plagiat merupakan tindakan tidak terpuji

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN
PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA
(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Yiuliani Octariana
NIM : 132114066
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN
PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA
(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Yiuliani Octariana
NIM : 132114066
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
You can’t change the wind.
But you can adjust sails to reach your destination
(Paulo Coelho)
Kupersembahkan untuk:
Papaku Ferdy Lesmana dan Mamaku Ai Tju
Adikku Erlyta Agustine Noviyanti
Dan Johnny Indo
Sahabatku Susanti dan Sevi
Serta teman-temanku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA
(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 14 Maret 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini
tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan
cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku
seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau
keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang
lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan
saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Maret 2017
Yang membuat pernyataan,
Yiuliani Octariana
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Yiuliani Octariana
Nomor Mahasiswa
: 132114066
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA
(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Maret 2017
Yiuliani Octariana
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1.
Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.
2.
Albertus Yudi Yuniarto, SE., M.B.A, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
3.
Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA selaku Kepala Program Studi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
4.
Ilsa Haruti Suryandari, SE., S.I.P., M.Sc., Ak., CA selaku Pembimbing Skripsi
dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah sabar membantu, membimbing,
dan memberikan saran serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi dan studi.
5.
Dr. FA. Joko Siswanto, M.M., Ak., QIA., CA dan Ign. Aryono Putranto, SE,
M.Acc, Ak selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan atas
skripsi yang saya tulis.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
Seluruh dosen dan karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma yang telah banyak memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan yang
berguna bagi penulis.
7.
Pandita Lusia Anggraini selaku Pimpinan Vihara Bodhicitta Maitreya yang
memberikan izin untuk melakukan penelitian serta Thanzu Mimi, Thanzu
Meixiu, Foyuan Nita, dan Foyuan Wendy yang telah banyak membantu penulis
dalam melakukan penelitian di Vihara Bodhicitta Maitreya.
8.
Papa saya Ferdy Lesmana, Ibu saya Ai Tju, adik saya Erlyta Agustine
Noviyanti dan Johnny Indo, atas doa, motivasi, dan bantuannya.
9.
Yulius Somali, Susanti, dan Sevi Mega Andriani yang selalu membantu dan
mendengarkan keluh kesah saya serta memberikan dorongan dan motivasi.
10. Teman-teman saya yang selalu memberikan bantuan dan masukan saat
mengerjakan skripsi, Dika, Jalu, Donny, Enggar dan Lukas.
11. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2013, teman-teman kelas B
angkatan 2013 (Siska, Alma, Eci, Lidya, Tata, dan lain-lain), teman-teman
MPAT kelas E, dan teman-teman Service Learning Program 2016.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 31 Maret 2017
Yiuliani Octariana
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS..............................
v
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................................................ vi
HALAMAN KATA PENGANTAR..................................................................... vii
HALAMAN DAFTAR ISI..................................................................................
ix
HALAMAN DAFTAR TABEL.......................................................................... xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR..................................................................... xiii
ABSTRAK.......................................................................................................... xiv
ABSTRACT........................................................................................................ xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN....................................................................
1
A. Latar Belakang...................................................................
1
B. Rumusan Masalah..............................................................
5
C. Tujuan Penelitian................................................................
5
D. Manfaat Penelitian..............................................................
6
E. Sistematika Penulisan.........................................................
7
LANDASAN TEORI.................................................................
9
A. Organisasi Sektor Publik....................................................
9
B. Sistem Informasi Akuntansi............................................... 10
C. Business Process Diagram................................................. 22
D. Pengendalian Internal......................................................... 23
E. Kelayakan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi........... 47
1.
Kelayakan Teknis (Technical Feasibility)................... 47
2.
Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility)............. 48
3.
Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)...... 49
F. Kesiapan Perubahan........................................................... 49
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Ajaran Buddha Maitreya.................................................... 53
1.
Kebenaran Mulia Mazhab Kasih Maitreya................. 53
2.
Dharma Hati Ajita....................................................... 57
3.
Teknologi, Peradaban, dan Hati Nurani...................... 63
H. Penelitian Sebelumnya....................................................... 64
BAB III
METODE PENELITIAN.......................................................... 69
A. Objek Penelitian................................................................. 69
B. Metode dan Desain Penelitian............................................ 69
C. Teknik Pengumpulan Data................................................. 71
1.
Wawancara.................................................................. 71
2.
Observasi.................................................................... 72
3.
Dokumentasi............................................................... 72
D. Teknik Analisis Data.......................................................... 72
BAB IV
GAMBARAN UMUM VIHARA BODHICITTA
MAITREYA.............................................................................. 80
A. Lokasi Vihara Bodhicitta Maitreya.................................... 80
B. Sejarah Vihara Bodhicitta Maitreya................................... 80
C. Visi dan Misi Vihara Bodhicitta Maitreya......................... 84
D. Sejarah Ajaran Buddha Maitreya....................................... 85
E. Struktur Organisasi di Vihara Bodhicitta Maitreya........... 89
F. Struktur Organisasi Keuangan Vihara Bodhicitta
Maitreya............................................................................. 97
G. Struktur Organisasi Keagamaan Agama Buddha
Maitreya............................................................................. 98
H. Struktur Kelembagaan Agama Buddha Maitreya
Indonesia dan Alur Pelaporan Keuangan........................... 101
I.
BAB V
Kegiatan-kegiatan dalam Vihara Bodhicitta Maitreya....... 103
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN............................... 105
A. Sistem Informasi Akuntansi Vihara................................... 105
1.
Siklus Penerimaan...................................................... 105
2.
Siklus Pengeluaran..................................................... 109
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Penggajian.................................................................. 115
B. Pengendalian Internal dalam Vihara................................. 116
1.
Lingkungan Pengendalian (Control Environment).... 116
2.
Penaksiran Risiko....................................................... 132
3.
Aktivitas Pengendalian............................................... 137
4.
Informasi dan Komunikasi......................................... 142
5.
Aktivitas Pengawasan................................................. 145
C. Perbandingan Sistem Informasi Akuntansi yang Baru
dan Lama........................................................................... 146
1.
Siklus Penerimaan...................................................... 146
2.
Siklus Pengeluaran..................................................... 152
3.
Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Penggajian.................................................................. 157
D. Analisis Kelayakan Sistem Baru....................................... 158
1.
Kelayakan Teknis (Technical Feasibility).................. 158
2.
Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility)............ 160
3.
Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)..... 162
E. Analisis Kesiapan dalam Penerapan Sistem Baru............. 163
BAB VI
PENUTUP................................................................................. 173
A. Kesimpulan........................................................................ 173
B. Keterbatasan Penelitian..................................................... 174
C. Saran.................................................................................. 174
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 176
LAMPIRAN....................................................................................................... 179
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Karakteristik Organisasi Sektor Publik............................................
9
Tabel 2.2
Simbol Business Process Diagram.................................................. 23
Tabel 5.1
Perbedaan Siklus Penerimaan Antara Sistem Lama dan Sistem
Baru.................................................................................................. 152
Tabel 5.2
Perbedaan Siklus Pengeluaran Antara Sistem Lama dan Sistem
Baru.................................................................................................. 152
Tabel 5.3
Perbedaan Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Penggajian Antara Sistem Lama dan Sistem Baru........................... 158
Tabel 5.4
Harga Hardware dan Software......................................................... 160
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Vihara Bodhicitta Maitreya......................... 90
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Keuangan Vihara Bodhicitta Maitreya........ 97
Gambar 4.3
Struktur Organisasi Keagamaan Agama Buddha Maitreya......... 98
Gambar 4.4
Struktur Kelembagaan Agama Buddha Maitreya Indonesia....... 101
Gambar 5.1
Business Process Diagram Sumbangan Umat Hari Besar
Keagamaan.................................................................................. 105
Gambar 5.2
Business Process Diagram Penjualan Koperasi Vihara.............. 108
Gambar 5.3
Business Process Diagram Pengeluaran Kas Kecil.................... 110
Gambar 5.4
Business Process Diagram Pengeluaran Melalui Bendahara
Langsung..................................................................................... 113
Gambar 5.5
Business Process Diagram Siklus Manajemen Sumber Daya
Manusia dan Penggajian............................................................. 115
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN
PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA
(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)
Yiuliani Octariana
NIM: 132114066
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan kesiapan
perubahan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru di Vihara Bodhicitta
Maitreya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan saran kepada
Vihara Bodhicitta Maitreya mengenai kelayakan dan kesiapan perubahan
penerapan sistem informasi akuntansi yang baru. Lebih lanjut, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi untuk vihara dalam mengantisipasi kelemahan
sistem informasi akuntansi yang baru.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Penelitian ini juga menggunakan teknik triangulasi. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
Berdasarkan hasil analisis, penerapan sistem informasi akuntansi Vihara
Bodhicitta Maitreya yang baru sudah layak secara teknis, ekonomis, dan
operasional. Kemudian, peneliti menyimpulkan bahwa Vihara Bodhicitta Maitreya
sudah siap melakukan perubahan dalam mengimplementasikan sistem informasi
akuntansi yang baru.
