Oleh: Annisa Nurprabandari NIM. 6662102364 PROGRAM STUDI

advertisement
1
STRATEGI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANTEN
DALAM MEMBANGUN EKSISTENSI
SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh:
Annisa Nurprabandari
NIM. 6662102364
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2015
2
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
: Annisa Nurprabandari
NIM
: 6662102364
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 7 Mei 1992
Program Studi
: Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul STRATEGI RADIO REPUBLIK
INDONESIA
(RRI)
BANTEN
DALAM
MEMBANGUN
EKSISTENSI
SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK adalah hasil karya saya sendiri,
dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur
plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang, Juni 2014
Annisa Nurprabandari
3
4
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya
sesudah
kesulitan
itu
ada
kemudahan”
(Q.S. Al-Insyirah : 6)
Tanpa D-U-I-T
(Doa-Usaha-Ikhtiar-Tawakal) Tidak Akan
Ada Suatu Keberkahan dan Keberhasilan Untuk Mencapai
Suatu Cita-cita
(Annisa Nurprabandari)
Skripsi ini kupersembahkan untuk
Ibunda tercinta dan adikku tersayang,
yang sangat menginginkan aku menjadi sarjana........
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya yang
telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul “STRATEGI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM
MEMBANGUN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK”.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
Ilmu Komunikasi pada konsentrasi Ilmu Humas program studi Ilmu Komunikasi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Perlu disebutkan pula bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini, antara lain kepada:
1. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa beserta Wakil Dekan I, II, III.
2. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.I.Kom selaku Sekretaris Program
Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
vi
4. Bapak Idi Dimyati, S. Ikom., M.I.Kom selaku dosen pembimbing I yang
dengan sabar telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
5. Ibu Andin Nesia, S.IK., M.I.Kom selaku dosen pembimbing II yang
dengan sabar telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
6. Kepada Bapak Darwis Sagita, S.I.Kom selaku dosen pembimbing
akademik dan kepada seluruh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
terima kasih atas bimbingan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada
penulis selama melaksanakan perkuliahan
7. Kepada pihak RRI khususnya Bapak Zahral Mutzaini, Bapak Engkay
Karsila, Pak Ardan, Mba Gita, Mas Dede Firdaus yang telah membantu
memberikan data dan informasi yang diperlukan penulis dalam menyusun
skripsi ini.
8. Terima kasih untuk orang tuaku yang tersayang, Ibu Sri Hardiyati, serta
adikku Ichsan Nurfajri Baihaqy yang telah mencurahkan kasih sayangnya,
mendukung, baik moril maupun materiil dan memberikan doa serta
motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Tanpa doa dan
dukungan dari kalian penulis tidak akan berhasil seperti ini, sayang kalian
selalu.
9. Sepupuku Dini Iftita Insani, Sabila Fikri Hanifa, si kecil mungil Khalisa
Amalia, Iqbal, Abdan Azzam Sabili, Bulik Sri Hartati, Om Supri, mbah
vii
10. Narti, Om Bogor (Om Rudy, Om Rony, Om Awang, Om Akew, Ade),
seluruh keluarga di Bogor dan seluruh saudara yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu terima kasih telah mendukung serta memberikan
motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman – temanku, Rosa, Vitha, Maya Maul, Puput, Septa, Widi, Sarah,
Amel, Indra, Putri Delia. Kekonyolan dan kekompakan kalian takkan
pernah terlupa. Sahabatku yang selalu bersama-sama bimbingan skripsi
dan menjadi teman sharing dalam penyusunan skripsi, Ifat, Dede, Lulu,
Ara, Geby, Nurhamidah, Maya Lestari, Okta Zikriani, Tika, Ade Irfan
terima kasih sudah menjadi teman yang baik. Seluruh teman-teman
seperjuangan Humas & Jurnalistik baik reguler maupun nonreguler
angkatan 2010 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat dengan lelucon-leluconnya dan akan menjadi
kenangan yang tak terlupakan.
12. Terimakasih untuk teman-teman kosanku di blok C3 No.17, ka Novi, teh
Merry, teh Wulan, teh Tanti, Aulia, Suci yang selalu memberikan
semangat, perhatian, saran, menjadi teman saat suka maupun duka,
berbagi keluh kesah. Kalian yang terbaik bagiku, sayang kalian semua.
Ayo kita karaokean dan menggila lagi kawan...!
13. Terimakasih untuk kakakku, Teh Silvi, Teh Isti walupun kita beda jurusan
kalian selalu memberikan semangat, perhatian kepada penulis. Untuk Teh
Thia, Teh Astri (Ante), Teh Anis Nisfu, Teh Fitri Febrianti, Teh Salsa, Teh
Dian, Teh Adisty, Teh Ami, dan seluruh senior jurusan ilmu komunikasi
viii
14. yang selalu menjadi teman bertukar pendapat, berbagi cerita, dan diskusi
yang mendukung serta memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini, kalian senior terbaik.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran proses penyusunan
skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat
keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran penulis saat penyusunan skripsi
ini. Kritik serta saran yang membangun penulis harapkan sebagai bahan
masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Serang, Juni 2014
Annisa Nurprabandari
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
ABSTRAK ......................................................................................................... xvi
ABSTRACT ........................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1. Latar Belakang....................................................................................
1
1.2. Rumusaan Masalah .............................................................................
6
1.3. Identifikasi Masalah ...........................................................................
6
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................
6
1.5. Manfaat Penelitian ..............................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
8
2.1. Tinjauan Konseptual ...........................................................................
8
2.1.1 Pengertian komunikasi............................................................
8
2.1.2 Komunikasi Massa dan Media Massa .................................... 10
x
2.1.3 Media Penyiaran ..................................................................... 12
2.2. SWOT Sebagai Cara Membentuk Strategi ......................................... 20
2.3. Teori Niche (Ekologi Media) ............................................................. 25
2.4. Eksistensi RRI Banten Sebagai Lembaga Pers ................................... 27
2.5. Kerangka Berpikir .............................................................................. 31
2.6. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 32
BAB III METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 36
3.1. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 36
3.2. Paradigma Pospositivistis ................................................................... 37
3.3. Metode Penelitian ............................................................................... 38
3.4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data..................................... 40
3.4.1. Observasi ................................................................................ 40
3.4.2. Wawancara ............................................................................. 40
3.4.2.1 Kriteria dan Teknik Pemilihan Informan .................... 42
3.4.3 Discussion Research (Riset Diskusi) ........................................ 44
3.4.4 Dokumentasi ............................................................................. 45
3.5. Uji Validitas........................................................................................ 45
3.6. Teknik Analisis Data .......................................................................... 47
3.7. Lokasi dan Jadwal Penelitian ............................................................. 49
3.7.1
Lokasi Penelitian .................................................................... 49
3.7.2
Jadwal Penelitian .................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 50
4.1
Gambaran Umum Perusahaan............................................................... 50
xi
4.1.1 Profil Perusahaan ......................................................................... 50
4.1.2 Sejarah RRI Banten ..................................................................... 51
4.1.3 Visi – Misi dan Motto Perusahaan .............................................. 52
4.1.4 Aplikasi Visi – Misi RRI ............................................................. 54
4.1.5 Program Siaran RRI Banten ........................................................ 57
4.2
Personalia .............................................................................................. 58
4.3
Deskripsi Informan ............................................................................... 59
4.3.1 H. Engkay Karsila.,SE ................................................................. 59
4.3.2 Drs. H. Zahral Mutzaini............................................................... 60
4.3.3 Agus Ardan Maulana.,SH............................................................ 60
4.4
Analisis dan Pembahasan ...................................................................... 60
4.4.1 SWOT RRI Banten ...................................................................... 61
4.4.1.1 Kekuatan (Strength) RRI Banten..................................... 62
4.4.1.2 Kelemahan (Weakness) RRI Banten ............................... 65
4.4.1.3 Peluang (Opportunities) RRI Banten .............................. 66
4.4.1.4 Ancaman (Threath) RRI Banten ..................................... 67
4.4.2 SWOT Sebagai Cara Membentuk Strategi .................................. 68
4.4.2.1 Strategi
menggunakan
kekuatan
untuk
membangun eksistensi .................................................... 68
4.4.2.2 Strategi
meminimalkan
kelemahan
untuk
membangun eksistensi .................................................... 69
4.4.2.3 Strategi
memanfaatkan
peluang
untuk
membangun eksistensi .................................................... 70
xii
4.4.2.4 Strategi menghindari ancaman untuk membangun
eksistensi ......................................................................... 71
4.4.3
Strategi RRI Banten Berdasarkan Teori Niche (Ekologi
Media).......................................................................................... 74
4.4.4
Eksistensi RRI Banten ................................................................. 78
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 81
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 81
5.2 Saran............................................................................................ 83
5.2.1 Saran Teoritis ..................................................................... 83
5.2.2 Saran Praktis....................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 103
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Matriks SWOT Penentuan Strategi ................................................... 23
Tabel 2.2 : Penelitian Terdahulu ......................................................................... 34
Tabel 3.7 : Jadwal Penelitian .............................................................................. 49
Tabel 4.1 : Kekuatan RRI Banten ....................................................................... 64
Tabel 4.2 : Kelemahan RRI Banten .................................................................... 65
Tabel 4.3 : Peluang RRI Banten.......................................................................... 65
Tabel 4.4 : Ancaman RRI Banten ....................................................................... 67
Tabel 4.5 : Matriks SWOT Manajemen RRI Banten .......................................... 73
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2
: Surat Keterangan Hasil Penelitian
Lampiran 3
: Sejarah RRI Banten
Lampiran 4
: Struktur Organisasi RRI Banten
Lampiran 5
: Program Acara RRI Banten
Lampiran 6
: Data Informan Penelitian
Lampiran 7
: Pedoman Wawancara
Lampiran 8
: Hasil Wawancara
Lampiran 9
: Dokumentasi Foto
Lampiran 10 : Foto copy kartu bimbingan
Lampiran 11 : Foto copy kartu sit-in sidang
Lampiran 12 : Foto copy sertifikat TOEFL
Lampiran 13 : Daftar riwayat hidup
xiv
ABSTRAK
Annisa Nurprabandari. 6662102364. Skripsi. Strategi Radio Republik
Indonesia (RRI) Banten Dalam Membangun Eksistensi Sebagai Lembaga
Penyiaran Publik. Pembimbing 1: Idi Dimyati, S.Ikom.,M.Ikom dan
Pembimbing II: Andin Nesia, S.IK., M.Ikom
RRI Banten merupakan RRI termuda dari seluruh RRI di Indonesia yang mulai
mengudara pada tahun 2012 dan siaran produksinya di bawah naungan atau
binaan RRI Jakarta. Beroperasi pada frekuensi 94,9 FM di daerah Karundang,
Serang, RRI Banten merupakan Programma 1 (PRO 1) yang merupakan kanal
pemberdayaan masyarakat, yang segmentasi program siarannya digolongkan
untuk semua golongan atau usia, sehingga manajemennya masih diawasi oleh
pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi RRI Banten dalam
membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif menggunakan
beberapa langkah yaitu: Observasi, wawancara, riset diskusi, dokumentasi, uji
validitas dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan analisis SWOT, penelitian ini
menemukan bahwa Radio Republik Indonesia Banten 94,9 FM mempunyai
kekuatan diantaranya RRI Banten merupakan bagian dari pemerintah sehingga
permodalan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Kelemahan, yaitu Kekurangan personil dalam
struktur organisasi. Peluang, Segmentasi siaran yang dibidik oleh RRI adalah
masyarakat-masyarakat yang tidak terjangkau oleh hiburan-hiburan seperti halnya
TV dan radio-radio swasta lainnya di pelosok-pelosok daerah. Ancaman,
Banyaknya kompetitor seperti radio swasta, televisi, dan koran. Dari kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman tersebut, dapat ditentukan strategi yaitu,
memaksimalkan akses yang dimiliki untuk kerjasama serta merangkul pemerintah
untuk memudahkan perluasan jaringan, meningkatkan kualitas SDM karyawan
dengan promosi ke lain daerah, rotasi dan memberi reward, menambah
segmentasi PRO 2 yang kontennya untuk anak muda/remaja serta melengkapi
sistem siaran dengan audio dan video streaming.
Kata Kunci: RRI Banten, Analisis SWOT, Eksistensi
xv
Abstract
Annisa Nurprabandari. 6662102364. Essay. The strategy of RRI Banten in
building the existence as the broadcast public institution. Perceptor 1: Idi
Dimyati, S.Ikom.,M.Ikom and Perceptor II: Andin Nesia, S.IK., M.Ikom
RRI banten is the youngest RRI in Indonesia that begin the on air in 2012 and the
broadcast production is under the guidance RRI Jakarta. It’s operate on 94.9 FM
in Karundang, Serang. RRI Banten is the Programma (PRO 1) that’s the channel
of society empowerment, the broadcast segmentation it self is include for
universal category or universal age, so the management of 94.9 FM RRI Banten is
still under control RRI Jakarta (Central RRI). The purpose of this research is to
know the strategy of RRI Banten in building the existence as the public broadcast
institution. This research use qualitative approach with descriptive method that
needed some steps like: observation, interview, discussion research,
documentation, validity test, and make a conclusion. Based on the SWOT
analytical, the researcher found that 94.9 FM RRI Banten has a strength, such as:
RRI Banten is the part of the government, so the financial capital is come from the
calculation income and state expenditure or calculation income and region
expenditure. The weakness of the RRI Banten is lack of the staffin the organization
structure. The opportunity of RRI Banten is the broadcast segmentation that focus
on the communities that can’t reach by the other entertainment on the TV station
and the private Radios in the outlying region. Threat, its so many competitor such
private radio, television, and newspaper. From the strength, weakness,
opportunity and the threat above, the researcher found the strategy: maximizing
the access that RRI Banten have to work together and huddle up the government
to make the network expansion easier, increasing the quality of the employee
human resource with promote to the other region, rotation and give a reward,
adding the PRO 2 segmentation which is the contain is exclusive for the young
people/teenager and also completing the broadcast system with the audio and
video streaming.
Key Words: RRI Banten, SWOT analytical, Existence
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di Indonesia, radio merupakan alat komunikasi penting sejak negara ini
baru berdiri. RRI adalah salah satu radio tertua di Indonesia yang berdiri pada
tahun 1945 dan menurut UU No. 32/2002 tentang penyiaran, RRI adalah
Lembaga penyiaran publik (LPP), yang merupakan stasiun penyiaran yang
mendapatkan anggaran operasional dari APBN untuk stasiun pusat yang
berkedudukan di ibukota Jakarta dan APBD untuk stasiun daerah. Disamping itu,
dana operasionalnya dapat juga berasal dari iuran masyarakat serta usaha-usaha
stasiun tersebut yang sah.
Salah satu jaringan radio RRI pusat yaitu RRI Banten yang merupakan
stasiun tipe C atau stasiun siaran kelas C, yang berkedudukan di wilayah kota,
yang siaran produksinya di bawah naungan atau binaan RRI Jakarta, yang
beroperasi pada frekuensi 94,9 FM di daerah Karundang, Serang. Dengan
pemancar berkekuatan 5 Kwh RRI Banten mencoba memberikan siaran
berita/informasi, siaran pendidikan/budaya, dan hiburan untuk lingkup siaran
wilayah Kota/Kab Serang, Kota Cilegon, Kab. Pandeglang, Cikupa, dan Balaraja.
Dengan ditunjang karyawan yang berjumlah 14 orang, sebagai lembaga
penyiaran yang mengutamakan kepentingan publik, RRI Banten tetap beroperasi
dan terus membangun dan mengembangkan siaran, dan memperluas jaringan
dengan berbagai lembaga, serta mengembangkan organisasi yang dinamis efektif
1
2
dan efisien sesuai dengan visi dan misi yang diemban oleh RRI. Terkait dengan
RRI Banten yang merupakan stasiun di bawah naungan RRI Jakarta, maka, segala
sesuatu yang berhubungan dengan konten siaran, pendistribusian berita, bahkan
pembiayaan operasional masih membutuhkan subsidi anggaran dari pusat oleh
karena itu, sebagai lembaga penyiaran publik, yang berjaringan terluas, RRI
Banten masih berupaya terus membangun dan megembangkan siarannya.
Disadari atau tidak, banyaknya kompetitor juga merupakan suatu kendala
bagi RRI. Sekarang ini khususnya masyarakat di Banten lebih cenderung memilih
televisi dengan programnya yang cukup menarik dan variatif. Dan selain itu
masyarakat juga membagi porsi terhadap media massa, seperti koran, majalah,
media online. Namun hal tersebut merupakan kendala yang sehat, karena dengan
penggunaan gaya bahasa yang komunikatif oleh penyiar RRI saat berinteraksi
dengan pendengarnya tidak membuat RRI kehilangan popularitas hingga saat ini
RRI Banten masih terus tetap eksis, tetap ada pendengar spesial.
RRI Banten merupakan RRI termuda dari seluruh RRI di Indonesia yang
mulai mengudara pada tahun 2012. RRI Banten merupakan Programma 1 (PRO 1)
yang merupakan kanal pemberdayaan masyarakat, yang segmentasi program
siarannya digolongkan untuk semua golongan atau usia, sehingga manajemennya
masih diawasi oleh pusat.
Sebagai radio publik yang berada di daerah Banten, RRI Banten terus
mencoba membangun eksistensi, mengembangkan dan memperluas jaringan
penyiarannya dengan menambahkan kanal PRO 2 dengan frekuensi 101,6 FM
3
yang merupakan pusat kreatifitas anak muda yang segmentasi dan seluruh
siarannya ditujukan untuk anak muda.
Dengan menerapkan secara baik dan konsisten strategi manajemen
penyiaran tersebut, kiranya lembaga penyiaran publik RRI Banten akan mampu
membangun dan mengembangkan eksistensi di daerahnya, dan diharapkan RRI
Banten dapat berubah menjadi stasiun tipe B atau stasiun siaran kelas B. 1
Manajemen media penyiaran diterapkan untuk membangun eksistensinya sebagai
radio penyiaran publik. Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh penulis
sebelumnya, RRI Banten memiliki beberapa posisi yang tergabung dalam tim
penyiar, reporter, teknik, maupun layanan usaha. Satu hal yang menarik dengan
keterbatasan jumlah awak kru tersebut, RRI Banten menerapkan sistem
multifungsional bagi setiap karyawannya. Posisi yang ada dalam struktur
organisasi setiap karyawan memiliki peran ganda untuk tetap menjalankan
manajemennya. Seperti contohnya posisi penyiar diperkenankan merangkap
menjadi reporter. Hal ini menjadi sesuatu yang tidak biasa dalam pengelolaan
suatu media penyiaran. Oleh karena itu, manajemen media penyiaran merupakan
manajemen yang unik dan tidak biasa dibandingkan dengan manajemen yang
lainnya.
RRI pada awalnya merupakan lembaga yang dibawah naungan
Departemen Penerangan yang status karyawannya adalah pegawai negeri sipil
atau PNS. Dan setelah RRI tidak bernaung lagi dengan Departemen Penerangan,
yang sekarang menjadi Kementerian Komunikasi dan Informasi, RRI menjadi
1
Hasil wawancara dengan bapak Engkay Karsila, Kepala Seksi Pencitraan RRI Jakarta. Tgl. 30
Januari dan 3 Maret 2014
4
LPP dan pegawai lama yang dulu masih dalam naungan Departemen Penerangan
tersebut, statusnya Pegawai Negeri Sipil. Sementara untuk pegawai yang baru,
disebut Pegawai Bukan Pegawai Negeri Sipil atau PBPNS. Perekrutan karyawan
baru, ditentukan kemampuan dan disesuaikan dengan kebutuhan dari tiap-tiap
stasiun.
RRI menduduki posisi penting pada era awal pembangunan nasional di
masyarakat maupun media massa. RRI tidak lagi menjadi media penyiaran tanpa
saingan, karena semakin bermunculan radio siaran swasta maupun televisi.
Namun hal tersebut tidak menyurutkan eksistensi RRI hingga sekarang. Dengan
program-program yang disajikan RRI yang meliputi siaran pendidikan, seni
budaya, musik dan hiburan, berita, dan lain-lain. Dengan berbagai program yang
disajikan tersebut RRI mencoba tetap eksis di media penyiaran di tengah
persaingan yang begitu ketat, dengan cara terus memperbaiki mutu program agar
tetap diminati oleh masyarakat.
Hingga saat ini RRI mempunyai 250 stasiun di seluruh Indonesia dan
RRI menggunakan frekuensi AM (Amplitude Modulation) untuk di luar kota, FM
(Frekuansi Modulation) untuk di dalam kota, dan SW (Short Wave) untuk diluar
negeri. Salah satu keunggulan RRI adalah menggunakan satelit Palapa C2 untuk
sistem komunikasinya, sehingga bisa siaran dimana saja dan jangkauannya luas.
Sebagai upaya untuk menyiasati agar RRI semakin berkembang, maka
RRI mengembangkan siarannya yang dulu RRI hanya audio fining saja, tetapi
dengan mengimbangi dari teknologi canggih itu sekarang melengkapi dengan
5
audio streaming dan video streaming. Bahkan ada fasilitas di Smartphone
Android yaitu RRI Play yang bisa didengarkan di mana saja.
Berbeda dengan radio lainnya, RRI adalah lembaga penyiaran publik,
satu-satunya radio yang menyandang nama negara, siarannya ditujukan untuk
kepentingan publik seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah negara
kesatuan Republik Indonesia bahkan di daerah perbatasan dan pelosok-pelosok di
Indonesia.
Di setiap stasiun RRI, minimal mempunyai empat programma (PRO)
meliputi kanal PRO 1 Pusat siaran pemberdayaan masyarakat, PRO 2 Pusat
siaran kreatifitas anak muda, PRO 3 Pusat siaran jaringan berita nasional, PRO 4
Pusat siaran budaya dan pendidikan, dan Voice of Indonesia (VOI) siaran luar
negeri dengan 8 bahasa asing.
Strategi manajemen media radio seperti RRI, tidak dapat dilepaskan dari
strategi program, manajemen, dan pemrograman dari stasiun secara keseluruhan.
Dalam hal ini, radio penyiaran publik seperti RRI mempunyai kekuatan tersendiri
yaitu RRI sebagai fasilitas lembaga pemerintahan untuk memberikan aspirasi
yang tidak mungkin disaingi oleh stasiun radio swasta niaga sebagai pesaing
terberat stasiun RRI. Selain itu RRI merupakan jaringan dengan frekuensi yang
luas, mempunyai kanal-kanal tersendiri dengan frekuensi yang berbeda disetiap
programmanya. Persoalannya tinggal bagaimana mengelola perusahaan agar dapat
terus membangun dan mengembangkan eksistensinya.
6
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik dan mencoba
untuk mengangkat sebagai topik penelitian dengan judul “Strategi RRI Banten
Dalam Membangun Eksistensi Sebagai Lembaga Penyiaran Publik”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
“Bagaimana strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga
penyiaran publik.”
1.3
Identifikasi Penelitian
1. Bagaimana strategi RRI Banten menggunakan kekuatan (strength) untuk
membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik?
2. Bagaimana strategi RRI Banten meminimalkan kelemahan (weakness)
untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik?
3. Bagaimana strategi RRI Banten memanfaatkan peluang (opportunities)
untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik?
4. Bagaimana strategi RRI Banten menghindari ancaman (threat) untuk
membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik?
1.4
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten menggunakan kekuatan
(strength) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik.
7
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten meminimalkan
kelemahan (weakness) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga
penyiaran publik.
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten memanfaatkan peluang
(opportunities) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran
publik.
4. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten menghindari ancaman
(threat) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik.
1.5
Manfaat Penelitian
Aspek Teoritis
Diharapkan penulis dapat mengaplikasikan materi-materi pengajaran
mengenai ilmu komunikasi khususnya mengenai komunikasi massa dan
organisasi serta dapat memberikan sumbangan pemikiran guna melakukan
pengembangan teori-teori komunikasi dan dapat memberi wawasan baru dalam
studi komunikasi, khususnya studi kehumasan.
Aspek Praktis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan
khususnya bagi RRI agar dapat lebih menjaga eksistensinya. Dan penelitian ini
juga diharapkan agar penulis mendapatkan pengetahuan lebih mengenai teori yang
dipelajari serta fakta yang terdapat di lapangan, serta menerapkan ilmu yang
sudah diperoleh dalam realita kehidupan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Konseptual
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari
kata Latin Communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama
(communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata
komunikasi yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan
dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan
bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam
kalimat “kita berbagi pikiran”, “kita mendiskusikan makna”, dan “kita
mengirimkan pesan”2
Komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari
seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila timbul
saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan penerima
informasi dapat memahami.3
2
Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya. hal.41
Prof. Drs. HAW Widjaja. 2002 Komunikasi (Komunikasi dan hubungan masyarakat). PT. Bumi
Aksara. Hal. 8
3
8
9
Adapun beberapa definisi komunikasi yang dikutip dari Riswandi adalah
sebagai berikut:4
1. Komunikasi adalah suatu proses melalui dimana seseorang
komunikator menyampaikan stimulus (biasanya dalam
bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk
perilaku orang lainnya atau khalayak (Carl Hovland &
Kelley).
2. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa,
kepada siapa dan dengan akibat apa atau hasilnya apa, (Who
says what in which channel to whom and with what effect)
(Harrold Lasswell).
3. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi,
gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan
simbol-simnol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan
lain-lain (Bernard Berelson & Gary A. Steiner).
4. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran
seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya
(Weaver).
5. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari
semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang)
menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih (Gode).
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari komunikator
kepada komunikan. Proses komunikasi tentunya tidak dapat terlepas dari
kehidupan manusia. Karena memang pada dasarnya manusia adalah makhluk
sosial yang perlu bersosialisasi dengan sesama untuk memenuhi kebutuhannya.
Dalam hal ini, penulis mendeskripsikan bahwa komunikasi akan dapat berhasil
baik apabila pihak si pengirim dan si penerima informasi dapat memahami. Hal
ini tidak berarti bahwa kedua belah pihak harus menyetujui suatu gagasan
tersebut, yang penting adalah kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan
tersebut. Dalam hal seperti inilah baru dapat dikatakan bahwa komunikasi telah
berhasil dengan baik.
