
sehingga segala keputusan pengadilan-
adalah
dinyatakan
menerima
konteks
memiliki sumber dari diri-Nya sendiri
hukuman
terhadap
yang
sebaliknya
hukum yang adil ....”12Keadilan Allah
meliputi
pengampunan
hukuman atau mengganti putusan hukum,
sebagai tokoh yang berkomitmen pada
–
dan
Pengampunan bukan mengurangi beban
metafora hakim menampilkan Yahweh
Nya
menghukum
melakukan intervensi dalamnya termasuk
sebagai Allah konsep yang memiliki
dipahami
tindakan
sesuai
agama,
dengan
mereka
akan
menerima
konsekuensi hukum Allah yang berlaku.
keputusan kerelaan kehendak-Nya.Peran
“Bahwa
Yahweh sebagai hakim sangat diandalkan
sejajar
Israel, karena
hukumdan
di
hukumdiadili
karena
Israel
agama
kuno.
oleh
Dialah
berjalan
Pelanggaran
Yahweh
pembela
sendiri,
hukumdan
11
Marthinus Theodorus Mawene. Perjanjian
Lama dan Teologi Kontekstual (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008), hlm. 220
12
Brueggemann. Op.cit., hlm. 359
keadilan, dan nama Yahwehlah yang
13
73
Ibid., hlm. 359-360.
diserukan
dalam
pengesahan
dosa merupakan pemberian Ilahi – Allah
perjanjian.”14 Hal itu berarti bahwa dalam
penentunya - yang melaluinya tujuan
perspektif Israel (PL) hal yang sakral
hidup manusia tercapai yaitu sejahtera di
(agama) dan profan (produk hukum) tidak
bumi. Nico berpendapat,
Dengan kata lain, kesejahteraan
sebagai tujuan hidup manusiawi
dipandang sebagai suatu nasib yang
dianugerahkan dari Atas, dan bukan
sebagai
suatu
tujuan
yang
dilaksanakan oleh manusia sendiri.
Dengan demikian aslinya istilah ini
mengungkapkan visi tertentu terhadap
manusia, yakni seorang makhluk yang
sebenarnya tidak berkuasa atas
hidupnya sendiri.15
dipisahkan satu terhadap yang lain.
Masing-masing
memberikan
kontribusinya yang berorientasi pada
hadirnya kemuliaan Allah di bumi.
Kemuliaan Allah identik dengan damai
sejahtera Allah di surga dan di bumi.
KONSEP PENGAMPUNAN DALAM
ALKITAB (PB) DAN KAITANNYA
Esensi pengampunan adalah restorasi
Perspektif
tentang
Perjanjian
Baru
pengampunan
(PB)
relasi antara Allah dengan manusia yang
adalah
rusak karena dosa. Sejatinya manusia
tereduksinya manusia dalam dosa yang
berdosa
menyebabkan manusia berada pada posisi
orang
Allah
yang
sahih
pencipta
untuk
identifikasinya
adalah
membutuhkan
hidup
-
berdosa
berdosa. Hal ini menegaskan bahwa
manusia
inilah
manusia
subjek yang berkuasa atas manusia
manusia
membutuhkan terwujudnya sejahtera dan
kebahagiaan
sehingga
– objek ciptaan - dan menjadikannya
terhadapnya.
Posisimanusia sebagai orang berdosa –
yang
tidak
berusaha untuk melakukan imitasi Allah
dihukum, namun Allah membatalkan
penghukuman
dirinya
mampu berkomunikasi dengan Allah
berdosa/musuh/pemberontak
terhadap
mendapatkan
berdosa
pemberontak
yang
sejatinya
dan
adalah
berusaha
mengendalikan Allah. Manusia berusaha
pengampunan
menisbikan Allah bahkan menyatakan
dosa.Pengampunan dosa bukanlah syarat
Allah telah mati. “Seandainya ... maka
untuk tujuan manusia tercapai – manusia
semua orang berdosa tersebut pasti akan
penentunya - sebaliknya pengampunan
memutuskan untuk menolak Dia, sebab
14
Th. C. Vriezen. Agama Israel Kuno
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000 revisi), hlm.
