FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI
(Studi Pada Perusahaan-Perusahaan Sektor Manufaktur Yang
Go Public Di Bursa Efek Indonesia)
Oleh :
Meliana Benardi K., SE., MSA., Ak.
Prof. Dr. Sutrisno, SE., M.Si., Ak.
Dr. Prihat Assih, SE., M.Si., Ak.
METODE PENELITIAN KUANTITATIF
BIDANG KAJIAN:
AKUNTANSI KEUANGAN DAN PASAR MODAL
(AKPM)
1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI
Meliana Benardi K.
(STIE Tanjung Selor)
Sutrisno
Prihat Assih
(Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya)
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the factors that influence disclousure extend and
its implications to information asymetry. Disclousure extend in this research related to firm
characteristics measured by some factors, that is firm’s structure, firm’s performance, and
firm’s market. This research using 40 manufacturing companies listed at Indonesian Stock
Exchange in the period of 2005-2007. The tools analysis used in this research are multiplelinear regression and simple-linear regression.
The result of this research show that characteristics related to structure only firm size
variable is positively significant associated with variation of annual report disclousure
extend, whereas leverage variable and the portion of stock owned by public investors are not
significant. Characteristics related to performance which measures with liquidity and
profitability variables are not effect the variation annual report disclousure extend.
Characteristics related to market which measures with auditors size and scope of bisnis
variable are significant positively associated with variation annual report disclousure extend.
Finally, disclousure extend enable decrease information asymmetry.
Keyword : Firm characteristics, Annual Report Disclousure, Information Asymmetry.
1.
PENDAHULUAN
Ketertarikan investor/calon investor terhadap informasi keuangan sebagai alat untuk
mengambil keputusan ekonomis telah lama diteliti oleh peneliti akuntansi (Ball dan Brown,
1968; Beaver, 1968; Lambert dan Morse, 1980; Collins dan Kothari, 1989; Easton dan
Zmijewski, 1989). Berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa kandungan informasi
laporan keuangan menjadi salah satu isu penting dalam pasar modal, khususnya dalam
pencapaian pasar modal yang efisiensi maupun sebagai sarana akuntabilitas (Subiyantoro,
2006).
Pasar modal yang efisien harus dapat memberikan perlindungan kepada investor publik
dari praktik bisnis yang tidak sehat, tidak jujur dan bentuk-bentuk manipulasi lainnya (Suta,
2
2000:94). Perlindungan kepada investor publik dapat berupa pemberian informasi dan faktafakta yang relevan mengenai perusahaan yang diatur melalui peraturan pemerintah. Peraturan
mengenai praktik pengungkapan informasi perusahaan di Indonesia, khususnya yang bersifat
wajib (mandatory) diatur oleh Bapepam dan lembaga profesi (Ikatan Akuntan Indonesia).
Selanjutnya, perusahaan dapat juga memberikan pengungkapan yang bersifat sukarela
(voluntary) sebagai tambahan pengungkapan minimum yang telah ditetapkan.
Selain pencapaian pasar yang efisien, perwujudan akuntabilitas sangat penting bagi
pemegang saham dan stakeholder lainnya untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat
waktu mengenai semua informasi potensial yang harus diungkapkan oleh perusahaan
(Emerzon, 2007:97). Pandangan ini menunjukkan luas pengungkapan perusahaan erat
kaitannya dengan mekanisme untuk mengurangi asimetri informasi guna menekan konflik
kepentingan yang muncul akibat adanya pemisahan kepemilikan dengan pengelolaan.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi luas pengungkapan telah banyak
dilakukan di berbagai negara, baik di negara maju maupun negara sedang berkembang
termasuk di Indonesia. Di negara maju penelitian ini telah dilakukan di Amerika (Shingvi dan
Desai, 1971; Lang dan Lundholm, 1993; Botosan, 1997), Jepang (Cooke, 1992), dan Spanyol
(Wallace et al., 1994). Di negara sedang berkembang penelitian ini telah dilakukan di
Bangladesh (Karin dan Ahmed, 2005), Arab Saudi (Aljifiri dan Hussainey, 2006), dan di
Indonesia, antara lain telah dilakukan oleh Susanto (1992), Na’im dan Rakhman (2000),
Mardiyah (2002), Khomsiyah dan Susanti (2003), Subroto (2003) dan Simanjuntak dan
Widiastuti (2004).
Berbagai penelitian di atas telah menghubungkan luas pengungkapan dengan
karakteristik perusahaan. Namun, hasil dari penelitian tersebut masih beragam. Misalnya,
hasil penelitian Chow dan Boren (1987), Cooke (1992), Wallace et al. (1994), dan Karin dan
Ahmed (2005) menemukan karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran
3
perusahaan (aset) berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Temuan ini berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Aljifri dan Hussainey (2006) yang membuktikan bahwa
ukuran perusahaan (aset) tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan.
Penelitian yang dilakukan di Indonesia juga menemukan hasil yang beragam. Misalnya,
Susanto (1992) menemukan bahwa karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan struktur
modal (leverage) tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Berbeda dengan hasil
penelitian Na’im dan Rakhman (2000) dan Subroto (2003) yang membuktikan bahwa struktur
modal (leverage) berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan. Selanjutnya, penelitian
tentang pengaruh antara luas pengungkapan dan asimetri informasi bisa dibuktikan oleh
Mardiyah (2001) dan Murni (2004), tetapi gagal dibuktikan oleh Khomsiyah dan Susanti
(2003). Adanya hasil-hasil penelitian yang bertentangan tersebut menunjukkan adanya
research gap dalam penelitian akuntansi dan pelaporan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: (1)
menguji dan menganalisis apakah karakteristik perusahaan, yang meliputi: ukuran
perusahaan, tingkat leverage perusahaan, porsi kepemilikan saham publik, likuiditas
perusahaan, profitabilitas perusahaan, ukuran kantor akuntan publik (auditor), dan skope
bisnis perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan, serta (2)
menguji dan menganalisis pengaruh negatif luas pengungkapan laporan tahunan terhadap
asimetri informasi.