4
Riswandi, 2009. Ilmu Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, Hal. 1-2
10
Dari sini dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi dapat berhasil
dengan baik apabila ada saling pengertian dan pemahaman makna antara pihak
komunikator (pemberi informasi) dan pihak komunikan (penerima informasi).
Informasi tersebut dapat berupa rencana-rencana, instruksi-instruksi, petunjukpetunjuk, saran-saran, dan sebagainya.
2.1.2 Komunikasi Massa dan Media Massa
Banyak definisi tentang komunikasi massa, yang telah dikemukakan para
ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun,
dari sekian banyak definisi itu, ada benang merah kesamaan definisi satu sama
lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
(media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi
massa berasal pengembangan kata media of mass communication (media
komunikasi massa). Media massa apa? Media massa (atau saluran) yang
dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang
bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung,
gamelan, dan lain-lain. Jadi, disini jelas media massa menunjuk pada hasil produk
teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.
Lalu apa media massa dalam komunikasi massa? Ada banyak versi juga
tentang bentuk ini. Namun, dari sekian banyak definisi bisa dikatakan media
massa bentuknya antara lain media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat
kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Dalam perkembangan komunikasi massa
yang sudah sangat modern dewasa ini, ada satu perkembangan tentang media
11
massa, yakni ditemukannya internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tidak
ada, bentuk media dari definisi komunikasi massa yang memasukkan internet
dalam media massa. Padahal jika ditinjau dari ciri, fungsi dan elemennya, internet
jelas masuk dalam bentuk komunikasi massa. Dengan demikian, bentuk
komunikasi massa bisa ditambah dengan internet.5
Komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara, yakni, pertama,
komunikasi oleh media, dan kedua, komunikasi untuk massa, namun ini tidak
berarti komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap
cenderung memilih khalayak, dan demikian pula sebaliknya khalayak pun
memlih-milih media.
Komunikasi massa memiliki beberapa karekteristik. Karakteristik
terpenting pertama komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah. Memang
ada televisi atau radio yang mengadakan dialog interaktif yang melibatkan
khalayak secara langsung, namun itu hanya untuk keperluan terbatas. Kedua,
selalu ada proses seleksi.6
Industri media massa menggambarkan delapan jenis usaha atau bisnis
media massa. Kata industri ketika dipakai untuk menggambarkan usaha/bisnis
media, menekankan tujuan utama dari media massa untuk menghasilkan uang.
Kedelapan industri media tersebut adalah buku, surat kabar, majalah, rekaman,
radio, film, televisi, dan internet.7
5
Nurudin, M.Si, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007 hal.3-5
Rivers, WL, Jensen JW, Peterseon, Theodore, 2003, Media Massa dan Masyarakat Modern Edisi
Kedua, Jakarta: Prenada Media.hal. 18-19
7
Biagi, Shirley, 2010, Media/Impact: Pengantar Media Massa, Jakarta: Salemba Humanika. Hal.
11
6
12
Media massa dalam pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori,
yakni media massa cetak dan media elektronik. Media elektronik yang yang
memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media online
(internet).8
Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama
hampir satu abad lebih keberadaannya radio siaran telah berhasil mengatasi
persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, televisi kabel,
elektronic games, dan personal casset players.9
2.1.3 Media Penyiaran
Penyiaran atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Broadcasting,
adalah keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai dari penyiapan
materi produksi, produksi, penyiapan bahan siaran, kemudian pemancaran sampai
kepada penerimaan siaran tersebut oleh pendengar/pemirsa di satu tempat.10
Perkembangan
media
komunikasi
modern
dewasa
ini
telah
memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini
dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan
sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio dan televisi
merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai
audiensnya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenanya media penyiaran
8
Ardianto, Elvinaro, Drs, Msi., Komala, Lukiati, Dra, Msi., Karlimah, Siti,Dra,M.Si, 2007,
Komunikasi Massa Suatu Pengantar, hal. 103
9
Ibid. Hal. 123
10
Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi, 2011, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi,
Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana. Hal. 45
13
memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya
dan khususnya ilmu komunikasi massa.
Kemampuan media penyiaran untuk menyampaikan pesan kepada
khalayak luas menjadikan media penyiaran sebagai objek penelitian penting
dalam ilmu komunikasi massa, disamping ilmu komunikasi lainnya yaitu ilmu
komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dann komunikasi organisasi.
Media penyiaran merupakan organisasi yang menyebarkan informasi
yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan
budaya dalam masyarakat. Oleh karena itu, seperti politik atau ekonomi, media
massa khususnya media penyiaran merupakan suatu sistem tersendiri yang
merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas.11
Diambil dari kajian literatur kepenyiaran, Chester, Garrison, dan Willis
dalam bukunya “television and radio” (dalam Harley Prayudha, 2005:23)
menyatakan bahwa “penyiaran sebagai pancaran melalui ruang angkasa oleh
sumber frekuansi dengan sinyal yang mampu diterima di telinga atau di dengar
dan dilihat oleh publik”. Beberapa tipe penyiaran: penyiaran bunyi standar AM
(Amplitude Modulation) dan penyiaran FM (Frekuansi Modulation) bentuk
ketepatan tinggi dari bunyi pancaran, televisi, pancaran dari gambar dan bunyi.
Media penyiaran dapat diklasifikasikan jenisnya menurut UU No.
32/2002 tentang penyiaran, yaitu sebagai lembaga penyiaran yang terdiri dari jasa
penyiaran radio dan televisi. Dalam hal ini, media penyiaran dapat
dikalsifikasikan sebagai (Pasal 13 UU tersebut):
11
Morissan, 2011, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi,
Jakarta:Kencana Prenada Media Group. Hal. 13-14
14
1. Lembaga penyiaran publik (LPP), merupakan stasiun penyiaran yang
mendapatkan anggaran operasional dari APBN untuk stasiun pusat yang
berkedudukan di ibukota Jakarta dan APBD untuk stasiun daerah.
Disamping itu, dana operasionalnya dapat juga berasal dari iuran
masyarakat serta usaha-usaha stasiun tersebut yang sah. LPP yang
dimaksudkan adalah RRI dan TVRI.
2. Lembaga Penyiaran Swasta (LPS), merupakan stasiun penyiaran yang
mendapatkan anggaran operasional secara swadaya melalui potensi siaran
iklan dan jasa-jasa lain seperti pembuatan produksi yang terkait dengan
penyelenggaraan penyiaran. Mempunyai wilayah siaran secara lokal dan
berjaringan secara terbatas. Berjaringan secara terbatas diatur mengikuti
skema tertentu, yaitu berdasarkan potensi ekonomi satu daerah yang
masuk dalam jaringannya. Penentuan skema ini didasarkan pada asas
keadilan, sehingga masing-masing LPS tidak saling dirugikan.
3. Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK), merupakan stasiun penyiaran yang
mendapatkan
anggaran
operasional
secara
swadaya
yaitu
dari
pengumpulan donasi komunitasnya atau pihak-pihak yang bersimpati.
Dalam UU penyiaran, LPK dilarang untuk mendapatkan dana dari siaran
iklan. Mempunyai wilayah siaran yang terbatas (radius 2,5 km) dan
berdaya pancar maksimum 50 watt (Pasal 5 PP No. 51/2002). Menurut
pasal 3 PP tersebut dijelaskan, bahwa LPK didirikan oleh komunitas
15
dalam wilayah tertentu, bersifat independen, tidak komersial, dan hanya
untuk melayani kepentingan komunitasnya.12
Perkembangan media penyiaran di Indonesia semakin pesat, jenisnya pun
semakin beragam, yakni televisi, radio, internet, dan juga media cetak. Diantara
media-media tersebut, radio menjadi salah satu media penyiaran yang cukup
menarik dan juga unik.
Menurut Dodi Mawardi (2007) radio adalah media auditif, yang hanya
bisa dinikmati dengan alat pendengaran. Radio menjadi media penyampai
gagasan, ide dan pesan melalui gelombang elektromagnetik, berupa sinyal-sinyal
audio.
Sedangkan
penyiaran
radio
menurut
Undang-undang
Penyiaran
No.32/2002 adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran
dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan
spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk
dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat
penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Radio sebagai media komunikasi berjenis-jenis, tetapi hanya radio siaran
(radio broadcast) yang merupakan media massa, tidak demikian radio telegrafi,
radio telefoni seperti radio CB (Citizen Band), dan lain-lain, yang sifatnya
interpersonal.
Sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media
massa, radio siaran mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa
12
Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi, 2011, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi,
Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana. Hal. 59-60
16
lainnya. Jelas berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak, juga
dengan film yang bersifat mekanik optik. Dengan televisi, kalaupun ada
persamaannya dalam sifatnya yang elektronik, terdapat perbedaan, yakni radio
sifatnya audial, televisi audio visual.
Penyampaian pesan melaui radio siaran dilakukan dengan menggunakan
bahasa lisan, kalaupun ada lambang-lambang nirverbal, yang dipergunakan
jumlahnya sangat minim, umpamanya, tanda waktu pada saat akan memulai acara
warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu alat musik.
Keuntungan radio siaran bagi komunikan adalah sifatnya auditori dan
santai untuk didengarkan, lebih mudah orang menyampaikan pesan dalam bentuk
acara yang menarik, dan orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan,
sambil tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil.
Namun, dengan sifatnya yang lain, yakni “sekilas dengar”, pesan yang
sampai kepada khalayak hanya sekilas saja, begitu terdengar, begitu hilang. Arus
balik tidak mungkin pada saat itu. Pendengar yang tidak mengerti atau ingin
memperoleh penjelasan lebih jauh, tak mungkin meminta kepada penyiar untuk
mengulang lagi.
Karena kelemahan itulah, maka radio siaran banyak dipelajari dan diteliti
untuk mencari teknik-teknik yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut
sehingga komunikasi melalui radio siaran lebih efektif.13
Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan
Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman orde baru. Dengan
13
Effendy, Onong Uchjana. 1990. Radio Siaran, Teori dan Praktek. Bandung, CV. Mandar Maju.
Hal. 13-19
17
peralatan siaran peninggalan Belanda dan Jepang, Radio Republik Indonesia
(RRI) diresmikan berdirinya pada tanggal 11 September 1945, yaitu hari yang
bertepatan dengan pertemuan terakhir dari beberapa pertemuan yang membahas
visi dan misi RRI selaku lembaga penyiaran negara yang merdeka. 14
Di zaman orde baru, sampai akhir tahun 1966, RRI adalah satu-satunya
radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintahan. Peran dan
fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan
hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara
pendidikan dan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil adalah “Siaran
Pedesaan” yang mulai diudarakan pada bulan September 1969 oleh stasiun RRI
regional. Selanjutnya, stasiun RRI regional juga membantu menginformasikan
program-program pemerintahan, seperti Keluarga Berencana, transmigrasi,
kebersihan lingkungan, imunisasi ibu hamil dan balita.15
RRI merupakan radio yang mempunyai jaringan siaran terbesar di
Indonesia, yaitu 60 stasiun dengan 191 program di Indonesia. Berdasarkan
penelitian yang diselenggarakan Universitas Indonesia pada 2003, RRI telah
menjangkau 83 persen penduduk Indonesia.
RRI mempunyai format stasiun seperti pengaturan sebelumnya, hanya
saja mengalami perubahan sebutan. Stasiun Pusat Jakarta menjadi stasiun Cabang
Utama, Stasiun Regional-I menjadi Stasiun Cabang madya, dan Stasiun RegionalII menjadi stasiun Cabang Pratama. Tetapi dengan diundangkannya PP No.
14
Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi, 2011, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi,
Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana. Hal. 17
15
Ardianto, Elvinaro, Drs, Msi., Komala, Lukiati, Dra, Msi., Karlimah, Siti,Dra,M.Si, 2007,
Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Hal.125-126
18
12/2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik RRI, maka stasiun RRI ini menjadi
kelas-A, Kelas-B, Kelas-C. Sementara kewajiban wilayah jangkauan serta level
pejabatnya dalam tataran kepegawaian negeri sesuai dengan pengaturan
sebelumnya.16
Menurut kelas dalam jaringan nasional, berarti dari strata dalam
organisasi lembaga penyiaran tersebut. Nomenklatur kelas ini dicantumkan dalam
peraturan pemerintah No. 12/2005 tentang LPP RRI pasal 18. Dalam hal ini,
media penyiaran dapat diklasifikasikan sebagai:
1. Media penyiaran kelas A, merupakan stasiun pusat yang berkedudukan di
ibukota Jakarta
2. Media penyiaran kelas B, merupakan stasiun daerah yang berkedudukan di
ibukota Provinsi
3. Media penyiaran kelas C, merupakan stasiun daerah yang berkedudukan di
ibukota wilayah kota (walikota)17
Setelah kurang lebih selama 60 tahun RRI menjadi corong pemerintah,
maka berdasar UU No.32 tahun 2002, tentang Penyiaran, PP 11 tahun 2005
tentang Lembaga Penyiaran Publik, serta PP 12 tahun 2005, RRI dikukuhkan
sebagai satu-satunya lembaga penyiaran publik yang dapat berjaringan secara
nasional dan dapat bekerja sama dalam siaran dengan lembaga penyiaran Asing.
Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia adalah
lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara,
bersifat independen, netral dan tidak bersifat komersial yang tugasnya adalah
16
Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi, 2011, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi,
Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana. Hal. 21
17
Ibid. Hal. 59
19
memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat yang siarannya berupa
siaran informasi, pelestarian budaya, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol
sosial dan menjaga citra positif bangsa di dunia Internasional.
Maraknya kemunculan stasiun radio siaran swasta niaga yang semakin
lama semakain banyak itu menyadari betapa pentingnya kedudukannya dan
fungsinya di masyarakat, tetapi di lain pihak menyadari pula betapa banyaknya
dan sulitnya hambatan yang harus diterjang dan masalah yang harus dipecahkan.
Karena itu stasiun-stasiun radio swasta niaga sejak 1974 berhimpun dalam satu
wadah yang dinamakannya Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia,
disingkat PRSSNI.
Bagi RRI, PRSSNI ini tidak merupakan saingan, bahkan dianggapnya
sebagai mitra dalam memanfaatkan media elektronik itu dalam melancarkan
pembangunan nasional di seluruh nusantara.
Radio swasta niaga yang menghimpun diri pada PRSSNI itu dalam
operasinya menghibur, mendidik, dan menyajikan informasi kepada masyarakat,
tampak berkembang kendati tidak sedikit hambatan yang harus dihadapi. Paling
tidak terdapat tiga masalah yang perlu segera di diatasinya. Menurut mingguan
Tempo No. 41 Tahun XIX-9 Desember 1989, halaman 26, masalah tersebut,
pertama, perizinannya yang harus diperbaharui setahun sekali; kedua, tunggakan
biro iklan; ketiga, diberlakukannya UU Hak Cipta bagi setiap lagu yang disiarkan
stasiun radio.
Dalam
perkembangannya,
untuk
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya, lebih-lebih untuk mengusahakan peningkatan, radio siaran swasta niaga
20
dituntut untuk lebih kreatif, sebab sebagai radio komersial yang hidup dari iklan,
kehilangan pelanggan merupakan masalah yang tidak mudah diatasi.
Dalam hal itu RRI sendiri sebagai stasiun radio siaran milik pemerintah,
satu-satunya radio siaran yang mempunyai jaringan di seluruh Indonesia,
meskipun pembiayaan dijamin pemerintah, tidak berarti boleh pasif dalam
kreatifitas. Kenyataan menunjukkan diakui atau tidak oleh insan-insan RRI
pendengar di kota-kota besar sering lebih tertarik oleh stasiun-stasiun radio swasta
niaga karena acaranya yang bervariasi dan yang memenuhi selera khalayak. 18
2.2 SWOT Sebagai Cara Membentuk Strategi
Strategi diperlukan untuk mencapai apa yang dikehendaki. Termasuk
RRI dalam membangun eksistensinya agar dapat mencapai visi misinya sebagai
media radio penyiaran publik. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan
(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan.19 Strategi juga
merupakan arah yang dipilih organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya.
Pengertian strategi juga di ungkapkan Arifin sebagai keseluruhan keputusan
kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. 20
Berdasarkan pengertian tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
strategi adalah perencanaan tentang tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu.
18
Efendy, Onong Uchjana. 1990. Radio Siaran, Teori dan Praktek. Bandung, CV. Mandar Maju.
Hal. 67-69
19
Effendi, Onong Uchjana. 2007, Komunikasi : Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hal. 32
20
Anwar, Arifin, 2007, Strategi Komunikasi (Sebuah Pengantar Ringkas), Bandung. CV. Armico.
Hal.59
21
Salah satu teknik yang digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan adalah teknik analisis
SWOT. Teknik analisis SWOT dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin
proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960an dan 1970an
dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan fortune 500. Pada awal
mulanya, analisis SWOT digunakan untuk manajemen organisasi bisnis,
kemudian digunakan juga untuk organisasi lain dan juga individu.
Analisis SWOT menurut Albert Humphrey (1970) adalah metode
perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini
melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak
dalam mencapai tujuan tersebut.21
Dalam manajemen strategis, analisis utama merupakan awal proses
perumusan strategi. Selain itu, analisis strategi juga mengharuskan para pimpinan
perusahaan untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang
eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping memperhatikan ancamanancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal. Mengingat bahwa SWOT
adalah akronim untuk Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities
(peluang), dan Threat (ancaman) dan sebuah organisasi, yang semuanya
merupakan faktor-faktor strategis.
21
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/viewFile/1612/1608 diakses pada 19
Maret 2014 pukul 10.36 WIB
22
Analisis SWOT merupakan kerangka pilihan karena kesederhanaannya
dan kemampuannya untuk menggambarkan esensi dari formulasi strategi yang
baik, menyesuaikan peluang dan ancaman suatu perusahaan dengan kekuatan dan
kelemahannya. Tetapi analisis SWOT merupakan pendekatan konseptual yang
sangat luas, sehingga rentan terhadap beberapa kelemahan utama dan keterbatasan
analisis SWOT itu sendiri yaitu, (1) analisis SWOT dapat terlalu menekankan
kekuatan internal dan menganggap remeh ancaman eksternal; (2) analisis SWOT
dapat bersifat statis dan beresiko mengabaikan kondisi yang berubah; (3) analisis
SWOT dapat terlalu menekankan pada satu kekuatan atau elemen strategi; (4)
suatu kekuatan tidak selalu menjadi keunggulan kompetitif.
Secara ringkas, analisis SWOT merupakan suatu pendekatan tradisional
yang sudah lama digunakan oleh para pembuat strategi untuk melakukan analisis
internal. Analisis ini menawarkan usaha umum untuk menilai kapabilitas internal
dengan mempertimbangkan faktor eksternal, terutama peluang dan ancaman
utama. Analisis ini memiliki keterbatasan yang harus dipertimbangkan jika akan
digunakan sebagai landasan bagi proses pengambilan keputusan strategis
perusahaan.22
Hunger dan Wheelen menggambarkan alur analisis SWOT yang menjadi
cara untuk membentuk strategi dalam sebuah sistem manajemen. Pemetaan
strategi-strategi tersebut secara jelas dan terperinci dapat dilihat pada bagan
berikut.
22
Pearce, John & Robinson, Richard. 2011, Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan
Pengendalian, Jakarta: Salemba Empat. Hal. 206-207
23
Tabel 2.1
Matriks SWOT Penentuan Strategi
Faktor Internal
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Faktor Eksternal
Strategi menggunakan kekuatan Strategi memanfaatkan Peluang
Peluang (O)
untuk memanfaatkan peluang untuk
(SO)
mengatasi
(WO)
Strategi menggunakan Kekuatan Strategi
Ancaman (T)
untuk
Kelemahan
menghindari
(ST)
meminimalkan
Ancaman Kelemahan dan menghindari
Ancaman (WT)
Sumber: Hunger dan Wheelen, (1996: 231)
Berdasarkan bagan, maka penjelasan dari matriks SWOT (Strength,
Weakness, Opportunities, dan Threats) tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pada blok berlabel (SO), berisi peluang eksternal dalam lingkungan
perusahaan saat ini dan yang akan datang. Peluang merupakan situasi yang
sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan
kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang
harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif.
2. Pada blok berlabel (ST), berisi ancaman eksternal yang dihadapi
perusahaan saat ini dan yang akan datang. Perusahaan menghadapi
berbagai ancaman, tetapi perusahaan masih memliki kekuatan dari segi
internal. Strategi yang harus diterapkan adalah dengan menggunakan
24
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diversifikasi (produk/pasar).
3. Pada blok berlabel (WO), berisi bidang-bidang khusus kekuatan
perusahaan saat ini dan yang akan datang. Perusahaan menghadapi
peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, perusahaan
menghadapi
beberapa
kendala/kelemahan
internal.
Fokus
strategi
perusahaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik.
4. Pada blok berlabel (WT), berisi bidang-bidang khusus kelemahan
perusahaan saat ini dan yang akan datang. Merupakan situasi yang sangat
tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman
dan kelemahan internal.23
Selanjutnya dibuatlah sekumpulan strategi berdasarkan kombinasi
tertentu dari empat kumpulan faktor strategi tersebut. Jadi, analisis SWOT dapat
menjadi alat untuk mengidentifikasi kapabilitas atau kemampuan suatu
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, RRI harus memiliki strategi-strategi untuk
mengetahui sejauh mana manajemen itu dapat berfungsi dengan baik. Dengan
kata lain, SWOT akan menjadi sebuah instrumen atau alat yang digunakan untuk
mengetahui strategi manajemen RRI dalam membangun eksistensinya sebagai
lembaga penyiaran publik.
23
Hunger, David dan Wheelen, Thomas, 1996, Manajemen Strategis, Yogyakarta. Andi. Hal. 235
25
2.3. Teori Niche (Ekologi Media)
Teori Niche muncul dari disiplin Ekologi. Ekologi merupakan konsep
sentral dalam penelitian tentang kompetisi antar industri media. Ekologi
berkenaan dengan hubungan timbal balik antara mahkluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya (Rachmat Kriyantono, 2006:272).
Teori
Niche sebenarnya bukanlah teori yang baru. Teori ini sudah
dikembangkan sejak tahun 1960-an oleh para ahli ekologi seperti S.A. Levins
(1957), R. Levins (1968), Ricklefs (1979) E.R. Pianka (1975) dan R.H. Whittaker
(1973). Niche dapat diartikan sebagai “ceruk”, “relung” atau “ruang kehidupan”.
Fokus pembahasannya adalah mengenai proses, ciri-ciri, hubungan dan interaksi
antar populasi dalam upaya mempertahankan kehidupannya (Sendjaja, 1993).
Teori niche dapat digunakan untuk riset tingkat kompetisi antar media
massa, baik surat kabar, radio maupun televisi. Teori ini juga dapat digunakan
untuk mengukur persaingan antar program PR beberapa perusahaan. Bagi praktisi
PR, riset ini berguna sebagai upaya melakukan monitoring lingkungan eksternal,
misalnya untuk mengukur persaingan dengan kompetitor.
Dan teori ini bila diaplikasikan pada media massa bisa disebut sebagai
“ekologi media”. Ekologi Media (Teori Niche) berkenaan dengan hubungan
timbal balik antara media massa dengan lingkungan penunjangnya. Media
berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi ini sama dengan hubungan yang
terjadi antara mahkluk hidup dengan lingkungan tempatnya hidup. Dalam proses
interaksi
ini
memungkinkan
terjadi
kompetisi
dalam
mempertahankan
kehidupannya. Pada industri media, masing-masing populasi terdiri dari media-
26
media yang secara tidak langsung membentuk suatu kelompok yang hidup dari
sumber daya yang sama. Misalnya populasi surat kabar, populasi radio atau
populasi televisi (Rachmat Kriyantono, 2006:271-272). Dan kompetisi antar
sesama warga populasi cenderung lebih ketat dibandingkan dengan kompetisi
antar populasi seperti antar surat kabar (Tevfik Dalgic, 2007:90).
Lewin (dalam Sendjaja, 1993) mengatakan bahwa sifat interaksi antar
makhluk hidup yang tinggal di suatu lingkungan, tergantung pada tiga faktor
yaitu:
1. Niche Breadth : daerah atau ruang sumber penunjang kehidupan yang
ditempati oleh masing-masing individu atau tingkat hubungan antara
populasi dengan sumber penunjang.
2. Niche Overlap : penggunaan sumber penunjang kehidupan yang sama dan
terbatas oleh dua mahkluk hidup atau lebih sehingga terjadi tumpang
tindih atau derajat persamaan ekologis atau kompetisi antar populasi
dalam memperebutkan sumber penunjang.
3. Jumlah seluruh sumber daya yang dapat digunakan oleh seluruh populasi.
Selanjutnya, kompetisi antar industri media adalah kompetisi untuk
memperebutkan sumber penunjang kehidupan. Menurut John W. Dimmick dan
Eric Rohtenbuhler (1984) mengatakan bahwa sumber penunjang kehidupan media
ada tiga yaitu :
1. Pertama, capital, yang meliputi struktur permodalan dan pemasukan iklan.
2. Kedua, types of content, yang menunjukkan aspek program dan atau jenis
isi media. Faktor konten merupakan deskripsi isi dari media yang
27
bersangkutan, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai rubrikasi/program
acara yang ada.
3. Ketiga, types of audience, yang menunjukkan jenis khalayak sasaran atau
target audien. Faktor audien pada dasarnya dapat dilihat melalui dua hal
yaitu dari data asumsi/profil media yang bersangkutan atau dari penelitian
khusus untuk mengetahui profle khalayak dan kebutuhan konsumsi media
mereka.
Ketiga sumber penunjang tersebut merupakan tiga tiang utama yang
menjadi penyangga – sekaligus sumber “makanan” bagi media agar dapat survive
dan mengembangkan dirinya dalam situasi kompetisi yang ketat. 24
2.4 Eksistensi RRI Banten Sebagai Lembaga Penyiaran
Berbicara mengenai eksistensi RRI, sampai sekarang RRI masih eksis
karena segmentasi yang di bidik oleh RRI itu adalah bukan hanya dalam kota
tetapi justru yang paling jauh itu di daerah-daerah makanya RRI Banten itu sangat
direspon oleh gubernur karena Banten itu kan bentuknya masih terpencil-pencil,
dan informasi yang paling cepat disampaikan kepada masyarakat adalah radio.