90
15
Nico Syukur Dister, Filsafat Kebebasan
(Yogyakarta: Kanisius, 1988), hlm. 16-17
74
pada
hakikatnya,
setiap
manusia
bagi Allah merupakan tindakan yang sia-
membenci Allah dan berada dalam
sia
perseteruan dengan Dia (Rm. 8:7). Oleh
berdosa dan dibawah hukuman Allah.
karena itu, karya Roh Kudus mutlak
diperlukan
berdosa
untuk
kepada
sejatinya
manusia
telah
Pengampunan dosa bukan menjadikan
memimpin
orang
manusia tak berdosa, melainkan manusia
Kristus....”16
Pada
berdosa menerima pengampunan yang
tidak
menjadikan relasi Allah dengan manusia
dirinya
dipulihkan. “Jadi, Allah sendirilah yang
konteks
ini,
manusia
mampu
memulihkan
berdosa
relasi
mengerjakan
dengan Allah yang sempurna.
Secara umum manusia membutuhkan
pengampunan
karena
dosa
dan
pemulihan
dalam
kesediaan
untuk
sebagai
syarat
hati
manusia
memasang
untuk
telinga
dapat
berdasarkan iman dan pertobatan yang
mendengar(kan)
dikerjakan
sendiri.”19Selanjutnya proposisi teologis
oleh
Roh
Kudus.“Karena
sabda-Nya
Allahlah yang mengerjakan di dalam
menegaskan bahwa Sabda-Nya
kamu baik kemauan maupun pekerjaan
mendatangkan pengampunan dosa bagi
menurut
mereka yang mendapatkan pengampunan
kerelaan-Nya(Flp.
2:13)”.
“Destini manusia ditentukan bukan oleh
yang
“kehendak manusia”, melainkan oleh
Proses pengampunan dosa tidak dapat
Allah.”17Manusia
diikuti berdasarkan urutan waktu. Hal itu
kehendak
sejatinya
tidak
mampu
berdosa,
bersifat
yang
hanya
memahami
transendensi-imanensi.
dapat
dipercaya/diimani,
perkara-perkara Ilahi yang kudus dan
selanjutnya
sempurna
perilaku yang berorientasi pada Allah
sebelum
ia
menerima
menampakkan
perubahan
yang dimuliakan.
pengampunan dosa. “Menyatakan bahwa
“destini manusia” dapat diubah oleh
Tindakan Menghujat
kehendak manusia, berarti menjadikan
Istilah ‘menghujat’ berasal dari kata
kehendak manusia berdaulat, dan ini
Yunani yaitu “blasfemeuw”20 dan “to
jelas merupakan pelecehan terhadap
Allah.”18 Artinya bahwa segala usaha
19
Nico Syukur Dister. Filsafat Agama
Kristiani(Jakarta: BPK Gunung Mulia &
Yogyakarta: Kanisius, 1985), hlm. 94
20
Cleon L. Rogers Jr & Cleon L. Rogers III.
Linguistic And Exegetical Key To The Greek
New Testament (Michigan: Zondervan
Publishing House, 1982), hlm. 139
manusia untuk berarti atau memiliki nilai
16
Pink, Op.cit., hlm. 88
Ibid.,hlm. 143
18
Ibid.
17
75
blaspheme”. Makna kata ‘menghujat’
menghujat yang membawa determinisme
secara
pelaku dalam penghukuman Ilahi.
umum
mengandung
aspek
pemberontakan atau perlawanan secara
Tindakan
menghujat
Allah
sadar terhadap subjek yang diketahuinya.
sebagai tindakan yang dikontrol oleh
Arti lain ‘to blaspheme’ adalah menghina
pelecehan terhadap Allah yang dianggap
Tuhan.
tidak berdaulat dan takut pada manusia.
pada
Tindakan menghujat didasarkan
Dugaan
motif
merana jika
yang
membenci
Manusia berusaha untuk
Allah.
mereka
bahwa
Allah
akan
mengontrol
manusia tidak lagipercaya pada Allah dan
Allah namun tidak dapat dilakukan.
menyembah-Nya. Oleh alasan itu mereka
Hasilnya
berusaha menjadikan Allah tergantung
Allah
manusia
gagal
akhirnya
“Berhadapan
mengontrol
menghina
dengan
Tuhan.
pada dirinya meski Allah dihina, Allah
rahasia-rahasia
akan tetap berpihak pada mereka, sangka
Allah, akal budi manusia tidak mampu.
