Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Makro Ekonomi

advertisement
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomiefektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
76
Juni 2013
Vol. 4, No. 1, Juni 2013, 76 - 87
ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN
MAKRO EKONOMI TERHADAP ABNORMAL RETURN
PERUSAHAAN PROPERTY & REAL ESTATE
DI BURSA EFEK INDONESIA
Sherly Yolin dan Nurfauziah
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
[email protected]
ABSTRACT
This study aims to investigate the influence of fundamental factors include Earning
Per Share (EPS), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio
(DER) and includes macroeconomic Interest Rates, Inflation abnormal return on the
Company property & real Estate 2007-2011 period either simultaneously or partially.
Analysis of the data in this study using descriptive statistical analysis and multiple
regression analysis, with the classic assumption test beforehand which includes tests
of normality, autocorrelation, multicollinearity and heterocedastity. Test hypotheses in
this study using T Test and Test F. Based on the results of research conducted, it can
be concluded that the partial or individual fundamental variables Earning Per Share
(EPS), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER),
Interest Rates and Inflation effect on the abnormal return. Results of research conducted
simultaneously or simultaneously all the independent variables Earning Per Share (EPS),
Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Interest
Rates and Inflation does not affect the abnormal return Property & real estate firm period
of 2007-2011.
Keywords: Earning Per Share (EPS), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE),
Debt to Equity Ratio (DER), SBI interest rate, inflation and abnormal return.
PENDAHULUAN
Pada
dasarnya
pasar
modal
merupakan instrumen yang menyediakan
fasilitas dan sarana untuk memindahkan
dana dari pihak kelebihan pada pihak
yang memerlukan dana. Di dalam tahapan
menjadi sarana dan fasilitas masyarakat,
pasar modal menyediakan informasi yang
dapat diakses oleh investor ataupun calon
investor. Dengan informasi yang akurat
dan benar akan menunjukkan pasar
modal tersebut berada dalam keadaan
yang efisien. Bentuk efisiensi pasar dapat
ditinjau dari segi kecanggihan pelaku
pasar dalam pengambilan keputusan
berdasarkan analisis informasi yang
tersedia (Hartono, 2008). Dengan
ketersediaan informasi, investor dapat
mengetahui perusahaan mana yang
akan memiliki prospek yang baik dan
dapat menghasilkan keuntungan yang
tinggi sesuai dengan resiko yang akan
ditanggungnya. Salah satu informasi
yang dapat membantu investor dalam
pengambilan keputusan adalah dengan
memperhatikan fundamental perusahaan
dari laporan keuangan, makro ekonomi
dan perkembangan harga sahamnya.
Perkembangan harga saham suatu
perusahaan akan mencerminkan nilai
saham dan tingkat keuntungan yang
akan didapatkan oleh pemegang saham.
Apabila harga saham perusahaan tersebut
Juni 2013
Sherly Yolin dan Nurfauziah
meningkat, hal ini menunjukkan adanya
peningkatan tingkat permintaan.
Perubahan harga saham ditentukan
oleh kekuatan tingkat permintaan dan
penawaran suatu saham di pasar modal.
Namun, permintaan dan penawaran suatu
saham dipengaruhi oleh nilai saham
perusahaan yang mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan. Jika kinerja
keuangan perusahaan semakin baik atau
meningkat maka akan menjadi daya tarik
bagi investor untuk membeli saham,
sehingga berdampak pada perubahan
harga saham yang cenderung naik. Begitu
juga sebaliknya, apabila nilai saham tidak
baik atau turun akan berdampak pada
perubahan harga saham yang menurun.
Ada
beberapa
cara
untuk
mengevaluasi harga saham yaitu
dengan analisis teknikal dan analisis
fundamental. Menurut Husnan, (2009)
analisis teknikal merupakan upaya untuk
memperkirakan perubahan harga saham
tersebut di waktu yang lalu. Sedangkan
analisis fundamental memperkirakan
harga saham di masa yang akan datang
dengan mengestimasi nilai faktor
faktor fundamental yang diperkirakan
mempengaruhi harga saham (Husnan,
2009: 307). Untuk menganalisis kinerja
keuangan perusahaan dapat digunakan
rasio-rasio keuangan. Namun menurut
Harjito (2009) naik turunya harga saham
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor ekternal sebagian disebabkan
oleh sentimen investor sedangkan faktor
internal disebabkan kondisi fundamental
perusahaan.
Kondisi eksternal atau makro ekonomi
dapat menjadi bahan pertimbangan
investor sebelum mengambil keputusan
berinvestasi untuk mengetahui apakah
perekonomian sedang berkembang atau
turun. Berkaca dari pengalaman krisis
ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun
77
1998, banyak perusahaan tutup dan jumlah
pengangguran bertambah. Menurut
Tormidi penyebab krisis ekonomi ini
bukanlah fundametal Indonesia yang
lemah, tetapi lebih karena utang swasta
luar negeri yang telah mencapai jumlah
besar, sehingga nilai tukar rupiah merosot.
