Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat

advertisement
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya
ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis
sendiri sering dipandang tidak cukup untuk memenuhi biaya yang harus
dikeluarkan untuk peningkatan intensifikasi usaha taninya. Kekurangan dana
untuk intensifikasi usaha agribisnis ini merupakan suatu potensi permintaan akan
kredit bagi usaha agribisnis.
Menurut Nuryartono (2005) permintaan pinjaman dana atau kredit tidaklah
sama dengan permintaan atas barang dalam pasar pada umumnya. Di dalam pasar
tiap-tiap harga barang akan melakukan penyesuaian secara otomatis untuk
memenuhi permintaan (demand) dan penawaran (supply) barang. Jika terdapat
kelebihan permintaan barang, maka harga akan naik dan jumlah persediaan barang
akan meningkat. Dalam permintaan dana (kredit), untuk pemenuhan permintaan
kredit akan terdapat keterbatasan apabila terjadi kelebihan permintaan kredit atau
pinjaman. Hal ini disebabkan karena jumlah realisasi yang dapat diberikan oleh
pihak bank dilihat dari seberapa besar bank tersebut dapat menghimpun dana dari
masyarakat. Apabila dana yang dihimpun oleh pihak bank lebih besar maka
jumlah kredit yang disalurkan pun juga semakin besar.
Mengikuti aturan umum yang berlaku dalam pasar kredit, jika permintaan
kredit melebihi persediaannya, maka akan diikuti dengan peningkatan jumlah
pinjaman dan tingkat suku bunga yang dikenakan tetap. Selain itu, yang
membedakan permintaan barang dengan permintaan kredit adalah resiko, karena
dalam permintaan kredit resiko yang dihadapi adalah pengembalian kredit. Oleh
karena itu, untuk menghindari resiko yang terjadi maka diperlukan adanya
jaminan dalam permintaan kredit yang berguna sebagai alat pengamanan apabila
usaha yang dibiayai oleh kredit tersebut gagal atau sebab lain dimana debitur tidak
dapat melunasi kreditnya.
Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada saat keseimbangan awal,
keseimbangan ada pada titik E0, dimana jumlah kredit yang ditawarkan adalah Q0
dan harga (tingkat bunga) i0. Jika jumlah permintaan terhadap kredit mengalami
peningkatan (D0 ke D1) maka jumlah kredit juga akan meningkat menjadi Q1 dan
tingkat suku bunga menjadi i2. Dengan demikian, tingkat suku bunga akan naik
sehingga pemerintah akan mengeluarkan berbagai kebijakan, hal ini diharapkan
dapat menggeser kurva penawaran dari S0 ke S1. Dengan kata lain, tingkat
keseimbangan turun ke E2 sehingga terjadi keseimbangan baru dengan tingkat
suku bunga lebih rendah.
Tingkat Bunga
D1
S0
E1
i2 D0
S1
i1
E2
E0
i0
Q0
Q1
Q0
Jumlah Kredit
Gambar 3. Permintaan dan Penawaran Kredit
Sumber : Nuryantono (2005)
Program kredit yang dijalankan pemerintah merupakan program kredit
yang bersubsidi. Bentuk subsidi tersebut adalah penetapan suku bunga kredit
program yang lebih rendah dari suku bunga di pasar umum. Dalam penetapan
suku bunga KUR, pemerintah melalui agen bank-bank pemerintah menetapkan
suku bunga 1,125 persen per tahun. Pembebanan bunga KUR sebesar 1,125
persen per tahun sangat rendah karena tidak adanya provisi (biaya yang dipungut
dari BRI).
Ada berbagai faktor yang menjadi pertimbangan bagi pihak bank dalam
melakukan seleksi pengajuan kredit. Dua jenis prinsip yang biasa diterapkan
dalam mempertimbangkan pengajuan kredit (analisis kredit), yaitu prinsip 5C dan
prinsip 6A.
26
Menurut Kasmir (1999), prinsip 5C meliputi :
1.
Character (Kepribadian), yaitu menyangkut sifat, kepribadian, dan citra
calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan
kesungguhan membayar angsuran kredit (willingness to pay) yang tentunya
sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban
pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar.
2.
Capacity (Kemampuan), terkait dengan kesanggupan calon debitur untuk
melunasi pokok pinjamannya disertai bunga dan syarat-syarat lain dalam
perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi usaha,
pendapatan/omset usaha yang dapat mencerminkan tingkat likuiditas dan
profitabilitas
usaha.
Semakin
likuid
dan
semakin
tinggi
tingkat
profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan
kewajiban lain semakin besar.
3.
Capital (Modal), merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan
nasabah (pengusaha) dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan
besarnya pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dinilai melalui
debt to equity ratio. Hal ini dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan
perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit.
4.
Collateral (Angunan), meliputi barang-barang yang diserahkan calon
nasabah atau debitur sebagai agunan kredit yang akan diterimanya. Tujuan
penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana resiko tidak
terpenuhinya kewajiban finansial kepada bank dapat ditutup oleh nilai
agunan yang diserahkan calon nasabah. Penilaian terhadap barang agunan
ini meliputi jenis atau macam barang, nilainya, lokasinya, bukti pemilikan,
dan status hukumnya.