Kata Kunci: Kelayakan, Kesiapan Perubahan, Sistem Informasi Akuntansi, dan
Vihara.
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF FEASIBILITY AND READINESS FOR CHANGE IN
IMPLEMENTATION OF ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM IN
VIHARA
(Case Study in Vihara Bodhicitta Maitreya)
Yiuliani Octariana
NIM: 132114066
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017
This research aims to discover the feasibility and readiness for change in
implementing a new accounting information system in Vihara Bodhicitta Maitreya.
This research intends to provide descriptions and suggestions to Vihara Bodhicitta
Maitreya about the feasibility and readiness for change in implementing the new
accounting information system. Furthermore, this research is expected to be a
reference for vihara to anticipate the weaknesses of the new accounting information
system.
This research used a qualitative method using a case study approach. This
research also used a triangulation technique. Data collection techniques in this
research were interviews, observation, and documentation.
Based on the analysis results, the implementation of the new accounting
information system was technically, economically, and operationally feasible.
Besides, the current researcher concluded that Vihara Bodhicitta Maitreya was
ready to change by implementing a new accounting information system.
Keyword: Feasibility, Readiness for Change, Accounting Information System, and
Vihara.
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Mahsun et al. (2006:12), jangkauan organisasi sektor publik
di setiap negara biasanya tidak sama. Tidak ada definisi yang menyeluruh dan
lengkap yang dapat digunakan untuk seluruh sistem pemerintahan. Wilayah
organisasi sektor publik dapat berubah tergantung pada kejadian historis dan
suasana politik yang sedang terjadi di suatu negara. Organisasi sektor publik
di Indonesia merupakan organisasi yang dananya berasal dari masyarakat dan
penggunaan dananya untuk masyarakat. Menurut Bastian (2010:11), di
Indonesia terdapat beberapa macam organisasi sektor publik yang biasanya
dikenal, antara lain: organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai
politik, LSM, yayasan, lembaga pendidikan, lembaga pelayanan kesehatan,
dan tempat peribadatan. Tempat peribadatan yang ada di Indonesia, meliputi:
masjid, gereja, vihara, pura, dan kelenteng.
Vihara merupakan tempat beribadah bagi umat beragama Buddha.
Sebagai sebuah tempat ibadah, vihara mempunyai berbagai macam kegiatan.
Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada di vihara tentunya terdapat
transaksi yang berkaitan dengan uang. Transaksi tersebut dapat berupa
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Saat terjadi transaksi yang
berkaitan dengan penerimaan ataupun pengeluaran kas, biasanya suatu
organisasi akan mencatat transaksi tersebut. Pencatatan transaksi yang
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dilakukan ini tidak terlepas dari penggunaan sistem informasi akuntansi.
Sistem
informasi
akuntansi
adalah
sistem
yang
bertujuan
untuk
mengumpulkan dan memproses data serta melaporkan informasi yang
berkaitan dengan transaksi keuangan (Diana dan Setiawati, 2011:4).
Saat berbicara tentang sistem informasi akuntansi, orang-orang juga
akan mengaitkannya dengan pengendalian internal. Menurut AICPA
(American Institute of Certified Public Accountants), pengendalian internal
terdiri dari kebijakan, praktek, dan prosedur yang digunakan oleh organisasi
untuk mencapai 4 (empat) tujuan umum, yaitu: mengamankan aset organisasi,
menjamin keakuratan dan keandalan informasi dan pencatatan akuntansi,
meningkatkan efisiensi dalam operasi organisasi, dan mengukur kepatuhan
terhadap prosedur dan kebijakan yang ditentukan manajemen (Hall, 2013:
112). Menurut Diana dan Setiawati (2011:82), suatu sistem informasi yang
tidak memasukkan unsur pengendalian internal di dalam penerapannya,
kemungkinan besar membuat penerapan sistem informasi tersebut tidak
berguna.
Vihara sebagai suatu organisasi sektor publik seharusnya melakukan
pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan. Dalam pelaksanaan pencatatan
dan pelaporan terdapat penggunaan sistem informasi akuntansi. Saat
organisasi vihara ini menggunakan sistem informasi akuntansi tentunya perlu
ditelaah kembali apakah pengendalian internal diterapkan. Selain itu, vihara
sebagai tempat beribadah umat beragama Buddha tentunya menggunakan
nilai-nilai dan ajaran-ajaran buddhis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Salah satu aliran agama Buddha di Indonesia adalah Maitreya.
Maitreya merupakan calon Buddha yang dipercayai lahir ke bumi untuk
menyelamatkan umat manusia. Buddha Maitreya dikenal dengan Buddha
akhir zaman. Inti dari ajaran agama Buddha Maitreya ini berfokus kepada
cinta kasih dan hati nurani. Salah satu ajaran Buddha Maitreya yaitu “dipukul
tak melawan, dimarah tak membalas”. Hal ini menunjukkan bahwa segala
sesuatu tidak ada yang menandingi cinta kasih dan hati nurani.
Vihara yang menganut aliran agama Buddha Maitreya banyak terdapat
di Indonesia, salah satunya adalah Vihara Bodhicitta Maitreya yang berada di
D.I. Yogyakarta. Sama halnya dengan organisasi pada umumnya, saat terjadi
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas di Vihara Bodhicitta Maitreya juga
dilakukan pencatatan atas transaksi tersebut. Terjadinya aktivitas penerimaan
dan pengeluaran kas ini menunjukkan bahwa ada suatu sistem informasi
akuntansi yang diterapkan di Vihara Bodhicitta Maitreya. Selain itu, dengan
diterapkan sistem informasi akuntansi ini juga terdapat kemungkinan bahwa
ada penerapan pengendalian internal di dalam Vihara Bodhicitta Maitreya,
terlepas dari lemah atau kuatnya pengendalian internal tersebut. Dari ajaranajaran Buddha perlu dibahas dan digali lebih jauh dan mendalam mengenai
kesesuaian ajaran-ajaran Buddha dengan penerapan sistem informasi
akuntansi, khususnya pengendalian internal. Hal ini karena sebagai organisasi
religius yang mengikuti ajaran Buddha, vihara tentunya dianggap perlu untuk
menerapkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran Buddha.
Pada tahun 2017, Vihara Bodhicitta Maitreya berencana untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mengubah sistem informasi akuntansi yang telah ada. Perubahan sistem ini
dilakukan karena pihak vihara ingin mengembangkan sistem tata kelola
keuangan vihara menjadi lebih baik. Sistem yang baru ini diharapkan dapat
memenuhi tujuan kepatuhan. Penggunaan teknologi dalam sistem yang baru
ini juga disebabkan oleh tuntutan zaman sehingga tata kelola keuangan vihara
dapat tetap terjaga eksistensi dan keberlanjutannya. Perubahan sistem
informasi akuntansi dari yang lama menjadi yang baru tentunya memerlukan
kesiapan dari para pengabdi yang mengurusi bagian keuangan. Perubahan
sistem tidaklah mudah karena suatu organisasi perlu memastikan terlebih
dahulu apakah sistem yang akan diterapkan layak. Selain itu, organisasi juga
perlu mengidentifikasi apakah organisasi tersebut memiliki kesiapan atas
perubahan terhadap sistem informasi akuntansi.
Hal-hal tersebut menarik bagi peneliti sebab analisis kelayakan untuk
organisasi religius mungkin akan berbeda dengan organisasi lain. Begitu pula
dengan halnya kesiapan perubahan bagi organisasi religius, sebab sumber
daya manusia yang ada di organisasi religius khususnya vihara merupakan
mereka yang secara sukarela bersedia mengabdi untuk vihara dan hanya
diberi sedikit tunjangan per bulan. Selain itu, kurangnya penelitian terkait
dengan akuntansi organisasi religius khususnya vihara, mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian terhadap vihara.
Berdasarkan penjabaran di atas, terdapat beberapa hal yang dapat
dibahas lebih lanjut oleh peneliti. Dengan mempertimbangkan beberapa hal,
peneliti merasa perlu untuk membahas mengenai penerapan sistem informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
akuntansi dalam vihara dan penerapan pengendalian internal yang terjadi
selama ini, serta kesesuaian antara ajaran Buddha dan penerapan
pengendalian internal untuk sistem informasi akuntansi yang lama. Selain itu,
peneliti juga merasa perlu untuk membandingkan antara penerapan sistem
informasi akuntansi yang lama dan baru agar bisa melihat bagaimana
perbedaan kedua sistem. Kemudian, mengenai perubahan penerapan sistem
informasi akuntansi
yang baru, peneliti menganggap bahwa perlu
dilakukannya analisis atas kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi
yang baru dan kesiapan perubahan atas sistem informasi akuntansi tersebut.
Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Analisis
Kelayakan dan Kesiapan Perubahan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi di
Vihara” dengan melakukan studi kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya yang
berlokasi di Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan rumusan masalah,
yaitu:
1. Bagaimana kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru di
Vihara Bodhicitta Maitreya?
2. Bagaimana kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi di
Vihara Bodhicitta Maitreya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, antara lain:
1.
Untuk mengetahui kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi yang
baru di Vihara Bodhicitta Maitreya.
2.
