9 BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1

advertisement
BAB 2
STUDI PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Komunikasi
Setiap manusia dilahirkan untuk saling berinteraksi dimana mereka
sangat memerlukan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Komunikasi merupakan hal utama yang digunakan ketika berinteraksi satu
sama lain. Namun, masih banyak terjadi kesalahpahaman diantara manusia
dalam berkomunikasi. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi?
Menurut Bernard Berelson dan Gary A.Steiner (Mulyana, 2009 : 68)
Komunikasi adalah Transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan
sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol—kata-kata, gambar, figur,
grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya
disebut komunikasi.
Sedangkan menurut Carl I.Hovland (Mulyana, 2009 : 68) Komunikasi
adalah
proses
yang
memungkinkan
seseorang
(komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain (Komunikate).
Di dalam komunikasi terdapat yang namanya sebuah komponen yaitu
komponen komunikasi. Di dalam buku Perilaku Konsumen karangan Leon
9
10
Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2008 : 252 - 253) Komponen komunikasi
merupakan model komunikasi dasar yang terdiri dari :
1. Pengirim : merupakan sumber atau pemrakarsa komunikasi yang
menjadi sumber formal atau informal komunikasi. Pemrakarsa biasanya
komunikasi ini cenderung akan sangat persuasif.
2. Pesan : bersifat verbal(tertulis dan lisan) atau non-verbal (foto,ilustrasi,
simbol, bahasa tubuh) atau kombinasi dari kedua komponen tersebut yang
menyampaikan suatu tujuan yang dipersuasifkan oleh sang pengirim pesan.
3. Saluran (Medium) : perantara penyampaian pesan dari pengirim ke
penerima pesan. Saluran komunikasi biasanya berupa impersonal yaitu
media massa dan interpersonal yaitu penyampaian lewat telepon, e-mail,
surat.
4. Penerima : adalah sasaran penyampaian pesan oleh pengirim.
5. Feedback (Umpan Balik) : komponen penting dimana sang penerima
pesan (Komunikate) memberikan suatu respons terhadap pesan yang
disampaikan oleh komunikator dan memberikan umpan balik tersebut
kembali ke si pengirim pesan.
Gambar 2.1 Model Komunikasi Dasar
Pengirim
Pesan
(sumber)
Pesan
Saluran
(Medium)
Umpan Balik
Penerima
(Konsumen)
11
Penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi itu adalah proses
penyampaian informasi,
disampaikan
melalui
gagasan, emosi dalam bentuk pesan yang
simbol,
kata,
gambar,
figur,
grafik
dimana
penyampaikan pesan ini memungkinkan komunikator untuk mengubah
perilaku orang lain atau komunikate setelah menerima rangsangan dari pesan.
Ditambahkan juga dengan adanya model komunikasi dasar yang melibatkan
antara pengirim,pesan,saluran, penerima pesan, dan umpan balik yang terus
berproses selama komunikasi tersebut ada.
2.1.2 Public Relation
Public Relation atau disebut juga dengan humas merupakan bagian
penting dari suatu perusahaan baik perusahaan jasa maupun produk. Menurut
Morissan (2010 : 7) humas sendiri memiliki banyak definisi dan interpretasi.
Definisi tersebut salah satunya dijelaskan oleh Cutlip-Center-Broom bahwa
humas adalah bagian yang dapat membuat suatu usaha yang terencana dalam
mempengaruhi pandangan atau pemikiran melalui karakter yang baik serta
tindakan-tindakan yang bertanggung jawab didasarkan dengan komunikasi
dua arah yang saling memuaskan. Ada juga, humas memiliki definisi singkat
bahwa humas melakukan suatu upaya hal-hal baik untuk mendapatkan suatu
kepercayaan.
Bisa disimpulkan oleh peneliti bahwa seorang humas atau PR harus
dapat membuat suatu gerakan atau usaha yang beritikad baik didasarkan
dengan tindakan yang bertanggung jawab untuk mempengaruhi pandangan
12
seseorang demi mendapatkan suatu kepercayaan melalui komunikasi dua arah
yang saling memuaskan dan baik.
2.2
Landasan Konseptual
2.2.1 Perilaku Konsumen
Menurut Buku Perilaku Konsumen karangan Schiffman Kanuk (2008
:
72), Hal yang mendorong manusia untuk memaksa mereka bertindak adalah
motivasi dimana dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam diri
individu. Keadaan tersebut muncul karena adanya keadaan yang menekan,
yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individu diluar
kesadaran mereka berupaya untuk mengurangi ketegangan ini melalui
perilaku yang mereka harapkan agar memenuhi kebutuhan dan dengan
demikan dapat membebaskan mereka dari tekanan.
