laporan basic science in nursing ii-keseimbangan cairan

advertisement
LAPORAN BASIC SCIENCE IN
NURSING II-KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
ANGGOTA :

FIRDHA KUSUMA PUTRI (220110110146)


FAUZIA FATHARANI (220110110028)
FATHIMAH NURUL WAFA (220110110102)

FUNNY SAGALA (220110110089)



GLORY NACTASIA (220110110114)
GUSTI AYU RADHITIA (220110110051)
HELGA FEBY ANGGINA (220110110154)



FARA SAKINA (220110110023)
FEBRYANI SUMARNO (220110110099)
FIEN HALIMA JULYAN TINO(220110110131)


FITRIA NUR AINI (220110110084)

FITRIA RACHMI (220110110044)
FRANSISKA YUSRIDA (220110110108)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2011
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum wr wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami karena kami berhasil menyelesaikan makalah
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit pada mata kuliah Basic Science in Nursing II
yang diaplikasikan ke dalam makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen tutor dan asisten yang membantu
penyusunan makalah ini, juga kepada teman-teman kelompok tutor 4. Makalah ini
berisikan tentang Anatomi dan Fisiologi Endokrin yang Berperan dalam
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan dalam
proses belajar kami sebagai calon perawat untuk menjadi perawat profesional.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi
kesempurnaanmakalah
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunanmakalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Jatinangor, Desember 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………………….ii
Pendahuluan....………………………………………………………1
Tujuan……………………………………………………………….2
Pembahasan…………………………………………………………3
Daftar Pustaka………………………………………………………
TUJUAN
Untuk mempelajari mengenai anatomi dan fisiologi endokrin yang
berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pertanyaan:
1. Anfis endokrin yang terkait dengan pengaturan cairan dan elektrolit:
a. Hipotalamus
b. Hipovisis
c. ADH
d. Aldosteron
e. Calsitonin dan PAH
f. Renin
g. ANP
h. Ne dan E
2. Hirarki fungsi endokrin
3. Sistem yang terlibat secara tidak langsung contoh vaskuler, uro,
integumen, dll.
PEMBAHASAN
A. HIPOTALAMUS
Hipotalamus mensekresikan hormon releasing factor atau
inhibiting factor. Hormon diproduksi di badan sel di hipotalamus dan
disekresikan oleh ujung sel yang ada di hipofisis.
Hipotalamus mengeluarkan hormon-hormon :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Growth Hormon Releasing Factor (GHRF)
Growth Hormon Inhibiting Factor (GHIF)
Prolactin Inhibiting Factor (PIH)
Prolactin Releasing Factor (PRF)
Thyrotropin Releasing Hormon (TRH)
Gonadotropik Releasing Hormon (GnRh)
Corticotropic Releasing Hormon (CRH)
Follicle Stimulating Hormon Releasing Factor (FSHRF)
Hipotalamus Mengatur Sekresi Kelenjar Hipofisis
Hampir semua sekresi kelenjar hipofisis diatur baik oleh hormon
atau sinyal saraf yang berasal dari hipotalamus. Bila kelenjar hipofisis ini
diangkat dari letak normalnya di bawah hipotalamus dan
ditransplantasikan ke beberapa bagian tubuh lain, kecepatan sekresi
beberapa hormon yang berbeda (kecuali prolaktin) akan sangat menurun.
Sekresi kelenjar hipofisis posterior diatur oleh sinyal saraf yang
berasal dari hipotalamus dan berakhir di hipofisis posterior. Sebaliknya,
sekresi kelenjar hipofisis anterior diatur oleh hormon yang disebut hormon
(atau faktor) pelepas hipotalamus dan hormon (faktor) penghambat
hipotalamus yang disekresikan ke dalam hipotalamus sendiri dan
selanjutnya dijalarkan ke hipofisis anterior, melalui pembuluh darah kecil
yang disebut pembuluh darah porta hipotalamus-hipofisis. Di dalam
kelenjar hipofisis anterior, hormon pelepas dan hormon penghambat ini
bekerja terhadap sel kelenjar dan mengatur sekresi kelenjar tersebut.
Hipotalamus menerima sinyal dari banyak sumber dalam sistem
saraf. Jadi, bila seseorang mendapat rangsangan nyeri, sebagian sinyal
nyeri itu akan dijalarkan ke hipotalamus. Demikian juga, bila seseprang
menderita depresi atau kegembiraan yang sangat kuat, sebagian sinyal itu
akan dijalarkan ke hipotalamus. Bahkan konsentrasi bahan makanan,
elektrolit, air, dan berbagai hormon yang ada dalam darah dapat
merangsang atau menghambat berbagai bagian hipotalamus.
Jadi, hipotalamus merupakan pusat pengumpul informasi mengenai
kesehatan bagian dalam tubuh, dan sebagian besar informasi ini digunakan
untuk mengatur sekresi sebagian besar hormon hipofisis yang sangat
penting.