Untuk mengetahui kesiapan perubahan penerapan sistem informasi
akuntansi di Vihara Bodhicitta Maitreya.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Vihara Bodhicitta Maitreya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Vihara
Bodhicitta Maitreya, khususnya mengenai pengendalian internal serta
kelayakan dan kesiapan penerapan perubahan sistem informasi akuntansi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
sistem informasi akuntansi dan pengendalian internal vihara agar bisa
membantu pengembangan vihara dalam hal akuntansi.
2.
Bagi Pembaca
Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan
dan penjelasan mengenai sistem informasi akuntansi, pengendalian
internal, serta kelayakan dan kesiapan penerapan perubahan sistem
informasi akuntansi, khususnya Vihara Bodhicitta Maitreya.
3.
Bagi Peneliti
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini
adalah peneliti dapat mempelajari lebih mendalam mengenai sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
informasi akuntansi, pengendalian internal, serta kelayakan dan kesiapan
penerapan perubahan sistem informasi akuntansi organisasi religius,
khususnya vihara. Selain itu, peneliti juga berharap agar ilmu yang
didapatkan dapat dikembangkan saat melakukan penelitian ini.
E. Sistematika Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti membagi penulisan menjadi beberapa
bab yang terdiri dari: Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III
Metode Penelitian, Bab IV Gambaran Umum Objek Penelitian, Bab V
Analisis Data dan Pembahasan, dan Bab VI Penutup. Berikut merupakan isi
dari bab-bab tersebut, antara lain:
Bab I
Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Landasan Teori
Dalam bab ini, peneliti menguraikan teori-teori yang berkaitan
dengan topik penelitian dan ajaran-ajaran Buddha Maitreya yang
dapat dikaitkan dengan penerapan pengendalian internal. Teori-teori
yang berkaitan dengan topik penelitian, seperti organisasi sektor
publik, sistem informasi akuntansi, business process diagram,
pengendalian internal, kelayakan penerapan sistem, kesiapan
perubahan sistem, dan ajaran Buddha Maitreya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai objek penelitian, metode dan desain
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV Gambaran Umum Objek Penelitian
Bab ini membahas mengenai pengenalan objek penelitian, seperti
lokasi tempat penelitian, latar belakang atau sejarah berdirinya
Vihara Bodhicitta Maitreya, visi dan misi vihara, sejarah ajaran
Buddha Maitreya, struktur organisasi vihara, pembagian tugas
masing-masing jabatan dalam struktur organisasi, dan kegiatankegiatan yang dilakukan oleh vihara.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang deskripsi data penelitian dan analisis
data yang dibandingkan dengan teori terkait.
Bab VI Penutup
Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Organisasi Sektor Publik
Kata “publik” (public) berarti masyarakat atau rakyat, yang biasanya,
merupakan kelompok binaan, donatur, konstituen, atau umat (Bastian,
2010:11). Hal ini berarti bahwa masyarakat atau rakyat dalam arti kata publik
juga termasuk bagian-bagian yang berperan untuk memberikan atau
menyumbangkan dana dan/atau juga merupakan pihak yang mendapatkan
manfaat dari penggunaan dana tersebut. Oleh karena itu, organisasi sektor
publik di Indonesia adalah organisasi yang dananya berasal dari masyarakat
dan kemudian penggunaannya juga bermanfaat bagi masyarakat. Menurut
Bastian (2010:11), jenis organisasi sektor publik yang ada dan dikenal di
Indonesia, antara lain: organisasi pemerintah pusat, organisasi pemerintah
daerah, organisasi partai politik, organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat,
organisasi yayasan, oganisasi pendidikan (seperti sekolah), organisasi
kesehatan (seperti puskesmas dan rumah sakit), dan organisasi tempat
peribadatan (seperti masjid, gereja, vihara, pura, dan kelenteng).
Tabel 2.1
Tujuan
Karakteristik Organisasi Sektor Publik
Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik
dalam kebutuhan dasar, dan kebutuhan lainnya baik
jasmani maupun rohani.
Aktivitas
Pelayanan publik (public services) seperti dalam bidang
pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan hukum,
transportasi publik, dan penyedia pangan.
Sumber
Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan
Pembiayaan retribusi, laba perusahaan negara, pinjaman pemerintah,
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Tabel 2.1
Karakteristik Organisasi Sektor Publik (Lanjutan)
serta pendapatan lain-lain yang sah dan tidak bertentangan
dengan perundangan yang berlaku.
Pola Pertang- Bertanggungjawab kepada masyarakat melalui lembaga
gungjawaban perwakilan masyarakat, seperti dalam organisasi
pemerintahan yang meliputi Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), serta dalam yayasan
dan LSM seperti dewan pengampu.
Kultur
Bersifat birokratis, formal, dan berjenjang.
Organisasi
Penyusunan
Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan
Anggaran
program.
Penurunan
anggaran
program
publik
dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan oleh
masyarakat. Dan akhirnya disahkan oleh wakil masyarakat
di DPR, DPD, DPRD, majelis syuro partai, dewan
pengurus LSM, atau dewan pengurus yayasan.
Stakeholder
Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai
organisasi, para kreditor, para investor, lembaga-lembaga
internasional termasuk lembaga donor internasional (seperti
Bank Dunia (World Bank), International Monetary Fund
(IMF), Asian Development Bank (ADB), Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), United Nation Development
Program (UNDP), USAID, dan pemerintah luar negeri.
(Sumber: Indra Bastian, 2010)
B. Sistem Informasi Akuntansi
Kata sistem berasal dari Bahasa Latin, yaitu systema dan Bahasa
Yunani, yaitu sustema yang berarti suatu kesatuan elemen atau komponen
yang dihubungkan secara bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi, atau energi (Mardi, 2011:3). Menurut Romney dan Steinbart (2014:3),
“sistem (system) adalah serangkaian dua atau lebih komponen yang saling
terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan”. Menurut Mulyadi (2016:1),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
setiap sistem terdiri dari struktur dan proses. Struktur sistem adalah unsurunsur yang membentuk sistem, sedangkan proses sistem merupakan cara
kerja setiap unsur sistem dalam mencapai tujuan dari sistem tersebut.
Data merupakan fakta yang masih belum diolah atau mentah yang
dikumpulkan, disimpan, dan diproses oleh sistem informasi menjadi suatu
informasi.
Informasi (information) adalah data yang sudah dikelola dan
diproses, yang memiliki arti dan berguna untuk proses pengambilan
keputusan. Nilai informasi (value of information) adalah manfaat yang
dihasilkan oleh informasi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan dan memproses informasi tersebut. Menurut Romney dan
Steinbart (2014:4) keuntungan dari suatu informasi adalah berkurangnya
ketidakpastian,
peningkatan
kualitas
pengambilan
keputusan,
dan
meningkatkan kemampuan dalam merencanakan dan menjadwalkan aktivitas.
Menurut Romney dan Steinbart (2014:5) terdapat tujuh karakteristik
informasi yang berguna, antara lain:
1.
Relevan
Informasi yang relevan merupakan informasi berhubungan dengan yang
diperlukan. Informasi yang relevan dapat mengurangi ketidakpastian,
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, dan menegaskan atau
memperbaiki ekspektasi sebelumnya.
2.
Reliable
Informasi yang reliable berarti informasi yang dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Informasi dapat dikatakan reliable jika informasi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bebas dari kesalahan atau bias dan menyajikan suatu kejadian atau
aktivitas organisasi secara akurat.
3.
Lengkap
Informasi yang lengkap berarti dalam penyajian informasi tersebut tidak
menghilangkan aspek penting dari suatu kejadian atau aktivitas yang
diukur.
4.
Tepat waktu
Informasi harus tepat waktu yaitu diberikan pada waktu yang tepat pada
pengambil keputusan untuk mengambil keputusan. Informasi harus tepat
waktu sebab jika informasi tersebut terlambat bisa menyebabkan
informasi tersebut tidak lagi berguna atau mengurangi kualitas informasi
tersebut.
5.
Dapat dipahami
Informasi disajikan dalam format yang dapat dimengerti oleh pengguna
informasi dan jelas.
6.
Dapat diverifikasi
Informasi dapat diverifikasi yang mana jika ada dua atau lebih orang
yang independen dan berpengetahuan di bidang yang sama, mereka dapat
menghasilkan informasi yang sama.
7.
Dapat diakses
Informasi dapat diakses maksudnya adalah jika informasi tersedia untuk
pengguna saat mereka membutuhkan informasi tersebut dan dalam
format yang dapat digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Menurut Romney dan Steinbart (2014:11) “Akuntansi adalah proses
identifikasi,
pengumpulan,
dan
penyimpanan
data
serta
proses
pengembangan, pengukuran, dan komunikasi informasi”. Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa akuntansi adalah sistem
informasi. Hal ini karena sistem informasi akuntansi juga mengumpulkan,
mencatat, menyimpan, dan memproses data akuntansi dan data lainnya untuk
membuat data tersebut menjadi suatu informasi yang dapat digunakan oleh
pembuat keputusan.