5.
Condition of Economy (Kondisi Ekonomi), pertimbangan atas situasi
ekonomi yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang tentunya
berpengaruh terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnya mempengaruhi
keberhasilan pemanfaatan dan pengembalian kredit. Contohnya, sektor
usaha yang sedang booming akan berprospek bagus dalam pemberian kredit.
27
Selain prinsip 5C diatas, prinsip tambahan lainnya yang biasa diterapkan
dalam mempertimbangkan pengajuan kredit (analisis kredit) adalah prinsip 6A.
Menurut Dendawijaya (2001), prinsip 6A mencakup :
1.
Aspek yuridis (hukum), bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan
legalitas perusahaan calon penerima kredit.
2.
Aspek pasar dan pemasaran, mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang
dapat diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit
serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha
dalam menghadapi persaingan yang kompetitif.
3.
Aspek teknik, bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha
dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek/usaha serta
seberapa besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya nanti
sebagai suatu business entity.
4.
Aspek manajemen, mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola
usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya.
5.
Aspek keuangan, bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mengelola keuangannya.
6.
Aspek sosial ekonomi, suatu kajian terhadap value added yang dimiliki
perusahaan dari sudut pandang sosial dan makroekonomi terutama manfaat
sosial ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun masyarakat seperti
perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah.
Pelaku usaha mikro dapat mengajukan permohonan kredit dengan cara
memenuhi semua persyaratan KUR. Permohonan kredit dapat langsung
diserahkan kepada BRI unit terdekat sehingga proses pemeriksaan berkas dan
analisa kredit dapat dilakukan secepat mungkin. Untuk lebih jelasnya mengenai
persyaratan pengajuan KUR BRI dapat dilihat pada Tabel 8.
3.2. Permintaan Kredit Usaha Rakyat
Karakteristik permintaan dibedakan menurut umur, gender (jenis kelamin),
dan tanggung jawab sosial (Zeller, 2002). Dalam suatu rumah tangga, alokasi
tenaga kerja yang kompleks dibedakan menurut gender dan umur yang digunakan
dalam mengajukan permintaan dana atau kredit. Dalam ekonomi rakyat, seorang
28
kepala rumah tangga memiliki tenaga kerja yang merupakan anggota keluarga,
serta beberapa harta. Seluruh anggota keluarga bertanggung jawab penuh pada
investasi utama (modal). Oleh karena itu, untuk pemenuhan kebutuhan hidup serta
untuk pertumbuhan, suatu rumah tangga harus memiliki tabungan, dan strategi
kredit.
Tabel 8. Persyaratan Pengajuan KUR BRI
No.
1.
Keterangan
Calon Debitur
Persyaratan
Individu yang melakukan usaha produktif yang layak
2.
Lama Usaha
Minimal 6 bulan
3.
Besar Kredit
4.
Bentuk Kredit
Maksimal Rp 5.000.000,Kredit Modal Kerja (KMK) atau Kredit Investasi (KI)
menurun maksimal 3 tahun
5.
Suku Bunga
Efektif maksimal 1,125 persen flate rate per bulan
6.
Provisi dan Adm
Tidak dipungut
7.
Legalitas
Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK)
Agunan
Usaha atau tempat usaha yang dibiayai (baik untuk KUR
Modal Kerja maupun KUR Investasi) proyek yang dibiayai
cashflow-nya mampu memenuhi seluruh kewajiban kepada
bank (layak)
8.
Sumber : Bank Rakyat Indonesia Cabang Tanjung Priok, Jakarta (2009)
Realisasi terhadap KUR akan diduga dengan beberapa variabel atau
karakteristik. Karakteristik yang digunakan untuk menduga permintaan KUR
dalam penelitian ini adalah rumah tangga nasabah, karakteristik usaha,
pengalaman kredit, dan lama pendidikan. Permintaan nasabah terhadap KUR
diduga dipengaruhi karakteristik rumah tangga nasabah yaitu :
1. Tingkat pendapatan
Besarnya pendapatan yang diperoleh dari omset usaha-usaha yang dimiliki
maupun upah atau gaji sebagai pegawai. Besarnya pendapatan menjadi salah satu
kriteria dalam permintaan kredit untuk mengukur kemampuan nasabah dalam
membayar kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dengan
pihak perbankan.
29
2. Modal usaha
Modal usaha dilihat karena apabila modal besar secara tidak langsung aset
usaha yang dijalankan akan besar pula karena pengusaha tersebut akan
menempatkan modal tersebut sebagai invesatsi selain untuk modal kerja. Modal
usaha akan mempengaruhi skala usaha yang dijalankan dan secara tidak langsung
akan mempengaruhi tingkat pendapatan.