-HIPOTALAMUSDaerah Pengatur Utama untuk Sistem Limbik
Hipotalamus, meskipun berukuran sangat kecil hanya beberapa
sentimeter kubik, mempunyai jaras komunikasi dua arah yang
berhubungan dengan semua tingkat sistem limbik. Sebaliknya,
hipotalamus dan struktur-struktur yang berkaitan dengannya mengirimkan
sinyal-sinyal keluaran dalam tiga arah :
1. Ke belakang dan ke bawah menuju batang otak terutama ke area
retikular mesensefalon, pons, dan medula, dan dari area tersebut ke
saraf perifer sistem saraf otonom;
2. Ke atas menuju sebagian besar area yang lebih tinggi di diensefalon
dan serebrum, khususnya bagian anterior talamus dan bagian limbik
korteks serebri ; dan
3. Ke infundibulum hipotalamus untuk mengatur secara sebagian dari
fungsi sekretorik pada bagian posterior dan anterior kelenjar hipofisis.
Jadi, hipotalamus, mewakili kurang dari 1% massa otak, namun
merupakan bagian paling penting dari jaras pengaturan sistem limbik.
Bagian ini mengatur sebagian besar fungsi vegetatif dan fungsi endokrin
tubuh.
PENGATURAN CAIRAN TUBUH
Hipotalamus mengatur cairan tubuh melalui dua cara :
1. Dengan mencetuskan sensasi haus, yang menyebabkan hewan atau
seseorang minum air, dan
2. Dengan mengatur ekskresi air ke dalam urin.
Di hipotalamus bagian lateral terdapat area yang disebut pusat rasa
haus. Bila elektrolit cairan yang terdapat di pusat ini atau di daerah yang
berkaitan dengan hipotalamus menjadi sangat pekat, pada hewan akan
berkembang hasrat untuk minum air, hewan ini akan mencari air dari
sumber air terdekat dan minum secukupnya untuk mengembalikan
konsentrasi elektrolit dalam pusat rasa haus menjadi normal kembali.
Pengaturan ekskresi air oleh ginjal terutama dilakukan oleh nuklei supraoptikus.
Bila cairan tubuh menjadi sangat pekat, neuron-neuron dalam area-area ini
menjadi terangsang. Serabut-serabut saraf yang berasal dari neuron-neuron ini
diproyeksikan ke bawah melalui infundibulum hipotalamus ke kelenjar hipofisis
posterior, tempat ujung-ujung saraf menyekresikan suatu hormon, yaitu hormon
antidiuretik (disebut juga vasopresin). Selanjutnya hormon ini diabsorbsi ke
dalam darah dan diangkut ke ginjal tempat hormon tersebut bekerja pada duktus
koligentes ginjal guna menimbulkan peningkatan reabsorbsi air. Hal ini
menurunkan jumlah air yang hilang ke dalam urin namun menyebabkan
berlanjutnya ekskresi elektrolit-elektrolit sehingga menurunkan konsentrasi cairan
tubuh kembali ke keadaan normal.
B. HIPOFISIS
Struktur dan Fungsi Hipofise
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii.
Berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus.
Lobus anterior, merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3
bagian dari hipofise. Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus
posterior, merupakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf
sehingga disebut juga neurohipofise. Hipofise stalk adalah struktur yang
menghubungkan lobus posterior hipofise dengan hipotalamus. Struktur ini
merupakan jaringan saraf.
Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus
anterior dan posterior, fungsinya belum diketahui secara pasti, namun
beberapa referensi yang ada mengatakan lobus ini mungkin menghasilkan
melanosit stimulating hormon (MSH). Secara histologis, sel-sel kelenjar
hipofise dikelompokan berdasarkan jenis hormon yang disekresi yaitu:
a. Sel-sel somatotrof bentuknya besar, mengandung granula sekretori,
berdiameter 350- 500 nm dan terletak di sayap lateral hipofise. Selsel inilah yang menghasilkan hormon somatotropin atau hormon
pertumbuhan.
b. Sel-sel lactotroph juga mengandung granula sekretori, dengan
diameter 27-350 nm, menghasilkan prolaktin atau laktogen.
c. Sel-sel Tirotroph berbentuk polihedral, mengandung granula
sekretori dengan diameter 50-100 nm, menghasilkan TSH.
d. Sel-sel gonadotrof diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung
granula sekretori, menghasilakan FSH dan LH. Sel-sel kortikotrof
diameter sel kira-kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar,
menghasilkan ACTH.
Kelenjar hipofise berukuran tidak lebih besar dari kacang tanah
terletak terlindung di dasar tengkorak. Kelenjar ini terbagi atas 2 bagian,
bagian depan dan bagian belakang. Bagian belakang merupakan
kelanjutan dari hiPotalamus (bagian dari otak). Kelenjar ini menghasilkan
hormon pertumbuhan (growth hormone), hormon perangsang tiroid
(TSH), perangsang gonad (FSH), dan lain-lain.