Menurut Romney dan Steinbart (2014:11) terdapat enam komponen
dari sistem informasi akuntansi, yaitu: (1) pengguna sistem; (2) prosedur dan
instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan
data; (3) data tentang organisasi dan aktivitas bisnisnya; (4) perangkat lunak
(software) yang digunakan untuk mengolah data; (5) infrastruktur teknologi
informasi, meliputi komputer, perangkat keras (hardware), dan perangkat
jaringan komunikasi yang digunakan dalam SIA; dan (6) pengendalian
internal dan pengukuran keamanan yang menyimpan data sistem informasi
akuntansi.
Romney dan Steinbart juga berpendapat (2014:11) bahwa enam
komponen SIA tersebut memungkinkan SIA untuk melaksanakan tiga fungsi
bisnis, yaitu:
1.
Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai kegiatan atau aktivitas,
sumber daya, dan personel organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.
Mengolah
data
merencanakan,
menjadi
informasi
melaksanakan,
sehingga
mengendalikan,
manajemen
dan
dapat
mengevaluasi
kegiatan, sumber daya, dan personel.
3.
Melakukan pengendalian internal yang memadai untuk mengamankan
aset dan data organisasi.
Menurut Romney dan Steinbart (2014:7) dalam sistem informasi
akuntansi terdapat berbagai macam business process atau transaction cycle
seperti siklus penerimaan, siklus pengeluaran, dan siklus produksi. Berikut ini
siklus-siklus yang terdapat dalam organisasi religius, khususnya vihara:
1.
Siklus Penerimaan
Menurut Mulyadi (2016:380), penerimaan kas untuk penjualan
tunai dapat dilakukan dengan prosedur penerimaan kas dari over-thecounter sales. Prosedur yang dilakukan dalam penerimaan kas ini yaitu:
pembeli datang ke toko atau perusahaan lalu memesan barang atau
produk yang akan dibeli kepada wiraniaga di bagian penjualan. Lalu
pembeli akan melakukan pembayaran kepada bagian kasir. Pembayaran
dapat dilakukan dengan uang tunai, kartu kredit, cek pribadi (personal
check), atau kartu debit. Kemudian, bagian penjualan memerintahkan
bagian pengiriman untuk menyerahkan pesanan kepada pembeli dan
bagian pengiriman menyerahkan barang tersebut. Setelah itu, bagian
kasir menyetorkan kas yang diterima ke bank. Transaksi ini kemudian
dicatat oleh bagian akuntansi. Pendapatan penjualan dicatat ke dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
jurnal penjualan dan penerimaan kas dicatat dalam jurnal penerimaan
kas.
Menurut Mulyadi (2016:386), dokumen yang dibutuhkan dalam
melakukan transaksi penerimaan kas, antara lain:
a.
Faktur penjualan tunai
Dokumen ini digunakan untuk merekam informasi terjadinya
transaksi penjualan tunai oleh perusahaan. Dokumen ini diisi oleh
fungsi yang kemudian digunakan sebagai pengantar kepada fungsi
kas saat pembeli akan membayar.
b.
Cash register tape
Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas saat menerima pembayaran
dari pembeli dengan menggunakan cash register.
c.
Credit card sales slip
Dokumen ini merupakan dokumen yang dicetak oleh bank yang
menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan yang
menjadi anggota dari kartu kredit tersebut. Dokumen ini diisi oleh
fungsi kas yang berfungsi untuk menagih uang tunai dari bank yang
menerbitkan kartu kredit atas transaksi pembelian yang dilakukan
oleh pemegang kartu kredit.
d.
Bill of lading
Dokumen ini digunakan sebagai bukti penyerahan barang dari
perusahaan penjualan barang kepada perusahaan jasa pengantar
barang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
e.
Bukti setor bank
Dokumen ini digunakan sebagai bukti penyetoran kas ke bank yang
dibuat oleh fungsi kas.
f.
Rekapitulasi beban pokok penjualan
Dokumen ini berfungsi sebagai daftar untuk meringkas harga pokok
produk yang dijual dalam periode tertentu.
2.
Siklus Pengeluaran
Menurut Diana dan Setiawati (2011:122) secara umum, lima jenis
pembelian yang dilakukan dalam perusahaan, antara lain:
a.
Pembelian barang dagangan
Barang dagangan merupakan barang yang dibeli oleh perusahaan
untuk dijual kembali, tanpa merubah bentuk dari barang tersebut
ataupun memberi nilai tambah pada produk tersebut.
b.
Pembelian bahan baku dan bahan pembantu
Bahan baku dan bahan pembantu adalah bahan atau material yang
digunakan oleh perusahaan untuk membuat atau memproduksi suatu
produk yang kemudian dapat dijual.
c.
Pembelian supplies (bahan habis pakai)
Bahan habis pakai (supplies) merupakan barang yang diperlukan
oleh perusahaan untuk membantu jalannya kegiatan operasional
usaha dan barang tersebut biasanya habis digunakan dalam jangka
waktu kurang dari satu tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
d.
Pembelian peralatan
Peralatan merupakan barang yang digunakan oleh perusahaan yang
biasanya jangka waktu pemakaiannya dapat lebih dari satu tahun.
e.
Pembelian aktiva tetap
Aktiva tetap merupakan barang yang memberi manfaat di masa
depan yang dibeli dan digunakan oleh perusahaan yang umur
ekonomisnya lebih dari satu tahun.
Terdapat dua jenis pembelian yang biasanya dilakukan, antara lain:
a.
Pembelian tunai
1) Proses bisnis dalam siklus pembelian tunai
Bagian yang kehabisan barang atau membutuhkan barang
membuat Surat Permintaan Pembelian. Kemudian bagian
tersebut memberikan Surat Permintaan Pembelian kepada
bagian
pembelian.
Setelah
menerima
Surat
Permintaan
Pembelian, bagian pembelian mengajukan kasbon kepada
pengelola kasbon untuk mendapatkan uang tunai yang
dibutuhkan untuk membeli barang tersebut. Lalu, bagian
pembelian membeli barang-barang yang dibutuhkan sesuai
dengan informasi yang dicantumkan dalam Surat Permintaan
Pembelian. Bagian pembelian memberikan barang tersebut
kepada pihak yang membutuhkan dan kemudian pihak tersebut
membubuhkan tanda tangan pada Faktur Pembelian. Tanda
tangan ini digunakan sebagai bukti bahwa pihak tersebut telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menerima barang dari bagian pembelian. Selanjutnya, bagian
pembelian membuat pertanggungjawaban atas kasbon tersebut
dan menyerahkan sisa uang kepada pengelola kasbon.
2) Dokumen dalam Pembelian Tunai
Menurut Diana dan Setiawati (2011:124-125), dokumen yang
digunakan dalam transaksi pembelian tunai, yaitu:
a) Surat Permintaan Pembelian
Dokumen ini digunakan untuk merekam permintaan
pembelian dari departemen lain yang membutuhkan barang
kepada bagian pembelian.
b) Blanko Kasbon
Blanko kasbon ini berfungsi untuk meminta kas dari bagian
pengelola
kasbon
yang
jumlah
kas
yang
diminta
berdasarkan perkiraan dalam Surat Permintaan Pembelian.
c) Faktur Pembelian Tunai
Dokumen ini merupakan dokumen yang berasal dari toko
atau pemasok di mana perusahaan melakukan pembelian
secara tunai.
d) Blanko Penyelesaian Kasbon
Dokumen
ini
digunakan
untuk
membuat
pertanggungjawaban atas kasbon yang kemudian diserahkan
kepada pengelola kasbon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b.
Pembelian Kredit
1) Proses Bisnis dalam Siklus Pembelian Kredit
Bagian yang kehabisan barang atau membutuhkan barang
membuat Surat Permintaan Pembelian. Kemudian bagian
tersebut memberikan Surat Permintaan Pembelian kepada
bagian
pembelian.
Setelah
menerima
Surat
Permintaan
Pembelian, bagian pembelian memesan barang ke pemasok
menggunakan Surat Order Pembelian, yang dibuat berdasarkan
Surat Permintaan Pembelian. Saat barang pesanan datang,
bagian yang membutuhkan barang dan bagian pembelian
mengecek barang tersebut. Jika barang yang dipesan tidak sesuai
dengan yang tercantum dalam Surat Order Pembelian, bagian
akuntansi akan membuat nota retur dan mengembalikan barangbarang tersebut. Jika pesanan yang datang sesuai, maka barang
akan diserahkan kepada bagian yang membutuhkan. Bagian
akuntansi, khususnya yang menangani utang usaha menerima
tagihan dari pemasok. Menjelang tanggal jatuh tempo, bagian
akuntansi akan menyiapkan Bukti Kas Keluar untuk membayar
utang ke pemasok. Kepala Bagian Keuangan mengotorisasi
Bukti Kas Keluar dan slip transfer atau cek dan Bukti Kas
Keluar dan cek atau slip transfer diserahkan kepada bagian kasir.
Lalu, bagian kasir memproses pelunasan utang dan Bukti Kas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Keluar dan copy cek atau slip transfer diserahkan kepada bagian
akuntansi untuk dicatat.