RRI merupakan Lembaga publik, tidak boleh komersial atau menjadi
pesaing radio swasta, tapi perlu diingat peran publiknya jangan sampai diambil
radio swasta. Ketika radio swasta hanya melayani daerah-daerah komersial yang
berpotensi secara ekonomi seperti di kota-kota besar di segmen-segmen yang
memang laku dijual, laku iklannya, maka LPP harus memberikan layanan yang
24
http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/1.-anita-herawati-dan-setia-Budi-107-130.pdf diakses
pada tanggal 18 Juni 2014 pukul 13.30
28
bukan sekedar "yang laku", bukan melihat apa yang diinginkan publik, tapi apa
yang dibutuhkan publik. Seperti halnya berita terkait pemilu, yang harus
dipertahankan RRI adalah sisi edukatifnya, bukan emosional, sensasional, dan
konfliknya.
Sehingga, tantangan bagi RRI Pro 1 FM Banten adalah tercapainya
keberhasilan untuk meraih target pendengar sesuai dengan segmentasi dan meraih
eksistensi sebagai radio publik sehingga dapat bersaing dengan radio-radio lain
yang mempunyai kesamaan acara dan segmentasi pendengar. Selain itu, RRI Pro
1 FM juga dapat merubah pandangan masyarakat tentang image RRI yang baru
dan berbeda dengan RRI yang lama pada persepsi masyarakat secara luas dengan
tetap bertanggung jawab sebagai lembaga penyiaran publik yang independen,
netral dan tidak komersial yang berfungsi memberikan pelayanan siaran
informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial, serta menjaga citra
positif bangsa di dunia internasional melalui UU No. 32 tahun 2002 tentang
Penyiaran, serta PPRI 12 tahun 2005.
Menurut
kamus
besar
Bahasa
Indonesia
Eksistensi
adalah
keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut
Abidin Zaenal (2007:16):
“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu menjadi
atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri,
yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau
mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti,
melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan
atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan
dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya.”25
25
http://lib.unnes.ac.id/18278/1/8111409078.pdf diakses pada 6 Mei pukul 09.00
29
Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa pada dasarnya RRI Pro 1 FM
Banten tidak akan mengalami kemunduran, terutama dalam hal keuangan. Hal ini
dikarenakan RRI Pro 1 FM Banten adalah bagian dari lembaga penyiaran publik
yang mendapatkan dana operasional langsung dari pemerintah. Sesuai dengan UU
no. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran pasal 15, sumber pembiayaannya berasal
dari: iuran penyiaran, APBN atau APBD, sumbangan masyarakat, siaran iklan,
dan usaha lain yang sah terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. RRI Pro 1 FM
Banten pada dasarnya tidak memerlukan adanya perubahan segmentasi, karena
RRI Pro 1 FM Banten tidak bersifat komersial dan tidak bergantung pada
masuknya iklan dari pihak lain yang membutuhkan kreativitas dan target jumlah
pendengar dalam beriklan. Tetapi pada implementasinya, RRI Pro 1 FM Banten
tetap berusaha menyejajarkan diri dengan radio swasta lainnya yang memiliki
beberapa
kesamaan
dengan
melakukan
strategi
perubahan
segmentasi
pendengarnya.
Tantangan untuk RRI Banten sekarang ialah bagaimana menformat
kontennya agar menarik, tidak hanya untuk golongan usia dewasa, namun juga
untuk anak muda yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Namun di
samping itu, RRI Banten harus tetap konsisten untuk tetap menjaga kualitas
siarannya agar sesuai dengan visi misi sebelumnya yaitu sebagai radio yang
membangun karakter bangsa berkelas dunia. Karena itu RRI Banten kemudian
mulai mengembangkan RRI pro 2 yang memang format acaranya ditujukan bagi
anak muda. Dalam hal ini RRI harus kreatif agar dapat menjadi perangsang,
30
pemicu dan penggerak hati pendengar agar dapat berpikir dan berbuat lebih untuk
bangsa ini.
Untuk dapat memperoleh awareness dan perhatian dari masyarakat, RRI
Banten
sebagai
radio
nasional
dapat
menjaga
dan
mempertahankan
keberadaannya, diperlukan langkah-langkah yang lebih efektif dan intensif,
diperlukan adanya kerjasama antar semua pihak yang ada didalam RRI Banten.
Menciptakan iklim kondusif yang nyaman juga merupakan salah satu
strategi yang harus diwujudkan, agar hasil kerja yang maksimal dapat dicapai
demi mendapatkan informasi yang actual dan berkualitas dan masyarakat
cenderung memilih mendengarkan siaran RRI Banten apabila hal tersebut dapat
diwujudkan dengan baik dan memperoleh pencitraan yang positif di mata
masyarakat serta dapat terus menjaga eksistensi atau keberadaanya ditengahtengah arus persaingan dengan kompetitornya. 26
Dari penjelasan tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa RRI
Banten sebagai lembaga penyiaran publik masih dapat dikatakan eksis apabila ada
kerjasama antar semua pihak yang ada di dalam RRI Banten. Untuk pemaparan
eksistensi secara lebih mendalam, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh penulis di bab IV.
26
http://eprints.undip.ac.id/26089/1/summary_penelitian_Joko_Nugroho.pdf diakses pada
tanggal 20 Mei 2014 pukul 10.44
31
2.5. Kerangka Berpikir
RRI Banten Sebagai
Lembaga Penyiaran Publik
Penentuan Strategi Dengan
Analisis SWOT
(Hunger dan Wheelen; 1996: 231)
Kekuatan (Strength)
RRI Banten menggunakan
kekuatan untuk
membangun eksistensi
sebagai lembaga
penyiaran publik
Kelemahan (Weakness)
RRI Banten
meminimalkan kelemahan
untuk membangun
eksistensi sebagai
lembaga penyiaran publik
Peluang (Opportunities)
RRI Banten
memanfaatkan peluang
untuk membangun
eksistensi sebagai
lembaga penyiaran publik
Strategi RRI Banten Dalam
Membangun Eksistensi Sebagai
Lembaga Penyiaran Publik
Sumber : Modifikasi Peneliti
Ancaman (Threat)
RRI Banten menghindari
ancaman untuk
membangun eksistensi
sebagai lembaga
penyiaran publik
32
2.6 Penelitian Terdahulu
Terdapat tiga penelitian yang dianggap relevan dan ada keterkaitan
dengan penelitian yang telah dilakukan penulis. Penelitian yang pertama berjudul
“Sejarah Radio Republik Indonesia Wilayah Semarang Tahun 1945-1998” oleh
Deddi Wahyu Wijaya. Penelitian yang dilakukan tahun 2012 dengan
menggunakan metode penelitian sejarah, yang meliputi empat tahap, yaitu:
Heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan histografi. Penelitian tersebut Terfokus
pada perkembangan RRI dan peran RRI terhadap penyampaian informasi kepada
masyarakat. Deddy melihat Peran RRI Semarang bagi masyarakat dalam
penyampaian informasi. Masyarakat Semarang bisa mengetahui beberapa
peristiwa-peristiwa penting melalui RRI disetiap zamannya. Pada masa
kemerdekaan RRI sendiri berfungsi sebagai alat propaganda kemerdekaan, pada
masa orde lama sampai orde baru RRI berfungsi sebagai alat untuk menyuarakan
program-program atau kebijakan pemerintah, sedangkan pada akhir tahun 1998
RRI berfungsi sebagai alat aspirasi mahasiswa dalam aksi-aksinya untuk
meruntuhkan rezim orde baru yang penuh dengan penyimpangan. Berbeda dengan
penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten
dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik.
Penelitian selanjutnya yakni “Strategi Perubahan Segmentasi Pendengar
RRI PRO 2 FM Surabaya” yang telah diteliti oleh Ditty Heppyanti Lulu. Ditty
lebih memfokuskan strategi perubahan segmentasi pendengar Radio Republik
Indonesia Programa Dua Surabaya (RRI PRO 2 FM Surabaya) sebagai salah satu
strategi untuk menjaga eksistensi sebagai radio ditengah banyaknya persaingan
33
media. Berbeda dengan penelitian ini yang akan memfokuskan pada bagaimana
peran RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran
publik.
Penelitian lain yang dianggap relevan adalah “Analisis Strategi
Manajemen Penyiaran Carlita TV Dalam Mempertahankan Eksistensinya Sebagai
Media Televisi Lokal”. Penelitian ini bertujuan Mengetahui Strategi manajemen
redaksi Carlita TV dalam mempertahankan eksistensinya dan menghasilkan
Strategi yang dilakukan Carlita TV dalam mempertahankan eksistensinya sebagai
media televisi lokal dengan memberdayakan minimnya tenaga kerja yang ada.
Penelitian ini mendapati bahwa Carlita TV perlu membenahi beberapa bidang
dalam manajemennya yaitu dengan memisahkan antara ruang redaksi dengan
tugas pemasaran. Dengan demikian Carlita TV dapat mempertahankan
eksistensinya sebagai media televisi lokal yang ada di Kabupaten Pandeglang
hingga saat ini. Berbeda dengan penelitian ini yang bertujuan bagaimana cara
manajemen produksi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga
penyiaran publik.
Untuk lebih jelas perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan
terdahulu dapat dijabarkan dalam tabel perbandingan sebagai berikut:
34
Tabel 2.2
Penelitian Sebelumnya
No
Item
Deddy Wahyu Wijaya Universitas Ditty Heppyanti Lulu
Negeri Semarang, Vol. 1 No. 1
Universitas
Airlangga,
Vol. 1 No.2
Sejarah Radio Republik Indonesia Strategi
Perubahan
Wilayah Semarang Tahun 1945- Segmentasi Pendengar
1998
RRI Pro 2 FM Surabaya
Yusi Adistya, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
1
Judul
2
Tahun
2012
2012
2012
3
Tujuan
penelitian
Membuka
fakta-fakta
tentang
keberadaan RRI Semarang sebagai
stasiun radio milik negara yang
bersifat netral dan selalu tulus
melayani masyarakat dalam situasi
apapun, walaupun RRI pada masa
orde lama dan orde baru dijuluki
sebagai “corong pemerintah”. RRI
selalu memberikan sajian yang
terbaik untuk masyarakat luas.
Penelitian ini hendak
mendeskripsikan strategi
perubahan
segmentasi
pendengar
Radio
Republik
Indonesia
Programa Dua Surabaya
(RRI
Pro
2
FM
Surabaya) sebagai salah
satu
strategi
untuk
menjaga
eksistensi
sebagai radio ditengah
banyaknya
persaingan
media.
Analisis
Strategi
Manajemen
Penyiaran
Carlita
TV
Dalam
Mempertahankan
Eksistensinya
Sebagai
Media Televisi Lokal
1. Mengetahui
Strategi
manajemen redaksi
Carlita TV dalam
mempertahankan
eksistensinya
2. Mengetahui
strategi manajemen
pemasaran Carlita
TV untuk tetap
mempertahankan
eksistensinya
sebagai
televisi
lokal.
3. Mengetahui
strategi manajemen
teknik Carlita TV
dalam
mempertahankan
eksistensinya.
4. Mengetahui
strategi manajemen
administrasi Carlita
TV untuk tetap
mempertahankan
eksistensinya
sebagai
televisi
lokal.
35
4
Metode/
Paradigma
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian sejarah, yang meliputi
empat tahap, yaitu: Heuristik, kritik
sumber, interpretasi, dan histografi.
5
Hasil
penelitian/
Kesimpulan
Peran
RRI
Semarang
bagi
masyarakat dalam penyampaian
informasi. Masyarakat Semarang
bisa
mengetahui
beberapa
peristiwa-peristiwa penting melalui
RRI disetiap zamannya. Pada masa
kemerdekaan RRI sendiri berfungsi
sebagai
alat
propaganda
kemerdekaan, pada masa orde lama
sampai orde baru RRI berfungsi
sebagai alat untuk menyuarakan
program-program atau kebijakan
pemerintah, sedangkan pada akhir
tahun 1998 RRI berfungsi sebagai
alat aspirasi mahasiswa dalam aksiaksinya untuk meruntuhkan rezim
orde baru yang penuh dengan
penyimpangan.
6
Persamaan
Terfokus pada perkembangan RRI
dan
peran
RRI
terhadap
penyampaian informasi kepada
masyarakat
7
Perbedaan
Menggunakan metode penelitian
sejarah, yang meliputi empat tahap,
yaitu: Heuristik, kritik sumber,
interpretasi, dan histografi.
8
Sumber
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.p
hp/jih/article/download/2221/2037
Penelitian
ini
menggunakan
metodologi
kualitatif
dengan
menggunakan
tipe penelitian deskriptif
(description research)
Hasil dari penelitian ini
adalah
bentuk-bentuk
strategi RRI Pro 2 FM
Surabaya. Strategi yang
digunakan oleh RRI Pro
2 FM Surabaya untuk
merubah
segmentasi
pendengarnya
adalah
dengan multi segment
strategy,
yakni
menentukan
strategi
berdasarkan kebutuhan
target
segmentasi.
Strategi dimulai dengan
mengevaluasi program
acara yang disiarkan
bersama dengan pihak
manajemen pelaksanan
penyiaran, antara lain:
Programme
Director,
Produser,
Music
Director, hingga penyiar
yang aktif berinteraksi
dengan pendengar.
Menggunakan
metode
kualitatif,
teknik
sampling,
wawancara,
observasi,
dan
dokumentasi.
Lebih terfokus pada
strategi
perubahan
segmentasi
pendengar
Radio
Republik
Indonesia Programa Dua
Surabaya (RRI Pro 2 FM
Surabaya)
http://journal.unair.ac.id/
article_4640_media137_
category137.html
Metode yang digunakan
adalah metode kualitatif
dengan teknik studi kasus.
Strategi yang dilakukan
Carlita
TV
dalam
mempertahankan
eksistensinya
sebagai
media
televisi
lokal
dengan memberdayakan
minimnya tenaga kerja
yang ada. Penelitian ini
mendapati bahwa Carlita
TV perlu membenahi
beberapa bidang dalam
manajemennya
yaitu
dengan memisahkan antara
ruang redaksi dengan
tugas pemasaran. Dengan
demikian Carlita TV dapat
mempertahankan
eksistensinya
sebagai
media televisi lokal yang
ada
di
Kabupaten
Pandeglang hingga saat
ini.
Menggunakan
metode
kualitatif, teknik sampling,
wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
Lebih terfokus pada apa
saja
strategi
yang
dilakukan Carlita TV
untuk
mempertahankan
eksistensinya
sebagai
media televisi lokal di
Kabupaten Pandeglang.
Perpustakaan Fisip Untirta
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang
digunakan untuk
memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya.
Dengan
metode
kualitatif,
melalui
teknik
pengumpulan
data
secara
triangulasi/gabungan (karena dengan teknik pengumpulan data tertentu belum
dapat menemukan apa yang dituju, maka ganti teknik lain), maka kepastian akan
lebih terjamin. Selain itu dengan metode kualitatif, data yang diperoleh diuji
kredibilitasnya, dan penelitian berakhir setelah data itu jenuh, maka kepastian data
dapat diperoleh. Ibarat mencari siapa yang menjadi provokator, maka sebelum
ditemukan siapa provokator yang dimaksud maka penelitian dinyatakan belum
selesai.27
Dalam hal ini penulis memperoleh informasi secara menyeluruh
mengenai strategi RRI Banten dalam mempertahankan eksistensi sebagai lembaga
penyiaran publik. Pendekatan ini dipilih agar penulis mendapat pemahaman sesuai
dengan permasalahan yang ada. Dengan digunakannya pendekatan kualitatif,
maka data di dapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna,
sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.
27
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D, Bandung. Hal. 25
36
37
Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan
penelitian yang bersifat alamiah dimana penulis harus melakukan observasi
lapangan, wawancara, dan pengumpulan data. Sehingga hasil penelitian yang
dikaji bersifat konkrit dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
3.2 Paradigma Pospositivistis
Paradigma pospositivistis berbicara bukan hanya yang terlihat, terasa,
dan teraba saja tetapi mencoba memahami makna dibalik yang ada. Realitas sosial
menurut paradigma ini adalah suatu gejala yang utuh yang terikat dengan konteks,
bersifat kompleks, dinamis dan penuh makna oleh karena itu, mengetahui
keberadaannya tidak dalam bentuk ukuran akan tetapi dalam bentuk eksplorasi
untuk dapat mendeskripsikannya secara utuh.
Paradigma pospositivitis atau naturalistik melahirkan pendekatan
penelitian kualitatif yang cenderung pada penggunaan kata-kata untuk
menarasikan suatu fenomena/gejala.28
Bagi pospositivis (kualitatif) realitas disikapi sebagai fakta yang bersifat
ganda, dapat disistematisasikan, mengemban ciri, konsepsi, dan hubungan secara
asosiataif, dan mesti dipahami secara alamiah, kontekstual, dan holistik.
Ditinjau dari perspektif pospositivis, misi atau tujuan penelitian kualitatif
mungkin bersifat: (a) eksploratif: memahami fenomena secara garis besar tanpa
mengabaikan kemungkinan pilihan fokus tertentu secara khusus. (b) eksplanatif:
memahami ciri dan hubungan sistemis fenomena berdasarkan faktanya (c) teoritis:
28
Satori, Djam’an & Komariah, Aan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Hal. 12
38
menghasilkan formasi teori secara subtantif berdasarkan konseptualisasi, abstraksi
ciri, dan sistemisasi hubungan konsep berdasarkan relasi dan kemungkinan
variasinya, (d) praktis: memahami makna fenomena dihubungkan dengan
keperluan terapan atau nilai praktis tertentu.29
Oleh karena itu penulis mengacu pada identifikasi masalah yang sesuai
dengan objek penelitian yang akan diteliti.
3.3 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode riset penelitian
deskriptif kualitatif. Moleong (1989) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif
antara lain bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata
gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan
metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti.30
Menurut Whitney (1960), dalam metode deskriptif adalah pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat. Secara harfiah, metode deskriptif adalah metode
penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga
metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data.31
Sedangkan riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak
mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau
29
Basrowi, Dr. M.Pd, Suwandi, Dr. M.Si Memahami Penelitian Kualitatif, 2008, Bandung: Rineka
Cipta. Hal. 48
30
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. 2004. Hal.11
31
Moh. Nazir, Ph.D. Metode Penelitian. 1999. hal. 54-55
39
samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam, dan bisa
menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.
Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) dari data
bukan banyaknya (kuantitas) data.32 Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.
Definisi riset kualitatif menurut Rakhmat Kriyantono adalah riset yang
menggunakan statement-statement atau pernyataan-pernyataan dan berasal dari
pendekatan interpretatif (subyektif). Sedangkan Moleong berpendapat bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, dan tindakan.
Dalam riset kualitatif, periset adalah bagian dari integral dari data,
artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan
demikian periset menjadi instrumen riset yang harus terjun langsung di
lapangan.33
32
33
Kriyantono, Rakhmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, 2009, Jakarta: Kencana, hal. 56
Ibid. Hal. 57
40
3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan
antara lain:
3.4.1
Observasi
Pada penelitian ini penulis melakukan pengamatan non partisipasi (non
participant observation) yakni melakukan observasi tanpa melibatkan diri atau
tidak menjadi bagian dari lingkungan sosial yang diamati (Ruslan, 2003: 36)
Penulis hanya memperhatikan gejala-gejala atau fenomena kemudian mencatatnya
dalam buku observasi. Teknik observasi ini dilakukan penulis untuk memberikan
gambaran awal mengenai Radio Republik Indonesia sebelum penulis melakukan
penelitian lebih lanjut.
3.4.2
Wawancara
Menurut Moh. Nazir, yang dimaksud dengan wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara).34
Interview/wawancara, yakni suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dan langsung. Teknik pengumpulan
data ini dilakukan untuk menggali keterangan lebih dalam berkaitan dengan
permasalahan penelitian.
34
Moh. Nazir, Ph.D. Metode Penelitian. 1999. hal. 193
41
Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam (depth
interview) yang bertujuan untuk mengetahui pandangan personal subjek
penelitian. Wawancara mendalam adalah metode riset dimana periset melakukan
kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus-menerus (lebih dari
satu kali) untuk menggali informasi dari responden. Karena itu responden disebut
juga informan. Karena wawancara dilakukan lebih dari sekali, maka disebut juga
“intensive interviews”. Biasanya metode ini menggunakan sampel yang terbatas,
jika periset merasa data yang dibutuhkan sudah cukup maka tidak perlu mencari
sampel (responden) yang lain.35 Penulis menggunakan alat perekam (recorder)
untuk meningkatkan akurasi data dalam pencatatan ulang hasil wawancara.
Selain itu penulis juga melakukan wawancara semistruktur. Pada
wawancara semistruktur ini, pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan
tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara
bebas, yang terkait dengan permasalahan. Wawancara ini dikenal pula dengan
nama wawancara terarah atau wawancara bebas terpimpin. Artinya, wawancara
dilakukan secara bebas, tapi terarah dengan tetap berada pada jalur pokok
permasalahan yang akan ditanyakan dan telah disiapkan terlebih dahulu.36
Sehingga penelitian yang dilakukan oleh peneliti hasilnya akan maksimal dan
dapat mengetahui secara baik mengenai strategi RRI dalam membangun
eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik di Banten.
35
36
Kriyantono, Rakhmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, 2009, Jakarta: Kencana, hal. 63
Ibid. Hal. 101
42
3.4.2.1 Kriteria dan Teknik Pemilihan Informan
Dalam wawancara, ada seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi
penting tentang suatu objek, yaitu informan. Informan adalah orang yang
diwawancarai, diminta informasi oleh penulis, informan adalah orang yang
diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu
objek penelitian.37
Penentuan informan adalah responden penulis yang berfungsi untuk
menjaring sebanyak-banyaknya informasi yang akan bermanfaat untuk bahan
analisis penelitian dan konsep serta proporsi sebagai temuan penulis. Yang
menjadi informan ialah orang memiliki kedekatan dengan subjek penelitian baik
secara profesional partner kerja.
Dalam wawancara mendalam informan tetap menjadi sentral, walaupun
kadang informan berganti-ganti. Tugas pewawancara adalah untuk tetap menjaga
peran informan selalu dapat berfungsi dengan sebagaimana perannya dalam
proses sosial yang sebenarnya. Peran informan yang dimanipulasi oleh informan
sebagai akibat dari kesalahan interaksi di lapangan akan merusak jalannya
wawancara dan untuk memperbaiki perubahan perilaku informan sebagai akibat
dari kesalahan interaksi, membutuhkan waktu yang lama, bahkan terkadang tidak
bisa diperbaiki.38
Penulis menentukan kelompok responden yang akan dijadikan subjek
dan informan kunci (key informan) dan individu-individu subjek serta informan
penulis. Hal ini dimaksudkan apabila ada individu berasal dari luar kelompok
37
38
Bungin, Burhan, Prof. Drs, Penelitian Kualitatif, 2007, Jakarta: kencana. Hal. 108
Ibid. Hal. 109
43
responden maka data dan informasi yang diberikan selalu terbuka untuk diterima
oleh penulis.
Penentuan informan dan key informan dilakukan dengan metode
Purposive Sampling. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar
kriteria-kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset. Sedangkan
orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan dengan kriteria tersebut
tidak dijadikan sampel.39 Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci
adalah Bapak Engkay Karsila selaku Penanggung Jawab RRI Banten. Bapak
Engkay merupakan karyawan senior yang telah bekerja di RRI selama 21 tahun,
dari tahun 1982 hingga sekarang, dan beliau adalah orang yang turut andil dalam
berdirinya RRI Banten. Serta informan lainnya yaitu bapak Zahral Mutzaini yang
menjabat sebagai Kepala Bidang Produksi RRI Jakarta penulis memilih beliau
karena beliau juga merupakan karyawan senior yang sudah lama bekerja di RRI
serta turut andil dalam pengembangan RRI Banten. Dan untuk menambah
berbagai informasi tambahan dibutuhkan penulis, maka penulis membutuhkan
beberapa informan lain, yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini
adalah Pak Ardan selaku bidang layanan usaha. Penulis memilih beliau karena
beliau lebih paham dan mengetahui bagaimana layanan usaha di RRI Banten.
Penentuan key informan dalam penelitian ini diperkuat dengan adanya
bukti melaui susunan organigram perusahaan serta data-data valid lainnya yang
dapat mendukung keabsahan key informan sebagai pihak yang berkompeten untuk
39
Kriyantono, Rakhmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, 2009, Jakarta: Kencana, hal. 158
44
memberikan keterangan mengenai berbagai informasi yang dibutuhkan penulis
dalam penelitian ini.
3.4.3
Discussion Research (Riset Diskusi)
Menurut Hasibuan dalam (Anugerah, 2011) diskusi adalah sutu proses
penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling
berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara
tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan,
menjawab pertanyaan, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998).
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam (Anugerah, 2011) kelebihan atau
keunggulan dari metode diskusi adalah sebagai berikut: (a) menyadarkan bahwa
masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan, (b) menyadarkan bahwa dengan
berdiskusi dapat saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga
dapat diperoleh keputusan yang lebih baik, dan (c) membiasakan untuk
mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda pendapat dan membiasakan
bersikap toleransi.
Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut: (a) tidak dapat dipakai
dalam kelompok yang besar, (b) peserta diskusi mendapat informasi yang
terbatas, (c) dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara dan (d) biasanya
orang menghendaki pendekatan yang lebih formal. 40
Adapun tujuan dari riset diskusi adalah untuk mendapatkan informasi
yang berhubungan dengan objek penelitian di RRI Banten. Disana penulis
40
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/668/pdf diakses pada 13 Mei pukul
09.30
45
melakukan diskusi serta pembahasan secara langsung dengan informan yang telah
ditentukan oleh penulis untuk pemecahan pokok permasalahan dalam hal ini
adalah strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai Lembaga
Penyiaran Publik (LPP). Dengan riset diskusi diharapkan penulis mendapatkan
solusi, pemecahan masalah, penjelasan, jawaban serta data-data yang penulis
butuhkan dalam skripsi ini.
3.4.4 Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik terakhir dalam pengumpulan data sekunder
yang bersifat tercetak (printed) yang bertujuan untuk melengkapi data-data
tambahan penelitian, seperti Company Profile (Profil perusahaan), buku-buku,
tulisan-tulisan, dan sebagainya. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari
penggunaan metode wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif. Metode
ini digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
yaitu, strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga
penyiaran publik.
3.5 Uji Validitas
Dalam penelitian ini, keabsahan hasil temuan atau data yang diperoleh
penulis dapat dinyatakan valid apabila hasil temuan atau data yang diperoleh dan
dikemukakan penulis sesuai dengan temuan atau data yang sebenarnya terjadi
pada objek yang diteliti.
