bab 3 analisa perusahaan dan metode penulisan

advertisement
BAB 3
ANALISA PERUSAHAAN DAN METODE PENULISAN
3.1. Profil Perusahaan
PT Gunung Madu Plantations (GMP), yang didirikan pada tahun 1975,
merupakan pelopor usaha perkebunan dan pabrik gula di luar Jawa, khususnya
Lampung. Perusahaan ini berstatus PMA. Areal perkebunan tebu dan pabrik gula PT
GMP terletak di Desa Gunung Batin, Lampung Tengah—sekitar 90 km arah utara kota
Bandar Lampung.
Luas areal GMP yang dikelola 36.000 ha, dengan luas kebun produksi sekitar
25.000 ha. Sisa lahan di luar kebun produksi merupakan jalan, sungai-sungai, kawasan
konservasi, bangunan pabrik, perkantoran dan permukiman karyawan. Selain itu ada
sekitar 4.000 ha areal tebu rakyat yang bermitra dengan PT GMP. Luas areal tebu
rakyat ini masih akan terus berkembang.Topografi wilayah pada umumnya datar.
Sepanjang bentang darat dijumpai adanya lebung yang potensial sebagai tandon air dan
beberapa sungai cukup besar melintas di wilayah timur.
Jenis tanah termasuk ultisol (podsolik merah kuning) dengan lapisan top soil
sangat tipis. Sifat fisik dan kimia tanah mengharuskan diterapkannya teknologi
budidaya yang tepat dan bijaksana.
Curah hujan tahunan sekitar 2.700 mm. Musim tebang dan giling dilaksanakan
dari bulan April sampai Oktober, bersamaan dengan periode yang relatif kering.
Musim tebang dan giling pertama dilaksanakan tahun 1978. Pabrik mengikuti
proses sulfitasi ganda untuk menghasilakan gula SHS. Kapasitas giling terpasang mulamula sebesar 4.000 TCD (ton tebu per hari), kemudian mulai tahun 1994 diperbesar
secara bertahap menjadi 12.000 TCD. Sejak 2007 mulai dikembangkan lagi menuju
16.000 TCD.
Teknologi maju diterapkan di kebun dan di pabrik, termasuk pemanfaatan alat
mesin pertanian secara luas serta otomatisasi di beberapa stasiun di pabrik. Sekalipun
demikian sejumlah 8.000 – 10.000 pekerja tetap terserap setiap harinya selama musim
tebang dan giling.
41
42
Tingkat produksi kini mencapai rata-rata 2 juta ton tebu dan sekitar 190.000 ton
gula per tahun. Kualitas gula secara rutin diuji dan disertifikasi oleh Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia sebagai laboraturium Komite Akreditasi Nasional.
Tabel 3. 1 Parameter Kualitas Gula Gunung Madu
PARAMETER KUALITAS GULA GUNUNG MADU
Unsur
Hasil Analisis
Standar GKP1
Warna kristal (%)
75.29
Min 70
Besaran butir(mm)
0.96
0.8 – 1.2
Kadar air (%b/b)
0.05
Max 0.10
Polarisasi (°Z, 20°C)
99.61
Min 99.60
Kadar abu %b/b)
0.05
Max 0.10
SO2 (mg/kg)
14
Max 30
Sumber: Internal Perusahaan.
Gula Gunung Madu dipasarkan di kawasan Sumatera Bagian Selatan
(Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu), DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Hasil samping (co product) berupa tetes (molasses) dijual langsung ke sektor industri
hilir dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Tetes merupakan bahan baku etanol,
monosodium glutamat (MSG), pelet, kecap, dan lysin. Sebagian besar tetes diekspor ke
Thailand, Taiwan, Jepang, dan Uni Eropa. Sebagian lagi dibeli industri pakan ternak di
dalam negeri.
3.1.1.
Menjaga Lingkungan
Usaha perkebunan tebu dan pabrik gula PT Gunung Madu Plantations
merupakan kegiatanyang ramah lingkungan. Limbah dari kebun maupun pabrik
dimanfaatkan kembali dan ternyata memberikan keuntungan yang sangat besar.
43
Limbah pertanian berupa sisa-sisa tanaman (pucuk tebu dan daun) dikembalikan ke
tanah sebagai mulsa, sehingga menambah kesuburan tanah.
Sementara limbah padat dan limbah cair dari pabrik, tetapi juga dikelola lagi
sehingga bermanfaat, bahkan secara ekonomis sangat menguntungkan.
Limbah padat berupa ampas tebu (bagasse) misalnya, dimanfaatkan lagi sebagai
bahan bakar ketel uap (boiler) untuk penggerak mesin pabrik dan pembangkit tenaga
listrik untuk perumahan karyawan, perkantoran, dan peralatan irigasi. Karena itu,
pabrik dan pembangkit listrik Gunung Madu tidak menggunakan bahan bakar minyak
(BBM), baik saat musim giling (on season) maupun tidak giling (off season).
Limbah padat lain adalah endapan nira yang disebut blotong (filter cake) dan
abu. blotong, abu, dan bagasse dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kompos,
yang digunakan lagi di kebun sebagai penyubur tanah.
Limbah cair yang dikeluarkan pabrik merupakan limbah organik dan bukan
Limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Limbah cair ini dikelola melalui dua
tahapan.
Pertama, penanganan di dalam pabrik (in house keeping). Sistem ini dilakukan
dengan cara mengefisienkan pemakaian air dan penangkap minyak (oil trap) serta
pembuatan bak penangkap abu bagasse (ash trap).
Kedua, penanganan setelah limbah keluar dari pabrik, melalui Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). IPAL dibangun di atas tanah seluas lebih dari 8 ha,
terdiri dari 13 kolam dengan kedalaman bervariasi dari 2 m (kolam aerasi) sampai 7 m
(kolam anaerob). Total daya tampung lebih dari 240.000 m3, sehingga waktu inap
(retention time) dapat mencapai 60 hari.
3.1.2.
Agen Pembangunan
Gunung Madu merupakan pelopor industri gula di luar Jawa. Dan ternyata
berhasil membuktikan bahwa industri gula di luar Jawa, khususnya di Lampung,
mampu mencapai produktivitas yang cukup tinggi, dengan rendemen di atas 9% dan
produktivitas gula di atas 7 ton/ha. Hal ini menghapus pendapat bahwa tanaman tebu
dan industri gula hanya dapat tumbuh di Jawa.
44
Keberhasilan GMP telah menambah keyakinan pemerintah tentang prospek
peningkatan produksi gula nasional dan memancing pihak BUMN maupun swasta lain
untuk menggalakkan perkembangan industri gula di luar Jawa.
Perkembangan Gunung Madu Plantations yang menggembirakan diikuti
kemudian dengan tumbuhnya perkebunan tebu dan pabrik gula lainnya, seperti Bunga
Mayang, Gula Putih Mataram, Sweet Indo Lampung dan Indo Lampung Perkasa,
sehingga Lampung menjadi lumbung gula nasional yang baru.
Dengan demikian impor gula Indonesia minimal dapat berkurang, sehingga bisa
menghemat devisa negara.
Di GMP telah tumbuh keahlian di bidang budidaya tebu lahan kering dan pabrik
gula yang sudah teruji. Potensi ini dapat dimanfaatkan oleh kalangan yang lebih luas
demi kemajuan industri gula nasional. Di Lampung sendiri, GMP telah berperan dalam
membantu peningkatan produksi PT Gula Putih Mataram (tahun 1991). Juga dalam
membuka industri gula baru, seperti PT Sweet Indo Lampung, PT Indo Lampung
Perkasa, dan PT Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI).
Bahkan sejak 2003 teknologi tersebut telah dikembangkan ke masyarakat
melalui program kemitraan tebu rakyat di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung
Utara, Way Kanan, dan Kabupaten Tulangbawang. Disamping memasyarakatkan
pertanian tebu, kemitraan dengan pola bagi hasil dan petani mandiri juga merupakan
upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat.
GMP menyerap tenaga kerja tetap sekitar 1.800 orang, ditambah sekitar 8.500
tenaga musiman saat musim tebang dan giling yang berlangsung sejak sejak April
hingga Oktober. Kegiatan yang berlangsung pada saat musim kemarau ini sangat
menguntungkan kedua belah pihak. GMP dapat memberikan peluang kerja bagi
masyarakat di sekitar perusahaan yang mayoritas petani, dimana saat kemarau tidak
bisa bercocok tanam dan membutuhkan mata pencaharian lain.
3.1.3.
Pengembangan SDM dan Fasilitas Karyawan
GMP sangat memperhatian pengembangan sumberdaya manusia (SDM), yang