Hormon pertumbuhan banyak dihasilkan selama masa pertumbuhan,
tetapi menurun setelah manusia mencapai usia dewasa. Jika hormon itu
dihasilkan dalam jumlah berlebih selama masa pertumbuhan, akan
didapatkan anak menjadi sangat tinggi (gigantism); tetapi bila produksi
itu teIjadi setelah usia dewasa, tumbuh berlebih (dagu,jari, dll.),
dinamakan acromegali.Hormon yang kurang pada masa anak-anak
menyebabkan anak tumbuh menjadi orang dewasa yang keeil dengan
tubuh berimbang.
Hormon hipofise lain adalah follicle stimulating hormoneyang
merangsang produksi hormon seks, dan prolactin yang mengatur produksi
air susu ibu setelah melahirkan. Kekurangan hormon tiroid (thyroxin)
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pula. Seeara fisik dapat
dijumpai akibatnya sebagai seorang yang keeil dengan bagian tubuh yang
kurang proporsional. Ada juga yang tumbuh keeil dengan mental
terbelakang (cretin).Produksi hormon tiroid dirangsang oleh hormon
hipofise (thyroid stimulating hormone) dan membutuhkan iodium.
C. ADH
PERAN ADH
a. Mengatur eksresi air oleh ginjal
ADH memainkan peran penting terhadap ginjal untuk
membentuk sedikit volume urine pekat sementara mengeluarkan
garam dalam jumlah normal. Selama kehilangan air, dengan kuat
akan meningkatkan kadar ADH yang kemudian meningkatkan
reabsorpsi air oleh ginjal dan membantu memperkecil penurunan
volume cairan ekstrasel. Bila pengaruh ADH dihambat dengan
obat yang bersifat antagonis terhadap kerja ADH, akan
menyebabkan penurunan volume cairan ekstrasel yang besar. Bila
terdapat volume ekstrasel yang berlebihan, penurunan kadar ADH
mengurangi reabsorpsi air oleh ginjal. Sehingga dapat membantu
menghilangkan volume yang berlebihan dari tubuh.
b. Mengatur konsentrasi urin
Bila osmolaritas cairan tubuh meningkat di atas normal,
kelenjar hipofisis posterior akan menyekresi lebih banyak ADH,
yang meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus
koligentes terhadap air. Keadaan ini memungkinkan terjadinya
reabsorbsi air dalam jumlah besar dan penurunan volume urin.
Sedangkan bila terdapat kelebihan air di dalam tubuh dan
osmolaritas cairan ekstrasel menurun, sekresi ADH oleh hipofisis
posterior akan menurun. Oleh sebab itu, permeabilitas tubulus
distal dan duktus koligentes terhadap air akan menurun, yang
menghasilkan sejumlah besar urin encer. Kecepatan sekresi ADH
sangat menentukan encer atau pekatnya urin yang akan dikeluarkan
oleh ginjal.
SINTESIS ADH di HIPOTALAMUS dan PELEPASAN
ADH dari HIPOFISIS POSTERIOR
Hipotalamus terdiri atas dua jenis neuron magnosel yang
mensintesis ADH di nukleus supraoptik dan nukleus paraventrikular
hipotalamus. Kedua nukleus ini mempunyai perpanjangan akson sampai
ke hipofisis posterior. Setelah disintesis, ADH ditranspor melalui aksonaksonneuron ke bagian ujungnya dan berakhir di kelenjar hipofisis
posterior. ADH yang disimpan dalam granula sekretorik pada ujung-ujung
saraf dilepaskan sebagai respons terhadap peningkatan pemasukan
kalsium. ADH yang dilepaskan kemudian dibawa dalam kapiler darah
hipofisis posterior ke dalam sirkulasi sistemik.
STIMULASI REFLEKS KARDIOVASKULAR terhadap
PELEPASAN ADH dengan MENURUNKAN TEKANAN
ARTERI dan/atau MENURUNKAN VOLUME DARAH
Pelepasan ADH juga dikontrol oleh refleks kardiovaskular yang
berespons terhadap penurunan tekanan darah dan/atau volume darah.
Kapanpun tekanan darah dan volume darah berkurang, peningkatan
sekresi ADH akan menyebabkan peningkatan reabsorpsi cairan oleh
ginjal, yang membantu mengembalikan tekanan darah dan volume darah
ke keadaan normal.
PERANAN
RASA
HAUS
OSMOLARITASCAIRAN
KONSENTRASI NATRIUM
dalam
MENGATUR
EKSTRASEL
dan
Ginjal meminimalkan kehilangan cairan selama terjadi kekurangan
air, melalui sistem umpan balik osmoreseptor ADH. Akan tetapi, asupan
cairan yang adekuat diperlukan untuk mengimbangi kehilangan cairan
yang terjadi melalui keringat dan napas serta melalui saluran pencernaan.
Asupan cairan diatur oleh mekanisme rasa haus, yang bersama dengan
mekanisme osmoreseptor ADH, mempertahankan kontrol osmolaritas
cairan ekstrasel dan konsentrasi natrium secara tepat.
