PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT CIGUGUR

advertisement
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT CIGUGUR (ANALISIS
PERUBAHAN SISTEM MATA PENCAHARIAN
MASYARAKAT CIGUGUR, KUNINGAN, JAWA BARAT)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
FERINALDI
NIM: 109015000014
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis Perubahan Sistem
Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jarva Barat) disusun oleh Ferinaldi
NIM. 109015000014, Jurusan Pendidikan llmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 28 November 2Al4
Yang mengesahkan,
<-
Drs. H. Svarinulloh. M.Si
NIP.19670909 200701 1033
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAI{UAN SOSIAL (IPS)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
z$t4
LEMBAR PENGESAHAN STDANG MUNAQASAH
Skripsi berjudul Perubahan Sosial Nlasyarakat Cigugur (Analisis Perubahan
Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat), disusun
oleh Ferinaldi, NIM. 109015000014, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan
lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 14 April 2015 di hadapan dewan penguji.
Karena
itu, penulis berhak memperoleh gelar
Sarjana
51 (S.Pd) dalam
bidang
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarla, 15 April2015
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
--t'
Dr.Iwan Purwanto" M.Pd
NIP. 19730424 200801 1 012
S
ekretaris
(S
F-o4'aotr
4
ekretaris Jurusair/Prodi)
Drs. H. Syaripulloh. M.Si
NIP. 19670909 200701 1 033
Penguji I
Dr.Iwan Purwanto. M.Pd
NIP. 19730424 20080t I 0t2
Penguji
II
Moch. Noviadi Nueroho. M.Pd
NIP. 19761118 201101 1 006
lVlengetahui,
lmu Tarbi
Prof. Dr. Ah
NIP. 1955042
dan l(egdruan
8203 1 007
--t'
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertandatangan
di bawah ini:
Nama
Ferinaldi
NIM
1090150000r4
Jurusan
Pendidikan IImu Pengetahuan Sosial (Sosiologi)
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan
1.
ini
saya menyatakan bahwa:
Skipsi yang berjudul "Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis
Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa
Barat)" merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata satu
(Sl) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di
ini telah saya
Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika kemudian hari terbukti bahua karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku
di
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat,
I
Desember 2014
NrN,{. 109015000014
i
ABSTRAK
Ferinaldi, NIM 109015000014, Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur
(Analisis Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan,
Jawa Barat). Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sistem mata pencaharian
masyarakat Cigugur Kuningan Jawa Barat.
Layaknya masyarakat pada umumnya, masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa
Barat pun tidak bisa hidup statis. Dalam sejarahnya, masyarakat Cigugur mengalami
perubahan-perubahan dalam kehidupan mereka yang bersentuhan langsung dengan
unsur-unsur kebudayaan tersebut. Seperti perubahan sistem mata pencaharian
masyarakatnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Kemudian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian ini ditemukan perubahan sosial terhadap sistem mata
pencaharian di Cigugur. Pada awalnya, sistem mata pencaharian mayoritas masyarakat
Cigugur adalah bertani, meskipun ada yang berternak, seperti ternak ikan, ayam dan
bebek. Setelah terjadinya perubahan sosial, sistem mata pencaharian masyarakat
Cigugur sebagian besar memang masih bertani, tetapi tidak sedikit yang berdagang,
berternak, wiraswasta, buruh, membuat kerajinan batik khas Cigugur bahkan sampai
ada yang membuka usaha kecil-kecilan.
Kata Kunci: Perubahan Sosial, Sistem Mata Pencaharian, Masyarakat Cigugur.
ii
ABSTRACT
Ferinaldi, NIM 109015000014, Social Changes Cigugur Society (Analysis of
The System Change Livelihood Society Cigugur, Kuningan, West Java). Thesis
Studies Socilogy-Antropology of Education, Department of Social Studies, Faculty of
Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2014.
This research aims to understand the system change livelihoods society Cigugur
Kuningan West Java.
Just like the community in general, the Cigugur society, Kuningan, West Java
almost could not static life. In its history, the Cigugur society experienced in their lives
that the changes in direct contact with the elements of the culture. Such as the change
the system of community livelihoods.
The method that was used in this research is qualitative descriptive method. And
the data technique collection in this research use interview, observation and
documentation. And then, the data analysis technique that was used in this research is
data reduction, presentation and interpretation of conclusion.
From the research result are found a social change about the livelihood society
in Cigugur. At first, livelihoods Cigugur the majority of the system is based on farming,
even though it is that raise, like the cattle fish, chickens and ducks. After social change
in Cigugur, the system of community livelihoods Cigugur most of it was still based on
farming, but not a little who trades, raise, entrepreneurs, laborers, make handicraft
Cigugur batik design even before someone opening small businesses.
Key words: Social Change, The System of Livelihood, The Cigugur Society.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamu’alaikum. Wr. Wb..
Syukur Alhamdulilah segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, atas rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis maka selesailah skripsi ini yang berjudul “Perubahan
Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat
Cigugur, Kuningan, Jawa Barat)”. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi manusia, dan semoga
kita menjadi pengikutnya hingga nanti, aamin.
Selesainya skripsi ini tak lupa do’a dan kesungguhan hati, kerja keras serta
bantuan dari berbagai pihak baik saran maupun bantuan lainnya. Tiada kata yang dapat
penulis ucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan ini, dan
lebih khusus ucapan terimakasih yang saya ucapkan kepada:
1.
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen
pembimbing akademik penulis.
4.
Drs. H. Syaripulloh, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku Dosen
Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas segala saran dan kritik yang
membangun, serta segala solusi yang diberikan kepada penulis demi kelancaran
penulisan skripsi ini, jasamu abadi.
5.
Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS, yang telah dengan sabar dan ikhlas
mendidik penulis, sehingga ilmu yang diberikan kepada kepada penulis dapat
bertambah dan bermanfaat.
6.
Rama Djati Kusumah, Pangeran Gumirat Barna Alam, Mang Didi, Ibu Uti, Ibu
Uum, Pak Kento Subarman, Pak Aang Taufik di Cigugur, terima kasih atas
bantuan dan kesediaanya untuk menjadi sumber dalam penulisan Skripsi ini.
iv
7.
Kedua Orang Tua tercinta, (Syafrinal Janas dan Zulfadillah) yang telah
membesarkan penulis dengan penuh pengorbanan dan kasih sayang. Meski
penulis belum sempat membuat Papa dan Mama bangga, tapi nama dan untaian
do’a penuh cinta selalu penulis bawa dan panjatkan kepada yang Kuasa untuk
Papa dan Mama.
8.
Adik-adik tersayang (Faradina Hania Rahmah dan Fradella Syafri). Terima kasih
atas suasana yang diberikan, sehingga emosi sebagai keluarga bisa terus terjaga
dan semoga akan selalu terjaga, aamiin.
9.
Kawan-kawan Seperjuangan Cigugur, (Didik, Angga, Aisyah, Lita, Aini,
Faisal).
10.
Kawan-kawan kostan H. Gayo, (Ikbal, Rahman, Yusuf, Akbar, Cessna). Terima
kasih atas saran dan kritik membangun yang selalu menjadi pecut penyemangat
penulis, kalian guru-guru terbaik penulis.
11.
Kawan-kawan Cleosha Band, (Gelang, Zeggy, Ndra, Tyo, Rheza, Sandy, Dedy).
Terima kasih atas kerja sama, kekompakan, dan pengalaman musik yang
diberikan semasa penulis kuliah.
12.
Kawan-kawan penulis, (Ella, Lilis, Indah, Desi, Ridwan, Furqon, Irul, Bayu,
Wahyu DJ, Beles, Nanda, Desty) yang selalu memberikan do’a dan motivasi
kepada penulis.
13.
Kawan-kawan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Tenjo, Mahbub, Yuli,
Fahri, Asep, Tyo, Gilang, Ujang Femli, Bang Uceng, Bang Qori, Bang Dziki,
Bang Gunawan, dan kawan-kawan lain). Terima kasih atas wawasan
kebangsaan, pengetahuan tentang ideologi, serta pengetahuan tentang politik
yang tidak akan pernah penulis dapatkan di bangku perkuliahan.
14.
Kawan-kawan Handmade Auto Family, (Adit, Arma, Imeh, Egy, Rama, Beny,
oby, Boby, Awan, Mufty, Frido, Putra, Sinta, Anggi, Andreas, Bingki, David,
Uki, Cipuy, Kevin, Iyan, Rommy, Sasha, Ugy, dan kawan-kawan lain) Terima
kasih atas pertemanan, pengorbanan, kerja sama, kekompakan, dan pengalaman
yang pernah ada, kalian guru-guru terbaik penulis.
15.
Kawan-Kawan Studio musik DnD (Moses, Bonty, Noel, Dhona, Hendry, Didot,
Arfen, Renggo, Dhacu, dan Kawan-kawan lain) Terima kasih atas kerja sama,
kekompakan, dan pengalaman musik yang diberikan semasa penulis kuliah.
v
16.
Semua teman-teman seperjuangan Jurusan IPS angkatan 2009, serta semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung
dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.
Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidak sempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca
umumnya. Semoga skipsi ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi dunia
pendidikan khususnya dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Alhamdulillahirrabbil’alamin..
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb..
Jakarta, 1 Desember 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ...........................................................................................5
C. Pembatasan Masalah ..........................................................................................5
D. Perumusan Masalah ...........................................................................................5
E. Tujuan Penelitian ...............................................................................................6
F. Manfaat Penelitian .............................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Perubahan Sosial Budaya
a. Pengertian Perubahan Sosial Budaya ...........................................................7
b. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan......................................9
c. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya ...............................................11
d. Faktor yang Mendorong Terjadinya Perubahan Sosial ..............................14
e. Faktor yang Menghalangi Terjadinya Perubahan Sosial ...........................18
2. Masyarakat
a. Pengertian Masyarakat ...............................................................................19
b. Bentuk-bentuk Masyarakat ........................................................................24
1) Masyarakat Tradisional ........................................................................24
2) Masyarakat Modern .............................................................................28
3. Sistem Mata Pencaharian
a. Berburu dan Meramu .................................................................................30
vii
b. Beternak .....................................................................................................30
c. Bercocok Tanam ........................................................................................31
4. Tokoh Evolusionisme Sosiologis .....................................................................32
a. Comte dan Konsep Evolusi Idealis ............................................................32
b. Spencer dan Konsep Evolusi Naturalis ......................................................33
c. Lewis Morgan dan Konsep Evolusi Materialis ..........................................34
B. Hasil Penelitian Relevan ..................................................................................35
C. Kerangka Berpikir ............................................................................................38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................................40
B. Latar Penelitian (Setting) .................................................................................40
C. Metode Penelitian.............................................................................................40
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................42
1. Pengumpulan Data ...........................................................................................42
a. Wawancara .................................................................................................42
b. Observasi ....................................................................................................43
c. Dokumentasi ..............................................................................................45
2. Teknik Pengolahan Data ..................................................................................45
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ..............................................46
F. Analisis Data ....................................................................................................47
1. Analisis Sebelum di Lapangan .........................................................................48
2. Analisis Selama di Lapangan ...........................................................................48
3. Reduksi Data ....................................................................................................48
4. Penyajian Data .................................................................................................48
5. Penarikan Kesimpulan .....................................................................................49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Fisik dan Sosial Daerah Penelitian .....................................................50
1. Lokasi, Letak dan Luas Daerah Penelitian .......................................................50
2. Keadaan Iklim ..................................................................................................50
3. Kondisi Demografi ...........................................................................................50
B. Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis Perubahan Sistem Mata
Pencaharian Masyarakat Cigugur Kuningan Jawa Barat) ................................52
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................................58
B. Saran .................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................60
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................51
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama .................................................51
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ...........................................51
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan .............................................52
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Pedoman Observasi Lapangan
Lampiran 2
Hasil Observasi Lapangan
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
Lampiran 4
Hasil Wawancara
Lampiran 5
Pedoman Studi Dokumentasi
Lampiran 6
Surat pengantar penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7
Surat Keterangan Penelitian dari Kelurahan Cigugur
Lampiran 8
Profil Kelurahan Cigugur
Lampiran 9
Foto-foto
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dunia ini dihuni oleh milyaran manusia yang setiap pribadinya
hidup di dalam kelompok-kelompok masyarakat yang berbudaya, mungkin
ada ribuan atau bahkan lebih kebudayaan yang ada di dunia mulai dari
kebudayaan yang sederhana sampai dengan kebudayaan yang kompleks.
Setiap kebudayaan yang ada di dunia pasti memiliki unsur-unsur
budayanya masing-masing yang terintegrasi menjadi kebudayaan tersebut,
banyak atau sedikit unsur budaya tergantung dari sederhana atau kompleks
kebudayaannya. Tetapi dari banyaknya unsur yang ada pada kebudayaankebudayaan di dunia, dapat ditarik menjadi kelompok-kelompok besar
unsur-unsur kebudayaan yang bersifat menyeluruh atau universal. 1
Di dalam bukunya “Pengantar Ilmu Antropologi” Koentjaraningrat
membagi unsur-unsur kebudayaan secara universal menjadi tujuh butir.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maksud dari unsur
kebudayaan universal adalah bahwa dari sekian banyak kebudayaan di
dunia dengan berbagai macam unsur budayanya dapat diklasifikasikan
menjadi tujuh unsur besar, tujuh unsur ini adalah unsur-unsur yang pasti
ada di setiap kebudayaan yang ada di dunia, baik kebudayaan yang sangat
sederhana sampai dengan kebudayaan yang sangat kompleks.
Koentjaraningrat berpendapat bahwa tujuh unsur kebudayaan
universal tersebut, yaitu:
1
1.
Sistem religi
2.
Organisasi sosial
3.
Sistem pengetahuan
4.
Bahasa
5.
Kesenian
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1980), h. 217.
1
2
6.
Sistem mata pencaharian hidup
7.
Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi2
Ketujuh unsur inilah yang dianggap secara umum ada menyeluruh
di setiap kebudayaan di dunia. Di dalam tataran implementasi, unsur-unsur
ini kemudian menjelma ke dalam wujud-wujud kebudayaan di masyarakat,
menjelma ke dalam ide-ide dan gagasan kebudayaan masyarakat,
menjelma ke dalam tindakan dan sistem sosial masyarakat, dan menjelma
ke dalam hasil-hasil kebudayaan masyarakat. Setiap unsur yang ada selalu
menjelma ke dalam tiga wujud tersebut, dari bahasa sampai dengan
kesenian setiap masing-masing unsur akan menjelma ke dalam ide,
tindakan, dan kebudayaan fisik di dalam setiap kebudayaan.
Arus globalisasi begitu besar pengaruhnya, bukan hanya Indonesia
yang merasakan dampaknya melainkan diberbagai belahan dunia. IPTEK
sebagai ciri dari modern talah dinikmati dan diagungkan oleh manusia
yang kemudian menciptakan kemajuan-kemajuan dalam berbagai aspek
kehidupan. Modern telah menawarkan kehidupan yang serba instan dan
praktis, tenaga manusia digantikan oleh mesin dan masih banyak lagi
fenomena lain yang membuat manusia nyaman dengan dunia modern.
Tidak banyak Kearifan lokal yang bertahan bahkan ada yang sudah mulai
mengalami perubahan nilai-nilai dan norma, budaya tradisional sudah
dikomparasikan dengan hasil modernisasi bahkan tradisi-tradisi lama yang
dianut hangus dimakan oleh keganasan modern yang meluluhlantakan
tatanan masyarakat.
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami
perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai
nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi,
susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Karena
luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-perubahan tersebut,
bila seseorang hendak membuat penelitian, perlulah terlebih dahulu
2
Ibid, h.217.
3
ditentukan secara tegas, perubahan apa yang dimaksudkannya. Dasar
penelitiannya mungkin tak akan jelas apabila hal tersebut tidak
dikemukakan terlebih dahulu.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada
masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya
bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya
komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang
terjadi di suatu tempat dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain
yang berada jauh dari tempat tersebut.4
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman
dahulu. Namun, dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan
sangat cepatnya sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya,
yang sering berjalan secara konstan. Ia memang terikat oleh waktu dan
tempat. Akan tetapi, karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat
berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat yang
terkena perubahan.5
Efek modernisasi begitu dahsyat dan memakan tatanan sosial
masyarakat. Maka dari itulah, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan
sosial tersebut bahkan dialami oleh masyarakat multikultural Cigugur,
Kuningan Jawa Barat. Cigugur merupakan daerah multireligi, didalam
Cigugur terdapat kepercayaan Sunda Wiwitan yang masih dianut oleh
sebagian masyarakat Cigugur, yang menjadikan Cigugur terkenal dengan
sebutan masyarakat adat.
Perjalanan kehidupan yang dijalani oleh masyarakat Cigugur
sangat erat kaitannya dengan adanya Sunda Wiwitan. Karena Sunda
Wiwitan bagi masyarakat Cigugur merupakan sebuah warisan budaya
yang sudah turun temurun dipegang oleh masyarakat Cigugur. Macionis
misalnya mengatakan bahwa perubahan sosial adalah transformasi dalam
3
4
5
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 259.
Ibid, h. 261.
Ibid.,h. 261.
4
organisasi masyarakat, dalam pola berfikir dan dalam berprilaku pada
waktu tertentu.6