Selain itu krisis global pada tahun
2008, yang bermula pada kredit macet
perumahan dan tumbangnya perusahaan
besar Amerika berdampak pada nilai
tukar rupiah yang merosot dan anjloknya
IHSG sejak Januari 2008 hingga Oktober
2008. Hal ini menyebabkan sepinya bursa
efek Indonesia karena perkonomian lesu.
Sebelum membeli saham investor
biasanya menganalisis secara top-down
mulai dari kondisi makro ekonomi hingga
kondisi perusahaan. Dari hasil uji empiris
yang dilakukan oleh Kurniawan (2008)
menunjukkan variabel EPS, ROA, DPR,
DER dan Inflasi berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan manufaktur
periode 2004-2007 dan variabel ini
dijadikan bahan pertimbangan sebagai
dasar penunjang keputusan investasi.
Dari hasil uji ini dapat diketahui bahwa
fundamental dan makro berpengaruhi
pada perusahaan manufaktur. Namun,
penelitian tersebut hanya menggunakan
satu variabel makro saja.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka
perlu untuk dilakukan penelitian yang
berkaitan dengan analisis fundamental,
makro ekonomi dan harga saham
Perusahaan Property dan Real Estate.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
apakah ada pengaruh fundamental dan
makro ekonomi terhadap abnormal
return pada perusahaan property dan real
estate. Pemilihan perusahaan Property
dan Real Estate dikarenakan sektor ini
memiliki nilai investasi jangka panjang
yang dijadikan kebutuhan pokok manusia
selain kebutuhan pangan dan sandang.
Kebutuhan properti akan terus bertambah
seiring pesatnya pertumbuhan perkotaan
78
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
hingga ke daerah-daerah. Walaupun
faktor faktor fundamental sangat luas
cakupanya baik fundamental internal
perusahaan maupun fundamental makro
di luar kendali perusahaan, variabel
yang digunakan dalam peneliti ini hanya
meliputi variabel ROA, ROE, DER, EPS,
Inflasi dan Tingkat suku bunga periode
2008-2010.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Lukas (2011), investasi
bisa disamakan dengan menanam pohon
buah, yang harus mencari tanah yang
subur, benih yang baik juga kesabaran
dan ketekunan. Buah ini harganya akan
melebihi harga benih yang ditanam. Inilah
prinsip dasar investasi: memperoleh
keuntungan dengan resiko terkendali.
Suatu perusahaan dapat menjual
hak kepemilikannya dalam bentuk
saham (stock). Jika perusahaan hanya
mengeluarkan satu kelas saham saja,
maka saham ini disebut dengan saham
biasa atau common stock. Untuk
menarik investor potensial lainnya, suatu
perusahaan mengeluarkan kelas lainnya
yang disebut dengan saham preferen
(Hartono, 2008: 107). Saham preferen
merupakan saham gabungan antara
obligasi dan saham biasa dan memiliki
hak terlebih dahulu untuk menerima
deviden dibandingkan pemegang saham
biasa termasuk saat terjadi likuidasi. Pada
saham biasa berhak mendapatkan laba
dari keuntungan perusahaan namun tidak
semua karena keuntungan tersebut akan
ditanamkan kembali pada perusahaan.
Keuntungan yang dinikmati oleh
pemegang saham berasal dari pembayaran
deviden dan kenaikan harga saham.
Sedangkan saham preferen merupakan
saham yang akan diterima deviden dalam
jumlah tetap (Husnan, 2009). Perusahaan
yang terdaftar dalam bursa efek telah
menjadi perusahaan publik, sehingga
Juni 2013
laporan keuangan yang diterbitkan pada
media atau iklan di BEI dapat digunakan
investor untuk menganalisis kinerja
perusahaan dengan menggunakan analisis
internal atau analisis fundamental, faktor
eksternal perusahaan dan perkembangan
harga saham. Investor biasanya akan
menganalisis kinerja perusahaan melalui
fundamental atau laporan keuangan
sebelum memutuskan untuk membeli
saham. Selain itu, investor akan
memperhatikan perkembangan makro
ekonomi untuk mengetahui apakah dalam
kondisi yang baik untuk berinvestasi.
Diikuti perkembangan harga saham yang
mencerminkan nilai perusahaan.
Menurut Husnan (2009), analisis
harga saham bertujuan untuk menaksir
nilai intrinsik suatu saham dan kemudian
membandingkannya dengan harga pasar
saham tersebut saat ini. Nilai intrinsik
(NI) menunjukkan present value arus
kas yang diharapkan dari saham tersebut.
Pedoman yang dipergunakan adalah
sebagai berikut:
1. Apabila NI > harga pasar saat ini,
maka saham dinilai undervalued
(harganya terlalu rendah) dan
karenanya harus dibeli atau ditahan
apabila saham tersebut telah dimiliki.
2. Apabila NI < harga pasar saat ini,
maka saham dinilai overvalued
(harganya terlalu mahal) dan
karennya harus dijual.
3. Apabila NI = harga pasar saat ini,
maka saham tersebut dinilai wajar
harganya dan berada dalam kondisi
keseimbangan.