PUSAT RASA HAUS di SISTEM SARAF PUSAT
Neuron di pusat rasa haus memberi respons terhadap penyuntikan
larutan garam hipertonik dengan cara merangsang perilaku minum. Sel ini
hampir berfungsi sebagai osmoreseptor untuk mengaktivasi mekanisme
rasa haus, dengan cara yang sama saat osmoreseptor merangsang
pelepasan ADH.
PROSES PEMBENTUKAN ADH
tubuh dehidrasi
darah menjadi kental dan tekanan darah meningkat
peningkatan osmolaritas ekstrasel
osmoreseptor
hipotalamus memproduksi ADH
peningkatan sekresi ADH (hipofisis posterior)
peningkatan ADH plasma
dikirim ke sel
epitel tubulus ginjal
peningkatan permeabilitas tubulus distal, duktus koligentes terhadap air
peningkatan reabsorpsi H2O
penurunan H2O yang dieksresi
tubuh kembali mendapat cairan
D. ALDOSTERON
Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan mineralokortikoid
yang disekresi dari bagian terluar zona glomerulosa pada bagian korteks
kelenjar adrenal.
Kekurangan volume cairan, misalnya karena perdarahan atau
kehilangan cairan pencernaan, dapat menstimulasi sekresi aldosteron ke
dalam darah.
Aldosteron berfungsi ganda: meningkatkan kadar natrium (Na+) di
dalam darah, dan meningkatkan tekanan darah. Keduanya saling
berhubungan erat dan aldosteron adalah larutan yang dirancang cermat
untuk memenuhi kedua kebutuhan ini sekaligus. Jika jumlah natrium di
dalam darah meningkat, kadar cairan di dalam darah juga meningkat. Ini
disebabkan molekul-molekul air berkecenderungan bergerak ke arah di
mana banyak natrium.
Di satu sisi, hormon aldosteron meningkatkan jumlah natrium; di
sisi lain, menggunakan kemampuan natrium menyerap cairan. Saat kadar
natrium di dalam darah menurun, aldosteron memperingatkan sel-sel di
tabung-tabung kecil di ginjal. Sel-sel ini menangkap ion natrium di dalam
air seni dan menyerapnya. Ini menyebabkan ion natrium memasuki sel-sel
yang membentuk tabung-tabung itu, dan dari sana kembali dilepaskan ke
dalam darah.
Lewat cara ini, jumlah natrium ditingkatkan, keseimbangan ion
dipertahankan, jumlah cairan di dalam darah ditingkatkan, dan tekanan
darah dikembalikan ke tingkat yang wajar. Ketika ion natrium dalam
tabung-tabung kecil di ginjal dipulihkan, ion kalium (K+) dilepaskan dari
darah ke air seni karena kadar natrium dan kalium di dalam darah harus di
tingkat yang amat tertentu. Kadar mineral sangat penting untuk
memastikan keseimbangan asam-basa cairan di dalam dan di luar sel, dan
supaya sistem syaraf dapat berfungsi tepat.
Apabila kadar garam lebih dari jumlah normal dan kurang air
dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan meningkat, osmoreseptor pada
hipotalamus akan terangsang kemudian kelenjarhipofisis akan dirangsang
lebih
aktif
untuk
mensekresikan
hormon ADH yang
bersifat antidiuretik untuk meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal
terhadap air, kelenjar adrenal (hormonaldosteron) akan kurang dirangsang,
maka lebih banyak air diserap dan kurang ion natrium dan
ion kalsium diserap kembali masuk dalam tubuh, tekanan osmosis darah
akan turun, proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis darah pada
jumlah normal.
Apabila kadar garam lebih rendah dari jumlah normal dalam tubuh
dan lebih banyak air dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan menurun,
osmoreseptor pada hipotalamus akan terangsang kemudian kelenjar
pituitari akan kurang dirangsang untuk mensekresikan hormon ADH
(antidiuresis) untuk mengurangi permeabilitas tubulus ginjal terhadap air,
kelenjar adrenal (hormon aldosteron) akan dirangsang dengan lebih aktif,
maka lebih sedikit air diserap dan lebih sedikit juga natrium dan kalsium
diserap kembali masuk dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan naik,
proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis darah berada pada
jumlah normal.
Aktivitas aldosteron, mineralokortikoid yang utama, terutama
adalah di tubulus distal ginjal, tempat hormon ini meningkatkan retensi
Na+ dan meningkatkan eliminasi K+ selama proses pembentukan urin.
Peningkatan retensi Na+ oleh aldosteron secara sekunder memicu retensi
osmotik H2O sehingga volume CES bertambah, yang penting dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah.
Mineralokortikoid esensial untuk kehidupan. Tanpa aldosteron,
orang akan cepat meninggal akibat syok sirkulasi karena penurunan hebat
volume plasma yang disebabkan oleh pengeluaran berlebihan Na+ penahan
H2O. pada defisiensi kebanyakan hormon lainnya, kematian tidak segera
datang, walaupun defisiensi hormone kronik pada akhirnya menyebabkan
kematian prematur.