46
Teknik umum pengujian keabsahan yang digunakan adalah teknik
triangulasi. Triangulasi yaitu menganalisis jawaban subjek dengan meneliti
kebenarannya dengan data empiris (sumber data lainnya) yang tersedia. Disini
jawaban subjek di
cross-check
dengan dokumen
yang ada. Menurut
Dwidjowinoto (2002:9) ada beberapa macam teknik triangulasi, yaitu:
1. Triangulasi Sumber, yaitu membandingkan atau mengecek ulang derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda.
2. Triangulasi waktu, berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku
manusia, karena perilaku manusia dapat berubah setiap waktu. Karena itu
periset perlu mengadakan observasi tidak hanya satu kali.
3. Triangulasi teori, memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau
dipadu. Untuk itu diperlukan rancangan riset, pengumpulan data, analisis
data yang lengkap supaya hasilnya komprehensif.
4. Triangulasi periset, menggunakan lebih dari satu periset dalam
mengadakan observasi atau wawancara. Karena masing-masing periset
mempunyai gaya, sikap, dan persepsi yang berbeda dalam mengamati
fenomena maka hasil pengamatannya bisa berbeda meski fenomenanya
sama. Pengamatan dan wawancara dengan menggunakan dua periset akan
membuat data lebih absah.
5. Triangulasi metode, usaha mengecek keabsahan data atau mengecek
keabsahan temuan riset. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan
47
menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan
yang sama.41
Dari berbagai macam teknik triangulasi tersebut, penulis menggunakan
triangulasi sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif (Patton 1987: 331). Hal itu dapat dicapai dengan jalan:
(1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.42
3.6
Teknik Analisis Data
Analisis data
dalam
penelitian kualitatif, dilakukan pada
saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu. Pada saat wawancara, penulis sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis
terasa belum memuaskan, maka penulis akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai
tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak penulis
melakukan kegiatan pra lapangan sampai dengan selesainya penelitian. Analisis
data dilakukan secara terus menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat
jenuh. Dan data yang telah diperoleh dan terkumpul secara komprehensif
selanjutnya diananalisis sesuai dengan kelompok data baik primer maupun
sekunder.
41
42
Kriyantono, Rakhmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, 2009, Jakarta: Kencana. hal. 72
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. 2004. Hal. 330-331
48
Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis terlebih dahulu pada
saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data di
lapangan. Dalam menganalisis data, penulis melalui tahapan-tahapan berikut:43
1. Reduksi data (data reduction); data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak. Untuk itu peneliti merangkum data-data
yang sudah dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi. Tujuannya untuk memilih data-data yang
pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting hingga
menemukan pola.
2. Penyajian data (data display); setelah data direduksi, langkah
selanjutnya mendisplay data. Penyajian data bertujuan agar penulis
dapat memahami apa yang terjadi dan merencanakan tindakan
selanjutnya yang akan dilakukan.
3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verivication); pada tahap
ini penulis menarik kesimpulan terhadap hasil penelitian.
43
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan: Tjejep
Rohendi Rohidi. Jakarta: penerbit UI. Hal.16
49
3.7
Lokasi dan jadwal penelitian
3.7.1
Lokasi penelitian
Lokasi Penelitian bertempat di Radio Republik Indonesia Pusat yang
beralamat di Jl. Merdeka Barat No.4-5 Jakarta Pusat dan di RRI
Banten Jl. Raya Pandeglang KM.3 No. 5 Karundang Serang-Banten.
3.7.2
Jadwal Penelitian
Tabel 3.7
Jadwal Penelitian
No
1.
Jenis Kegiatan
Pengajuan judul dan pra
riset
2.
Pengumpulan sumber data
3.
Proses bimbingan, revisi
dan ACC bab 1 s/d 3
4.
Sidang Outline
5.
Riset dan pengumpulan
data di lapangan melalui
data resmi dari RRI dan
wawancara
6.
Pengolahan data hasil
observasi dan wawancara
7.
Proses bimbingan, revisi
dan ACC hasil laporan
penelitian bab 4 s/d 5
8.
ACC Sidang Skripsi
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
2014
2014
2014
2014
2014
2014
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Profil Perusahaan
RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama negara yang
siarannya ditujukan untuk kepentingan bangsa dan negara. RRI sebagai Lembaga
Penyiaran Publik yang independen, netral dan tidak komersial yang berfungsi
memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol
sosial, serta menjaga citra positif bangsa di dunia internasional.
Besarnya tugas dan fungsi RRI yang diberikan oleh negara melalui UU
no 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, PP 11 tahun 2005 tentang Lembaga
Penyiaran Publik, serta PP 12 tahun 2005, RRI dikukuhkan sebagai satu-satunya
lembaga penyiaran yang dapat berjaringan secara nasional dan dapat bekerja
sama dalam siaran dengan lembaga penyiaran Asing.
Dengan kekuatan 62 stasiun penyiaran termasuk Siaran Luar Negeri dan
5 (lima) satuan kerja (satker) lainnya yaitu Pusat Pemberitaan, Pusat Penelitian
dan Pengembangan (Puslitbangdiklat) Satuan Pengawasan Intern, serta diperkuat
16 studio produksi serta 11 perwakilan RRI di Luar negeri RRI memiliki 61
(enampuluh satu) programa 1, 61 programa 2, 61 programa 3, 14 programa 4 dan
7 studio produksi maka RRI setara dengan 205 stasiun radio.
50
51
4.1.2 Sejarah dan Perkembangan RRI Banten
Keinginan hadirnya RRI Banten sesungguhnya sejak Banten menjadi
daerah otonom terpisah dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000. Berawal dari
pembicaraan yang dilakukan oleh seorang Gubernur Perempuan Pertama di
Indonesia dan Provinsi termuda pada waktu itu yakni Hj. Ratu Atut Chosiyah
bersama Wakil Gubernur Provinsi Banten saat itu Bapak H. Masduki ketika
meninjau kesiapan pelaksanaan Musabaqoh Tilawatil Quran Tingkat Nasional
Tahun 2008 yang diselenggarakan di Kantor Pusat Pemerintahan Provinsi Banten
(KP3B). RRI Jakarta saat itu diminta sebagai media Partner untuk melakukan
Siaran Langsung dari kegiatan tersebut.
Pada tanggal 14 April 2012, RRI Serang sudah bisa siaran lokal 8 jam
mulai Pukul 08.00 s.d. 14.00 WIB selebihnya tetap relay Programa 1 RRI Jakarta
sampai Pukul 24.00 WIB dengan penyiar RRI Banten yang pertama dan satusatunya Asih Rianda dan Nasrudin sebagai reporter.
Siaran RRI Banten yang hadir di frekuensi 94,9 Mhz menjangkau
wilayah Kota/Kab Serang, Kota Cilegon, Kab. Pandeglang, Cikupa, dan Balaraja.
Kantor dan stasiun pemancar RRI Banten yang dulu masih berlokasi di Jl. KH. A.
Khotib No. 47 Benggala Serang. Sampai saat ini, jumlah karyawan dan RRI
Banten berjumlah 14 orang yang terdiri dari penyiar, reporter, teknik dan layanan
usaha.
RRI
Banten
memfokuskan
mata
acara
program
berita
35%,
pendidikan/budaya 20%, hiburan 30% dan iklan/acara penunjang 15%. Melihat
program siarannya, RRI Banten memfokuskan diri terhadap keinginan dan minat
52
pendengar. Salah satu keinginan RRI Banten yaitu dapat menumbuhkan
masyarakat Banten yang kritis, moderat, terbuka dan memiliki daya saing dengan
masyarakat lain diluar Banten, oleh karena itu RRI Banten mencoba
menayangkan program-program siaran yang dapat memberikan stimulan bagi
pendengar untuk dapat aktif.
Untuk lebih mudah menyesuaikan program siaran yang dimiliki, RRI
Banten menentukan sasaran pemirsa atau target audience dengan membagi
segmentasi masyarakat yang berusia 4 tahun ke atas dengan strata ekonomi ke
atas, strata ekonomi menengah ke atas, strata ekonomi menengah, strata ekonomi
menengah ke bawah, dan strata ekonomi kebawah. Sasaran pendengar tersebut
meliputi komposisi profesi masyarakat yang meliputi pelajar, mahasiswa,
karyawan dan wiraswasta Indonesia 95% dan asing 5%.44
4.1.3 Visi, Misi, dan Motto Perusahaan
A. Visi
Mewujudkan LPP RRI sebagai radio berjaringan terluas, pembangun karakter
bangsa berkelas dunia.
B. Misi
1. Memberikan pelayanan informasi yang terpercaya yang dapat menjadi
acuan dan sarana kontrol sosial masyarakat dengan memperhatikan kode
etik jurnalistik dan kode etik penyiaran.
44
Dokumentasi RRI Banten
53
2. Menyelenggarakan siaran pendidikan untuk mencerahkan, mencerdaskan,
dan memperdayakan serta mendorong kreatifitas masyarakat dalam
kerangka membangun karakter bangsa
3. Menyelenggarakan siaran yang bertujuan menggali, melestarikan dan
mengembangkan budaya bangsa, memberikan hiburan yang sehat bagi
keluarga, membentuk budi pekerti dan jati diri bangsa ditengah arus
globalisasi,
4. Menyelenggarakan program siaran yang berprespektif gender yang sesuai
dengan budaya bangsa dan melayani kebutuhan kelompok minoritas.
5. Memperkuat program siaran di wilayah perbatasan untuk menjaga
kedaulatan NKRI
6. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan program siaran yang
mencerminkan politik negara dan citra positif bangsa.
7. Meningkatkan partisipasi publik dalam proses penyelenggaraan siaran
mulai dari tahap perencenaan, pelaksanaan hingga evaluasi program
siaran.
8. Meningkatkan kualitas audio dan memperluas jangkauan siaran secara
nasional dan internasional dengan mengoptimalkan sumber daya teknologi
yang ada dan mengadaptasi perkembangan teknologi penyiaran serta
mengefesienkan pengelolaan operasional maupun pemeliharaan perangkat
teknik.
9. Mengembangkan organisasi yang dinamis, efektif dan efesien dengan
system manajemen sember daya (SDM, keuangan, asset, informasi dan
54
operasional) berbasis teknologi informasi dalam rangka mewujudkan tata
kelola lembaga yang baik (Good Corporate Governance)
10. Memperluas jejaring dan kerjasama dengan berbagai lembaga di dalam
dan luar negeri yang saling memperkuat dan mengutamakan.
11. Memberikan pelayanan-pelayanan jasa yang terkait dengan penggunaan
dan pemanfaatan asset Negara secara profesional dan akuntabel serta
menggali sumber-sumber penerimaan lain untuk mendukung operasional
siaran dan meningkatkan kesejahteraan pegawai.
C. Motto
Sekali Di Udara Tetap Di Udara
4.1.4 Aplikasi Visi dan Misi RRI Banten
Dalam mewujudkan LPP RRI sebagai radio berjaringan terluas,
pembangun karakter bangsa berkelas dunia, RRI mempunyai strategi memberikan
pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial,
serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat
melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau seluruh wilayah
NKRI. Seperti misi RRI yang antara lain adalah:
1. Memberikan pelayanan informasi yang terpercaya yang dapat menjadi
acuan dan sarana kontrol sosial masyarakat dengan memperhatikan kode
etik jurnalistik dan kode etik penyiaran. Hal ini terlihat dengan
pemberitaan yang mengedepankan kualitas dan bersikap independen dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
55
2. Menyelenggarakan
siaran
pendidikan
bertujuan
untuk
menggali,
melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa, memberikan hiburan
yang
sehat
bagi
keluarga
mencerahkan,
mencerdaskan,
dan
memperdayakan serta mendorong kreatifitas masyarakat dalam kerangka
membangun karakter bangsa. Dengan memiliki
kanal-kanal
dan
segmentasi tersendiri, yaitu PRO 1, PRO 2, PRO 3, PRO 4, dan VOI, RRI
terus mencoba mewadahi dan memperdengarkan siaran yang bermutu dan
berkualitas bagi kebutuhan masyarakat untuk membentuk budi pekerti dan
jati diri bangsa.
3. Memperkuat program siaran di wilayah perbatasan untuk menjaga
kedaulatan NKRI. Dengan perluasan jaringan RRI ke pelosok-pelosok dan
perbatasan di wilayah NKRI sehingga seluruh masyarakat di perbatasan
dapat mendapatkan informasi dari dalam dan luar negeri.
4. Meningkatkan partisipasi publik dalam proses penyelenggaraan siaran
mulai dari tahap perencenaan, pelaksanaan hingga evaluasi program
siaran. Dengan membuat acara on-off air jadi semacam ada jumpa fans,
terus juga ada membentuk forum komunikasi terus juga ada yang disebut
forum pemerhati
5. Meningkatkan kualitas audio dan memperluas jangkauan siaran secara
nasional dan internasional dengan mengoptimalkan sumber daya teknologi
yang ada dan mengadaptasi perkembangan teknologi penyiaran serta
mengefesienkan pengelolaan operasional maupun pemeliharaan perangkat
teknik. Dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan teknologi karena
56
sekarang teknologi canggih yaitu dengan audio streaming, video
streaming dan juga RRI Play yang semuanya itu untuk mempermudah para
pendengar mendengarkan informasi yang disiarkan RRI.
6. Mengembangkan organisasi yang dinamis, efektif dan efesien dengan
system manajemen sember daya (SDM, keuangan, asset, informasi dan
operasional) berbasis teknologi informasi dalam rangka mewujudkan tata
kelola lembaga yang baik (Good Corporate Governance). Dengan
meningkatkan kualitas SDM karyawan dengan promosi ke lain daerah,
rotasi dan memberi reward.
7. Memperluas jejaring dan kerjasama dengan berbagai lembaga di dalam
dan luar negeri yang saling memperkuat, seperti Joint branding,
melakukan perkumpulan dengan humas-humas dari berbagai instansi.
8. Memberikan pelayanan-pelayanan jasa yang terkait dengan penggunaan
dan pemanfaatan asset Negara secara profesional dan akuntabel serta
menggali sumber-sumber penerimaan lain untuk mendukung operasional
siaran dan meningkatkan kesejahteraan pegawai. Menyiarkan iklan
layanan masyarakat dan kerjasama bagi instansi yang membutuhkan
publikasi. Sebagai contoh Pemprov Banten ingin mengadakan acara
kesenian tradisional Banten yang dapat disaksikan untuk umum misalnya,
disini RRI berperan penting menginformasikan kepada publik tentang
acara tersebut seperti apa dan bagaimana cara menyaksikan acara tersebut.
57
Dari misi RRI yang ada, RRI Banten yang merupakan RRI termuda yang
baru berusia 2 tahun, terus berusaha meningkatkan kualitas penyiaran sehingga
misi dapat terwujud dan kinerja RRI Banten dapat meningkat.
4.1.5 Program Siaran RRI Banten
Sebagai radio penyiaran publik, RRI Banten tentunya memiliki beberapa
program acara yang disiarkan setiap harinya. RRI Banten dalam penyelenggaraan
program siarannya memiliki segmentasi pendengar yang universal. Hal ini dilihat
dari program siaran yang mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan lain
sebagainya. Untuk mendeskripsikan lebih jelas mengenai program siaran RRI
Banten, maka penulis menguraikan beberapa program siaran unggulan yang
dimiliki RRI Banten berdasarkan hasil observasi berikut.
Program siaran seperti “Dinamika Banten” yaitu acara berita terkini
seputar Banten yang dikemas secara ringan. Selain itu ada program acara “Suara
Anda” yang merupakan acara bincang pagi dengan narasumber, acara “Tips &
Trik” yang membahas mengenai informasi ringan seputar kesehatan, pendidikan,
keuangan, dan lain-lain. “Tips & Trik” juga hadir di akhir pekan yang
memberikan informasi ringan seputar wisata dan olahraga. Di segmen remaja RRI
mempunyai acara “Dunia Remaja” yang membahas tentang dunia remaja, seputar
perilaku, pendidikan, wisata, dan lain-lain. Selain itu ada “Top Pop” acara request
10 tangga lagu versi RRI Banten. Di malam hari ada acara yang bertajuk
“Inspirasi” yang membahas dengan topik tematik tentang dunia medis, wirausaha,
otomotif, religi, daerah dan ada program “Golden Memori” informasi seputar
58
lagu-lagu tahun 60-90an baik dari dalam negeri maupun luar negeri dan informasi
lagu-lagu jazz dan R&B. Selain acara-acara tersebut, ada acara seperti “Warta
Berita” dan “Metropolitan Isssue” yang merupakan siaran sentral dari RRI PRO 3
Jakarta.
Sedangkan untuk program talk show RRI menyiarkan program bertajuk
“Polantas Mengudara”. Dalam rangka memberikan pelayanan informasi kepada
masyarakat Satuan Lalu Lintas Polres Serang Bekerjasama dengan RRI Banten
menyelenggarakan siaran langsung On Air tentang situasi arus lalu lintas di
wilayah Serang. Dengan pelayanan ini diharapkan akan meningkatkan indeks
kepuasan masyarakat terhadap kinerja Polri khususnya Satlantas Polres Serang.
Dari sekian program yang ada, penulis melihat penamaan programprogram siaran yang dimiliki RRI Banten berdasarkan segala sesuatu yang
berhubungan dekat dengan masyarakat. Hal ini merupakan salah satu strategi
untuk lebih mengenalkan program-program tersebut agar mudah diterima
masyarakat.
4.2 Personalia
RRI pada awalnya merupakan lembaga yang dibawah naungan
departemen Penerangan yang status karyawannya adalah pegawai negeri sipil atau
PNS. Dan setelah RRI tidak bernaung lagi di bawah Departemen Penerangan,
yang sekarang menjadi Kementerian Komunikasi dan Informasi, RRI menjadi
LPP dan pegawai lama yang dulu masih dalam naungan Departemen Penerangan
tersebut, statusnya Pegawai Negeri Sipil. Sementara untuk pegawai yang baru,
59
disebut Pegawai Bukan Pegawai Negeri Sipil atau PBPNS. Perekrutan karyawan
baru, ditentukan kemampuan dan disesuaikan dengan kebutuhan dari tiap-tiap
stasiun.
Tentang jumlah karyawan yang bekerja pada lembaga penyiaran publik
RRI Banten, dari tingkat terendah sampai yang teratas berjumlah 14 orang seperti
tercantum dalam struktur organisasi.
4.3 Deskripsi Informan
4.3.1 H. Engkay Karsila.,SE
Figur bapak 53 tahun yang bersahaja dan berdarah Sunda ini, merupakan
penanggung jawab RRI Banten. Dengan hobinya yang berhubungan dengan seni
siaran, menyanyi, melawak dan berkoar-koar memberikan motivasi kepada
masyarakat, membuat beliau termotivasi untuk bekerja di RRI. Sosok yang selalu
memberikan inspirasi kepada ribuan orang, bahkan mungkin jutaan orang,
memotivasi dan juga memberikan semangat hidup, dan penilaian positif, karena
menurut beliau radio itu sangat mudah mempengaruhi jiwa pendengar. Keseharian
beliau dalam pekerjaannya merupakan kepala seksi pencitraan di RRI Jakarta
yang bertugas merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menjalin
hubungan dengan mitra-mitra, seperti instansi pemerintah, swasta dan radio lain.
Namun, dengan adanya rotasi karyawan, beliau dipindahkan dari kepala seksi
pencitraaan ke produksi musik dan hiburan yang tugasnya sebagai penyuplai atau
peng-create dari acara-acara PRO 1, 2, 3, dan 4, beliau juga merangkap sebagai
60
penanggung jawab RRI Banten yang tugasnya mengkoordinir semua bagian yang
ada di RRI Banten.
4.3.2 Drs. H. Zahral Mutzaini
Seorang bapak kelahiran Lampung Utara ini, merupakan kepala bidang
produksi RRI Jakarta. Yang tugasnya sebagai koordinator bidang produksi di RRI,
semua yang berkaitan bidang produksi di koordinasikan dan dikelola
pelaksanaannya. Seorang bapak yang berumur 51 tahun ini merupakan sosok yang
ramah dan supel. Dari beliau penulis banyak mendapatkan informasi tentang RRI
Banten.
4.3.3 Agus Ardan Maulana.,SH
Bapak 1 anak ini merupakan kelahiran Serang 21 Mei 1989. Beliau
bertugas di bagian bidang layanan usaha di RRI Banten yang tugasnya berkaitan
dengan kerjasama, layanan, dan pengembangan dan menjalin hubungan kerjasama
dengan mitra-mitra baik di pemerintahan maupun swsata. Seorang bapak muda
yang berumur 25 tahun ini merupakan sosok yang supel dan menyenangkan.
Beliau juga banyak memberikan informasi kepada penulis tentang RRI Banten.
4.4 Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di RRI Banten 94,9
FM, penulis mendeskripsikan strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi
sebagai lembaga penyiaran publik. Penulis memaparkan beberapa hasil dari riset
diskusi dan wawancara mendalam (depth interview) dengan key informan dan
informan. Dalam menentukan key informan, penulis melakukan pertimbangan
61
bahwa karakteristik key informan adalah yang dianggap memiliki banyak
informasi mengenai strategi RRI dalam membangun eksistensi sebagai Lembaga
Penyiaran Publik.
Key informan dalam penelitian ini adalah bapak Engkay Karsila yang
merupakan penanggung jawab RRI Banten, yang dalam penelitian ini dapat
memberikan informasi-informasi lebih banyak seputar strategi RRI Banten dalam
membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik kepada penulis.
Pertanyaan yang diajukan penulis kepada key informan dan informan adalah
mengenai strategi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam membangun
eksistensi.
Selain key informan, penulis juga melakukan wawancara mendalam
dengan informan lain, dalam hal ini penulis memilih Bapak Zahral Mutzaini
selaku Kabid Produksi RRI Jakarta, dan bapak Agus Ardan selaku marketing atau
layanan usaha RRI Banten. Serta beberapa pendengar RRI Banten yang setia
mendengarkan RRI.
Kemudian hasil riset diskusi serta wawancara penulis dengan key
informan dan informan di recheck kebenarannya berdasarkan teknik uji keabsahan
data yang dalam hal ini penulis menggunakan peningkatan ketekunan dan juga
teknik triangulasi untuk menguji keabsahan data yang diperoleh.
4.4.1Analisis SWOT RRI Banten
Strategi diperlukan untuk mencapai apa yang dikehendaki. Termasuk
RRI Banten dalam membangun eksistensinya agar dapat mencapai visi misinya
62
sebagai lembaga penyiaran publik. Oleh karena itu penulis memfokuskan
bagaimana strategi yang dimiliki RRI untuk dapat tetap beroperasi di tengah
peluang dan hambatan yang harus dihadapi. Untuk merumuskan strategi-strategi
tersebut, penulis menggunakan analisis SWOT sebagai salah satu instrumen untuk
membentuk strategi.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, strategi pada
hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk
mencapai tujuan. Maka analisis SWOT yang merupakan akronim dari Strength
(kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threat
(hambatan) dari sebuah organisasi, yang semuanya merupakan faktor-faktor
strategis. Sehingga dalam penelitian ini penulis merumuskan strategi-straegi RRI
Banten.
4.4.1.1 Kekuatan (Strength) RRI Banten
Saat di wawancara, Bapak Engkay Karsila selaku penanggung jawab RRI
Banten menguraikan beberapa hal yang menjadi kekuatan dan peluang RRI, yaitu,
RRI berada di semua sabuk pengaman NKRI, RRI berada di seluruh provinsi
yang ada di Indonesia terus juga berada di perbatasan-perbatasan, yang tujuannya
memberikan informasi pada publik yang ada. Selain itu RRI merupakan radio
berjaringan nasional yang jumlah frekuensinya sebanyak 250 stasiun, yang
frekuansinya menggunakan FM, AM, dan SW. Terkait dengan anggaran, RRI
mengajukan kepada pemerintah, dan selalu berkoordinasi terkait dengan
63
anggaran. Dan untuk RRI di seluruh Indonesia, semua anggaran berada di RRI
Jakarta, karena stasiun tipe-A, satu-satunya berada di Jakarta.
Dari penuturan tersebut, penulis dapat menganalisa bahwa secara
internal, RRI Banten mempunyai kekuatan dari aspek permodalan, dimana RRI
Banten merupakan bagian dari pemerintah dan di bawah naungan RRI Jakarta.
Sehingga untuk pembiayaan operasional, RRI Banten membutuhkan supply dari
kantor pusat agar tetap dapat beroperasi. Hasil observasi, penulis juga
mendapatkan informasi bahwa untuk pembiayaan seperti operasional, RRI Banten
disokong sepenuhnya oleh pemerintah.
Selain aspek permodalan, RRI Banten juga memiliki program konten
lokal yang menjadi kekuatan untuk menarik perhatian pendengar. Program konten
lokal tersebut diantaranya “Dinamika Banten” dan “Banten Membangun” yang
merupakan program siaran berita terkini seputar Banten yang dikemas secara
ringan dan santai. Program tersebut memiliki konten lokal dimana pendengarnya
mayoritas dari masyarakat Kota/Kab. Serang, Kabupaten Pandeglang, Kota
Cilegon, Kabupaten Lebak, dan sekitarnya. Program dengan konten lokal seperti
inilah yang menjadi kekuatan bagi RRI Banten dalam mengembangkan target
siarannya.
Wilayah jangkauan siar pun menjadi kekuatan tersendiri bagi RRI
Banten. Sebagaimana berdasarkan undang-undang penyiaran No. 32 tahun 2002
pasal 31 ayat 2 mengenai stasiun penyiaran dan wilayah jangkauan siaran,
Lembaga Penyiaran Publik dapat menyelenggarakan siaran dengan sistem stasiun
jaringan yang menjangkau seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Dengan
64
demikian jangkauan siaran RRI yang melingkupi seluruh wilayah Kabupaten/Kota
di Banten menjadi kekuatan untuk lebih dikenal masyarakat secara luas.