Menurut Kosim (2006) harga saham
di bursa ditentukan oleh mekanisme
pasar yaitu kekuatan permintaan dan
penawaran suatu saham tersebut di
pasar modal. Meningkatnya minat
investor untuk memiliki surat berharga
dipengaruhi oleh kualitas atau nilai saham
di pasar modal. Tinggi rendahnya nilai
saham di pasar modal di mata investor
Juni 2013
Sherly Yolin dan Nurfauziah
mencerminkan pada kinerja keuangan
perusahaan yang dievaluasi atas dasar
efektivitas keputusan investasi, ketetapan
kebijaksanaan deviden. Semakin baik
atau meningkatnya kinerja keuangan
suatu perusahaan maka akan berakibat
semakin banyak investor yang ingin
membeli saham perusahaan tersebut,
akibatnya harga saham perusahaan
tersebut cenderung naik, demikian juga
sebaliknya apabila kinerja perusahaan
jelek maka akan semakin banyak orang
yang ingin menjual saham yang dimiliki.
Hal ini akan berakibat semakin serunya
harga saham tersebut di pasar modal.
1. Return Saham
Salah satu alasan dalam mengamati
perkembangan harga saham yaitu
besarnya return saham yang diberikan.
Return saham menjadi indikator investor
dalam berinvestasi, karena return
saham yang tinggi menunjukkan adanya
peningkatan atas perubahan harga saham
hari ini dibandingkan harga saham
kemarin. Menurut Tandelilin (2001)
tujuan investor dalam berinvestasi adalah
memaksimalkan return, tanpa melupakan
faktor resiko investasi yang harus
dihadapinya. Return merupakan salah
satu faktor yang memotivasi investor
berinvestasi dan merupakan imbalan atas
keberanian investor menanggung resiko
atas investasi yang dilakukannya.
Namun menurut Hartono (2008)
return merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi. Return dapat berupa return
realisasi yang sudah terjadi atau return
ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang
diharapkan akan terjadi di masa yang
akan datang. Return realisasi merupaka
return yang telah terjadi, yang dihitung
menggunakan data historis. Return
ekpektasi adalah return yang diharapkan
akan diperoleh di masa yang akan datang
yang sifatnya belum terjadi.
79
Keterangan:
Ri = Return Saham
Pt = Harga Saham emiten periode t
Pt-1 = Harga Saham emiten periode t –1
E (Ri) = Rm
Rm
= (IHSG t – IHSG t-1)/IHSG t-1
Keterangan:
E(Ri)
Rm
IHSG t
IHSG t-1
= Return Ekspektasi
= Return pasar
= IHSG periode t
= IHSG periode t-1
2. Abnormal Return
Menurut Hartono (2008) abnormal
return merupakan kelebihan dari return
yang sesungguhnya terjadi terhadap
normal return yang merupakan return
yang diharapkan oleh investor (expected
return). Abnormal return bisa terjadi
dikarenakan adanya kejadian seperti
stock split, pembagian deviden, suspend
dan lainnya.
Rumus yang digunakan untuk
mencari return realisasi ARi yaitu:
ARi
= Ri – E(Ri)
Keterangan:
ARi
= Abnormal Return Saham
Ri
= Return Saham Realisasi
= Return Saham Ekspektasi
E(Ri)
3. Analisis Fundamental
Terdapat dua pendekatan dasar
dalam analisis dan pemilihan saham
yang memberikan keuntungan di
masa yang akan datang, yaitu analisis
fundamental dan analisis tekhnikal.
Analisis
fundamental
didasarkan
bahwa surat berharga mempunyai nilai
intrinsik, atau nilai sebenarnya yang
diperkirakan oleh investor. Nilai intrinsik
merupakan variabel mendasar yang
dimiliki perusahaan yang mencerminkan
80
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
return yang diharapkan dan resiko yang
menyertainya.
Analisis fundamental digunakan
untuk memperkirakan harga saham di
masa yang akan datang. Analisis ini
dengan mengestimasi nilai faktor faktor
fundamental
yang
memperngaruhi
harga saham di masa yang akan datang,
menerapkan hubungan variabel variabel
tersebut sehingga diperoleh taksiran
harga harga saham (Husnan, 2009:315).
Analisis
Fundamental
merupakan
salah satu tahap dalam menganalisa
profitabilitas perusahaan. Dalam tahap
ini investor mempelajari laporan
keuangan perusahaan untuk mengetahui
kekuatan, kelemahan, mengidentifikasi
perkembangan dan tren perusahaan.
Adapun analisis faktor faktor
fundamental menggunakan rasio – rasio
yang meliputi:
a. Earning per share (EPS)
EPS merupakan indikator yang
secara ringkas menyajikan kinerja
perusahaan yang dilihat dari laba. Laba
per lembar saham atau EPS merupakan
rasio yang menunjukkan berapa besar
laba keuntungan yang diperoleh investor
per lembar sahamnya.
Menurut Djazuli, banyak studi
empiris yang mendukung pernyataan
bahwa terdapat pengaruh faktor faktor
fundamental, utamanya pengaruh EPS
dan tingkat suku bunga terhadap harga
saham. Seperti, Olsen (1996: 37-41)
mengemukakan bahwa informasi tentang
laba perusahaan sangat diperlukan
dalam melakukan penilaian terhadap
harga saham. Cates (1998: 59-62) juga
menyebutkan bahwa laporan keuangan
seperti laba perusahaan harus dipakai
sebagai sumber informasi utama bilamana
hendak melakukan analisis yang akurat
terhadap harga saham. Jenning et al.,
(1997: 24-32) mengemukakan bahwa
EPS berpengaruh terhadap variasi harga
saham.