2.
Landasan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
2.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan muncul ketika satu atau
lebih individu (principal) mempekerjakan individu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa
dan kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agen untuk membuat suatu keputusan atas
nama principal tersebut. Dasar perlunya praktik pengungkapan laporan keuangan oleh
4
manajemen kepada pemegang saham dapat dijelaskan melalui teori keagenan tersebut.
Hubungan keagenan mewajibkan agen memberikan laporan periodik pada principal tentang
usaha yang dijalankan dan principal akan menilai kinerja agennya melalui laporan keuangan
yang disampaikan kepadanya. Oleh karena itu, dalam hubungan keagenan tersebut, laporan
keuangan merupakan sarana transparansi dan akuntabilitas manajemen (agen) kepada
pemiliknya (prinsipal). Secara empiris banyak studi yang telah menguji bahwa pengungkapan
laporan keuangan perusahaan dilakukan untuk mengendalikan konflik kepentingan antara
pemegang saham, kreditur, dan manajemen (Chow dan Boren, 1987). Pandangan ini
menunjukkan bahwa pengungkapan laporan keuangan erat kaitannya dengan hubungan
keagenan antara manajemen dan pemilik serta antara pemilik dengan kreditur.
2.2 Pengungkapan dan Karakteristik Perusahaan
Pengungkapan adalah penyajian informasi yang diperlukan dalam laporan keuangan
untuk mencapai operasi pasar modal yang efisien. Penelitian faktor-faktor yang memengaruhi
luas pengungkapan telah banyak dilakukan, baik di negara maju maupun di negara sedang
berkembang. Di negara maju penelitian telah dilakukan di Amerika (Shingvi dan Desai,
1971; Lang dan Lundholm, 1993; Botosan, 1997), Jepang (Cooke, 1992), dan Spanyol
(Wallace, et al., 1994). Di negara sedang berkembang penelitian ini telah dilakukan di
Bangladesh (Karin dan Ahmed, 2005), Arab Saudi (Aljifiri dan Hussainey, 2006), dan di
Indonesia dilakukan oleh Susanto (1992), Na’im dan Rakhman (2000), Subroto (2003) dan
Simanjuntak dan Widiastuti (2004). Penelitian ini dilakukan dengan alasan bahwa
pengungkapan informasi akuntansi dapat memberikan gambaran umum dan analisis atas
praktik-praktik akuntansi yang ada di negara maju dan negara berkembang.
Berbagai penelitian yang dilakukan sebelumnya telah banyak mengaitkan luas
pengungkapan dengan karakteristik perusahaan (Singhvi dan Desain, 1979; Chow dan Boren,
1987; Cooke, 1992). Karakteristik suatu perusahaan dapat dilihat dari beberapa faktor,
5
misalnya bidang usaha, pasar, dan sumber daya. Dalam konteks laporan keuangan penentuan
karakteristik perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu karakteristik yang
berhubungan dengan struktur, kinerja, dan pasar (Wallace et al., 1994).
Variabel-Variabel yang ada pada kategori struktur perusahaan didasarkan pada struktur
pokok, yaitu mencakup variabel ukuran perusahaan, variabel solvensi, dan variabel porsi
kepemilikan saham perusahaan. Pengaruh ukuran perusahaan dengan luas pengungkapan
dapat dijelaskan melalui hubungan agensi Jensen dan Meckling (1976). Dalam hubungan
keagenan yang terjadi antara prinsipal dan manajemen telah membebani manajer untuk
mempertanggungjawabkan atas sumber daya yang dikelolanya. Semakin besar sumber daya
yang dikelola perusahaan maka semakin besar pula aktivitas suatu usaha bisnis tersebut.
Perusahaan yang berukuran besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak
dibanding perusahaan kecil sebagai upaya mengurangi biaya keagenan (Jensen dan Meckling,
1976). Selain itu berdasarkan argumen political cost, perusahaan besar cenderung menarik
perhatian publik dan pemerintah untuk melakukan berbagai regulasi yang dapat memaksa
perusahaan besar untuk mematuhinya.
Teori political cost ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Busby (1975)
dalam Subroto (2003) menyatakan bahwa biaya penyiapan dan pendistribusian informasi oleh
perusahaan besar cenderung menyajikan informasi dalam laporan tahunan lebih rinci. Lang
dan Lundholm (1993) menyatakan bahwa tingkat keluasan informasi dalam kebijakan
pengungkapan perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran perusahaan.
Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki tuntutan publik (public demand)
akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil.
Berdasarkan uraian tersebut hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah:
H1
: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan.
6
Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan bahwa terdapat suatu potensi untuk
mentransfer kekayaan dari debtholders kepada pemegang saham dan manajer pada
perusahaan yang tingkat ketergantungannya kepada utang sangat tinggi sehingga
menimbulkan biaya keagenan (agency costs) yang tinggi. Untuk mengurangi biaya keagenan
(biaya monitoring) manajer akan memberikan pengungkapan yang lebih luas (komprehensif)
guna meyakinkan kreditur (Aljifri dan Hussainey (2006). Hal ini dikarenakan perusahaan
yang tumbuh besar memiliki kewajiban yang lebih besar dalam memuaskan kebutuhan
krediturnya terhadap infromasi dengan cara memberikan pengungkapan secara lebih
terperinci pada laporan tahunannya. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis kedua dalam
penelitian ini, adalah sebagai berikut:
H2 : Tingkat leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan
tahunan.