Masyarakat Cigugur merupakan masyarakat plural, baik dari segi
budaya, etnis maupun agama. Dalam dunia modern, banyak orang
berupaya melakukan perubahan dalam kehidupannya, terutama perubahan
untuk meningkatkan taraf ekonomi mereka, yang tentunya dengan
memiliki sistem mata pencaharian dengan penghasilan yang mampu
meningkatkan taraf ekonomi mereka. Mereka yakin bahwa hal tersebut
akan membuat orang menjadi lebih bahagia.
Dampak perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur
cenderung sama dengan dampak perubahan sosial yang terjadi dimana dan
pada siapa saja, yakni ada yang berdampak positif dan ada yang
berdampak negatif. Penyalah gunaan teknologi misalnya, menjadi contoh
negatif dari perubahan sosial yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi
tersebut. Tetapi sebaliknya, jika kemajuan dan kecanggihan teknologi
tersebut dapat dipergunakan dengan baik, maka dampaknya mengarah
pada hal positif, seperti semakin luasnya wawasan anak bangsa karena
sering mengakses berita setiap saat lewat internet.
Ketika kebanyakan masyarakat Cigugur mengalami perubahan
kehidupan yang lebih modern, cara-cara memenuhi kehidupan dari
berpakaian, arsitektur rumah, alat-alat dapur, perlengkapan pertanian dan
lainnya sebenarnya banyak dipengaruhi faktor eksternal yaitu adanya
pengaruh dari kebudayaan luar seperti terjadinya kontak dengan budaya
lain, meninggkatnya kesadaran akan pendidikan, meningkatnya hasil
karya, perkembangan penduduk, interaksi sosial, lancarnya perjalanan
sehingga sifat keterbukaan untuk melakukan perubahan dalam kehidupan
masyarakat Cigugur sangat besar.
Sistem mata pencaharian merupakan salah satu dari tujuh unsur
kebudayaan yang juga tak lepas dari sentuhan perubahan sosial. Karena
pada kenyataannya, seiring berjalannya waktu masyarakat Cigugur
6
Piotr Sztomka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada, 2010), h. 83.
5
memiliki sistem mata pencaharian yang berbeda dengan sistem mata
pencaharian mereka pada masa lalu, meskipun masih banyak yang
bertahan dengan pekerjaan mereka pada masa lalu.
Berdasarkan latar belakang tersebutlah peneliti tertarik untuk
meneliti perubahan sosial masyarakat Cigugur dengan judul “Perubahan
Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis
Terhadap Sistem Mata
Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan
masalahnya adalah:
1.
Terjadi perubahan sosial pada masyarakat Cigugur, Kuningan Jawa Barat.
2.
Perubahan sistem mata pencaharian pada masyarakat Cigugur, Kuningan
Jawa Barat.
3.
Adanya hubungan antara Sunda Wiwitan dengan perubahan sistem mata
pencaharian dalam masyarakat Cigugur.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan keterbatasan peneliti dari segi
waktu dan biaya maka peneliti membatasi masalah-masalah yang sudah
diidentifikasi dengan tujuan agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang
dari pokok penelitian. Oleh karena itu peneliti mengarahkan kepada pembahasan
atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan, yaitu:
Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa
Barat.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah
skripsi ini adalah bagaimanakah perubahan sistem mata pencaharian masyarakat
Cigugur, Kuningan, Jawa Barat?
6
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui perubahan sistem mata pencaharian masyarakat
Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki dua kegunaan atau manfaat, yaitu manfaat
secara teoritik dan praktis.
1.
Manfaat Teoritik. Secara teoritik, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya dan memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya disiplin sosiologi yang kaitannya dengan sektor kebudayaan.
Selain itu dapat dijadikan sumber informasi bagi peneliti lain dengan tema
sejenis.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi
peneliti,
penelitian
ini
dijadikan
sebagai
tambahan
pengetahuan mengenai perubahan sosial budaya, khususnya
perubahan sosial mengenai sistem mata pencaharian masyarakat
Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Selain itu, bagi peneliti, penelitian
ini bermanfaat juga untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh
gelara Stara 1 (S1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b.
Bagi masyarakat, berguna sebagai tambahan pengetahuan,
terutama mengenai sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur,
Kuningan, Jawa Barat.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kajian Teori
1.
Perubahan Sosial Budaya
a.
Pengertian Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya
struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan
sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang
masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan
hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan
perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia
sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.1 Kingsley Davis
dalam Soerjono Soekanto berpendapat bahwa perubahan sosial
merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.2 Perubahan dalam
kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu: kesenian, ilmu
pengetahuan,
teknologi,
filsafat,
dan
seterusnya,
bahkan
perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi
sosial.
Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat
sering mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan
sosial
dengan
perubahan-perubahan
kebudayaan.
Perbedaan
demikian tergantung dari adanya perbedaan pengertian tentang
masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan pengertian
tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya
perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahanperubahan
kebudayaan
dapat
dijelaskan.
Ruang
lingkup
kebudayaan lebih luas. Sudah barang tentu ada unsur-unsur
kebudayaan yang dapat dipisahkan dari masyarakat, tetapi
1
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 266.
7
8
perubahan-perubahan
dalam
kebudayaan
tidak
perlu
mempengaruhi sistem sosial. Seorang sosiolog akan lebih
memperhatikan perubahan kebudayaan yang bertitik tolak dan
timbul dari organisasi sosial.
Sebenarnya di dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak
mudah untuk menentukan letak garis pemisah antara perubahan
sosial dan perubahan kebudayaan karena tidak ada masyarakat
yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin
ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat.
Dengan demikian walaupun secara teoretis dan analitis pemisahan
antara pengertian-pengertian tersebut dapat dirumuskan, di dalam
kehidupan nyata, garis pemisah tersebut sukar dapat dipertahankan.
Hal yang jelas adalah perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan
mempunyai satu aspek yang sama, yang keduanya bersangkut paut
dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan
dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.3
Pada dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan
sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai
berikut:
1)
Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya
karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang
terjadi secara lambat atau secara cepat.4
2)
Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan
tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga sosial lainnya. Karena lembaga-lembaga
sosial tadi sifatnya interdependen, maka sulit untuk
mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial
tertentu saja. Proses awal dan proses-proses selanjutnya
merupakan suatu mata rantai.
3
4
Ibid, h. 266.
Ibid, h. 267.
9
3)
Perubahan-perubahan
sosial
yang
cepat
biasanya
mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara
karena berada di dalam proses penyesuaian diri.
4)
Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang
kebendaan atau bidang spiritual saja karena kedua bidang
tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.
b.
Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke
dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.
1)
Perubahan lambat dan perubahan cepat
Perubahan-perubahan
yang memerlukan waktu
lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling
mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Pada evolusi
perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau
kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usahausaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan
keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi
baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Sementara itu, perubahan-perubahan sosial dan
kebudayaan
yang
berlangsung
dengan
cepat
dan
menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat (yaitu lembaga kemasyarakatan) lazimnya
dinamakan revolusi. Unsur-unsur pokok revolusi adalah
adanya perubahan yang cepat, dan perubahan tersebut
mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan-perubahan yang
terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa
rencana.
Ukuran
kecepatan
suatu
perubahan
yang
dinamakan revolusi, sebenarnya bersifat relatif karena
revolusi dapat memakan waktu yang lama.
10
2)
Perubahan kecil dan perubahan besar
Agak sulit untuk merumuskan masing-masing
pengertian
tersebut
di
atas
karena
batas-batas
pembedaannya sangat relatif. Sebagai pegangan dapatlah
diaktakan bahwa perubahan-perubahan kecil merupakan
perubahan-perubahan
yang
terjadi
pada
unsur-unsur
struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung
atau berarti bagi masyarakat.5 Perubahan mode pakaian,
misalnya, tak akan membawa pengaruh apa-apa bagi
masyarakat secara keseluruhan karena tidak mengakibatkan
perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan.
Sebaliknya,
suatu
proses
industrialisasi
yang
berlangsung pada masyarakat agraris, misalnya, merupakan
perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada
masyarakat. Berbagai lembaga kemasyarakatan akan ikut
terpengaruh misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah,
hubungan
kekeluargaan,
stratifikasi
masyarakat,
dan
perubahan
yang
seterusnya.
3)
Perubahan
yang
dikehendaki
atau
direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki atau
perubahan yang tidak direncanakan.
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan
merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah
direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak
mengadakan perubahan di dalam masyarakat.6 Pihak-pihak
yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change,
yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat
5
6
Ibid, h. 271.
Ibid, h. 272.
11
kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih
lembaga-lembaga kemasyarakatan.7
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang
tidak direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang
terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan
pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya
akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.
Apabila perubahan yang tidak dikehendaki tersebut
berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang
dikehendaki, perubahan tersebut mungkin mempunyai
pengaruh yang demikian besarnya terhadap perubahanperubahan yang dikehendaki. Dengan demikian, keadaan
tersebut tidak mungkin diubah tanpa mendapat halanganhalangan masyarakat itu sendiri. Atau dengan kata lain,
perubahan yang dikehendaki diterima oleh masyarakat
dengan cara mengadakan perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada atau dengan
cara membentuk yang baru.
c.
Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya
Pada dasarnya tidak ada satupun manusia yang normal
kehidupannya yang merasakan kepuasan terhadap apa yangb ada
saat itu. Ketidakpuasan ini didorong oleh keinginan hidup yang
lebih mudah, lebih mapan, lebih baik, dan sebagainya.
Akan tetapi, untuk mempelajari berbagai faktor penyebab
perubahan tidaklah cukup hanya dengan melihat gejala-gejala
tersebut. Ada berbagai sebab musabab lain yang mengakibatkan
masyarakat
mengalami
perubahan.
Faktor-faktor
penyebab
perubahan ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) Faktor
7
Ibid, h. 272.
12
dari dalam masyarakt itu sendiri (faktor internal), dan (2) Faktor
yang berasal dari luar masyarakat (faktor eksternal).8
Mengenai faktor-faktor yang berasal dari dalam dapat
disebabkan oleh beberapa sumber, yaitu;9
1)
Bertambah dan berkurangnya penduduk.
Pertambahan penduduk Jawa yang melaju dengan
cepat dan pengurangan jumlah di Aceh dan Sumatera Utara
akibat bencana alam gempa bumi dan gelombang pasang
air laut (tsunami) merupakan contohnya. Pengurangan dan
pertambahan jumlah penduduk ini akan menimbulkan
perubahan pada struktur sosial. Hal yang menonjol yaitu
perubahan pada system kepemilikan tanah. Bertambahnya
penduduk akan memengaruhi penyempitan areal tanah,
sedangkan berkurangnya penduduk akan berdampak pada
perluasan areal tanah. Kondisi ini pada gilirannya akan
menimbulkan perubahan pada sistem agrarian.
2)
Penemuan-penemuan baru.
Penemuan baru sering disebut dengan istilah
inovasi. Ialah suatu proses sosial dan kebudayaan yang
besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak
terlalu lama.10
Munculnya penemuan-penemuan baru dipicu oleh beberapa
hal, di antaranya:
a)
Adanya kesadaran diri dari setiap individu atau
kelompok
orang
akan
kekurangan
dalam
kebudayaannya.
b)
8
Kualitas para ahli dalam suatu kebudayaan.
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 623-624.
9
Ibid,
10
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), h. 353.
13
c)
Perangsang
bagi
masyarakat.
3)
aktifitas
penciptaan
dalam
11
Pertentangan atau konflik dalam masyarakat.
Konflik sosial merupakan pertentangan yang terjadi
dalam masyarakat
yang heterogen atau masyarakat
majemuk yang merupakan bagian dari dinamika sosial.
Pertentangan ini dapat terjadi antara individu dengan
kelompok atau kelompok dengan kelompok. Misalnya di
masyarakat Batak dengan sistem kekeluargaan patrilineal
murni
terdapat
adat
istiadat
bahwa apabila suami
meninggal, maka keturunannya berada di bawah kekuasaan
keluarga almarhum.
4)
Terjadinya pemberontakkan atau revolusi di dalam tubuh
masyarakat itu sendiri.
Revolusi Bolsevick di Rusia pada Oktober 1917,
telah menghasilkan perombakkan besar-besaran didalam
stuktur pemerintahan di negeri ini yang semula berbentuk
kerajaan absolute berubah menjadi diktakror proletariat
yang dilandaskan pada doktrin Marxis.
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula berasal dari
luar. Adapun faktor-faktor penyebab yang berasal dari luar
diantaranya:12
1)
Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang
ada di sekitar manusia.
Bencana gempa bumi dan gelombang pasang air
laut yang disebut tsunami di Nangroe Aceh Darussalam dan
Sumatera Utara yang menelan korban jiwa ratusan ribu
11
12
Elly M, op.cit., h. 624.
Ibid, h. 629.
14
manusia pada akhir 2004 yang lalu telah membawa dampak
perubahan yang besar pada struktur sosial kemasyarakatan
tersebut.
2)
Peperangan
Gejala peperangan yang terjadi telah mengubah
struktur sosial-budaya dari skala mikro ke skala makro.
Karena biasanya Negara yang menang akan memaksakan
kebudayaan pada Negara yang kalah.
3)
Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Sebagaimana yang dapat disaksikan pada diri anakanak muda perkotaan saat ini, terlihat jelas bahwa sistem
dan norma bangsa telah bergeser sebagai akibat dari
pengaruh globalisasi informasi. Ini dikarenakan masingmasing masyarakat mempengaruhi masyarakat lain dan
pengaruhnya diterima oleh masyarakat lain tersebut.13
d.
Faktor-faktor yang Mendorong Jalannya Proses Perubahan
Di dalam masyarakat
dimana terjadi suatu proses
perubahan, terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya
perubahan yg terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
sebagai berikut.
1)
Kontak dengan kebudayaan lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah
difussion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari
satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses
tersebut,
manusia
mampu
menghimpun
penemuan-
penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya
13
Soerjono Soekanto, op.cit., h. 282.
15
difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh
masyarakat
dapat
diteruskan
dan
disebarkan
pada
masyarakat luas sampai umat manusia di dunia dapat
menikmati
kegunaannya.
Proses
pendorong
pertumbuhan
tersebut
suatu
merupakan
kebudayaan
dan
memperkaya kebudayaan-kebudayaan masyarakat manusia.
Ada
dua
tipe
difusi,
yaitu
pertama
difusi
intramasyarakat (intrasociety diffusion), dan kedua difusi
antarmasyarakat (inter-society diffusion). Difusi intra
masyarakat terpengaruh oleh beberapa faktor, misalnya:
a)
Suatu pengakuan bahwa unsur yang baru tersebut
mempunyai kegunaan
b)
Ada
tidaknya
unsur-unsur
kebudayaan
yang
memengaruhi diterimanya atau tidak diterimanya
unsur-unsur yang baru.
c)
Unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur
lama, kemungkinan besar tidak akan diterima.
d)
Kedudukan dan peranan sosial dari individu yang
menemukan
sesuatu
yang
baru
tadi
akan
memengaruhi apakah hasil penemuannya itu dengan
mudah diterima atau tidak.14
Difusi antar masyarakat dipengaruhi oleh beberapa
faktor pula, yaitu antara lain:
a)
Adanya
kontak
antara
masyarakat-masyarakat
untuk
mendemonstrasikan
tersebut.
b)
Kemampuan
kemanfaatan penemuan baru tersebut.
c)
14
Ibid., h. 284.
Pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut.
16
d)
Ada-tidaknya
unsur-unsur
kebudayaan
yang
menyiangi unsur-unsur penemuan baru tersebut.
e)
Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan
baru di dunia ini.
f)
Paksaan dapat juga dipergunakan untuk menerima
suatu penemuan baru.15
2)
Sistem pendidikan formal yang maju
Pendidikan mengajarkan aneka macam kemampuan
kepada individu, pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu
bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta
menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berfikir
secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk
dapat berfikir secara objektif, yang akan memberikan
kemampuan
untuk
menilai
apakah
kebudayaan
masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
zaman atau tidak.
3)
Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginankeinginan untuk maju
Apabila
sikap
tersebut
melembaga
dalam
masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usahausaha penemuan baru. Hadiah Nobel, misalnya, merupakan
pendorong untuk menciptakan hasil-hasil karya yang baru.
Di Indonesia juga dikenal sistem penghargaan tertentu,
walaupun masih dalam arti yang sangat terbatas dan belum
merata.
15
Ibid.,
17
4)
Sistem terbuka lapisan masyarakat (open stratification)
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial
vertikal yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada
para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri.
Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan
mengadakan
identifikasi
dengan
warga-warga
yang
mempunyai status lebih tinggi. Identifikasi merupakan
tingkah laku yang sedemikian rupa sehingga seseorang
merasa berkedudukan sama dengan orang atau golongan
lain yang dianggap lebih tinggi dengan harapan agar
diperlakukan sama dengan golongan tersebut.
5)
Penduduk yang heterogen
Pada masyarakat yang terdiri dari kelompokkelompok
sosial
yang
mempunyai
latar
belakang
kebudayaan ras ideologi yang berbeda dan seterusnya,
mudah terjadi pertentangan-pertentangan yang mengundang
kegoncangan-kegoncangan. Keadaan demikian menjadi
pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam
masyarakat.
6)
Ketidakpuasan
masyarakat
terhadap
bidang-bidang
kehidupan tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam
sebuah
masyarakat
berkmungkinan
besar
akan
mendatangkan revolusi.
7)
Orientasi ke masa depan
8)
Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk
memperbaiki hidupnya.
18
e.
Faktor-Faktor yang Menghalangi Terjadinya Perubahan
Di dalam masyarakat
dimana terjadi suatu proses
perubahan, selain terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya
perubahan, ada juga faktor yng menghalangi terjadinya perubahan
tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
1)
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
Kehidupan
masyarakat
tidak
terasing
menyebabkan
mengetahui
sebuah
perkembangan-
perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain yang
mungkin akan dapat memperkaya kebudayaannya sendiri.
Hal itu juga menyebabkan para warga masyarakat
terkurung pola-pola pemikirannya oleh tradisi.
2)
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat
tersebut terasing dan tertutup atau mungkin karena lama
dijajah oleh masyarakat lain.
3)
Sikap masyarakat yang sangat tradisional
Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan
masa lampau serta anggapan bahwa tradisi secara mutlak
tak dapat diubah menghambat jalannya proses perubahan.