Juni 2013
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat
penggunaan hutang terhadap total
stakeholder yang dimiliki perusahaan.
c. Return On Asset (ROA)
ROA digunakan untuk mengukur
efektivitas
perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan
dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA atau ROI diperoleh dengan cara
membandingkan antara net income after
tax.
d. Return on Equity (ROE)
ROE adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat profitabilitas
perusahaan yang dinyatakan dalam
persentase. Menurut Wardjono (2010),
ROE merupakan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan
modal sendiri. Rasio yang tinggi dapat
digunakan sebagai dasar seorang investor
atau calon investor untuk menanamkan
pada
perusahaan.
Dengan
ROE
perusahaan yang tinggi menunjukkan
bahwa perusahaan mampu menghasilkan
keuntungan. Sedangkan menurut Dzajuli,
semakin tinggi ROE yang dicapai
perusahaan, maka perusahaan semakin
tinggi memperoleh laba yang tersedia
bagi pemegang saham. Hal ini akan
diperhatikan oleh calon pemegang saham
dalam memutuskan pembelian harga
saham.
4. Analisis Kondisi Ekonomi
Analisis
kondisi
ekonomi
merupakan bagian dari analisis saham
yang berdasarkan analisis teknikal.
Analisis teknikal adalah analisis
saham berdasarkan pada informasi
dari
luar
perusahaan,
umumnya
mempertimbangkan kondisi negara
seperti kondisi ekonomi, politik, dan
finansial suatu negara (Subalno: 2009).
Analisis kondisi ekonomi merupakan
analisis terhadap faktor-faktor eksternal
dan bersifat makro berupa peristiwa-
Juni 2013
Sherly Yolin dan Nurfauziah
peristiwa yang terjadi di luar perusahaan
dan mempengaruhi semua perusahaan,
sehingga tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan. Analisis kondisi ekonomi
adalah langkah awal yang penting
sebelum melakukan investasi. Pergerakan
arah ekonomi mempengaruhi pergerakan
pasar modal yang berguna bagi
pengembangan keputusan para investor.
Kondisi ekonomi yang stabil merupakan
kabar baik bagi para investor, sehingga
berpengaruh secara positif terhadap pasar
modal. Demikian juga sebaliknya, jika
kondisi ekonomi tidak stabil atau labil,
maka investor akan berhati-hati dalam
melakukan investasi (Husnan, 2009 dan
Subalno, 2009). Secara teori, banyak
terdapat indikator untuk mengukur
variabel ekonomi, namun demikian dari
sekian banyak indikator yang lazim
digunakan untuk memprediksi fluktuasi
saham adalah variabel yang secara
langsung dikendalikan melalui kebijakan
moneter.
Adapun analisis
ekonomi meliputi:
faktor
kondisi
a. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga atau interest
rate merupakan rasio pengembalian
atas sejumlah investasi sebagai bentuk
imbalan yang diberikan pada investor
(Husnan, 2009). Besarnya tingkat suku
bunga bervariasi sesuai kemampuan
debitur dalam memberikan tingkat
pengembalian pada kreditur. Tingkat suku
bunga tersebut dapat menjadi salah satu
pedoman investor dalam pengambilan
keputusan investasi pada pasar modal.
Sebagai wahana alternatif investasi,
pasar modal menawarkan suatu tingkat
pengembalian (return) pada tingkat resiko
tertentu. Dengan membandingkan faktor
keuntungan dan resiko pada pasar modal
dengan faktor tingkat suku bunga yang
ditawarkan sektor keuangan, investor
dapat memutuskan bentuk investasi
yang mampu menghasilkan keuntungan
81
optimal. Tingkat suku bunga sektor
keuangan yang lazim digunakan sebagai
panduan investor disebut juga tingkat suku
bunga bebas resiko, yaitu meliputi tingkat
suku bunga bank sentral dan tingkat suku
bunga deposito. Di Indonesia tingkat
suku bunga bank sentral diproxykan
pada tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (Husnan, 2009).
b. Inflasi
Kebijakan pengendalian nilai inflasi
selalu menjadi sasaran pemerintah
karena nilai inflasi dapat mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi yang lambat,
pengangguran serta merosotnya daya
beli termasuk dalam pembelian saham.
Dari rasio di atas akan menjadi alternatif
awal bagi investor untuk menilai kinerja
perusahaan tersebut. Dengan penggunaan
rasio rasio tersebut apakah akan
mempengaruhi harga saham yang ada di
BEI.