Secara empiris banyak studi yang telah menguji bahwa pengungkapan laporan keuangan
perusahaan dilakukan untuk mengendalikan konflik kepentingan antara pemegang saham,
kreditur, dan manajemen (Chow dan Boren, 1987). Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan
bahwa biaya keagenan akan meningkat seiring dengan besarnya nilai saham yang beredar
yang sangat erat kaitannya dengan proporsi kepemilikan terhadap perusahaan. Hal ini
dikarenakan semakin banyak pemegang saham maka semakin banyak pula pihak-pihak yang
berkepentingan (Subiyantoro, 2006). Akibatnya, semakin banyak pula pihak yang
membutuhkan informasi tentang perusahaan dan akan memicu pihak manajemen untuk
melakukan pengungkapan yang lebih komprehensif (Naim dan Rakhman, 2000).
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut:
H3
: Porsi kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan
laporan tahunan.
7
Pengukuran variabel karateristik kinerja dalam penelitian ini didasarkan pada rasio
likuiditas dan profitabilitas yang dapat diidentifikasikan sebagai ukuran kinerja. Tingkat
likuiditas dapat dipandang dari dua sisi, sisi pertama tingkat likuiditas yang tinggi akan
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang kuat, dan di sisi lain likuiditas dipandang
sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan (Simanjuntak dan
Widiastuti, 2004). Dengan adanya pandangan ini, maka perusahaan yang memiliki likuiditas
yang tinggi akan cenderung melakukan pengungkapan informasi yang lebih komprehensif
untuk menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang kredibel dan pencapaian kinerja
manajemen yang efektif (Belkoui dan Kahl, 1987; Wallace et al., 1994; Wallace dan Naser,
1995). Berdasarkan uraian tersebut hipotesis keempat dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut:
H4
: Likuiditas
tahunan.
perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan
Profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan atas kegiatan
usaha perusahaan selama satu tahun. Singvi dan Desai (1971) mengutarakan bahwa
rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk
memberikan informasi yang lebih rinci, sebab manajer ingin menyakinkan investor terhadap
profitabilitas perusahaan. Hal ini dikarenakan para investor kebanyakan lebih menyukai
perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dengan harapan perusahaan mampu
memberikan pengembalian investasi yang tinggi pula. Didasarkan dengan tujuan untuk
menarik investor, perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan memberikan signal melalui
pengungkapan laporan keuangan yang lebih detail mengenai kondisi perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut hipotesis kelima dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
H5
: Profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan
tahunan.
8
Pengukuran variabel pasar banyak tertuju pada aspek perilaku perusahaan yang timbul
sebagai akibat keikutsertaannya sebagai anggota kelompok kerjasama antara lingkungan
perusahaan dalam lingkungan operasionalnya. Pembuatan laporan perusahaan merupakan
budaya organisasional yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jenis industri, tipe
auditor, skope bisnis, dan pasar modal di mana perusahaan berada. Teori yang mendasari di
sini adalah perilaku sebuah perusahaan mungkin tidak sesuai dengan yang termuat dalam
sebuah indeks kelengkapan pengungkapan, jika perusahaan tidak bergabung dengan suatu
kelompok yang menghasilkan market culture tertentu (Subiyantoro, 2006). Misalnya suatu
perusahaan yang termasuk dalam industri manufaktur mungkin memiliki cara pengungkapan
yang berbeda dengan perusahaan lain yang berada dalam industri yang berbeda. Begitupun
halnya dengan kualitas auditor antara KAP berukuran besar dan KAP berukuran kecil pasti
memiliki perbedaan dari segi sumber daya dan teknologi yang dapat memengaruhi hasil kerja
(kualitas) auditnya.
Laporan keuangan tahunan yang sudah diperiksa oleh akuntan publik dapat menjadi
dasar yang berguna bagi pengambilan keputusan yang ekonomis (Baridwan, 1992). Auditor
memainkan peran yang penting dalam meningkatkan strategi pelaporan perusahaan secara
keseluruhan. Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan oleh Becker et al. (1998)
ditemukan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berukuran besar akan menyajikan laporan
keuangan yang lebih berkualitas berdasarkan regulasi yang telah ditentukan, karena memiliki
kualitas, reputasi dan kredibilitas dibanding KAP ukuran kecil. Berdasarkan uraian tersebut
hipotesis keenam dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
H6 : Ukuran kantor akuntan publik (auditor) berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan laporan tahunan.
Cooke (1991) membuktikan bahwa pengungkapan yang dilakukan perusahaan dagang
tidak seluas perusahaan yang dilakukan perusahaan non dagang, sedangkan perusahaan
manufaktur melakukan pengungkapan yang lebih luas dibanding dengan perusahaan non-
9
pemanufakturan, tetapi belum ada teori definitif yang menjelaskan bahwa industri tertentu
melakukan pengungkapan yang lebih komprehensif dibanding
industri lainnya. Secara
analogi Wallace dan Naser (1995) memperkirakan perusahaan konglomerat memiliki cakupan
bisnis yang lebih luas dibanding dengan perusahaan non konglomerat, oleh sebab itu
perusahaan konglomerat akan memberikan informasi dan membuat pengungkapan yang lebih
luas kepada publik sesuai dengan peraturan yang ada. Berdasarkan uraian tersebut maka
hipotesis ketujuh dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
H7 : Skope bisnis perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan
tahunan
2.3 Pengungkapan dan Asimetri Informasi
Dasar perlunya praktik pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen kepada
pemegang saham dapat dijelaskan melalui teori keagenan. Dalam praktiknya masalah
keagenan muncul karena adanya konflik kepentingan antara pemegang saham, kreditor dan
manajer (Richardson, 2000). Konflik kepentingan yang terjadi sering disebabkan adanya
asymmetric information antara manajer, pemegang saham dan kreditor (Ross, 1973 dalam
Arifin, 2005:49). Diamond and Verrecchia (1991) menyatakan asimetri informasi bisa
berkurang bila perusahaan melaksanakan kebijakan pengungkapan yang luas (extent
disclousure). Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Botosan (1997) serta Bloomfield
dan Wilks (2000) bahwa semakin komprehensif atau tinggi tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan maka akan memperkecil asimetri informasi. Berdasarkan
uraian tersebut hipotesis berikutnya dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
H8 : Luas pengungkapan laporan tahunan berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi.