Memang,
terletak
Tindakan menghujat menegaskan
dalam kemampuannya untuk berpikir,
bahwa manusia sudah tidak percaya
tetapi tanpa rahmat Allah, manusia itu
kepada Allah pencipta. Mereka dengan
kurang dari seekor binatang.”21 Manusia
bangga melakukan penghujatan yang
berusaha
sangka
melakukan
martabat
manusia
mereka.
memaksa
Allah
untuk
segala
kehendak
mereka,
bersembunyi
dan
Allah
dan
akan
lari
melaporkan
keinginan manusia sehingga Allah bukan
penghujatan itu kepada manusia yang
sebagai Allah pencipta yang dihormati,
masih percaya pada-Nya dengan tujuan
sebaliknya
berusaha
Allah akan dibela oleh pengikutnya,
menciptakan imaginasi Allah atau Allah
tatkala Allah dihujat. Roma 3:11 “Tidak
konsep yang terbatas. Allah konsep yang
ada seorangpun yang berakal budi, tidak
bergantung
jawab
ada seorangpun yang mencari Allah.”
itu
Artinya secara umum manusia telah
merupakan salah satu sebab tindakan
memiliki potensi mutlak karena dosa
kepada
manusia
dan
manusia
bertanggung
ciptaan.Hal
untuk menghujat Allah.
Sejatinya,
manusia
yang
melakukan penghujatan terhadap Allah
21
Dister. “Filsafat Agama
Kristiani”,Op.cit., hlm. 137
76
telah ada dalam penghukuman Allah
menerimanya.Selanjutnya, ijinkan penulis
sehingga yang dilakukannya dianggap
memberikan alternatifpemahaman yang
Allah tidak mampu menghukumnya,
berdasarkan pada ayat yang sama yaitu
padahal ia dalam penghukuman Ilahi.
Lukas 12:10.
Mereka yang dihukum tidak tahu jika
Latar
belakang
ayat
itu
adalah
dirinya dihukum – indikasi perilaku
pengajaran dari Yesus kepada para murid
semakin menghina Allah - sebaliknya
untuk
mereka yang bebas dari hukuman mereka
eksistensinya di ruang publik pada masa
tidak akan menghujat Allah. “Akhirnya,
itu. Pengakuan akan jati diri sebagai
di sini kita diingatkan bahwa dalam
pengikut
melakukan semua ini pun Dia tidak
konsekuensi logis yang dikategorikan
membutuhkan nasihat dari siapa pun,
sebagai
melainkan bahwa kita “ditentukan dari
keluar dari postulat dogmatis teologis
semula sesuai dengan kerelaan kehendak-
Yudaisme. Jati diri sebagai pengikut
Nya” semata.”22
Yesus harus dibayar dengan menerima
tidak
Yesus
kelompok
hukuman
TIADA PENGAMPUNAN
TINDAKAN MENGHUJAT
ROH KUDUS
Asumsi
dasar
tentang
takut
psikis,
menyatakan
mendatangkan
‘pinggiran’
sosiologis
yang
maupun
politis bahkan sampai membunuh tubuh.
Pengikut Yesus dihadapkan pada titik
akhir yaitu
tiada
kekuasaan
pengampunan tindakan menghujat Roh
mereka yang memiliki
dapat
membunuh
tubuh
mereka tatkala mereka tetap bertahan
Kudus, diambil dari Lukas 12:10 “Setiap
beriman
orang yang mengatakan sesuatu melawan
kepada
Yesus.
Suatu
konsekuensi yang berat hanya karena
Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi
pengikut Yesus. Namun demikian Yesus
barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia
memberikan penguatan bahwa pengikut-
tidak akan diampuni.”
Nya harus takut kepada Dia yang mampu
Ada banyak tafsiran tentang ayat
menghukum manusia hingga ke neraka -
tersebut dengan alasan tertentu yang
orang saat itu percaya bahwa neraka
dapat kita temukan. Tafsiran Lukas 12:10
memberikan
postulat
teologis
memberikan
pencerahan
bagi
sebagai terminal akhir bagi penentang
yang
atau musuh Allah pencipta. Mereka tidak
yang
meragukan tentang konsep neraka – suatu
22
Pink. Op.cit., hlm. 59
77
penghukuman kekal yang dilawankan
memerintah dalam Kerajaan eskatologis
dengan surga yaitu suatu kedamaian
Allah.”24 Artinya konsep Anak Manusia
kekal bersama Allah pencipta yang
yang dikenakan pada Yesus memberikan
memelihara ciptaan-Nya terlebih umat-
penegasan
Nya.