Sedangkan menurut Sunyoto (Sunyoto, 2013 : 251), Definisi dari
perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu secara langsung terlibat
dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang/jasa termasuk di
dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah munculnya suatu
keadaan yang menekan dan timbul sebagai akibat adanya kebutuhan yang
tidak terpenuhi sehingga menimbulkan aktivitas atau kegiatan individu yang
terlibat langsung untuk mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa
dimana terjadi suatu proses pengambilan keputusan pada persiapan dan
penentu perilaku terhadap aktivitas atau kegiatan tersebut.
13
2.2.2 Model Perilaku Konsumen
Gambar 2.2 Model Perilaku Konsumen
Sumber : Henry Assael, 1992 (Gambar diambil dari :
http://ngubad.blogspot.com/) (Sunyoto, 2012 : 252 )
Ada 3 faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen menurut diagram
diatas, yaitu :
a. Konsumen individual merupakan faktor yang mempengaruhi dari dalam
diri sendiri / internal seperti kebutuhan persepsi yang biasanya meliputi
karakteristik merek, sikap, kondisi demografis, gaya hidup dan karakterisik
kepribadian individu yang akan mempengaruhi pilihan individu terhadap
berbagai alternatif pilihannya.
b. Lingkungan yang berada disekeliling konsumen mempengaruhi individu
ketika hendak melakukan suatu pemutusan pembelian terhadap suatu merek
produk, disadari ata tidak, akan mempertimbangkan banyak hal. Mungkin
individu membeli produk tersebut karena ingin meniru orang lain.
14
c. Strategi pemasaran adalah faktor yang dikendalikan dari eksternal yang
merupakan si pemasar produk.
Dalam
hal ini pemasar berusaha
mempengaruhi konsumen dengan berusaha memunculkan stimuli-stimuli
pemasaran melalui iklan dan strategi-strategi pemasaran lainnya agar
konsumen memilih produk yang ditawarkan itu. Berhubungan dengan produk
apa yang akan ditawarkan, penentuan harga jual produknya, strategi
penentuan harga jual, promosi dan bagaimana melakukan distribusi produk
kepada konsumen.
2.2.3 Loyalitas Konsumen
Menurut Assael (J.Setiadi, 2010 : 126-127) mengemukakan 4 (empat)
hal yang menunjukkan kecenderungan konsumen yang loyal adalah sebagai
berikut :
a. Konsumen yang loyal terhadap merek cenderung lebih percaya diri
terhadap pilihannya
b. Konsumen yang lebih loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat risiko
yang lebih tinggi dalam pembeliannya
c. Konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap
toko
d. Kelompok konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap
merek
Hal yang telah disebutkan diatas berpengaruh tidak hanya kepada
suatu brand namun juga mempengaruhi toko atau tempat yang terdapat di
15
daerah tersebut. Bisa saja di mal, konsumen menyukai sesuatu produk yang
membuatnya sering mengunjungi toko di mal tersebut dan ingin membeli p
roduk-produk yang diinginkannya. Hal ini disebut Brand Loyalty dan Store
Loyalty.
Dalam Jurnal Consumer Royalty on the grocery product market,
Journal of Consumer Marketing, Vol.28 No.5 2011 page 333-343 karangan
Jan Moller Jensen bahwa dalam kerangka pemikiran Dick dan Basu (1994),
loyalitas pelanggan dikonseptualisasikan sebagai hubungan antara sikap
relatif terhadap suatu entitas (merek / jasa / toko / vendor) dan pembelian
berulang. Dick dan Basu memperkenalkan istilah "sikap relatif" sebagai
gabungan dari diferensiasi sikap dan kekuatan sikap. Dick dan Basu membagi
dimensi perilaku dan sikap menjadi dua tingkat (tinggi dan rendah), dan
menyediakan model GRID dengan empat kategori loyalitas:
1. Tidak ada loyalitas ditandai dengan sikap relatif rendah dikombinasikan
dengan terbatas atau tidak ada terbatasnya pembelian berulang. Konsumen
melihat sedikit perbedaan antara merek alternatif. Perpindahan merek adalah
umum dan mungkin disebabkan oleh faktor situasional (misalnya apabila
dikaitkan dengan mal, konsumen karena jaraknya lebih dekat dan terdesak
untuk membeli barang akan memilih mal tersebut untuk membeli suatu
produk atau melengkapi kebutuhannya).