3.
Metode Penelitian
3.1 Populasi dan Penyampelan
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dilakukan dengan
10
menggunakan non probability sampling melalui metode purposive sampling. Kriteria-kriteria
yang ditetapkan untuk memilih perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut : (i)
Perusahaan telah mempublikasikan laporan tahunan (annual report) secara terus menerus
sejak tahun 2005 sampai 2007 di situs resmi BEI, (ii) Perusahaan tidak memperoleh opini
tidak wajar (adverse opinion) atau opini tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion),
(iii) Perusahaan tidak pernah mengalami delisting dari Bursa Efek Indonesia sehingga bisa
terus menerus melakukan perdagangan di Bursa Efek Indonesia selama periode estimasi, dan
(iv) Perusahaan memiliki data transaksi harian perusahaan seperti harga ask, dan harga bid
yang tersedia di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel tersebut
diperoleh sampel sebanyak 40 perusahaan.
3.2 Identifikasi dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini terdapat tiga konsep yang diteliti, yaitu karakteristik perusahaan,
pengungkapan (disclosure), dan asimetri informasi. Tiga konsep tersebut kemudian dibagi
menjadi 2 variabel, yaitu sebagai variabel dependen dan variabel independen. Berikut
skematis variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 1
Variabel dan Indikator Variabel Penelitian
Variabel
Variabel Dependen :
1. Luas Pengungkapan (Y1)
2. Asimetri Informasi (Y2)
Variabel Independen:
1. Karakteristik Perusahaan (x) :
- Ukuran perusahaan (X1)
- Leverage (X2)
- Kepemilikan saham Publik (X3)
- Likuiditas (X4)
- Profitabilitas (X5)
- Ukuran KAP (auditor) (X6)
- Skope Bisnis (X7)
Indikator Variabel
Skala
Indeks Pengungkapan
Relative bid-ask spread
Rasio
Rasio
Ln Total Aset
Total Utang/Total Ekuitas
Jumlah Saham Publik/ Total Saham
Aktiva Lancar/ Utang Lancar
EAT / Total Aktiva
1= KAP "Big Four"; 0 = KAP Non
"Big Four"
1 = Konglomerat; 0 = Non
Konglomerat
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Nominal
Nominal
11
2. Luas Pengungkapan (Y1)
3.3
Teknik Analisis Data
Indeks Pengungkapan
Rasio
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear.
Pengujian dan penganalisisan dilakukan melalui dua tahap, yaitu:
1.
Tahap pertama menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan. Model persamaan regresi berganda
yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut :
Indeks Pengungkapan i,t = β0 + β1Sizei,t + β2 Levi,t + β3 Pubi,t + β4 Liqi,t +
β5 ROAi,t + β6 KAPi,t + β7 SBi,t + ε 1t
Keterangan:
β0
: Konstanta
β1, β2, β3, ... β7
: Koefisien regresi
Indeks Pengungkapani,t : Luas pengungkapan laporan tahunan yang
dinyatakan dalam angka indeks pengungkapan perusahaan i
pada tahun t
Sizei,t
: Ukuran perusahaan i pada tahun t
Levi,t
: Leverage perusahaan i pada tahun t
Pubi,t
: Porsi Kepemilikan Saham Publik perusahaan i
pada tahun t
Liqi,t
: Likuiditas perusahaan i pada tahun t
ROAi,t
: Profitabilitas perusahaan i pada tahun t
KAPi,t
: Ukuran KAP perusahaan i pada tahun t
SBi,t
: Skope Bisnis perusahaan i pada tahun t
ε 1t
: Error (Kesalahan Penganggu)
2. Tahap kedua menggunakan analisis regresi sederhana untuk menguji pengaruh luas
pengungkapan terhadap asimetri informasi. Persamaan regresi linear yang digunakan
dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
Spreadi,t = β0 + β1Indeks Pengungkapani,t + ε1t
Keterangan:
β0
β1
Spread i,t
Indeks Pengungkapani,t
ε 1t
:
:
:
:
Konstanta
Koefisien regresi
bid-ask spread perusahaan i pada tahun t
Luas pengungkapan laporan tahunan yang
dinyatakan dalam indeks pengungkapan
perusahaan I pada tahun t
: Error (Kesalahan Penganggu)
12
3.4 Pengujian Asumsi Klasik
Pengunaan model analisis regresi berganda terikat dengan sejumlah asumsi dan harus
memenuhi asumsi-asumsi klasik yang mendasari model tersebut agar diperoleh estimasi yang
tidak bias. Pengujian asumsi yang harus dipenuhi agar metode Ordinary Least Square (OLS)
dapat digunakan dengan baik (uji persyaratan analisis), meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
3.5 Pengujian Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menafsir nilai aktual dapat diukur dari Goodness
of Fit. Secara statistik Goodness of Fit setidaknya dapat diukur dari nilai koefisien
determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t dengan tingkat signifikan 5%.
4.
4.1
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pengujian Asumsi Klasik
Uji Normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan probabilitasnya sebesar
0,169 di atas tingkat signifikansi 5%. Uji multikolinearitas diperoleh nilai VIF dari setiap
variabel tidak ada yang melebihi angka 5. Uji heterokedastisitas dengan uji Glesjer tidak ada
satupun variabel independen yang dignifikan secara statistik memengaruhi variabel dependen
absolut. Terakhir pengujian autokorelasi dengan uji Durbin Watson diperoleh nilai sebesar
1,779, angka ini berada pada daerah tidak terjadinya autokorelasi (1,55 < D-W < 2,46).