Keadaan tersebut akan menjadi lebih parah apabila
masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh golongan
konservatif.
4)
Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang
tertutup
Sikap yang demikian banyak dijumpai pada
masyarakat-masyarakat yang pernah dijajah bangsa-bangsa
19
Barat. Mereka sangat mencurigai sesuatu yang berasal dari
Barat karena tidak pernah bisa melupakan pengalamanpengalaman pahit selama penjajahan.
5)
Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
Setiap
usaha
perubahan
pada
unsur-unsur
kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebagai usaha yang
berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah
menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
6)
Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku
bagi anggota masyarakat didalam memenuhi segala
kebutuhan pokoknya.16
2.
Masyarakat
a.
Pengertian Masyarakat
Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuankesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam
bahasa sehari-hari, adalah masyarakat. Dalam bahasa Inggris
dipakai istilah society yang berasal dari kata latin socius, yang
berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata
Arab syaraka yang berarti “ikut serta”, berpartisipasi.17
Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah memang
sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah
ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat
mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling
berinteraksi. Suatu negara modern misalnya, merupakan kesatuan
manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan
16
17
Ibid., h. 286-287.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 143-144.
20
para warganya untuk berinteraksi secara instensif, dan dengan
frekuensi yang tinggi. Suatu negara modern mempunyai suatu
jaringan komunikasi berupa jaringan perhubungan udara, jaringan
telekomunikasi, sistem radio dan TV, berbagai macam surat kabar
ditingkat nasional, suatu sistem upacara pada hari-hari raya
nasional dan sebagainya.18
Menurut Hartono dan Arnicun Aziz, “masyarakat dalam arti
luas ialah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama
dengan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan lain-lain atau
semua
keseluruhan
bermasyarakat.
dari
Dalam
semua
arti
hubungan
sempit
dalam
masyarakat
hidup
dimaksud
sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu,
umpamanya territorial, bangsa, golongan dan sebagainya. Maka
ada masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, masyarakat Minang dan
lain-lain.”19
Pengertian masyarakat sendiri menurut Kingsley Davis, adalah
sistem hubungan dalam arti hubungan antara organisasi-organisasi, dan
hubungan antara sel-sel. Kebudayaan dikatakannya mencakup segenap
cara berpikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang
bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolis
dan bukan karena warisan yang berdasarkan keturunan.20
Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena
manusia itu hidup bersama. Beberapa orang sarjana telah mencoba
untuk memberikan definisi masyarakat (society), misalnya seperti
berikut.
1)
Mac Iver dan Page yang menyatakan bahwa masyarakat
ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari
wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan
penggolongan,
18
19
20
dari
pengawasan
tingkah
laku
Ibid., h. 144.
Hartono dan Arnicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 89-90.
Ibid, h. 266.
serta
21
kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu
berubah
ini
kita
namakan
masyarakat.
Masyarakat
merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu
berubah.
2)
Ralp Linton mengemukakan, masyarakat merupakan setiap
kelompok manusia yang telah hidup dan berkerja sama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial
dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
3)
Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah
orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan
kebudayaan.21
Walaupun definisi dari sarjana-sarjana tersebut berlainan,
tetapi pada dasarnya isinya sama, yaitu masyarakat yang mencakup
beberapa unsur sebagai berikut.
1)
Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada
ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan
berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara
teoritis angka minimnya adalah dua orang yang hidup
bersama.
2)
Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari
manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda
mati, umpamanya kursi, meja, dan sebagainya. Oleh karena
dengan
berkumpulnya
manusia,
maka
akan
timbul
manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakapcakap, merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai
keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan
atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama
itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan21
Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 18.
22
peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia dalam
kelompok tersebut.
3)
Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
4)
Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem
kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena
setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan
yang lainnya.22
Kemantapan
unsur-unsur
masyarakat
mempengaruhi
struktur sosial. Dalam hal ini struktur sosial digambarkan sebagai
adanya molekul-molekul dalam susunan yang membentuk zat,
yang terdiri dari bermacam susunan hubungan antarindividu dalam
masyarakat. Maka terjadi integrasi masyarakat dimana tindakan
individu dikendalikan, dan hanya akan nampak bila diabstrakkan
secara induksi dari kenyataan hidup masyarakat yang konkret.
Struktur sosial yang berperan dalam integrasi masyarakat, hidup
langsung di belakang individu yang bergerak konkret menurut
polanya. Dapat menyelami latar belakang seluruh kehidupan suatu
masyarakat, dan sebagai kriteria dalam menentukan batas-batas
suatu masyarakat melalui abstraksi dari kehidupan kekerabatan
(sistemnya).23
Dalam konteks sosiologi, bahasan tentang masyarakat
biasanya selalu terkait dan tidak dapat dipisahkan dengan elemenelemen lain yang menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri, yakni
individu, keluarga, dan kelompok. Individu adalah satuan terkecil
dari masyarakat, keluarga adalah kumpulan beberapa individu dan
bagian dari kelompok, sedangkan kelompok adalah kumpulan dari
beberapa keluarga, dan merupakan bagian dari masyarakat secara
keseluruhan.
22
Menyatunya
masing-masing
elemen
tersebut,
Ibid., h. 19.
M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: PT
Eresco, 1995), h. 64.
23
23
terciptalah sebuah komunitas besar yang kemudian dikatakan
sebagai masyarakat”.24
Untuk bisa bertahan hidup, semua masyarakat harus bisa
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu, yang kalangan
fungsionalis menyebutnya dengan istilah prasyarat fungsional
(functional prerequisities). Kebutuhan-kebutuhan itu diantaranya:
1)
Kebutuhan
subsistens.
Kebutuhan
subsistens
adalah
kebutuhan jasmaniyah, seperti kebutuhan akan udara,
makanan, air, kehangatan, tempat untuk bernaung, dan
tidur, yang kesemuanya harus dipenuhi agar bisa bertahan
hidup. Manusia juga membutuhkan kebutuhan jasmaniyah
yang lainnya seperti kebutuhan akan rasa sayang,
menghindari stress, dan keikutsertaan dalam sebuah sistem
keyakinan bersama. Pemenuhan kebutuhan subsitens ini
biasanya memerlukan berbagai usaha kerja, seperti berburu,
mengumpulkan buah-buahan, atau memproduksi makanan,
dan memerlukan tempat untuk bernaung.
2)
Kebutuhan distribusi. Kepemilikan kekayaan subsistens itu
perlu didistribusikan ke seluruh anggota masyarakat. Bayi
dan anak kecil termasuk orang yang membutuhkan orang
lain untuk memberi mereka suplai makanan yang cukup.
3)
Kebutuhan reproduksi-biologis. Agar masyarakat tetap
eksis dan survive maka diantara anggota masyarakatnya
harus melakukan reproduksi biologis. Biasanya di kita
dilakukan melalui pernikahan.
4)
Kebutuhan
transmisi
budaya.
Masyarakat
perlu
mentransmisikan budaya mereka-kebiasaan, nilai-nilai, ideide dalam masyarakat kepada anggota baru mereka agar
kebudayaan bisa terus bertahan atau berlanjut.
24
Rusmin Tumanggor, Sosiologi Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), h.
25.
24
5)
Kebutuhan
perlindungan.
Anggota
masyarakat
perlu
menghindari tindakan yang merusak satu sama lain dan
mayarakat secara keseluruhan membutuhkan perlindungan
dari ancaman luar.
6)
Kebutuhan untuk komunikasi. Untuk memenuhi semua
kebutuhan di atas, maka anggota masyarakat perlu
mengkomunikasikannya dengan sesama anggota yang
lainnya.25
b.
Bentuk-bentuk Masyarakat
1)
Masyarakat Tradisonal
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang
kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat
lama. Adat istiadat adalah suatu aturan yang sudah mantap
dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang
mengatur
tindakan
atau
perbuatan
manusia
dalam
kehidupan sosialnya. Jadi, masyarakat tradisional di dalam
melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara
atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari
nenek moyangnya. Masyarakat tradisional hidup di daerah
pedesaan yang secara geografis terletak di pedalaman yang
jauh dari keramaian kota. Masyarakat ini dapat juga disebut
masyarakat pedesaan atau masyarakat desa.26
Menurut Sutardjo Kartohadikusuma dalam Elly M.
Setiadi dan Usman Kolip “desa adalah suatu kesatuan
hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
“pemerintahan sendiri.” Adapun Bintaro dalam Elly M.
Setiadi dan Usman Kolip memberikan batasan desa sebagai
25
Muhammad Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 35-36
26
Ifzanul: http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/masyarakat-tradisional-masyarakat.html
(diakses pada hari Jum’at tanggal 08 November 2013 pukul 21.40).
25
perwujudan atas kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik,
dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam
hubungannya dan pengaruhnya secara timbal balik dengan
daerah lain.
Sedangkan Paul H. Landis dalam Elly M. Setiadi
dan Usman Kolip, “mendefinisikan desa sebagai wilayah
yang penduduknya kurang dari 2500 jiwa, dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
a)
Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal
mengenal antara ribuan jiwa.
b)
Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan
terhadap kebiasaan.
c)
Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling
umum yang sangat dipengaruhi alam, seperti: iklim,
kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan
agraris yaitu bersifat sambilan.27
Ferdinand
Tonies
membuat
batasan
tentang
masyarakat pedesaan sebagai masyarakat gemeinschaft
(paguyuban), dan paguyubanlah yang menyebabkan orangorang kota menilai sebagai masyarakat ini tenang,
harmonis, rukun dan damai dengan julukan masyarakat
yang adem ayem. Akan tetapi, bukan berarti di dalam
masyarakat pedesaan tidak mengenal bermacam-macam
gejala disorganisasi sosial atau sosial disorder. Gejala
seperti ini juga terdapat di dalam struktur masyarakat
pedesaan. Akan tetapi, bagaimana bentuk gejala sosial
disorder, dapat dilihat keterangan berikut ini:
a)
Konflik
(pertengkaran).
Pertengkaran
terjadi
biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah
27
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, op.cit., h. 838.
26
tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga.
Sedang banyak pertengkaran ini agaknya berkisar
pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan,
dan sebagainya.
b)
Kontroversi (pertentangan). Pertentangan ini dapat
disebabkan
oleh
perubahan
konsep-konsep
kebudayaan (adat istiadat), psikologi atau dalam
hubungannya dengan guna-guna (black magic).
c)
Kompetisi (persiapan). Masyarakat pedesaan adalah
manusia-manusia yang mempunyai sifat sebagai
manusia biasa dan mempunyai saingan dengan
manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu, maka
wujud persaingan dapat positif dan negatif.
d)
Kegiatan pada masyarakat pedesaan. Masyarakat
pedesaan memiliki penilaian yang tinggi terhadap
mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan
orang lain. Jadi, jelas bahwa masyarakat pedesaan
bukanlah masyarakat yang senang diam-diam tanpa
aktivitas.28
Menurut Soerjono Soekanto, “gemeinschaft adalah
masyarakat tradisional yang memiliki hubungan personal
yang dekat pada kelompok atau komunitas yang kecil”. Di
dalam gemeinschaft terdapat suatu kemauan bersama
(common will), ada suatu pengertian (understanding) serta
juga kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari
kelompok tersebut. Keadaan yang agak berbeda akan
dijumpai pada gessellschaft, di mana terdapat public life
yang artinya bahwa hubungannya bersifat untuk semua
28
Ibid., h, 839.
27
orang.
Gemeinschaft
sering
disebut
dengan
istilah
paguyuban. Paguyuban memiliki beberapa tipe, yaitu:
a)
Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by
blood), yaitu suatu paguyuban yang merupakan
ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau
keturunan, contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.
b)
Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place),
yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang
yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat
saling tolong-menolong, contoh: rukun tetangga,
rukun warga, arisan.
c)
Paguyuban karena jiwa-pikiran (gemeinschaft of
mind), yang merupakan suatu paguyuban yang
terdiri
dari
mempunyai
orang-orang
hubungan
yang
darah
walaupun
ataupun
tak
tempat
tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mempunyai jiwa
dan pikiran yang sama, ideologi yang sama.
Paguyuban
semacam
ini
biasanya
ikatannya
tidaklah sekuat paguyuban karena darah atau
keturunan.29
Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain:
a)
Di dalam masyarakat pedesaan di antara warganya
mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan
erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan
lainnya di luar batas wilayahnya.
b)
Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan
dasar kekeluargaan.
29
118.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), h.
28
c)
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup
dari pertanian.
d)
Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal
mata pencaharian, agama, dan adat istiadat.30
2)
Masyarakat Modern
Masyarakat
modern
adalah
masyarakat
yang
sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya
yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa
kini. Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adatistiadat
lama.
Karena
mengalami
perubahan
dalam
perkembangan zaman dewasa ini. Perubahan-Perubahan itu
terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari
luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada umumnya masyarakat
modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau
masyarakat kota.31
Kota acap kali dipahami sebagai bentuk kehidupan
masyarakat yang sangat individual, penuh kemewahan,
gedung-gedung yang menjulang tinggi, kendaraan yang lalu
lalang hingga mengundang kemacetan, perkantoran yang
mewah, dan pabrik-pabrik yang besar. Kota sering kali
dianggap
sebagai
semua
tempat
tujuan
masyarakat
pedesaan untuk mencari pekerjaan, sebab pusat-pusat
industri dan perpabrikan banyak berdiri di daerah
perkotaan.32
Banyak kota di dunia berawal dari desa. Desa
sendiri adalah lokasi pemukiman yang penghuninya terikat
30
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, op. cit., h. 840.
Ifzanul:http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/masyarakat-tradisional-masyarakat.html (diakses
pada hari Jum’at tanggal 08 November 2013 pukul 21.40).
32
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, op. cit., h. 852-853.
31
29
dalam kehidupan pertanian, dan bergantung pada wilayah
di sekelilingnya. Dalam perjalanan waktu, karena keadaan
topografis dan lokasinya, desa ini berkembang menjadi
kota. Masyarakat perkotaan lebih dipahami sebagai
kehidupan komunitas yang memiliki sifat kehidupan dan
ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan. Menurut Elly M. Setiadi dan Usman Kolip ada
beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu:
a)
Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan
dengan kehidupan keagamaan di desa.
b)
Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya
sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
Yang penting disini adalah manusia perorangan atau
individu.
c)
Pembagian kerja di antara warga kota juga lebih
tegas dan mempunyai batas yang nyata.
d)
Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga
lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga
desa.
e)
Interaksi
yang
terjadi
lebih
banyak
terjadi
berdasarkan pada faktor kepentingan daripada
faktor pribadi.
f)
Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat
penting, untuk mendapat mengejar kebutuhan
individu. Perubahan sosial tampak dengan nyata di
kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh dari luar.33
33
Ibid., h, 854-855.
30
3.
Sistem Mata Pencaharian
a.
Berburu dan Meramu
Mata pencaharian Berburu dan Meramu, atau hunting and
gathering, merupakan suatu mata pencaharian makhluk manusia
yang paling tua, tetapi pada masa sekarang sebagian umat manusia
telah beralih ke mata pencaharian lain, sehingga hanya kuranglebih setengah juta dari 3.000 juta penduduk dunia sekarang, atau
kira-kira 0,01% saja hidup dari berburu dan meramu. Kecuali itu,
suku-suku bangsa yang berburu tinggal terdesak di daerah-daerah
di muka bumi yang paling tidak menguntungkan bagi kehidupan
manusia yang layak, yaitu daerah pantai di dekat kutub yang
terlampau dingin, atau daerah gurun yang terlampau kering.34
Walaupun suku-suku bangsa berburu dan meramu hanya
tinggal sedikit dan sulit didatangi, para ahli antropologi masih tetap
menaruh perhatian terhadap suatu bentuk mata pencaharian hidup
umat manusia yang tertua, untuk dapat menganalisis azas
masyarakat dan kebudayaan manusia secara historikal. Di
Indonesia masih ada juga bangsa yang hidup dari meramu, yaitu
penduduk daerah rawa-rawa di pantai-pantai Irian Jaya, yang hidup
dari meramu sagu.35
b.
Beternak
Beternak secara tradisional, atau pastoralism, sebagai suatu
mata pencaharian pokok yang dikerjakan dengan cara besarbesaran, pada masa sekarang dilakukan oleh kurang-lebih tujuh
juta manusia, yaitu kira-kira 0.02% dari ke-3.000 juta penduduk
dunia. Bangsa peternak didunia biasanya hidup di daerah-daerah
gurun, sabana, atau stepa.36
34
35
36
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1981), h. 366.
Ibid,
Ibid, h. 367.
31
Sepanjang sejarah, suku-suku bangsa peternak menunjukan
sifat-sifat yang agresif. Hal itu dapat kita mengerti, karena mereka
secara terus-menerus harus menjaga keamanan berates-ratus
binatang ternak mereka terhadap serangan atau pencurian dari
kelompok-kelompok tetangga. Kecuali itu, karena mereka perlu
makanan lain disamping daging, susu, dan keju, tetapi karena
makanan lain itu, yaitu gandum dan sayur-mayur, harus mereka
peroleh dari suku-suku bangsa lain yang hidup dari bercocok
tanam, maka tidak ada persoalan kalau mereka dapat tukarmenukar atau berdagang, tetapi biasanya mereka berusaha
mendapatkan makanan itu dengan menguasai dan menjajah
bangsa-bangsa yang hidup dari bercocok tanam.37
Bangsa-bangsa peternak
biasanyahidup mengembara
sepanjang musim semi dan musim panas dalam suatu wilayah
tertentu yang sangat luas, dimana mereka berkemah dijalan pada
malam hari. Dalam musim dingin mereka menetap di suatu
perkemahan induk atau desa induk yang tetap.38
c.
Bercocok Tanam
Bercocok tanam di ladang merupakan suatu bentuk mata
pencaharian manusia yang lambat laun juga akan hilang, diganti
dengan bercocok tanam menetap. Cara orang melakukan bercocok
tanam di ladang adalah dengan membuka sebidang tanah dengan
memotong belukar, dan menebang pohon-pohon, kemudian dahandahan dan batang-batang yang jatuh bertebaran dibakar setelah
kering. Ladang-ladang yang dibuka dengan cara demikian itu
ditanami dengan pengolahan yang minimum dan tanpa irigasi.
Sesudah dua atau tiga kali memungut hasilnya tanah yang sudah
kehilangan kesuburannya itu ditinggalkan. Sebuah ladang baru
37
38
Ibid, h. 368.
Ibid,
32
dibuka dengan cara yang sama, yaitu dengan menebang dan
membakar pohon-pohonnya. Setelah 10 hingga 12 tahun, merka
akan kembali lagi ke ladang yang pertama, yang sementara itu
sudah tertutup dengan hutan kembali.39
Perubahan
mata
pencaharian
atau
biasa
disebut
transformasi pekerjaan adalah pergeseran atau perubahan dalam
pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk hidup dengan
sumber daya yang tersedia untuk membangun kehidupan yang
memuaskan (peningkatan taraf hidup) dengan memperhatikan