tidak hanya terbatas pada karyawan, tetapi juga keluarganya. Bahkan mempersiapkan
karyawan ketika memasuki masa pensiun.
45
Organisasi-organisasi penunjang untuk kesejahteraan karyawan dan keluarganya
difasilitasi pengembangannya oleh PT GMP. Di antaranya Yayasan Pendidikan
Gunung Madu (YP GMP), Koperasi Gunung Madu (KGM), Ikatan Istri Karyawan
(IIK), Yayasan Musim Gunung Madu (YMGM), Badan Kerja Sama Umat Kristiani
(BKS), dan Dana Pensiun Gunung Madu (DP GMP).
Yayasan Pendidikan Gunung Madu yang berdiri sejak 1979, saat ini mengelola
pendidikan untuk lebih dari 2.600 murid TK, SD, dan SMP yang belajar di lingkungan
GMP. Sejak 2005 dipercaya mengelola program kerja sama GMP dan Pemda Lampung
Tengah untuk meningkatkan mutu SDM kependidikan se Kabupaten Lampung Tengah.
Program ini dilakukan melalui pelatihan-pelatihan guru di Local Education Centre
GMP, yang biayanya disediakan perusahaan.
Koperasi Gunung Madu (KGM) merupakan salah satu koperasi teladan
nasional, yang sudah sering mendapatkan penghargaan dari tingkat kabupaten, provinsi,
dan pemerintah pusat. KGM, yang beranggotakan lebih dari 2.100 orang memberikan
banyak kemudahan bagi warga dan rekanan Gunung Madu. Adanya toko-toko KGM di
lima perumahan membuat warga dengan mudah mendapatkan kebutuhan sehari-hari
dengan harga terjangkau. KGM juga banyak membantu fasilitas pendidikan di Gunung
Madu. Yang tidak kalah penting, KGM menyelenggarakan pelatihan bagi para
karyawan yang akan memasuki masa pensiun.
Organisasi Ikatan Istri Karyawan (IIK) juga merupakan salah satu penopang
kinerja karyawan sekaligus perusahaan. Karena dengan berbagai pembinaan melalui
arisan, peringatan Hari Kartini, olahraga, dan lain-lain membuat situasi rumah tangga
karyawan makin harmonis.
Sementara berbagai kegiatan umat Islam dikelola oleh Yayasan Muslim Gunung
Madu. Organisasi ini menggelar cara hari-hari besar Islam, pengajian akbar, mengelola
zakat, pembekalan bagi calon jemaah haji, mengelola madrasah, pengadaan dan
distribusi hewan kurban ke warga GMP dan pondok-pondok pesantren di Lampung
Tengah, dan lain-lain.
Sedangkan kegiatanumat Kristiani dikelola BKS, misalnya peringatan har-hari
besar umat Kristen, bakti sosial, sekolah minggu, dan lain-lain. GMP selalu berupaya
untuk meningkatkan kualitas keimanan dan menjaga kerukunan umat beragama.
46
Lembaga yang juga penting adalah Dana Pensiun Gunung Madu. Dana Pensiun
ini mengelola dana pensiun karyawan dengan sistem iuran pasti. Dana yang dikelola
sudah mencapai puluhan miliar, dan terus dikembangkan, sehingga menjadi bekal yang
sangat berarti ketika karyawan pensiun.
Karyawan di areal konsesi Gunung Madu mendapatkan banyak fasilitas.
Perusahan telah membangun lebih dari 1.700 unit rumah untuk para karyawannya.
Perumahan ini dibangun terpencar di enam lokasi strategis. Disamping itu dibangun
pula bedeng-bedeng permukiman yang dapat menampung sekitar 10.000 pekerja
harian. Seluruh pemukiman ini dilengkapi fasilitas listrik dan air bersih secara cumucuma.
Perusahaan menyediakan pula fasilitas-fasilitas lain seperti poliklinik, taman
kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP). Juga
masjid, gereja, sarana olahraga, warung-warung, toko-toko koperasi, bank, fasilitas
ATM, serta gedung-gedung pertemuan. Masyarakat dari desa sekitar GMP dapat ikut
memanfaatkan fasilitas-fasilitas ini.
Untuk keperluan sayuran segar dan lauk pauk, pasokan datang dari masyarakat
desa sekitar, sehingga berkembanglah pasar pagi di GMP. Bahkan tumbuh juga pasar
malam, yaitu ketika karyawan baru menerima gaji. Pedagang datang dari berbagai
tempat. Segala keperluan sandang, pangan, dan hiburan ada di sini.
Interaksi dengan masyarakat sekitar memang sangat erat. Tumbuh dan
berkembangnya Gunung Madu juga telah meningkatkan perekonomian masyarakat
sekitar, terbukti dengan munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru.
GMP pun berusaha hubungan baik yang sudah terjalin. Melalui pembinaan
kemitraan tebu; bantuan-bantuan fisik seperti masjid, kantor kepala kampung, listrik,
peralatan kantor, pengerasan jalan, jembatan, dan lain-lain; pertandingan olahraga; juga
bantuan air bersih kepada warga sekitar ketika musim kemarau.
3.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi:
Menjadi produsen gula yang paling efisien dan kompetitif di ASEAN dengan
47
menerapkan sistem pertanian berkelanjutan dan menciptakan peluang usaha berbasis
pertanian serta pengembangan produk.
Misi:
1. Mendukung program pemerintah dalam usaha mencapai swasembada gula nasional.
2. Membantu pengembangan daerah sekitar
3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
4. Meningkatkan keuntungan pemegang saham
Nilai Inti:
1. Integritas
2. Profesionalisme
3. Produktivitas dan efisiensi
4. Kesinambungan
Keberhasilan GMP sebagai sebuah perusahaan yang maju telah memberikan
gambaran cerah tentang agroindustri, terutama pergulaan nasional. Potensi terbesar
yang dimiliki Indonesia adalah bidang pertanian, karena ketersediaan sumberdaya alam
dan sumberdaya manusia yang sangat besar.
Industri pertanian seperti Gunung Madu telah nyata membuktikan betapa efektif dan
harmonisnya pemanfaatan sumberdaya alam, penyerapan tenaga kerja, pembukaan
daerah terpencil, dan pengembangan wilayah perdesaan. Bidang pertanian tetap
merupakan penyerap tenaga kerja terbesar dan paling efisien bagi Indonesia.
Keberhasilan GMP ini juga tidak terlepas dari etos perusahaan yang tertuang
dalam visi, misi, dan nilai inti.
Industri pertanian seperti Gunung Madu telah nyata membuktikan betapa efektif
dan harmonisnya pemanfaatan sumberdaya alam, penyerapan tenaga kerja, pembukaan
daerah terpencil, dan pengembangan wilayah perdesaan. Bidang pertanian tetap
merupakan penyerap tenaga kerja terbesar dan paling efisien bagi Indonesia.
PT Gunung Madu Plantations yakin bahwa predikat agen pembangunan tidak
perlu dimonopoli oleh badan usaha milik negara. Dalam praktik, badan usaha swasta
48
seperti PT GMP jelas telah berfungsi sebagai agen pembangunan. Pada akhirnya,
kemajuan dari badan usaha itulah yang akan menentukan seberapa besar peranannya
sebagai agen pembangunan. Makin maju dan makin sehat badan usaha itu, makin besar
manfaatnya bagi pembangunan wilayah sekitarnya.
Meski berhasil, Gunung Madu tidak pernah puas. Karena itu akan selalu
berinovasi agar produktivitas gula semakin tinggi, sehingga gula Gunung Madu
semakin kompetitif di tingkat ASEAN, dan siap menghadapi berbagai perubahan pasar
global.
3.3. Struktur Organisasi
Bagian direksi PT. Gunung Madu Plantations terdiri dari komisaris yang
bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi
perusahaan. Setelah itu ada direksi yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan. General manager di jajaran
direksi memiliki tanggung jawab atas implementasi kebijakan perusahaan dan
memastikan berjalannya peraturan perusahaan serta kesesuaiannya dengan objektif dan
strategi perusahaan sesuai target bisnis perusahaan secara menyeluruh yang harus
dipatuhi oleh manager – manager di dalam perusahaan.
Dibawah dewan direksi terdapat divisi – divisi yang bertanggung jawab atas
operasional perusahaan.Divisi–divisi tersebut antara
49
lain:
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi PT. Gunung Madu Plantations
Sumber: Hasil Observasi Perusahaan
3.4. Tanggung Jawab dan Wewenang
General Manager
Tanggung jawab dan wewenang :

Menentukan keputusan / perintah terkait perusahaan secara menyeluruh.

