1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat dan dianggap
sebagai sesuatu yang berharga dalam kehidupan, dikarenakan tanah merupakan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sedangkan permintaan akan tanah
terus mengalami peningkatan. Tanah memiliki nilai jual yang sangat tinggi, apalagi
yang berada pada lokasi yang strategis, sehingga apabila dioptimalkan dapat
memberikan manfaat yang sangat besar. Selain memiliki nilai jual yang tinggi,
tanah akan mengalami apresiasi (kenaikan harga) seiiring berjalannya waktu,
dikarenakan demand akan tanah terus meningkat, sedangkan supply atas tanah
terbatas.
Menurut Undang Undang Pokok Agraria (UUPA) pasal 6, tanah memiliki
fungsi sosial dalam artian untuk kepentingan umum, di mana kepemilikan tanah
dapat diambil oleh pemerintah dengan adanya pemberian ganti kerugian yang layak.
Penafsiran ini diharapkan dapat menyeimbangkan antara manfaat yang dapat
dinikmati oleh individu dan masyarakat dari setiap penguasaan dan pemanfaatan
tanah dan sumber daya lainnya. Tidak dapat dipungkiri, tanah merupakan salah satu
penunjang laju pembangunan di segala bidang, sehingga kebutuhan masyarakat
akan hak atas tanah juga terus mengalami peningkatan.
Jumlah tanah yang tetap (tidak dapat diproduksi) sedangkan kebutuhan akan
tanah meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia,
mengakibatkan ketidakseimbangan antara persediaan tanah dengan kebutuhan tanah
1
2
oleh masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya nilai ekonomis tanah
mengakibatkan semakin tajamnya kesenjangan sosial di antara masyarakat yang
mempunyai akses dalam hal penguasaan tanah bangunan yang melampaui batas
kewajaran dihadapkan dengan masyarakat yang paling membutuhkan tanah, namun
berada dalam posisi tersudut. Tidak mustahil apabila hal ini dibiarkan terus
berlangsung akan dapat menjadi pemicu berbagai kerawanan di bidang pertanahan
(Sumardjono, 2009: 220). Oleh karena itu, diperlukan adanya tatanan hukum,
perencanaan serta penatagunaan yang tepat dalam pemanfaatan dan pengelolaan
tanah, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal yang berimplikasi pada
kenaikan nilai tanah yang tinggi. Sebaliknya, jika pemanfaatan tanah tidak optimal
atau dibiarkan kosong tanpa ada pemanfaatan di atas tanah tersebut, hanya akan
menyebabkan produktifitas tanah yang kurang maksimum sehingga nilai tanah tidak
mencapai pada tingkat optimal. Keberadaan tanah kosong dapat menimbulkan
persoalan yang serius dalam pengembangan kota, hal ini dapat berdampak pada
aspek ekonomi dan sosial.
Tujuan utama kebijakan penatagunaan tanah adalah untuk memecahkan
masalah berkenaan dengan tersedianya tanah untuk berbagai kegiatan pembangunan
dan memperkecil kemungkinan terjadinya konflik antara berbagai penggunaan
tanah pada lokasi yang sama (Sumardjono, 2009: 220). Menurut Hidayati dan
Hardjanto (2003: 82-85) karakteristik fisik yang mempengaruhi nilai tanah
meliputi: ukuran dan bentuk; utilitas; pengembangan tapak; lokasi dan lingkungan.
Dibutuhkan pengelolaan dan pemanfaatan yang tepat terhadap setiap tanah yang
kosong atau yang belum didayagunakan, sehingga Keberadaan setiap tanah kosong
dapat dioptimalkan dan dapat memberikan manfaat yang besar atas pemanfaatan
3
tanah tersebut, serta dapat meningkatkan nilai dari tanah tersebut.
Kelangkaan tanah dan sifatnya
yang tidak mengalami penyusutan
menyebabkan bahwa lebih menguntungkan untuk menguasai tanah tanpa
menjualnya, sedangkan benda-benda lain yang dapat menyusut harus dijual, karena
setelah jangka waktu tertentu nilainya berkurang. Demikian pula biaya yang
dikeluarkan untuk investasi tanah.
Karakteristik tanah perkotaan bahwa tanah dalam lokasi tertentu terbatas
dalam kuantitasnya dan bahwa tidak mempergunakan tanah untuk sementara waktu
tidak terkena sanksi dapat menjurus kepada ketidakseimbangan antara permintaan
dan penawaran pasar tanah. Hal ini tampak dari tingginya prosentase tanah kosong
di perkotaan walaupun permintaan tinggi dengan akibat bahwa harga tanah semakin
meningkat (Sumardjono, 2009: 222). Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 tahun 2010 mengenai penertiban dan pendayagunaan tanah
terlantar, walaupun di dalam peraturan pemerintah ini tidak dijelaskan secara
terminologi mengenai tanah kosong, dan hanya menjelaskan mengenai tanah
terlantar, di mana tanah terlantar yang dimaksudkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2010 adalah tanah yang telah diberikan hak oleh negara Hak
Milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai
(HP) dan Hak Pengelolah (HPL) atau dasar penguasaan atas tanah, yang tidak
diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya
atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya (Undang-Undang
Pokok Agraria: Pasal 2).