faktor seperti mengawasi penggunaan sumber daya, lembaga dan
hubungan politik. Perubahan mata pencaharian ini ditandai dengan
adanya
perubahan
orientasi
masyarakat
mengenai
mata
pencaharian. Mata pencaharian masyarakat di Indonesia pada
umumnya berasal dari sektor agraris.
Perubahan orientasi mata pencaharian disini diartikan
sebagai perubahan pemikiran masyarakat yang akan menentukan
dan mempengaruhi tindakannya di kemudian hari, dari pekerjaan
pokok masyarakat yang dahulunya di sektor agraris bergeser atau
berubah ke sektor non-agraris. Hal ini melihat konstruk pemikiran
(ide) yang menurut Hegel menentukan tindakan manusia.
Meskipun dalam taraf konstruk pemikiran gejala pergeseran atau
perubahan tersebut sudah terjadi dalam realitas di masyarakat.40
4.
Tokoh Evolusionisme Sosiologis
a.
Comte dan Konsep Evolusi Idealis
Comte berasumsi
bahwa untuk
memahami
periode
kelahiran modernitas kita perlu menempatkannya dalam konteks
historis yang lebih luas, yakni memperlakukannya hanya sebagai
salah satu fase saja dari perjalanan panjang sejarah umat manusia.
39
Ibid, h. 369.
Jaya, Pajar Hatma Indra. 2003. Transformasi Tenaga Kerja Pedesaan, Surakarta, Skripsi :
FISIP UNS, (Tidak diterbitkan).
40
33
Masyarakat kapitalis, industrial, urban, tidak muncul secara
kebetulan, tetapi merupakan hasil wajar dari proses terdahulu.
Mustahil orang dapat memberikan penjelasan, memprediksi dan
menentukan
arah
perkembangan
fenomena
modern
secara
memadai tanpa merekonstruksi pola dan mekanisme seluruh
sejarah terdahulu.41
Comte bertolak dari “hukum tiga tahap perkembangan
manusia”. Kekuatan pendorong perubahan historis terdapat dalam
pikiran atau semangat manusia. Pemikiran manusia berkembang
melalui tiga tahap: teologis, metafisik, dan positif. Di tahap teologis
manusia memohon bantuan kekuatan gaib (supernatural) segala
kejadian di dunia dianggap sebagai kehendak kekuatan gaib itu.
Periode ini ditandai oleh dominasi kehidupan militer dan
berkembangnya lembaga perbudakan. Kedua, tahap metafisik,
muncul segera setelah manusia menggantikan Tuhan dengan zat
atau penyebab yang abstrak. Prinsip-prinsip fundamental tentang
realitas dipahami dengan nalar. Gagasan kedaulatan, kekuasaan
hokum dan pemerintahan berdasarkan hokum dominan dalam
kehidupan politik. Ketiga adalah tahap positif, yang tercapai segera
setelah manusia menyerahkan diri pada hokum yang berdasarkan
bukti empiris, pengamatan, perbandingan, dan eksperimen. Inilah
abad pengetahuan dan industrialism.42
b.
Spencer dan Konsep Evolusi Naturalis
Menurut Spencer, evolusi menjadi prinsip umum semua
realitas: alam dan sosial. Adanya sifat umum ini adalah karena
realitas pada dasarnya adalah material, terdiri dari zat, energi, dan
gerakan.
41
di
definisikan
sebagai
perubahan
dari
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 117-
118.
42
Evolusi
Ibid,
34
homogenitas tak beraturan ke heterogenitas yang logis, yang
diikuti kehilangan gerak dan integrasi zat.43
Pertumbuhan tahap pertama adalah munculnya perbedaan
antara dua bagian subtansi ini; atau dalam bahasa psikologi,
disebut fenomena. Masing-masing bagian segera mulai membagi
diri sebagai bagian yang berbeda; dan diferensiasi tahap kedua
segera terjadi senyata yang aslinya. Diferensiasi ini terjadi tanpa
henti dan akhirnya terciptalah dewasa.44
Singkatnya, evolusi berlangsung melalui structural dan
fungsional sebagai berikut: (1) dari yang sederhana menuju ke
yang kompleks; (2) dari tanpa bentuk yang dapat dilihat ke
terkaitan bagian-bagian; (3) dari keseragaman, homogenitas
kespesialisasi, heterogenitas; dan (4) dari ketidakstabilan ke
kestabilan.45
c.
Lewis Morgan dan Konsep Evolusi Materialis
Morgan (seorang antropolog) memperkenalkan gagasan
evolusi yang berbeda, yang memusatkan perhatian pada bidang
teknologi. Ia adalah orang pertama dari sederetan panjang
penganut determinisme teknologi yang meletakkan kekuatan
penggerak utama perubahan sosial dalam bidang ciptaan dan
penemuan yang secara bertahap mengubah keseluruhan cara hidup
manusia. Menurutnya, keseragaman dan kelangsungan evolusi
berasal dari kebutuhan material manusia yang bersifat universal
dan terus-menerus.46
Sejarah manusia mengikuti tiga fase berbeda: Kebuasan,
Barbarisme, dan Peradaban, dibatasi oleh terobosan teknologi yang
berarti. Begitulah, dalam fase kebuasan rendah terlihat pola
43
44
45
46
Ibid, h. 119.
Ibid,
Ibid,
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 121.
35
pencarian nafkah yang sangat sederhana dengan mengumpulkan
buah-buahan dan biji-bijian. Di fase kebuasan tinggi, produksi
tembikar merupakan kemajuan teknologi penting. Di fase
barbarism menengah sudah dikenal pemeliharaan ternak dan
irigasi sebagai teknik bertani baru. Di fase barbarism tinggi,
produksi besi dan peralatan dari besi merupakan revolusi penting.
Terakhir, kelahiran peradaban ditandai oleh penemuan huruf dan
seni menulis.47
Jenis penjelasan teknologi sebagai faktor tunggal penyebab
perubahan sosial ini besar pengaruhnya. Penjelasan ini muncul
kembali dalam pandangan Marxian. Salurannya disediakan Engels
dengan memanfaatkan Private Property and the State (1884).
Gagasan Morgan ini pun kemudian diikuti oleh wakil penganut
Neoevolusionisme, seperti Leslie White dan Gerhard Lenski.48
B.
Hasil Penelitian yang Relevan
1.
Implementasi Kepercayaan Sunda Wiwitan Sebagai Falsafah
Dalam Kehidupan Masyarakat Cigugur
Salah satu hasil penelitian yang relevan dengan skripsi ini
adalah skripsi dari Didik Hariyanto Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan judul ”Implementasi Kepercayaan
Sunda Wiwitan Sebagai Falsafah Dalam Kehidupan Masyarakat
Cigugur”. Penelitian ini bertempat di Desa Cigugur, Kuningan
Jawa Barat yang dilakukan pada tahun 2013.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah, Cigugur
merupakan sebuah kelurahan di Kuningan, Jawa Barat. Di dalam
kehidupan masyarakat Cigugur terdapat aliran kepercayaan Sunda
47
48
Ibid,
Ibid, h. 122.
36
Wiwitan. Sunda Wiwitan merupakan suatu aliran kepercayaan
masyarakat Sunda yang masih mengukuhi, mempercayai dan
mengamalkan keyakinan ajaran spritual kesundaan.
Selain Kepercayaan Sunda Wiwitan, terdapat beberapa
agama resmi yang dianut oleh masyarakat Cigugur seperti Islam,
Katholik, Kristen, Hindu dan Budha. Hal tersebut membuat
Cigugur menjadi suatu daerah yang multireligi. Kemajemukan
agama tersebut dirasakan sangat dekat oleh masyarakat Cigugur,
tidak hanya di lingkungan antar tetangga tetapi dalam satu keluarga
pun tidak aneh bagi masyarakat Cigugur terdapat perbedaan agama
dan keyakinan.
Keunikan dalam masyarakat Cigugur adalah dengan sangat
dekatnya perbedaan keyakinan tersebut, tetapi masyarakat Cigugur
dapat hidup rukun berdampingan. Sebagai contohnya dalam
aktivitas sosial, jika ada warga yang ingin membangun rumah atau
merenovasi rumah, masyarakat Cigugur saling bergotong royong
dan bekerja sama dalam membantu pembangunan rumah tersebut
dengan mengesampingkan perbedaan agama. Selain itu dalam
aspek keagamaan masyarakat Cigugur saling menghormati antar
pemeluk agama, sebagai contoh jika masyarakat pemeluk
kepercayaan Sunda Wiwitan merayakan hari besar keagamaan,
dalam ini adalah Seren Taun. Maka masyarakat Cigugur yang
memiliki kepercayaan selain Sunda Wiwitan akan turut serta
membantu dan menyukseskan acara tersebut.
Hal tersebut merupakan bentuk kerukunan antar umat
beragama yang diwujudkan oleh masyarakat Cigugur. Kerukunan
tersebut terjadi karena masyarakat Cigugur percaya Sunda Wiwitan
merupakan
adat
atau
kepercayaan
dari
leluhur,
sehingga
masyarakat Cigugur menghormati kepercayaan Sunda Wiwitan,
dari menghormati tersebut kemudian terciptalah interaksi yang
positif di dalam masyarakat Cigugur.
37
Selain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam
menciptakan kerukunan, Sunda Wiwitan berkontribusi dalam
memberikan pandangan bagi masyarakat Cigugur dalam memaknai
pendidikan. Masyarakat Cigugur percaya adanya pendidikan
sebelum dan pasca lahir dimana pandangan tersebut berasal dari
budaya Sunda Wiwitan. Pendidikan sebelum lahir dalam
masyarakat Cigugur dimulai jauh sebelum calon anak itu lahir,
pendidikan sebelum lahir menuntut seorang bapak dan ibu dalam
menjaga perilaku di kehidupan sehari-hari karena perilaku calon
bapak dan ibu tersebut dapat mempengaruhi perilaku atau keadaan
anaknya kelak.
Jadi, Sunda Wiwitan merupakan faktor yang paling
berpengaruh dalam menciptakan kerukunan dan berkontribusi
dalam memberikan pandangan mengenai pendidikan sebelum lahir
pada masyarakat Cigugur, sehingga Sunda Wiwitan menjadi
sebuah falsafah yang dijalankan masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
2.
Religi Lokal dan Pandangan Hidup: Kajian Masyarakat
Penganut
Religi
Talotang,
dan
Patuntung,
Sipelebegu
(Permalim), Saminisme Dan Agama Jawa Sunda
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hasyim
tentang “Religi Lokal dan Pandangan Hidup: Kajian Masyarakat
Penganut Religi Talotang, dan Patuntung, Sipelebegu (Permalim),
Saminisme Dan Agama Jawa Sunda”. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa selama abad 19 hingga awal abad 20 dalam
sejarah Indonesia dikenal sebagai periode munculnya berbagai
keagamaan dengan berbagai latar, penyebab dan orientasinya.
Gerakan-gerakan itu pada umumnya cukup menggoncangkan
masyarakat dan pemerintah kolonial pada masa itu. Agama Djawa
Sunda dapat digolongkan gerakan sekte keagamaan. Kecocokan
38
ciri-ciri gerakan sekte keagamaan dengan apa yang ada di dalam
Agama Djawa Sunda memperkuat pendapat bahwa Agama Djawa
Sunda merupakan gerakan sekte.
C.
Kerangka Berpikir
Kehidupan masyarakat bukanlah hal yang bersifat statis, tetapi
merupakan hal yang bersifat dinamis. Artinya, akan mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan zaman. Perubahan tersebutlah yang biasa
dikenal dengan istilah perubahan sosial. Perubahan sosial mengenai nilainilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan
lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan
dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.
Perubahan sosial bisa terjadi karena beberapa faktor, baik itu
internal maupun eksternal. Salah satu faktor internal yan menyebabkan
terjadinya perubahan sosial adalah perubahan penduduk, kita bisa lihat
kondisi kota-kota besar di Indonesia, terutama Jakarta yang begitu mudah
kita temukan perubahan-perubahan tersebut. Bencana alam, menjadi salah
satu faktor eksteral yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial, kita
bisa lihat perubahan sosial di NAD (Nangroeh Aceh Darussalam) yang
disebabkan oleh tsunami pada Desember 2002.
Layaknya masyarakat pada umumnya, masyarakat Cigugur,
Kuningan Jawa Barat pun tidak bisa hidup statis. Dalam sejarahnya,
masyarakat Cigugur mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupan
mereka yang bersentuhan langsung dengan unsur-unsur kebudayaan
tersebut. Seperti perubahan sistem religi masyarakat Cigugur yang
sekarang banyak memeluk kepercayaan sunda wiwitan (ajaran Jawa
Sunda).
Efek modernisasi begitu dahsyat dan memakan tatanan sosial
masyarakat. Maka dari itulah, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan
sosial tersebut pun dialami oleh masyarakat kecamatan Cigugur, Kuningan
Jawa Barat. Perjalanan kehidupan yang dijalani oleh masyarakat Cigugur,
39
Kuningan Jawa Barat pada kenyataannya dihiasi oleh perubahanperubahan yang bersifat sosial, seperti perubahan sosial mengenai sistem
mata pencaharian yang dialami oleh masyarakat Cigugur.
Masyarakat Cigugur merupakan masyarakat plural, baik dari segi
budaya, etnis maupun agama. Dalam dunia modern, banyak orang
berupaya melakukan perubahan dalam kehidupannya, terutama perubahan
untuk meningkatkan taraf ekonomi mereka, yang tentunya dengan
memiliki sistem mata pencaharian dengan penghasilan yang mampu
meningkatkan taraf ekonomi mereka. Mereka yakin bahwa hal tersebut
akan membuat orang menjadi lebih bahagia.
Dampak perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur
cenderung sama dengan dampak perubahan sosial yang terjadi dimana dan
pada siapa saja, yakni ada yang berdampak positif dan ada yang
berdampak negatif. Penyalah gunaan teknologi misalnya, menjadi contoh
negatif dari perubahan sosial yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi
tersebut. Tetapi sebaliknya, jika kemajuan dan kecanggihan teknologi
tersebut dapat dipergunakan dengan baik, maka dampaknya mengarah
pada hal positif, seperti semakin luasnya wawasan anak bangsa karena
sering mengakses berita setiap saat lewat internet.
Sistem mata pencaharian merupakan salah satu dari tujuh unsur
kebudayaan yang juga tak lepas dari sentuhan perubahan sosial. Karena
pada kenyataannya, seiring berjalannya waktu masyarakat Cigugur
memiliki sistem mata pencaharian yang berbeda dengan sistem mata
pencaharian mereka pada masa lalu, meskipun masih banyak yang
bertahan dengan pekerjaan mereka pada masa lalu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Dusun Cipager, Desa Cigugur,
Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari 2014.
B.
Latar Penelitian
Pengamatan awal dilakukan untuk mamahami situasi, mempelajari
keadaan dan latar subjek penelitian pada lokasi penelitian, dalam hal ini
adalah tradisi Dusun Cipager, Desa Cigugur, Kuningan Jawa Barat.
Pemilihan subjek peneliti akan dikemukakan secukupnya tentang
pengenalan lapangan untuk menilai keadaan sosial, lokasi dan keadaan
geografis.
Desa Cigugur terletak di lereng Gunung Ciremai, Secara
administratif, Cigugur terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang
berjarak sekitar 35 km ke arah selatan kota Cirebon, atau sekitar 168 km
dari kota Bandung. Cigugur berada pada ketinggian 700 m di atas
permukaan laut. Aktivitas yang diteliti adalah pekerjaan atau sistem mata
pencaharian masyarakat Cigugur.
C.
Metode Penelitian
Penelitian pada hakikatnya merupakan wahana untuk menemukan
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran.1 Dalam penelitian
ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Pengertian
penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan
1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997),
h.30.
40
41
data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku
yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.2
Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural
setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Oleh
karena itu, penelitian ini disebut metode kualitatif. Metode kualitatif lebih
berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan
(verstehen). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan
makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.3
Responden dalam metode kualitatif berkembang terus (snowball)
secara bertujuan (purposive) sampai data yang dikumpulkan dianggap
memuaskan. Alat pengumpul data atau instrumen penelitian dalam metode
kualitatif ialah si peneliti sendiri. Jadi, peneliti merupakan key instrument,
dalam mengumpulkan data, si peneliti harus terjun sendiri ke lapangan
secara aktif. Teknik pengumpulan data yang sering digunakan ialah
observasi partisipasi, wawancara, dan dokumentasi.4
Jenis penelitiannya adalah Deskriptif, Penelitian Deskriptif analisis
bertujuan untuk pengumpulan informasi mengenai sejumlah besar orang
dengan mewawancarai segelintir orang dari mereka.5
Peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif untuk
mendeskripsikan fenomena sosial yang terjadi dengan cara mewawancarai
masyarakat yang berhubungan dengan fenomena sosial tersebut sebagai
sumber data.
2
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan,
(Jakarta: Kencana, 2005), h. 166.
3
Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h.78.
4
Ibid., 78-79.
5
James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung:
PT. Eresco, 1992), h. 73
42
D.
Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1.
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian
kualitatif,
pengumpulan
data
lazimnya
menggunakan observasi dan wawancara. Juga tidak diabaikan penggunaan
sumber-sumber non-manusia (non-human source information), seperti
dokumen dan rekaman atau catatan (record) yang tersedia.
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah:
a.
Wawancara
Dalam penelitian kualitatif biasanya digunakan teknik
wawancara sebagai cara utama untuk mengumpulkan data atau
informasi. Ini bisa dimengerti, setidak-tidaknya karena dua alasan.
Pertama, dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa
yang diketahui dan dialami oleh seseorang atau subjek yang
diteliti, tetapi apa juga yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek
penelitian (explicit knowledge maupun tacit knowledge).
Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan bisa
mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu yang berkaitan dengan
masa lampau, masa sekarang, dan juga masa mendatang.6
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dibutuhkan
untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi mengenai
perubahan sosial masyarakat Cigugur dengan fokus penelitian
sistem
mata
pencaharian
masyarakat
Cigugur
yang
akan
melengkapi hasil penelitian.
Penelitian ini melakukan wawancara terbuka dan terstruktur
terhadap beberapa informan penelitian yakni beberapa tokoh
masyarakat Cigugur dengan sebelumnya didahului pembicaraan
informal untuk menciptakan hubungan yang akrab dengan
informan. Hubungan yang akrab ini diperlukan agar bisa
6
Sanapiah Faisal. Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar Dan Aplikasi, (Malang: Yayasan Asih
Asah Asuh, 1990), H.61-62.
43
memudahkan dalam mendapatkan umpan balik dalam proses
selanjutnya. Perlu diingat bahwa untuk mencapai suasana santai
dan akrab diperlukan waktu agar lebih saling mengenal. Oleh
karena itu, wawancara yang pertama lebih banyak ditujukan untuk
membina keakraban hubungan. Lambat laun wawancara yang
semula bersifat informal beralih menjadi lebih formal walaupun
keakraban senantiasa dipelihara. Digunakan pula pedoman
wawancara yang berupa garis-garis besar pokok pertanyaan yang
dinyatakan dalam proses wawancara dan disusun sebelum
wawancara dimulai.7
Pokok pertanyaan yang nantinya akan ditanyakan peneliti
kepada narasumber mengarah kepada sistem mata pencaharian
masyarakat Cigugur. Setelah pokok pertanyaan disusun dan siap
untuk ditanyakan, langkah peneliti selanjutnya adalah menentukan
narasumber yaitu dengan memilih terlebih dahulu narasumber
utama yang nantinya akan merekomendasikan narasumber
selanjutnya (kedua), begitupun seterusnya. Setelah mendapatkan
narasumber terpilih, selanjutnya peneliti meminta kesediaan
narasumber untuk membantu penelitian ini dengan menjawab
pokok pertanyaan yang telah dibuat dan memberikan alasan atau
penjelasan dari jawaban tersebut. Jika narasumber bersedia untuk
membantu penelitian ini, yang perlu disepakati antara peneliti dan
narasumber adalah waktu dan tempat berlangsungnya wawancara.
Terkait dengan hal ini, peneliti langsung mendatangi narasumber di
kediamannya yang tentunya berada di Desa Cigugur.
b.
Observasi
Observasi, seperti halnya wawancara, termasuk teknik
pengumpulan data yang utama dalam kebanyakan penelitian
kualitatif. Dengan wawancara, peneliti dapat menanyakan pada
7
Ibid.,
44
informan tentang keadaan masa lampau, sekarang, dan yang akan
datang. Juga dapat dilacak tentang hal-hal yang tak tampak, yang
tersembunyi di “museum batin” subjek yang diteliti (yang bersifat
tacit). Itulah keunggulan teknik wawancara. Keunggulan yang
dipunyai wawancara memang tak dipunyai oleh observasi. Akan
tetapi, observasi juga mempunyai keunggulan lain yang tak dapat
ditandingi wawancara. Misalkan, mereka yang pernah melihat
Hongkong, meskipun hanya sekali, tetap akan lebih baik
pengertiannya tentang bagaimana “Hongkong” dibandingkan
dengan yang hanya mendengar saja dari cerita orang walaupun
telah ratusan orang yang menceritakannya. Karenanya, observasi
adalah utama kegunaannya dalam penelitian kualitatif.8
Observasi
dapat
diartikan
sebagai
pengamatan
dan
pencacatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.
Disini pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terlibat
(partisipant observation). Pengamatan terlibat ini dilakukan untuk
memperlancar peneliti dalam memasuki setting penelitian dan
untuk menghindari jawaban yang kaku yang diberikan oleh
informan akibat kecurigaan atau keengganan karena mencium bau
penelitian. Dengan ini diharapkan akan dapat mengungkapkan
unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat diungkapkan oleh
informan. Dengan pengamatan terlibat (partisipant observation),
yang dilakukan peneliti adalah mengamati secara langsung
beberapa sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur guna
memperoleh data yang lebih banyak yang mungkin tidak
didapatkan dari narasumber pada waktu wawancara.
Dalam penelitian ini, yang akan di observasi mengenai