Terkait dengan kelebihan RRI penulis mendapatkan hasil dari diskusi
dengan Bapak Engkay, Pak Zahral dan Bapak Ardan bahwa RRI mempunyai
segmentasi tersendiri dan ada kanal masing masing yaitu PRO 1, PRO 2, PRO 3,
PRO 4 dan VOI. Programma 1 (PRO 1) untuk semua golongan atau usia, yang
kedua ada Programma 2 (PRO 2) kreatifitas anak muda, Programma 3 (PRO 3)
jaringan berita nasional atau news & dialog, Programma 4 untuk budaya,
kemudian ada programma voice of Indonesia, itu siaran luar negeri (SLN) dalam
8 bahasa, yang semua ini adalah untuk melayani publik Indonesia dan luar negeri
dalam arti kanal-kanal tersebut memiliki karakter masing-masing:45
Dari perumusan kekuatan tersebut, maka analisis SWOT untuk kekuatan
yang dimiliki RRI Banten antara lain dijabarkan dalam tabel berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
45
Tabel 4.1
Analisis Kekuatan RRI Banten
RRI Banten merupakan Lembaga Penyiaran Publik milik pemerintah yang
bersifat independen.
RRI Banten merupakan bagian dari pemerintah sehingga permodalan dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
Mempunyai konten siaran dengan 4 programma (PRO).
Program siaran yang ditayangkan secara teratur dan berpola.
Jangkauan siar yang mencakup seluruh wilayah Kabupaten/Kota di
Banten.
Hasil diskusi dengan bapak Engkay Karsila selaku penanggung jawab RRI Banten bapak Zahral
selau Kabid Produksi, dan bapak Ardan selaku layanan usaha. Tgl. 6 Mei 2014
65
4.4.1.2 Kelemahan (Weakness) RRI Banten
Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh RRI Banten, penulis
mendapatkan secara langsung dari hasil diskusi dengan penanggung jawab
produksi RRI Banten, bapak Engkay Karsila dan Bapak Ardan. Beliau melihat
Struktur organisasi untuk di RRI di Banten sementara ini memang belum
ditentukan, yang jelas RRI Banten dirancangnya tipe C, nanti akan terus
dilakukan evaluasi dan terus memperbarui kinerja dan manajemen, sehingga
mengalami peningkatan menjadi tipe B.
Dan karena RRI Banten di bawah naungan RRI Jakarta, anggaran masih
menggunakan RRI Jakarta. Keterbatasan SDM yang dimiliki oleh RRI Banten
juga masih menjadi kendala, tetapi dengan keterbatasan tersebut RRI Banten
masih dapat berjalan dan semua pekerjaan masih dapat ditangangani dengan baik
dan profesional.
Keterbatasan karyawan di RRI Banten merupakan kelemahan yang
dimiliki RRI Banten dalam mengelola perusahaannya, sehingga operasional RRI
Banten dapat terhambat karena setiap orang dalam manajemennya harus
menjalankan tugas tambahan disamping job descriptionnya masing-masing.
Melihat dari kelemahan yang dimiliki RRI Banten tersebut, maka analisis SWOT
untuk kelemahan RRI Banten dapat dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 4.2
Analisis Kelemahan RRI Banten
1. Keterbatasan personil dalam struktur organisasi.
2. Aspek manajemen penyiaran yang belum sempurna karena keterbatasan
personil.
3. Anggaran yang masih menggunakan RRI pusat/Jakarta.
66
4.4.1.3 Peluang (Opportunities) RRI Banten
Berbicara mengenai peluang, RRI Banten telah mengantisipasi peluangpeluang apa saja yang dihadapi selama beroperasi. RRI Banten selalu berusaha
mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan pendengar atau kebutuhan masyarakat.
Oleh karena itu, strategi untuk mengembangkan peluang yang ada yakni dengan
cara menyajikan program siaran yang cenderung disukai masyarakat. Dan juga
RRI punya pengelolaan segmentasi di masing-masing daerah.
Sebagai radio pemerintah dan juga bagian dari pemerintahan, RRI selalu
mencoba mengembangkan menjadi radio yang memberikan penyiaran tentang
informasi pendidikan, pemberitaan secara netral kepada masyarakat. Iklan yang
diberikan kepada masyarakat juga merupakan iklan masyarakat yang juga bersifat
edukatif.
Selain itu RRI juga masih diharapkan keberadaannya oleh masyarakat
pelosok tanah air yang tidak terjangkau hiburan seperti halnya TV dan radio-radio
swasta lainnya
Perusahaan menghadapi peluang pasar sangat besar, tetapi di lain pihak,
perusahaan menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi
perusahaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga
dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Sementara peluang eksternal dalam
lingkungan perusahaan saat ini dan yang akan datang. Peluang merupakan situasi
yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan
67
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang yang agresif. 46
Dari perumusan peluang tersebut, maka analisis SWOT untuk peluang
yang dimiliki RRI Banten selanjutnya dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Tabel 4.3
Analisis Peluang RRI Banten
Memiliki pendengar yang setia dan forum pendengar.
Segmentasi siaran yang dibidik oleh RRI adalah masyarakat-masyarakat
yang tidak terjangkau oleh hiburan-hiburan seperti halnya TV dan radioradio swasta lainnya di pelosok-pelosok daerah.
Memiliki akses sebagai mitra pemerintahan.
Memberikan iklan layanan masyarakat yang bersifat edukatif kepada
publik.
4.4.1.4 Ancaman (Threat) RRI Banten
Adapun dari segi ancaman, penulis mendapatkan hasil dari diskusi bahwa
RRI Banten memandang banyaknya media massa seperti televisi, koran, dan radio
swasta lain sebagai kompetitor. Namun, kompetitor dianggap merupakan kendala
yang sehat bahkan bisa menjadi feedback untuk RRI lebih maju lagi dan tetap
eksis.
Faktor cuaca yang tidak menentu juga menjadi salah satu hambatan atau
ancaman, namun dapat diantisipasi dengan menggunakan daya 5 Kwh, sehingga
tidak akan ada hambatan atau kendala. Jika jangkauannya tidak terganggu, maka
tentu penyiaran dapat berlangsung dengan baik dan dapat terus melayani
masyarakat dengan baik.
46
Hunger, David dan Wheelen, Thomas, 1996, Manajemen Strategis, Yogyakarta. Andi. Hal. 235
68
Selain itu, Hunger dan Wheelen juga menguraikan tentang ancaman dan
kelemahan bagi perusahan. Ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan saat ini
dan yang akan datang. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman, tetapi
perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk pasar). Adapun bidangbidang khusus kelemahan perusahaan saat ini dan yang akan datang. Merupakan
situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi
berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Dari ancaman yang harus dihadapai analisa SWOT untuk ancaman yang
dimiliki RRI Banten, melalui observasi dan wawancara terhadap beberapa
informan dalam penelitian ini, penulis menganalisa bahwa ancaman terhadap RRI
Banten harus dihadapi dengan sigap dan RRI Banten harus dapat mengantisipasi
segala kemungkinan. Ancaman-ancaman lain yang dapat menghambat operasional
RRI Banten selanjutnya diuraikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4
Analisis Ancaman RRI Banten
1. Banyaknya kompetitor seperti radio swasta, televisi, dan koran.
2. Persaingan yang tidak sehat.
3. Faktor cuaca yang tidak menentu.
4.4.2 SWOT Sebagai Cara Membentuk Strategi
4.4.2.1 Strategi Menggunakan Kekuatan Untuk Membangun Eksistensi
Dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik RRI
sebagai lembaga penyiaran publik yang notabene siarannya independen, maka
RRI tujuannya lebih besar pada publik dan kepentingan masyarakat banyak, serta
69
menggunakan kanal-kanal PRO 1, PRO 2, PRO 3, PRO 4, Voice of Indonesia
(VOI) yang semua ini adalah untuk melayani publik Indonesia, dan luar negeri.
PRO 1 itu adalah pemberdayaan masyarakat, yang segmentasinya ada informasi,
hiburan, pendidikan dan sebagainya. Khusus PRO 2 segmentasi nya ditujukan
untuk anak muda, itulah salah satu yang hal dilakukan RRI supaya sesuai dengan
konten, sesuai dengan visi-misi RRI. PRO 3 merupakan jaringan berita nasional,
PRO 4 yang merupakan wadah untuk memperlihatkan dan memperdengarkan
budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke, yang juga mempunyai ratusan
etnik yang hidup di Indonesia. Terus karena jaringan nasional dan juga
membangun karakter bangsa, visi-misi RRI yang lain adalah untuk membentuk
jaringan terluas jadi sampai ke luar negeri. VOI itu tujuannya untuk jaringan
terluas di luar negeri, dan itu salah satu upaya dan juga sesuai kontennya.
Strategi lain yakni membuat acara on air dan off air semacam jumpa fans
dan juga ada yang disebut forum pemerhati agar pendengar setia RRI dapat selalu
berkomunikasi dengan RRI. Itu merupakan salah satu upaya untuk mengikat para
pendengar agar hubungan antara RRI dengan pendengar agar dapat terus eksis dan
diterima masyarakat.
4.4.2.2 Strategi Meminimalkan Kelemahan Untuk Membangun Eksistensi
RRI tentunya memenuhi kebutuhan-kebutuhan teknologi karena sekarang
teknologi canggih dengan melengkapi audio dan video streaming agar masyarakat
dapat mudah mendengarkan RRI.
70
RRI juga selalu mengevaluasi setiap program acara dan selalu mengelola
manajemen produksinya dengan baik. Semua program produksi siaran harus
disesuaikan dengan konten siaran di setiap programma.
Seperti Programma 1 siarannya harus sesuai dengan konten atau format
dari programma itu sendiri yaitu, pemberdayaan masyarakat. Selain itu ada
eksekutif muda atau untuk remaja, dan juga budaya, sesuai konten dari
programma tersebut. Dan RRI merupakan salah satu radio yang setiap tahun
membuat rapat pola yang bertujuan untuk mengevaluasi dari sekian siaran yang
telah dilakukan selama 1 tahun apakah masih layak untuk disiarkan atau tidak.
Selain acara, SDM juga sangat diperhatikan, dikelola,. Jika karyawan RRI yang
berprestasi, perlu ada reward berupa promosi ke lain daerah karena ada rotasi
jabatan, itu salah satu upaya memanage dari karyawan-karyawati, yang ada di
LPP RRI.
4.4.2.3 Strategi Memanfaatkan Peluang Untuk Membangun Eksistensi
Untuk merebut pangsa pendengar, RRI melakukan joint branding dan
melakukan pertemuan dengan humas-humas di seluruh instansi pemerintah
maupun perusahaan. Yang tujuannya untuk menggaet dan bekerjasama dan
menjadi media partner bagi humas-humas tersebut. Jadi, mitra-mitra yang
bekerjasama dengan RRI dapat memanfaatkan RRI sebagai media untk
mensosialisasikan program pemerintahan atau program di perusahaan tersebut.
Selain itu RRI Banten berusaha mengetahui dan memahami kebutuhan
pendengar yang ada kaitannya dengan siaran. Siaran RRI Banten bersifat inovatif,
71
kreatif, dan disesuaikan dengan zaman. Dan RRI terus mempertahankan kualitas
dari pemberitaan dan program yang mudah diterima masyarakat sehingga
masyarakat mau mendengarkan RRI. Dengan begitu RRI memberikan informasi,
pendidikan, hiburan, dan kita bisa diterima jangkauannya, tidak terganggu cuaca
bagaimana serta kita bisa melayani masyarakat luas yang di pedesaan, pelosok,
dipegunungan sehingga dapat mendengarkan program RRI.
4.4.2.4 Strategi Menghindari Ancaman Untuk Membangun Eksistensi
Mengenai strategi RRI dalam menghadapi persaingan dengan media
massa lainnya RRI bekerjasama dengan mitra-mitra yang saling menguntungkan.
Dan RRI juga terus bekerja sama dengan media-media lain karena RRI ini bukan
pesaing, RRI tidak mencari iklan produk, iklan yang ada di RRI adalah iklan-iklan
yang sifatnya kerjasama dengan instansi-instansi.
Sebagai RRI termuda di Indonesia dan 2 tahun baru berdiri, tantangan
tersendiri untuk RRI Banten sekarang ialah bagaimana menformat kontennya agar
menarik, tidak hanya untuk golongan usia dewasa, namun juga untuk anak muda
yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Namun di samping itu, RRI
Banten harus tetap konsisten untuk tetap menjaga kualitas siarannya agar sesuai
dengan visi misi sebelumnya yaitu sebagai radio yang membangun karakter
bangsa berkelas dunia. Karena itu RRI Banten kemudian mulai mengembangkan
RRI PRO 2 yang memang format acaranya ditujukan bagi anak muda.
Berdasarkan hasil diskusi dan pengamatan dari kekuatan, kelemahan
yang dimiliki hingga peluang dan ancaman yang harus dihadapi RRI Banten maka
72
penulis mendapatkan beberapa strategi yang sekiranya dapat dilakukan RRI
Banten untuk mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, juga
meminimalisir kelemahan untuk menghadapi ancaman. Dari faktor-faktor
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman tersebut dapat dilihat beberapa hal
yang paling berpengaruh dalam keberlangsungan hidup RRI Banten.
Untuk
itu
diperlukan
adanya
strategi-strategi
untuk
dapat
mengoptimalkan kekuatan, meminimalisir kelemahan, memanfaatkan peluang
serta menghadapi ancaman dalam pengelolaannya. Strategi tersebut melahirkan
sebuah pola yang merupakan pengembangan dari konsep yang digagas oleh
Hunger dan Wheelen. Strategi dilihat dari kekuatan perusahaan dalam
memanfaatkan peluang yang ada, juga memaksimalkan kekuatan untuk
menghadapi peluang. Strategi selanjutnya yaitu meminimalkan masalah-masalah
internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik, serta
memiliki kelemahan dan menghadapi ancaman. Pola strategi-strategi tersebut
merupakan rumusan dari konsep Hunger dan Wheleen melalui matriks SWOT
sebagai berikut:
73
Tabel 4.5
Matriks SWOT Manajemen RRI Banten
Faktor Internal
1.
2.
3.
4.
5.
Faktor Eksternal
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
Peluang (O)
Memiliki pendengar yang setia dan forum
pendengar.
Segmentasi siaran yang dibidik oleh RRI adalah
masyarakat-masyarakat yang tidak terjangkau oleh
hiburan-hiburan seperti halnya TV dan radio-radio
swasta lainnya di pelosok-pelosok daerah.
Memiliki akses sebagai mitra pemerintahan.
Memberikan iklan layanan masyarakat yang
bersifat edukatif kepada publik.
Ancaman (T)
Banyaknya kompetitor seperti radio swasta,
televisi, dan koran.
Persaingan yang tidak sehat.
Faktor cuaca yang tidak menentu.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
Kekuatan (S)
RRI Banten merupakan Lembaga Penyiaran Publik
milik pemerintah yang bersifat independen.
RRI Banten merupakan bagian dari pemerintah
sehingga permodalan dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
Mempunyai konten siaran dengan 4 programma (PRO).
Program siaran yang ditayangkan secara teratur dan
berpola.
Jangkauan siar yang mencakup seluruh wilayah
Kabupaten/Kota di Banten.
Strategi (SO)
Memahami pangsa pasar terutama target lokal dengan
menyajikan tayangan semenarik mungkin.
Memaksimalkan akses yang dimiliki untuk memperluas
jaringan kerjasama.
Merangkul pemerintah untuk memudahkan perluasan
jaringan.
Membuat acara on-off air jadi semacam ada jumpa fans,
terus juga ada membentuk forum komunikasi terus juga
ada yang disebut forum pemerhati
Strategi (ST)
Menambah segmentasi programma (PRO) 2 yang
kontennya untuk anak muda/remaja.
Meningkatkan mutu program agar mampu bersaing
dengan media massa lainnya.
Memperluas jangkauan siar.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Kelemahan (W)
Keterbatasan personil dalam struktur organisasi.
Aspek manajemen penyiaran yang belum
sempurna karena keterbatasan personil.
Anggaran yang masih menggunakan RRI
pusat/Jakarta.
Strategi (WO)
Menanamkan semangat kerja bagi seluruh
karyawan untuk menciptakan iklim kerja yang
dinamis.
Meningkatkan kualitas SDM karyawan dengan
promosi ke lain daerah, rotasi dan memberi reward
Joint branding, melakukan perkumpulan dengan
humas-humas.
Strategi (WT)
Melengkapi sistem siaran dengan audio dan video
streaming.
Membenahi manajemen penyiaran dengan
perekrutan dan disposisi karyawan.
Meminimalisir gangguan teknis dengan perawatan
perangkat yang optimal.
74
Dalam menghadapi era teknologi canggih seperti sekarang ini dan
banyaknya kompetitor dimana persaingan dengan media lain maka RRI
melakukan strategi yang dengan terus mengimbangi teknologi canggih seperti
audio dan video streaming. Dan juga RRI selalu bekerjasama dengan mitra-mitra
yang saling menguntungkan untuk dapat terus diterima masyarakat dan dapat
mempertahankan eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. Dengan adanya
analisis SWOT sebagai penentuan strategi, dan program-program yang terrus
dikembangkan oleh RRI, RRI dapat meminimalisir kekurangan dan dapat
mengantisipasi ancaman sehingga dapat terus diterima dan selalu memenuhi
kebutuhan pendengar.
4.4.3 Strategi RRI Banten Berdasarkan Teori Niche (Ekologi Media)
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Niche yang
dikembangkan sejak tahun 1960-an oleh para ahli ekologi seperti S.A. Levins
(1957), R. Levins (1968), Ricklefs (1979) E.R. Pianka (1975) dan R.H. Whittaker
(1973).
Dalam konsep ekologi media, kompetisi antar industri media adalah
kompetisi untuk memperebutkan sumber penunjang kehidupan. Menurut John W.
Dimmick dan Eric Rohtenbuhler (1984) mengatakan bahwa sumber penunjang
kehidupan media ada tiga yaitu :
1. pertama, capital, yang meliputi struktur permodalan dan pemasukan iklan.
2. Kedua, types of content, yang menunjukkan aspek program dan atau jenis
isi media. Faktor konten merupakan deskripsi isi dari media yang
75
bersangkutan, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai rubrikasi/program
acara yang ada.
3. Ketiga, types of audience, yang menunjukkan jenis khalayak sasaran atau
target audien. Faktor audien pada dasarnya dapat dilihat melalui dua hal
yaitu dari data asumsi/profil media yang bersangkutan atau dari penelitian
khusus untuk mengetahui profil khalayak dan kebutuhan konsumsi media
mereka.
Pada sumber capital, terdapat struktur permodalan dan pengiklan yang
dapat menunjang keberlangsungan hidup RRI Banten yaitu dari APBD karena
RRI merupakan bagian dari pemerintah dan juga bertanggung jawab terhadap
pemerintah. Selain itu RRI Banten masih mendapatkan permodalan dari RRI
Jakarta. Sedangkan untuk pengiklan, RRI memberikan kesempatan kepada
instansi-instansi
pemerintahan
untuk
bekerjasama
dalam
iklan
layanan
masyarakat. Selain iklan layanan masyarakat, RRI juga terbuka untuk membuka
iklan komersil, dalam artian, masyarakat yang mempunyai produk, dapat
disiarkan dan diperdengarkan. Hal ini sesuai visi misi RRI yaitu sebagai
pengembangan potensi bisnis masyarakat.
Pada sumber types of content, yang menunjukkan aspek program dan
atau jenis isi media tersebut. Dalam hal ini RRI mempunyai pengelolaan
segmentasi tersendiri yaitu PRO 1 untuk pemberdayaan masyarakat, PRO 2 pusat
kreatifitas anak muda, PRO 3 jaringan berita nasional, PRO 4 siaran budaya dan
pendidikan, serta VOI siaran luar negeri dengan 8 bahasa asing yang dalam arti
kanal-kanal tersebut memiliki karakter masing-masing. Khusus untuk RRI
76
Banten, karena RRI Banten adalah RRI termuda yang baru 2 tahun berdiri, maka
RRI Banten mempunyai pengelolaan segmentasi PRO 1 dan PRO 2. Sesuai
dengan visi misi RRI, RRI Banten terus mencoba meningkatkan kualitas audio
dan memperluas jangkauan siaran secara nasional dan internasional dengan
mengoptimalkan sumber daya teknologi yang ada dan memenuhi kebutuhan
teknologi canggih seperti audio dan video streaming dan ada RRI Play di aplikasi
android. Dan RRI menyelenggarakan siaran pendidikan, yang bertujuan untuk
mencerahkan, mencerdaskan, dan memberdayakan serta mendorong kreatifitas
masyarakat dalam rangka membangun karakter bangsa, dan memberikan siaran
yang dapat menggali, melestarikan, mengembangkan budaya bangsa, memberikan
hiburan yang sehat, serta membentuk budi pekerti dan jati diri bangsa di tengah
arus globalisasi.
Sumber ketiga yaitu types of audience, yang menunjukkan jenis khalayak
sasaran atau target audien. RRI sebagai radio yang terluas jaringannya selalu
berusaha memberikan pelayanan kepada publik dengan terus meningkatkan
jangkauan siar hingga ke pelososk-pelosok dan perbatasan di Indonesia yang tidak
terjangkau televisi atau radio lainnya. Dan dari kanal-kanal tersendiri yang
dimiliki, RRI mempunyai audien atau pendengar khusus yang setia mendengarkan
RRI.
Ketiga sumber penunjang tersebut merupakan tiga tiang utama yang
menjadi penyangga – sekaligus sumber “makanan” bagi media agar dapat survive
dan mengembangkan dirinya dalam situasi kompetisi yang ketat.
77
Penerapan teori Niche pada RRI Banten dinilai sesuai dengan konsepsi
mengenai ekologi media. Hal ini dikarenakan kegiatan penyiaran yang dilakukan
oleh RRI Banten sudah mencakup sumber penunjang kehidupan media baik dari
suatu permodalan, audien, maupun konten.
Selain itu sebelum pelaksanaan ekologi media, RRI Banten berusaha
mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan pendengar agar program dalam RRI
Banten tepat pada sasaran segmentasinya. Seperti pendapat yang dikemukakan
oleh Onong bahwa strategi diperlukan untuk mencapai apa yang dikehendaki.
Termasuk RRI dalam membangun eksistensinya agar dapat mencapai visi misinya
sebagai media radio penyiaran publik. Strategi pada hakikatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan.47
Dalam menghadapi era pasar bebas dan kompetitor dimana persaingan di
dunia penyiaran kian menajam, maka RRI Banten lebih mengarahkan target
sasaran pendengar yang terdapat di daerah perbatasan dan tidak terjangkau oleh
televisi maupun radio lain. Dengan adanya strategi yang dilaksanakan dan
dilakukannya ekologi media, peranan layanan usaha di RRI Banten merupakan
ujung tombak perusahaan atau yang menentukan baik buruknya citra yang
diterima oleh RRI dari pendengar. Dalam hal ini layanan usaha bertanggung
jawab dalam mengatur program siaran, mengantisipasi masalah yang terjadi dan
dapat memenuhi kebutuhan pendengar.
47
Effendi, Onong Uchjana. 2007, Komunikasi : Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hal. 32
78
4.4.4
Eksistensi RRI Banten Sebagai Lembaga Penyiaran Publik
Penelitian ini adalah analisis strategi RRI Banten dalam mempertahankan
eksistensinya sebagai lembaga penyiaran publik. Oleh karena itu, selain
menganalisa strategi-strategi RRI, penulis juga membidik bagaimana eksistensi
RRI sebagai lembaga penyiaran publik.
RRI merupakan salah satu lembaga publik yang memberikan jasa
penyiaran radio. Dalam hal ini RRI adalah radio publik milik negara, yang
melaksanakan Tupoksi sesuai dengan amanat UU No. 32 tahun 2002 tentang
penyiaran dan berusaha bagaimana mempertahankan dan menyampaikan
informasi yang sehat.
RRI masih eksis karena segmentasi yang di bidik oleh RRI itu adalah
bukan hanya dalam kota tetapi justru yang paling jauh itu di daerah-daerah
makanya RRI Banten itu sangat direspon oleh gubernur karena Banten itu kan
bentuknya masih terpencil-pencil dan informasi yang paling cepat adalah radio.
Itu salah satu contohnya yang dilakukan oleh RRI dan sampai saat ini diperkotaan
saja itu RRI penggemarnya masih bagus.
Eksistensi sendiri seperti yang dikemukakan menurut Abidin Zaenal
(2007:16):
“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu menjadi
atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri,
yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau
mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti,
melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan
atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan
dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya.”
79
Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa pada dasarnya RRI Pro 1 FM
Banten tidak akan mengalami kemunduran, terutama dalam hal keuangan. Hal ini
dikarenakan RRI Pro 1 FM Banten adalah bagian dari lembaga penyiaran publik
yang mendapatkan dana operasional langsung dari pemerintah. Sesuai dengan UU
no. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran pasal 15, sumber pembiayaannya berasal
dari: iuran penyiaran, APBN atau APBD, sumbangan masyarakat, siaran iklan,
dan usaha lain yang sah terkait dengan penyelenggaraan penyiaran dan selalu
bertanggung jawab terhadap pemerintah. Selain itu, RRI juga
selalu
mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan program kerja dan siarannya ke
Komisi Penyiaran Indonesia.
RRI merupakan radio dengan jaringan terluas dan frekuensinya yang
banyak hingga ke pelososk dan perbatasan, dan terbukti dengan luasnya jaringan
tersebut RRI masih banyak pendengar setia. Salah satu cara untuk lebih dekat
dengan pendengar yaitu dengan mengadakan acara on air atau off air. Dan ada
juga semacam ada jumpa fans, membentuk forum komunikasi dan forum
pemerhati. Itu salah satu upaya untuk mengikat para pendengar. di acara off air,
kita adakan pertemuan, dan dalam tersebut terjalinlah komunikasi dengan
pendengar. Banyaknya stasiun RRI yang berjumlah 250 stasiun dan frekuensi RRI
yang menggunakan FM untuk di dalam kota, AM di luar kota atau di pelosok, dan
SW untuk keluar negeri dan RRI menggunakan satelit Palapa C2 untuk sistem
komunikasinya, satelitnya, dan kita bisa siaran dimana saja, karena kita radio
berjaringan nasional. Hingga saat ini RRI masih terus tetep eksis, tetap ada
komunitas spesial, pendengar spesial yang terbukti sampai saat ini bisa dikatakan
80
kalau dalam 1 jam saja ada 200 SMS dan ada sekian puluh penelepon
menandakan bahwa RRI masih eksis acaranya masih dapat dinikmati dan
digemari masyarakat.48
Hal yang sama juga disampaikan Hendra Leo Munggaran, informan
pendukung selanjutnya yang mewakili elemen masyarakat. Saat ditemui untuk
diwawancara, Hendra mengakui bahwa RRI Banten sudah mulai dikenal publik
dan RRI adalah radio pemerintah yang berada di pusat dan wilayah-wilayah
propinsi, salah satunya di Banten yang cukup eksis di masyarakat. Hal tersebut
terbukti dari beberapa program siaran RRI Banten yang ia ketahui. Salah satu
acara favoritnya Golden Memori dan banyak yang partisipasi, kirim SMS dan
telepon.