Permasatanah mengenai tanah terlantar akan mengakibatkan adanya
kesenjangan sosial, penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat serta menurunkan
4
kualitas suatu lingkungan atau pada kawasan sekitar dan berdampak pula pada
sektor ekonomi yang mengakibatkan hilangnya potensi nilai ekonomi dari tanah
sehingga terjadi opportunity lost pada tanah tersebut. Kebijakan penataan ruang
terhadap pemanfaatan tanah, diharapkan mampu mendorong kawasan yang dinamis
dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, sehingga diperlukan analisa
kemungkinan penggunaan tanah yang terbaik dan tertinggi, kemudian dilanjutkan
dengan menganalisis nilai pasar tanah kosong pada saat tanah akan dikembangkan.
Menurut Sumardjono (2009: 221) tata guna tanah membentuk dasar struktur
perkotaan dan tanah perkotaan merupakan cerminan dari struktur sosial kota.
Perubahan sosial-ekonomi mempengaruhi pola tata guna tanah kota dan pada
gilirannya tata guna tanah mempengaruhi perkembangan lebih lanjut dari
masyarakat perkotaan dengan cara menentukan tata letak berbagai fungsi perkotaan.
Salah satu metoda penilaian terhadap tanah kosong adalah dengan
menggunakan metoda Land Development Analysis (LDA), atau dikenal juga dengan
metoda teknik penyisaan tanah (land residual technique), penggunaan tanah yang
luas, tidak adanya data pembanding, tetapi data dapat diperoleh dari data pasar
properti yang telah dikembangkan: mall; hotel; perumahan; dll. Nilai tanah yang
dihasilkan dari pengembangan tanah merupakan selisih antara nilai properti yang
telah dikembangkan (Gross Development Value) dikurangi dengan biaya
pengembangan (Development Cost). Pemanfaatan tanah kosong diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat, sehingga terciptanya kota yang layak huni,
berkeadilan sosial, sejahtera, berkembang secara berkelanjutan (suistanable) sesuai
dengan potensi yang dimiliki. Hal tersebut sangat terkait juga pada pengembangan
wilayah sesuai dengan konsep pembangunan nasional yang telah lama dicanangkan
5
oleh pemerintah, salah satunya adalah tanah kosong yang terdapat di Kabupaten
Kolaka.
Dengan menggunakan Land Development Analysis (LDA) diharapkan agar
pemanfaatan tanah dapat optimal, efektif, dan efisien. Pemanfaatan tanah kosong
lebih menguntungkan pemilik tanah daripada menjual tanah kosong, dikarenakan
apabila menjual tanah kosong, selain harganya lebih murah (dalam kondisi normal
tanah dengan luasan yang besar harga per meternya lebih murah dibanding dengan
tanah yang memiliki luasan yang kecil) dan juga untuk menjual tanah yang
memiliki luasan yang besar membutuhkan waktu lama. Untuk menghasilkan
keuntungan yang optimal sebaiknya tanah kosong tersebut dibangun properti di
atasnya sehingga memberikan keuntungan dan harga yang terbaik pemilik tanah.
Keterkaitan suatu kawasan dengan kawasan lainnya di Kabupaten Kolaka
diharapkan dapat menciptakan kawasan perkotaan yang strategis, sehingga berperan
penting dalam pembangunan dan pengembangan wilayah secara keseluruhan. Hal
ini tidak terlepas dari penetapan fungsi perkotaan di Kabupaten Kolaka yang perlu
diarahkan ke pertumbuhan dan pengembangannya. Tanah kosong milik H. Nur
Wahid yang terletak di Jalan Bay Pass seluas 7.000 meter persegi memiliki potensi
untuk dikembangkan, dengan melihat lokasi tanah yang berada pada kawasan
potensial dan strategis, sehingga diperlukan adanya peneilitian, agar pemanfaatan
tanah tersebut dapat efektif dan optimal.