Memberikan bimbingan kepada bawahan dan mendelegasikan tugas – tugas yang dapat
dikerjakan oleh bawahan secara jelas.

Mengkoordinir dan mengawasi seluruh aktivitas didalam perusahaan.

Memperbaiki dan menyempurnakan segi penataan agar tujuan organisasi dapat tercapai
dengan efektif dan efisien.

Menjalankan proses agar visi dan misi perusahaan tercapai.
InformationTechnology
Tanggung jawab dan wewenang :

Membangun sistem informasi yang bertujuan untuk memudahkan unit kerja dan
pengguna akhir.
50

Mengembangkan sistem informasi sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Memberikan layanan yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komputer.

Memberikan supportsoftware dan hardware yang digunakan didalam perusahaan.

Membantu staff dengan memberikan layanan konsultasi teknologi.

Meningkatkan kualitas layanan kepada unit kerja dan pengguna akhir.
Internal Audit
Tanggung jawab dan wewenang :

Memberikan informasi dan nasihat kepada manajemen dan menjalankan tanggung
jawab ini dengan cara konsisten.

Mengkoordinasikan kegiatan dengan orang lain agar berhasil mencapai sasaran audit
dan sasaran perusahaan.

Memiliki kebebasan wewenang dalam membahas dan menilai kebijakasanaan, rencana,
prosedur dan pencatatan yang ada, tetapi tidak berarti internal auditor menggantikan
peran dari pejabat yang diperiksanya tersebut.

Bertanggung jawab sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan untuk merencanakan
pemeriksaan agar dapat menemukan kesalahan yang bersifat material. Tidak berarti
auditor harus dapat menemukan setiap kesalahan.
Plantations
Tanggung jawab dan wewenang :

Melakukan pengawasan terhadap setiap bagian cabang plantations.

Memberikan instruksi terhadap bagian cabang plantations agar sesuai dengan tujuan
perusahaan.
Divisi Area
Tanggung jawab dan wewenang:

Menanam dan memelihara tanaman tebu hingga siap untuk dipanen

Memastikan ketersediaan bibit

Mempersiapkan tanaman tebu untuk kemudian diolah di pabrik.
51
Factory
Tanggung jawab dan wewenang :

Mengolah tanaman tebu menjadi gula siap pakai.

Mengawasi jalannya proses pembuatan gula agar sesuai dengan target produksi.

Melakukan maintenance yang rutin terhadap mesin dan alat – alat produksi yang
digunakan untuk proses produksi gula di dalam pabrik.

Memberikan informasi kebutuhan pabrik secara berkala kepada pusat.
Quality Control
Tanggung jawab dan wewenang:

Menjaga kualitas produk.

Melakukan pengawasan kualitas yang dimiliki produk

Memastikan kelayakan produk sebelum didistribusikan ke pelanggan.
Research and Development
Tanggung jawab dan wewenang :

Melakukan riset terhadap hal – hal yang berkaitan dengan proses produksi tebu seperti
tanaman tebu, tanah, bibit, sistem pengairan dan cara penanaman untuk meningkatkan
kualitas hasil produksi.

Melakukan observasi terhadap proses produksi gula untuk melihat kebutuhan
pengembangan varietas yang dapat berguna meningkatkan efektifitas proses produksi.
Divisi Varietas
Tanggung jawab dan wewenang:

Melakukan produksi bibit tebu yang akan digunakan sebagai bahan baku produk gula.

Mengembangkan varietas bibit tebu sesuai dengan kebutuhan yang diminta oleh divisi
area.

Memiliki tanggung jawab penuh atas varietas bibit tebu yang digunakan secara internal
maupun eksternal.
52
Service Business and Finance
Tanggung jawab dan wewenang :

Mengelola fungsi akuntansi dalam memproses data dan informasi keuangan yang
dibutuhkan perusahaan secara akurat dan tepat waktu.

Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengontrol arus kas perusahaan, terutama
pengelolaan piutang dan hutang, sehingga memastikan ketersediaan dana untuk
operasional perusahaan dan kesehatan kondisi keuangan

Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran perusahaan, dan
mengontrol penggunaan anggaran tersebut untuk memastikan penggunaan dana secara
efektif dan efisien.

Merencanakan dan mengkoordinasikan pengembangan sistem dan prosedur keuangan
dan akuntansi, serta mengontrol pelaksanaannya untuk memastikan semua proses dan
transaksi keuangan berjalan dengan tertib dan teratur, serta mengurangi resiko
keuangan.

Mengkoordinasikan dan melakukan perencanaan dan analisa keuangan
53
3.5. Gambaran Proses Bisnis Umum pada PT. Gunung Madu Plantations
1. Mengirimkan request order bibit
2. Memberikan bibit
Beserta surat keterangan jalan
Divisi Varietas
3. Memberikan hasil lapangan
4. Memberikan konfirmasi izin panen
Plantations
Divisi Area
5.Memberikan hasil panen
dan tiket lapangan
6. Update tiket lapangan
dan memberikan
surat perintah kerja
8. Memberikan surat izin pengemasan
7. Memberikan hasil produksi
Bagian timbang
Quality Control
Pabrik
9. Mengirimkan finished goods
berupa gula dalam kemasan
15. Memberikan SPS
10. Menyimpan produk
19. Memberikan
surat jalan
Warehouse & Distribution
Inventory
14. Memberikan IGM
11. Memberikan hasil penyimpanan gula
18. Memberikan SPPB
12. Melakukan order produk
16. Melakukan pembayaran
Customer
SBF
13. Mengajukan sales permit
17. Memberikan bukti bayar
General Manager
20. Mengambil produk
berdasarkan surat jalan
Gambar 3. 2 Proses bisnis umum PT. Gunung Madu Plantations
Sumber : Hasil Observasi Perusahaan
54
3.6. Metode Penelitian
3.6.1. Metode Analisis
Metode yang penulis gunakan dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan
kebutuhan informasi pada PT. Gunung Madu Plantations adalah melalui metode:

Preliminary Steps E-Supply Chain Management

Value Chain Analysis

Five Forces Porter

Forecasting

Economic Order Quantity, P Model, Minimum-Maximum
3.6.2.
Metode Perancangan
3.6.2.1.Perancangan Sistem
Metode perancangan sistem menggunakan pendekatan Object Oriented Analysis and
Design(OOAD) dengan menggunakan notasi Unified Modelling Language(UML),
sebagai berikut:

Activity Diagram

Use Case Diagram

Use Case Description

Class Diagram

Sequence Diagram

Three LayerSequence Diagram

Package Diagram

User Interface
3.6.2.2.
Perancangan Jaringan
Perancangan jaringan yang akan digunakan adalah dengan menggunakan jenis Client /
Server Architecture yang membagi program menjadi dua jenis, yaitu client dan server.
3.7. Preliminary Steps
Terdapat 5 bagian dalam persiapan pembangunan sistem aplikasi e-SCM,
bagian-bagian tersebut antara lain :
55
3.7.1.
Energize The Organization
Tahapan awal dari Preliminary Stepsdalamperancangan sistem e-SCMadalah
Energize the Organization. Perancangan system e-SCM yang akan dibangun pada PT.
Gunung Madu Plantations mencakup dari perusahaan dan customer.Untuk mewujudkan
proses perancangan aplikasi e-SCM, diperlukan adanya dukungan dari pihak
manajemen perusahaan dan struktur organisasi yang sesuai. Dalam memberikan
dukungan dalam perancangan dan implementasi aplikasi e-SCM, PT. Gunung Madu
Plantations sudah memiliki divisi – divisi inti dengan struktur yang terorganisir dan
peran serta tanggung jawab yang harus dilaksanakan dalam mendukung perancangan
dan implementasi system e-SCM. Selain itu, perlu adanya dukungan dari manajemen
puncak.yaitu General Manager, Kepala subdivisiInformation Technology, Audit
Internal, Kepala subdivisi Plantations Administration Support, Kepala subdivisi
Factory,Kepala subdivisi Human Resource, dan Kepala subdivisi Services Business &
Finance yang memiliki peranan penting dalam perancangan dan implementasi system
e-SCM di PT. Gunung Madu Plantations.
Peran-peran penting yang dimiliki oleh para manajemen puncak yaitu:

General Manager
Memberikan perizinan dan instruksi bagi perusahaan agar General Manager dapat
mengetahui dan mengontrol semua kegiatan bisnis yang dijalankan dalam perusahaan.