Kemudian Yenita yang merupakan pendengar lain dari kalangan remaja
menambahkan bahwa RRI adalah salah satu radio yang dapat memberikan
informasi serta berbagai hal yang sedang terjadi di masyarakat, wawasan dan
hiburan yang sehat. Dan program acara di RRI Banten sangat menarik karena
dengan adanya RRI Banten saya lebih mengetahui tentang informasi-informasi
yang terpenting di Banten atau di luar kota.
Dari beberapa penuturan informan pendukung yang dianggap mewakili
pengertian eksistensi, maka penulis dapat menganalisa bahwa RRI Banten dapat
dikatakan eksis. Dan beberapa hal yang menunjang eksistensi tersebut
membuktikan bahwa RRI Banten dapat bertahan dan terus mengembangkan
usahanya untuk tetap mengudara di masyarakat.
48
Hasil wawancara dengan bapak Engkay Karsila, penagnggung jawab RRI Banten. Tgl. 3 Maret
2014 pukul: 16.00
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RRI Banten mengenai strategi
RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik,
penulis menyimpulkan bahwa Radio Republik Indonesia Banten 94,9 FM
mempunyai kekuatan diantaranya RRI Banten merupakan bagian dari pemerintah
sehingga permodalan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kelemahan, yaitu Kekurangan
personil dalam struktur organisasi. Peluang, Segmentasi siaran yang dibidik oleh
RRI adalah masyarakat-masyarakat yang tidak terjangkau oleh hiburan-hiburan
seperti halnya TV dan radio-radio swasta lainnya di pelosok-pelosok daerah.
Ancaman, Banyaknya kompetitor seperti radio swasta, televisi, dan koran.
Dan dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut, dapat dilakukan
strategi sebagai berikut:
1. RRI sebagai lembaga penyiaran publik yang notabene siarannya
independen, maka tujuannya lebih besar pada publik dan kepentingan
masyarakat banyak, maka RRI mempunyai strategi menggunakan
kekuatan untuk membangun eksistensi yaitu menggunakan kanal-kanal
yang dikelola untuk melayani publik di Indonesia. Strategi lain yakni
membuat acara on air dan off air semacam jumpa fans dan juga ada yang
disebut forum pemerhati agar pendengar setia RRI dapat selalu
berkomunikasi dengan RRI
81
82
2. Sedangkan
strategi
meminimalkan
kelemahan
untuk
membangun
eksistensi, RRI tentunya memenuhi kebutuhan-kebutuhan teknologi
karena sekarang teknologi canggih dengan melengkapi audio dan video
streaming. Dan pengelolaan manajemen RRI dilakukan untuk terus
mengevaluasi semua produksi acara, dan disesuaikan dengan konten
siaran. Selain acara, SDM juga sangat diperhatikan, dikelola, juga
direspon SDMnya, misalnya apakah SDM ini masih memenuhi syarat atau
tidak, masih layak atau tidak jadi penyiar dan jika berprestasi, perlu ada
reward, rewardnya berupa promosi. Selain itu juga ada perhatian terhadap
SDM apabila SDM tersebut terlihat sudah jenuh, ada rotasi atau bisa juga
promosi ke lain daerah, itu salah satu upaya memanage dari karyawankaryawati.
3. Untuk merebut pangsa pendengar, strategi memanfaatkan peluang untuk
membangun eksistensi yaitu RRI melakukan joint branding dan
melakukan
pertemuan
dengan
humas-humas
di
seluruh
instansi
pemerintah maupun perusahaan. Yang tujuannya untuk menggaet dan
bekerjasama dan menjadi media partner bagi humas-humas tersebut.
Selain itu RRI Banten berusaha mengetahui dan memahami kebutuhan
pendengar yang ada kaitannya dengan siaran. Siaran RRI Banten bersifat
inovatif, kreatif, dan disesuaikan dengan zaman dan yang terpenting RRI
dapat mempertahankan kualitas dari pemberitaan dan program yang
mudah diterima masyarakat sehingga masyarakat mau mendengarkan RRI.
83
4. Mengenai strategi menghindari ancaman untuk membangun eksistensi,
RRI bekerjasama dengan mitra-mitra yang saling menguntungkan dalam
menghadapi persaingan dengan media massa lainnya. Dan sebagai RRI
termuda di Indonesia dan 2 tahun baru berdiri, tantangan tersendiri untuk
RRI Banten sekarang ialah bagaimana menformat kontennya agar
menarik, tidak hanya untuk golongan usia dewasa, namun juga untuk anak
muda yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Namun di
samping itu, RRI Banten harus tetap konsisten untuk tetap menjaga
kualitas siarannya agar sesuai dengan visi misi sebelumnya yaitu sebagai
radio yang membangun karakter bangsa berkelas dunia. Karena itu RRI
Banten kemudian mulai mengembangkan RRI PRO 2 yang memang
format acaranya ditujukan bagi anak muda.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoritis
1. Sebagai radio publik yang cukup dikenal masyarakat Banten, RRI Banten
harus selalu meningkatkan kualitas program acara dan selalu menjaga
kedekatan dengan para pendengar.
2. Pihak RRI Banten harus meningkatkan kredibilitas dan nama baik
perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar RRI Banten dapat terus
membangun eksistensi dan memberikan pelayanan informasi yang
terpercaya yang dapat menjadi acuan dan sarana kontrol sosial masyarakat
84
dengan memperhatikan kode etik jurnalistik dan penyiaran sesuai visi dan
misi LPP RRI.
3. Selain menjaga hubungan baik dengan pendengar, hubungan dengan
stakeholder atau lembaga pemerintahan harus selalu ditingkatkan agar
semakin banyak masyarakat yang menjadi pendengar setia RRI Banten
sehingga pendengar tersebut dapat menjadi aset yang dapat meningkatkan
nilai lebih yang dimiliki RRI Banten di mata masyarakat luas umumnya
dan lembaga pemerintahan khususnya.
5.2.2 Saran Praktis
Selain
memberikan
saran
untuk
RRI
Banten,
penulis
juga
merekomendasikan penelitian lanjutan setelah penelitian ini dilaksanakan,
penelitian ini hanya sebatas merumuskan strategi mengenai manajemen
penyiaran, namun setelah melakukan observasi di lapangan, penulis mendapati
temuan-temuan yang berhubungan yakni mengenai komunikasi organisasi. Oleh
karena itu penulis menyarankan bagi siapapun yang akan melakukan penelitian di
RRI Banten, komunikasi organisasi dapat menjadi rujukan penelitian yang sesuai
untuk pengembangan hasil penelitian ini. Sehingga penelitian ini dan penelitianpenelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
secara teoritis maupun praktis.
85
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Arifin. 2007. Strategi Komunikasi (Sebuah Pengantar Ringkas).
Bandung. CV Armico.
Ardianto, Elvinaro, Drs, Msi., Komala, Lukiati, Dra, Msi., Karlimah, Siti,
Dra, M.Si. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung.
Simbiosa Rekatama Media.
Basrowi, Dr. M.Pd, dan Suwandi, Dr. M.Si. 2008. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung. Rineka Cipta.
Biagi, Shirley. 2010. Media/Impact: Pengantar Media Massa. Jakarta.
Salemba Humanika.
Bungin, Burhan, Prof. Drs. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Kencana.
Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi. 2011. Dasar-dasar Penyiaran:
Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta.
Kencana.
Effendy, Onong Uchjana. 1990. Radio Siaran, Teori dan Praktek.
Bandung. CV. Mandar Maju.
. 2007. Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Hunger, David dan Wheelen, Thomas. 1996. Manajemen Strategis.
Yogyakarta. Andi.
Kriyantono, Rakhmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta.
Kencana.
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data
Kualitatif. Terjemahan: Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta. penerbit
UI.
Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio
& Televisi. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung.
Remaja Rosdakarya.
86
Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Nurudin, M.Si. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta. Raja
Grafindo Persada,
Pearce, John & Robinson, Richard. 2011. Manajemen Strategis:
Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta. Salemba
Empat.
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta. Graha Ilmu,.
Rivers, WL, Jeensen JW, Peterseon, Theodore, 2003. Media Massa dan
Masyarakat Modern Edisi Kedua. Jakarta. Prenada Media.
Satori, Djam’an & Komariah, Aan. 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D.
Bandung. Alfabeta.
Widjaja, H.A.W. Prof, Drs. 2002. Komunikasi (Komunikasi dan
hubungan masyarakat). PT. Bumi Aksara.
Jurnal:
Wahyu W, Deddy, 2012, Sejarah Radio Republik Indonesia Wilayah
Semarang Tahun 1945-1998 Vol. 1 No. 1, Universitas Negeri
Semarang, 24-29 hal.
H.L, Ditty, 2012, Strategi Perubahan Segmentasi Pendengar RRI Pro 2
FM Surabaya Vol. 1 No. 2, Universitas Airlangga
Tamaya, Vicka, Sulandari, Susi,. Dra, M.Si,. dan Lituhayu Dyah., Dra
M.Si, Optimalisasi Kampung Batik Dalam Mengembangkan
Industri Batik Semarangan Di Kota Semarang, Universitas
Diponegoro, 1-14 hal.
Herawati, Anita dan Budi, Setio. 2007. Ekologi Media Radio Siaran di
Yogyakarta: Kajian Teori Niche terhadap Program Acara Radio
Siaran di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Vol. 4 No.2.
Universitas Atmajaya Yogyakarta,107-130 hal.
Artikel Lain:
Adistya, Yusi, 2012, Analisis Strategi Manajemen Penyiaran Carlita TV
Dalam Mempertahankan Eksistensinya Sebagai Media Televisi
Lokal. Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, Banten (Tidak Dipublikasikan).
87
Adi Nugraha, Ganesa. 2013. Eksistensi Pidana Tambahan Pada Tindak
Pidana Korupsi (Studi Pada Kejaksaan Negeri Semarang).
Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Tidak
Dipublikasikan).
Website
www.rri.co.id
www.rrijakarta.com
www.rribanten.blogspot.com
http://rribanten.wordpress.com/
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih/article/download/2221/2037
http://journal.unair.ac.id/article_4640_media137_category137.html
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/viewFile/1612/1608
http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/1.-anita-herawati-dan-setia-Budi-107130.pdf
http://lib.unnes.ac.id/18278/1/8111409078.pdf
http://eprints.undip.ac.id/26089/1/summary_penelitian_Joko_Nugroho.pdf
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/668/pdf
88
89
90
91
SEJARAH BERDIRINYA RRI BANTEN
Keinginan hadirnya RRI Banten sesungguhnya sejak Banten menjadi
daerah otonom terpisah dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000. Berawal dari
pembicaraan yang dilakukan oleh seorang Gubernur Perempuan Pertama di
Indonesia dan Provinsi termuda pada waktu itu yakni Hj. Ratu Atut Chosiyah
bersama Wakil Gubernur Provinsi Banten saat itu Bapak H. Masduki ketika
meninjau kesiapan pelaksanaan Musabaqoh Tilawatil Quran Tingkat Nasional
Tahun 2008 yang diselenggarakan di Kantor Pusat Pemerintahan Provinsi Banten
(KP3B). RRI Jakarta saat itu diminta sebagai media Partner untuk melakukan
Siaran Langsung dari kegiatan tersebut.
Ketika itu Gubernur dan Wakil Gubernur menyempatkan siaran Studio
Mini RRI, mengingatkan akan statement yang disampaikan Dirut LPP RRI waktu
itu Parni Hadi, bahwa RRI akan segera didirikan di Provinsi Banten. Wakil
Gubernur Banten Masduki dengan gayanya yang khas dan akrab menggunakan
Bahasa Sunda kepada Reporter RRI Jakarta – Engkay Karsila dan Heriyoko “Kieu
Kang, pokoknya carioskeun ka para pimpinan di RRI Jakarta, Bapak miharep RRI
Banten tos ngadeg saacan Bapak Pangsiun, kitunya..?
Kendati RRI Banten belum muncul secara fisik tapi sejak itu
Kepemimpinan RRI Jakarta (Alm) Gun Sukmagunadi, Sarwono, Nining
Supratmanto, Zulhaqqi Hafiz, dan Nuryudi, RRI Jakarta Pro aktif melakukan
siaran–siaran luar (insidentil) tidak saja liputan tetapi juga kegiatan MTQ
Nasional, Sidang DPRD, Pelantikan Gubernur dan siaran dari Masjid Agung ,
Pemilukada, Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden,
92
Seiring berjalannya waktu pada bulan Mei 2011 Dirut LPP RRI setelah
melantik beberapa Kepala RRI Eselon 2 yang salah satunya Ersna Prahesti
sebagai Kepala RRI Jakarta, menginstruksikan Kepada RRI Jakarta segera
mewujudkan lahirnya RRI di Ibu kota Provinsi yaitu Banten yang secara geografis
berdekatan dengan Ibukota Negara – Jakarta. Ersna Prahesti yang sudah melekat
dengan cara kerjanya yang cekatan segera melakukan Rapat Struktural dan
keesokan harinya Kepala RRI Jakarta menugaskan Heriyoko ke Banten untuk
pertemuan dengan Karo Humas dan Karo Umum Pemprov Banten. Seminggu
kemudian Kepala RRI Jakarta mengajak para Kabag/kabid Aep Karman
Djajasamita (kabag TU, Naswin Achmad Kabid Programa Siaran, Dakhril Kabid
Produksi, Djoko Purnomo Kabid Teknik dan Henny Mulyani Kabid LU serta Kasi
Liputan dan Berita, Heriyoko untuk bertemu Gubernur Banten.
Saat itu, Gubernur berhalangan karena sedang dinas ke luar kota, maka
melalui Kepala Biro Humas Komari berserta stafnya Siti Ma’ani Nina langsung
survey ex klinik di Pendopo Gubernur Banten Sejak itu dilokasi ex klinik. Crew
Teknik Transmisi dipimpin Kasinya Tetuko berserta Mugiamano Kasi Teknik
Studio dan staf Umar memasang perangkat pemancar dan studio (ex RRI Jakarta)
yakni antena FM 2 by dengan ketinggian 18 meter, untuk Antena FM 300 watt
dan parabola/resiver DVB, untuk mengisi modulasi siaran Programa 1 RRI
Jakarta ke RRI Serang FM 94,9 Mhz.
Pada waktu itu Djoko Purnomo (Kabid SDT), menyampaikan informasi
kepada Kepala RRI Jakarta yang diperoleh dari KPID Banten dan Balmon bahwa
ada frekwensi 94,9 yang kosong yang dialokasikan untuk Radio Publik. Mendapat
93
informasi itu Kepala RRI Jakarta Ersna Prahesti bersama dengan Para
Kabag/Kabid dengan Kasi Liputan dan Redaksi Hariyoko langsung menemui
KPID Banten Muhibbudin. Ketua KPID tidak melarang Frekwensi 94,9 di isi
modulasi Programa 1 RRI Jakarta karena RRI adalah Lembaga Penyiaran Publik
dengan catatan ISR Izin Siaran Radio harus diperjuangkan.
Akhir Agustus 2011 uji coba test Modulasi di Frekwensi FM 94,9 Mhz
berjalan mulus. Para Penyiar programa 1 RRI Jakarta dalam call station selain
menyebutkan frekwensi Programa 1 RRI Jakarta juga Frekwensi RRI Serang FM
94,9 Mhz.
Tanggal 14 April 2012, RRI Serang sudah bisa siaran lokal 8 jam mulai
Pukul 08.00 s.d. 14.00 WIB selebihnya tetap relay Programa 1 RRI Jakarta
sampai Pukul 24.00 WIB dengan penyiar RRI Banten yang pertama dan satu –
satunya Asih Rianda dan Nasrudin sebagai reporter.
Pengudaraan Frekwensi FM 94,9 Mhz terus berlangsung yang dijaga staf
Rumah tangga Kantor Pendopo Gubernur sdr YANI. Bulan Februari 2012 Bagian
Umum RRI Jakarta dipimpin Kasubbag Umum Suprawata merenovasi satu ruang
ex kantor TIM Penggerak PKK dibuat Ruang Studio Kedap Suara. TIM Teknk
Studio memindahkan studio dari ex klinik ke gedung ex PKK.
Siaran 8 Jam cukup mengundang simpati pendengar Kota Serang dan
sekitarnya, serta beberapa Pejabat termaksud Kepala Biro Humas Komari secara
rutin menginformasikan kegiatan – kegiatan Pemerintah Provinsi Banten dan
masyarakat.
94
Untuk menyampaikan RRI Serang sudah mengudara dengan konten lokal
8 jam, Kepala RRI Jakarta bersama Kabag/Kabid serta Kasi liputan dan Redaksi
menghadap ketua DPRD Provinsi banten Aeng Nasrudin yang didampingi unsur
pimpinan DPRD lainnya.
Pihak Dewan mengatas namakan rakyat kurang berkenan nama RRI
adalah RRI Serang disarankan nama RRI Banten. Demikian juga beberapa tokoh
masyarakat dan tokoh agama kurang setuju nama RRI Serang, masyarakat ingin
mengabadikan nama Banten melekat di RRI sebagaimana RRI perekat NKRI. Hal
ini disampaikan Kepala RRI Jakarta kepada Direktur Utama LPP RRI Niken
Widiastuti dan diteruskan kepada Ketua Dewan Pengawas LPP RRI Zulhaqqi
Hafiz dan melalui diskusi Jajaran Direksi dan Dewan Pengawas LPP RRI
disepakati RRI Serang sebagai RRI Banten.
Pihak DPRD Prov. Banten Juga Menyarankan agar lokasi keberadaan
RRI mudah diakses publik. Selanjutnya tokoh masyarakat yang cukup terkenal H.
Najmuddin meminjamkan tanah berikut bangunan di jalan TB. Ahmad Khotib No.
47 Benggala Serang Banten untuk ditempati operasional RRI Banten. Dalam
kelangsungan operasional siaran RRI Banten sejak mengudara tidak terlepas
perjalanan siaran di Pendopo Kantor Gubernur baik di gedung Ex Klinik maupun
gedung Ex PKK, sekarang gedung ex PKK masih digunakan sebagai studio VIP
RRI Banten.
Lagi – lagi TIM teknik yang di pimpin oleh Kepala Bidang SDT Maryoto
memindahkan segala sarana prasana siaran di Jalan TB. Ahmad Khotib termasuk
mengangkut tower tree angel dari Kebayoran dan pemacar FM 2 KW dengan
95
antena OMB 4 by. Kerena pemancar bukan baru, kekuatan 2 KW tidak maksimal
dan tidak stabil bisa turun 1 KW bahkan 500 watt . Kabid Siaran Octovianus
bersama Kasi Evaluasi Program Abdul Gaffar Zakaria terus berbenah dalam
program siaran, Kabid Produksi Ferdi Kusno menjaring penambahan penyiar.
Bulan Agustus Tahun 2013 Pemancar Baru berkekuatan 5 KW menghiasi
kota serang dan sekitarnya sampai Perbatasan Merak yang 3 tahun terakhir RRI
Banten bersama RRI Jakarta menggelar Tenda Publik dan Studio Mini dimana
Kasi Pencitraan Engkay Karsila dan Kasi Pengembangan Usaha Siti Khotijah
aktif melakukan kerjasama dengan mitra dan layanan publik, Perbatasan
Pandegelang Perbatasan Rangkasbitung dan mengcover seluruh kota dan
kebupaten Serang serta Cilegon.
Dengan hadirnya pemancar baru 5 KW semakin menggairahkan para
kepala Bidang Octovianus Kabid Programa Siaran, Zahral Mutzaini Kabid
Produksi, Komaningsih Sutana Kabid LU berserta Siti Khotijah Kasi
Pengembangan Usaha, Aep Karman Djajasasmita Kabag TU RRI Jakarta, berserta
Pejabat Struktural lainnya Kasubbag dan Kasi RRI Jakarta bersama – sama TIM
Work memantapkan keberadaan RRI Banten sesuai dengan Visi dan Misi LPP
RRI “Menjadikan LPP RRI sebagai Radio Berjaringan terluas, pembangun
karakter bangsa berkelas dunia”.
96
Struktur Organisasi RRI Banten
Drs. H. Herman Zuhdi. M.Si
Pembina RRI Banten
Karsila, SE
Penanggung Jawab RRI Banten
Rozani, SE
Bendahara
Asih Kurnianingsih, SE
Penyiar
Nasrudin, S.Kom
Reporter
Gita Puspita, SE
Penyiar
Dendi F
Reporter
Dede Firdaus
Penyiar
Hasniar Rahmawati
Penyiar
Ari
Penyiar
Andi Lutfian, S.Kom
Teknik
Berlian H
Teknik
Agus Ardan M
Layanan Usaha
Heru
Rumah Tangga
97
Program Acara RRI Banten
98
99
100
101
102
Pedoman Wawancara
1. Profil dan visi-misi RRI Banten?
2. Apakah usaha yang dilakukan RRI sebagai salah satu strategi untuk
menjaga eksistensi sebagai radio ditengah banyaknya radio siaran swasta
niaga? Seperti strategi perubahan segmentasi atau program kerja yang
berbeda atau ada usaha lain?
3. Adakah perbedaan program kerja atau segmentasi yang dulu dengan
sekarang?
4. Apa usaha yang dilakukan RRI untuk tetap mendapatkan simpati
pendengar?
5. Publikasi seperti apa yang dilakukan RRI untuk mendapatkan pendengar
setia?
6. Apakah RRI daerah melaksanakan program independen atau
melaksanakan program-program dari pusat?
7. Siapa yang menjadi target pendengar RRI?
8. Bagaimana format acara di RRI?
9. Bagaimana proses perencanaan program?
10. Faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan program?
11. Bagaimana atensi pendengar terhadap program RRI?
12. Apakah selalu ada evaluasi program secara berkala?
13. Jadi, apa intinya usaha RRI untuk menjaga eksistensi?
14. Apa saja kendala-kendala yang sering dihadapi RRI selama beroperasi
sebagai media penyiaran?
15. Bagaimana pemecahan solusi dan pengendalian dari kendala yang sering
terjadi?
16. Setelah sekian tahun berkiprah sebagai media penyiaran, apa saja
kelebihan dan kelemahan yang dimiliki RRI?
17. Apa saja peluang dan ancaman yang dihadapi RRI selama beroperasi?
18. Bagaimana strategi RRI dalam menghadapi persaingan dengan media
massa lainnya?
19. Strategi dengan kekuatan RRI Banten yang seperti apa/bagaimana untuk
memanfaatkan peluang yang ada?
20. Strategi menggunakan kekuatan seperti apa/bagaimana untuk menghindari
ancaman?
21. Strategi memanfaatkan peluang seperti apa/bagaimana untuk mengatasi
kelemahan?
22. Strategi seperti apa/bagaimana RRI Banten meminimalkan kelemahan dan
bagaimana strategi RRI Banten untuk menghindari ancaman?
23. Apa saja langkah-langkah real untuk mencapai tujuan dari media
penyiaran ini?
103
24. Apa saja langkah-langkah RRI untuk merebut pangsa pendengar?
25. Bagaimana implementasi visi-misi RRI dalam penyiaran program siaran?
26. Apa saja rencana jangka pendek dan jangka panjang RRI?
27. Bagaimana RRI mengelola manajemen produksinya?
28. Apa saja program-program siaran yang dimiliki RRI?
29. Bagaimana manajemen RRI dari segi pemasaran?
30. Apa saja strategi pemasaran RRI?
31. Bagaimana strategi RRI dalam berkoordinasi dengan pihak pemerintah
dan lembaga penyiaran?
32. Bagaimana status dan struktur organisasi RRI Banten?
33. Untuk stekeholder, bentuk kerjasama apa saja dan bagaimana hubungan
dengan stakeholder?
34. Siapa saja yang menjadi stakeholder di RRI Banten?
35. Perusahaan/instansi mana saja yang sering jadi pengiklan di RRI Banten?
36. Apa saja jenis iklan di RRI? Apakah ada iklan komersil? Dan apakah ada
biaya untuk iklan?
37. Sejauh mana RRI pusat mempengaruhi RRI Banten? Baik dari segi acara,
permodalan, rumah tangga, dsb! Kewenangan RRI pusat terhadap RRI
Banten itu bagaimana? Apakah RRI Banten hanya menjalankan dari pusat
atau tidak? Terus permodalan itu seperti apa pengelolaannya?
38. Apakah RRI hanya mengelola dana dari APBD?
39. Apa saja tugas-tugas anda sebagai posisi ini?
40. Apa yang memotivasi anda untuk memilih bekerja di RRI?
41. Mengenai status karyawan di RRI, bagaimana status karyawan di RRI?
Apakah pegawai negeri sipil atau pegawai BUMN, mengingat RRI adalah
Lembaga Penyiaran Publik? Dan melihat situasi karyawan yang sudah
senior dan mungkin ada yang akan memasuki masa pensiun, apakah RRI
tidak berencana merekrut karyawan baru?
42. Setelah menjadi bagian dari RRI, bagaimana anda memandang program
RRI?
43. Selama menjadi salah satu karyawan di RRI, apa saja kendala yang
dihadapi? Dan bagaimana Anda menghadapi kendala tersebut?
44. Bagaimana anda menjalani hubungan dengan pimpinan perusahaan?
45. Bagaimana anda menjalani hubungan dengan karyawan yang lain?
46. Bagaimana pandangan anda mengenai eksistensi RRI?
47. Apa saja harapan anda untuk RRI kedepannya?
104
Hasil Wawancara
Wawancara pak Engkay 3 Maret 2014
1. Apa saja kendala-kendala yang sering dihadapi RRI selama beroperasi
sebagai media penyiaran?