Sekresi
aldosteron
ditingkatkan
oleh
:
- Pengaktifan sistem rennin-angiotensin-aldosteron oleh faktor-faktor
yang berkaitan dengan penurunan Na+ dan tekanan darah
- Stimulasi langsung korteks adrenal oleh peningkatan konsentrasi
K+ plasma
Selain efeknya pada sekresi aldosteron, angiotensin mendorong
pertumbuhan zona glomerulosa dengan cara yang sama dengan efek TSH
pada tiroid. Hormon tropik adrenal, ACTH, terutama mempengaruhi zonazona korteks bagian dalam dan kurang merangsang sekresi aldosteron.
Dengan demikian, tidak seperti pengaturan kortisol, pengaturan sekresi
aldosteron umumnya tidak bergantung pada kontrol hipofisis anterior.
E. CALSITONIN DAN PTH
Calsitonin

Menurunkan kadar kalsium darah

Menghambat reasorbsi tulang
Kalsitonin: Ca2+ lowering hormone dengan menghambat resorpsi tulang
(menghambat aktivitas osteoklas) dan meningkatkan ekskresi Ca2+ di urin
Hormon kalsitonin diproduksi oleh parafollicular cells yang berada dalam
kelenjar tiroid. Jumlah kadar kalsium serum yang meningkat akan memicu
terproduksinya kalsitonin.
Target organ dari kalsitonin:
1 . T u l a n g Kalsitonin ini akan mensupresi resorpsi kalsium dari
tulang
2 . K i d n e y Kalsitonin akan meningkatkan ekskresi kalsium dari
ginja. Hormon kalsitonin dan PTH saling berlawanan (antagonis)
Sekresi kalsitonin ditingkatkan oleh :
Kadar Ca2+ tinggi (> 9,5 mg/dl baru disekresikan) sekresi berbanding
lurus dengan kalsium plasma.
B-adrenergik agonis, dopamin, estrogen
Gastrin, CCK, glukagon dan sekretin
Kadar kalsitonin tinggi dijumpai pada Zolynger-Ellison Syndrome (kadar
gastrin plasma meningkat) kadar gastrin yang diperlukan untuk
meningkatkan sekresi kalsitonin lebih tinggi dibandingkan yang dihasilkan
oleh adanya makanan
Hormon
pengatur
metabolisme
air
dan
mineral
:
Kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid, untuk mengatur metabolisme
kalsium dan fosfor. Meningkatkan produksi kalsitonin menyebabkan
menurunnya kalsium dan fosfor dalam darah dan meningkatnya seksresi
kalsium fosfat, natrium, kalium, dan magnesium melalui ginjal.
Sekresi Kalsitonin :
Sekresi dan biosintesis kalsitonin dipengaruhi oleh kadar ion Ca++
plasma, Gastrin danpentagastrin; bila kadar ion ini tinggi maka kadar
hormon pun meningkat, dan sebaliknya.Distimulasi [Ca] plasma beraksi
di dalam tulang dan renin untuk
menghasilkan pengaruh
yangbertentangan dengan PTH.
PTH
Mobilisasi kalsium dari tulang
Meningkatkan ekskresi fosfat urin
Hormon ini diproduksi oleh chief cells yang berada di kelenjar
paratiroid.Kadar kalsium dalam serum yang rendah akan menstimulasi
kelenjar paratiroiduntuk memproduksi PTH.
Target organ dari PTH:
1 . T u l a n g PTH akan meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfor
dari tulang
2 . G i n j a l PTH akan meningkatkan reabsorpsi dari kalsium, dan
meningkatkan jumlah ekskresi fosfor
3 . U s u s PTH akan menstimulasi terbentuknya vitamin D (dalam
bentuk aktif =kalsitriol) sehingga akan meningkatkan absorpsi kalsium
dalam usus
Efek
parathormon
Parathormon
terhadap
jaringan
target
:
 Merangsang pembentukan vitamin D
 Meningkatkan reabsorpsi tubulus ginjal terhadap Ca dan Mg
 Meningkatkan pengeluaran P, Hco3 dan Na
 Meningkatkan mobilisasi Ca dan P dari tulang kedalam cairan
ekstra sel
 Mengurangi pembentukan tulang
 Meningkatkan penghancuran tulang
 Meningkatkan absorpsi Ca dan P dengan bantuan vitamin D.
Parathormon mengatur metabolisme kalsium dan fosfat tubuh. Organ
targetnya adalah tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum).
Terhadap tulang, PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium
serum meningkat.
Di tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang
aktif akan terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin.
Selain itu hormon inipun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di
tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran Posfat, HCO3 dan Na karena
sebagian besar kalsium disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar
terhadap tulang. Faktor yang mengontrol sekresi PTH adalah kadar
kalsium serum di samping tentunya PTSH.