Kepala subdivisi Information Technology
Menganalisa dan memberikan feedback terhadap kebutuhan IT yang dibutuhkan oleh
setiap divisi perusahaan. Menyediakan jaringan antar plantations, perusahaan di
Lampung dan kantor pusat di Jakarta.

Audit Internal
Melakukan pengecekan atas proses bisnis perusahaan yang berjalan. Memberikan
wawasan dan rekomendasi terhadap petinggi perusahaan berdasarkan analisis dan
penilaian data dan proses bisnis.

Kepala subdivisi Plantations Administration Support
Mengatur dan memantau proses pengolahan bibit menjadi tebu dalam divisi Plantations
dan mengatur setiap divisi agar memiliki arah kegiatan yang sesuai dengan instruksi
pengolahan.
56

Kepala subdivisi Factory
Melakukan control proses pengolahan tebu menjadi produk gula/finished goods agar
dapat dilanjutkan ke tahap akhir yaitu penjualan oleh bagian Services Business and
Finance.

Research and Development
Melakukan pengembangan terhadap tanah, bibit tebu dan peralatan operasional
perusahaan sehingga dapat menghasilkan tanaman tebu yang lebih baik dan kuat.

Kepala subdivisi Services Business & Finance
Mengelola keseluruhan transaksi bisnis dan financial antara perusahaan dengan
supplier dan customer serta pengelolaan dana perusahaan yang akan maupun sudah
digunakan.
3.7.2
Enterprise Vision
Visi dari PT. Gunung Madu Plantations adalah “Menjadi produsen gula yang
paling efisien dan kompetitif di ASEAN dengan menerapkan sistem pertanian
berkelanjutan dan menciptakan peluang usaha berbasis pertanian serta pengembangan
produk (diversifikasi)”. Sesuai dengan visi yang diusung maka perusahaan bertujuan
menjadi
produsen
yang
dapat
memberikan
kepuasan
pelanggan
secara
berkesinambungan dengan menciptakan produk – produk yang berkembang sesuai
perkembangan zaman dan memajukan sistem pertanian yang memberikan peluang bagi
masyarakat yang ada disekitarnya untuk bekerja sama membangun sistem pertanian
yang kompetitif dan efektif.
Berdasarkan analisa tersebut diperlukan pengetahuan lingkungan bisnis yang
berada di sekitar PT. Gunung Madu Plantations. Metode analisis yang dapat diterapkan
untuk mendukung tercapainya visi PT. Gunung Madu Plantations adalah metode Five
Forces Porter yang menganalisis mengenai persaingan antar perusahaan sejenis,
ancaman pesaing baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok
dan kekuatan tawar menawar distributor.
Berikut ini adalah analisis Five Forces Porter pada PT. Gunung Madu Plantations :
57

Persaingan antara perusahaan sejenis
Bisnis apapun yang dijalankan sudah pasti terdapat persaingan didalamnya.
Usaha kecil pun memiliki persaingan yang pasti terjadi dengan usaha lainnya.
Perusahaan pun dituntut memiliki strategi yang tepat dan efektif untuk dapat
memenangkan persaingan dan dapat menguasai pasar yang ditargetkan.
PT. Gunung Madu Plantations merupakan pionir perusahaan gula di Lampung, bahkan
Indonesia. Produk yang dihasilkan adalah gula pasir yang memiliki ciri khas tersendiri.
Gula yang mereka hasilkan berasal dari proses yang terjaga kualitas serta keaslian
alamnya sehingga rasa yang diberikan tidak berbahan kimiawi ataupun melalui proses
rafinasi. Proses dan rasa yang alami tersebut menjadi dasar PT. Gunung Madu
Plantations menguasai pasar gula di Indonesia. Tentu saja penguasaan pasar tidaklah
mutlak karena adanya perusahaan lain yang berbasis proses rafinasi mengakibatkan
cepatnya pemasaran dan produksi melebihi kecepatan proses PT. Gunung Madu
Plantations.
Pesaing sejenis dari PT. Gunung Madu Plantations dalam industri gula, terdapat
58 perusahaan gula dan 8 perusahaan gula rafinasi. Beberapa perusahaan penting yang
menjadi pesaing utamanya yaitu:
-
Sugar Group Companies yang terdiri dari PT. SWEET INDOLAMPUNG, PT.
INDOLAMPUNG
PERKASA,
PT.
GULA
PUTIH
MATARAM
dan
PT.
INDOLAMPUNG DISTILLERY dengan brand “Gulaku”, menghasilkan produk kristal
putih rafinasi.
-
PT. Perkebunan Nusantara XI Persero-BUMN dengan brand “GUPALAS”,
menghasilkan produk gula kristal putih premium.

Ancaman Pesaing Baru
Tingginya permintaan konsumen atas produk gula yang selalu meningkat setiap
tahunnya memberikan potensi untuk perusahaan – perusahaan baru menciptakan
persaingan baru dalam industri gula. Sampai saat penulis mengumpulkan informasi
sekarang ini ancaman pesaing baru yang muncul cenderung lemah dikarenakan PT.
Gunung Madu Plantation merupakan salah satu produsen gula yang sudah memiliki
nama besar di dalam perindustrian gula Indonesia. Besarnya kekuatan yang dimiliki
58
tentu menjadi rintangan berat bagi pesaing baru untuk bersaing secara ketat dengan PT.
Gunung Madu Plantation.
Beberapa pesaing baru yang tercatat antara lain:
-
PT. UB dengan brand “Sugar Semut”, menghasilkan produk gula kristal putih.
-
Wilmar Group
-
PT. Rajawali Nusantara Indonesia dengan brand “Raja Gula”, menghasilkan
produk gula kristal putih
Selain itu tentu ada pesaing baru yang berasal dari produsen internasional, importir
hingga industri gula kecil lokal lainnya.

Ancaman Produk Substitusi
Produksi gula kristal putih yang merupakan produk utama dari PT. Gunung
Madu Plantations di Indonesia memiliki substitusi dengan produk gula lain seperti gula
rendah kalori dan gula jawa. Akan tetapi, pasar industri gula tetap dipegang kuat
dengan produk gula kristal putih. PT. Gunung Madu Plantations sebagai salah satu
pemimpin pasar tentu tidak begitu terganggu dengan persaingan yang diciptakan oleh
produk gula tersebut. Dalam upaya memperkuat posisi gula kristal putih sebagai pilihan
utama para konsumen gula, maka PT. Gunung Madu Plantations melakukan
pengembangan produk sehingga meminimalisir dampak negatif yang dapat dihasilkan
produk gula kristal putih. Hal ini menyebabkan substitusi produk gula putih menjadi
lemah dan jarang digunakan kecuali untuk konsumen dengan keperluan khusus.

Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Penyediaan raw materials yang berupa bibit tebu di perusahaan PT. Gunung
Madu
Plantations
sejak
awal
perusahaan
terbentuk
berasal
dari
divisi
Research&Development. Pengembangan yang dilakukan hingga saat sekarang ini
mengizinkan perusahaan memiliki produksi bibit tebu yang mandiri. Dengan begitu,
tidak ada pemasok raw materials untuk perusahaan yang berarti kekuatan pemasok
adalah zero.
59

Kekuatan Tawar Menawar Konsumen
Perusahaan sudah memiliki konsumen tetap. Permintaan setiap tahunnya selalu
ada dan tinggi. Dengan begitu, konsumen memiliki daya tawar yang kuat. Adanya
pesaing lain tidak memberikan dampak yang besar karena PT. Gunung Madu
Plantations memiliki harga yang lebih bagus dibandingkan dengan perusahaan pesaing
lainnya.
3.7.3
Supply Chain Value Assessment
GMP memproduksi produk utama dan produk sampingan dari bahan baku tebu.
Produk utama yang dihasilkan GMP adalah gula pasir, sedangkan produk sampingan
yang dihasilkan adalah bagasse yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan bahan
baku pupuk.
Pengembangan aplikasi e-SCMyang dilakukan berfokus kepada produk utama
yaitu gula pasir. Maka dari itu pertimbangan dalam penentuan strategi yang tepat bagi
perusahaan diperlukan analisis nilai dari setiap proses bisnis terkait yang dilakukan oleh
perusahaan.
Pada PT. Gunung Madu Plantations sebagai perusahaan industri, metode analisis
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi proses bisnisnya adalah metode value
chain analysis. Metode ini terbagi menjadi dua pengelompokan, antara lain Primary
Activities(aktifitas utama) dan Support Activities(aktifitas pendukung).
3.7.3.1 Primary Activities
1. Inbound Logistics
 Proses pengadaan bibit , penanaman dan panen tebu
Tujuan dari proses ini adalah memastikan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan
akan selalu dapat diproduksi sesuai kebutuhan. Proses ini adalah bagian yang sangat
penting karena dengan tidak adanya proses ini maka produksi tebu sebagai raw
material perusahaan tidak dapat berjalan dan proses produksi perusahaan tidak dapat
dilakukan tanpa adanya bahan baku yang diperlukan.
Berikut ini adalah proses produksi bibit tebu pada PT.Gunung Madu Plantations :
60
1.
Divisi Areamengajukan permintaan pengadaan bahan baku dengan Request
order kepada Divisi Varietas Bibit. Request orderditindaklanjuti dengan mengecek
ketersediaan bibit di gudang. Terdapat dua kemungkinan dalam menjawab ketersediaan
bibit. Jika tidak tersedia, Divisi Varietas Bibit mengajukan surat pengajuan produksi
bibit pada Divisi Research & Development. Jika tersedia, Divisi Varietas Bibit
membuat surat keterangan jalan dan mengirimkan bibit ke Divisi Area yang
mengajukan request order.
2.
Divisi Area menerima bibit yang dikirimkan oleh Divisi Varietas Bibit kemudian
melakukan penanaman bibit tebu di lahan yang tersedia. Setelah tebu siap panen, Divisi
Area membuat field report yang berisi informasi lahan yang siap panen kepada Divisi
Plantations.
3.
Divisi Plantations membuat surat perintah panen tebu yang ditujukan kepada
Divisi Area setelah mendapatkan field report.
4.
Setelah menerima surat perintah panen tebu, proses panen dilakukan Divisi Area.
Dilakukan loading tebu ke moda transportasi yang sekaligus membawa tiket lapangan
berisi informasi tebu yang dipanen.
61
Divisi Varietas Bibit
Research &
Development
Divisi Area
Membuat Request Order
Bibit Tebu
Menerima Request Order
Bibit Tebu
Divisi Plantations
Request Order
Bibit Tebu
Tidak Tersedia
Tersedia
Membuat Surat Keterangan Jalan
Menerima Surat Keterangan Jalan
dan bibit tebu
Mengirim bibit tebu
Penanaman bibit tebu
Surat keterangan jalan
Tebu siap panen
Membuat Hasil Lapangan
Menerima Hasil Lapangan
Hasil Lapangan
Menerima Surat Perintah
Panen Tebu
Membuat Surat Perintah
Panen Tebu
Memanen tebu dan
loading ke moda transportasi
Surat Perintah Panen Tebu
Tiket
Lapangan
Membuat tiket lapangan
Gambar 3. 3 Activity Diagram proses bisnis pengadaan bibit , penanaman dan
panen tebu
62
2. Operations

Pengolahan tebu dan penyimpanan produk gula ke warehouse.
Tujuan dari proses ini adalah memastikan bahan baku tebu yang diterima pabrik
dapat diolah menjadi produk gula kemudian disimpan kedalam warehouse . Bagian ini
penting karena tanpa adanya proses ini maka raw material tidak dapat diolah menjadi
finished goods.
Berikut ini adalah proses pengolahan dan penyimpanan produk gula ke
warehouse pada PT. Gunung Madu Plantations :
1. Divisi Area mengirimkan hasil panen berupa tebu dan tiket lapangan yang keduanya
diberikan ke pabrik untuk ditindaklanjuti dengan proses pencatatan informasi hasil
timbang yang dilakukan oleh bagian timbang.
2. Tebu yang sudah selesai dicatat informasinya kemudian dilanjutkan ke proses produksi
dengan dilakukan loading bahan baku ke mesin pengolahan.
3. Setelah berhasil diolah menjadi gula, divisi quality control pabrik mengambil sample
gula per sesi produksi untuk dilakukan penelitian yang akan menjawab apakah gula
sudah layak dikemas menjadi finished goods atau tidak. Jikakualitas gula buruk maka
hasil produksi tersebut akan di reject dan dibuang karena tidak layak untuk dijual.
Sementara, jika kualitas gula baik maka hasil produksi tersebut akan dilanjutkan ke
proses pengemasan yan g dilakukan oleh pabrik setelah menerima surat izin
pengemasan oleh divisi quality control.
4. Pabrik mengirimkan finished goods ke bagian warehouse untuk dilanjutkan ke proses
penyimpanan. Dibuatkan
laporan penyimpanan yang diberikan ke bagian Sales
Business and Finance untuk dilakukan pendataan produk.
63
Divisi area
Mengirim hasil panen
Tebu dan tiket
lapangan
Pabrik
Menerima hasil panen
Tebu dan tiket
lapangan
Bagian
Timbang
Quality
Control
Warehouse
SBF
Mencatat informasi
Timbang tebu
Ke tiket lapangan
Loading tebu ke mesin
Mengolah tebu
Menjadi gula
Hasil
Produksi
Menerima Hasil
Produksi
Membuat Hasil Produksi
Mengambil sample gula
Menerima surat
Izin pengemasan
Kualitas
baik
Kualitas
buruk
Surat Izin
Pengemasan
Mengirim produk gula
Menerima produk gula
Membuat Hasil
Penyimpanan Gula
Menerima Hasil
Penyimpanan Gula
Hasil
Penyimpanan Gula
Gambar 3. 4 Activity Diagram proses pengolahan dan penyimpanan gula ke
warehouse
64
3. Outbound Logistics