2. Loyalitas palsu terjadi ketika konsumen sering membeli merek tetapi tidak
memiliki sikap relatif atau preferensi untuk merek tertentu. Karena konsumen
yang memiliki loyalitas palsu kekurangan preferensi benar untuk produk,
16
mereka dengan mudah beralih ke merek lain karena keadaan situasional
seperti merek bersaing pada penjualan. Bisa saja apabila tanpa preferensi
yang benar, konsumen yang mau ke mal yang biasa dia kunjungi untuk suatu
keperluan dikarenakan kondisi tempat parkir di dalam gedung kurang nyaman
atau sulit tanpa pemberian informasi yang benar dan membuat konsumen
nyaman, tidaklah sedikit konsumen akan lebih banyak berkunjung ke mal lain
yang kondisi tempat parkirnya lebih nyaman.
3. Loyalitas laten ditandai dengan sikap yang kuat atau preferensi untuk
merek tertentu, tetapi dengan tidak ada atau sejumlah pelanggan membeli
merek. Berbagai faktor dapat menimbulkan preferensi tanpa pembelian
berulang. Sebagai contoh, konsumen kadang-kadang membeli produk yang
mereka butuhkan di mal-mal yang berbeda mungkin tidak dapat mengunjungi
mal pilihan mereka setiap waktu.
4. Loyalitas sejati terjadi ketika tingkat tinggi pembelian berulang adalah
karena sikap relatif tinggi atau preferensi untuk merek tertentu. Sebagai
contoh, apabila konsumen sudah menjadi loyal terhadap 1 mal yang menurut
ia lebih nyaman dan dapat menyediakan berbagai kebutuhannya, maka akan
terjadi pengulangan secara terus menerus dalam mengujungi mal tersebut.
KangHyun Yoon dan Tranh V Tran (2011 : 293 – 306) menjelaskan
secara khusus, ada beberapa jenis pelanggan setia yaitu yang setia melakukan
pembelian berulang karena preferensi merek yang mereka sadari bernilai
untuk diri pribadi sedangkan jenis pelanggan setia lainnya membeli merek
yang sama berulang-ulang karena faktor ekonomi. Demikian pula, beberapa
17
pelanggan non-loyal, ada beberapa jenis yaitu mulai dari yang sering berganti
merek dalam upaya untuk mencari variasi tersendiri, sedangkan konsumen
non-loyal lain karena adanya tawaran yang lebih menarik ditawarkan oleh
merek pesaing. Konsumen yang sadar terhadap nilai antara loyal dan mencari
variasi antara non-loyal kurang sensitif terhadap harga, sebaliknya, antara
konsumen yang setia dan non-loyal karena faktor ekonomi jauh lebih
responsif terhadap perubahan harga.
Dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa konsumen yang cenderung
memiliki loyalitas terhadap suatu brand atau produk, maka konsumen
tersebut akan melakukan pengulangan seperti pembelian atau pengunjungan
terhadap suatu tempat secara terus menerus dengan berbagai kondisi tertentu
seperti karakteristik, lingkungan yang mempengaruhi, dan kondisi ketika
konsumen atau individu melakukan suatu keputusan pembelian. Tidak
terkecuali apabila loyalitas dari konsumen tersebut masih rentan, dapat
dipengaruhi oleh pesaing dengan menawarkan fasilitas dan kenyamanan yang
lebih ataupun dengan harga yang lebih menarik. Namun hal itu bisa
dihindari, apabila dengan penyampaian informasi yang benar dan
memberikan pengetahuan kepada konsumen seperti ruang parkir yang dekat
akses pintu keluar masuk mal dan suatu brand atau produk yang konsumen
senangi ada di mal tersebut maka ia akan terus berkunjung ke mal dan toko /
tenant untuk memenuhi kebutuhannya sampai terpenuhi dan terpuaskan.
18
2.2.4 Motivasi tentang Pemenuhan Kebutuhan Konsumen
Motivasi mendorong munculnya suatu keinginan dimana itu adalah
kebutuhan setiap individu untuk dipenuhi. Dari lahir pun,makhluk hidup
termasuk manusia memiliki kebutuhan. Berdasarkan buku Perilaku
Konsumen karangan Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2008 : 73)
Kebutuhan dasar bersifat Fisiologis (yaitu, biogenis); meliputi kebutuhan
akan makanan, air, udara, pakaian, perumahan, dan seks. Karena semua itu
diperlukan untuk memenuhi dan meneruskan kehidupan biologis, maka
kebutuhan biologis dianggap sebagai kebutuhan primer. Sedangkan
kebutuhan
yang
mencakup
penghargaan
diri,
martabat,
kekuasaan,
pengetahuan, dan kasih saying merupakan kebutuhan yang disebut kebutuhan
psikologis (psikogenis) atau sering disebut dengan kebutuhan sekunder.
Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan akibat keadaan psikologis individu
dimana individu saling berhubungan dengan lingkungan sekitar.Sebagai
contoh, rumah merupakan tempat tinggal yang menjadi kebutuhan primer
manusia untuk berlindung dari cuaca, dan bertempat tinggal. Bisa juga rumah
tersebut menjadi kebutuhan sekunder, dimana individu tersebut mencari
rumah yang bagus,besar, dan dapat meningkatkan prestige dirinya di
lingkungan sosial. Hal tersebut sudah termasuk dalam bagian kebutuhan
sekunder, maka memungkinkan saja individu memilih rumah untuk ditinggali
sekaligus sebagai fungsi sekunder bagi dirinya.
Selain motivasi dan kebutuhan, menurut buku Perilaku Konsumen
karangan Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2008 : 73) motivasi dan
kebutuhan mendorong seseorang untuk mengeluarkan hasil yang diinginkan
19
dari perilaku yaitu sasaran. Biasanya sasaran merupakan hal yang ingin
dipenuhi oleh konsumen dan mempengaruhi keputusan dalam berpikir dan
mengambil tindakan.
Menurut Hierarki Maslow (J.Setiadi, 2010 : 38-39), bahwa kebutuhan
yang diinginkan seseorang tersebut berjenjang. Artinya, jika kebutuhan yang
pertama telah terpenuhi, kebutuhan tingkat terpenuhi akan muncul menjadi
yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat terpenuhi akan muncul
menjadi yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah
terpenuhi, muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai tingkat
kebutuhan yang kelima.
Berdasarkan pernyataan tersebut, Dasar teori kebutuhan Maslow
(dikutip Robbin & Judge,2008) :
a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Ia selalu menginginkan
lebih banyak. Keinginan terus-menerus dan hanya akan berhenti apabila
sudah menjelang akhir hayat.
b. Suatu kebutuhan telah terpenuhi tidak menjadi pacuan motivator bagi si
pelaku, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi motivator
pelaku tersebut.
c. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang, yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis berupa kebutuhan akan makan, minum,
tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit.
20
2. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan (Safety and Security)
merupakan kebutuhan bebas ancaman seperti aman dari ancaman
kejadian atau lingkungan sekitar.
3. Kebutuhan Rasa Memiliki (Belongingness), Sosial, dan Cinta
adalah kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi, dan kasih saying atau
cinta.
4.Kebutuhan Harga Diri (Esteems) yaitu kebutuhan akan pengakuan
atau penghargaan diri dari lingkungan atau orang lain.
5. Kebutuhan Perwujudan diri (Self-Actualization) ialah kebutuhan
untuk memenuhi diri sendiri dengan memaksimalkan penggunaan
kemampuan, keahlian, dan potensi yang ada di dalam diri masingmasing.
2.2.5 Pandangan atau Persepsi Konsumen Mengenai Harga
Bagi konsumen, suatu harga itu penting sebagai salah satu hal yang
dipertimbangkan dalam loyalitas mereka terhadap pembelian suatu produk
atau brand. Ibarat Mal adalah sebuah brand atau produk dan harga
merupakan tarif parkir kendaraan bermotor roda empat di mal tersebut
kemungkinan mempengaruhi mereka untuk memutuskan berkunjung ke
sebuah mal. Menurut penjelasan dari buku Perilaku Konsumen karangan
Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2008 : 161) konsumen memiliki
suatu harga yang disebut harga acuan. Harga acuan adalah harga yang
digunakan oleh para konsumen sebagai bahan pertimbangan mereka untuk
membandingkan dengan harga lain.
21
Persepsi harga menurut konsumen didapatkan setelah mereka berada
di tahap memahami tentang pengetahuan harga terkait suatu produk.
Dijelaskan menurut Pechtl dan Hans (2008 : 485-496) Pengetahuan harga
dapat didefinisikan secara luas sebagai semua informasi tentang harga yang
disimpan konsumen didalam memori mereka. Pengetahuan harga mengenai
produk terdiri dari informasi harga terkait mengenai sebuah merek
tertentu dalam ukuran paket dapat didefinisikan atau difiturkan. Sistemasi
yang dibangun mengenai pengetahuan harga menurut konsumen dapat
membuat pembedaan antara suatu dimensi obyektif dan dimensi subjektif
dari pengetahuan harga produk. Pengetahuan obyektif adalah pengetahuan
yang terdiri dari apa yang benar-benar dipelajari oleh konsumen mengenai
suatu harga dan produk, sedangkan pengetahuan subjektif mewakili apa
yang konsumen pikirkan atau persepsikan tentang harga yang mereka
ketahui mengenai suatu produk. Persepsi subyektif dan obyektif mengenai
pengetahuan harga produk harus dinilai secara bersamaan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang pengetahuan
harga produk.