Berdasarkan kajian dan temuan
empiris di atas maka diajukan hipotesis
berikut:
H1: Diduga variabel EPS berpengaruh
terhadap abnormal return
H2: Diduga variabel ROA berpengaruh
terhadap abnormal return
H3: Diduga variabel ROE berpengaruh
terhadap abnormal return
H4: Diduga variabel DER berpengaruh
terhadap abnormal return
H5:Diduga variabel Tingkat Suku
Bunga (SBI) berpengaruh terhadap
abnormal return
H6: Diduga variabel inflasi berpengaruh
terhadap abnormal return
H7: Diduga secara bersama atau serempak
seluruh variabel mempengaruhi
abnormal return
METODE PENELITIAN
1. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah
perusahaan yang telah go public dan
tercatat di bursa efek Indonesia.
82
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
2. Populasi dan Sampel
Populasi
penelitian
adalah
perusahaan Property dan Real Estate yang
telah go public dan tercatat di bursa efek
Indonesia. Teknik sampel yang digunakan
yaitu puposive sampling, dengan tujuan
untuk mendapatkan sampel yang sesuai
dengan kriteria yang dibutuhkan. Adapun
kriteria yang dibutuhkan peneliti yaitu:
a. Telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sebelum tahun 2008.
b. Telah menerbitkan laporan keuangan
tahunan selama 2008-2010 dan telah
diaudit independen.
c. Closing price akhir Desember 2007
memasuki harga di atas Rp 500.
Perusahaan yang memenuhi kriteria
dan sebagai sampel penelitian adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
PT. Sentul City Tbk.
(BKSL)
PT. Ciputra development Tbk.
(CTRA)
PT. Intiland Development Tbk.
(DILD)
PT. Duta Pertiwi Tbk.
(DUTI)
PT. Bakrieland Development Tbk.
(ELTY)
PT. Jakarta Int l Hotel & Property dev. Tbk.
(JIHD)
PT. Jaya Real Property Tbk.
(JRPT)
PT. Lippo Cikarang Tbk.
(LPCK)
PT. Lippo Karawaci Tbk.
(LPKR)
PT. Summarecon Agung Tbk.
(SMRA)
Data dan Sumber data
Data penelitian berjenis data
sekunder yang terdiri dari data laporan
keuangan perusahaan yang diunduh
dari website idx.co.id. Data inflasi dan
suku bunga didapat dari website bank
Indonesia. Untuk data histori harga saham
diambil dari ICMD (2008-2010) dan juga
diunduh melalui website finance.yahoo.
com dan duniainvestasi.com
Juni 2013
Variabel Independen:
1) EPS
merupakan
ukuran
kemampuan
menghasilkan
laba per lembarnya dengan
menggunakan rumus:
2) ROA untuk mengetahui laba
bersih
perusahaan
dengan
menggunakan rumus:
3) ROE untuk melihat laba yang
dibayarkan kepada pembagian
dividen dengan menggunakan
rumus:
4) DER
yang menunjukkan
seberapa banyak operasional
perusahaan dibiayai oleh hutang
dengan menggunakan rumus:
3.
4. Definisi Operasional
Penelitian
Variabel
a. Variabel dependen
Variabel dependen penelitian ini
adalah harga saham yang diambil
dari harga penutupan atau closing
price dari saham masing masing
perusahaan setiap bulan.
5) Inflasi digunakan sesuai data
yang diambil dari bank Indonesia
setiap bulannya.
6) Tingkat suku bunga diambil
melalui tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia selama
periode pengamatan dari tahun
2008-2010.
5. Analisis Data
Data dianalisis dengan regresi
berganda
yang
bertujuan
untuk
mengetahui pengaruh antara variabel
dependen dan variabel independen.
Persamaannya adalah sebagai berikut:
Harga Saham = 0 + 1 EPS + 2 ROA
+3 ROE + 4 DER + 5 SB + 6 INF
+ ei
Juni 2013
0
1 - 5
EPS
ROA
ROE
DER
SB
INF
ei
83
Sherly Yolin dan Nurfauziah
= Konstanta
= Koefisien Regresi
= Earning pershare
= Return On Asset
= Return On Equity
= Debt To Equity Ratio
= Suku Bunga
= Inflasi
= Variabel Pengganggu
6. Pengujian Hipotesis
Selanjutnya hipotesis diuji dengan
menggunakan alat uji F dan uji T.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Proses pengujian ini akan dibuat
dalam garis persamaan regresi yang
meliputi variabel dependen yaitu
Abnormal Return dan variabel independen
yaitu Earning Per Share, Return On Asset,
Return On Equity, Debt to Equity Ratio,
Inflasi dan Suku Bunga (SBI Rate). Dari
pengolahan data didapatkan hasil model
regresi yaitu:
Abnormal Return= -0.590 + 0.000 EPS
+ 0.001 ROA + 0.006 ROE + 0.015 DER
– 4.453 SB + 10.954 INF
1. Uji Hipotesis 1:
Dari hasil analisis pada tabel uji T,
tingkat signifikansi rasio EPS sebesar
0,855 yang berarti 0,855 > 0,05 (P value
> α ). Hasil T hitung sebesar – 0,184 dan
T tabel sebesar 2,01669 sehingga dapat
dinyatakan Thitung – 0,814 < Ttabel 2,01669,
maka Ho diterima dan Ha ditolak
sehingga dapat dinyatakan bahwa secara
parsial atau individu variabel Earning
Per Share tidak berpengaruh pada
abnormal return perusahaan Property &
Real estate. Dengan demikian H1 tidak
terdukung. Hal ini tidak membuktikan
bahwa semakin tinggi EPS suatu saham
akan semakin tinggi minat investor untuk
berinvestasi sehingga dapat berpengaruh
terhadap abnormal return saham.