Proses penjualan produk gula ke customer
Tujuan dari proses ini adalah menjual finished goods ke konsumen. Bagian ini
adalah bagian yang penting dalam memastikan perusahaan dapat menjual produk yang
dihasilkan . Proses penjualan yang lancar sangat penting agar profit yang didapatkan
perusahaan dapat meningkat dengan signifikan.
Berikut ini adalah
proses penjualan produk pada PT. Gunung Madu
Plantations:
1. Customer melakukan pemesanan gula ke PT. Gunung Madu Plantations dengan
menghubungi bagian Services Business and Finance. Setelah pemesanan diterima,
bagian Services Business and Finance membuat Sales Permit yang diajukan ke General
Manager. Jika Sales Permit sudah diterima General Manager, maka akan dibuatkan
Instruksi General Manager yang diberikan ke bagian Warehouse and Distribution.
2. Bagian Warehouse and Distribution setelah menerima Instruksi General Manager
membuat Surat Perintah Setor yang diberikan ke customer untuk melakukan
pembayaran atas pemesanan yang dilakukan.
3. Customer melakukan pembayaran atas pemesanannya kepada bagian Services Business
and Finance dan kemudian akan dibuatkan bukti bayar. Hasil bukti bayar tersebut akan
diberikan kepada General Manager agar dapat dilanjutkan ke pembuatan Surat Perintah
Pengambilan Barang.
4. Surat Perintah Pengambilan Barang dilanjutkan ke bagian Warehouse and Distribution
agar dapat dibuatkan Loading Permit dan Surat Jalan yang belum disetujui agar
customer dapat menaikan produk sesuai pemesanan ke moda transportasinya dan
ditimbang di bagian timbang.
5. Dilakukan penimbangan moda transportasi yang sudah melakukan loading dengan
produk agar mengetahui apakah sudah sesuai dengan berat yang disetujui atau tidak.
Jika berat tidak sesuai maka surat jalan tidak akan disetujui oleh Bagian Timbang dan
dilakukan pengecekan berdasarkan Surat Perintah Pengambilan Barang. Jika berat
sudah sesuai maka Surat Jalan akan disetujui Bagian Timbang untuk kemudian
dikembalikan ke Customer agar dapat membawa produk pembelian.
65
Customer
Service
Business &
Finance
Melakukan pemesanan
gula
General
Manager
Warehouse &
Distribution
Bagian Timbang
Menerima pesanan gula
Membuat Sales Permit
Menerima sales permit
Membuat IGM
Menerima IGM
Sales Permit (SP)
Menerima
SPS
Membuat SPS
Surat Perintah
Setor
Instruksi General
Manager(IGM)
Melakukan
pembayaran
Menerima
pembayaran
Menerima Bukti Bayar
dari SBF
Bukti Bayar
Membuat SPPB
Menerima SPPB
Surat Perintah
Penyerahan Barang
(SPPB)
Menerima Loading Permit
Dan Surat Jalan
Membuat
Surat Jalan
Membuat Loading Permit
Berdasarkan Surat Jalan
Surat Jalan
Loading Permit
Melakukan pengecekan
muatan
Jika tidak sesuai
Pengecekan berdasarkan
SPPB
Menerima Surat Jalan
Yang sudah disetujui
Gambar 3. 5 Activity diagram proses penjualan produk
Menyetujui surat jalan
66
4. Sales and Marketing

Penerimaan customer baru
1. Customer melakukan pemesanan produk ke perusahaan melalu bagian SBF.
2. Bagian SBF kemudian membuat requestorder kepada warehouse&distribution untuk
diperiksa ketersediaan produk.
3. Jika tidak terdapat produk yang tersedia maka requestorder batal. Jika tersedia maka
requestorder gula akan diterima dan customer akan didaftarkan.
Customer
Mengajukan Pemesanan produk
Service
Business &
Finance
Warehouse &
Distribution
Menerima Informasi
Pemesanan Produk
Membuat Request Order
Produk Gula
Request Order
Produk Gula
Mendaftarkan Customer
Menerima Request Order
Produk Gula
Melakukan pengecekan
persediaan
Menyetujui Request Order
Produk Gula
Gambar 3. 6 Activity diagram proses penerimaan customer baru
67
5. Service

Penanganan retur barang
1. Customer melakukan protes produk yang berkualitas buruk ke perusahaan melalu
bagian quality control.
2. Bagian quality control kemudian melakukan pemeriksaan kualitas barang.
3. Jika kualitas baik maka proses tidak dilanjutkan. Jika kualitas buruk maka proses retur
disetujui dan quality control mengirim surat pergantian barang ke warehouse &
distribution.
4. warehouse & distribution kemudian mengirimkan barang sesuai surat pergantian
barang ke customer.
Customer
Menginformasikan adanya
Barang yang berkualitas buruk
Quality
Control
Service
Business &
Finance
Warehouse &
Distribution
Menerima informasi
Melakukan pemeriksaan
Kualitas barang
Kualitas
terbukti buruk
Menyetujui retur
Kualitas
baik
Mengirimkan surat
pergantian barang
Menerima barang
Menerima surat
Pergantian barang
Mengirimkan barang
Sesuai dengan SPB
Gambar 3. 7Activity diagram proses penanganan retur barang
68
69
3.7.3.2 Support Activities
Gambar 3. 8 Supply Chain Value Asessment PT. Gunung Madu Plantations
3.8 Opportunity Identification
3.8.1
Analisa data
Data sample permintaan raw material PT. Gunung Madu Plantations adalah
berupa tebu. Sample ini adalah bahan produk utama perusahaan. Jumlah permintaan
tebu dalam periode Januari 2013 hingga Desember 2013 dapat dilihat pada tabel 3.
sebagai berikut:
70
Tabel 3. 2 Data permintaan tebu Januari 2013 – Desember 2013
Tahun 2013
Tebu (ton)
Januari
15386
Febuari
18255
Maret
12950
April
12550
Mei
11008
Juni
11326
Juli
11750
Agustus
14108
September
21103
October
21275
November
23124
Desember
28611
JUMLAH
201446
Sumber : internal perusahaan
3.8.1.1 Metode Forecasting
Terdapat 5(lima) metode yang digunakan dalam peramalan persediaan tebu
untuk mendapatkan data forecasting pada periode Januari 2014 hingga Desember 2014
melalui penggunaan Software QM for Windows. Lima metode tersebut, yaitu:

Moving Averages

Weighted Moving Averages

Exponential Smoothing

Exponential Smoothing with Trend

Linear Regression
3.8.1.1.1
Metode Moving Averages
Hasil perhitungan peramalan dengan menggunakan metode moving average
pada periode bulan Februari 2014 sampai dengan bulan April 2014 dapat dilihat pada
gambar – gambar berikut ini:
71
Gambar 3. 9 Hasil perhitungan QM Moving Average bulan Februari 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Gambar 3. 10 Hasil perhitungan QM Moving Average bulan Maret 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Gambar 3. 11 Hasil perhitungan QM Moving Average bulan April 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
3.8.1.1.2
Metode Weighted Moving Average
Hasil perhitungan peramalan dengan menggunakan metode weighted moving
average pada periode bulan Februari 2014 sampai dengan bulan April 2014 dapat
dilihat pada gambar – gambar berikut ini:
72
Gambar 3. 12 Hasil perhitungan QM Weighted Moving Average bulan Februari 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Gambar 3. 13 Hasil perhitungan QM Weighted Moving Average bulan Maret 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Gambar 3. 14 Hasil perhitungan QM Weighted Moving Average bulan April 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
3.8.1.1.3
Metode Exponential Smoothing
Hasil perhitungan peramalan dengan menggunakan metode exponential smoothing pada
periode bulan Februari 2014 sampai dengan bulan April 2014 dapat dilihat pada
gambar – gambar berikut ini:
73
Gambar 3. 15 Hasil perhitungan QM Exponential Smoothing bulan Februari 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Gambar 3. 16 Hasil perhitungan QM Exponential Smoothing bulan Maret 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Gambar 3. 17 Hasil perhitungan QM Exponential Smoothing bulan April 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
74
3.8.1.1.4 Metode Exponential Smoothing with Trend
Hasil perhitungan peramalan dengan menggunakan metode exponential
smoothingwith Trend pada periode bulan Februari 2014 sampai dengan bulan April
2014 dapat dilihat pada gambar – gambar berikut ini:
Gambar 3. 18 Hasil perhitungan QM Exponential Smoothing with Trend Februari 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Gambar 3. 19 Hasil perhitungan QM Exponential Smoothing with Trend Maret 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Gambar 3. 20 Hasil perhitungan QM Exponential Smoothing with Trend April 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
75
3.8.1.1.5
Metode Linear Regression
Hasil perhitungan peramalan dengan menggunakan metode linear regression pada
periode bulan Februari 2014 sampai dengan bulan April 2014 dapat dilihat pada
gambar – gambar berikut ini:
Gambar 3. 21 Hasil perhitungan QM Linear Regression bulan Februari 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Gambar 3. 22 Hasil perhitungan QM Linear Regression bulan Maret 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
76
Gambar 3. 23 Hasil perhitungan QM Linear Regression bulan April 2014
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Data pada tabel 3.3 dibawah ini adalah
rekapitulasi dari hasil peramalan
permintaan tebu pada bulan Januari 2014 hingga bulan Desember 2014, yaitu:
Tabel 3. 3 Data rekapitulasi peramalan permintaan tebu periode bulan Januari 2014
hingga bulan Desember 2014
No.
Metode
Bulan
Januari
Forecast
1
Moving Average
2
Weighted Moving Averages
3
MAD
MSE
24336.67
3963.482
22417740
25497.7
3433.633
17701980
Exponential Smoothing
21851.37
4244.232
25065730
4
Exponential Smoothing with trend
23100.27
4060.845
22948260
5
Linear Regression
23606.7
3456.006
16157440
Februari
Forecast
1
Moving Average
2
MAD
MSE
25113.9
3640.129
20229250
Weighted Moving Averages
25011.46
3279.369
16289360
3
Exponential Smoothing
22377.97
4036.824
23233690
4
Exponential Smoothing with trend
23482.41
3764.645
21057280
5
Linear Regression
24655.87
3190.16
14914560
Maret
77
Forecast
MAD
MSE
1
Moving Average
25624.53
3350.848
18409300
2
Weighted Moving Averages
25132.15
3013.57
14820010
3
Exponential Smoothing
23061.34
3901.522
21845620
4
Exponential Smoothing with trend
24081.57
3565.323
19543410
5
Linear Regression
25705.03
2962.291
13849230
April
Forecast
MAD
MSE
1
Moving Average
24655.87
3078.319
16875730
2
Weighted Moving Averages
24970.62
2810.18
13612360
3
Exponential Smoothing
23854.45
3811.676
20784440
4
Exponential Smoothing with trend
24829.25
3426.619
18335710
5
Linear Regression
26754.2
2764.805
12925950
Mei
Forecast
MAD
MSE
1
Moving Average
25705.03
3002.935
15916290
2
Weighted Moving Averages
26019.78
2731.211
12809960
3
Exponential Smoothing
24724.38
3750.881
19959380
4
Exponential Smoothing with trend
25678.2
3326.508
17360360
5
Linear Regression
27803.36
2592.005
12118080
Juni
Forecast
1
Moving Average
2
MAD
MSE
26754.2
2938.32
15093910
Weighted Moving Averages
27068.95
2663.522
12122180
3
Exponential Smoothing
25648.07
3708.888
19304430
4
Exponential Smoothing with trend
26595.87
3251.424
16557610
5
Linear Regression
28852.52
2439.534
11405250
Juli
Forecast
MAD
MSE
1
Moving Average
27803.36
2882.321
14381180
2
Weighted Moving Averages
28118.11
2604.859
11526110
3
Exponential Smoothing
26609.4
3679.215
18772900
4
Exponential Smoothing with trend
27559.91
3192.908
15883190
78
5
Linear Regression
29901.68
2304.004
10771630
Agustus
Forecast
MAD
MSE
1
Moving Average
28852.52
2833.321
13757540
2
Weighted Moving Averages
29167.27
2553.529
11004550
3
Exponential Smoothing
27597.09
3657.718
18332130
4
Exponential Smoothing with trend
28555.03
3145.622
15305450
5
Linear Regression
30950.83
2182.743
10204700
September
Forecast
MAD
MSE
1
Moving Average
29901.68
2790.084
13207270
2
Weighted Moving Averages
30216.42
2508.237
10544350
3
Exponential Smoothing
28603.21
3641.719
17959260
4
Exponential Smoothing with trend
29570.79
3106.158
14802000
5
Linear Regression
31999.99
2073.606
9694466
Oktober
Forecast
MAD
MSE
1
Moving Average
30950.83
2751.653
12718140
2
Weighted Moving Averages
31265.58
2467.977
10135280
3
Exponential Smoothing
29622.24
3629.473
17638200
4
Exponential Smoothing with trend
30600.11
3072.31
14356950
5
Linear Regression
33049.16
1974.863
9232823
November
Forecast
MAD
MSE
1
Moving Average
31999.99
2717.267
12280500
2
Weighted Moving Averages
32314.74
2431.956
9769272
3
Exponential Smoothing
30650.32
3619.827
17357510
4
Exponential Smoothing with trend
31638.23
3042.631
13958900
5
Linear Regression
34098.32
1885.096
8813150
Desember
Forecast
MAD
MSE
1
Moving Average
33049.16
2686.32
11886620
2
Weighted Moving Averages
33363.91
2399.538
9439866
79
3
Exponential Smoothing
31684.72
3612.017
17108930
4
Exponential Smoothing with trend
32681.93
3016.152
13599490
5
Linear Regression
35147.48
1803.135
8429968
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat hasil perhitungan peramalan permintaan
produk gula pada periode bulan Januari 2014 hingga bulan Desember 2014 dengan
menggunakan QM for Windows dalam metode Moving Average, Weighted Moving
Average, Exponential Smoothing, Exponential Smoothing with Trend dan Linear
Regression.
Hasil MAD dan MSE yang terkecil pada data tabel tersebut ditunjukkan oleh
metode Linear Regression. Oleh karena itu, metode Linear Regression adalah metode
yang paling tepat dipakai pada PT. Gunung Madu Plantations untuk melakukan
forecast permintaan produk gula di masa yang akan datang melalui perhitungan yang
menggunakan QM for Windows.
Data hasil perhitungan forecasting menggunakan metode Linear Regression
yang telah dipilih untuk permintaan produk gula periode bulan Januari 2014 hingga
bulan Desember 2014 ditunjukkan melalui tabel 3.4 berikut ini :
Tabel 3. 4Data peramalan permintaan bibit tebu pada periode bulan
Januari 2014 hingga bulan Desember 2014
Tahun 2014
Peramalan permintaan (ton)
Januari
23606.7
Febuari
24655.87
Maret
25705.03
April
26754.2
Mei
27803.36
Juni
28852.52
Juli
29901.68
Agustus
30950.83
September
31999.99
Oktober
33049.16
November
34098.32
80
Desember
35147.48
Jumlah
352525.14
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil perhitungan peramalan kelima metode yang digunakan pada QM for
Windows periode bulan Januari 2014 hingga bulan Desember 2014 dapat dilihat pada
halaman lampiran.
3.8.1.2 Metode Persediaan
Perhitungan persediaan pada PT. Gunung Madu Plantations akan dihitung
