kemandirian ibu nifas primipara dan perawatan bayi baru lahir

advertisement
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 36-40
KEMANDIRIAN IBU NIFAS PRIMIPARA DAN
PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
Tutik Herawati
Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No 77 C Malang
email: [email protected]
Abstract: This study aims to determine the independence of primiparous postpartum mothers in the care
of newborns. This research design is descriptive. The method used is observation. The data are collected
using questionnaires and observation check list. The observation was done in BPS LLK Karangploso
Kab. Malang on 18 to 28 January 2015. The number of respondents was 30 respondents who meet the
criteria of the sample using saturated sampling technique . The results showed that the level of independence primiparous postpartum mothers in the care of newborns especially bathing the newborn is 20
(67%) who is autonomous and 10 (33%) are not autonomous. Moreover, there are 25 (83%) of autonomous mother and 5 (17%) of non-autonomous mother in cord care. The study recommends the health
care team to provide information and counseling on newborn care to every mother who gave birth to
both primiparous and multiparous.
Keywords: independence, primipara, newborn care
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemandirian ibu nifas primipara dalam perawatan
bayi baru lahir. Desain penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah observasi. Dalam
pengumpulan data menggunakan kuesioner dan Check list observasi. Dilaksanakan di BPS LLK Karang
Ploso Kab. Malang pada tanggal 18-28 Januari 2015. Jumlah responden 30 yang memenuhi kriteria
sampel dengan teknik sampling sampel jenuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kemandirian ibu nifas primipara dalam perawatan bayi baru lahir khusunya memandikan bayi baru
lahir adalah 20 (67%) mandiri dan 10 (33%) tidak mandiri. Untuk perawatan tali pusat diperoleh
hasil 25 (83%) mandiri dan 5 (17%) tidak mandiri. Penelitian ini merekomendasikan bagi tim pelayanan
kesehatan untuk memberi informasi dan penyuluhan tentang perawatan bayi baru lahir pada setiap
ibu yang melahirkan baik primipara maupun multipara.
Kata Kunci: kemandirian, primipara, perawatan bayi baru lahir
PENDAHULUAN
struktur interaksi keluarga yang sudah terbentuk
dan juga tentang perawatan bayi baru lahir (Bobak,
2005). Saat seorang bayi pertama kali lahir, ibu
mungkin merasa bingung memikirkan cara
merawatnya. Bahkan tugas-tugas yang rutin seperti
mengganti popok dan mendadaninya dapat
membuat ibu cemas, terutama jika ibu tidak pernah
menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang
berkaitan dengan perawatan bayi sebelumnya.
Untuk mengembangkan kemampuan pribadi yang
mandiri dibutuhkan rasa percaya diri dan rasa
tenang sebagai orang tua yang berpengalaman baik
pada ibu yang pertama kali melahirkan (primipara)
maupun ibu yang pernah melahirkan sebelumnya
(multipara) (Lusa, 2010).
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
Periode post partum (puerperium) adalah
masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan
normal seperti sebelum hamil. Ada tiga fase
penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai
orang tua. Fase-fase penyesuaian maternal ini
ditandai oleh perilaku dependen (taking-in),
perilaku dependen-mandiri (taking-hold), dan
perilaku interdependen (letting-go) (Bobak,
2005). Pada fase ini seorang ibu melakukan
perannya dalam perawatan bayi baru lahir.
Kelahiran seorang anak menyebabkan
timbulnya suatu tantangan mendasar terhadap
36
36
Herawati, Kemandirian ibu nifas primipara dan perawatan bayi baru lahir
Periode bayi baru lahir (BBL) merupakan
suatu periode penyesuaian kearah bentuk
kehidupan, sebagian besar dari proses penyesuaian
ini diselesaikan dalam sekitar minggu pertama.
Sekalipun demi tujuan bulan pertama kehidupan
dilukiskan sebagai periode neonatal.
Setiap tahun sekitar 4 juta bayi meninggal
dalam 4 minggu pertama kehidupan (periode neonatal). Secara global, penyebab langsung kematian
neonatal utama diperkirakan kelahiran prematur
(28%), infeksi berat (26%), dan asfiksia (23%).
Tetanus neonatal menyumbang sebagian kecil dari
kematian (7%), tetapi dengan mudah dicegah
(Lawn, et al, 2005).
Perawatan tali pusat sebenarnya merupakan
tindakan sederhana untuk mencegah infeksi pada
tali pusat. Perawatan tali pusat secara medis dapat
meggunakan bahan antiseptik yang meliputi
alkohol 70% atau povidon iodine 10% (Bethadine),
dll (Sodikin, 2009). Mengoleskan alkohol atau
povidon iodine masih diperkenankan, tetapi tidak
dikompreskan karena menyebabkan tali pusat
basah/ lembab (Depkes RI, 2009).