Tanah kosong ini berada pada pusat kota dan memiliki luasan yang besar dan
mudah untuk dikembangkan, dalam kondisi sekarang ini sangat sulit menemukan
tanah dengan luasan yang besar dan berada di pusat kota, secara umum tanah
tersebut berbentuk persegi, dengan kondisi tanah datar serta tidak ada kemiringan
atau rata dengan jalan. Tidak ada masalah dengan jaringan utilitas, dikarenakan
6
jaringan utilitas, seperti: air; listrik; telepon; dan saluran air yang melewati lokasi
ini berada dalam keadaan yang baik, serta lancar tanpa adanya gangguan. Tidak
hanya itu, tanah tersebut berada dekat dengan pantai dan merupakan jalan alternatif
antara Kota Kolaka dan Pomalaa yang merupakan daerah pertambangan sehingga
dapat diakses dengan cepat dan mudah, dan lingkungan sekitar yang mendukung
kegiatan perekonomian. Di sebelah selatan terdapat sekolah pelayaran di sebelah
utara, pusat perbelanjaan Mall Sutan Raja, dan Pasar Raya Mekongga, sedangkan
sebelah barat dan timur berbatasan langsung dengan jalan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah terdapatnya tanah kosong yang belum termanfaatkan
dan memiliki potensi untuk dioptimalkan dengan menggunakan Land Development
Analysis (LDA). Oleh karena itu, pertanyaan penelitian yang dapat diajukan adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah cara untuk menganalisis nilai pasar tanah yang terletak di Jalan
Bay Pass, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara menggunakan Land
Development Analysis (LDA)?
2. Apakah terdapat perbedaan antara harga penawaran dari sisi penjual dan nilai
pasar tanah yang dihasilkan dengan menggunakan pendekatan pendapatan (Land
Development Analysis)?
1.3 Keaslian Penelitian
Penelitian empiris mengenai pengembangan tanah kosong telah banyak
dilakukan, dan dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut.
7
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Objek Penelitian
Analisis
Kesimpulan
Irawan
(2009)
Tol Jagorawi Jalan
Pengantin Ali, Km
8, Tol Jagorawi
Bogor/Jakarta.
Analisis teknis dengan
menggunakan
metoda
Discounted Cash Flow
(DCF).
Aldriyanto
(2008)
Menggunakan Metoda
Residual.
Perawati
(2007)
Optimasi
Penggunaan Tanah
Dengan
Interger
Linier Programming
Pada
Proses
Penilaian
Tanah
Dengan
Menggunakan
Metoda
Land
Residual Technique.
Studi
investasi
pengembangan
gedung perkantoran
sewa (objek studi:
tanah kosong di
Jalan Jend. Gatot
Subroto Kav. 24-25
Kelurahan
Karet
Semanggi,
Kecamatan
Setiabudi-Jakarta
Selatan).
Tanah kosong yang
berada
di
Jalan
Pengantin Ali ataupun
Km 8 Tol Jagorawi
Bogor/Jakarta
sangatlah
memungkinkan untuk
dilakukan
pengembangan
tempat peristirahatan
(rest area) dengan
segala kelengkapan
fasilitas atau layak
dikembangkan.
Hasil
perhitungan
optimasi penggunaan
tanah menunjukkan
nilai pasar tanah hasil
optimasi Rp48.400,/m2 – Rp64.600,-/m2.
Mai (1993)
Tanah Apartement.
Metoda Residual.
Menggunakan
land
residual method, agar
dapat memberikan nilai
dan keuntungan yang
optimal. Untuk itu,
dilakukan
beberapa
tahapan analisis, yaitu
analisis
tapak
dan
lingkungan sekitarnya.
bahwa lokasi tapak
cocok
untuk
dikembangkan
gedung perkantoran
dilihat
berdasarkan
potensi tapak; analisis
pasar dengan hasil,
adanya peluang pasar
untuk pengembangan
perkantoran
di
wilayah CBD ditinjau
dari proyeksi supply,
demand, dan tingkat
hunian
yang
cenderung meningkat
untuk lima tahun
mendatang.
Metoda residual dapat
dijadikan
alternatif
penilaian tanah.
8
1.4 Tujuan dan Manfaat penelitian
1.4.1 Tujuan penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Menganalisis nilai pasar tanah yang terletak di Jalan Bay Pass, Kabupaten
Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara menggunakan Land Development Analysis
(LDA).
2. Menganalisis perbedaan antara harga penawaran dari sisi penjual dan nilai pasar
tanah yang dihasilkan dengan menggunakan pendekatan pendapatan (Land
Development Analysis).
1.4.2 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi pemilik tanah dapat menghindari kesatanah mengambil keputusan
investasi terhadap suatu tanah/tanah yang akan dikembangkan.
2. Bagi Investor dapat dijadikan alternatif investasi di Kolaka.
3. Sebagai referensi bagi praktisi yang yang bergerak di bidang penilaian tanah
kosong, dan properti serta sebagai acuan untuk penilai berikutnya.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah Bab I merupakan
pengantar, mencakup uraian tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan
tinjauan pustaka dan alat analisis, mencakup tentang tinjauan pustaka, landasan
teori, cara penelitian dan alat analisis. Bab III merupakan analisis data dan
9
pembahasan, yang menjelaskan tentang analisis Tinjauan Perekonomian Kabupaten
Kolaka, analisis kawasan Penelitian, analisis analisis pengembangan tanah (LDA).
Bab IV berisikan kesimpulan dan saran.
Download