Informasi laba tidak dibutuhkan dalam
melakukan penilaian harga saham dan
juga tidak diperlukan bagi investor untuk
menghasilkan informasi yang akurat,
sebelum memutuskan berinvestasi pada
perusahaan Property & Real Estate. Hasil
ini senada dengan penelitian Siti (2011)
yang menyatakan EPS tidak berpengaruh
terhadap harga saham property & real
estate.
2. Uji Hipotesis 2:
Hasil analisis pada pada rasio ROA
menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,973 > 0,05 (P value > α ). Hasil Thitung
sebesar 0,034 dan Ttabel 2,01669 maka
Ho diterima dan Ha ditolak sehingga
dapat dinyatakan secara parsial atau
individu variabel Return On Asset tidak
berpengaruh pada abnormal return
perusahaan Property & Real estate.
Dengan demikian H2 tidak terdukung.
Hal ini tidak membuktikan bahwa rasio
ini akan menjadi dasar investor untuk
memastikan kinerja perusahaan dalam
keadaan baik dan dapat bertahan untuk
jangka waktu yang lama. Besar kecilnya
kemampuan perusahaan menghasilkan
laba menggunakan assetnya tidak
dijadikan acuan bagi investor untuk
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi
Model
1
(Constant)
EPS
ROA
ROE
DER
SB
INF
a. Dependent Variable: AR
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
-.590
.437
.000
.001
-.048
.001
.030
.010
.006
.013
.166
.015
.044
.051
-4.453
2.426
-.406
10.954
6.566
.399
T
-1.352
-.184
.034
.492
.332
-1.836
1.668
Sig.
.184
.855
.973
.626
.741
.073
.103
Collinearity
Statistics
Tolerance
VIF
.317
.255
.187
.909
.437
.374
3.156
3.918
5.348
1.100
2.290
2.672
84
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
berinvestasi pada perusahaan Property &
Real estate sehingga tidak mempengaruhi
abnormal return saham.
3. Uji Hipotesis 3:
Hasil analisis pada rasio ROE sebesar
0,626 yang berarti 0,626 > 0,05 (P value >
α ). Hasil dari Thitung sebesar 0,492 dan Ttabel
sebesar 2,01669 maka Ho diterima dan
Ha ditolak dan dapat dinyatakan bahwa
secara parsial atau individu variabel
Return On Equity tidak berpengaruh pada
abnormal return perusahaan Property &
Real estate. Dengan demikian H3 tidak
terdukung Hal ini tidak membuktikan
bahwa rasio ROE yang tinggi
menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan akan
menjadi dasar daya tarik bagi investor
untuk
berinvestasi.
Kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan dengan menggunakan modal
sendiri tidak membuat investor memiliki
ekspektasi yang besar terhadap harga
saham sehingga tidak memberi pengaruh
terhadap abnormal return.
4. Uji Hipotesis 4:
Hasil analisis pada rasio DER sebesar
0,741 yang berarti 0,741 > 0,05 (P value
> α ). Hasil Thitung sebesar 0,332 dan Ttabel
sebesar 2,01669 maka Ho diterima dan Ha
ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa
secara parsial atau individu variabel Debt
to Equity Ratio tidak berpengaruh pada
abnormal return perusahaan Property &
Real estate. Dengan demikian H4 tidak
terdukung. Hal ini tidak membuktikan
bahwa semakin besar DER suatu saham
akan mengurangi minat investor untuk
berinvestasi dikarenakan tingginya resiko
yang akan ditanggung. Investor tidak
berfokus seberapa besar tingkat hutang
yang digunakan oleh perusahaan sehingga
ekspektasi yang terjadi tidak tinggi. Hal
inilah yang menyebabkan tidak adanya
pengaruh antara rasio DER dengan
abnormal return perusahaan Property &
Real Estaste.
Juni 2013
5. Uji Hipotesis 5:
Hasil analisis pada rasio Suku Bunga
SBI sebesar 0,073 yang berarti 0,073 >
0,05 (P value < α ) maka Ho diterima dan
Ha ditolak sehingga dapat dinyatakan
bahwa secara parsial atau individu variabel
Suku Bunga SBI tidak berpengaruh pada
abnormal return perusahaan Property &
Real estate. Dengan demikian H5 tidak
terdukung. Hal ini membuktikan bahwa
semakin tinggi tingkat Suku Bunga SBI
tidak dapat mempengaruhi daya tarik
investor untuk memindahkan sarana
berinvestasi ke deposito atau sejenisnya
karena dianggap cenderung saham
tetap lebih tepat. Hal ini tidak memberi
pengaruh terhadap abnormal return
suatu saham perusahaan Property & Real
Estate. Hasil penelitian ini seiring dengan
hasil penelitian Rahmat (2004) yang
menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga
(SBI) tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian saham Property.