Masalah perawatan neonatal yang dialami
masyarakat adalah kemandirian ibu dalam
perawatan BBL yang kurang sehingga perawatan
BBL dilakukan orang lain tanpa memperhatikan
kebersihan maupun sterilitas saat pada perawatan
BBL. Kurangnya kemandirian dalam perawatan
bayi baru lahir terutama didaerah desa pelosok
banyak dijumpai ibu yang baru melahirkan
menyerahkan perawatan BBL pada ibu kandung,
nenek, dukun bayi yang masih tradisional atau
berdasarkan pengalaman yang salah. Hal ini
banyak dijumpai pada ibu primipara dan juga pada
ibu multipara. Salah satu perawatan BBL adalah
perawatan tali pusat. Perawatan tali pusat yang
baik dan benar akan menimbulkan dampak positif
yaitu tali pusat akan pupus segera tanpa ada
komplikasi, sedangkan dampak negatif dari
perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi
akan mengalami penyakit Tetanus Neonatorum
dan dapat mengakibatkan kematian.
Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus pyang terjadi pada 28 hari pertama kehidupan
ini telah lama diakui sebagai penyebab utama
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
kematian neonatal. Menurut Kementerian
Kesehatan RI (2012) selama tahun 2007-2011
didapatkan kasus tetanus neonatorum lebih banyak
terjadi pada bayi dengan perawatan tali pusat yang
dilakukan secara tradisional yaitu sebanyak 57%.
Pada tahun 2000 Word Health Organisation
(WHO) menemukan angka kematian bayi sebesar
560.000, yang disebabkan oleh infeksi tali pusat,
di Afrika angka kematian bayi yang disebabkan
infeksi tali pusat 126.000 (21%), Asia Tenggara
diperkirakan ada 220.000 (26%) kematian bayi,
di Afrika maupun di Asia Tenggara kematian
disebabkan karena perawatan tali pusat yang
kurang bersih (Bapenas, 2001 dalam Wihono,
2010).
Memandikan bayi baru lahir bukanlah hal yang
mudah, terutama bagi para ibu baru. Dibutuhkan
ekstra hati-hati serta persiapan yang benar agar
acara mandi bayi tidak hanya berjalan lancar
namun juga menyenangkan bagi mereka. Banyak
sekali mitos yang beredar di masyarakat bahwa
seorang bayi tidak boleh dimandikan di sore hari
padahal mitos itu ternyata tidak benar.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
gambaran tingkat kemandirian ibu nifas primipara
dalam perawatan bayi baru lahir (BBL). Tujuan
khusus penelitian adalah mengidentifikasi tingkat
kemandirian ibu nifas primipara dalam
memandikan bayi baru lahir (BBL) dan
mengidentifikasi tingkat kemandirian ibu nifas
primipara dalam perawatan pusat pada bayi baru
lahir (BBL).
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah deskriptif survey.
Deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran/
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
Dalam studi kasus ini penulis ingin mengetahui
gambaran tingkat kemandirian ibu nifas dalam
perawatan bayi baru lahir.
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah
seluruh ibu nifas primipara 2 jam post partum hari
ke 5-7 post partum yang kontrol dan tali pusat
bayi belum puput sejumlah 30 responden dengan
teknik sampling total sampling yaitu semua
37
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 36-40
populasi dijadikan sampel. Yang termasuk kriteria
inklusi yaitu Ibu yang bersedia menjadi responden,
ibu yang melahirkan pertama kali/ primipara, Ibu
nifas 2 jam post partum hari ke 5-7 post partum
saat control, persalinan normal. Sedangkan kriteria
eksklusi adalah ibu yang mengalami komplikasi
persalinan, ibu yang melahirkan operasi sectio
caesaria (SC), bayi sakit (hipotermi, asfiksia).
Tempat Penelitian dilaksanakan di Bidan Praktek
Swasta (BPS) LY Kecamatan Karang Ploso
Kabupaten Malang pada tanggal bulan Januari
2015.
Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran
tingkat kemandirian Ibu nifas dalam perawatan
Bayi Baru Lahir (BBL) dan sub variabel dalam
penelitian ini adalah gambaran tingkat kemandirian
ibu nifas dalam memandikan BBL dan perawatan
tali pusat pada BBL
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan
menggunakan kuesioner yang berdasarkan
Standart Operating Prosedure (SOP) tentang
memandikan bayi dan perawatan tali pusat untuk
data tingkat kemandirian dengan teknik observasi.
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan
bentuk ceklist dimana setiap pertanyaan telah
disediakan alternatif jawaban yang telah dikerjakan
diantaranya sebagai jawaban “Ya atau Tidak“.
Sedang untuk biodata dengan kuesioner terbuka.
Peneliti mengamati apakah ibu menerapkan
kegiatan sesuai dengan apa yang telah diketahui.