2) Dokumen dalam Pembelian Kredit
Menurut Diana dan Setiawati (2011:132) dokumen yang
digunakan dalam transaksi pembelian kredit, antara lain:
a) Surat Permintaan Pembelian
Dokumen ini digunakan untuk merekam permintaan
pembelian dari departemen lain yang membutuhkan barang
kepada bagian pembelian.
b) Surat Order Pembelian
Dokumen ini digunakan untuk memesan barang yang ingin
dibeli kepada pihak pemasok yang dibuat oleh bagian
pembelian.
c) Nota Retur
Dokumen ini digunakan untuk pengembalian barang yang
dikirim oleh pemasok jika barang yang diterima tidak sesuai
dengan yang dipesan. Dokumen ini dibuat oleh bagian
akuntansi.
d) Faktur Pembelian
Dokumen ini merupakan dokumen tagihan yang diterima
dari pemasok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
e) Bukti Kas Keluar
Dokumen ini dibuat oleh bagian akuntansi berdasarkan
informasi yang ada dalam faktur dan Surat Order Pembelian
yang merupakan permintaan pembayaran utang kepada
pemasok.
3.
Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian
Menurut Diana dan Setiawati (2011:182), dokumen yang
digunakan dalam pembayaran gaji, antara lain:
a.
Kartu waktu
Kartu waktu digunakan untuk merekam kehadiran karyawan setiap
harinya, yakni jam karyawan tersebut datang dan pulang dari kantor.
b.
Daftar gaji
Daftar gaji ini berisi besar gaji seluruh karyawan yang bekerja di
perusahaan sehingga perusahaan bisa mengetahui total beban gaji
yang dikeluarkan.
c.
Slip gaji
Dokumen ini berisi rincian gaji karyawan yang bertujuan agar
karyawan mengetahui komponen-komponen pemberian gaji kepada
mereka, serta agar tidak terjadi salah pemberian gaji.
d.
Daftar transfer
Dokumen ini digunakan sebagai surat perintah kepada bank untuk
mengirimkan atau mentransfer uang dengan nominal tertentu kepada
masing-masing karyawan yang menerima gaji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Berikut proses penggajian melalui transfer menurut Diana dan
Setiawati (2011:185), yaitu: bagian personalia merekam atau mencatat
kehadiran karyawan setiap hari, bisa juga menggunakan alat sidik jari
atau kartu waktu. Kemudian, bagian penggajian menghitung gaji dari
karyawan tersebut beserta dengan Pajak Penghasilan pasal 21, lalu
bagian penggajian menyusun daftar gaji, daftar transfer, dan slip gaji.
Bagian penggajian lalu menyerahkan slip gaji dan daftar gaji kepada
bagian akuntansi untuk dibuatkan Bukti Kas Keluar. Bagian akuntansi
memeriksa penghitungan daftar gaji dan mengecek kesesuaian antara
daftar gaji dengan slip gaji. Lalu, bagian akuntansi menyerahkan slip gaji
kepada setiap karyawan sesuai dengan nama yang tercantum. Bukti Kas
Keluar yang dilampiri dengan daftar gaji dan slip gaji diberikan kepada
bagian keuangan. Bagian keuangan mengecek kesesuaian informasi yang
ada di dalam daftar gaji dan daftar transfer kemudian menandatangani
daftar gaji dan daftar transfer. Setelah itu, daftar transfer diserahkan ke
bank terkait untuk mengirimkan gaji masing-masing karyawan.
C. Business Process Diagram
Menurut Romney dan Steinbart (2014:73) “Diagram Proses Bisnis
(DPB-Business Process Diagram) adalah cara visual untuk menjelaskan
langkah-langkah atau aktivitas-aktivitas dalam proses bisnis”. Aktivitas yang
digambarkan dalam business process diagram memudahkan pemahaman
pembaca diagram tentang proses bisnis yang terjadi. Terdapat standar untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menggambarkan business process diagram yang dibuat oleh Business Process
Modeling Initiative Notation Working Group. Berikut ini beberapa simbol
untuk menggambarkan business process diagram yang dapat digunakan untuk
menghasilkan diagram yang mudah dibuat dan dipahami.
Tabel 2.2 Simbol Business Process Diagram
Simbol
Nama
Mulai
Akhir
Penjelasan
Mulai atau permulaan proses
diwakili oleh lingkaran kecil.
Akhir proses direpresentasikan oleh
lingkaran kecil bergaris tebal.
Aktivitas dalam
proses
Aktivitas dalam proses diwakili
oleh persegi yang sisinya tumpul.
Penjelasan aktivitas ditempatkan
dalam persegi.
Keputusan
Keputusan yang dibuat selama
proses diwakili oleh sebuah wajik.
Penjelasan keputusan ditempatkan
di dalam simbol.
Arus
Arus
data
informasi
yang
ditunjukkan oleh panah.
Informasi
Informasi
yang
membantu
anotasi
menjelaskan proses bisnis yang
dimasukkan ke dalam diagram dan
jika dibutuhkan, panah yang tebali
digambarkan
dari
penjelasan
simbol.
(Sumber: Romney, Marshall B. dan Paul John Steinbart, 2014:74)
D. Pengendalian Internal
Salah satu komponen dari sistem informasi akuntansi adalah
pengendalian internal. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of
Treadway Commission atau biasa disingkat dengan COSO (2013:15),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
direksi, manajemen, dan personel lainnya yang dirancang untuk menyediakan
jaminan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan yang berkaitan
dengan
operasi
(operations),
pelaporan
(reporting),
dan
kepatuhan
(compliance). Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa pengendalian
internal dirancang untuk mencapai tujuan pengendalian. Menurut Commitee
of Sponsoring Organizations of Treadway Commission atau COSO (2013: 1516) terdapat tiga jenis tujuan pengendalian, yaitu:
1.
Tujuan Operasi (Operations Objectives)
Tujuan pengendalian dalam hal operasi adalah melakukan operasi secara
efektif dan efisien. Hal ini termasuk tujuan organisasi dalam hal kinerja
keuangan dan operasional, serta menjaga aset organisasi agar tetap aman.
2.
Tujuan Pelaporan (Reporting Objectives)
Tujuan pengendalian dalam hal pelaporan adalah berkaitan dengan
pelaporan baik secara keuangan maupun non keuangan internal dan
eksternal. Selain itu hal ini juga meliputi syarat yang di tetapkan oleh
pembuat kebijakan, penyusun standar atau kebijakan organisasi, seperti
reliabilitas, ketepatwaktuan, transparansi, dan sebagainya.
3.
Tujuan Kepatuhan (Compliance Objectives)
Tujuan pengendalian mengenai kepatuhan berkaitan dengan ketaatan
organisasi atas hukum dan peraturan yang berlaku.
Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway
Commission atau COSO (2013:45), terdapat lima komponen dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pengendalian internal, antara lain:
1.
Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian merupakan seperangkat standar, proses, dan
struktur yang menyediakan dasar untuk melaksanakan pengendalian
internal untuk semua organisasi. Dalam Commitee of Sponsoring
Organizations of Treadway Commission atau COSO (2013:56), terdapat
lima prinsip yang berkaitan dengan lingkungan pengendalian antara lain:
a.
Organisasi menunjukkan komitmen untuk integritas dan nilai-nilai
etika.
Manajemen dan dewan direksi diharapkan untuk memberikan
contoh dalam hal mengembangkan nilai-nilai, filosofi, dan gaya
operasi untuk organisasi. Mereka dipengaruhi oleh norma sosial dan
etika dalam pasar dimana entitas beroperasi. Untuk membantu
pemahaman dan kepatuhan persyaratan legal dan pengaturan,
manajemen dan dewan direksi melakukan pengukuran yang spesifik
untuk menetapkan pola dalam hal moral, sosial, lingkungan atau
bentuk lain yang termasuk tanggung jawabnya. Integritas dan nilainilai etika merupakan pesan utama dalam komunikasi organisasi dan
pelatihan.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:86),
terdapat empat poin penting berhubungan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Menetapkan pola atau gaya di tingkat puncak.
Dewan direksi dan manajemen pada semua level entitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
menunjukkan melalui arahan, tindakan, dan perilaku mereka
mengenai pentingnya integritas dan nilai-nilai etika untuk
mendukung fungsi sistem pengendalian internal.
2) Menetapkan standar yang dilakukan.
Ekspektasi dewan direksi dan manajemen senior mengenai
integritas dan nilai-nilai etika didefinisikan dalam standar entitas
dengan melakukan dan memahami semua level organisasi dan
penyedia jasa dari luar dan rekan bisnis.
3) Mengevaluasi ketaatan untuk standar yang dilakukan.
Proses untuk mengevaluasi kinerja individu dan tim dalam
menerapkan standar yang telah ditetapkan.
4) Membicarakan penyimpangan pada waktu yang tepat.
Penyimpangan
dari
standar
yang
diharapkan
entitas
diidentifikasi dan diperbaiki secara konsisten dan tepat waktu.
b.
Dewan direksi menunjukkan dia independen (tidak tergantung) dari
manajemen dan melakukan pengawasan atas pengembangan dan
kinerja pengendalian internal.