perubahan sosial masyarakat Cigugur dalam hal sistem mata
pencahariannya.
8
Ibid., h. 77.
45
c.
Dokumentasi
Teknik pengumpulan data ini termasuk dalam pengumpulan
data dengan menggunakan sumber non-manusia (non-human
source information). Yang disebut dokumen ialah semua jenis
rekaman atau catatan “sekunder” lainnya, seperti surat-surat, memo
atau nota, pidato-pidato, buku harian, foto-foto, kliping berita
koran, hasil-hasil penelitian, agenda kegiatan.9 Data seperti
monografi Desa Cigugur, foto, video, peta wilayah Desa,
digunakan dalam melengkapi hasil penelitian.
2.
Pengolahan Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data, dalam
metode kualitatif ada 3 tahap dalam pengolahan data:
a.
Reduksi
Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan
pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan
transformasi data kasar yang diperoleh.
b.
Penyajian data
Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi
tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Display data atau penyajian data yang lazim digunakan pada
langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif.
c.
Penarikan Kesimpulan dan verifikasi
Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan
verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya
9
Ibid., H. 81.
46
dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin
ada, alur kausalitas dari fenomena, dan proposisi.10
E.
Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data maka peneliti menggunakan
beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu:
1.
Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (credibility). Teknik ini
dapat dilakukan dengan jalan:11
a.
Keikutsertaan peneliti sebagai instrumen (alat) tidak hanya
dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan
perpanjangan
keikutsertaan
peneliti,
sehingga
memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan.
b.
Ketentuan pengamatan, yaitu dimaksud untuk menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur serta situasi yang sangat relevan
dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian
memutuskan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan
demikian maka perpanjangan keikutsertaan menyediakan
lingkup, sedangkan ketekunan pengamatan menyediakan
kedalaman.
c.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk
keperluan pengecekan atau pembanding. Teknik yang
paling banyak digunakan ialah pemeriksaan terhadap
sumber-sumber lainya.
d.
Kecukupan refrensial yakni kecukupan bahan yang tercatat
dan terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk
10
Atwar Bajari, Mengolah data dalam Penelitian Kualitatif, 2013,
(http://atwarbajari.wordpress.com/2009/04/18/mengolah-data-dalam-penelitian-kualitatif, Di
Akses Pada Hari Minggu 3 Februari 2013 Pukul : 15.09 WIB)
11
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 1991),
h.175.
47
menguji dan menilai sewaktu-waktu diadakan analisis dan
interpretasi data.
2.
Teknik pemeriksaan keteralihan (transferability) dengan cara
uraian rinci.
Teknik ini meneliti agar laporan hasil fokus penelitian
dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan
kontek
tempat
penelitian
diadakan.
Uraiannya
harus
mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan
oleh para pembaca agar mereka dapat memahami penemuanpenemuan yang diperoleh.
3.
Teknik pemeriksaan ketergantungan (dependability) dengan cara
auditing ketergantungan.
Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi
dengan catatan pelaksanaan keseluruhan hasil dan proses
penelitian. Pencatatan itu diklasifikasikan dari data mentah
sehingga formasi tentang pengembangan instrument sebelum
auditing dilakukan agar dapat mendapatkan persetujuan antara
auditor dan auditi terlebih dahulu.
F.
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum peneliti
memasuki lapangan, difokuskan selama proses di lapangan bersamaan
dengan pengumpulan data, selama di lapangan, dan setelah selesai di
lapangan. Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan mejelaskan
masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian, dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih
48
analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data,
kemudiaan dilanjutkan setelah selesai pengumpulan data.12
1.
Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan
fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian ini masih bersifat
sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di
lapangan.
2.
Analisis Selama di lapangan
Selama penelitian berlangsung dan pengumpulan data masih
berlangsung, peneliti melakukan analisi data, dengan cara mengklasifikasi
data dan menafsirkan isi data.
3.
Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak.
Untuk itu, perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,
semakin lama peneliti ke lapangan, jumlah data akan semakin banyak,
kompleks dan rumit. Untuk itu, perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Mereduksi data berarti meragkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan
polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
4.
Penyajian Data
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan
data, dalam penilian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
12
Beni Ahmad S, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 200.
49
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnnya, yang
paling sering digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Penyajian data akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami.
5.
Conclusion Drawing/Verification
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah hingga ditemukan bukti-bukti kuat yang
mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi kesimpulan
pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan pengetahuan
baru yang belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumya masih remang-remang atau gelap
sehingga setalah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis, atau teori.13
13
Ibid.,h. 202
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Kondisi Fisik dan Sosial Daerah Penelitian
1.
Lokasi, Letak dan Luas Daerah Penelitian
Kelurahan Cigugur terletak pada koordinat 108o 27’ 15” BT dan
05o 58’ 8” LS. Secara geografis posisi Kelurahan Cigugur, Kecamatan
Cigugur, Kabupaten Kuningan merupakan salah satu Kelurahan yang
terletak di sebelah barat dari “pusat kota” Kabupaten Kuningan yang
berjarak + 3,5 Km dari Ibu Kota Kabupaten dan terletak di kaki gunung
Ciremai bagian timur. Berada pada ketinggian + 661 M dari permukaan
laut. Luas wilayah Kelurahan Cigugur adalah 300,15 Ha.
Batas wilayah Kelurahan Cigugur antara lain:
2.
a.
Sebelah Utara
: Kelurahan Cipari
b.
Sebelah Timur
: Kelurahan Kuningan
c.
Sebelah Selatan
: Kelurahan Sukamulya
d.
Sebelah Barat
: Desa Cisantana
Keadaan Iklim
Kelurahan Cigugur dengan ketinggian + 661 mdpl pada umumnya
dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson. Suhu rata-rata di
Kelurahan Cigugur adalah 180 – 280 C.
3.
Kondisi Demografi
Jumlah Penduduk Kelurahan Cigugur tercatat sebanyak 7.084
orang/jiwa, laki-laki 3.615 jiwa dan perempuan 3.469 jiwa atau sekitar
2.413 Kepala Keluarga / KK. Dengan tingkat kepadatan penduduk
mencapai 2.360 Jiwa/Km2. Komposisi Penduduk di Kelurahan Cigugur
tercatat sebagai berikut:
50
51
a.
Berdasarkan Jenis Kelamin:
Tabel 4.1
Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
b.
No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-laki
3.615 Orang
2
Perempuan
3.469 Orang
Berdasarkan Agama
Tabel 4.2
Jumlah penduduk berdasakan Agama
c.
No
Agama
Jumlah
1
Islam
2
Protestan
195 Orang
3
Katholik
2.620 Orang
4
Hindu
6 Orang
5
Budha
12 Orang
6
Kepercayaan
176 Orang
4.075 Orang
Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan
No
Pendidikan
Jumlah
1
Lulusan SD / Sederajat
1.752 Orang
2
Lulusan SLTP / Sederajat
773 Orang
3
Lulusan SLTA / Sederajat
2.765 Orang
4
Lulusan Akademi / Universitas
543 Orang
5
Buta Aksara ( Karena lanjut Usia)
-
52
d.
Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan
B.
No
Pekerjaan
Jumlah
1
PNS / TNI / POLRI
512 Orang
2
Wiraswasta / Pedagang
210 Orang
3
Karyawan Swasta
455 Orang
4
Buruh
1363 Orang
5
Petani
1932 Orang
6
Peternak
253 Orang
7
Industri Kecil
4 Orang
Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (Analisis Terhadap Sistem
Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat)
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur
sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya
merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap
masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar
manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.1 Tidak ada masyarakat
yang tidak mengalami perubahan, sebab kehidupan sosial adalah dinamis.
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan, termasuk perubahan yang menyentuh unsur-unsur dari
kebudayaan.
Koentjaraningrat
berpendapat
kebudayaan universal tersebut, yaitu:
1
1.
Sistem religi
2.
Organisasi sosial
3.
Sistem pengetahuan
4.
Bahasa
5.
Kesenian
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya
bahwa
tujuh
unsur
53
6.
Sistem mata pencaharian hidup
7.
Sistem peralatan hidup dan teknologi2
Layaknya masyarakat pada umumnya, masyarakat Cigugur,
Kuningan, Jawa Barat pun tidak bisa hidup statis. Dalam sejarahnya,
masyarakat Cigugur mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupan
mereka yang bersentuhan langsung dengan unsur-unsur kebudayaan
tersebut. Seperti perubahan sistem religi masyarakat Cigugur yang
sekarang banyak memeluk kepercayaan Sunda Wiwitan (ajaran Jawa
Sunda).
Ajaran Agama Jawa Sunda yaitu sebuah ajaran yang di bawa oleh
Pangeran Sadewa Alibassa Kusuma Wijaya Ningrat (Kiai Madrais) yang
didasarkan pada kepercayaan akan Gusti Pangeran Sikang Sawiji-wiji,
Tuhan pencipta alam semesta dengan segala sifat dan keunikan tiap-tiap
makhluk-Nya, salah satu wujud kemaha kuasaan Tuhan adalah
diciptakannya manusia
dengan cira-cirinya
yang
inheren, dan
diciptakannya bangsa yang juga memiliki cira-cirinya.
Sebagai kiai, Madrais tentulah seorang yang alim dalam Agama
Islam, namun dalam perkembangannya ia menemukan ajaran baru yang
sebagiannya kemudian bertentangan dengan agama Islam, Ajaran itu
adalah berkenaan pentingnya setiap manusia itu memperhatikan dan
memberi penghargaan yang tinggi terhadap cara dan ciri kebangsaanya
sendiri, yakni Jawa Sunda. Sepeninggal Kyai Madrais, ajaran yang sudah
terkenal dengan sebutan Agama Djawa Sunda itu diterus kembangkan oleh
puteranya, Pangeran Tedjakusuma, dan kemudian Pangeran Djati
Kusumah sekarang ini.3
Itulah sekilas perubahan sistem religi masyarakat Cigugur.
Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur juga terlihat pada
2
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1980), h. 217.
M Hisyam, Religi Lokal Dan Pandangan Hidup: Kajian Masyarakat Penganut Religi
Talotang, dan Patuntung, Sipelebegu (Permalim), Saminisme Dan Agama Jawa Sunda , (Pusat
Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PMB) LIPI), 2004. iv, h. 140.
3
54
sistem mata pencaharian mereka. Perubahan sistem mata pencaharian
tergolong ke dalam perubahan besar. Dikatakan perubahan besar karena
perubahan sistem mata pencaharian akan membawa pengaruh besar pada
masyarakat, seperti meningkatnya penghasilan masyarakat yang berujung
pada kesejahteraan masyarakat.
Perubahan mata pencaharian atau biasa disebut transformasi
pekerjaan adalah pergeseran atau perubahan dalam pekerjaan pokok yang
dilakukan manusia untuk hidup dengan sumber daya yang tersedia untuk
membangun kehidupan yang memuaskan (peningkatan taraf hidup)
dengan memperhatikan faktor seperti mengawasi penggunaan sumber
daya, lembaga dan hubungan politik. Perubahan mata pencaharian ini
ditandai dengan adanya perubahan orientasi masyarakat mengenai mata
pencaharian. Mata pencaharian masyarakat di Indonesia pada umumnya
berasal dari sektor agraris.
Perubahan orientasi mata pencaharian disini diartikan sebagai
perubahan
pemikiran
masyarakat
yang
akan
menentukan
dan
mempengaruhi tindakannya di kemudian hari, dari pekerjaan pokok
masyarakat yang dahulunya di sektor agraris bergeser atau berubah ke
sektor non-agraris. Hal ini melihat konstruk pemikiran (ide) yang menurut
Hegel menentukan tindakan manusia. Meskipun dalam taraf konstruk
pemikiran gejala pergeseran atau perubahan tersebut sudah terjadi dalam
realitas di masyarakat.4
Meskipun sektor pertanian masih merupakan kegiatan ekonomi
yang paling utama dalam masyarakat Kelurahan Cigugur, tetapi mereka
terlihat dinamis dan beragam terkait sistem mata pencaharian yang mereka
geluti. Artinya, sistem mata pencaharian masyarakat Kelurahan Cigugur
seiring berjalannya waktu mengalami perkembangan dan perubahan. Hal
tersebut bisa dilihat dari perubahan sistem mata pencaharian dari agraris
4
Jaya, Pajar Hatma Indra. 2003. Transformasi Tenaga Kerja Pedesaan, Surakarta, Skripsi :
FISIP UNS, (Tidak diterbitkan).
55
(bertani) ke non-agraris (berternak, berdagang, wiraswasta, home industry,
buruh dan lainnya).
Selain kerukunan umat beragama, beragamnya sistem mata
pencaharian masyarakat Cigugur menjadi hal yang cukup menarik untuk
diamati. Pada awalnya, sistem mata pencaharian mayoritas masyarakat
Cigugur adalah bertani, meskipun ada yang berternak, seperti ternak ikan,
ayam dan bebek. Sampai sekarang, sistem mata pencaharian masyarakat
Cigugur sebagian besar memang masih bertani, tetapi tidak sedikit yang
berdagang, berternak, wiraswasta, buruh, membuat kerajinan batik khas
Cigugur bahkan sampai ada yang membuka usaha kecil-kecilan (home
industry).
Masuknya agama Kristen dan menjadi salah satu agama yang
dianut oleh masyarakat Cigugur menjadi salah satu penyebab terjadinya
perubahan sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur, meskipun tidak
merubah secara langsung, artinya tidak merubah dari satu profesi ke profsi
lain. Contohnya, masyarakat Cigugur yang berprofesi sebagai peternak,
sebelum Kristen masuk hewan ternak mereka adalah ayam, bebek atau
budidaya ikan. Tetapi setelah Kristen masuk ada yang menjadikan babi
sebagai hewan ternak mereka.5
Banyaknya masyarakat yang mengunjungi Cigugur, baik itu untuk
kepentingan penelitian terkait kerukunan antar umat beragama atau untuk
rekreasi menjadii faktor dan daya tarik masyarakat setempat (Cigugur)
mencoba profesi baru sebagai pedagang. Makanan ringan, terutama
makanan khas Cigugur, yaitu tape ketan, menjadi salah satu yang paling
dicari oleh pengunjung untuk dijadikan oleh-oleh. Selain itu ada juga yang
menjajakan hasil kerajinan tangan masyarakat Cigugur, yaitu batik khas
Cigugur yang juga bisa dijadikan pilihan untuk oleh-oleh. Seperti apa yang
diutarakan oleh Bapak Kento Subarman (Tokoh Sunda Wiwitan):
“sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur secara umum adalah
bertani, tetapi ada juga yang berprofesi sebagai pedagang yang menjajakan
5
Wawancara pribadi dengan Bapak Aang Taufik, Guru SMP 02 Cigugur, Juli 2013
56
dagangannya di sekitar objek pariwisata Cigugur, seperti Kolam Ikan
Dewa Cigugur. Dagangannya yang dijajakan pun bermacam-macam, dari
mulai makanan ringan, seperti makanan khas daerah Cigugur, yaitu tape
ketan ataupun batik khas Cigugur”6
Menurut Mang Didi (salah satu warga Cigugur yang berprofesi
sebagai petani dan pemeluk Sunda Wiwitan)
“Salah satu yang menyebabkan terjadinya perubahan sistem mata
pencaharian masyarakat Cigugur adalah berdirinya pabrik di wilayah
Cigugur. Dengan berdirinya pabrik tersebut mampu menyerap tenaga kerja
yang cukup banyak. Disisi lain, banyak pula masyarakat Cigugur yang
meninggalkan daerah mereka untuk mengadu nasib ke kota-kota besar di
Indonesia, seperti Jakarta dengan tujuan memperbaiki taraf kehidupan
mereka”. 7
Perubahan sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur sesuai
dengan teori evolusi kebudayaan Lewis Henry Morgan. Menurutnya,
keseragaman dan kelangsungan evolusi berasal dari kebutuhan material
manusia yang bersifat universal dan terus-menerus.8
Sejarah manusia mengikuti tiga fase berbeda: Kebuasan,
Barbarisme, dan Peradaban, dibatasi oleh terobosan teknologi yang berarti.
Begitulah, dalam fase kebuasan rendah terlihat pola pencarian nafkah
yang sangat sederhana dengan mengumpulkan buah-buahan dan bijibijian. Di fase kebuasan tinggi, produksi tembikar merupakan kemajuan
teknologi penting. Di fase barbarism menengah sudah dikenal
pemeliharaan ternak dan irigasi sebagai teknik bertani baru. Di fase
barbarism tinggi, produksi besi dan peralatan dari besi merupakan revolusi
penting. Terakhir, kelahiran peradaban ditandai oleh penemuan huruf dan
seni menulis.9
6
7
8
9
Wawancara pribadi dengan bapak Kento Subarman (tokoh Sunda Wiwitan), Juli 2013.
Wawancara pribadi dengan Mang Didi, Petani dan Pemeluk Sunda Wiwitan, Juli 2013.
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 121.
Ibid,
57
Masyarakat Cigugur adalah masyarakat Indonesia. Sistem mata
pencaharian masyarakat Indonesia sebelum mengenal bertani dan sumber
penghidupan lainnya adalah berburu dan meramu. Sistem mata
pencaharian tersebut tentunya juga dijalani oleh masyarakat yang nantinya
bakal menjadi masyarakat Cigugur. Pada tahapan selanjutnya, yang mana
menurut Morgan dalam teori evolusi kebudayaannya dikenal dengan fase
kebuasan tinggi, masyarakat Cigugur sudah mengenal yang namanya
bertani, tetapi belum menggunakan teknik bertani yang ada pada saat ini
(seperti menggunakan irigasi sebagai sumber air). Selain itu, pada tahap
ini masyarakat Cigugur sudah mulai membuat kerajinan-kerajinan yang
kemudian melahirkan batik khas Cigugur.
Pada tahap barbarism menengah, masyarakat Cigugur sudah
menemukan teknologi yang lebih baik untuk sistem mata pencaharian
yang ia geluti (dalam hal ini bertani). Perlahan masyarakat sudah bisa
mengenal bahkan membuat irigasi sebagai sumber air untuk lahan
pertanian mereka. Di tahap ini pula masyarakat kelurahan Cigugur mulai
menjadikan hewan-hewan peliharaannya sebagai penghasilan hidupnya,
yang kita kenal dengan istilah berternak. Masyarakat Cigugur dewasa ini
merupakan masyarakat yang berpradaban, banyak yang menggunakan
kemampuan berpikir dan keahlian di bidang tertentu sebagai sistem mata
pencahariannya, seperti PNS dan polisi.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Layaknya masyarakat pada umumnya, masyarakat Cigugur,
Kuningan Jawa Barat pun tidak bisa hidup statis. Dalam sejarahnya,
masyarakat Cigugur mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupan
mereka yang bersentuhan langsung dengan unsur-unsur kebudayaan
tersebut. Seperti perubahan sistem religi masyarakat Cigugur yang
sekarang banyak memeluk kepercayaan Sunda Wiwitan (ajaran Jawa
Sunda).
Cigugur merupakan sebuah kelurahan di Kuningan, Jawa Barat. Di
dalam kehidupan masyarakat Cigugur terdapat aliran kepercayaan Sunda
Wiwitan. Sunda Wiwitan merupakan suatu aliran kepercayaan masyarakat
Sunda yang masih mengukuhi, mempercayai dan mengamalkan keyakinan
ajaran spritual kesundaan.
Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur juga
terlihat pada sistem mata pencaharian mereka. Perubahan sistem mata
pencaharian tergolong ke dalam perubahan besar. Dikatakan perubahan
besar karena perubahan sistem mata pencaharian akan membawa pengaruh
besar pada masyarakat, seperti meningkatnya penghasilan masyarakat
yang berujung pada kesejahtraan masyarakat.
Selain kerukunan umat beragama, beragamnya sistem mata
pencaharian masyarakat Cigugur menjadi hal yang cukup menarik untuk
diamati. Pada awalnya, sistem mata pencaharian mayoritas masyarakat
Cigugur adalah bertani, meskipun ada yang berternak, seperti ternak ikan,
ayam dan bebek. Setelah terjadi perubahan sosial dalam masyarakat
Cigugur, sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur sebagian besar
memang masih bertani, tetapi tidak sedikit yang beralih menjadi
berdagang, berternak, wiraswasta, buruh, membuat kerajinan batik khas
58
59
Cigugur bahkan sampai ada yang membuka usaha kecil-kecilan (home
industry).
B.
Saran
1.
Masyarakat Cigugur harus mampu untuk terus meningkatkat taraf
kehidupannya yang tentunya dapat ditempuh dengan cara berkerja
dengan sistem mata pencaharian yang baik.
2.
Bagi pembelajaran Sosiologi, sebagai bahan pengayaan terutama
mengenai konsep-konsep perubahan sosial.
3.
Pemerintah harus ikut berperan dalam meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat Cigugur. Seperti membuka lapangan
pekerjaan dengan upah minimum yang bisa mencukupi kebutuhan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Nurdin, Muhammad dan Ahmad Abrori, 2006, Mengerti Sosiologi: Pengantar
Memahami Konsep-Konsep Sosiologi, UIN Jakarta Press, Jakarta.
Aziz, Arnicun dan Hartono, 1993, MKDU Ilmu Sosial Dasar, Bumi Aksara, Jakarta.
Bungin, Burhan, 2007, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta.
Faisal, Sanapiah, 1990, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi, Yayasan