Menurut Kunal Swani dan Boonghee Yoo (2011 : 143 – 152) bahwa
penawaran harga yang berkorelasi negatif dengan kualitas suatu merek
yang dapat menurunkan kualitas persepsi konsumen mengenai harga,
misalnya, melalui kesepakatan harga, dapat menempatkan merek dalam
bahaya karena yang menciptakan kebingungan di kalangan konsumen dan
bahwa ketidakstabilan dan variabilitas harga yang menyebabkan rendahnya
pengembalian kualitas dengan kesetaraan harga yang telah dibayar oleh
22
konsumen menghasilkan persepsi kualitas merek tidak stabil dan dapat
menjadi persepsi buruk atau kurang baik. Sebaliknya, persepsi ditemukan
positif dan mempengaruhi perilaku dari konsumen terutama karena harga
dari kualitas yang dibayar atau dikorbankan oleh konsumen dapat
memuaskan mereka sehingga menciptakan persepsi terhadap image produk
yang baik. Semakin tingginya kualitas, konsumen akan tetap berkorban
dengan membayar harga yang besar asalkan kebutuhan mereka terpenuhi
dan mencapai tingkat terpuaskan.
Nancy Stanforth dan William Hauck (2010 : 612 – 623) menjelaskan
mengenai bagaimana tingginya suatu kepentingan dalam membuat
persepsi harga jelas. Beberapa kategori produk terpengaruh oleh beberapa
faktor lainnya, tapi setiap perusahaan merasakan tekanan untuk menjaga
harga sesuai dengan harapan konsumen. Ada sejumlah harga yang
dikembangkan sebagai konsumen yang berbelanja untuk produk. Harga ini
mungkin dikonseptualisasikan sebagai dua jenis: berbingkai pasar dan
pribadi. Sebuah harga pasar berbingkai adalah yang menggunakan
informasi tentang harga di pasar sebagai kerangka atau persepsi acuan.
Persepsi pribadi disebut referensi atau harga yang diharapkan, mengacu
pada harga yang konsumen harapkan untuk membayar dan menggunakan
produk di masa mendatang. Harga Referensi dipengaruhi oleh pengalaman
pembelian di masa lampau, tetapi juga oleh variabel kontekstual seperti
toko atmosfer dan perilaku etis perusahaan.
Digambarkan apabila perbandingan harga parkir antara mal yang satu
dengan mal yang lain berbeda dan juga fasilitas, kenyamanan dalam parkir
23
serta akses parkir jauh
lebih
menyenangkan
dan
memudahkan,
kemungkinan besar konsumen pun akan lebih menyukai berkunjung ke mal
yang memiliki harga, akses, dan kenyamanan parkir yang seimbang dengan
tarif parkir yang harus dibayarnya tinggi sekalipun.
2.3
Kerangka Teori
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Kenaikan Tarif Parkir
Kendaraan Bermotor
Roda Empat (X)
1. Kebijakan Kenaikan Tarif
Parkir Kendaraan Bermotor
Roda Empat :
a. Public Relation
menyampaikan informasi
mengenai kenaikan tarif
parkir kepada konsumen
b. Persepsi harga tarif parkir
menurut konsumen
Loyalitas Berkunjung
Konsumen (Y)
1. Motivasi Pemenuhan
Kebutuhan (Hierarki
Maslow):
a. Kebutuhan fisiologis
(makanan dan minuman)
b. Kebutuhan sosial,
hiburan, dan pekerjaan
2. Frekuensi Berkunjung
Konsumen
3. Lama Waktu Berkunjung
Konsumen
24
2.4
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Pengaruh kenaikan tarif parkir
kendaraan bermotor roda empat di
Mal Kelapa Gading terhadap
loyalitas berkunjung konsumen
Kenaikan tarif kendaraan
bermotor roda empat (X)
Loyalitas berkunjung
Konsumen (Y)
Melakukan Penyebaran
Kuesioner untuk mendapatkan
data ; Menganalisis dan
menginterpretasi hasil
pengumpulan data
Simpulan dan Saran Hasil
Penelitian
Download