Dewan direksi mempunyai otoritas untuk merekrut maupun
memecat saat diperlukan dan menetapkan rangkaian perencanaan
untuk Chief Executive Officer atau setaranya yang kemudian
ditugaskan dengan seluruh pelaksanaan strategi entitas, pencapaian
tujuan, dan keefektivitasan sistem pengendalian internal. Dewan
direksi bertanggungjawab untuk menyediakan pengawasan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
tantangan perbaikan untuk manajemen. Dewan direksi independen
dari manajemen dan menunjukkan kemampuan dan keahlian yang
relevan dalam melaksanakan tanggung jawab pengawasannya.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:95),
terdapat empat poin yang fokus pada pentingnya karakteristik yang
berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Menetapkan tanggung jawab pengawasan.
Dewan direksi mengidentifikasi dan menerima tanggung jawab
pengawasan dalam hubungan untuk menetapkan persyaratan dan
ekspektasi.
2) Menggunakan keahlian yang relevan.
Dewan direksi mendefinisikan, memelihara, dan secara periodik
mengevaluasi keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan di
antara
anggota-anggotanya
untuk
memampukan
mereka
menanyakan pertanyaan pemeriksaan dari manajemen senior
dan mengambil tindakan yang cocok.
3) Mengoperasikan secara independen.
Dewan
direksi
mempunyai
anggota
yang
cukup
yang
independen dari manajemen dan bertujuan dalam mengevaluasi
dan membuat keputusan.
4) Menyediakan pengawasan untuk sistem pengendalian internal.
Dewan direksi memberikan tanggung jawab pengawasan untuk
desain manajemen, implementasi, dan melakukan pengendalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
internal.
c.
Manajemen menetapkan dengan badan pengawas, struktur, alur
pelaporan, dan otoritas dan tanggung jawab yang tepat dalam
pencapaian tujuan.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:102), terdapat
tiga poin penting berhubungan dengan karakterisik prinsip ini, yaitu:
1) Mempertimbangkan seluruh struktur dalam entitas.
Manajemen dan dewan direksi mempertimbangkan berbagai
struktur yang digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan.
2) Menetapkan alur pelaporan.
Manajemen mendesain dan mengevaluasi alur pelaporan untuk
setiap struktur entitas untuk mampu melaksanakan otoritas dan
tanggung jawab dan mengalirkan informasi untuk mengatur
aktivitas entitas.
3) Mendefinisikan, memberikan, dan membatasi otoritas dan
tanggung jawab.
Otoritas memberikan wewenang kepada seseorang untuk
berperilaku seperti yang dibutuhkan, namun otoritas seseorang
juga perlu untuk mendefinisikan batasan wewenangnya.
Manajemen dan dewan direksi mendelegasikan wewenang,
mendefinisikan tanggung jawab, dan menggunakan proses dan
teknologi yang tepat untuk menempatkan tanggung jawab dan
pemisahan tugas pada berbagai level dalam organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
d.
Organisasi
menunjukkan
komitmen
untuk
menarik,
mengembangkan, dan memelihara orang-orang yang kompeten
sejalan dengan tujuan.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:109), terdapat
empat poin penting yang berhubungan dengan prinsip ini, antara
lain:
1) Menetapkan kebijakan dan praktek.
Kebijakan dan praktek mencerminkan ekspektasi kompetensi
yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
2) Mengevaluasi kompetensi dan membicarakan kekurangan.
Dewan direksi dan manajemen mengevaluasi kompetensi untuk
sumber daya manusia dalam organisasi maupun penyedia jasa
dari luar (outsourcing) dalam relasi untuk menetapkan kebijakan
dan praktek, dan membicarakan kekurangan-kekurangan jika
diperlukan.
3) Menarik, mengembangkan, dan memelihara individu-individu
atau sumber daya manusia.
Organisasi
menyediakan
konsultasi
dan
pelatihan
yang
dibutuhkan untuk menarik, mengembangkan dan memelihara
personel ataupun penyedia jasa dari luar yang cukup dan
kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan.
4) Perencanaan dan persiapan untuk penggantian.
Manajemen
senior
dan
dewan
direksi
mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
kemungkinan rencana untuk tugas dari tanggung jawab yang
penting dalam pengendalian internal.
e.
Organisasi memiliki orang-orang yang bertanggungjawab untuk
tanggung jawab pengendalian internal mereka sejalan dengan tujuan.
Dalam Internal Control-Integrated Framework yang disusun
oleh COSO (2013:116), terdapat lima poin penting berhubungan
dengan karakteristik prinsip ini, antara lain:
1) Menjalankan akuntabilitas melalui struktur, otoritas, dan
tanggung jawab.
Akuntabilitas mengarah ke kepemilikan wewenang untuk
kinerja pengendalian internal dalam pencapaian tujuan dengan
mempertimbangkan risiko-risiko yang dihadapi oleh entitas.
Manajemen dan dewan direksi menetapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan
dan
memiliki
individu
yang
bertanggungjawab untuk kinerja tanggung jawab pengendalian
internal seluruh organisasi dan mengimplementasikan tindakan
perbaikan jika dibutuhkan.
2) Menetapkan pengukuran kinerja, insentif, dan penghargaan.
Manajemen dan dewan direksi menetapkan pengukuran kinerja,
insentif, dan penghargaan lain yang tepat untuk tanggung jawab
pada semua level pada entitas, mencerminkan dimensi yang
tepat dari kinerja dan mengharapkan standar dilaksanakan, dan
mempertimbangkan pencapaian tujuan jangka panjang maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
jangka pendek.
3) Mengevaluasi pengukuran kinerja, insentif, dan penghargaan
secara relevan dan terus-menerus.
Manajemen dan dewan direksi menyepakati insentif dan
penghargaan dengan penyelesaian tanggung jawab pengendalian
internal dalam mencapai tujuan.
4) Mempertimbangkan tekanan yang terlalu banyak.
Manajemen dan dewan direksi mengevaluasi dan menyesuaikan
tekanan yang diasosiasikan pencapaian tujuan dengan mereka
memberikan tanggung jawab, mengembangkan pengukuran
kinerja, dan mengevaluasi kinerja.
5) Mengevaluasi kinerja dan penghargaan atau kedisiplinan
individu.
Manajemen dan dewan direksi mengevaluasi kinerja tanggung
jawab pengendalian internal, termasuk ketaatan terhadap standar
dilakukan dan mengharapkan level-level kompetensi dan
menyediakan penghargaan atau pelatihan tindakan disiplin yang
tepat.
2.
Penaksiran Risiko
Risiko merupakan kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan berefek
negatif dengan pencapaian tujuan organisasi. Penaksiran risiko meliputi
proses yang dinamis dan berulang untuk mengidentifikasi dan
menganalisis risiko untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam lingkungan eksternal
dan dalam model bisnisnya sendiri yang mungkin mengganggu
kemampuannya
untuk
mencapai
tujuan.
Menurut
Commitee
of
Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) (2013:57),
ada empat prinsip yang berkaitan dengan penaksiran risiko, yaitu:
a.
Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan yang cukup untuk
mampu mengidentifikasikan dan menaksir risiko yang terkait dengan
tujuan.
Dalam prinsip ini, tujuan-tujuan berkaitan dengan tujuan operasi,
tujuan pelaporan (baik internal maupun eksternal), dan tujuan
kepatuhan.
1) Hal-hal yang berhubungan dengan tujuan operasi, yaitu:
mencerminkan pilihan manajemen, mempertimbangkan batas
toleransi yang dapat diterima untuk risiko, memasukkan tujuan
kinerja operasi dan keuangan, dan membentuk suatu dasar untuk
menjalankan sumber daya.
2) Poin-poin yang berkaitan dengan tujuan pelaporan keuangan
kepada pihak eksternal antara lain: patuh dengan standar
akuntansi
yang
dapat
diterapkan,
mempertimbangkan
materialitas, dan mencerminkan aktivitas entitas.
3) Hal-hal yang berhubungan dengan tujuan pelaporan nonkeuangan kepada pihak eksternal, terdiri dari: patuh dengan
standar
dan
kerangka
yang
ditetapkan
eksternal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mempertimbangkan level ketelitian yang dibutuhkan, dan
mencerminkan aktivitas entitas.
4) Poin-poin yang berkaitan dengan tujuan pelaporan internal,
antara
lain:
mencerminkan
pilihan
manajemen,
mempertimbangkan level ketelitian yang dibutuhkan, dan
mencerminkan aktivitas entitas.
5) Hal-hal yang berkaitan dengan tujuan kepatuhan, yaitu:
mencerminkan
hukum
dan
regulasi
eksternal
dan
mempertimbangkan toleransi yang dapat diterima atas risiko.
b.
Organisasi mengidentifikasi risiko untuk mencapai tujuan untuk
semua entitas dan menganalisis risiko sebagai dasar untuk
menentukan bagaimana risiko seharusnya diatur.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:139), terdapat
lima poin penting yang berhubungan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Memasukkan level entitas, cabang, divisi, unit operasi, dan
fungsional.
Organisasi mengidentifikasi dan menilai risiko pada level
entitas, cabang, divisi, unit operasi, dan fungsional yang relevan
dengan pencapaian tujuan. Identifikasi risiko merupakan proses
yang berulang dan biasanya diintegrasikan dengan proses
perencanaan.