menggunakan metode Economic Order Quantity, metode Q-Model, metode P-Model
dan metode Min-Max. Akan dilakukan perbandingan biaya total yang paling minimum
berdasarkan metode-metode tersebut.
Data permintaan produk gula berdasarkan hasil peramalan produk gula periode
bulan Januari 2014 hingga bulan Desember 2014 akan digunakan untuk menghitung
Economic Order Quantity, Q-Model, P-Model dan Min-Max. Data – data yang
dibutuhkan dalam melakukan perhitungan metode persediaan, yaitu:
1.
Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dari setiap kali
dilakukan proses pemesanan produk.
Tabel 3. 5 Biaya pemesanan produk gula
Biaya Pemesanan
Biaya (Rp)
a. Biaya admistrasi
1,000,000.00
b. Biaya bongkar muat
2,400,000.00
c. Biaya ekspedisi
4,300,000.00
d. Biaya penerimaan
JUMLAH
500,000.00
8,200,000.00
Sumber : Hasil Penelitian
2.
Biaya Penyimpanan
81
Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan produk di
gudang yang didalamnya termasuk biaya listrik, air dan keamanan. Biaya tersebut
yaitu:
Tabel 3. 6 Biaya penyimpanan bahan baku tebu
Biaya Penyimpanan per tahun
Biaya (Rp)
a. Biaya Keamanan
25,000,000.00
b. Biaya Air
6,500,000.00
c. Biaya Listrik
12.000,000.00
JUMLAH
43,500,000.00
Total biaya penyimpanan untuk periode 1 tahun adalah Rp 43,500,000. Berdasarkan
biaya tersebut maka dibagi total permintaan 352,525 ton adalah Rp 123,39
3.
Standar Deviasi
Tabel 3. 7 Standar Deviasi peramalan permintaan periode bulan Januari-Desember
2014
Bulan
Peramalan permintaan
Januari
23606.7
Februari
24655.87
Maret
25705.03
April
26754.2
Mei
27803.36
Juni
28852.52
Juli
29901.68
Agustus
30950.83
September
31999.99
Oktober
33049.16
November
34098.32
Desember
35147.48
Standar Deviasi
Rata-rata permintaan
3782.803958
29377.095
82
Sumber : Hasil Olah Data Peneliti
4.
Biaya tebu
Biaya raw material berupa tebu didapatkan dari harga produk gula per ton
dikurangi dengan profit 30% dari harga penjualan sebesar Rp. 8,600,000 yaitu Rp
2,580,000 sehingga didapatkan Harga Pokok Produksi Rp 6,020,000
Diasumsikan harga pembelian bibit 2% dari Harga Pokok Produksi, yaitu 2 % dari Rp
6,020,000 sehingga mendapatkan harga Rp 120,400
Untuk melakukan perhitungan persediaan periode bulan Januari 2014 hingga
bulan Desember 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.8, yaitu:
Tabel 3. 8Data permintaan perhitungan peramalan persediaan raw material tebu
Produk
Tebu
Periode
Januari 2014 – Desember 2014
Total permintaan (D)
352,525 ton
Rata – rata permintaan (d)
29,377 ton
Biaya Pemesanan per order (S)
Rp 8,200,000
Biaya Penyimpanan per ton (H)
Rp 123,39
Lead Time (LT)
4 hari = 0.13 bulan
Standar Deviasi (s)
3782.80
Service Level (Z)
95 % (1,65)
Biaya bibit tebu per ton (C)
Rp. 120,400
Frekuensi Permintaan (N)
12
Sumber: Hasil Penelitian
83
3.8.1.3 Model Inventori EOQ
Berdasarkan analisis proses bisnis PT. Gunung Madu Plantations menunjukkan
bahwa integrasi sistem supply chain masih belum dapat berjalan dengan baik.
Penghitungan Model EOQ
Jumlah barang yang optimum pada setiap pesanan (EOQ) dapat dihitung dengan jumlah
permintaan pada periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014, sebagai berikut :
Q* =
Q* =
Q* = 216,459.62 ton = 216,460 ton
Jumlah frekuensi pemesanan, sebagai berikut :
N=
N=
N = 1,62 = 2 kali
Safety Stok dapat dihitung, sebagai berikut :
SS = z x
SS = 1,65 x 3782.80
SS= 1.65 x 3782.80 x 0.36
SS = 2,246.98 ton = 2,247 ton
Re-order Point dapat dihitung, sebagai berikut :
ROP = (d x L) + SS
ROP =
x
) + 2,247
ROP = 6163.93 ton
Rata-rata tingkat persediaan dapat dihitung, sebagai berikut :
I = Q*
I = x 216,460
I = 108,230
84
Total Cost Economic Order Quantity untuk periode bulan Januari 2014 sampai dengan
bulan Desember 2014 dapat dihitung, sebagai berikut :
Total Cost EOQ =
Total Cost EOQ =
Total Cost EOQ = 42,444,010,000 + 13,354,453.48 + 13,354,499.7
Total Cost EOQ = Rp 42,470,718,950
Penghitungan P-Model
Jumlah selang waktu pemesanan kembali pada setiap pesanan dapat dihitung
dengan jumlah permintaan pada periode bulan Januari 2014 sampai dengan Desember
2014, sebagai berikut :
T* =
T* =
T* = 0,614 x 1 x 365
T* = 224.11 = 224 hari
Safety Stock dapat dihitung, sebagai berikut :
SS = z x
SS = 1,65 x 3782.80
SS= 1.65 x 3782.80 x 2,75
SS = 17,164.455 ton = 17,164 ton
Rata-rata tingkat persediaan dapat dihitung, sebagai berikut :
I=
(dT*)
I =17,164 + ((29,377)(
)
I = 17,164 + 109,674.13
I = 126,838.13 = 126,838 ton
Jumlah barang yang optimum pada setiap pesanan, sebagai berikut :
Q=
85
Q = 29,377(
+ ) + 17,164-126,838
Q = 223,265.2 -109,674
Q = 113,591.2 = 113,591 ton
Reorder point dapat dihitung, sebagai berikut :
ROP = (d x L) + SS
ROP =
x
) + 17,164
ROP = 21,080.93 = 21,081 ton
Frekuensi pemesanan dapat dihitung, sebagai berikut :
N=
N=
N = 2,77 = 3 kali
Total Cost P Model untuk periode bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Desember
2014 dapat dihitung, sebagai berikut :
Total Cost=
Total Cost=
Total Cost = 42,444,010,000 + 25,448,362.99 + 7,007,996.745
Total Cost = Rp 42,476,466,360
Metode Min-Max
Perhitungan Persediaan Min-Max Periode Januari 2014 – Desember 2014
Pada perhitungan periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 data
permintaan sebesar 352,525 ton, sehingga dapat dihitung safety stock, sebagai berikut:
SS =
SS =
SS = 29,377.08 = 29,377 pcs
Min Stock dapat dihitung, sebagai berikut :
Min stock=Re-Order Point = (d x L) + SS
86
Min stock = (
x ) + 29,377
Min stock = 76,380.33 ton = 76,380 ton
Max Stock dapat dihitung, sebagai berikut :
Max stock = 2(DL) + SS
Max stock = 2(352,525 x
) + 29,377
Max stock = 123,383.66 ton = 123,384 ton
Q* (Min-Max) dapat dihitung, sebagai berikut :
Q* (Min-Max)= Max stock – Min stock
Q* (Min-Max)= 123,384 – 76,380
Q* (Min-Max)= 47,004 ton
Jumlah frekuensi pemesanan adalah :
N = 7,49 = 7 kali
Total Cost Minimum-Maximum Inventory untuk periode bulan Januari 2014 sampai
dengan bulan Desember 2014 dapat dihitung, sebagai berikut :
Total CostMin-Max=
Total CostMin-Max=
Total CostMin-Max = 42,444,010,000 + 61,418,000 + 2,899,911,78
Total CostMin-Max = Rp 42,508,327,910
Penghitungan perusahaan
Total cost perusahaan tanpa metodeuntuk periode bulan Januari 2014 sampai dengan
bulan Desember 2014 dapat dihitung, sebagai berikut :
ROP = (d x L) + SS
ROP =
x
)+0
ROP = 3916.93 = 3,917 ton
Total Cost=
87
Total CostMin-Max=
Total CostMin-Max=
Total Cost = 42,444,010,000 + 98,400,000 + 1,812,414
Total Cost = Rp 42,544,222,410
Berdasarkan penghitungan data diatas, maka perbandingan total biaya masing-masing
metode pada periode bulan Januari 2014 hingga bulan Desember 2014 adalah:
Tabel 3. 9 Tabel perbandingan total biaya masing-masing metode pada periode bulan
Januari 2014 hingga bulan Desember 2014
Perusahaan
Kuantitas
EOQ
P-Model
Min-Max Inventory
29,377 ton
216,460 ton
113,591 ton
47,004 ton
12 kali
2 kali
3 kali
7 kali
Stok Aman
0
2,247 ton
17,164 ton
29,377 ton
Titik
3,917 ton
6,164 ton
21,081 ton
76,380 ton
Rp
Rp 42,470,718,950
Rp 42,476,466,360
Rp 42,508,327,910
Pemesanan
Frekuensi
Pemesanan
pemesanan
kembali
Biaya Total
42,544,222,410
Kesimpulan :
Melalui metode peramalan Moving Average, Weighted Moving Average,
Exponential Smoothing, Exponential Smoothing with Trend dan Linear Regressionpada
PT. Gunung Madu Plantations dengan melihat hasil MAD dan MSE yang memiliki
nilai kesalahan terkecil diperoleh kesimpulan bahwa metode yang paling tepat dalam
melakukan peramalan permintaan tebu di masa mendatang adalah dengan metode
Linear Regression.
Dalam jurnal yang dibuat oleh L. Gonzales dan Gonzales, 2010, ”Analysis of an
Economic order Quantity and Reorder Point Inventory Control Model for Company
88
XYZ” menjelaskan jika metode persediaan digunakan secara efektif maka perusahaan
dapat tetap kompetitif didalam persaingan industrial.
Berdasarkan data yang diperoleh dari peramalan metode Linear Regression dan
diolah menggunakan metode Economic Order Quantity, P-Model dan Min-Max
inventory diapat diambil kesimpulan bahwa:

Metode
Economic
Order
Quantity
memiliki
total
biaya
sebesar
Rp
42,470,718,950dan frekuensi pemesanan sebanyak 2 kali yang lebih rendah
dibandingkan dengan metode perusahaan, P-Model dan Min-Max inventory.

Metode Perusahaan memiliki stok pengaman sebesar 0 ton,kuantitas pemesanan
sebesar 29,377 tondan titik pemesanan kembali sebesar 3,917 tonyang lebih rendah
dibandingkan dengan metode Economic Order Quantity, P-Model dan MinMaxinventory.
Download