Berdasarkan
pengujian
tersebut
dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
uji
normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi, maupun heterokedastisitas terpenuhi semua.
4.2 Pengujian Model Regresi dan Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil uji ANOVA atas uji F dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda pada
tahap pertama dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan,
13
tingkat leverage, porsi kepemilikan saham publik, profitabilitas, likuiditas, ukuran KAP, dan skope
bisnis terhadap variasi luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dibuktikan dari
nilai F sebesar 0.000 pada tingkat signifikansi lebih kecil dari α=5% (p<0,05). Hasil uji F ini juga
menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel-variabel bebas (ukuran perusahaan, tingkat
leverage, porsi kepemilikan saham publik, profitabilitas, likuiditas, ukuran KAP, dan skope bisnis)
berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan perusahaan.
Selain itu hasil pengujian regresi berganda pada tahap pertama dalam penelitian ini
menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,415. Hal ini berarti bahwa persamaan regresi untuk
karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan struktur perusahaan (ukuran perusahaan,
leverage, dan porsi kepemilikan saham publik), Kinerja perusahaan (profitabilitas, dan
likuiditas), dan pasar perusahaan (ukuran KAP, dan skope bisnis) mampu menjelaskan
variabilitas luas pengungkapan sebesar 41,5%.
Hasil pengujian regresi sederhana untuk tahap kedua dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa model penelitian dapat digunakan untuk menguji pengaruh luas pengungkapan
terhadap asimetri informasi. Hal ini dibuktikan dari nilai F sebesar 0,095 pada tingkat
signifikansi lebih kecil dari α=10% (p<0.10). Selanjutnya, dengan melihat R Square (R2)
sebesar 0,0235 dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi sederhana untuk luas
pengungkapan yang diukur dengan mengunakan indeks pengungkapan mampu menjelaskan
variabilitas asimetri informasi sebesar 2,35%.
4.3 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil Penelitian
Tabel 2
Pengujian Hipotesis Model Penelitian Pertama
Hipotesis
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
Variabel
Ukuran perusahaan
Leverage
saham publik
Likuiditas
Profitabilitas
Ukuran KAP
Skope Bisnis
Koefisien
2.6774
-1.1164
-0.0130
-0.1990
4.8221
2.4349
6.7251
t-statistik
5.8488
-1.6418
-0.2850
-1.1499
0.8254
1.7820
4.4886
Nilai p
0.0000
0.0517
0.3881
0.1263
0.2054
0.0387
0.0000
14
Keterangan: Signifikan α=5% (uji satu sisi)
Hipotesis Pertama
Pada tabel 2 terlihat bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas
pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,000 (p < 0,05) dan arah pengaruhnya
positif yakni 2,6774. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian pertama yang menyatakan
bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Chow dan Boren (1987), Cooke (1992), Wallace
et al. (1994), Subtoro (2003), dan Karin dan Ahmed (2005) yang menemukan karakteristik
perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan (aset) berpengaruh positif terhadap
luas pengungkapan laporan tahunan.
Hipotesis Kedua
Pada tabel 2 terlihat bahwa tingkat leverage perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas
pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,0517 (p > 0,05). Hasil ini tidak
mendukung hipotesis penelitian kedua yang menyatakan bahwa variabel tingkat leverage
perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Temuan ini
tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Meek et al. (1995), Na’im dan Rakhman
(2000), Subroto (2003), serta Simanjuntak dan Widiastuti (2004) yang menemukan tingkat
leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan Chow dan Boren (1987), serta Wallace dan Naser
(1995) yang menemukan bahwa tingkat leverage perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas
pengungkapan.
Hipotesis Ketiga
Pada tabel 2 terlihat bahwa porsi kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap
luas pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,3881 (p > 0,05). Hasil ini tidak
mendukung hipotesis penelitian ketiga yang menyatakan bahwa variabel porsi kepemilikan
15
saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Temuan ini
tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak dan Widiastuti (2004), serta
Aljifri dan Hussainey (2006) yang menemukan bahwa porsi kepemilikan saham publik
berpengaruh posistif terhadap luas pengungkapan. Penelitian ini mendukung hasil penelitian
Na’im dan Rakhman (2000) yang menemukan kepemilikan saham publik tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan.
Hipotesis Keempat
Pada tabel 2 terlihat bahwa likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas
pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,1263 (p > 0,05). Hasil ini tidak
mendukung hipotesis penelitian keempat yang menyatakan bahwa variabel likuiditas
perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Temuan
penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Wallace et al. (1994)
yang menemukan bahwa likuiditas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sembiring
(2003) dan Subiyantoro (2006) yang menemukan likuiditas perusahaan tidak berpengaruh
terhadap variasi luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan.
Hipotesis Kelima
Pada tabel 2 terlihat bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap luas pengungkapan yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,2054 (p > 0,05). Hasil
ini tidak mendukung hipotesis penelitian kelima yang menyatakan bahwa variabel
profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan.
Temuan penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Wallace dan
Naser (1995), Karin dan Ahmed (2005), serta Aljifri dan Hussainey (2006) yang menemukan
bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Hasil
temuan penelitian ini sama dengan hasil penemuan yang dilakukan oleh Wallace et al. (1994),
16
Mekk et al. (1995) dan Subroto (2003) yang menemukan profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap luas pengungkapan.
Hipotesis Keenam
Pada tabel 2 terlihat bahwa ukuran KAP (auditor) berpengaruh terhadap luas yang
ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,0387 (p < 0,05) dan arah pengaruhnya positif sebesar
2,4349. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian keenam yang menyatakan bahwa variabel
ukuran KAP (auditor) berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian Becker et al. (1998) dan Subroto (2003) yang
menemukan bahwa variabel kualitas KAP berpengaruh positif terhadap variasi luas
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan.