2) Menganalisis faktor internal dan eksternal.
Identifikasi risiko mempertimbangkan faktor eksternal dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
internal dan pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Faktor
eksternal, terdiri dari: ekonomi, lingkungan alam, regulasi,
sosial, teknologi, dan operasi di negara asing (foreign
operation). Sedangkan faktor internal, terdiri dari: infrastruktur,
struktur manajemen, personel, akses atas aset, dan teknologi.
3) Melibatkan level manajemen yang tepat.
Organisasi memasukkan mekanisme penaksiran risiko yang
efektif dengan melibatkan level manajemen yang tepat.
4) Mengestimasi risiko signifikan yang dapat diidentifikasi.
Risiko yang diidentifikasi dianalis melalui suatu proses
termasuk mengestimasi risiko signifikan yang potensial.
5) Menentukan bagaimana respon terhadap risiko.
Penaksiran risiko termasuk mempertimbangkan bagaimana
risiko sebaiknya diatur entah itu diterima, dihindari, dikurangi,
ataupun dibagi.
c.
Organisasi
mempertimbangkan
potensi
kecurangan
dalam
penaksiran risiko untuk mencapai tujuan.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:151), ada empat
poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Mempertimbangkan berbagai jenis kecurangan (fraud).
Penaksiran kecurangan mempertimbangkan pelaporan yang
curang, kemungkinan kehilangan aset, dan korupsi yang
dihasilkan dari berbagai cara bahwa kecurangan dan kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
bisa terjadi.
2) Menaksir dorongan dan tekanan.
Dorongan dan tekanan biasanya dihasilkan dari lingkungan
pengendalian. Hal ini dapat merupakan pengaruh yang potensial
untuk risiko kecurangan.
3) Menaksir kesempatan.
Kesempatan mengacu pada kemampuan untuk sebenarnya
memperoleh, menggunakan,
mungkin
disertai
dengan
Kesempatan diciptakan
atau membuang aset,
perubahan
oleh aktivitas
pencatatan
yang
entitas.
pengendalian dan
pengawasan yang lemah, pengawasan manajemen yang buruk,
dan penolakan kontrol manajemen.
4) Menaksir perilaku dan rasionalisasi.
Penaksiran risiko kecurangan mempertimbangkan bagaimana
manajemen dan personel lainnya mungkin terlibat dalam dan
membenarkan tindakan yang salah.
d.
Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan-perubahan yang
bisa berpengaruh pada sistem pengendalian internal secara
signifikan.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:159), terdapat 3
poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, antara lain:
1) Menaksir perubahan dalam lingkungan eksternal.
Proses
identifikasi
risiko
mempertimbangkan
perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
regulasi, ekonomi, dan lingkungan fisik di mana entitas
beroperasi.
2) Menaksir perubahan dalam model bisnis.
Organisasi mempertimbangkan pengaruh potensial dari jenis
bisnis baru, secara dramatis mengubah komposisi dari jenis
bisnis yang telah ada, memperoleh atau melepaskan operasi
bisnis pada sistem pengendalian internal, pertumbuhan yang
cepat, perubahan dalam geografi asing, dan teknologi baru.
3) Menaksir perubahan dalam kepemimpinan.
Organisasi mempertimbangkan perubahan dalam manajemen
dan tindakan masing-masing dan filosofi dalam sistem
pengendalian internal.
3.
Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah tindakan menetapkan kebijakan dan
prosedur untuk membantu menjamin bahwa perintah manajemen untuk
mengurangi risiko dalam rangka pencapaian tujuan dilaksanakan.
Aktivitas pengendalian dilaksanakan di semua level entitas dan pada
berbagai tingkatan dalam proses bisnis, dan berakhir di lingkungan
teknologi. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway
Commission
(COSO)
(2013:57-58),
terdapat
tiga
prinsip
yang
berhubungan dengan aktivitas pengendalian, antara lain:
a.
Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian
yang berkontribusi dalam pencegahan risiko untuk mencapai tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
pada level yang dapat diterima.
Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework
(2013:166), terdapat enam poin penting yang berkaitan dengan
prinsip ini, yaitu:
1) Mengintegrasikan dengan penaksiran risiko.
Aktivitas pengendalian membantu menjamin bahwa respon
risiko yang menyebut dan mengurangi risiko dilakukan.
2) Mempertimbangkan faktor spesifik entitas.
Manajemen
mempertimbangkan
bagaimana
lingkungan,
kompleksitas, alam, dan bidang operasi, maupun karakteristik
organisasi
yang
spesifik
mempengaruhi
pemilihan
dan
pengembangan aktivitas pengendalian.
3) Menetapkan proses bisnis yang relevan.
Manajemen menetapkan proses bisnis yang relevan yang
memerlukan aktivitas pengendalian.
4) Mengevaluasi campuran tipe pengendalian internal.
Aktivitas
pengendalian
termasuk
susunan
dan
berbaga
pengendalian dan mungkin termasuk suatu keseimbangan untuk
mengurangi risiko, mempertimbangkan kontrol secara manual
ataupun otomatisasi, dan kontrol pencegahan dan detektif.
5) Mempertimbangkan pada level apa aktivitas diterapkan.
Manajemen mempertimbangkan aktivitas pengendalian pada
berbagai level dalam entitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
6) Adanya pemisahan tugas.
Manajemen melakukan pemisahan tugas antara tugas-tugas yang
berpotensi untuk terjadinya kecurangan. Tugas-tugas yang
biasanya dipisahkan adalah fungsi otorisasi, fungsi pemegang
harta, dan fungsi pencatat.
b.
Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian
yang umum melalui teknologi untuk mendukung pencapaian tujuan.
Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework
(2013:178), terdapat empat poin penting yang berkaitan dengan
prinsip ini, yaitu:
1) Menentukan ketergantungan antara kegunaan teknologi dalam
proses bisnis dan teknologi dalam pengendalian umum.
Manajemen memahami dan menetapkan ketergantungan dan
hubungan antara proses bisnis, aktivitas pengendalian yang
otomatis, dan pengendalian teknologi secara umum.
2) Menetapkan infrastruktur teknologi aktivitas pengendalian yang
relevan.
Manajemen
memilih
dan
mengembangkan
aktivitas
pengendalian melalui infrastruktur teknologi yang didesain dan
diimplementasikan untuk membantu menjamin kelengkapan,
akurasi, dan ketersediaan dari proses teknologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3) Menetapkan aktivitas pengendalian dalam proses keamanan
manajemen yang relevan.
Manajemen
memilih
dan
mengembangkan
aktivitas
pengendalian yang didesain dan diimplementasikan untuk
membatasi hak akses atas teknologi untuk mengotorisasi
pengguna yang sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan mereka
dan untuk melindungi aset entitas dari ancaman eksternal.
4) Menetapkan proses akuisisi, pengembangan, dan pemeliharaan
aktivitas pengendalian yang relevan.
Manajemen
pengendalian
memilih
melalui
dan
mengembangkan
akuisisi,
aktivitas
pengembangan,
dan
pemeliharaan teknologi dan infrastruktur untuk mencapai tujuan
manajemen.
c.
Organisasi menyebarkan aktivitas pengendalian melalui kebijakan
yang menetapkan apa yang diharapkan dan prosedur yang
memasukkan kebijakan dalam tindakan.
Menurut COSO (2013:184-185), terdapat enam poin penting yang
berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Menetapkan
kebijakan
dan
prosedur
untuk
mendukung
penyebaran arahan manajemen.
Manajemen menetapkan aktivitas pengendalian yang dibangun
menjadi proses bisnis dan aktivitas karyawan sehari-hari melalui
penetapan kebijakan yang diharapkan dan tindakan sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dengan prosedur yang relevan.
2) Menetapkan tanggung jawab untuk pelaksanaan kebijakan dan
prosedur.
Manajemen menetapkan tanggung jawab untuk aktivitas
pengendalian dengan manajemen unit bisnis atau fungsi yang
memiliki risiko yang relevan.
3) Melaksanakan dalam cara yang tepat waktu.
Tanggung jawab personel melaksanakan aktivitas pengendalian
dalam cara yang tepat waktu didefinisikan dengan kebijakan dan
prosedur.
4) Mengambil tindakan perbaikan.
Tanggung jawab personel menginvestigasi dan bertindak dalam
persoalan yang diidentifikasi sebagai hasil pelaksanaan aktivitas
pengendalian.
5) Pelaksanaan menggunakan personel yang kompeten.
Personel
yang
kompeten
dengan
otoritas
yang
cukup
melaksanakan aktivitas pengendalian dengan rajin dan fokus
terus-menerus.
6) Menaksir kembali kebijakan dan prosedur.
Manajemen secara periodik mereview aktivitas pengendalian
untuk
menetapkan
keberlangsungan
memperbaruinya ketika dibutuhkan.
yang
relevan
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
4.
Informasi dan Komunikasi
Informasi dibutuhkan entitas untuk melakukan tanggung jawab
pengendalian internal untuk mendukung pencapaian tujuan. Manajemen
menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas
dari sumber eksternal dan internal untuk mendukung fungsi dari
pengendalian internal. Komunikasi merupakan proses yang berulang
untuk menyediakan, membagi, dan menghasilkan kebutuhan informasi.
