pengukuran teknik - Universitas Mercu Buana

advertisement
PENGUKURAN TEKNIK
MODUL KE-6
Dosen Pengasuh
Ir. PIRNADI. T. M.Sc
LOGO
UMB
UNIVERSITAS MERCU BUANA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN
http://www.mercubuana.ac.id
PROGRAM KULIAH SABTU-MINGGU
2007
[akan dijelaskan nanti saat tatap muka]
Gambar 6.1 Elemen-2 sistem akuisisi data digital
[hal. 430]
Keterangan singkat dari gambar di atas, sebagai berikut :
a. Transduser, tugasnya akan mengubah parameter fisis menjadi sinyal listrik
yang dapat diterima oleh sistem akuisisi. Beberapa parameter khas mencakup
temperatur, tekanan, percepatan, pergeseran bobot, dan kecepatan. Besaran-2
listrik seperti tegangan, tahanan, atau frekuensi, dapat juga diukur langsung.
b. Pengkondisian sinyal, umumnya mencakup rangkaian penunjang bagi
transduser. Rangkaian ini dapat memberikan daya eksitasi, rangkaian imbang,
dan elemen kalibrasi. Contoh pengkondisian sinyal adalah kesetimbangan
jembatan strain gage dan unit pencatu daya.
c. Pemayar (scanner) atau multiplekser, tugasnya menerima banyakmasukan
analog dan secara berurutan menghubungkannya ke satu alat pencatat.
d. Pengubah sinyal, bertugas mengubah sinyal analog menjadi suatu bentuk yang
dapat diterima oleh pengubah analog ke digital. Contoh pengubah sinyal
adalah penguat untuk memperkuat tegangan level rendah yang dibangkitkan
oleh termokopel atau strain gage.
e. Pengubah analog ke digital (A/D converter), bertugas mengubah tegangan
analog menjadi bentuk digital yang sepadan. Keluaran pengubah analog ke
digital dapat diperagakan secara visual dan juga tersedia sebagai keluaran-2
tegangan dalam tangga diskrit untuk pengolahan selanjutnya atau untuk
pencatatan pada sebuah unit pencatat digital.
f. Perlengkapan pembantu, bertugas khas sebagai perlengkapan yang mencakup
linierisasi dan pembandingan batas, yang berisis instrumen-2 untuk pekerjaan
pemrograman sistem dan pengolahan data digital. Pekerjaan ini dapat
dilakukan oleh instrumen individual atau oleh computer digital.
g. Unit pencatat digital, yang bertugas mencatat informasi digital pada kartu
berlobang, pita kertas berlobang, pita maknetik, kertas mesin tik digital, atau
gabungan sistem-2 tersebut. Unit pencatat digital dapat didahului oleh sebuah
unit penggandengan yang mengubah informasi digital menjadi bentuk yang
sesuai untuk dimasukkan ke unit pencatat digital yang dipilih secara khusus.
Sistem akuisisi data sering menggunakan unit pencatat pita maknetik yang telah
dibahas sebelumnya. Sistem-2 digital ini memerlukan pengubah (converter) guna
mengubah tegangan analog menjadi besaran digital diskrit atau angka-2.
Sebaliknya informasi digital bisa diubah kembali menjadi bentuk analog seperti
halnya tegangan atau arus, yang kemudian dapat digunakan sebagai suatu besaran
umpan balik untuk mengontrol suatu proses industri.
2. UNIT PENCATAT PITA MAKNETIK
Elemen unit pencatat pita (tape recorder), teriri dari elemen-2 dasar, sebagai
berikut :
http://www.mercubuana.ac.id
Proses maknetisasi, terjadi histerisis atau kurva BH dari bahan pita maknetik
yang telah dianggap linier, sehingga maknetisasi (B) pada pita tersebut
bertambah secara linier terhadap gaya maknetisasi (H) atau terhadap besarnya
amper gulungan. Hal ini dapat diperhatikan pada Gambar 6.3, yang
menunjukkan sebuah kurva khas BH dengan karakteristik-2 yang tidak linier.
Maknetisasi pita berlangsung, sebagai berikut : Jika sebuah partikel yang
tidak termaknetisasi pada pita mendekati senjang kepala pencatat, dia tidak
membawa maknetisme sisa dan dengan demikian berada pada titik O pada
kurva BH. Jika dianggap bahwa satu perioda sinyal yang dicatat adalah sangat
kecil dibandingkan terhadap panjang senjang, partikel akan lewat di bawah
daerah senjang melalui sebuah gaya maknetisasi HR yang pada dasarnya
konstan. Gaya ini membawa partikel menaiki kurva BH sampai titik R. Jika
partikel meninggalkan daerah senjang, gaya maknetisasi HR turun ke nol dan
partikel mengikuti sebuah lup histerisis kecil RBR, menyimpan maknetisme
sisa atau remanen BR. Karena kurva BH adalah linier, maknetisme sisa dari
semua partikel pada pita pada dasarnya mengikuti pola tidak linier yang sama,
dan dengan demikian keseluruhan proses maknetisasi memiliki sifat yang
tidak linier. Distorsi pada sinyal-2 yang direproduksi dihasilakan kecuali jika
dilakukan tindakan perbaikan. Karakteristik alih dari Gambar 6.4, menjelaskan
bahwa sebuah arus pencatat berbentuk sinus menyimpan suatu pola maknetik
yang tidak linier pada pita.
[akan dijelaskan langsung pada saat tatap muka]
Gambar 6.3 Kurva maknetisasi
[hal.435]
[akan dijelaskan langsung pada saat tatap muka]
Gambar 6.4 Kurva maknetisasi
[hal. 435]
Jika dicatat pada pita adalah sinyal berbentuk sinus, intensitas maknetik dari
jalur (track) yang dicatat berubah secara sinusoida. Ruangan yang diperlukan
pada pita untuk mencatat satu siklus lengpak disebut panjang gelombang
tercatat , yaitu :

f
dimana: = panjang gelombang yang dicatat
 = kecepatan pita
f = frekuensi sinyal yang dicatat.
http://www.mercubuana.ac.id
Download