II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Jagung Manis
Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea
mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani
mengklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Diviso
: Spermatophyta
Sub-divisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Famili
: Graminae
Genus
: Zea
Species
: Zea mays saccarata Linn.
Tanaman jagung manis berakar serabut, menyebar ke samping dan ke bawah
sekitar 25 cm perakaran yang terdiri atas akar primer, sekunder dan lateral. Proses
penyebaran akar mulai jagung berkecambah, akar berasal dari calon akar dekat
biji yang menempel pada tongkol. Tanaman jagung dewasa memiliki system
perakaran yang terdiri dari akar-akar radikal atau akar primer ditambah dengan
9
akar-akar lateral yang muncul sebagai akar adventif. Akar yang tumbuh dari
bagian atas pangkal batang disebut akar koronal, sedangkan akar yang tumbuh
dari buku-buku di atas permukaan tanah disebut akar udara (Rukmana 2009).
Batang tanaman jagung manis berbentuk silindris, tidak berlubang dan beruasruas (biasanya 8 – 20 cm) dengan diameter 3 – 4 cm. tanaman ini memiliki tinggi
yang bervariasi tergantng dari varietasnya, biasanya antara 1 – 3 m dari
permukaan tanah.
Struktur daun tanaman jagung manis terdiri dari tangkai, daun, lidah daun dan
telinga daun. Tangkai daun adalah pelepah yang berfungsi membungkus batang
tanaman. Telinga daun berbentuk seperti pita yang tipis memanjang. Daun jagung
tumbuh melekat pada buku-buku batang. Permukaan daun jagung manis berbulu
dengan jumlah daun pada umumnya 12 – 18 helai. Ukuran daun juga bervariasi
tergantung dengan panjang daun, yaitu antara 30 – 150 cm dengan lebar 15 cm
(Adisarwanto dan Widyastuti, 2000).
Tanaman jagung manis termasuk dalam golongan tanaman berumah satu
(monoceus), yaitu dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina.
Bunga jantan (staminate) terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina
(tongkol) terletak pada bagian tengah batang di ketiak daun. Bunga jantan terdiri
atas tepung sari, sekam kelopak (glumae), sekam tajuk atas (palae), sekam tajuk
bawah (lemma), dan kantong sari tiga pasang yang panjangnya 6 mm. Bunga
betina terdiri dari sel telur (ovari) yang dilindungi carpel. Carpel ini tumbuh
menjadi rambut. Tangkai kepala putik merupakan rambut yang sering disebut
rambut jagung (Rukmana, 2009).
10
2.2 Syarat Tumbuh Jagung Manis
Tanaman jagung manis mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan
tumbuh. Tanaman jagung manis dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik di
dataran rendah sampai ketinggian 1300 meter d.p.l. Tanaman jagung manis akan
tumbuh optimum pada ketinggian 750 meter d.p.l. Intensitas cahaya matahari
yang baik untuk pertumbuhan jagung manis mencapai 100%, curah hujan 100 –
200 mm/bulan, suhu udara 20 – 25 oC dengan kapasitas air tanah 25 – 60 %.
Tanah yang paling cocok untuk tanaman jagung manis adalah tanah bersolum
tebal, subur, gembur, dan banyak mengandung humus. Namun tanaman jagung
manis juga dapat tumbuh pada tanah latosol, andosol, ultisol, grumusol, dan
gambut (Adisarwanto dan Widyastuti, 2000).
2.3 Jenis Mulsa
Menurut Andry Harits Umboh (2002), mulsa diartikan sebagai bahan atau
material yang sengaja dihamparkan di permukaan tanah atau lahan pertanian.
Metode pemulsaan dapat dikatakan sebagai metode hasil penemuan petani.
Artinya, dengan pemahaman seadanya dari petani bahwa segala sesuatu akan awet
bila tertutupi maka petani mulai mencoba-coba mengawetkan lahan pertaniannya
dengan cara menutupkan bahan-bahan sisa atau limbah hasil panen seperti
dedaunan, batang-batang jagung atau jerami padi. Penggunaan mulsa juga
bertujuan mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil
erosi permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari
pancaran sinar matahari serta memperbaiki stabilitas agregat tanah.
11
Berdasarkan sumber bahan dan cara pembuatannya, bahan mulsa pada dasarnya
dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu : 1) Mulsa organik, meliputi
semua bahan sisa pertanian yang secara ekonomis kurang bermanfaat seperti
jerami padi, batang jagung, batang kacang tanah, batang kedelai, daun pisang,
pelepah batang pisang, daun tebu, alang - alang dan serbuk gergaji. 2) Mulsa
anorganik, meliputi semua bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran
seperti batu kerikil, batu koral, pasir kasar, batu bata, dan batu gravel. Untuk
tanaman semusim, bahan mulsa ini jarang digunakan. Bahan mulsa ini lebih
sering digunakan untuk tanaman hias dalam pot. 3) Mulsa kimia – sintesisis,
meliputi bahan plastik dan bahan kimia lainnya. Bahan plastik berbentuk
lembaran dengan daya tembus sinar matahari yang beragam. Bahan plastik yang
saat ini paling sering digunakan sebagai bahan mulsa adalah plastik transparan,
plastik hitam, plastik perak, dan plastik perak hitam. Penggunakan bahan mulsa
tersebut tergantung efek pemulsaan yang diharapkan (Umboh 2002).
2.4 Jarak Tanam
Pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya bertujuan untuk menekan
kompetisi antar tanaman. Penambahan jumlah populasi tanaman pada satuan luas
lahan (jarak tanam rapat) dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman
hingga batas tertentu, namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap jenis
tanaman mempunyai kepadatan populasi tanaman yang optimum untuk
mendapatkan produksi yang maksimum. Apabila tingkat kesuburan tanah dan air
tersedia cukup, maka kepadatan populasi tanaman yang optimum ditentukan oleh
12
kompetisi di atas tanah daripada di dalam tanah atau sebaliknya (Sumarsono,
2009).
Morfologi tanaman berupa tajuk, akar serta kondisi tanah ikut menentukan jarak
tanam yang digunakan pada proses budidaya.
Hal ini berkaitan dengan
persaingan tanaman untuk mendapatkan cahaya matahari, unsur hara dan air
sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi.
Pada proses budidaya sering terjadi persaingan antar tanaman maupun antara
tanaman dan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya matahari maupun
ruang tumbuh. Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan pengaturan
jarak tanam.
Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma
karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga
pertumbuhan gulma menjadi terhambat, selain itu juga akan menghambat laju
evaporasi. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit kemungkinan tanaman
akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya persaingan antar
tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk
memperoleh hasil yang maksimum.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jarak tanam,
antara lain adalah kondisi tanah, musim dan varietas yang digunakan. Pada tanah
yang subur, jarak tanam pada umunya semakin lebar. Hal ini karena pertumbuhan
jagung juga semakin subur sehingga kemungkinan tanaman akan saling menutupi.
Sedangkan pada tanah yang kurang subur jarak tanam dapat dipersempit. Pada
musim hujan, kecukupan akan air lebih terjamin sehingga pertumbuhan tanaman
13
semakin baik.
Oleh karena itu pada musim hujan jarak tanam diperlebar,
sedangkan pada musim kemarau jarak tanam dapat dipersempit (Effendi, 2000).
Download