tanggung
Selanjutnya,
Yesus
mengajarkan
bahwa
jawab
Yesus
memiliki
kemesiasan
secara
esensial maupun fungsional.
tentang setiap orang yang mengatakan
‘Melawan Anak Manusia, ia akan
sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan
diampuni’
diampuni
Fokus
bahwa orang yang melawan Yesus –
pemahaman kita pada ‘melawan Anak
Anak Manusia yang melayani di dunia –
Manusia, ia akan diampuni’. Tindakan
dalam pewartaan Lukas yaitu Yesus bagi
melawan
diri
orang Yahudi dan non Yahudi, orang itu
sebagai lawan/musuh seseorang. Jika
akan diampuni. Anak Manusia dalam
melawan Anak Manusia, maka ia menjadi
perspektif keterbatasan – Allah menjadi
musuh Anak Manusia. Ia akan diampuni.
manusia
Makna teologis dari Anak Manusia (ho
pengampunan bagi orang yang melawan-
huios tou antropou) disampaikan dalam
Nya.
Injil
Anak
identifikasi kemanusiaan pada umumnya
Manusia dalam Injil Sinoptik terbagi atas
dipercaya sebagai gambar dan rupa Allah.
tiga kategori: Anak Manusia di Dunia
Melawan manusia, dipastikan manusia
melayani;
akan
(Lukas
berarti
12:10a).
menempatkan
Sinoptik.“Penggunaan
Anak
Manusia
dalam
memberikan
–
pemahaman
manusiawi
Kemanusiaan
memberikan
Yesus
memberikan
maaf
sebagai
atau
penderitaan dan kematian; dan anak
pengampunan. Melawan Anak Manusia
Manusia
yang dipahami secara historis, Yesus
dalam
eskatologis.”23Istilah
ditujukan
pada
kemuliaan
Anak
Yesus,
Manusia
Allah
memberikan pengampunan.
yang
Selanjutnya,
Yesus
mengajarkan
menjadi manusia. “Anak Manusia harus
bahwa ‘tetapi barangsiapa menghujat Roh
menderita dan mati, tetapi setelah itu Ia
Kudus, ia tidak akan diampuni (Lukas
akan dating sebagai Anak Manusia
12:10b).
eskatologis
‘melawan Anak Manusia’ selanjutnya
untuk
menghakimi
dan
sebelumnya
ada
kalimat
kalimat ‘menghujat Roh Kudus’. Kata
23
George Eldon Ladd,Teologi Perjanjian
Baru Jilid 1 (Bandung: Kalam Hidup, 1999), hlm.
196
24
78
Ibid., 202
‘melawan’ dikenakan pada situasi faktual
Menghujat Roh Kudus merupakan
manusiawi sedangkan kata ‘menghujat’
tindakan yang dihasilkan dari orang yang
dikenakan
Roh
tidak menerima-Nya sebagai Allah yang
Kudus/ruakh Yahweh. Menghujat atau
sejati. Allah dalam kapasitas-Nya sebagai
menghina
memberikan
Allah pencipta alam semesta tidak dapat
dampak dosa yang tak diampuni. Kita
tunduk pada manusia ciptaan-Nya. Ada
dapat bandingkan dengan Markus 2:10,
perbedaan yang jelas antara Allah dan
tatkala Yesus dituduh menghujat Allah
manusia sehingga manusia tidak dapat
karena Yesus mengampuni dosa orang.
menghujat-Nya.
pada
esensi
Roh
Kudus
ilahi
publik dimana salah satunya ahli Taurat
Nah, jika pribadi insan yang jasmani
rohani sifatnya,tidak dapat dikenal
seluruhnya kecuali kalau dengan
bebas memperkenalkan diri sendiri,
apalagi Pribadi Agung yangsuara-Nya
kita dengar dalam hati nurani dan
yang kita akui sebagai melebihi
pribadi-pribadi insan itu hanya dapat
kita kenal jika Ia sendiri dengan bebas
menyatakan diri kepada kita.25
menyaksikan. Setelah kejadian itu, vonis
Artinya, Allah dikomparasikan dengan
bagi Yesus adalah mati, tidak terampuni
ciptaan-Nya untuk menegaskan bahwa
pelakunya, anggapan orang Yahudi.