Kegiatan ibu diamati dengan menggunakan check
list, dan diolah untuk menentukan perilaku ibu
masuk dalam kategori apa. Setelah selesai
penilaian melalui pengamatan dan jika ada
tindakan yang kurang tepat maka peneliti
membenarkannya agar tidak terjadi kesalahan pada
kegiatan ibu sehari-hari bila tidak didampingi
peneliti. Pengolahan data menggunakan data
kuantitatif kemudian data akan diolah menjadi data
kualitatif yaitu data yang digambarkan dengan
kata-kata yang dipisahkan menurut kategori,
karakteristik atau sifat variabel (Notoatmojo, 2005).
Pengolahan data dengan persentase, dimana
hasil dari pengolahan data dengan dua kriteria yaitu
mandiri, jika nilai yang diperoleh  100% dan
kriteria tidak mandiri, jika nilai yang diperoleh
 100%
38
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian meliputi data umum dan data
khusus. Data umum meliputi karakteristik
responden penelitian, dan data khusus tentang
tingkat kemandirian ibu nifas primipara dalam
perawatan bayi baru lahir yaitu memandikan dan
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir (BBL)
di BPS LY Karang Ploso Kab. Malang.
Karakteristik responden berdasarkan usia,
yang berumur 21-35 tahun sebanyak 22 (77%),
usia 21-35 tahun sejumlah 5 (16%) dan yang
berumur  35 tahun, sejumlah 3 (7%). Pendidikan
responden 18 (67%) berpendidikan SMA, SMP 8
(30%) dan berpendidikan SD yaitu sejumlah 4
(3%). Berdasarkan pekerjaan 21 (63%) sebagai
ibu rumah tangga dan 9 (37%) bekerja swasta.
Berdasarkan tempat melahirkan, responden
sejumlah 67% melahirkan di BPS dan 6%
melahirkan di Rumah Sakit. Penolong persalinan
dari 30 responden (100%) ditolong oleh bidan serta
100% semua responden mendapatkan TT 2 kali
yaitu saat pra nikah dan saat kehamilan (TT 1
dan TT 2) serta 100% dilakukan Insiasi Menyusui
Dini (IMD).
Data khusus yang terdiri dari kemandirian ibu
nifas primipara dalam perawatan memandikan dan
perawatan tali pusat bayi baru lahir (BBL),
didapatkan bahwa kemandirian ibu nifas primipara
dalam memandikan bayinya adalah mandiri, yaitu
20 responden (67%), sedangkan untuk merawat
tali pusat didapatkan bahwa sebagian besar
mandiri, dengan persentase sebanyak 83%. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa ibu nifas primipara
dapat melakukan perawatan bayi dengan mandiri.
PEMBAHASAN
Observasi yang diperoleh bahwa ibu nifas
primipara dapat memandikan bayinya sendiri tanpa
bantuan. Saat dilakukan observasi ibu nifas primipara dapat memperagakan urutan memandikan
dengan benar. Sedangkan pada ibu yang masuk
dalam kategori tidak mandiri yaitu masih ada
sebagian ibu yang masih lupa cara mengukur suhu
air, urutan memandikan dan cara membersihkan
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
Herawati, Kemandirian ibu nifas primipara dan perawatan bayi baru lahir
alat kelamin terutama pada bayi perempuan
dikarenakan dalam memandikan bayinya di rumah
masih dibantu oleh keluarga. Keluarga disini kurang
memberikan dukungan kepada responden,
keluarga menganggap bahwa masih wajar jika
responden perlu dibantu karena baru pertama kali
melahirkan dan baru pertama kali merawat bayi
baru lahir. Hal ini sesuai dengan teori Skiner ini
disebut teori “S-O-R” atau stimulus oganisme
respons. Responden respons/reflektive yakni
respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan (stimulus) tertentu. Operant respons
atau instrumental respons yakni respon yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti stimulus atau
perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena
memperkuat respon.
Berdasarkan hasil analisa data kemandirian
ibu dalam perawatan tali pusat diperoleh data
bahwa 25 responden (83%) mandiri dan 5
responden (17%) tidak mandiri. Dalam perawatan
tali pusat dibutuhkan kemandirian ibu dan
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Notoatmojo,
(2007) bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng bila dibandingkan
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengalaman
merupakan salah satu sumber dari pengetahuan.
Pengalaman membuat seseorang dapat belajar
tentang suatu masalah atau pengalaman dapat
digunakan sebagai suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan.
Kemandirian responden dalam perawatan
memandikan bayi dapat dipengaruhi berbagai
faktor diantaranya adalah kemauan ibu, pendidikan,
pengalaman, dan pengetahuan yang bisa diperoleh
dari berbagai sumber seperti: penyuluhan dari
petugas kesehatan (bidan, dokter dan perawat)
selama dirumah bersalin sebelum pulang, atau dari
media elektronik dan lain-lain.