Asih Asah Asuh, Malang.
Hisyam, Muhammad, 2004, Religi Lokal Dan Pandangan Hidup: Kajian Masyarakat
Penganut Religi Talotang, dan Patuntung, Sipelebegu (Permalim), Saminisme Dan
Agama Jawa Sunda, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PMB),
Jakarta.
Jaya, Pajar Hatma Indra. 2003. Transformasi Tenaga Kerja Pedesaan, Surakarta,
Skripsi : FISIP UNS, (Tidak diterbitkan).
Koentjaraningrat, 2002, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta.
Moleong, Lexy J., 1997, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Munandar Soelaeman, Muhammad, 1993, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu
Sosial, Eresco, Bandung.
Nasution, 1996, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung.
60
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, 2010, Teori Sosiologi Modern, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip, 2011, Pengantar Sosiologi, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta.
Subyantoro, Arief dan FX. Suwarto, 2007, Metode dan Teknik Penelitian Sosial, CV.
Andi Offset, Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta.
Sunarto, Kamanto, 2004, Pengantar Sosiologi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Suyanto, Bagong dan Sutinah, 2005, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan, Kencana, Jakarta.
Sztompka, Piotr, 2007, Sosiologi Perubahan Sosial, Prenada Media Group, Jakarta.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, 2008, Metodologi Penelitian Sosial,
Bumi Aksara, Jakarta.
Atwar
Bajari,
“Mengolah
data
dalam
Penelitian
Kualitatif”
http://atwarbajari.wordpress.com/2009/04/18/mengolah-data-dalam-penelitiankualitatif, (diakses pada hari Minggu tanggal 03 Februari 2013 Pukul 15.09).
Ifzanul,
“Masyarakat
Tradisonal,
Transisi
dan
Modern”.
http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/masyarakat-tradisional-masyarakat.html
(diakses pada hari Jum’at tanggal 08 November 2013 pukul 21.40).
61
PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN
Hari/Tanggal
Waktu pengamatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
:
:
Aspek yang Diamati
Sikap ramah dan terbuka
terhadap sesama dan terhadap
orang asing.
Toleransi
antar
umat
beragama
Gotong-royong dan kerja
sama dalam aktivitas sosial
masyarakat.
Hidup saling menjaga dan
melengkapi antar sesama.
Masyarakat yang bertani
Masyarakat yang berdagang
Masyarakat yang berternak
Masyarakat yang membuat
batik khas Cigugur
Ya
Tidak
Keterangan
HASIL OBSERVASI LAPANGAN
Hari/Tanggal
Waktu pengamatan
No
1
: 03 Juli 2013
: 10.00-15.00 WIB
5
Aspek yang Diamati
Sikap ramah dan terbuka
terhadap sesama dan terhadap
orang asing.
Toleransi
antar
umat
beragama
Gotong-royong dan kerja
sama dalam aktivitas sosial
masyarakat.
Hidup saling menjaga dan
melengkapi antar sesama.
Masyarakat yang bertani
6
Masyarakat yang berdagang
2
3
4
Ya
Tidak
Keterangan
√
√
√
√
√
√
7
Masyarakat yang berternak
√
8
Masyarakat yang membuat
batik khas Cigugur
√
Banyak masyarakat yang mengelola
ladang sawahnya
Mayoritas masyarakat berdaagang di
dekat tempat yang sering dikunjungi
(tempat
wisata)
dan
tempat
penelitian.
Berternak ayam, bebek, babi dan
budidaya ikan.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Pedoman wawancara untuk warga
A. Latar Belakang Informan
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Profesi
Tempat
Hari dan tanggal
:
:
:
:
:
:
:
B. Berita Wawancara
1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?
2. Apa agama yang Anda anut?
3. Apa latar belakang pendidikan Anda?
4. Apabila Anda sudah/telah mempunyai anak, akan disekolahkan hingga
jenjang apa? Mengapa?
5. Mengenai perubahan yang terjadi pada masyarakat Cigugur, perubahan
apa yang paling Nampak terlihat?
6. Kalau perubahan pekerjaan (sistem mata pencaharian) masyarakat adakah
perubahan yang terjadi?
2. Pedoman wawancara untuk ketua adat
A. Latar Belakang Informan
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Profesi
Tempat
Hari dan tanggal
:
:
:
:
:
:
:
B. Berita Wawancara
1. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur, yang paling
nampak perubahan dalam hal apa?
2. Perubahan sosial itu kan pasti ada dampak negatifnya, kira-kira dampak
negatif yang disebabkan oleh perubahan sosial terhadap masyarakat
Cigugur seperti apa?
3. Selain perubahan yang tadi sudah disinggung, adakah perubahan lainnya?
Seperti perubahan sistem mata pencaharian masyarakat misalnya?
4. Lalu, dampak seperti apa yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut
(perubahan sistem mata pencaharian)?
HASIL WAWANCARA
1. Pedoman wawancara untuk warga
A. Latar Belakang Informan
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Profesi
Tempat
Hari dan tanggal
: Kento Subarman
: 65 Tahun
: Sunda Wiwitan
: SPG
: Pensiunan / Petani
: 03 Juli 2012
: Rumah Bapak Kento Subarman
B. Berita Wawancara
1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?
Sudah 65 Tahun, Karena saya lahir dan besar di Cigugur.
2. Apa agama yang Anda anut?
Penghayat Sunda Wiwitan
3. Apa latar belakang pendidikan Anda?
SPG setara dengan SMA
4. Apabila Anda sudah/telah mempunyai anak, akan disekolahkan hingga
jenjang apa? Mengapa?
Sampai setinggi-tingginya, karena kebetulan anak saya sudah sarjana
semua, karena saya percaya pendidikan itu penting bagi mereka
dalam menjalani hidup dan memperbaiki nasib orang tuanya.
5. Mengenai perubahan yang terjadi pada masyarakat Cigugur, perubahan
apa yang paling Nampak terlihat?
Yang sangat jelas si perubahan terhadap suatu kepercayaan (agama),
yang awalnya Islam, sekarang menjadi sangat beragam.
6. Kalau perubahan pekerjaan (sistem mata pencaharian) masyarakat adakah
perubahan yang terjadi?
Ya, sangat jelas. Yang dulunya bertani banyak yang beralih menjadi
pedagang. Biasanya berdagang di sekitar tempat yang sering
dikunjungi oleh masyarakat baik untuk penelitian (paseban) ataupun
untuk berwisata (kolam ikan dewa).
7. Selain beralih menjadi pedagang, perubahan pekerjaan apalagi yang ada di
Cigugur?
Meskipun banyak yang beralih profesi sesuai tuntutan zaman, tetapi
sampai sekarang pekerjaan masyarakat Cigugur mayoritas masih
petani.
2. Pedoman wawancara untuk warga
A. Latar Belakang Informan
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Profesi
Tempat
Hari dan tanggal
: Mang Didi
: 44 tahun
: Sunda Wiwitan
: SMP
: Petani
: 04 Juli 2012
: Rumah Mang Didi
B. Berita Wawancara
1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?
Ya dari lahir saya sudah tinggal di sini, karena saya dilahirkan di
Cigugur.
2. Apa agama yang Anda anut?
Penghayat / Sunda Wiwitan
3. Apa latar belakang pendidikan Anda?
Terakhir sampai SMP, setelah itu merantau ke Jakarta.
4. Apabila Anda sudah/telah mempunyai anak, akan disekolahkan hingga
jenjang apa? Mengapa?
Pengennya sampe setinggi-tingginya tapi tergantung kemampuan
biaya, karena untuk bekal anak dalam menjalani hidup.
5. Mengenai perubahan yang terjadi pada masyarakat Cigugur, perubahan
apa yang paling nampak terlihat?
Perubahan pakaian, kalo dulu masih banyak yang menggunakan
pakaian khas daerah setempat.
6. Selain itu Mang?
Banyak si, cuma susah nyebutinnya.
7. Kalau pekerjaan masyarakat Cigugur ada yang berubah ga Mang?
Iya, banyak. Seperti peternak, yang dulu Cuma ternak ayam, bebek
dan budidaya ikan, sekarang sudah ada yang pelihara babi. Banyak
yang berdagang juga sekarang.
8. Terus, akibat dari berubahnya pekerjaan tersebut ada ga Mang?
Pasti ada, tapi baik-baik aja akibatnya.
3. Pedoman wawancara untuk warga
A. Latar Belakang Informan
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Profesi
Tempat
Hari dan tanggal
: Ibu Uum
: 50 tahun
: Katolik
: SMA
: Wiraswata/ mantan Biarawati
: 03 Juli 2012
: Rumah Ibu Uum
B. Berita Wawancara
1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?
Sejak lahir udah di Cigugur
2. Apa agama yang Anda anut?
Katolik
3. Apa latar belakang pendidikan Anda?
Kebetulan hanya sampai SMA.
4. Apabila Anda sudah/telah mempunyai anak, akan disekolahkan hingga
jenjang apa? Mengapa?
Iya tentu, sampai jenjang setinggi-tingginya, selain karena pendidikan
penting menurut agama yang saya imani tadi, pendidikan juga telah
terbukti sebagia solusi dalam menghadapi tantangan zaman.
5. Mengenai perubahan yang terjadi pada masyarakat Cigugur, perubahan
apa yang paling nampak terlihat?
Perubahan pekerjaan, kalo dulu itu kebanyakan masyarakat Cigugur
berkerja sebagai petani, ngurus atau ngelola ladang milik sendiri atau
orang lain (sebagai penggarap). Tapi sekarang sudah banyak yang
berdagang, yang jadi guru, polisi dan lain-lain.
6. Terus, perubahan pekerjaan tersebut berdampak seperti apa bagi
masyarakat Cigugur?
Ya dampaknya si, masyarakat Cigugur jadi punya pekerjaan yang
bermacam-macam, positif lah intinya.
4. Pedoman wawancara untuk ketua adat
A. Latar Belakang Informan
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Profesi
Tempat
Hari dan tanggal
: Gumirat Barna Alam
: 49 Tahun
: Sunda wiwitan
: SMA
: Wakil Pupuhu Adat
: Paseban Tri Panca Tunggal
: Kamis, 04 Juli 2013
B. Berita Wawancara
1. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur, yang paling
nampak perubahan dalam hal apa?
Banyak, terutama perubahan kepercayaan, yang dulu memang
mayoritas beragama Islam dengan Kiai Madrais sebagai tokohnya,
sekarang agama yang dianut masyarakat Cigugur beragam, seperti
Sunda Wiwitan dan Katolik.
2. Selain itu?
Perubahan pola pikir, seperti perubahan pemikiran masyarakat
mengenai pendidikan. Sekarang banyak masyarakat yang meyakini
begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka.
3. Perubahan sosial itu kan pasti ada dampak negatifnya, kira-kira dampak
negatif yang disebabkan oleh perubahan sosial terhadap masyarakat
Cigugur seperti apa?
Hampir sama kaya dampak negatif dari suatu perubahan pada
umumnya, seperti penyalahgunaan teknologi.
4. Selain perubahan yang tadi sudah disinggung, adakah perubahan lainnya?
Seperti perubahan sistem mata pencaharian masyarakat misalnya?
Sangat jelas terlihat. Dimana, pada umumnya pekerjaan masyarakat
Cigugur sama dengan masyarakat Indonesia, yaitu bertani. Tetapi
seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat Cigugur yang beraih
profesi atau berprofesi ganda. Sekarang banyak masyarakat Cigugur
yang memiliki usaha-usaha rumahan (home industry), seperti
membuat peye dan tape ketan yang menjadi oleh-oleh khas Cigugur.
Ada juga yang bekerja dengan bekal pendidikan yang mereka miliki,
seperti menjadi guru atau profesi yang memerlukan ijazah lainnya.
5. Lalu, dampak seperti apa yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut
(perubahan sistem mata pencaharian)?
Sejauh ini si positif-positif saja, karena dengan pekerjaan tersebut
masyarakat bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
5. Pedoman wawancara untuk Guru
A. Latar Belakang Informan
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Profesi
Tempat
Hari dan tanggal
: Aang Taufik
: 44 Tahun
: Islam
: Perguruan Tinggi
: Guru SMP 02 Cigugur
: Mushola Dusun Cipager, Cigugur
: Selasa, 02 Juli 2013
B. Berita Wawancara
1. Sudah berapa lama Anda menjadi guru di Cigugur?
Sudah 18 tahun
2. Apa agama yang Anda anut?
Islam
3. Alasan penting/tidaknya pendidikan bagi Anda? Telah melihat bukti apa
dari alasan tersebut?
Penting, sangat penting karena pendidikan merupakan proses menuju
ke arah yang lebih baik jika diiringi dengan usaha. Pendidikan
mengajarkan kita bagaimana dalam menjalani kehidupan serta
memaknai kehidupan.
4. Mengenai perubahan yang terjadi pada masyarakat Cigugur, perubahan
apa yang paling nampak terlihat?
Banyak sekali, diantaranya perubahan gaya berpakaian, perubahan
kepercayaan, perubahan pekerjaan, perubahan jumlah penduduk
dan lain-lain.
5. Mengenai perubahan pekerjaan, seperti apa perubahan yang terjadi?
Intinya, pekerjaan masyarakat Cigugur itu awalnya berangkat dari
bertani
menuju
berdagang,
berternak
dan
bekerja
professional (menggunakan ijazah) seperti guru dan lainnya.
sebagai
Pedoman Studi Dokumentasi
No
1
Jenis Data
Sumber Data
Foto-foto wawancara dan
Mengambil sendiri ketika wawancara
beberapa sistem mata
berlangsung
pencaharian masyarakat
Cigugur
2
Profil kelurahan Cigugur
Kantor Kelurahan Cigugur
3
Surat pengantar penelitian
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
4
Surat keterangan telah
melakukan penelitian
Kantor kelurahan Cigugur
BAB I
KONDISI GEOGRAFIS
Secara geografis posisi Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten
Kuningan merupakan salah satu Kelurahan yang terletak di sebelah barat dari pusat
kota Kabupaten Kuningan yang berjarak + 3,5 Km dari Ibu Kota Kabupaten dan
terletak di kaki gunung Ciremai bagian timur. Berada pada ketinggian + 661 M dari
permukaan laut dan secara astronomis kira – kira terletak pada 108o 27’ 15” Bujur
Timur dan 05o 58’ 8” Lintang Selatan.
A.
Lanskap Kelurahan Cigugur
Wilayah Kelurahan Cigugur adalah bagian dari Wilayah Kecamatan
Cigugur sebagai berikut :
1.
Sebelah utara secara umum merupakan dataran rendah dan sebagian kecil
berbukit yang berfungsi sebagai lahan persawahan dan tanaman pangan.
2.
Sebelah timur merupakan dataran rendah berupa persawahan dan sebagian
berupa perbukitan (Bungkirit).
3.
Sebelah selatan merupakan dataran rendah persawahan.
4.
Sebelah barat merupakan dataran tinggi dan perbukitan yang diantaranya
difungsikan sebagai lahan peternakan dan perkebunan.
B.
Batas Administratif
Secara administratif Kelurahan Cigugur berbatasan dengan wilayah
Desa / Kelurahan yang lain yaitu :
C.
1.
Sebelah Utara
: Kelurahan Cipari
2.
Sebelah Timur
: Kelurahan Kuningan
3.
Sebelah Selatan : Kelurahan Sukamulya
4.
Sebelah Barat
: Desa Cisantana
Luas Wilayah
Luas wilayah Kelurahan Cigugur adalah 300,15 Ha yang terdiri atas
berbagai macam penggunaan.
1.
Wilayah Darat
Wilayah darat terbagi atas beragam penggunaan seperti :
a.
Pekarangan
:
49
Ha
b.
Tegalan / Kebun / Darat
:
205,90
Ha
2.
c.
Lapangan Olahraga
:
1,2
Ha
d.
Alun – alun
:
0,2
Ha
e.
Sarana Keagamaan
:
0,15
Ha
f.
Kuburan
:
2,6
Ha
g.
Puskesmas
:
-
Ha
h.
Jalan
:
2,8
Ha
i.
Solokan
:
0,02
Ha
j.
Perkantoran / Sekolah
:
0,28
Ha
k.
Kolam
:
3
Ha
Wilayah Pesawahan
Wilayah pesawahan di Kelurahan Cigugur memiliki luas sekitar 80 Ha.
D.
Iklim Dan Cuaca
1.
Iklim
Kelurahan Cigugur dengan ketinggian + 661 mdpl sama seperti
daerah yang lain di wilayah Kabupaten Kuningan pada umumnya
dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson. Dengan perincian sebagai
berikut :
a.
Musim kemarau berlangsung antara bulan Juni – Oktober.
b.
Musim Penghujan
1) Waktunya antara bulan Nopember – Mei.
2) Curah hujan rata – rata 2000 – 2500 mm / tahun.
3) Curah hujan paling tinggi terjadi antara bulan Desember – Maret.
2.
Cuaca
a.
Suhu
1) Suhu rata – rata 180 – 280 Celcius.
2) Suhu tertinggi antara pukul 12.00 – 14.00 BBWI.
3) Suhu ter-rendah antara pukul 00.30 – 03.30 BBWI.
b.
Keadaan Terang
1) Matahari terbit pada pukul 05.30 BBWI
2) Matahari terbenam pada pukul 17.45 BBWI
E.
Keadaan Medan
1.
Permukaan Bumi
a.
Disebelah utara terdapat daerah persawahan dengan kemiringan
antara 25 – 30 derajat, menurun ke sebelah timur.
b.
Disebelah timur terdapat daerah persawahan dengan kemiringan
antara 25 – 30 derajat, menurun ke sebelah timur.
c.
Disebelah selatan terdapat daerah persawahan dengan kemiringan
antara 20 – 25 derajat, menurun ke sebelah timur. Disamping itu
terdapat daerah perbukitan dengan tingkat kemiringan atara 25 – 30
derajat.
d.
Disebelah barat juga terdapat daerah perbukitan dengan tingkat
kemiringan antara 30 – 50 derajat.
2.
Sungai
Di wilayah Kelurahan Cigugur terdapat beberapa sungai
diantaranya adalah :
a.
Sungai Cigeureung yang melintasi wilayah Kelurahan Cigugur
tepatnya melintasi RT. 14/15/16/17/32 RW. 04/05/06.
b.
Sungai Citamba yang melintasi wilayah Kelurahan Cigugur tepatnya
pada RT. 03 RW. 01
3.
Sawah / Ladang
a.
Sawah
Kelurahan Cigugur terdapat lahan sawah seluas ± 80 Ha yang
luasnya merupakan 26,67 % bagian dari luas wilayah Kelurahan
Cigugur. Dilihat dari segi karakteristik tanah, Kelurahan Cigugur
merupakan lahan yang subur untuk diolah dan ditanami sepanjang
tahun.
b.
Ladang
Wilayah Kelurahan Cigugur terdapat lahan ladang / tegalan
yang arealnya lebih luas dari areal pesawahan dengan luas ± 83 Ha
yang sebagian besar terletak di sebelah barat. Lahan tersebut
dominan ditanami oleh ubi kayu, jagung serta sebagian besar
merupakan tanaman tahunan.
F.
Mata Air
Di Kelurahan Cigugur terdapat 2 (dua) titik mata air yang debitnya
diperkirakan rata – rata ........... Ml / detik yang terletak di Balong Cigugur dan
Situ Citamba.
G.
Jarak Tempuh Ke Pusat Pemerintahan
a.
Jarak tempuh ke pusat kota Provinsi sekitar 210 Km.
b.
Jarak tempuh ke pusat kota Kabupaten sekitar 3,5 Km dengan waktu
tempuh kira – kira 25 menit dengan berjalan kaki atau 15 menit dengan
menggunakan kendaraan Angkutan Kota yaitu nomor 016 (trayek
Cisantana – Kuningan) setelah itu dilanjutkan dengan Angkutan Kota
nomor 02 (trayek Kadugede – Kuningan), atau menggunakan Angkutan
Kota nomor 10 (trayek Ancaran – Kuningan) dan Angkutan Kota nomor 04
(trayek Cirendang – Kuningan).
c.
Jarak tempuh ke pusat Kecamatan 0 Km karena Kantor Kecamatan
Cigugur berdampingan dengan Kantor Kelurahan Cigugur.
BAB II
KONDISI DEMOGRAFIS
A.
Jumlah Penduduk
Kelurahan Cigugur dengan segala kemajemukannya terdiri dari berbagai
macam etnis dan suku bangsa serta keanekaragaman agama dan kepercayaan
hidup dengan rukun. Menurut data kependudukan Kelurahan Cigugur pada 31
Desember 2012 tercatat sebanyak 7.084 orang/jiwa, laki – laki 3.615 jiwa dan
perempuan 3.469 jiwa atau sekitar 2.413 Kepala Keluarga / KK.
B.
Tingkat Kepadatan Penduduk
Luas wilayah Kelurahan Cigugur adalah 300,15 Ha dengan berbagai
penggunaannya terutama untuk lahan pertanian dan pemukiman penduduk dan
sebagainya. Maka tingkat kepadatan Penduduk di wilayah Kelurahan Cigugur
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kepadatan Penduduk
=
Jumlah Penduduk
Luas Wilayah
(Jiwa)
(Km2)
Kepadatan Penduduk
=
7.084
300,15
(Jiwa)
(Ha)
Apabila di hitung secara Kilo Meter Persegi maka Tingkat Kepadatan
Penduduk sebagai berikut :
1 Hektar are (Ha) = 10.000 M2
10.000 M2 = 0,01 Km2
300,15 Ha = 3.001.500 M2 itu Artinya dalan Km2 = 3,0015 Km2
Kepadatan Penduduk
=
=
=
(Pembulatan menjadi)
C.
Jumlah Penduduk
Luas Wilayah
7.084
3,0015
2.360,1533
2.360 Jiwa Per Km2
(Jiwa)
(Km2)
(Jiwa)
(Km2)
Jiwa/Km2
Komposisi Penduduk
Berdasarkan data kependudukan pada tahun 2012 komposisi penduduk
Kelurahan Cigugur akan disajikan secara terperinci sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Berdasarkan Jenis Kelamin
1.
Laki-laki
:
.............. 3.615
orang
2.
Perempuan
:
3.469
orang
Jumlah
:
7.084
orang
Jumlah Kepala Keluarga / KK
:
.............. 2.413
KK
Berdasarkan Kelompok Usia
1.
Usia 0 s/d 3 Tahun
:
452
orang
2.
Usia 4 s/d 6 Tahun
:
356
orang
3.
Usia 7 s/d 12 Tahun
:
735
orang
4.
Usia 13 s/d 15 Tahun
:
332
orang
5.
Usia 16 s/d 44 Tahun
:
3.252
orang
6.
Usia 45 Tahun ke atas
:
1.958
orang
Berdasarkan Etnis
1.
Sunda
: ................................
orang
2.
Jawa
: ................................
orang
3.
Madura
:
……………..
orang
4.
Batak
: ................................
orang
5.
Melayu/Minang
: ................................
orang
6.
Bugis/Makassar
:
……………..
orang
7.
Timor/Maluku/Papua
: ................................
orang
8.
Tionghoa
:
……………..
orang
Berdasarkan Agama
1.
Islam
:
4.075
orang
2.
Protestan
:
195
orang
3.
Katholik
:
2.620
orang
4.
Hindu
:
6
orang
5.
Budha
:
12
orang
6.
Kepercayaan
:
176
orang
Berdasarkan Pendidikan
1.
Lulusan SD / Sederajat
:
1.752
orang
2.
Lulusan SLTP / Sederajat
:
773
orang
3.
Lulusan SLTA / Sederajat
:
2.764
orang
4.
Lulusan Akademi / Universitas
:
543
orang
5.
Buta Aksara (karena lanjut Usia)
:
-
orang
Berdasarkan Pekerjaan
1.
PNS / TNI / POLRI
:
512
orang
2.
Wiraswasta / Pedagang
:
210
orang
g.
3.
Karyawan Swasta
:
455
orang
4.
Buruh
:
1363
orang
5.
Petani
:
1932
orang
6.
Peternak
:
253
orang
7.
Industri Kecil
:
4
orang
Perubahan Penduduk
1.
Kelahiran Rata – rata Per-tahun
:
98
orang
a.
Kematian Rata – rata Per-tahun
:
24
orang
b.
Mutasi Penduduk Pindah
:
173
orang
c.
Pendatang
:
87
orang
(berdasarkan data kependudukan dan Kesra tahun 2012)
D.
Tingkat Kesehatan Penduduk
a.
b.
Angka Kelahiran/Kematian Bayi
1.
Jumlah Bayi Lahir
:
98
orang
2.
Jumlah Bayi Meninggal (Mati)
:
-
orang
Kasus Muntaber
:
-
Kasus
Jumlah Meninggal
:
-
orang
Kasus Demam Berdarah (DBD)
:
-
Kasus
Jumlah Meninggal
:
-
orang
Kasus Flu Burung ( AI )
:
-
Kasus
Jumlah Meninggal
:
-
orang
Kasus Flu Babi (Swine Flu)
:
-
Kasus
Jumlah Meninggal
:
-
orang
Kejadian Luar Biasa ( KLB )
1.
2.
3.
4.
c.
Kematian Ibu Melahirkan
1.
Jumlah Ibu Melahirkan Tahun ini :
2.
Jumlah Ibu Melahirkan,
Meninggal Tahun ini
d.
:
98
orang
-
orang
Cakupan Imunisasi
1.
Jumlah Balita
:
622
orang
2.
Jumlah Balita yang Diimunisasi :
622
orang
a) Jumlah balita yang sudah di Vaksin Polio