F. RENIN
DEFINISI
Nama “renin “ pertama kali diberikan oleh Tigerstredt dan
Bergman (1898) untuk suatu zat presor yang diekstraksi dari ginjal kelinci
(Basso dan Terragno, 2001). Pada tahun 1975 Page dan Helmer
mengemukakan bahwa renin merupakan enzim yang bekerja pada suatu
protein, angiotensinogen untuk melepaskan Angiotensin. Baru pada tahun
1991 Rosivsll dan kawan-kawan mengemukakan bahwa bahwa renin
dihimpun dan disekresi oleh sel juxtaglomelurar yang terdapat pada
dinding arteriol afferen ginjal, sebagai kesatuan dari bagian macula densa
satu unit nefron (Laragh 1992). Menurut Guyton dan Hall (1997), renin
adalah enzim dengan protein kecil yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan
arteri turun sangat rendah. Menurut Klabunde (2007) pengeluaran renin
dapat disebabkan aktivasi saraf simpatis (pengaktifannya melalui β1adrenoceptor), penurunan tekanan arteri ginjal (disebabkan oleh penurunan
tekanan sistemik atau stenosis arteri ginjal), dan penurunan asupan garam
ke tubulus distal.
STRUKTUR
Struktur utama dari prekursor renin terdiri dari 406 asam amino
dengan masing- masing pra- dan pro- segmen membawa 20 dan 46 asam
amino.
Renin matang mengandung
340
asam
amino
dengan massa 37 kDa.Konsentrasi normal renin dalam
plasma manusia
dewasa adalah 1,98-24,6 ng / L dalam posisi tegak.
RENIN: SALAH SATU
TEKANAN DARAH
FAKTOR
YANG
MENGONTROL
Upaya menjaga agar aliran darah dalam sirkulasi sistemik tidak
naik atau turun disebabkan oleh tekanan darah yang berubah-rubah, maka
penting untuk mempertahankan tekanan arteri rata-rata dalam batas
konstan. Hal tersebut dapat dicapai melalui serangkaian mekanisme yang
meliputi (1) susunan saraf, (2) ginjal, dan (3) beberapa mekanisme
hormonal (Guyton 1994). Untuk pengaturan melalui ginjal dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Pengaturan Melalui Ginjal. Tanggung jawab terhadap pengaturan
tekanan darah arteri jangka panjang hanpir seluruhnya dipegang oleh
ginjal. Dalam hal ini ginjal berfungsi melalui dua mekanisme penting,
yaitu mekanisme hemodinamik dan mekanisme hormonal. Mekanisme
hemodinamik sangat sederhana. Bila tekanan arteri naik melewati batas
normal, tekanan yang besar dalam arteri renalis akan menyebabkan lebih
banya cairan yang disaring sehingga air dan garam yang dikeluarkan dari
tubuh juga meningkat. Hilangnya air dan garam akan mengurangi volume
darah, dan sekaligus menurunkan tekanan darah kembali normal.
Sebaliknya bila tekanan turun di bawah normal, ginjal akan menahan air
dan garam sampai tekanan naik kembali menjadi normal.
RELASI ANTARA TEKANAN DARAH DAN PEMBENTUKAN
RENIN
Sekresi renin yang berlebihan adalah salah satu faktor yang menyebabkan
hipertensi dan dalam hipertensi akibat stenosis (penyempitan) arteria renalis.
Renin dapat mmenyebabkan produksi androgen berlebihan dari korteks adrenal
dan dengan demikian menyebabkan maskulinitas berlebihan.
RENIN-ANGIOSTENSIN-ALDOSTERON SYSTEM (RAS)
Tahun 1940 ditemukan pressor agent yang sebenarnya berperan dalam rangkaian
rennin; hipertensi ini diberi nama Angiostensin. Kemudian berhasil diidentifikasi
dua bentuk angiostensin yang dikenal Angiostensin I dan Angiostensin II. Enzim
yang mengubah angiostensin I dan angiostensin II disebut dengan Angiostensin
Converter Enzyme (ACE). Rangkaian dari seluruh sistem renin sampai dengan
angiostensin II inilah yang dikenal dengan Renin-Angiostensin-Aldosterone
System (RAS).
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan pada uraian berikut. Renin bekerja
secara enzimatik pada protein plasma lain, yaitu suatu globulin yang disebut
bahan renin (atau angiotensinogen), untuk melepaskan peptida asam amino-10,
yaitu angiotensin I. Angiotensin I memiliki sifat vasokonstriktor yang ringan
tetapi tidak cukup untuk menyebabkan perubahan fungsional yang bermakna
dalam fungsi sirkulasi. Renin menetap dalam darah selama 30 menit sampai 1
jam dan terus menyebabkan pembentukan angiotensin I selama sepanjang waktu
tersebut (Guyton dan Hall, 1997).
Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, terdapat dua asam
amino tambahan yang memecah dari angiotensin untuk membentuk angiotensin II
peptida asam amino-8. Perubahan ini hampir seluruhnya terjadi selama beberapa
detik sementara darah mengalir melalui pembuluh kecil pada paru-paru, yang
dikatalisis oleh suatu enzim, yaitu enzim pengubah, yang terdapat di endotelium
pembuluh paru yang disebut
Angiotensin Converting Enzyme(ACE).
Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat, dan memiliki efek-efek
lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Angiotensin II menetap dalam darah
hanya selama 1 atau 2 menit karena angiotensin II secara cepat akan diinaktivasi
oleh berbagai enzim darah dan jaringan yang secara bersama-sama disebut
angiotensinase (Guyton dan Hall, 1997).
Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua
pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh yang pertama,
yaitu vasokontriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada
arteriol dan sedikit lebih lemah pada vena. Konstriksi pada arteriol akan
meningkatkan tahanan perifer, akibatnya akan meningkatkan tekanan arteri.
Konstriksi ringan pada vena-vena juga akan meningkatkan aliran balik darah vena
ke jantung, sehingga membantu pompa jantung untuk melawan kenaikan tekanan
(Guyton dan Hall, 1997).
Cara utama kedua dimana angiotensin meningkatkan tekanan arteri adalah dengan
bekerja pada ginjal untuk menurunkan eksresi garam dan air. Ketika tekanan
darah atau volume darah dalam arteriola eferen turun ( kadang-kadang sebagai
akibat dari penurunan asupan garam), enzim renin mengawali reaksi kimia yang
mengubah protein plasma yang disebut angiotensinogen menjadi peptida yang
disebut angiotensin II. Angiotensin II berfungsi sebagai hormon yang
meningkatkan tekanan darah dan volume darah dalam beberapa cara. Sebagai
contoh, angiotensin II menaikan tekanan dengan cara menyempitkan arteriola,
menurunkan aliran darah ke banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Angiotensin
II merangsang tubula proksimal nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air.
Hal tersebut akan jumlah mengurangi garam dan air yang diekskresikan dalam
urin dan akibatnya adalah peningkatan volume darah dan tekanan darah
(Campbell, et al. 2004).
Pengaruh lain angiotensin II adalah perangsangan kelenjar adrenal, yaitu organ
yang terletak diatas ginjal, yang membebaskan hormon aldosteron. Hormon
aldosteron bekerja pada tubula distal nefron, yang membuat tubula tersebut
menyerap kembali lebih banyak ion natrium (Na+) dan air, serta meningkatkan
volume dan tekanan darah (Campbell, et al. 2004). Hal tersebut akan
memperlambat kenaikan voume cairan ekstraseluler yang kemudian
meningkatkan tekanan arteri selama berjam-jam dan berhari-hari. Efek jangka
12panjang ini bekerja melalui mekanisme volume cairan ekstraseluler, bahkan
lebih kuat daripada mekanisme vasokonstriksi akut yang akhirnya
mengembalikan tekanan arteri ke nilai normal.
G. ANP
Atrial Natriuretic Peptide
Sistem renin-angiotensin-aldosteron bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dalam tubuh. Hormon jantung yang
dinamakan atrial natriuretic peptide (ANP) juga berperan dalam menjaga
keseimbangan cairan. ANP tersimpan dalam sel pada atria, dilepaskan saat
tekanan atrial meningkat. Hormon ini berperan menurunkantekanan darah dan
mengurangi volume darah intravaskuler, berlawanan dengan sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
Hormon ini bekerja dengan cara:
-menekan kadar renin serum
-menurunkan pelepasan aldosteron dari kelenjar adrenal
-meningkatkan filtrasi glomerulus, yang akan meningkatkan eksresi sodium dan
air melalui urin
-mengurangi pelepasan ADH dari kelenjar pituitari posterior
-mengurangi resistensi vaskuler dengan vasodilatasi.
Meregangkan atrium
Peningkatan jumlah ANP yang disekresi oleh atria bergantung pada beberapa
kondisi, termasuk gagal ginjal kronis dan gagal jantung. Apapun yang
menyebabkan peregangan atria dapat mengakibatkan peningkatan jumlah ANP
yang dilepaskan termasuk perubahan ortostatik, atrial takikardi, intake sodium
yang tinggi, infus NaCl, dan penggunaan obat yang menyebabkan vasokonstriksi.
H. Ne dan E
I. HIRARKI FUNGSI ENDOKRIN
Peran Endokrin:
1. Reaksi tubuh thdp stres dan
cedera
2. Pertumbuhan dan perkembangan
3. Reproduksi
4. Homeostasis ionik
5. Metabolisme energy
Sist.Endokrin termasuk sel endokrin yg berfungsi sbg kelenjar endokrin
primer
(hipofise, tiroid, dll) atau yg berfungsi sekunder (pankreas, intestinal, ginjal,
jantung, timus, gonad)
Sistem Endokrin dan Sistem Saraf_mengatur fungsi beberapa
organ tubuh dan memonitor perubahan yang ada dlm atau luar tubuh, serta
dapat mengadaptasi perubahan lingkungan eksternal/internal
Kelenjar Endokrin terdiri dari:
1. Kelenjar hipotalamus
2. Kelenjar hipofise
3. Kelenjar tiroid
4. Kelenjarparatiroid
5. Kelenjar adrenal
6. Kelenjar pancreas
7. Kelenjar gonad
Fungsi endokrin :
1. sekresi fungsi Releasing dan Inhibiting yang mengkontrol sintesa-sekresi
hormon hipofise
anterior.