6. Uji Hipotesis 6:
Hasil analisis pada rasio Inflasi
sebesar 0,103 dibulatkan menjadi 0,100
yang berarti 0,100 > 0,05 (P value >
α) maka Ho diterima dan Ha ditolak
sehingga dapat dinyatakan bahwa secara
parsial atau individu variabel Inflasi
tidak berpengaruh pada abnormal return
perusahaan Property & Real estate.
Dengan demikian H6 tidak terdukung. Hal
ini tidak membuktikan bahwa semakin
tinggi inflasi akan mempengaruhi daya
tarik investor untuk tetap berinvestasi
pada perusahaan sektor Property & Real
Estate. Hasil ini didukung oleh penelitian
Meta (2006), yang menyimpulkan bahwa
inflasi tidak berpengaruh terhadap return
saham Property.
7. Uji Hipotesis 7: (Uji F)
Berdasarkan
hasil
perhitungan
diperoleh nilai Fhitung = 0,632 sedangkan
Ftabel = 1,92 dengan asumsi α = 10% , df
1 = 6, df 2 = 43 maka didapatkan nilai
Fhitung < Ftabel (0,632 < 1,92). Bila dilakukan
Juni 2013
85
Sherly Yolin dan Nurfauziah
Tabel 2. Hasil Uji F
ANOVAb
Model
1
Regression
Sum of Squares
.352
Df
6
Mean Square
.059
.093
Residual
3.996
43
Total
4.349
49
F
.632
Sig.
.704a
a. Predictors: (Constant), INF, DER, ROA, SB, EPS, ROE
b. Dependent Variable: AR
dengan cara yang lebih sederhana yaitu
dengan memperhatikan p-value (sig.)
tingkat signifikansi F sebesar 0,701 >
0,1 maka Ho diterima dan Ha ditolak
sehingga dapat dinyatakan bahwa secara
serempak seluruh variabel independen
EPS (Earning Pershare), ROA (Return
On Assets), ROE (Return on Equity),
DER (Debt to Equity ratio), Inflasi dan
Tingkat Suku bunga secara bersama-sama
tidak berpengaruh pada abnormal return
sebagai variabel dependen. Dengan
demikian H7 tidak terdukung.
KESIMPULAN
Nilai EPS tidak mempengaruhi
abnormal return saham, dikarenakan
rasio ini tidak dijadikan dasar bagi
investor untuk mengambil keputusan
berinvestasi pada perusahaan Property &
Real Estate periode 2007-2011.
Pengaruh variabel ROA (Return
On Asset) terhadap Abnormal return
menandakan hal yang sama dengan
rasio sebelumnya. Hasil ini menujukan
bahwa variabel ROA tidak dijadikan
variabel penting bagi investor dalam
mempertimbangkan
keputusan
berinvestasi saham di perusahaan
Property & Real Estate periode 20072011.
Pengaruh variabel ROE (Return On
Equity) terhadap Abnormal return tidak
memberikan pengaruh terhadap Abnormal
Return. Sehingga hasil ini menandakan
investor juga tidak menggunakan
variabel ROE sebagai acuan dan dasar
dalam mempertimbangkan keputusan
berinvestasi saham di perusahaan
Property & Real Estate periode 20072011.
Pengaruh variabel DER (Debt
to Equity Ratio) terhadap Abnormal
Return secara parsial tidak memberikan
pengaruh. Hasil ini menandakan bahwa
besar atau kecil rasio DER tidak dijadikan
cerminan bagi investor. Besarnya resiko
yang akan diterima tidak mempengaruhi
abormal return saham Property & Real
Estate sehingga variabel ini tidak menjadi
hal yang harus diperhatikan dalam
mengambil keputusan investasi.
Pengaruh variabel Suku Bunga
terhadap Abnormal Return saham
Property & Real Estate secara parsial
tidak memberikan pengaruh.
Hasil
ini menunjukkan bahwa investor tidak
mempertimbangkan
besarnya
suku
bunga untuk memutuskan berinvestasi
pada saham perusahaan Property & Real
Estate. Hal ini bisa dimungkinkan bahwa
semakin besarnya tingkat suku bunga
(SBI) tidak menjamin mengalihkan
daya tarik investor untuk menanamkan
modalnya ke sarana lainya.
Pengaruh variabel Inflasi terhadap
Abnormal Return saham Property
& Real Estate secara parsial tidak
memberikan pengaruh, sehingga hasil
ini tidak menunjukkan bahwa investor
juga mempertimbangkan besarnya inflasi
untuk memutuskan berinvestasi pada
saham perusahaan Property & Real
Estate.
86
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Pengujian
secara
serempak
menggunakan uji F, menunjukkan
variabel independen yang meliputi
Earning per Share (EPS), Return On
Assets (ROA), Return On Equity (ROE),
Debt to Equity Rasio (DER), Suku
bunga SBI dan Inflasi tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen abnormal
return. Dengan demikian investor tidak
mempertimbangkan keseluruhan variabel
fundamental dan makro ekonomi sebagai
dasar keputusan berinvestasi pada
perusahaan Property & Real Estate
periode 2007-2011.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, (1997), Analisis regresi teori
kasus dan solusi, Edisi
pertama, Yogyakarta: BPFE
UGM.