Polio I
:
154
orang

Polio II
:
154
orang

Polio III
:
144
orang

Polio IV
:
137
orang
b) Jumlah balita yang sudah di Vaksin PDPT

DPT I
:
153
orang

DPT II
:
146
orang

DPT III
:
142
orang
137
orang
c) Jumlah balita yang sudah di Imunisasi Campak

Jumlah Balita
:
d) Jumlah balita yang sudah di Imunisasi Tetanus (TT)

TT I
:
158
orang

TT II
:
148
orang
156
orang
e) Jumlah Balita yang sudah di Imunisasi BCG

f)
e.
Jumlah Balita
:
Jumlah Balita yang sudah di Imunisasi Hepatitis B

Hepatitis B I
:
153
orang

Hepatitis B II
:
146
orang

Hepatitis B III
:
142
orang
Program Keluarga Berencana ( KB )
1.
Jumlah WUS
:
2.138
orang
2.
Jumlah PUS
:
1.367
orang
3.
Jumlah Akseptor
a.
IUD
:
370
orang
b.
M OP
:
2
orang
c.
MOW
:
75
orang
d.
Implant
:
45
orang
e.
Suntik
:
68
orang
f.
Pil
:
11
orang
g.
Kondom
:
-
orang
(berdasarkan data Kasi Kesra Tahun 2012)
BAB III
KONDISI SOSIAL
A.
Bidang Idiologi
1.
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
Idiologi Pancasila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan satu – satunya azas yang sampai saat ini diterima oleh
masyarakat Kelurahan Cigugur.
2.
Masalah Sensitif Potensi Perpecahan dan Solusinya
Masyarakat Kelurahan Cigugur yang majemuk merupakan hot spot wilayah
dengan potensi terjadinya perpecahan dan konflik terutama SARA. Tetapi
hal tersebut tidak terjadi dikarenakan adanya komunikasi dua arah antar
masyarakat baik secara individu atau kelompok selalu terjalin. Sedangkan
Pemerintah Kelurahan Cigugur melaksanakan fungsinya sebagai penengah
dan monitoring.
3.
Data Radikal Kiri
Sampai saat ini Kelurahan Cigugur bebas dari Pengaruh Radikal yang
menentang Pancasila dan merongrong keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kalaupun ada yang dicurigai terlibat dengan kejadian September
tahun 1965 maupun dengan aksi terorisme baru – baru ini maka Pemerintah
Kelurahan Cigugur dengan instansi terkait berupaya untuk melakukan
pembinaan disamping tetap melakukan tindakan – tindakan preventif.
B.
Bidang Politik
1. Struktur Pemerintahan
a.
Pemerintah Kelurahan Cigugur
1) Kepala Kelurahan, bernama : UJANG SUTRISNA, S.Sos.,
Pangkat / Golongan – Penata Tk. I / III.d, NIP. 19591101 198103
1 013, Umur 53 tahun dan beralamat di Gg. Siaga Ciasem
Kuningan
2) Sekretaris Kelurahan, bernama : SULKAN, Pangkat / Golongan –
Penata / III.c, NIP. 19570105 197811 1 001, Umur 56 tahun dan
beralamat di RT. 18 RW. 07 Lingkungan Puhun Kelurahan
Cigugur.
3) Kepala Seksi Pemerintahan, bernama : ENTIN TINI, Pangkat /
Golongan – Penata / III.c, NIP. 19561205 197703 2 003, Umur 56
tahun dan beralamat di Kelurahan Sukamulya RT. 002 RW.001.
4) Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat, bernama : TATI SUHARTI,
S.AP, Pangkat / Golongan – Penata Tk.I/III.d, NIP. 19631209
198303 2 013, Umur 49 tahun dan beralamat di Perum Desa
Cikaso Kramatmulya.
5) Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban, bernama : KURNADI,
S.Sos., Pangkat / Golongan – Penata Muda/III.a, NIP. 19760817
200701 1 012, Umur 36 tahun dan beralamat di Kecamatan
Nusaherang.
6) Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat, bernama : DAHLAN,
Pangkat / Golongan – Penata /III.c, NIP. 19590819 198003 1 006,
Umur 53 tahun dan beralamat di Kelurahan Cijoho.
Untuk meningkatkan disiplin dan kinerja terhadap tugas dan
kewajiban sebagai Aparat Abdi Negara dan Abdi Masyarakat sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing serta demi lancarnya roda
pemerintahan
di
tingkat
Kelurahan
senantiasa
dilaksanakan
pembinaan. Pembinaan Aparatur yang dilakukan antara lain :
b.

Pembinaan Administrasi secara berkala dari Kecamatan Cigugur.

Rapat khusus semua Perangkat Kelurahan.

Pertemuan dan kunjungan langsung ke RT/RW/Lingkungan.
Aparatur yang ada di Kelurahan Cigugur sebagai berikut :
1) Kepala Kelurahan
1 Orang
2) Sekretaris Kelurahan
1 Orang
3) Kepala Seksi
4 Orang
4) Pelaksana PNS
7 Orang
5) Tenaga Sukwan
2 Orang
(daftar nama aparatur dan Struktur OrganisasiKelurahan Cigugur
terlampir)
c.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
pembangunan, sebenarnya Kepala Kelurahan mempunyai partner kerja
yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat / LPM. Berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Kelurahan Nomor : 147 / KEP.08-LPM / I / 2005
telah terbentuk susunan pengurus LPM untuk periode 2005 – 2012.
Kepengurusan LPM tersebut telah berakhir pada tahun 2010 dan
sampai dengan sekarang belun ada pembentukan kepengurusan LPM
yang baru.
d.
Jumlah Lingkungan terdiri dari 4 Lingkungan dengan perincian
sebagai berikut:
1) Lingkungan Manis
2) Lingkungan Pahing
3) Lingkungan Puhun
4) Lingkungan Wage
5) Jumlah Rukun Warga (RW)
:
13 RW
6) Jumlah Rukun Tetangga (RT)
:
38 RT
(Daftar Ketua RT / RW di Kelurahan Cigugur terlampir)
2.
Organisasi Politik
a.
Situasi politik di Kelurahan Cigugur selama tahun 2012 tetap stabil
dan tidak terjadi gejolak yang meresahkan masyarakat, mengganggu
dan mengancam kondisi kehidupan warga masyarakat.
Keadaan ini senantiasa diupayakan dengan mengadakan pembinaan
kepada warga masyarakat dengan melibatkan aparat terkait di tingkat
Kelurahan maupun di tingkat RT / RW. Hal ini dibuktikan dengan
kondusifnya situasi politik di Kelurahan Cigugur.
b.
Pada tanggal 24 Februari 2013 akan diselenggarakan diselenggarakan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Dalam rangka
menghadapi pemilihan tersebut maka Panitia Pemungutan Suara
Kelurahan Cigugur telah melakukan pendataan penduduk yang
mempunyai hak pilih yang dilakukan oleh Petugas Pemutakhiran Data
Pemilih (PPDP) yang merupakan tahap awal dari proses tersebut mulai
tanggal 04 November 2012 yang kemudian ditetapkan KPU sebagai
Daftar Pemilih Sementara pada tanggal 05 Desember 2012. Daftar
pemilih sementara sebagai berikut:
REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH SEMENTARA PER TPS
PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JABAR TAHUN 2013
PPS KELURAHAN CIGUGUR
No.
TPS
KETUA KPPS
PPDP
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
4
10.
X
11.
12.
13.
14.
15.
XI
XII
XIII
XIV
XV
16.
XVI
17.
18.
19.
XVII
XVIII
XIX
3
Drs. MULI IDI SUWARDI
MAMAN SUHAMAN
Drs. NONO TRENGGANA
Drs. IMAN TAOPIK
E. MANSUR
SUHARJO, SH
ENDA SUHENDRA, SKM.
Drs. AMIN NIAS
M. SUKRIATNA
DJODJO ANDJAR
DJOHANTARA
T. BASMAN
WAHYU ALAMSAH
ENDANG, SS
K. SUBARMAN
RAFAEL SUWEGA, S.Pd.
YETI NURHAYATI, S.Pd.,
M.Pd.
RASJAM
MURKANDA
U. SURIPNO, S.Pd.
JUMLAH
RT
PEMILIH
TERDAFTAR
(DP4)
JML
PEMILIH
TAMBAHAN
YG BLM
TERDAFTAR
L
P
9
10
10
12
11
6
2
5
2
3
1
7
3
4
5
7
15
13
10
8
APANDI
ABDURRACHMAN
NARYO, S.Pd.
D. HADIRIN
OJO MARDJONO
SULAEMAN
AMAN ADENTODY
OMAN ROHMANA
ADNAN
5
30, 31
01, 02
03, 04
04, 05
06, 07
08, 09
11, 12
10, 13, 32
14, 15
L
6
161
188
137
153
145
143
122
174
190
P
7
164
181
152
117
153
140
125
149
182
8
325
369
289
270
298
283
247
323
372
AGAM WASDJAM
16, 17
140
144
284
2
TETI AGUS
NANDI SUNANDI
R. RUSNADI
SANHARI
ASEP YUSUF RIZAL
18, 33
19, 37, 38
20, 21
22, 23
23, 35
193
204
110
111
97
187
186
112
104
90
380
390
222
215
187
SALEH, S.Ag
24, 34
144
143
PETRUS SADAR
JOJO SUDRAJAT
CARTA, S.Pd.
25, 36, 28
26, 27
28, 29
209
173
164
2958
JML
JUMLAH
HAK PILIH
JML
11
22
17
7
5
8
7
12
28
18
L
12
171
199
139
155
146
146
127
189
200
P
13
176
187
157
120
160
144
132
162
190
14
347
386
296
275
306
290
259
351
390
5
7
142
149
291
7
2
2
4
4
9
6
3
3
3
16
8
5
7
7
200
206
112
115
101
196
192
115
107
93
396
398
227
222
194
287
10
15
25
154
158
312
187
168
167
396
341
331
1
5
12
3
4
10
4
9
22
210
178
176
190
172
177
400
350
353
2851
5809
108
126
234
3066
2977
6043
LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012
Dari hasil verifikasi KPU Daerah Jawa Barat maka ditetapkan ada 5
(lima) Pasang Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat.
Kelima Pasangan tersebut seuai dengan nomor urut pilihan adalah:
1) Dikdik Mulyana AM dan Cecep Nana, ST
2) Irianto Mahfudz dan Tatang Farhanul H
3) Dede Yusuf danLex Laksamana
4) Ahmad Heryawan dan Dedi Mizwar
5) Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki
C.
BIDANG EKONOMI
1.
Sektor Pertanian
Secara umum sektor pertanian masih merupakan kegiatan ekonomi yang
paling utama dari masyarakat Kelurahan Cigugur oleh karena itu
Pemerintah Kelurahan Cigugur mengambil langkah – langkah sebagai
berikut :
a.
Mengadakan
penyuluhan-penyuluhan
dibidang
pertanian
dan
peternakan.
b.
Memfasilitasi Kelompok Tani dalam pengajuan bantuan dari
pemerintah.
2.
Sektor Hasil Produksi Daerah
Dari sektor hasil produksi daerah dalam kurun waktu satu tahun
diperkirakan perputaran uang yang ada di Kelurahan Cigugur adalah
sebagai berikut :
a.
Hasil Pertanian Secara Lengkap yang mencakup Sektor Pertanian,
Peternakan, Perikanan, Kehutanan dan Perkebunan, data terlampir.
Θ
b.
Hasil total dari sektor di atas :
Rp.
926.851.250, -
Hasil Home Industri
1) Makanan
:
Rp.
54.000.000, -
2) Kerajinan Kayu/Bambu
:
Rp.
108.000.000, -
c.
Sektor Perdagangan
:
Rp.
4.830.000.000, -
d.
Sektor Buruh
:
Rp.
22.754.000.000, -
e.
Sektor Jasa Angkutan
:
Rp.
576.000.000, -
f.
Jasa Lainnya
(PNS, Kary. Swasta dll)
:
Rp.
14.065.000.000, -
JUMLAH
:
Rp.
43.314.361.250, -
Jumlah Penduduk (jiwa / orang)
:
7.084
LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012
Income Per Kapita / Tahun
Per Hari
:
Rp.
6.114.393, -
:
Rp.
16.752, -
Terbilang Enam Belas Ribu Tujuh Ratus Lima Puluh Dua Rupiah
3.
4.
Sektor Tenaga Kerja Sesuai Usia Produktif (18 – 56 Tahun)
a.
Penduduk Usia 18 – 56 Tahun
:
4425
orang
b.
Ibu Rumah Tangga
:
1107
orang
c.
Pelajar / Mahasiswa
:
1007
orang
d.
Yang Bekerja Penuh
:
1984
orang
e.
Bekerja Serabutan/Tidak Tentu
:
220
orang
f.
Cacat dan tidak bekerja
:
5
orang
g.
Cacat dan Bekerja
:
2
orang
Sektor Perdagangan
Berdasarkan Perda Nomor 2 tahun 2005 tentang organisasi dan Tata
Kerja Kelurahan, maka secara rutin senantiasa melaksanakan pemantauan
harga sembilan bahan pokok, sasaran pemantauan adalah : Barangbarang/komoditas strategis seperti : Minyak goreng, lauk pauk, beras, gula
pasir/merah dan lain-lain, data harga sembako & barang konsumsi lainnya
terlampir.
Selama bulan suci Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri
1433 serta menjelang Natal Tahun 2012 kepada para pedagang toko
dihimbau untuk tidak menjual petasan dan minuman keras.
Dalam sektor perdagangan juga senantiasa diadakan pembinaan
secara persuasif agar para pengusaha/pedagang sadar dan taat kepada
kewajiban melaksanakan tera ulang alat ukur UTTP, registrasi perijinan
maupun kelengkapan lainnya. Kegiatan tersebut rutin diselenggarakan di
Kecamatan Cigugur yang selalu dipusatkan di wilayah Kelurahan Cigugur
pada setiap tahunnya.
5.
Sektor Koperasi
Di Kelurahan Cigugur terdapat 12 buah Koperasi dan diantaranya
ada yang sudah berbadan hukum dan ada yang belum.
Koperasi juga merupakan soko guru perekonomian rakyat, oleh
karena itu koperasi sangat membantu dalam mengangkat kesejahteraan
masyarakat Kelurahan Cigugur, terutama yang paling menonjol di
Kelurahan Cigugur adalah Koperasi Susu.
(Data Koperasi terlampir).
LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012
6.
Sektor Peternakan
Sektor peternakan merupakan salah satu mata pencaharian
masyarakan Kelurahan Cigugur baik sebagai mata pencaharian utama
maupun mata pencaharian sampingan, jenis dan produksi ternak yang ada
di Kelurahan Cigugur antara lain :
7.
a.
Sapi Perah
:
3.222
ekor
b.
Kerbau
:
11
ekor
c.
Ayam Ras Pedaging / tahun
:
138.188
ekor
d.
Ayam Ras Petelur
:
14.000
ekor
e.
Kambing
:
75
ekor
f.
Babi / tahun
:
1.320
ekor
Sektor Perindustrian
Sektor industri di Kelurahan Cigugur berdasarkan hasil evaluasi
terdapat peningkatan secara kwalitas pada beberapa sub-sektor usaha kecil
dan menengah. Hal ini menunjukkan adanya keinginan dari warga
masyarakat untuk meningkatkan taraf ekonomi kesejahteraan baik secara
individu maupun secara berkelompok.
Sektor industri yang terdapat di Kelurahan Cigugur berdasarkan
rekapitulasi data yang ada pada Pemberdayaan Masyarakat sampai dengan
akhir tahun 2012 dapat dilihat dalam tabel sebagaimana terlampir.
Dalam upaya peningkatan pembangunan sektor industri baik secara
kuantitatif maupun kualitatif telah dilaksanakan melalui kegiatan
pembinaan dan penyuluhan, baik oleh Aparatur Kelurahan maupun UPTD
Dinas terkait.
Adapun pembinaan yang dilaksanakan untuk mengembangkan
sektor industri di Kelurahan Cigugur selama kurun waktu tahun 2012,
adalah sebagai berikut :
a.
Pembinaan dan Pelayanan Legalitas Usaha dan Perijinan
Kegiatan yang dilaksanakan penertiban surat ijin tempat usaha,
Surat Ijin Gangguan (HO), Tanda Daftar Usaha dan Tanda Daftar
Perusahaan (TDU/TDP), Lisensi Surat Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB) dan perijinan lainnya.
Pembinaan dan pelayanan perijinan terhadap perusahaan kecil
dan mencegah masih belum optimal, hal ini disebabkan karena masih
kurangnya kesadaran dari pengusaha / masyarakat untuk mengurus
perijinan.
LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012
b.
Pembinaan Produk Unggulan
Selama kurun waktu tahun 2012 di Kelurahan Cigugur terdapat
4 (empat) perusahaan yang menghasilkan produk unggulan, industri
yang ada ini menyerap tenaga kerja 50 (lima puluh) orang.
Dalam pembinaan produk unggulan ini lebih diarahkan kepada
peningkatan kualitas hasil produksi, hal ini dimaksudkan untuk
mengimbangi persaingan pasar.
c.
Pemberian Dukungan Modal Usaha
Bantuan dukungan modal yang telah diberikan kepada
pengusaha kecil dan menengah di Kelurahan Cigugur selama kurun
waktu tahun 2012 untuk bantuan pengembangan pengusaha kecil dan
menengah lebih banyak diberikan bantuan modal dalam bentuk
pinjaman kredit.
Berikut data perindustrian yang terdapat di Kelurahan Cigugur :
1.
Pabrik
:
1
buah (Susu Pasteurisasi)
2.
Huller
:
6
buah
3.
Home Industri
a.
Tape Ketan
:
3
orang
b.
Kerajinan Kayu
:
6
orang
(berdasarkan data Seksi Pemberdayaan dan Masyarakat tahun 2012)
8.
Sektor Perbankan dan Lembaga Keuangan
Bank dan lembaga Keuangan lain di Kelurahan Cigugur
mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi
masyarakat, baik dalam penyediaan jasa dalam bidang keuangan maupun
dalam dana tabungan masyarakat.
Berdasarkan hasil pendataan sampai dengan bulan Desember tahun
2012 Lembaga Perbankan di Kelurahan Cigugur tercatat 1 (satu) buah,
sedangkan Lembaga Keuangan terlampir sesuai data Seksi Pemberdayaan
Masyarakat.
D.
BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA
1.
Sektor Kependudukan
Berdasarkan data kependudukan pada tahun 2012 komposisi
penduduk Kelurahan Cigugur akan disajikan secara terperinci sebagai
berikut :
LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012
a.
Berdasarkan Jenis Kelamin
1) Laki-laki
:
.............. 3.615
orang
2) Perempuan
:
3.469
orang
Jumlah
:
7.084
orang
Jumlah Kepala Keluarga / KK
: ................... 2.413
KK
Dengan rincian sebagai berikut :
2.