Hipotesis Ketujuh
Pada tabel 2 terlihat bahwa skope bisnis perusahaan berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan yang ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,000 (p < 0,05) dan arah
pengaruhnya positif yakni 6,7251. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian ketujuh yang
menyatakan bahwa variabel skope bisnis perusahaan berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan laporan tahunan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wallace dan
Naser (1995) yang menemukan bahwa skope bisnis perusahaan berpengaruh positif terhadap
luas pengungkapan.
Hipotesis Kedelapan
Tabel 3
Pengujian Hipotesis Model Penelitian Kedua
Hipotesis
Variabel
H8
Spread 3 Hari
Spread 7 Hari
Spread 11 Hari
Koefisien t-statistik
-0.099
-1.407
-0.105
-1.685
-0.081
-1.384
Nilai p
0.081
0.047
0.084
Keterangan: Signifikan α=5% (uji satu sisi)
Pada tabel 3 terlihat bahwa luas pengungkapan berpengaruh negatif terhadap asimetri
informasi yang ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,047 (p < 0,05) dan arah pengaruhnya
17
negatif yakni -0,105 pada event windows 7 hari. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian
kedelapan yang menyatakan bahwa variabel luas pengungkapan perusahaan berpengaruh
negatif terhadap asimetri informasi. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Mardiyah
(2002), dan Murni (2004) yang menemukan bahwa semakin luas pengungkapan perusahaan
maka semakin menurun asimetri informasi perusahaan.
5.
Kesimpulan, Keterbatasan dan Implikasi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini menguji faktor-faktor yang memengaruhi luas pengungkapan laporan
tahunan dan implikasinya terhadap asimetri informasi. Studi ini dilakukan pada perusahaanperusahaan manufaktur yang go public di Indonesia. Faktor-faktor yang memengaruhi luas
pengungkapan pada penelitian ini dapat dikaitkan dengan karakteristik perusahaan yang
diklasifikasikan menjadi tiga kategori. Pertama, karakteristik yang berhubungan dengan
struktur perusahaan yang mencakup variabel ukuran perusahaan, variabel leverage, dan
variabel porsi kepemilikan saham publik. Kedua, karakteristik yang berhubungan dengan
kinerja perusahaan yang mencakup variabel likuiditas dan profitabilitas. Ketiga, karakteristik
yang berhubungan dengan pasar perusahaan yang dikaitkan dengan ukuran KAP (Auditor)
dan Skope bisnis.
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa
karakteristik perusahaan yang dikaitkan dengan struktur perusahaan hanya ukuran perusahaan
yang berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Hasil temuan ini sesuai dengan teori
political cost dan konsisten dengan penelitian terdahulu (Chow dan Boren, 1987, Cooke,
1992; Wallace et al., 1994) yang menemukan bahwa tingkat keluasan informasi dalam
kebijakan pengungkapan perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran
perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan besar cenderung menarik perhatian publik dan
pemerintah untuk melakukan berbagai regulasi yang dapat menuntut perusahaan besar
18
melakukan pengungkapan yang lebih rinci. Selanjutnya, untuk tingkat leverage dan porsi
kepemilikan saham publik ditemukan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan.
Temuan ini tidak mendukung Teori Agensi (Jensen Meckling, 1976) dan beberapa penelitian
terdahulu (Meek et al., 1995; Na’im dan Rakhman, 2000; Subroto, 2003). Secara historis dan
empiris perusahaan-perusahaan publik di Indonesia masih mengarah pada pola kepemilikan
yang terkonsentrasi yang dikuasai oleh kalangan keluarga. Akibatnya para manajer hanya
menjadi kepanjangan tangan pemegang saham mayoritas. Hal ini berdampak kepada strategi
pendanaan dalam struktur modal (leverage) perusahaan dan menyebabkan kepemilikan publik
sebagai pemegang saham minoritas tidak memiliki kekuatan untuk menekan pihak
manajemen.
Karakteristik perusahaan yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan (likuiditas dan
profitabilitas) ditemukan tidak berpengaruh terhadap variasi luas pengungkapan yang
dilakukan oleh perusahaan. Temuan ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wallace et al. (1994), Karin dan Ahmed (2005), serta Aljifri dan Hussainey
(2006). Hal ini dikarenakan tingginya kinerja keuangan merupakan suatu keharusan, karena
kondisi keuangan perusahaan yang likuid dan memiliki profitabilitas yang tinggi akan
memudahkan perusahaan menjalankan operasionalnya sehari-hari.
Karakteristik perusahaan yang dikaitkan dengan pasar perusahaan yang merupakan daya
tarik besifat non keuangan (ukuran KAP dan skope bisnis) berpengaruh terhadap variasi luas
pengungkapan perusahaan. Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan
Becker et al. (1998), Wallace dan Naser (1995), serta oleh Subroto (2003). Secara teoritis dan
empiris perusahaan yang diaudit oleh KAP berukuran besar akan menyajikan laporan
keuangan yang berkualitas berdasarkan regulasi yang telah ditentukan. Begitupun halnya
dengan perusahaan konglomerat akan memiliki tuntutan regulasi yang lebih banyak untuk
menyampaikan informasi kepada publik. Secara keseluruhan temuan ini mengindikasikan
19
bahwa perusahaan melakukan pengungkapan lebih dilandaskan pada ketaatan terhadap
regulasi yang dapat menguranginya dari tekanan pihak-pihak tertentu dari pada aspek
pertanggungjawaban terhadap stakeholders.
Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin luas pengungkapan yang
dilakukan perusahaan maka semakin kecil asimetri informasi yang terjadi antara perusahaan
dan investor. Temuan ini mendukung Teori Agensi (Jensen dan Meckling, 1976) dan
penelitian yang dilakukan Mardiyah (2002) dan Murni (2004). Secara teoritis manajemen
berusaha mengurangi asimetri informasi dengan melakukan pengungkapan yang luas guna
mengurangi konflik kepentingan. Pengungkapan yang luas dapat membatasi sikap manajer
yang oportunistik yang dapat merugikan pemegang saham dan stakeholders lainnya. Temuan
ini mengindikasikan bahwa pengungkapan merupakan atribut yang penting dari good
corporate governance, terutama yang berhubungan dengan transparansi dan akuntabilitas
yang dapat memperkecil asimetri informasi sehingga dapat mengurangi terjadinya konflik
kepentingan.
Penelitian ini memiliki keterbatasan
penelitian relatif pendek
yang berkaitan, (i) Periode pengamatan
hanya 3 tahun dan sampel yang digunakan relatif sedikit 40
perusahaan (28,57%), (ii) Score indeks pengungkapan laporan tahunan dinilai oleh peneliti
berdasarkan intepretasi terhadap informasi laporan tahunan perusahaan sampel, sehingga
memungkinkan terjadinya perbedaan pernilaian antar perusahaan karena penafsiran peneliti
yang subyektif, (iii) Proksi asimetri informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
relative bid-ask spread yang pengukurannya didasarkan pada nilai rata-rata selisih harga
penawaran dan permintaan saham di pasar modal.
Berdasarkan pada keterbatasan di atas maka untuk penelitian selanjutnya dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut, (i) Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah
sampel penelitian dengan periode pengamatan yang lebih panjang dan sampel yang lebih
20
besar. Meskipun ada perbedaan karateristik perusahaan pemaknufakturan dan nonpemaknufakturan peneliti selanjutnya dapat
pemanufakturan,
kemudian
hasilnya
juga menggunakan sampel perusahaan nondibandingkan
dengan
kelompok
sampel
pemanukfakturan untuk dianalisis guna mendukung generalisasi, (ii) Peneliti selanjutnya
dapat mengurangi masalah subyektifitas dalam pernilaian score indeks pengungkapan dengan
melibatkan beberapa peneliti dalam menilai laporan tahunan suatu perusahaan sampel.
Peneliti selanjutnya dapat menggunakan mean skor (rata-rata) pengungkapan dalam
pengukuran luas pengungkapan yang diperoleh dengan melibatkan beberapa peneliti tersebut,
(iii) Peneliti selanjutnya dapat menggunakan adjusted bid-ask spread yaitu suatu proksi yang
telah memperhitungkan beberapa keterbatasan yang berkaitan dengan biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan. Kemudian hasilnya diperbandingkan dengan menggunakan relative bid
ask spread guna menemukan model yang lebih menggambarkan pengukuran asimetri
informasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aljifri, Khaled dan Khaled Hussainey, 2006. The Determinants of Forward-looking
Information in Annual Report of UAE Companies, Working Paper, United Arab
Emirates.
Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta.
Ball, Ray dan Philip, Brown. 1968. An Emprical Evaluation of Accounting Income Numbers,
Journal of Accounting Research, Auntumn:159-178.
Bank Indonesia. 2006. PDB Tumbuh, Manufaktur Terpuruk, dan Hasil Tambang Diisap.
Http://els.Bappenas.go.id/Upload/Other/PDB%tumbuh.htm.
Basri, Faisal. 2006a. Indikasi awal kemerosotan daya beli dan antisipasi kebijakan. Harian
Umum KOMPAS, 27 Maret 2006. h.1.
Basri, Faisal. 2006b. Manufaktur dan Infrastruktur. Harian Umum KOMPAS, 29 Mei 2006.
h.21.
Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate Accounting Edisi Ketujuh. BPFE-Yogyakarta.
Beaver, William H. 1996. Directions in Accounting Research : Near and Fat. Accounting
Horizons 10 (2):113-124.
Becker, Connie L., Mark L Defond, James Jiambalvo dan K. R. Subramanyam. 1998. The
effect of audit quality on earnings management. Contemporary Accounting Research 15
(1):1-24.
Bursa Efek Jakarta, Indonesian Capital Market Directory (2008). Jakarta.
Bloomfield, Robert J. dan T. Jeffrey Wilks. 2000. Disclosure Effects In The Laboratory :
Liquidity, Depth and The Cost of Capital. The Accounting Review 75 (1):13-41.
Botosan, Christine A. 1997. Disclosure Level and The Cost of Equity Capital. The
Accounting Review 72 (3):323-349.
Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2003. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Chow, Chee W. dan Adrian Wong-Boren. 1987. Voluntary Financial Disclosure By Mexican
Corporasions. The Accounting Review 62 (3):533-540.
Collins, D.W., S.P. Kothari, J.Shanken, dan R.G. Sloan. 1994. Lack of Timeliness vesus
Noise as Explanations for Low Contemporaneous Return-Earnings Association.
Journal of Accounting and Economics. 289-324.
22
Cooke, T. E. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on Disclosure
In The Annual Report of Japanese Listed Corporasions. Accounting and Bussiness
Research 22 (summer) : 229-237.
Departemen Keuangan RI, Bapepam. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep-06/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman
Penyajian Laporan Keuangan.
________. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-134/BL/2006 tentang
Kewajiban penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik
_________. Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor No.SE-02/PM/2002
tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Oleh Emiten Atau
Perusahaan Publik Industri Manufaktur.
Diomond, W. Douglas dan Robert E. Verrecchia. 1991. Disclousure, Liquidity, and The Cost
of Capital. The Journal of Finance 46 (4):1325-1359.
Emirzon, Joni. 2007. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance : Paradigma Baru Dalam
Praktik Bisnis Indonesia. Genta Press. Yoyakarta.
FASB. 1978. Statement of Financial Accounting Concept No.1, Objectives of Financial
Reporting by Business Enterprises.
Fitriyani. 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Wajib dan Sukarela
pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV Surabaya:133-153.