Jawaban:
Banyaknya kompetitor kita ya, kompetitor itu suatu kendala juga, ya
katakanlah kompetitor itu kendala yang sehat, ya kita tahu sekarang ini
masyarakat gitu kan lebih cenderung ke televisi gitu kan televisi itu kan
dengan program-programnya yang ehm...tetapi kita lihat mana ada
program televisi yang tontonan menjadi tuntunan, ga ada. Sinetron semua,
udah sinetron, dagelan, hanya canda, nyanyi dan joged-joged apa yang
bisa dijadikan rujukan masyarakat gitu kan. Tetapi disini menjadi feedback
untuk RRI maju lagi, gitu kan. Jadi ehm...kendala utama, satu, banyaknya
kompetitor sehingga masyarakat membagi porsi mana yang ke televisi
mana yang ke koran, mana yang ke radio, dibagi-bagi gitu kan, ehm...terus
terutama RRI masih terus tetep eksis, tetap ada komunitas spesial,
pendengar spesial untuk RRI yang sampai saat ini boleh dikatakan kalau
dalam 1 jam/60 menit sms sampai 200 itu kan berarti masih eksis dong
jadi penelepon juga itu SMS 200penelepon sekian puluh itu kan udah
suatu acara yang dinikmati dan digemari masyarakat, nah gitu.
2. Bagaimana pemecahan solusi dan pengendalian dari kendala yang sering
terjadi?
Jawaban:
Kita bikin acaranya ada on-off air jadi semacam ada jumpa fans, terus juga
ada membentuk forum komunikasi terus juga ada yang disebut forum
pemerhati juga ada di RRI itu salah satu upaya untuk mengikat para
pendengar di acara off air, kita adakan pertemuan, nah dalam pertemuan
itu ada yang disebut dengan komunikasi pendengar. Jadi kan ada
penggemar oldist, lagu-lagu oldist, ada penggemar tembang kenangan, ada
penggemar tradisional, terus ada yang penggemar khusus lagu-lagu anak
muda. Nah kita gabung jadi satu, dan membentuk satu nama forum, yaitu
disebut forum pemerhati, nah gitu upayanya.
3. Setelah sekian tahun berkiprah sebagai media penyiaran, apa saja
kelebihan dan kelemahan yang dimiliki RRI?
Jawaban:
Kelebihan RRI, RRI ada di semua sabuk pengaman NKRI, RRI berada di
seluruh Provinsi, ehm...yang ada di Indonesia, ya. Terus juga RRI sebagai
pengaman dari NKRI ya. Jadi di negara-negara perbatasan seperti halnya
di Nunukan itu adalah perbatasan Indonesia dengan Malaysia, terus juga di
Boven Digoel itu perbatasan Indonesia dengan Thailand, terus di
perbatasan-perbatasan itu tujuannya adalah untuk memberikan informasi
pada publik yang ada, di, karena pendengar RRI itu pada umumnya radioradio swasta hanya kota saja jangkauannya, hanya di kota saja, sementara
RRI harus masuk ke daerah-daerah, ke pelosok-pelosok, gitu kan. Kita tau
105
Kalimantan, begitu luasnya, Papua begitu luasnya, terus Sulawesi begitu
luasnya, tapi RRI harus bisa memberikan pelayanan kepada publik itu
sendiri, itulah merupakan suatu keunggulan dengan kita menggunakan
sistem ehm...ada apa namanya jaringan nasional, kita punya jaringan
nasional. Karena kalau umpamanya begitu RRI dari Sabang sampai
Merauke itu jumlah frekuensi ada 250 stasiun, nah jadi 250 radio kan
kalau di radio swasta itu hanya programma itu saja, FM saja sendiri kalau
RRI menggunakan, unggulnya nih, unggulnya RRI salah satunya diantara
frekuansinya saja ada FM, AM, SW. FM untuk dalam kota, AM keluar
kota, sementara SW keluar negeri. Nah itu keunggulan dari siaran RRI.
Dan kita menggunakan Palapa 12 gitu kan, sistem untuk komunikasinya,
satelitnya, dan kita bisa siaran dimana saja. Karena kita radio berjaringan
nasional, gitu, itu keunggulannya. Kelemahannya, apa yah kelemahan RRI
tentunya sekarang sudah diminimalisir kelemahannya. Kalau dulu kan RRI
hanya audio fining saja nah sekarang ada audio streaming, dan video
streaming. Jadi ehm...temen-temen kita yang diluar sana yang
menggunakan dan mengakses internet itu sudah bisa melihat wajah si
penyiar, nah jadi itu video streaming dan audio streaming. Dari luar negeri
pun bisa melihat bagaimana keadaan di RRI sekarang, siaran terdengar
tapi orangnya bisa kelihatan ga, kan bisa dilihat, di akses, kan gitu. Dan
juga sekarang itu di android ada RRI play, jadi bisa mendengarkan RRI
dimana saja menggunakan HP, yah, HP itu bisa mendengarkan RRI karena
disitu ada program RRI play, RRI yang mempunyai 4 programma itu, bisa
di dengar disitu.
4. Apa saja peluang dan ancaman yang dihadapi RRI selama beroperasi?
Jawaban:
Peluang ke depan RRI masih tetap eksis dan masih tetap di ehm...apa
namanya diharapkan keberadaannya oleh masyarakat terutama
masyarakat-masyarakat yang tidak terjangkau oleh hiburan-hiburan seperti
halnya TV dan radio-radio swasta lainnya, gitu yah. RRI bisa masuk ke
seluruh pelosok-pelosok di tanah air, nah terus apa lagi ancamannya
sendiri mungkin sekarang tidak ada lagi yang mengancam RRI. Kalo dulu
RRI, TVRI ada di bawah naungan Departemen Penerangan, di satu
direktorat yaitu direktorat radio, televisi, dan film. Adanya di kementerian.
Kalo di kementerian, itu berarti peraturan presiden, Perpres. Sekarang
kondisi RRI dan TVRI ini keberadaannya di Undang-undang, nah
sekarang ditanya UU dengan Perpres tinggi mana? Undang-undang, jadi
RRI kalo ini sempat mendengar RRI, TVRI itu dibubarkan oleh presiden
gitu kan, zaman presiden Abdurrahman Wahid dibubarkan kan
departemen penerangan terus departemen sosial dibubarkan tetapi
sekarang RRI sesuai dengan ehm...UU No. 32 tahun 2002, nah itu RRI
tidak bisa dibubarkan oleh siapapun kecuali negara ini bubar. RRI ya
waktu departemen penerangan dibubarkan oleh presiden Abdurrahman
Wahid RRI waktu itu menginduk ke Departemen keuangan. TVRI juga
menginduk ke departemen keuangan terus 1 izin tadinya kan, hanya
untukkenapa pegawai RRI ada yang pegawai negeri sipil yang digaji oleh
106
negara gitu kan, satu-satunya yang digaji negara tentunya harus terkait
dengan kementerian, waktu itu menginduk-lah ke departemen keuangan
yang sebutannya waktu itu perusahaan jawatan atau Perjan. Tapi ga lama
dari perusahaan jawatan itu beralih lagi karena RRI itu bukan komersil,
TVRI juga bukan komersil tentunya tidak bisa menghasilkan point the
profit atau profit oriented akhirnya diganti lagi namanya bukan Perjan tapi
diganti Lembaga Penyiaran Publik (LPP) sesuai dengan UU.
5. Bagaimana strategi RRI dalam menghadapi persaingan dengan media
massa lainnya?
Jawaban:
Strategi RRI pusat tentunya kita memenuhi kebutuhan-kebutuhan
teknologi karena sekarang teknologi canggih gitu kan, makanya yang saya
sebutkan tadi untuk ehm...apa namanya mengimbangi dari teknologi
canggih itu sendiri , kami sekarang melengkapi dengan audio dan video
streaming itu, itu salah satu utamanya. Tadi sudah disebutkan di awal itu
salah satu trik dan juga sekarang kita melakukan kerjasama dengan mitramitra, gitu kan, mitra-mitra yang saling menguntungkan yang saling
membutuhkan gitu kan, terus kita bekerja sama dengan media-media lain
karena RRI ini bukan pesaing, RRI itu bukan ehm...apa namanya tidak
mencari iklan yang apa namanya yang produk, iklan yang kita ambil
adalah iklan-iklan yang sifatnya kerjasama dengan instansi-instansi, bukan
berarti ga boleh, tetapi RRI disini memberikan kesempatan pada radio
swasta karena sesuai dengan aturannya dulu radio swasta akan
memberikan royalti katanya pada RRI ketika tidak memberikan iklan,
tidak menyiarkan iklan, tapi kenyataannya yah itulah bisnis, gitu yah.
6. Apa saja langkah-langkah real untuk mencapai tujuan dari media
penyiaran ini?
Jawaban:
Langkah-langkah real jelas tadi diantaranya itu, jadi kita melakukan
kerjasama-kerjasama dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada
kaitannya dengan ehm...apa siaran. Siaran itu harus inovatif, kreatif, gitu
kan, dan disesuaikan dengan zaman.
7. Apa saja langkah-langkah RRI untuk merebut pangsa pendengar?
Jawaban:
Langkah-langkah yang dilakukan kami selain yah ada joint branding, terus
juga ada apa namanya, ehm...ada kita mengumpulkan humas-humas gitu
yah, baik itu humas dari provinsi, dari pemerintahan, humas dari
perusahaan, ya tujuannya itu adalah untuk menggaet dari ehm...apa
namanya, untuk meningkatkan hubungan kerja dan juga kita melakukan
kegiatan kerjasama kan dengan ehm...media-media lain jadi humas-humas
itu kita ajak ehm...apa itu humas-humas ya kita melakukan pertemuan
bahwa program-program unggulan yang bisa dilakukan atau digunakan
oleh para mitra-mitra itu bisa dimanfaatkan di acara-acara, RRI. Jadi kita
mengumpulkan humas-humas yang ada kita kumpulkan, apa sih
kebutuhan humas untuk mensosialisasikan program ini, RRI, medianya,
istilahnya kita menjadi media partner bagi humas-humas yang ada, gitu.
107
8. Bagaimana implementasi visi-misi RRI dalam penyiaran program siaran?
Jawaban:
Mengimplementasikan yah tentunya sekarang RRI bentuknya LPP yang
notabene ini siarannya independen. Kalo di zaman orde baru RRI itu
adalah sebagai corong pemerintah, nah sekarang RRI ini lebih independen
yang tujuannya lebih besar pada publik, pada masyarakat. Pemerintah
tetap menjalin hubungan krena sampai saat ini RRI dibiayai pemerintah,
gitu kan, tetapi kepentingannya masyarakat banyak atau untuk publik, nah
jadi, dengan sekarang itu kita menggunakan kanal-kanal ada PRO 1, PRO
2, PRO 3, PRO 4, Voice of Indonesia (VOI) yang semua ini adalah untuk
melayani publik Indonesia, gitu kan, dan luar negeri. Sekarang, PRO 1,
apa sih PRO 1 itu? PRO 1 itu adalah pemberdayaan masyarakat,
segmennya siapa? Masyarakat Indonesia yang bisa mendengar di
Indonesia dan di luar negeri. Adanya disitu informasi, hiburan, pendidikan
dsb. Nah untuk menjaring anak muda, anak muda kan beda tentunya
seleranya kan anak muda diberikan khusus programmanya, yaitu PRO 2
dengan dialegnya anak muda, dengan stylenya anak muda, lagu-lagunya
juga anak muda, itulah salah satu yang dilakukan RRI supaya ehm... sesuai
dengan konten, sesuai dengan visi-misi RRI, gitu kan, terus juga ehm...apa
namanya PRO 3nya jaringan berita nasional, PRO 4 budaya Indonesia, kan
tentunya dari Sabang sampai Merauke ratusan etnik yang hidup di
Indonesia. Kalau kita bicara masalah budaya Indonesia tuh kaya apa sih,
ya dari Sabanag sampai Merauke yang ratusan etnik yang ada itu RRI
wadahnya yaitu di PRO 4. Jadi di PRO 4 itu lagu-lagu nya pun adalah
lagu-lagu etnik budaya, gitu, ya. Ada apa namanya dangdutnya, dangdut
daerah, popnya, pop daerah juga, rocknya, rock daerah, semuanya serba
daerah yaitu etnik Indonesia. Terus karena jaringan nasional dan juga
membangun karakter bangsa itu visi-misi RRI adalah untuk membentuk
jaringan terluas jadi sampai ke VOI itu tujuannya untuk jaringan terluas di
dunia, gitu kan. Jadi untuk di luar negeri, dan itu salah satu upaya dan juga
tadi dikatakan ehm...sesuai kontennya, gitu.
9. Apa saja rencana jangka pendek dan jangka panjang RRI?
Jawaban:
Jangka pendek untuk tahun ini 2014, ehm... karena LPP RRI ini adalah
milik bangsa, milik rakyat Indonesia milik publik Indonesia maka untuk
tahun 2014 ini RRI oleh pemerintah itu dijadikan sebagai radio pemilu.
Nah tentunya kenapa radio pemilu? Tentunya karena RRI berada di
seluruh Indonesia, nah, terus apa yang dilakukan RRI? RRI akan
melakukan ranahnya sebenarnya adalah ranah KPU atau Komisi Pemilihan
Umum tetapi RRI berupaya untuk menjadi partner dari KPU, KPU
menghitung secara manual, begitu RRI juga membikin acara yang disebut
quick count. Quick count itu, kita ingin membandingkan begitu,
bagaimana hasil survey dari KPU, bagaimana hasil RRI, dan RRI disini
memberikan kesempatan pada seluruh Parpol yang akan menjadi peserta
pemilu itu untuk mensosialisasikan programnya, nah, programnya
tentunya supaya masyarakat itu akan lebih mengerti, akan lebih tertarik,
108
akan lebih mengisi dari perjuangan pemilu itu apa sih, ehm...itulah RRI
bagiannya media partner dari pemilu itu sendiri . jadi itu salah satu
kampanye, jadi mengingatkan kepada masyarakat, jangan lewatkan
tanggal 9 April itu ada Pemilu, kita akan melaksanakan Pemilu, gitu kan.
Dan bahkan kami sudah merancang dalam jangka pendek ini selain dari
pemilu diharapkan pemilunya pemilu damai nanti RRI di seluruh
Indonesia akan menyelenggarakan ehm...hiburan rakyat pemilu damai,
pesta rakyat pemilu damai, nanti berupa hiburan-hiburan budaya yang
berkembang di Indonesia tentunya, dari Sabang sampai Merauke nanti
diharapkan nanti pemilu damai, gitu yah. Jadi ada hiburannya, hiburannya
berupa budaya di Indonesia.
10. Bagaimana RRI mengelola manajemen produksinya?
Jawaban:
RRI mengelola manajemen produksinya tentunya dengan tadi yang disebut
itu kan semuanya bidang produksi, jadi RRI itu produksi siaran, otomatis
di program sesuai pengisian programma-programma itu. Programma 1
tentunya kita harus mengisi dengan ehm...sesuai dengan ininya apa
namanya, statement dari sebutan-sebutan dari programma itu sendiri. Tadi
saya katakan ada pemberdayaan masyarakat, ada eksekutif muda atau
untuk remaja, dan juga budaya, sesuai konten itu, mengisi. Dan
darimanakah pola itu? RRI salah satu radio yang tiap tahun itu membuat
rapat pola, rapat pola ini tujuannya adalah mengevaluasi dari sekian siaran
yang telah dilakukan selama 1 tahun apakah masih layak atau tidak acara
ini. Salah satunya analekta. Analekta ini masih cocok apa engga sih? Kalo
mau diganti dengan apa namanya? Terus ehm...jangkauannya kemana, iya
kan. Itu di rapat selalu diperdebatkan, diperbincangkan oleh pengisipengisi acara. Diantaranya ada pengarah acara, ada produser nya terus juga
ada ehm...pelakunya, itulah disitu ada rapat pola. Setelah rapat pola, ada
rapat produksi untuk menentukan layak atau sih? Sesuai tidak sih? Nilai
keuangan atau produk itu, nah itulah salah satu upaya untuk ehm...apa
namanya tadi meningkatkan, mengelola manajemennya. Itulah salah satu
cara memanaje. Terus juga SDMnya itu juga harus dikelola juga, direspon
dari SDMnya, apakah SDM ini masih memenuhi syarat atau tidak sih,
masih layak atau tidak jadi penyiar, suaranya masih bagus engga, si
reporter juga masih bagus engga ini laporannya, nah itulah manajemen itu
yang mengatur. Nah kalo umpamanya orang berprestasi, perlu dong ada
reward, rewardnya apasih? Berupa promosi, ini, kayanya udah jenuh, ada
rotasi, gitu kan. Bisa juga promosi ke lain daerah karena ada rotasi itu, itu
salah satu upaya memanage dari karyawan-karyawati, yang ada di LPP
RRI. Apa program analekta? Program analekta itu biasanya bentuknya
feature, kan, ada dialog, ada kemasan dialog, dan dianggap, artinya boleh
mengangkat isu yang berkembang boleh juga tokoh, boleh juga yang
berprestasi gitu kan, macem-macem analekta itu.
11. Apa saja tugas-tugas anda sebagai posisi ini?
Jawaban:
109
Pencitraan atau komunikasi publik namanya pencitraan, tentunya ini
adalah sesuatu hal yang baik-baik, dicitrakan citra yang baik janagn yang
jelek dong, yah. Citra ke dalam artinya saya itu harus mengontrol
bagaimana sih situasi kondisi gedung? Apakah masih layak atau tidak,
perlu dipoles atau tidak, kebersihannya bagaimana, terus dalam
ruangannya bagaimana, penataan ruangannya bagaimana, terus siarannya,
siarannya cakep ga sih suaranya? Itu apa yang haus dibenahi. Itu yang di
dalam jadi komunikasi dengan manajemen di dalam. Nah kalo keluar
otomatis kita juga mencitrakan diluar adanya, umpamanya, ada kegiatan,
kita pasang banner, pasang umbul-umbul, pasang spanduk, pasang baliho,
juga suatu pencitraan, pencitraan lembaga. Jadi tugas saya adalah
ehm...merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi tugas dari pada
pencitraan gitu yang kaitannya dengan ehm...apa pencitraan.
12. Apa yang memotivasi anda untuk memilih bekerja di RRI?
Jawaban:
Satu, karena diawali oleh senang yah...hobi, hobi saya itu adalah hobi
bersuara, teus hobinya lagi yah ada berhubungan dengan seni, lah, kaya
hobi nyanyi, melawak, saya hobi berkoar-koar memberikan motivasi
kepada masyarakat, nah, dari situlah itu yang memotivasi saya dan sampai
saat ini betah di RRI gitu kan, karena kan belum tentu semua orang itu
hobinya sama dengan kita. Jadi itu yang memotivasi saya karena radio itu
gitu yah, ehm...kita duduk tapi bisa memberikan inspirasi kepada ribuan
orang bahkan jutaan orang mungkin, yah, kita memotivasi mereka,
memberikan semangat hidup, memberikan penilaian positif, dan radio itu
sangat mudah mengajak orang positif atau negatif itu sangat mudah
mempengaruhi jiwa-jiwa pendengar itu. Karena pendengar itu dia beda
dengan menonton televisi, kalu menonton TV kita melihat langsung
gambarnya, kalau di radio kan suaranya itu, itu berarti apa bayangannya
yah, bayangannya itu ih suaranya indah banget, orangnya kayanya begini,
jadi imajinasi, berimajinasi kalau radio, makanya tidak sedikit orang yang
tertipu oleh para penyiar, gitu kan. Yah penyiarnya seperti saya jelek, tapi
banyak orang tertipu gitu kan, yah tapi itulah uniknya radio yang sangat
berbeda dengan TV, jadi imajinasi yang jalan, gitu,yah.
13. Apa saja program-program siaran yang dimiliki RRI?
Jawaban:
Program-program siaran yang dimiliki RRI yah siaran ehm...apa namanya
siaran langsung dan tidak langsung, gitu kan, programmanya ada
programma untuk ibukota tentunya kita harus menyesuaikan juga dengan
tema-tema yang hidup dan isi yang berkembang terus ada dialog interaktif
yang sekarang lagi in, yah, dialog interaktif itu sangat in di kota-kota
karena disitu akan memberikan pengaruh yang positif atau negatif
terhadap para pendengar, terus ada siaran off air juga, jadi acaranya tetep
dilakukan di halaman, ehm...salah satu contohnya umpamanya acara
sunatan massal gitu kan, acara donor darah, acara disabilitas, itu dalam
acara, jadi acara siaran dan juga non siaran dengan tujuan memberikan
sosial kepada masyarakat.
110
14. Mengenai status karyawan di RRI, bagaimana status karyawan di RRI?
Apakah pegawai negeri sipil atau pegawai BUMN, mengingat RRI adalah
Lembaga Penyiaran Publik? Dan melihat situasi karyawan yang sudah
senior dan mungkin ada yang akan memasuki masa pensiun, apakah RRI
tidak berencana merekrut karyawan baru?
Jawaban:
RRI awalnya kan tadi di awal tadi sudah saya sebutkan bahwa RRI di
bawah departemen penerangan yang statusnya adalah pegawai negeri sipil
pusat, PNS. Nah setelah RRI itu putus hubungan dengan departemen
penerangan yang sekarang jadi Kementerian Komunikasi dan Informasi,
nah RRI sementara ini menjadi LPP, jadi pegawai yang sisa dari
departemen penerangan itu statusnya pegawai negeri sipil sementara untuk
ehm...pegawai yang baru disebutnya pegawai baru non PNS, Pegawai baru
bukan Pegawai Negeri Sipil gitu jadi PBPNS, pegawai baru non negeri
gitulah. Penentuan karyawan baru atau pegawai baru itu ditentukan oleh
kemampuan ehm...apa namanya penentuan anggaran kalo anggarannya itu
memungkinkan itu tentunya dan sesuai dengan kebutuhan tiap stasiunstasiun itu membutuhkan tenaga-tenaga spesial. Seperti halnya kalo di
pencitraan ini dibutuhkan ehm...apa tenaga yang kreatif untuk cetak
mencetak, desain grafis, terus juga ehm...dari apa namanya PR untuk
pemasaran, jadi itu yang dibutuhkan tetapi kalo seandainya yang untuk
sekarang ini tahun 2014 katanya denger-denger ada penerimaan pegawai
baru bukan pegawai negeri, pegawai honorer katakanlah, tapi katanya ga
boleh dan di pemda bahkan ada Honda (Honor Daerah) nah, untuk di RRI
tahun 2014 ada,tapi engga tau keputusannya dari dewan direksi dan dewan
pengawas.
15. Setelah menjadi bagian dari RRI, bagaimana anda memandang program
RRI?
Jawaban:
Memandang program RRI masih boleh dikatakan layak, gitu yah karena
semuanya adalah untuk kemaslahatan masyarakat, untuk mencerdaskan,
untuk ehm...apa namanyamenghibur, memberikan informasi memberikan
juga yah...pendidikan dan hiburannya ada, masih layak , dan acaraacaranya juga masih banyak digemari, karena kan kalau RRI itu
tergantung dari unsur-unsur pendidikan, unsur hiburan, terus juga unsur
sosial. Itu semuanya ada, gitu. Jadi RRI itu tidak seperti radio swasta, kalo
radio swasta itu kan jelas-jelas mencari keuntungan, kalo RRI bukan
hanya dari segi keuntungan tapi kemaslahatan bagi masyarakat, gitu RRI
bedanya.
16. Selama menjadi salah satu karyawan di RRI, apa saja kendala yang
dihadapi? Dan bagaimana Anda menghadapi kendala tersebut?
Jawaban:
Kendala yang dihadapi saya tentunya, apa yah, kendala itu dimanapun kita
bekerja kendala itu pasti ada, hanya kendala itu kan tergantung kita
menyikapinya, tergantung kita melihat, memandang, dari kendala itu apa
sih? Semua orang, semua manusia itu mempunyai kendala, gitu kan,
111
cuman kendala nya ada yang bisa diatasi, atau ada yang tidak. Tapi
sementara ini kendala yang dihadapi saya jenuh, yah, karena saya bekerja
itu dari yahun 1982, belum lahir kan pastinya kamu? Hehehe...saya mulai
dari musik dan hiburan, dari kesenian Sunda, karena saya dulu dari
sekolah tinggi seni Indonesia, gitu kan. Itu jenuh, karena apa? Walaupun
itu itu seni, tetapi umpamanya menggelutinya itu aja kan jenuh, saya
mencari alternatif lain, saya menulis. Saya menulis, ehm...membuat
naskah fragmen, naskah dialog, naskah feature, naskah straight news, ya
itu kan dari situ kan ada variasi kerjaan. Saya karena banyak menulis
akhirnya ditarik ke siaran kata. Dulu itu ada bidang siaran kata itu ada
bank naskah . naskah-naskah yang akan disiarkan itu harus melalui siaran
kata. Jadi dari siaran kata, saya dipindahkan lagi ke analisis naskah, saya
harus menyortir naskah-naskah yang akan disiarkan dan yang sudah
ditandatangani saya. Setelah dari itu saya dipindahkan lagi, dimintai tugas
ke reportase, artinya menjadi wartawan, meliput kejadian-kejadian yang
diluar maupun yang di dalam negeri. Nah dari itu, saya pernah juga
diminta jadi penyiar, juga, terus saya ditarik lagi di layanan pengembangan
usaha, yah sekarang ini di pencitraan. Di pencitraan, dipindahkan lagi,
sekarang saya di produksi musik dan hiburan. Jadi produksi musik dan
hiburan disitu saya sebagai penyuplai, sebagai ehm...peng-create dari
acara-acara programma 1,2,3,4 nah, musik-musik hiburan yang saya kirim
oleh saya, terus sampai ke Banten kesini, itulah tugas saya yah, sudah
muter-muter kalo disini. Jadi disini ada rotasi, dan promosi jadi saya
megang di dua tempat di Jakarta saya menjadi produksi musik dan
hiburan, di Banten saya mengasuh dari semua yang ada disini.
17. Bagaimana anda menjalani hubungan dengan pimpinan perusahaan?
Jawaban:
Jadi dimanapun kita bekerja kita itu harus menggunakan 3K, komunikasi,
koordinasi, dan konsultasi. Nah, kalo ke atasan kita konsultasi ada trouble
nih, kita koordinasi dengan teman-teman disini saya dengan penyiar,
dengan reporter, dengan teknisi, koordinasi ini kita membuat agenda
setting untuk ehm...apa namanya kampanye persiapan pemilu, ini
koordinasi, penyiar nanti tolong ada rambu-rambunya, ini tugasnya,
pengarah acara harus ada karena pengarah acara itu nantinya akan
menentukan maju atau berhentinya siaran, nah, udah gitu harus dibuatkan
rundown acara, itu harus. Dalam suatu acara, nah gitu kan, rundown acara
itu jadi dilengkapi oleh produser, pengarah acar, penyiar/host, terus juga
ada teknisi, gitu kan, teknisi/operator. Dan juga ada pemancar disana,
terus juga ada yang menghubungi ke narasumber, narasumber mau datang
atau by phone, nah itu koordinasi namanya. Jangan hanya koordinasi, kita
konsultasi kepada pimpinan, keliatan yang kita kerjakan, kalo kata
pimpinan ok, bagus, siap nah itu 3K, itu komunikasi, koordinasi,
konsultasi. Itu jadi baik terus saya dengan pimpinan.