Allahlah yang tidak dapat dikenal dengan
Anggapan orang Yahudi saat itu adalah
Allahlah yang boleh mengampuni dosa
manusia
tetapi
saat
itu
Yesus
–
identifikasi sebagai manusia yang tidak
dapat mengambil wewenangnya Allah memberikan pengampunan dosa di ruang
Gambaran tersebut digunakan Yesus
sempurna meski melewati media yang
untuk menegaskan bahwa menghujat Roh
dianggap
Kudus/ruakh Yahweh tidak diampuni
Allah
dosanya. Hal itu menegaskan bahwa dosa
konsekuensinya adalah mati dengan dosa
melawan/menghujat/menghina
yang tidak diampuni.
Allah,
hukumnya adalah mati dan tak terampuni
dosanya.
Penghinaan
terhadap
benar.
yang
Manusia
tak
menghujat
tampak
dan
Selanjutnya relevansinya pada kita
Allah
umat-Nya tentang hal menghujat Roh
pencipta bukan hanya kutuk duniawi saja
Kudus,
tetapi kematian yang sempurna sebagai
memampukan
orang berdosa yang tidak menerima
memuliakan Allah sehingga tidak ada
Allah
dalam
kita
kedaulatan-Nya
untuk
tetap
pengampunan dosa.
25
Dister, “Filsafat Agama Kristiani”,Op.cit.,
hlm. 76
79
waktu untuk menghina Allah pencipta.
masuk kedamaian kekal karena mereka
Kita yang ada dalam Kristus mendapat
tidak tahu. Mereka tidak tahu karena
jaminan bahwa tidak ada penghukuman –
mereka sudah berdosa berdasarkan Kitab
yang
Roma 3:11-13. Mereka yang berdosa
menyebabkan
kita
lepas
dari
genggaman Allah – akibat dari tindakan
tidak
penghujatan
tetap
tindakan melawan Allah atau tidak.
memelihara kita dengan kekuatan dan
“Menghujat Roh Kudus tidak mungkin
kasi-Nya.
dilakukan oleh orang Kristen yang telah
karena
Allah
Berkaitan dengan hal itu
mampu
untuk
membedakan
Cornelius Plantinga mengatakan bahwa
diselamatkan.
“Tidak seorang pun yang pada akhirnya
sungguh telah diperanakan kembali tidak
dapat tidak tunduk kepada anugerah
mungkin
Allah. Tidak ada yang dapat menyamai
Kudus.”27Artinya, potensi menghujat Roh
ketahanan Allah. Setiap orang yang telah
Kudus ada pada mereka yang tidak
dipilih akan datang ...untuk ‘menyerah
diperanakan
dan
dalam ikatan dosa bahkan dosa menjadi
mengakui
Allah.”
bahwa
Allah
adalah
26
Seorang
Kristen
yang
menghujat
kembali.
Roh
Mereka
masih
kehidupannya. Dosa menjadikan manusia
tidak mampu memahami kehadiran Allah
Hal itu berarti kita selaku umat-Nya
akan tetap mengakui bahwa Allah adalah
yang
Allah
yang
harmonisasi hidup. Sejatinya harmonisasi
memampukan kita. Yehezkiel 11:19-20
hidup telah dinyatakan melalui alam
“...Juga aku akan menjauhkan dari tubuh
semesta ciptaan-Nya. Namun sekali lagi
mereka hati yang keras dan memberikan
bahwa manusia tidak berdaya karena dosa
mereka hati yang taat, supaya mereka
yang sejatinya menempatkan manusia
hidup menurut segala ketetapan-Ku dan
sebagai musuh Allah.
karena
Roh
peraturan-peraturan-Ku
Kudus
dengan
Roh
setia;
maka mereka akan menjadi umat-Ku dan
berdaulat
aku akan menjadi Allah mereka.”
kerelaan
membawa
sejahtera
Kudus
adalah
dan
bertindak
kehendak-Nya.
dan
Allah
yang
berdasarkan
Roh
Kudus
Pelaku penghujatan terhadap Roh
memberikan jaminan bahwa setiap orang
Kudus adalah mereka yang tidak mau
yang ada dalam Kristus ada dalam
26
Anthony A. Hoekema,Diselamatkan oleh
Anugerah (Surabaya: Momentum, 2001), hlm.