Garvey, Gerald T., 1992. Leveraging the underinvestment problem : How High Debt And
Management Shareholdings Solve The Agency Costs Of Free Cash Flow, The Journal
Of Financial Research 15 (2) : 149-166.
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hendriksen, Eldon S. 1994. Teori Akuntansi Edisi 4. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hasan, M. Ikbal. 1999. Pokok-Pokok Materi Statistik 2. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Healy, Paul M. dan Krishna G. Palepu. 1993. The Effects of Firms’ Financial Disclosure
Strategies on Stock Prices. Accounting Horizons 7(1):1-11.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2007.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Indiantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
dan Manajemen, Edisi Pertama. BPFE-Yogyakarta.
23
Jensen, Michael C. dan William Mecking. 1976. Theory of the Firm, Managerial Behavior,
Agency, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3 (4):305-360.
Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2. BPFE UGM,
Yogyakarta.
_______. 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Karin, A.K.M. Waresul dan Jamal Uddin Ahmed. 2005. Determinants of IAS Disclosure
Compliance in Emerging Economies: Evidence From Exchanges-Listed Companies in
Bangladesh. Working Paper 21:1-28.
Khomsiyah dan Susanti. 2003. Pengungkapan, Asimetri Informasi dan Cost of Capital.
Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.1008-1018.
Komalasari, Puput Putri dan Zaki Baridwan. 2001. Asimetri dan Cost of Equity Capital.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 4 (1): 64-81.
Lang Mark dan Russell Lundholm. 1993. Cross-Sectional Determinants of Analyst Ratings of
Corporate Disclosures, Journal of Accounting Research, 31 autumn:246-271.
_______. 1996. Corporate Disclosure Policy and Analyst Behaviour. The Accounting Review
71 (4):467-492.
Lev, B. 1989. On The Usefulness of Earnings: Lessons and Directions from Two Decades of
Empirical Research. Journal of Accounting Research. Supplement: 153-192.
Mardiyah, Aida Ainul. 2002. Pengaruh Asimetri Informasi dan Disclosure Terhadap Cost of
Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 5 (2):229-255.
Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan Dan Kualitas Ungkapan
Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik Di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi IV IAI-KAPd. 155-173.
Meek, Gary K., Clare B, Robert dan Sidney J. Gray. 1995. Factors Influencing Voluntary
Annual Report Disclosures by U.S., U.K., and Continetal European Multinational
Corporasions. Journal of International Business Studies 26 (Third Quarter) :555-572.
Murni, Siti Asiah. 2004. Pengruh Luas Ungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi Terhadap
Cost of Equity Capital Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia 7 (2): 192-206.
Naim, Ainun dan Fuad Rakhman. 2000. Analisis Hubungan Antara Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan Dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan
Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 15:1-4.
Okuda, Hidenobu dan Yashusi Take. 2005. Economic reforms and financing structure of
Indonesian listed companies after the Asian crisis : Corporate finance issues and the
solutions. Japan and The World Economy 12:1 - 31.
24
Radelet, Steven dan Jeffrey Sachs. 1998. The onset of the Asian financial crisis, National
Bureau of Economic Research. p. 1 - 57.
Richardson, Vernon J. 2000. Information Asymmetry And Earnings Management: Some
Evidence. Review of Quantitative Finance and Accounting 5 (4): 325-347
Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Sartono, Agus R. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi 4. BPFEYogyakarta.
Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory, Third Edition, Prentice Hall, Toronto,
Canada.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan
Pada Hutang, Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Simposium
Nasional Akuntansi VI IAI-KAPd. 249-259.
Singvi, Surendra S. dan Harsha B. Desai, 1971. An Emperical Analysis of The Quality of
Corporate Financial Disclosure. The Accounting Review, January 1971:129-138.
Subiyantoro, Edi, 2006. Karakteristik Perusahaan, Pengungkapan dan Asimetri Informasi
Pada Periode Konglomerasi dan Periode Reformasi di Indonesia, Disertasi Doktor,
Universitas Brawijaya, Indonesia.
Subroto, Bambang, 2003. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan Kepada Ketentuan
Pengungkapan Wajib oleh Perusahaan Publik dan Implikasinya Terhadap Kepecayaan
Para Investor di Pasar Modal. The 2nd Post Graduate Consortium on Accounting
Workshop 2006. Universitas Brawijaya.
Sudarma, Made. 2003. Pengaruh struktur kepemilikan saham, faktor intern dan faktor ekstern
terhadap struktur modal dan nilai perusahaan. Disertasi. Program PascaSarjana
Universitas Brawijaya, Malang.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan, 2006. Penerapan Good Corporate Governance :
Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Penada Media
Group. Jakarta.
Sutta,
I Putu Gede Ary.
SAD Satria Bakti. Jakarta.
2000.
Menuju
Pasar
Modal
Modern.
Yayasan
Sutta, I Putu Gede Ary. 2005. Pasar Modal Indonesia Belum Efisien. Harian Umum Suara
Pembaharuan, 13 Oktober 2005, hal. 7.
Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris. Penerbit
Ghalia Indonesia. Jakarta.
25
Tuanakotta, Theodorus M., 1983. Teori Akuntansi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
universitas Indonesia. Jakarta.
Wallace, R.S. Olusegun, Kamal Naser dan Aracelu Mora. 1994. The Relation Between the
Comprehensives of Corporate Anual Report and Firm Characteristich in Spain.
Accounting and Business Research 25 (Winter): 41-53.
Wallace, R.S. Olusegun dan Kamal Naser. 1995. Firm-Specific Determinants of the
Comprehensiveness of Mandatory Disclousure in the Corporate Annual Reports of
Firms Listed on the Stock Exchange of Hongkong. Journal of Accounting and Public
Policy 11 (2):311-368.
Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland, 1997. Managerial Finance, 9th ed. A. Jaka Wasana
dan Kibrandoko (Penerjemah). Manajemen Keuangan. Binarupa Aksara. Jakarta.
Download