18. Bagaimana anda menjalani hubungan dengan karyawan yang lain?
Jawaban:
112
Dengan karyawan lain, ehm...apa namanya kita harus mengerti mereka
tugasnya apa sih? Jadi di RRI ini adalah merupakan suatu teamwork, tidak
ada yang hebat. Penyiar secantik apa, sebagus apa suaranya tanpa
didukung oleh ehm...operator engga mungkin bisa suaranya keluar.
Operator tanpa didukung oleh teknisi lainnya, listrik, terus juga dengan
engineer yang lain dengan pengarah acara, tidak mungkin, jadi harus ada
satu kesatuan, makanya radio itu adalah teamwork yang tidak bisa
dipisahkan, gitu kan. Jadi, menjalin hubungan sesuai dengan, yah,
profesional hubungannya, saya sebagai ehm...apa namanya produser harus
mengerti tugas dari ehm...operator, harus mengerti tugas dari semuanya,
jadi berkoordinasi semuanya.
19. Bagaimana manajemen RRI dari segi pemasaran?
Jawaban:
Jadi, produk-produk RRI adalah produk suara atau produk dari siaran itu
adalah siaran suara/audio, otomatis yang dijual ke masyarakat itu adalah
audio, jadi ehm...kita ke klien/ke mitra kita menginformasikan apa saja sih
sosialisasi yang perlu disampaikan melalui audio, atau melaui radio ini,
kita sampaikan segmentasi kita ini, coverage area ini, kemampuan kita ini,
disampaikan, sehingga mitra tidak merasa terbohongi, jadi kita sehat-sehat
saja. Umpamanya ibu mau membuat iklan apa? Apa yang harus
disosialisasikan ke kami? Apakah bentuknya sport, apakah bentuknya
etnik, apakah bentuknya dialog, apakah bentuknya yang interaktif,
bagaimana, jadi kita selalu, ehm...menyampaikan pada si mitra-mitra itu
supaya mereka itu tidak merasa dibohongi dan mereka diyakinkan bahwa
siaran kami itu adalah di dengar oleh sekian banyak pendengar coverage
areanya Indonesia, provinsi, atau lokal, itu harus dijelaskan supaya mereka
tidak merasa tertipu.
20. Apa saja strategi pemasaran RRI?
Jawaban:
Strategi pemasaran RRI yang kami lakukan adalah yang selalu
dikumandangkan kepada ehm...klien, mitra kita yang akan beriklan dikita
bahwa RRI adalah radio berjaringan nasional, gitu kan, jadi satu-satunya
radio yang menyandang nama negara dan satu-satunya radio yang jaringan
terluas, gitu, bukan skala nasional saja, bahkan keluar negeri juga pun kita
diluar negeri punya perwkilan-perwkilan, gitu. Itu apa namanya disbut
jaringan terluas dan membangun karakter bangsa.
21. Bagaimana strategi RRI dalam berkoordinasi dengan pihak pemerintah
dan lembaga penyiaran?
Jawaban:
Lembaga penyiaran dan pemerintah, tentunya RRI merupakan bagian
daripada pemerintah, gitu, RRI melakukan juga, karena RRI dibiayai oleh
pemerintah tentu kita bertanggung jawab dengan pemerintah, dan RRI
tentunya anggaran yang diberikan oleh pemerintah itu digunakan untuk
apa ada audit, ada pemeriksaan dari BPK, jadi tidak sembarangan RRI
umpamanya pemancar itu kan alat mahal, yah, kita tidak sembarangan,
umpamanya anggaran untuk beli pemancar, ya harus beli pemancar, kalo
113
anggarannya hanya untuk beli OB Van, ya beli OB Van, engga bisa
dipindahkan ke yang lain, sesuai dengan accountnya. Itulah bentuk
tanggung jawab RRI terhadap pemerintah. Sementara untuk ke KPI,
tentunya kita berkoordinasi sampai saat ini RRI tidak pernah ditegur oleh
KPI karena KPI, komisi yang selalu memantau siaran-siaran bahkan RRI
menginformasikan pada KPI bahwa siaran kami sampai saat ini amanaman saja dan selalu disampaikan ini program-program RRI, jadi selalu di
komunikasikan dengan pemerintah maupun dengan ehm...apa namanya,
dengan KPI. Kaitannya dengan anggaran, tadi saya katakan bahwa
anggaran dari RRI kan mengajukan dulu tuh, RRI mengajukan kepada
pemerintah dari DPR komisi 1, ini lho tahun ini RRI akan
menyelenggarakan acaranya ini, ini, ini, minta biaya sekian, kalo kata
DPR, oh, ini layak, boleh, baru disetujui oleh pemerintah, keluarlah
anggaran untuk RRI, gitu.
22. Bagaimana pandangan anda mengenai eksistensi RRI?
Jawaban:
Eksistensi RRI, masih tetep eksis kalaupun sekarang media banyak, yah,
tetapi komunitas untuk RRI, pendengar RRI masih cukup eksis, masih
cukup banyak. Di depan tadi saya katakan bahwa dalam 1 jam aja
penelepon sampai 200 itu kan udah luar biasa, masih eksis, eksisnya jelas
itu masih bisa membanggakan.
23. Apa harapan Anda untuk RRI ke depannya?
Jawaban:
Harapan saya RRI mudah-mudahan tetap mengudara dan dicintai oleh
penggemarnya, dan masyarakat masih percaya terhadap program-program
RRI, sehingga walaupun nanti saya sudah pensiun, saya sudah meninggal,
RRI tetap akan hidup selamanya sepanjang masa, gitu.
24. Bagaimana status dan struktur organisasi RRI Banten?
Jawaban:
Jadi Struktur organisasi untuk di RRI di Banten sementara ini memang
belum ditentukan tipe RRI Banten itu tipe apa, yang jelas RRI Banten
dirancangnya untuk sementara tipe C, jadi stasiun siaran produksi jadi
ehm...tipenya udah tipe C, nanti meningkat setelah C baru ke B, gitu yah,
jadi RRI di seluruh Indonesia itu ehm...apa namanya, tipe A-nya satusatunya adalah di Jakarta, makanya di bawah naungan, di bawah
pembinaan RRI Jakarta, anggaran pun masih menggunakan RRI Jakarta.
Tapi nanti ke depan saya yakin di apa namanya, tahun depan, sudah pisah,
sampe Desember lah yah ini sudah beres, gitu kam, itu Januari tahun 2015
ini RRI sudah beda. Jadi keinginan kami dengan para pimpinan baru, RRI
Banten itu ingin dijadikan vailed project yang tidak terlalu banyak
personalnya. Jadi kalau di RRI Jakarta kan ada kepala RRI, kepala bagian
tata usaha, kabid produksi, ada kabid layanan usaha, ada kabid teknik,
ehm...itu gitu kan, terus dibagi kepala seksi, bengkak, terlau banyak. Nah
RRI Banten itu dirancangnya kepengennya satu kepala, terus kepala
bagian, nah kepala bagian usaha merangkap keuangan, terus kepala teknik
merangkap ehm...apa, gitu kan, merangkap, jadi ga terlalu banyak orang.
114
Dan buktinya ini kan dengan 11 orang bisa jalan semua hanya memang
ehm...anak-anak berat saja tenaganya, kan dengan 11 orang. Kalo 11
orang, terus ditunjang dengan profesional, fee-nya juga akan beda, gitu
kan, jadi kita, gitu kan, jadi gajinya gede, daripada banyak orang tapi
banyak nganggur, ngapain? Kan pemborosan, yah ga efisien, gitu kan. Ya
itu harapan ke depannya, tapi kan ga tau itu hanya angan-angan saya aja
berbicara profesional, memang harus profesional, jadi begitu banyak
kerjaan idenya gimana. Jadi umpamanya nih saya bisa baca berita, bisa
menyiar, bisa reportase juga, bisa jadi presenter juga, bisa menulis juga
kan banyak tuh, 5.000, 5.000, 5.000, 5.000, 5.000 udah 25.000, profesional
boleh gitu kan, jadi malah profesional, dituntut semuanya dipegang sama
dia. Jadi beda sekarang kan penyiar tugasnya cuman penyiar gitu aja, ga
ada pemekaran ide-ide lainnya, tapi kalo script writer bisa, laporan bisa,
presenter bisa, terus juga apalagi mencari uang bisa wah itu kan diborong,
rangkap jabatan.
115
Hasil wawancara dengan Bapak Zahral Mutzaini tanggal 30 Januari 2014
1. Profil dan visi-misi RRI Banten?
Jawaban:
Terkait dengan RRI banten itu adalah stasiun produksi dibawah binaan
RRI Jakarta. Nah, di RRI Banten itu kita sudah melakukan penyiaran
setiap hari berdurasi 19 jam per hari. Nah disana ada ehm...apa namanya
kepala koordinator pelaksana dan ada beberapa penyiar kemudian ada
beberapa teknisi termasuk bagian umum, satpam, dan lain-lain. Nah kalo
bicara visi dan misi RRI, itu semua di seluruh Indonesia itu sama. Bisa
dilihat di web rri.co.id
2. Apakah usaha yang dilakukan RRI sebagai salah satu strategi untuk
menjaga eksistensi sebagai radio ditengah banyaknya radio siaran swasta
niaga? Seperti strategi perubahan segmentasi atau program kerja yang
berbeda atau ada usaha lain?
Jawaban:
Jadi begini RRI itu kan misinya adalah misi negara sebagai media
penyampai informasi kemudian pendidikan, hiburan yang sehat, pemersatu
bangsa dan penjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nah
itu kalo bicara tentang peran RRI. Jadi karena itu kita punya ehm...apa
namanya pengelolaan segmentasi di masing-masing RRI ada 5. Yang
pertama Programma 1 (PRO 1) untuk semua golongan atau usia, yang
kedua ada Programma 2 (PRO 2) untuk remaja, Programma 3(PRO 3)
untuk news & dialog, Programma 4 untuk budaya, kemudian ada
programma voice of Indonesia, itu siaran luar negeri (SLN) dalam 8
bahasa. Nah tapi khusus untuk Banten karena itu stasiun produksi ya baru
Programma 1 (PRO 1) gitu lho, khusus untuk Banten ya itu baru RRI PRO
1. Yang melayani publik Banten, publik Banten secara keseluruhan.
3. Adakah perbedaan program kerja atau segmentasi yang dulu dengan
sekarang?
Jawaban:
Yah saya pikir karena baru yah belum ada di Banten itu, di Banten tetap
yah karena dia baru untuk program. Nanti sejarahnya saya coba cari lah
yah.
4. Apa usaha yang dilakukan RRI untuk tetap mendapatkan simpati
pendengar?
Jawaban:
Nah jadi RRI itu di berbagai tempat itu memang berusaha mengetahui
terlebih dahulu apa kebutuhan pendengar atau kebutuhan masyarakat.
What tehe people want, what the people need. Nah disetiap daerah kan
gitu. Nah lalu ketika penyusunan program itu ehm..rata-rata mereka
kalaupun misalnya tidak diundang dalam penyusunan program tentu
masukan-masukan mereka menjadi pertimbangan utama dalam
penyusunan program gitu lho. Jadi, ehm... artinya itu sebuah usaha yang
memang kita mendekatkan diri pada segmentasi dan mendapatkan simpati
pendengar.
116
5. Publikasi seperti apa yang dilakukan RRI untuk mendapatkan pendengar
setia?
Jawaban:
saya pikir RRI itu kan membuka misalnya program ehm...yang sesuai
dengan kebutuhan daerah yah, jadi ya sepanjang apa yang disiarkan RRI
itu memenuhi kebutuhan khalayak ya tentu mereka menjadi simpatisan,
kan gitu, artinya mereka selalu mendengarkan RRI. Nah itu upaya untuk
mendapatkan pendengar setia.
6. Apakah RRI daerah melaksanakan program independen atau
melaksanakan program-program dari pusat?
Jawaban:
masing-masing itu lokal konten jadi sesuai dengan kebutuhan daerah, jadi
dia tidak melaksanakan program pusat. Tetapi kenapa masih suka ada
relay? Ya itu ehm...apa bukan berarti melaksanakan program pusat jadi
memang ada sebagaian yang lokal konten ada yang sebagian lainnya
adalah merelay operator yang ada di RRI Jakarta khususnya RRI itu
ehm...apa namnya PRO 3. Relay PRO 3 karena PRO 3 itu terkait news and
dialog, sering di relay.
7. Siapa yang menjadi target pendengar RRI?
Jawaban:
targetnya adalah semua masyarakat yang ada di lingkungan dimana RRI
itu berada. Kalo Banten yan tergetnya propinsi Banten, gitu targetnya.
8. Bagaimana format acara di RRI?
Jawaban:
jadi format acara RRI itu ada ehm... apa namanya berita, pendidikan,
kemudian hiburan, kemudian iklan layanan masyarakat.
9. Bagaimana proses perencanaan program?
Jawaban:
proses perencanaan program itu dilaksanakan di akhir tahun. Kenapa tidak
di awal tahun, karena mau diterapkan di awal tahun, nah Desember itu kita
merencanakan program. Dengan melakukan evaluasi kegiatan yang sudah
dilakukan selam satu tahun sebelumnya lalu, ehm...melakukan perbaikanperbaikan.
10. Faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan program?
Jawaban:
Faktor utamanya itu kalo perencanaan program itu
(1) Apakah acara itu masih diminati oleh pendengar, kalo ga diminati lagi
ya digantikan gitu.
(2) Kebutuhan terkini
11. Bagaimana atensi pendengar terhadap program RRI?
Jawaban:
atensi pendengar terhadap program RRI saya pikir nanti dilihat aja di
Banten kaya apa. Tapi menurut saya sih bagus, cukup baik.
12. Apakah selalu ada evaluasi program secara berkala?
Jawaban:
117
ya tiap tiga bulan sekali itu di cek, program itu kan sudah ditetapkan tiap
tiga bulan kita cek bisa jalan ga, ada kendala dimana, masih diminati atau
ga, banyak macem-macem faktor.
13. Jadi, apa intinya usaha RRI untuk menjaga eksistensi?
Jawaban:
Ya RRI itu kan radio publik, milik negara jadi kita adalah melaksanakan
tupoksi kita seperti awal tadi. Ya kita ga lari dari situ karena itu amanat
UU No 32 tahun 2012 tentang penyiaran kita melaksanakan amanat itu
makanya kita tidak, usaha kita adalah bagaimana mempertahankan,
bagaimana menyampaikan informasi yang sehat.
118
Hasil wawancara dengan Bapak Ardan tanggal 6 Mei 2014
1. Apa saja kelebihan/keunggulan RRI Banten?
Jawaban:
Jadi RRI ini bukan radio komersil yah seperti radio swasta lainnya tapi
emang disini untuk bidang marketing sendiri, ehm...kita sudah diperlukan
untuk itu jamannya tahun 2004 kalo ga salah waktu itu ehm...jadi untuk
sistem pengembangan apa namanya periklanan kita bisa menerima iklan,
itu juga bukan dengan mencari keuntungan tapi disini kita
ehm...membantu untuk pengembangan, membantu pengembangan produk
jasa masyarakat/usaha masyarakat itu sendiri gitu, tapi jangan
mempromosikan produk dari masyarakat itu sendiri sedangkan dalam hal
penyiaran biasanya orang menganggap RRI itu jadul, membosankan
cuman disini RRI mempunyai segmentasi PRO 1, PRO 2 kreatifitas anak
muda, PRO 3 jaringan berita nasional, PRO 4, VOI, dalam arti kanal-kanal
tersebut memiliki karakter masing-masing ehm...kalo misalkan PRO 1 itu
pengembangan umum ehm...apa PRO 2 itu lebih pusat kreatifitas anak
muda kan masing-masing beda. Kalo untuk pemberitaan kita juga ingin
menyeleksikan
pemberitaan/penyiaran
tanpa
mengurangi
rasa
ehm...mengurangi karakter dari RRI itu sendiri. Kita berupaya untuk
bagian masyarakat tau, gitu kan masyarakat dapat informasi dari kita, kita
juga harus mengikuti mereka jangan sampai kita kaku, masyarakat jenuh
dengan pemberitaan kita. Nah untuk itu disini berupaya bagaimana sih
ehm...melihat masyarakat mendengarkan informasi dari kita sehingga
masyarakat tidak jenuh dengan RRI.
beda dengan RRI lain, kebetulan RRI Banten ini RRI termuda di
Indonesia, kita berdiri baru 2 tahun belakangan ini, untuk itu kita masa
penjajakan, pembangunan, ehm...Banten sendiri ehm...kita lagi
mengupayakan PRO 2 itu khusus anak muda, seperti daerah-daerah
lainnya, nah untuk ehm...penyiaran kita namanya RRI Banten ga mungkin
dong kita jangkauan siarannya hanya se-kota Serang, Cilegon, atau seKab. Pandeglang aja tapi disini dimana kita dituntut untuk siaran seluruh
Banten, minimal gitu kan kita terjangkau jangkauan siaran kita kan, karena
kita membawa nama Banten, kalo hanya Serang gitu RRI Serang
namanya, tapi alhamdulillah, kita kan membuka layanan SMS, telpon, itu
kita tau siaran kita jangkauannya sampai mana ternyata siaran kita sampai
Lampung, aman kita juga antisipasi takut ada kendala makanya kita
menggunakan transmitter yang daya 5 Kwh insyaallah kalo jangkauannya
ga ada kendala/hambatan.
2. Apa saja kelemahan RRI Banten?
Jawaban:
Kalo kelemahannya kita disini masih ngontrak, kebetulan nanti kita pindah
ke Karundang, kita lagi mengupayakan ke Pemprov Banten dan kebetulan
juga wakil Gubernur Banten waktu itu akan memberikan tempat, tapi itu
tetap menjadi kendala kita karena kita disini tidak mempunyai tempat yang
tetap tapi Insyaallah nanti disini akan berusaha terus tenaga disini kita
119
3.
4.
5.
6.
7.
8.
rangkap tapi disini saling menutupi, diberdayakan seperti reporter jadi
penyiar. Tetapi semua masih bisa dihandle.
Apa saja peluang RRI Banten?
Jawaban:
RRI Banten itu kan masih salah satu mitra pemerintah, bagian masyarakat,
RRI Banten itu kan yah...tujuan kita tadi itu RRI ingin mengembangkan
menjadi radio yang memberikan penyiaran tentang informasi pendidikan,
pemberitaan secara netral kepada masyarakat, menyelenggarakan hiburan
yang sehat untuk masyarakat Propinsi Banten.
Apa saja ancaman RRI Banten?
Jawaban:
Ancaman sendiri yah tidak ada, tidak ada kompetitor, malah disini
merangkul karena RRI bukan radio komersil, kita merangkul semua radio
di prov. Banten. Kalo pemberitaan kita mengedepankan berita secara
informatif, tidak mengurangkan dan tidak melebih-lebihkan.
Strategi dengan kekuatan RRI Banten yang seperti apa/bagaimana untuk
memanfaatkan peluang yang ada?
Jawaban:
Ga begitu banyak strategi yang penting kita mempertahankan kualitas dari
pemberitaan dan program yang mudah diterima masyarakat sehingga
masyarakat mau mendengarkan RRI. Dengan begitu kita memberikan
informasi, pendidikan, hiburan, kita ehm...bisa diterima jangkauannya
tidak terganggu cuaca bagaimana kita melayani masyarakat luas yang di
pedesaan, pelosok, dipegunungan kita disini dapat mendengarkan
program kita.
Strategi menggunakan kekuatan seperti apa/bagaimana untuk menghindari
ancaman?
Jawaban:
Selayaknya radio-radio yang memberikan pemberitaan, kita itu aja Sesuai
visi misi RRI memperluas jangkauan siar/audio supaya informasi tersiar
ke pelosok, pedesaan.
Strategi memanfaatkan peluang seperti apa/bagaimana untuk mengatasi
kelemahan?
Jawaban:
Kita butuh strategi yah itu tadi ketika iklan masuk kita hanya memberi
informasi produk pada masyarakat, kalo produk kita jelek masyarakat
tidak akan membeli. yang penting kita memberikan jangkauan yang lebih
luas, meningkatkan program-program kita. Yang penting meningkatkatkan
1. penyiar
2. program
3. jangkauan siaran kita sampai mana tapi yah kalo kurang kita tambah
lagi daya kita.
Strategi seperti apa/bagaimana RRI Banten meminimalkan kelemahan dan
bagaimana strategi RRI Banten untuk menghindari ancaman?
Jawaban:
120
Kita bekerja sesuai UU untuk masalah meminimalkan kelemahan
bagaimana strategi untuk ancaman tadi itu tidak ada, akan tetapi kalau ada
juga itu kan karena kita bekerja bukan untuk satu atau dua orang, kita
bekerja menurut UU.
9. Untuk stekeholder, bentuk kerjasama apa saja dan bagaimana hubungan
dengan stakeholder?
Jawaban:
Untuk kegiatan pemerintahan, Kita ada kerjasama dengan Pemprov semua
kegiatan dengan pemerintah kota, Kabupaten , kita entah pihak polisi,
aparatur pemerintahan DPRD, eksekutif, yudikatif, dan legeslatif itu kita
memberikan kesempatan untuk memberikan berita positif, memberikan
informasi yang dapat dipercaya.
10. Siapa saja yang menjadi stakeholder di RRI Banten?
Jawaban:
Yah itu tadi, Pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, Pemerintah kota,
Kepolisian, instansi swasta, aparatur pemerintahan, eksekutif, yidikatif,
legeslatif.
11. Perusahaan/instansi mana saja yang sering jadi pengiklan di RRI Banten?
Jawaban:
Sudah kerjasama dengan Pemprov, Pemkot, eksekutif, Yudikatif,
Legislatif, ada perusahaan swsta lainnya ada yang bisa kita bantu, yah kita
bantu. Ataupun masyarakat yang mempunyai usaha bidang jasa yang perlu
disiarkan bisa kita bantu.. Karena tujuan kita juga yaitu pengemban
potensi dari masyarakat khususnya Provinsi Banten karena kita
mengembangkan bisnis-bisnis karena bisnis lokal kebawah yang perlu
adanya promosi kita bantu, kita juga gak mungkin menekan biaya, kita
disini yang penting ada manfaatnya untuk masyarakat.
12. Apa saja jenis iklan di RRI? Apakah ada iklan komersil? Dan apakah ada
biaya untuk iklan?
Jawaban:
Kita terbuka, iklan-iklan komersil kita buka kecuali produk-produk yang
tidak diperbolehkan oleh UU, iklan yang tidak dibolehkan seperti rokok,
itu aja. Produk apa yang kita siarkan pada pemerintahan, pada publik.
Untuk harga kita tidak menekankan seperti radio komersil, karena kita
juga disini bukan radio komersil, berkeluargalah dalam arti kita juga
bukan ngejar untung karena kita juga dibiayai oleh negara, gitu sudah ada
APBN. Tapi visi misi kita itu salah satunya untuk mengembangkan
potensi bisnis masyarakat yang mempunyai produk disiarkan,
diperdengarkan.
13. Sejauh mana RRI pusat mempengaruhi RRI Banten? Baik dari segi acara,
permodalan, rumah tangga, dsb! Kewenangan RRI pusat terhadap RRI
Banten itu bagaimana? Apakah RRI Banten hanya menjalankan dari pusat
atau tidak? Terus permodalan itu seperti apa pengelolaannya?
Jawaban:
Untuk saat ini RRI Banten ini dibilang baru yah 2 tahun baru berdiri, itu
pun kita masih ehm...masih diawasi oleh RRI Jakarta, jujur kita juga masih
121
khawatir bagaimana jalannya RRI Banten maka dari itu kita juga masih
ada RRI pusat Jakarta dalam arti pembiayaan, produksi, kita masih dibantu
RRI Jakarta, karena kita juga belum bisa lepas dari RRI Jakarta.
Tapi kita mengupayakan, berusaha berdiri sendiri, yang penting itu tadi
kekurangan-kekurangan kita lebih banyak disini yaitu tadi tenaga kerja,
pegawai kita sedikit, kita harus ada komunikasi membutuhkan pegawai
sesuai tekniknya, ya kita harus ada komunikasi dengan RRI Jakarta,
permodalannya juga kita masih disupport dari RRI Jakarta.
14. Apakah RRI hanya mengelola dana dari APBD?
Jawaban:
Dari pemerintah dari APBD dari Jakarta ada kewajiban kita
mensosialisasikan kepada masyarakat. Seperti MTQ kemaren itu kan
disiarkan nasional, itu kan mendatangkan untuk mobil satelit, OB Van dari
Jakarta kita mendapatkan seperti iklan.
122
Dokumentasi foto pada saat penulis sehabis wawancara dengan Penanggung
Jawab RRI Banten Bapak Engkay Karsila.
Dokumentasi foto saat penulis melakukan observasi di RRI Jakarta Jl. Merdeka
Barat No.4-5 Jakarta Pusat.
123
124
125
126
Daftar Riwayat Hidup
Nama
: Annisa Nurprabandari
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/tanggal lahir
: Tangerang , 07 Mei 1992
Agama
: Islam
Status
: Lajang/Belum Menikah
Alamat
: Komplek Untirta Permai Blok C 3 No.17 Serang – Banten
Hobby
: Menyanyi
Motto
Telepon
: Tanpa D-U-I-T (Doa-Usaha-Ikhtiar-Tawakal) Tidak Akan Ada
Suatu Keberkahan dan Keberhasilan Untuk Mencapai Suatu Cita-cita.
: 0877772320052
E-Mail
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
1998 – 2004
: SD Negeri 1 Cilegon
2004 – 2007
: SMP YPWKS Cilegon
2007 – 2010
: SMA Muhammadiyah Cilegon
2010 – sekarang
: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa program studi Ilmu Komunikasi.
Pengalaman Organisasi
2007 – 2009
: Pengurus Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)/OSIS
SMA Muhammadiyah Cilegon
2011 – 2012
: Pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untirta
2010 – 2012
: Paduan Suara Mahasiswa Gita Tirtayasa Untirta
Download