2. Produksi ADH & oksitosin untuk dikirim ke hipofise posterior dan
dilepaskan olehnya.
3.Menjalankan fungsi melalui mekanisme humoral dan saraf kontrol terhadap
hipofise posterior melalui saraf dan terhadap hipofise anterior melalui
humoral
4. Menerima isyarat dari hampir semua sumber dalam system saraf
(psikologis, nyeri, penciuman, konsentrasi zat gizi, elektrolit, air & berbagai
hormon)
J. SISTEM YANG TERLIBAT SECARA TIDAK
LANGSUNG
Hubungan Sistem Endokrin dan Sistem URO (Perkemihan) Terkait
denganPengaturan Cairan dan Elktrolit
Sistem perkemihan merupakan sistem yang penting untuk membuang sisasisa metabolisme makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama
senyawa nitrogenseperti urea dan kreatinin, bahan asing dan produk
sisanya. Sampah metabolismeini dikeluarkan (disekresikan) oleh ginjal
dalam bentuk urin. Urin kemudian akanturun melewati ureter menuju
kandung kemih untuk disimpan sementara danakhirnya secara periodik
akan dikeluarkan melalui uretra.Salah satu sistem kemih yang sangat berperan
penting dalam sistem UROadalah ginjal. Ginjal memiliki kemampuan untuk
mempertahankan air dan elektrolit(melalui reabsorpsi) yang berguna
dalam kelangsungan hidup seseorang. Tanpakemampuan ini, seseorang
dapat mengalami kekurangan air dan elektrolit dalam3-4 menit. Tubulus
kontortus proksimal mereabsorpsi 85-90% air yang ada dalamultrafiltrat,
80% dari natrium; sebagian besar kalium, bikarbonat, klorida,
fosfat,glukosa, dan asam amino. Tubulus kontortus distal dan tubulus
koligentesmenghasilkan urine.Mekanisme lain yang dapat mencegah
berkurangnya air dan elektrolit adalahendokrin atau respons hormonal.
Hormon antidiuretik (ADH) adalah contoh klasikbagaimana hormon
mengatur keseimbangan air dan elektrolit. ADH adalah hormonyang
dihasilkan oleh hipotalamus, disimpan dan dikeluarkan oleh kelenjar
hipofisissebagai respons terhadap perubahan dalam osmolalitas plasma.
Osmolaritas adalahkonsentrasi ion dalam suatu larutan. Dalam hal ini,
larutannya adalah darah.Apabila asupan air menjadi kurang atau air
banyak yang hilang, ADH akandikeluarkan sehingga membuat ginjal menahan
air. ADH memengaruhi nefronbagian distal untuk memperlancar permeabilitas
air sehingga lebih banyak air yang direabsorpsi dan dikembalikan ke
dalam sirkulasi darah.Ginjal mempertahankan keseimbangan fisiologis
dengan mengatur komposisicairan dan pelarut dalam darah. Ginjal
memakai tiga proses yang kompleks, yaituproses filtrasi, proses
reabsorpsi, dan proses sekresi. Filtrasi terjadi dalam kapsulaBowman.
Reabsorpsi dan sekresi terjadi dalam tubulus dan duktus koligentes.
Ginjal mempunyai peranan aktif dalam pengaturan tekanan
darah, terutamadengan
mengatur
volume
plasma
dan
tonus
vaskular (pembuluh darah). Volumeplasma dipertahankan melalui
reabsorpsi air dan pengendalian komposisi cairanekstraselular (mis.,
terjadi dehidrasi). Korteks adrenal mengeluarkan aldosteron.Aldosteron
membuat
ginjal
menahan
natrium
yang dapat
mengakibatkanreabsorpsi air.Modifikasi tonus vaskular oleh ginjal dapat
juga mengatur tekanan darah. Halini dilakukan terutama oleh sistem
reninangiotensin aldosteron. Renin adalahhormon yang dikeluarkan oleh
juksta glomeruli dari nefron sebagai responsterhadap berkurangnya
natrium, hipoperfusi arteri renal, atau stimulasi saraf renalmelalui jaras
simpatis waktu tekanan darah menurun, Renin menstimulasi
konversiangiotensinogen (zat yang dikeluarkan hepar) ke angiotensin
I. Konversiangiotensin I ke angiotensin II oleh enzim pengubah
angiotensin dari paru-paru,menghasilkan vasokonstriksi umum yang
kuat. Mekanisme
ini
dapat
membuattekanan
darah
meningkat.Prostaglandin dan bradikinin merupakan hormon yang
dihasilkan ginjal, jugamembantu meningkatkan tekanan darah. Kedua
hormon ini dikeluarkan sebagairespons terhadap iskemia ginjal, adanya
ADH dan angiotensin II, serta stimulasisimpatis.
Download