Deliarnov, (1995), Pengantar Ekonomi
Makro, Jakarta: UI Press.
Djazuli, Abid, (2006), Pengaruh EPS,
ROI, dan ROE terhadap
perubahan
harga
saham
pada
perusahaan
sektor
manufacturing pada bursa
efek Jakarta (BEJ), Fordema,
6 (1): 51-62.
Fahmi, Irfan, (2011), Analisis Kinerja
Keuangan, Bandung: Alfabeta
Ghozalli, Imam, (2001), Aplikasi analisis
Multivariate dengan program
SPSS, Semarang: Badan
penerbit UNDIP.
Gujarati, Damodar, (1999), Ekonometrika
Dasar, Second
Edition,
McGraw-Hill,
Jakarta:
Erlangga.
Harjito, D. Agus, (2009), Keuangan
Perilaku
Menganalisis
Keputusan Investor, Edisi
Pertama,
Ekonisia.
Hartono,
Juni 2013
Yogyakarta:
Jogiyanto, (2008), Teori
Portofolio
dan
Analisis
Investasi, Edisi kelima,
Yogyakarta: BPFE.
Husnan, Suad, (2009), Dasar-Dasar
Teori Portofolio dan Analisis
Sekuritas,
Edisi
ketiga,
Yogyakarta:
UPP
AMP
YKPN.
Kosim, Belliwaty, (2006), Pengaruh
kinerja keuangan terhadap
perubahan hargsa saham pada
perusahaan perbankan dibursa
efek Indonesia, Foderna. Vol.
6 nomor 1 (Juni), 27-40.
Kurniawan, Delly, (2008),
Analisis
pengaruh fundamental dan
Makro Ekonomi t e r h a d a p
harga saham perusahaan
periode
2004-2007,
skripsi Sarjana (tidak
dipublikasikan),Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi UII.
Lukas, Setia, (2011), Who wants to be a
smiling Investor, Jakarta: PT
Gramedia.
Meta, Rayun Sekar, (2006), Perbedaan
pengaruh inflasi, tingkat
suku bunga dan nilai tukar
rupiah/US Dollar terhadap
retun saham (studi kasus
pada saham Property dan
manufaktur yang terdaftar
di bursa efek jakarta 20002005), Skripsi Sarjana, Jawa
Tengah : Fakultas Ekonomi
UNDIP
Munawir, S., (2002), Analisa Laporan
Keuangan, Yogyakarta:UPPAMP YKPN.
Juni 2013
Nopirin,
(1992), Ekonomi Moneter,
Yogyakarta: BPFE
Rahmat, Agus, (2004), Pengaruh variabel
makro terhadap kinerja saham
properti: Penelitian dibursa
efek Jakarta periode 19982003, Tesis Ilmu Manajemen,
Jakarta: Program Pascasarjana
UI.
Tandelilin,
Eduardus,
(1998),
Portofolio
Diversification
and
Determinants
od
stock
Return: Philippine
and Indonesian Perspectives.
Disertasi (Unpublished).
Wardjono,
(2010), Analisis faktor
faktor yang mempengaruhi
price
to
book
value
dan
implikasinya
pada return saham, Dinamika
keuangan dan perbankan, 2
(1): 83-96.
Samsul, Mohamad, (2006), Pasar modal
& Manajemen Portofolio,
Jakarta: Erlangga
Siegel, Jeremy J., (1991), Does It pay
.stock investors to Forecast the
bussiness Cycle? Journal of
portofolio Management, 18
(1).
Siti, Aisyah, (2011), Pengaruh faktorfaktor fundamental terhadap
harga saham perusahaan
properti dan real estate yang
listing dibursa efek Indonesia
tahun
2006-2009,
Jawa
Timur: Fakultas Ekonomi
UPN “Veteran”.
Sunariyah,
87
Sherly Yolin dan Nurfauziah
(2006),
Pengantar
Pengetahuan Pasar Modal,
Yogyakarta:
UPP-AMP
YKPN.
Tarmidi, L. Tedi, (1999), Krisis moneter
di indonesia: Sebab, dampak,
peran IMF &
s a r a n ,
Buletin Ekonomi moneter &
perbankan.
Tandelilin, Eduardus, (2001) Analisis
Investasi dan Manajemen
Portofolio. Edisi p e r t a m a ,
Yogyakarta: BPFE.
Wira,
Desmond, (2011), Analisis
fundamental saham, Jakarta:
Exceed.
Yeni,
(2010), Pengaruh ekonomi
makro
terhadap
harga
saham pada perusahaan
multifinance & perbankan
dibursa
efek
Indonesia,
skripsi, Medan: Fakultas
Ekonomi USU.
Sumber: BAPEPAM-LK (http://www.
bapepam.go.id/old/old/profil/
struktur/index.htm)
Sumber Laporan Akhir tahun 2010 : (http://
www.suarakarya-online.com)
Laporan Akhir tahun Nilai
Transaksi BEI, 25 Desember
2010
Sumber Laporan Keuangan: (http://idx.
co.id)
Sumber Inflasi: (http://bps.go.id)
Sumber Suku Bunga: (http://bi.go.id)
Sumber Histori Harga Saham: (http://
finance.yahoo.com)
Download