Berdasarkan karakteristik responden
didapatkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SMA sehingga memungkinkan
dapat memahami instruksi dan lebih mudah
menyerap materi penyuluhan dan pelatihan yang
diberikan oleh petugas kesehatan, ibu yang
pendidikannya SMA mempunyai tingkat
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
kemandirian lebih tinggi dari pada yang
berpendidikan SMP dan SD. Dengan dasar
pendidikan SMA sudah cukup untuk mempunyai
tingkat kemandirian yang baik, tenaga terdidik
akan lebih mudah menyerap informasi yang
didapat dari penyuluhan-penyuluhan dan media
informasi (Arifin Noor, 1999).
Usia ibu nifas primipara sebagian besar
responden berusia 28-31 tahun sehingga responden
mudah mengingat penyuluhan dan pelatihan yang
diberikan petugas, dimana pada usia ini merupakan
usia yang produktif dan aktif dari pada responden
yang berusia lanjut yang daya ingatnya mulai
menurun, sehingga tidak mudah menyerap
informasi yang didapat.
Pekerjaan dinilai sebagai hal yang
memengaruhi dalam hal merawat bayinya,
didapatkan sebagian besar responden ibu rumah
tangga sehingga dengan mudah responden
melakukan perawatan memandikan neonatus
dirumah secara mandiri, kerena bisa fokus
melakukan perawatan memandikan bayinya
sendiri tanpa harus disibukkan dengan pekerjaan
lain, berbeda dengan responden yang mempunyai
pekerjaan sampingan yang tidak dapat fokus pada
perawatan memandikan bayinya kerena harus
membagi waktu dengan pekerjaan lain.
BPS LY memberikan penyuluhan dan
pelatihan pada ibu nifas tentang perawatan
memandikan dan perawatan tali pusat pada
neonatus dan itu dilakukan setiap hari meskipun
pada ibu yang sama. Pembekalan penyuluhan dan
latihan tentang perawatan memandikan dan
perawatan tali pusat bayi baru lahir (BBL) sesuai
dengan Asuhan Persalinan Normal. Perawatan
memandikan dan perawatan tali pusat pada bayi
baru lahir (BBL) yang baik dan sesuai dengan
prosedur maka hasilnya juga akan baik. Yaitu
kebersihan diri neonatus baik dan tali pusat cepat
puput serta terhindar dari kejadian infeksi atau lebih
dikenal dengan penyakit Tetanus Neonaturum
sebagai dampak atau akibat dari perawatan tali
pusat yang tidak tepat atau tidak sesuai prosedur
yang telah diajarkan.
Keberhasilan dari kebersihan neonatus dan
terhindar dari kejadian infeksi tergantung pada
39
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 36-40
tingkat kemandirian ibu dalam perawatan
memandikan dan perawatan tali pusat pada bayi
baru lahir.
PENUTUP
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
adalah:1) kemandirian ibu nifas primipara dalam
perawatan memandikan bayi baru lahir sebanyak
67% mandiri dan 33% tidak mandiri dan, 2)
kemandirian ibu nifas primipara dalam perawatan
tali pusat pada bayi baru lahir sebanyak 83%
mandiri dan 17% tidak mandiri
Saran bagi pelayanan kesesehatan bidan
diharapkan bisa terus meningkatkan motivasi dan
penyuluhan kepada setiap ibu nifas khususnya
primipara tentang cara perawatan memandikan
dan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir
secara mandiri dan benar sehingga dapat
membantu menurunkan angka kematian bayi oleh
karena tetanus nenatorum sebagai akibat salah
satunya perawatan tali yang salah.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Noor. 1999. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV.
Pustaka Setia
Bobak, M. Irene, et. al. 2005. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 4. Alih. Bahasa : Maria A.
Wijayarini. Jakarta : EGC
Depkes RI. 2009. Buku PWS KIA. Jakarta: Depkes RI
Kementerian Kesehatan RI.2012. Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan Volume I September. Jakarta
Lawn, J. E., Cousens, S., Zupan, J., & Lancet Neonatal
Survival Steering Team. 2005. 4 million neonatal
deaths: when? Where? Why?. The Lancet,
365(9462), 891-900.
Lusa. 2010. Adaptasi Psikologis Ibu Nifas. (online).
(http://www.lusa.web.id/adaptasi-psikologis-ibumasa-nifas.htm, diakses 25 Februari 2015.
Notoatmojo, Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sodikin. 2009. Buku Saku Perawatan Tali Pusat.
Jakarta: EGC
Wihono, Prima Agus. 2010. Gambaran Cara Perawatan
Tali Pusat dan Lama Waktu Pelepasan Tali Pusat
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Baki
Sukoharjo. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
Download