3. Lama usaha
Dalam penyaluran kredit, ada syarat yang wajib dipenuhi oleh debitur
yaitu adanya suatu usaha sehingga lama usaha akan berpengaruh terhadap
permintaan kredit. Selain itu, lama usaha menggambarkan bahwa pengusaha
tersebut mampu dalam menjaga usahanya agar terus berjalan.
Karakteristik usaha agribisnis diduga berpengaruh positif terhadap
realisasi KUR karena dalam menjalankan usaha diperlukan modal, modal
digunakan untuk membeli investasi, dan modal kerja usaha. Perusahaan akan
selalu mencoba mengembangkan usaha, sehingga perlu adanya penambahan
modal yang akan mempengaruhi permintaan KUR. Lama usaha menunjukkan
bagaimana suatu pengusaha mampu menjalankan dan mempertahankan suatu
usaha sehingga diharapkan pada masa yang akan datang pengusaha dapat
mempertahankan eksistensinya. Hal ini diduga berpengaruh positif terhadap
permintaan KUR karena bank akan menilai sehat tidaknya usaha. Aset usaha juga
diduga berpengaruh positif terhadap permintaan KUR karena menyangkut
terhadap berkembangnya suatu usaha. Perkembangan suatu usaha dapat dilihat
dari meningkatnya aset usaha yang dimilki.
Selain karakteristik rumah tangga nasabah dan karakteristik usaha
nasabah, karakteristik pengalaman kredit juga berpengaruh positif terhadap
permintaan KUR. Khusus dalam KUR, tidak digunakan agunan untuk
mendapatkan kredit sehingga agunan tidak dibahas dalam penelitian ini.
Pengalaman kredit memiliki peranan khusus dalam pemberian suatu kredit karena
menjadi gambaran bagi bank untuk melihat apakah selama debitur mengajukan
kredit sebelumnya baik dari bank lain maupun dari bank itu sendiri, debitur
tersebut melakukan pembayaran tepat waktu atau tidak menunggak. Karena
30
semakin baik pengembalian kredit sebelumnya, maka bank akan percaya terhadap
debitur tersebut.
Faktor lain yang mempengaruhi penyaluran KUR yaitu pendidikan dan
waktu pengembalian. Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi
permintaan KUR dimana semakin tinggi tingkat pendidikan, maka pemikiran
debitur tersebut semakin maju sehingga diharapkan berpengaruh terhadap
perkembangan usahanya. Selain itu, semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan
nasabah tersebut memiliki kecakapan dalam prosedur kredit, baik hak dan
kewajibannya sebagai debitur kredit dan juga memiliki tanggung jawab dalam
pengembalian kredit.
Waktu pengembalian akan diperhatikan dalam proses realisasi KUR.
Waktu pengembalian dilihat dari kemampuan debitur dalam memenuhi
kewajibannya membayar angsuran. Apabila waktu pengembalian yang diminta
oleh debitur KUR terlalu singkat namun kemampuan debitur tersebut dinilai tidak
mampu dalam membayar angsurannya maka waktu pengembalian tersebut akan
ditambah sesuai dengan kemampuan debitur.
3.3. Kerangka Pemikiran Operasional
Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan lembaga keuangan yang
berfokus pada penyediaan kredit bagi usaha kecil dan menengah. Visi BRI adalah
bank yang diharapkan menjadi bank komersial terkemuka yang akan selalu peduli
terhadap nasabah.
Sebagai agen bank pemerintah, BRI telah mengeluarkan program
pinjaman dari pemerintah dalam bentuk kredit yang bernama Kredit Usaha Rakyat
(KUR). Program ini dijalankan dengan tujuan membantu para pelaku usaha
mikro, kecil, dan menengah agar dapat berkembang dan maju. Dalam pemenuhan
target KUR yang sampai saat ini belum tercapai dan untuk melakukan
peningkatan jumlah pinjaman agar setiap bulannya dapat meningkatkan jumlah
realisasi kreditnya, maka BRI perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pinjaman KUR oleh nasabah. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada
Gambar 4.
31
BRI Unit Tongkol
Peningkatan Nasabah KUR
Permasalahan
1. Bagaimana karakteristik nasabah KUR di BRI Unit Tongkol?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit
Tongkol?
3. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempercepat peningkatan realisasi
KUR?
1. Menganalisis karakteristik nasabah KUR di BRI Unit Tongkol
2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR
ditingkat debitur pada BRI Unit Tongkol
3. Mendeskripsikan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
meningkatnya realisasi KUR
Karakteristik nasabah KUR
berdasarkan 5C :
1. Character (Karakter)
2. Capacity (Kapasitas)
3. Capital (Modal)
4. Collateral (Agunan)
5. Condition of Economy
(Kondisi Ekonomi)
Variabel-variabel yang
mempengaruhi realisasi KUR :
1. Tingkat Pendapatan
2. Frekuensi Kredit
3. Lama Usaha
4. Modal Usaha
5. Tingkat Pendidikan
6. Waktu Pengembalian Kredit
Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil dan Pembahasan
Rekomendasi kebijakan kepada BRI Unit Tongkol
Gambar 4. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional
32
Download