Keluarga Pra-KS sebanyak
:
125
KK

Keluarga KS-I (Alasan Ekonomi)
:
310
KK

Keluarga KS-II
:
133
KK

Keluarga KS-III
:
32
KK
Sektor Kesehatan
a.
b.
Sarana dan Prasarana Kesehatan
1) Rumah Sakit
:
1
buah
2) Puskesmas
:
-
buah
3) Balai Pengobatan
:
1
buah
4) Apotek / Toko Obat
:
1
buah
5) Dokter Praktek
:
2
orang
6) Bidan Praktek
:
3
orang
7) Perawat
:
71
orang
Penyakit yang menonjol adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Akut).
c.
Organisasi Penunjang Kesehatan
1) Posyandu, dengan rincian sebagai berikut : Posyandu dengan
klasifikasi Pratama 11 buah dan Posyandu dengan klasifikasi
Madya 1 buah.
2) Desa / Kelurahan Siaga
3) Bank Darah Desa / Kelurahan
3.
Sektor Kesenian dan Kebudayaan
a.
Jenis Kesenian yang ada di Kelurahan Cigugur beserta tokoh kesenian
sebagaimana terlampir.
b.
Kesenian yang bernuansa Islami di kembangkan oleh ibu – ibu Majelis
Ta’lim yang berupa Shalawatan.
4.
Sektor Pendidikan
Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kelurahan Cigugur adalah
sebagai berikut :
LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012
Berikut data di bidang pendidikan :
NO.
1.
2
3
PARAMETER
Pendidikan penduduk
dengan usia 15 tahun ke atas
Wajib Belajar 9 tahun dan
putus sekolah
Prasarana Pendidikan
JUMLAH ORANG / TAHUN
KRITERIA
Penduduk buta huruf
Jumlah penduduk tidak tamat
SD / sederajat
Jumlah penduduk tamat SD /
sederajat
Jumlah penduduk tamat SLTP /
sederajat
Jumlah penduduk tamat SLTA /
sederajat
Jumlah penduduk tamat D.I
Jumlah penduduk tamat D. II
Jumlah penduduk tamat D. III
Jumlah penduduk tamat S. I
Jumlah penduduk tamat S. II
Jumlah penduduk usia 7 – 15
tahun / masih sekolah
Jumlah penduduk usia 7 – 15
tahun putus sekolah
Jumlah Perguruan Tinggi /
Universitas
Jumlah SLTA / sederajat
Jumlah SLTP / Sederajat
Jumlah SD / Sederajat
Lembaga Pendidikan Agama
Pendidikan luar sekolah (PLS) /
non formal / kejar paket B
Lembaga pendidikan lain
(kursus / sejenisnya)
Lembaga pendidikan taman
kanak-kanak (TK)
Lembaga pendidikan PAUD
TPA
Madrasah Diniyah
Bina Iman Anak (BIA) Katholik
5.
2011
2012
-
-
-
-
755
737
703
824
764
1809
67
50
75
56
25
67
55
85
60
27
1.153
1.173
-
-
1
1
2
3
3
2
2
3
3
2
1
1
2
2
2
2
3
2
1
1
3
2
1
1
Sektor Agama dan Kepercayaan
a.
Sarana keagamaan yang ada di Kelurahan Cigugur berdasarkan data
yang ada sampai akhir tahun 2012 sebagai berikut :

Mesjid
:
6
buah

Langgar / Mushola
:
14
buah

Majelis Ta’lim
:
15
buah

TPA
:
2
buah
LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012
b.

Pontren
:
1
buah

Gereja
:
3
buah
Jumlah pemeluk agama sampai dengan akhir tahun 2012 di Kelurahan
Cigugur sebagai berikut :

Islam
:
4.075
orang

Protestan
:
195
orang

Katholik
:
2.620
orang

Hindu
:
6
orang

Budha
:
12
orang

Kepercayaan
:
176
orang
Dalam rangka mengefisienkan kegiatan belajar mengajar di waktu
libur diadakan Pesantren Kilat dengan materi sebagai berikut : Rukun Iman
/ Islam, tarikh, Puasa, Bersuci, Sholat, membaca Al-Qur’an, Adzan dan
lain-lain.
6.
Sektor Pemuda dan Olah Raga
a.
Organisasi Kepemudaan yang ada di Kelurahan Cigugur secara umum
diwakili oleh Karang Taruna “Tunas Mandiri”. Disamping itu
organisasi kepemudaan lainnya adalah Remaja mesjid / musholla,
muda-mudi gereja dll.
b.
Jenis olah raga yang digemari adalah Tenis Meja, Bola Voli, Sepak
Bola, Bulu Tangkis.
c.
Fasilitas sarana Olahraga yang ada :
1) Lapangan Sepak Bola
:
1
buah
2) Lapangan Bola Voli
:
7
buah
3) Lapangan Basket
:
5
buah
4) Lapangan Bulu Tangkis
:
2
buah
5) Tenis Meja
:
4
buah
(berdasarkan data Seksi Kesejahteraan Rakyat tahun 2012)
E.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Masalah PBB dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sangat penting
karena PBB untuk memperlancar pelaksanaan pembangunan disegala bidang.
Berdasarkan evaluasi pemasukan PBB tahun 2011 serta disesuaikan
dengan jumlah SPPT PBB Tahun 2012 yang diterima, maka nominal PBB
Kelurahan Cigugur untuk tahun 2012 ini mengalami kenaikan menjadi total
sebesar Rp. 145.915.990, - (Seratus Empat Puluh Juta Sembilan Ratus Lima
Belas Ribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh Rupiah) yang terdiri dari :
LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012

Golongan 1,2
: 5.388 SPPT
Rp.
126.946.791, -

Golongan 3,4,5
:
Rp.
18.969.199, -
4 SPPT
Jumlah
Rp. 145.915.990, -
Realisasi
Rp.
127.719.799, -
Sisa Target
Rp.
18.196.191, -
Dengan prosentase keberhasilan sebesar 87,56 %
Target PBB tiap lingkungan :
F.

Lingkungan Manis
: 1282 SPPT
Rp.
33.915.066, -

Lingkungan Pahing
:
798 SPPT
Rp.
15.577.077, -

Lingkungan Puhun
: 1332 SPPT
Rp.
28.367.489, -

Lingkungan Wage
: 1676 SPPT
Rp.
38.448.908, -

Luar Kelurahan
:
Rp.
11.291.362, -
132 SPPT
Bidang Sarana Dan Prasarana Perhubungan
1.
2.
Sarana Perhubungan / Jalan
a.
Jalan Negara
:
3
Km
b.
Jalan Propinsi
:
3
Km
c.
Jalan Kabupaten
:
2,5
Km
d.
Jalan Desa / Kelurahan
:
6
Km
Angkutan Darat
Jenis dan jumlah kendaraan yang melayani masyarakat Kelurahan
Cigugur yang dimiliki oleh masyarakat :
3.
a.
Truk
:
13
buah
b.
Angkot
:
20
buah
c.
Pick Up (bak terbuka)
:
10
buah
d.
Kendaraan Roda Empat Pribadi
:
50
buah
e.
Sepeda Motor
:
268
buah
f.
Sepeda
:
100
buah
g.
Motor Ojek
:
48
buah
Depot BBM
a.
POM bensin
:
b.
Pangkalan Minyak tanah dengan kapasitas 2000 liter
c.
Pangkalan LPG 3Kg
:
tidak ada
ada
(berdasarkan data Seksi Pemberdayaan dan Masyarakat tahun 2012)
LAPORAN KINERJA LURAH CIGUGUR 2012
G.
Bidang Komunikasi
1.
2.
Telekomunikasi
a.
Organisasi Radio Masyarakat : Nihil
b.
Wartel : nihil (sudah tutup karena perkembangan telepon seluler)
c.
Warnet : 7 buah
Radio dan Televisi
a.
Radio diperkirakan
:
37
unit
b.
Televisi diperkirakan
:
1547
unit
(berdasarkan data Seksi Pemberdayaan dan Masyarakat tahun 2012)
H.
Bidang Pertahanan Dan Keamanan
Situasi Ketentraman dan Ketertiban di Kelurahan Cigugur yang
disebabkan oleh ulah manusia dapat dikendalikan dengan baik, hal ini berkat
adanya kerjasama antara aparat keamanan di tingkat Kelurahan Cigugur dengan
petugas keamanan lainnya yang selalu mengadakan pembinaan ke tingkat
RT/RW.
1.
Pangkalan TNI
Di Kelurahan Cigugur terdapat pangkalan TNI yaitu Koramil 1515 dan
KAMINVET.
2.
Pangkalan POLRI
Di Kelurahan Cigugur tidak ada pangkalan POLRI, sedangkan untuk
mempermudah komunikasi dengan POLSEK Cigugur yang berada di
Kelurahan Cipari ditugaskan BABINMAS POLRI.
3.
LINMAS
Potensi pendukung pelaksana keamanan dan ketertiban di
Kelurahan Cigugur sampai akhir tahun 2012 antara lain sebagai berikut :

Pos Kamling
13
buah

Kasatgas Hansip
2
orang

Hansip Periode Siap
2
orang

Suskalak B
3
orang

Linmas
28
orang

Hansip Periode Siap yang telah
2
orang
mengikuti Diklatsar
(berdasarkan data Seksi Trantib tahun 2012)
KEPALA KELURAHAN CIGUGUR
UJANG SUTRISNA, S.Sos.
Penata Tk. I
NIP. 19591101 198103 1 013
SEKRETARIS KELURAHAN CIGUGUR
TATI SUHARTI, S.AP
Penata Tk. I
NIP. 19611209 198303 2 013
`
STAF SEKRETARIS
1.
2.
1.
SASTIAH
ARIPIN
KASI PEMERINTAHAN
KASI KESEJAHTERAAN RAKYAT
KASI TRANTIB
KASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
AJUDIN NIRWAN, S.IP
Penata Muda
NIP. 19780604 200801 1 003
DADI SETIADI, S.Sos
Penata Muda
NIP. 19741111 200701 1 006
KURNADI, S.Sos.
Penata Muda Tk. I
NIP. 19760817 200701 1 012
DAHLAN
Penata
NIP. 19590819 19803 1 006
STAF PEMERINTAHAN
STAF KESRA
STAF TRANTIB
STAF PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SAHRUDIN
1.
2.
3.
PIPIT FITRIYANTI
M. HASYIM
AGUS SURYANA
1.
DEDEN RAMDHANA, SE.
1.
2.
ANDI
IRWAN’S ARISWARA, SE.
Gambar 1. Pembangunan rumah dibantu oleh warga sekitar
Gambar 2. Wawancara dengan Aang Taufik
Gambar 3. Wawancara dengan
Kento Subarman
Gambar 4. Wawancara dengan
Pangeran Gumirat Barna Alam
Gambar 5. Home Industri
Gambar 6. Pabrik Susu
Gambar 7. Toko Susu
Gambar 8. Home Industri
Gambar 9. Pedagang
Gambar 10. Peternakan Sapi
Gambar 11. Peternakan Babi
PEME RINTAH IGBUPATEN KUNINGAN
BAI)N KISATUN BANGSA, POTITIKDAN PIRLNDUNGN MASYARAKAT
Jl. R{1. Martadinata Telp. (0232) gT}iTgAncaran
KLININGAN
;
Kode Pos 45515
SURAT KETERANGAN
tttomorffi
1.
Yang bertanda tangan di bawah
Nama
ini
:
MAMAN NURACHMAN, SH.,M.SI
Jabatan
'(epala Bidang Penguatan Nilai-nilai Kebangsaan
Badan Kesbang, Pol dan Linmas Kab. Kuningan
Berdasarkan Surat dari
Universitas lslam Negeri Syarif Hiclayatullah Jakarta, Nomor
Un.01 /F.'1 /KMi.01 .3/1 065 t2O1 g, tanggat 28
Menerangkan bahwa
a.
b.
c.
Nama
d. Alamat
e" Maksud
f.
i.
J.
:
201 3.
:
FERINALDI
lslam
Mahasiswa
Agama
Pekerjaan
Jl. lr. H. Juanda Nomor 95 Ciputat Jakarrta
Untuk keperluan
g. Lamanya
h. Peserta
Juni
Kegiatan
5 hari
1 (satu) orang
Penanggung jawab
Lokasi Kegiatan
Dengan catatan
Penelitian
Penyusunan Skripsi
Dr. IWAN PURWANTO, M.Pd
Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kab.K':nirrgan
:
a. Tidak . mengga.nggu keamanan dan ketertiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perUhdang undangan yang berlaku dan tidak menyimpang dari kegiatan yang telah
ditetHpkan;
b.
Sebdlum pelaksanaan, agar terlebih dahulu berkonsultasi dengan aparat yang terkait;
Memelihara hubungan baik dengan para Pejabat setempat dan masyarakat;
c.
d. Setelah
_kegiatan berakhir, agar menyampaikan laporan kepada Bupati Kuningan melalui Kepala
Bddan Kesbang, Politik dan Linrnas Kabupaten Kuningan,
e. Sdrat
Keterangan ini akan dic;abut dan dinyatakan tidak berlaku lagi apabila tidak memenuhi
ketefttuan yang telah ditetapkan
Sehubungan dengan maksud tersel)ut, diharapkan agar pihak yang terkait dapat memberikan bantuan
fasilitas seperlunya.
3.
Demikian keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinr/a.
Kunlngan,
ir\l\'o
s\sg))-;'
TEMBUSAN:
1. Bupati Kuningan (sebagai Laporan);
2. Camal Cigugur;
3. Kelurahan Cigugur
4. Paseban Cigugur
5. Dekan Bidang Akademik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
a)
Juli2013
LEMBAR UJI RS,FERE}ISI
Nama
:Ferinaldi
NtM
:109015000014
FakultaVJurusan
:llmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan IPS
Prodi
: Sosiologi
Judul Skripsi
:PerubahanSmialMasya rakatCigugur (AnalisiSistem Mata
Pe nca ha
rianlVlasya rakatCigugu rKuninga nJawa
Barat)
BUKU RE,FER.ENSI
PARAF
PEMBIMBING
Koentjaraningrat PengantarllmuAntropologi,
(Jakarta:
AksaraBaru, 1980), h. 217.
SoerjonoSoekanto, SosiologiSuatuPengantar, (Jakarta:
RajawaliPers, 2007), h.259 8.261.
Piotr Saomka, Sosiologi Perubahon Sosial,
(Jakarta:
Prenada 2010), h. 83.
http ://id. wikiped ia.org/wi ki/Perubahan_sosial_budaya
SoerjonoSoekanto, SosiologiSuatuPengantar, (Jakarta:
Raj awali Pers, 200 7),
h
- 266, 267, 27
l,
27
2,
3
53, 282
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, PengantorSosiologi,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 201l), h. 623-
624,838,839
Hartono danAmicun
Aziz
llmuSosialDasm, (Jakarta:
BumiAksara, I993). h. 89-90.
Koendaraningrat PengantarllmuAnlropologi, (Jakarta:
AksaraBaru. 1980), h. 143-144.367. 368.
Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia,
(Bandung; Alfabeta 2013), h, 18.
M. Munandar
Ilmu Sosial Dasar: Teori dqn
Soelaeman,
Kowep llmu Sosial, @andung: PT Eresco, 1995), h.64.
Muhammad Amin NurdindanAhmad Abrori, Mengerti
Sosiologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 35-36
Rusmin Tumanggor, Sosiologi Dalan Perspebif Islam,
(Jakarta: UIN Jakarta Press,
I
fuanu
trad
is
I
:
hflp
:
/ I ifzanol.blo
20Aq,h.25.
gspot. c om/ 20 I 0 / 0 6/m asyarakat-
ional-masyarakat.htrn I
(diaksespadahariJum'attanggal 08 November 2013 pukul
21.40).
PajarHatrnalndra.
Juyq
TransformasiTenagaKerjaPedesaan, Surakarta
FISIP UNS,
Cf
2003.
Skripsi
:
idakditerbitkan).
Piotr Saomka Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakara:
Prenada 2010), h.l
trxy
l7-l 19.
J. Moleong, Me todologi P enelit ianKual ita
if
@andung: PT RemajaRosdakarya, 1997), h.30, 175.
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Perelitian fusial:
B erbagai
Alternat if
P ende
kntan, (Jakarta: Kencana, 2005),
h.166.
HusainiUsmarL PurnomoSetiady Akbar,
Metodo logi P ene litionSo sial,
(lakxta: BumiAksara, 2008),
h.t8-79.
Sanapiah Faisal. Penelitian Kualitatif : Dacar-dosor don
Aplikasi. (Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. I990), h.61.
62,77,81.
AriefSubyantoro, FX. Survarto,
Metode donTekni kPene ! itianSos ial, (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2A07),h,97.
AtwarBaj ari, Me ngolah dat a dol amP e.nel i t ianKwlit
2013,
(http ://atwarbajari.wordpress.com/20
A9
at
if,
/04 / I 8l mengolah-
data{alam-penel itian-kual itatit
(diaksespadahariMinggutanggal 3 Februari 20 I 3 Pukul
Nasution, Me
to
de P e ne I i t i an N aturol ist i k Kual i t ot if,
(Bandung: Tarsito, 1996), h.126.
Analisis Dats PenelitianKuslitotif, (Jakarta: PT
RajagrafindoPersad4 2007), h, 83.
Beni AhmadS, MetodePenelitia4 ( Bandung:
Pustakasetia 2008) h.200 dan202.
Jakarta0l Desember
Dosen Ponbimbing
Drs H. Svaripulloh. M.Si
NIP.19670909 200701 1033
20 14
Download