149
27
Stephen Tong, Roh Kudus, Doa dan
Kebangunan (Jakarta: LRII, 1995), hlm. 94
80
pemeliharaan-Nya. Roma 10:10 “Karena
adalah mati tanpa pengampunan dosa.
dengan
dan
Segala keputusan Allah adalah keputusan
dibenarkan, dan dengan mulut orang
yang berdaulat dan kita tidak dapat
mengaku dan disemalamatkan.” Secara
menunjuk hidung siapa yang diampuni
dogmatis teologis, tidak ada orang yang
atau yang tidak diampuni. Kita hanya
telah mengaku percaya kepada Yesus,
melihat indikasi tentative saat ini yaitu
dengan mulut yang sama melakukan
mereka yang menjadi umat-Nya akan
penghujatan
memuliakan Allah. Sebaliknya mereka
hati
orang
percaya
terhadap
Allah
yang
menyelamatkannya.
yang kecenderungan hatinya pada yang
Berdasarkan kedaulatan Allah, Allah
jahat akan nyata melawan Allah dengan
menyelamatkan kita berdasarkan kerelaan
dalil dan alasan apapun bahkan dalil
keputusan-Nya. Allah tidak menyesal
Firman Allah digunakan. Akhirnya, Saat
memilih
umat-Nya,
ini kita dapat dengan bijak memberikan
sebaliknya Ia memberikan providensia
argumentasi tentang dosa yang dapat
yang sempurna kepada umat-Nya. “...
diampuni dan dosa yang tidak dapat
Orang
diampuni. Kiranya kita sebagai umat
kita
menjadi
beriman
melibatkan
Allah,
memandang segala sesuatu dari sudut
pilihan
pandang-Nya, menilai segala sesuatu
bahwa Yesus Kristus Tuhan kini dan
dengan standar spiritual, dan memandang
selamanya.
kehidupan dengan terang kekekalan.”28
Orang beriman/percaya tidak sanggup
menghujat
Roh
Kudus
karena
Roh
Kuduslah yang memampukan kita hidup
dengan standar spiritual Allah.
Secara umum, kita yang dipanggil
dalam
persekutuan
kudus-Nya
akan
dipelihara berdasarkan kedaulatan-Nya.
Sebaliknya
mereka
yang
tidak
mendapatkan restorasi relasi berusaha
menghujat Allah dan konsekuensi hal itu
28
Pink. Op.cit., hlm. 10
81
dimampukan
untuk
bersaksi
DAFTAR PUSTAKA
Brueggemann, Walter. Teologi Perjanjian Lama; Kesaksian, Tanggapan, Pembelaan.
Maumere: Ledalero, 2009
Dister, Nico Syukur. Filsafat Agama Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia dan
Yogyakarta: Kanisius, 1985
Hoekema, Anthony A. Diselamatkan oleh Anugerah. Surabaya: Momentum, 2001
Huijbers,Theo. Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Kanisius, 1982
Ladd, George Eldon. Teologi Perjanjian Baru Jilid 1.Bandung: Kalam Hidup, 1996
Lebacqz,Karen. Teori-teori Keadilan, Six Theories of Justice.Bandung: Nusa Media,
2011
Mawene, Marthinus Theodorus. Perjanjian Lama dan Teologi Kontekstual. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2008
Montesquieu. The Spirit of Laws, Dasar-dasar Ilmu Hukum dan Ilmu Politik.
Bandung: Nusa Media,
Murray, John. Penggenapan & Penerapan Penebusan.Surabaya: Momentum, 1999
Pink,Arthur W. The Sovereignty of God.Surab
aya: Momentum, 2005
Rogers Jr., Cleon L. & Rogers III, Cleon L. Linguistic And Exegetical Key To The
Greek New Testament, Michigan: Zondervan Publishing House, 1982
Sumaryono, E. Etika & Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas.
Yogyakarta: Kanisius, 2002
Tong,Stephen. Roh Kudus, Doa dan Kebangunan.Jakarta: LRII, 1995
____________. Roh Kudus, Doa dan Kebangunan. Jakarta: LRII, 1995
Vriezen,Th. C. Agama Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000 revisi.
Download