Komunikasi internal adalah informasi yang disebarkan dalam seluruh
organisasi, ke atas, ke bawah, dan semua entitas. Sedangkan komunikasi
eksternal ada dua macam, yaitu memungkinkan datangnya komunikasi
dari informasi eksternal yang relevan dan menyediakan informasi untuk
pihak eksternal dalam reaksi sebagai keperluan dan ekspektasi. Menurut
Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission
(COSO) (2013:58), ada tiga prinsip yang berkaitan dengan informasi dan
komunikasi, yaitu:
a.
Organisasi menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan
dan berkualitas untuk mendukung fungsi pengendalian internal.
Menurut COSO (2013:193), terdapat lima poin penting yang
berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Mengidentifikasi keperluan informasi.
Suatu proses untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan
dan diharapkan untuk mendukung fungsi komponen lain dari
pengendalian internal dan mencapai tujuan entitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2) Mendapatkan sumber data internal dan eksternal.
Sistem informasi menangkap sumber data internal dan eksternal.
3) Memproses data yang relevan menjadi informasi.
Sistem informasi memproses dan mentransformasi data yang
relevan menjadi informasi.
4) Memelihara kualitas melalui pemrosesan.
Sistem informasi memproduksi informasi yang tepat waktu,
sekarang, akurat, lengkap, dapat diakses, dilindungi, dan dapat
diverifikasi
relevansinya
dan
dipelihara.
dalam
Informasi
mendukung
direview
komponen
untuk
pengendalian
internal.
5) Mempertimbangkan biaya dan manfaat.
Sifat, jumlah, dan ketelitian dalam mengkomunikasikan
informasi disetarakan dan mendukung pencapaian tujuan.
b.
Organisasi secara internal mengkomunikasikan informasi, termasuk
tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian internal yang
diperlukan untuk mendukung fungsi pengendalian internal.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:201), terdapat
empat poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Mengkomunikasikan informasi pengendalian internal.
Suatu proses untuk mengkomunikasikan informasi yang
dibutuhkan untuk memampukan seluruh personel memahami
dan melakukan tanggung jawab pengendalian internal mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2) Mengkomunikasikan dengan dewan direksi.
Komunikasi ada di antara manajemen dan dewan direksi
sehingga keduanya memiliki informasi yang dibutuhkan untuk
memenuhi peran mereka dengan menghormati tujuan entitas.
3) Menyediakan pemisahan alur komunikasi.
Pemisahan saluran komunikasi, seperti saluran whistle-blower
berada di tempat dan berfungsi sebagai mekanisme gagal dan
simpan untuk memungkinkan komunikasi anonim dan rahasia
ketika saluran normal berfungsi dengan tidak normal dan tidak
efektif.
4) Memilih metode komunikasi yang relevan.
Metode komunikasi mempertimbangkan waktu, pendengar, dan
sifat dari informasi tersebut.
c.
Organisasi mengkomunikasikan dengan pihak eksternal mengenai
persoalan yang mempengaruhi fungsi dari pengendalian internal.
Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework
(2013:208), terdapat lima poin penting yang berkaitan dengan
prinsip ini, antara lain:
1) Mengkomunikasi dengan pihak eksternal.
Suatu proses untuk mengkomunikasikan informasi yang relevan
dan tepat waktu untuk pihak eksternal termasuk shareholders,
rekan, pemilik, pembuat regulasi, konsumen, dan analis
keuangan dan pihak eksternal lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2) Memungkinkan datangnya komunikasi.
Saluran komunikasi terbuka mengizinkan masukan (input) dari
pelanggan, pemasok, auditor eksternal, pembuat regulasi, analis
keuangan, dan lainnya memberikan manajemen dan dewan
direksi informasi yang relevan.
3) Mengkomunikasikan dengan dewan direksi.
Informasi yang dihasilkan dari penaksiran eksternal mengenai
aktivitas organisasi yang berhubungan dengan cara pengendalian
internal dievaluasi oleh manajemen dan dikomunikasikan
kepada dewan direksi.
4) Menyediakan alur pemisahan komunikasi.
Kompleksitas hubungan bisnis di antara entitas dan pihak
eksternal
mungkin
melalui
penyedia jasa
dan susunan
outsourcing lainnya, joint venture dan aliansi, dan transaksi
lainnya yang menciptakan saling ketergantungan di antara
berbagai pihak.
5) Memilih metode komunikasi yang relevan.
Metode komunikasi mempertimbangkan waktu, pendengar, dan
sifat dari komunikasi dan hukum, regulasi, dan persyaratan
penggadaian dan ekspektasi.
5.
Aktivitas Pengawasan
Evaluasi terus-menerus, evaluasi terpisah-pisah, atau kombinasi dari
keduanya digunakan untuk memastikan setiap komponen dari lima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
komponen pengendalian internal termasuk kontrol atas efek prinsip
dalam setiap komponen dilakukan dan berguna. Penemuan-penemuan
dievaluasi dan kekurangan-kekurangan dikomunikasikan dalam cara
tepat waktu, dengan cara serius dilaporkan ke manajemen puncak dan
dewan direksi. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of
Treadway Commission (COSO) (2013:59), ada dua prinsip yang
berkaitan dengan aktivitas pengawasan, yaitu:
a.
Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi
terus-menerus dan/atau terpisah-pisah untuk memastikan komponenkomponen pengendalian internal dilakukan dan berguna.
Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework
(2013:217-218), terdapat tujuh poin penting yang berkaitan dengan
prinsip ini, antara lain:
1) Mempertimbangkan campuran evaluasi terus-menerus dan
terpisah.
Manajemen memasukkan keseimbangan evaluasi terus-menerus
dan terpisah.
2) Mempertimbangkan tingkat perubahan.
Manajemen mempertimbangkan tingkat perubahan dalam bisnis
dan proses bisnis ketika pemilihan dan pengembangan evaluasi
terus-menerus dan terpisah.
3) Menetapkan dasar pemahaman.
Desain dan keadaan sekarang suatu sistem pengendalian internal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
digunakan untuk menetapkan dasar untuk evaluasi terusmenerus dan terpisah.
4) Menggunakan personel yang banyak pengetahuan.
Pengevaluasi melakukan evaluasi terus-menerus dan terpisah
mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memahami apa yang
sedang dievaluasi.
5) Mengintegrasikan dengan proses bisnis
Evaluasi terus-menerus dibangun menjadi proses bisnis dan
menyesuaikan perubahan kondisi.
6) Menyesuaikan bidang dan frekuensi.
Manajemen mengubah bidang dan frekuensi evaluasi terpisah
tergantung pada risiko.
7) Mengevaluasi dengan tujuan.
Evaluasi terpisah dilakukan secara periodik untuk menyediakan
tujuan umpan balik.
b.
Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kekurangan
pengendalian internal dalam cara tepat waktu kepada pihak-pihak
yang bertanggungjawab untuk mengambil tindakan perbaikan,
termasuk manajemen senior dan dewan direksi secara tepat.
Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework
(2013:226), terdapat tiga poin penting yang berkaitan dengan prinsip
ini, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
1) Menaksir hasil.
Manajemen dan dewan direksi secara tepat menaksir hasil
evaluasi terus-menerus dan terpisah.
2) Mengkomunikasikan kekurangan.
Kekurangan
dikomunikasikan
kepada
pihak
yang
bertanggungjawab untuk melakukan tindakan perbaikan dan
kepada manajemen senior dan dewan direksi secara tepat.
3) Mengawasi tindakan perbaikan.
Manajemen melacak kekurangan diperbaiki berdasarkan tepat
waktu.
E. Kelayakan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Kendall dan Kendall (2011: 62), dalam hal seorang analis
merekomendasikan pengembangan ke depannya, suatu proyek harus
menunjukkan bahwa proyek tersebut memang layak dalam tiga hal berikut
ini, yaitu secara teknis, ekonomis, dan operasional. Ketiga hal ini dikenal
dengan “the three key elements of feasibility” atau tiga elemen kunci dari
kelayakan.
1.
Kelayakan Teknis (Technical Feasibility)
Seorang analis sistem harus mengetahui apakah terdapat
kemungkinan untuk mengembangkan suatu sistem baru berdasarkan
sumber
daya
teknis
yang
sekarang.
Jika
tidak,
analis
perlu
mempertimbangkan apakah sistem tersebut bisa diperbarui atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
ditambahi dengan yang memenuhi permintaan di bawah pertimbangan.
Jika sistem yang telah ada tidak dapat diperbarui atau ditambah,
pertanyaan berikutnya apakah ada teknologi yang telah ada yang cocok
dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
Selain itu, analis juga perlu mengetahui apakah organisasi
memiliki karyawan yang lumayan cakap secara teknis untuk mencapai
tujuan. Jika tidak, pertanyaan selanjutnya adalah apakah perusahaan bisa
merekrut karyawan yang memiliki kemampuan pemrograman yang
berbeda dari yang telah ada, atau mungkin melakukan proyek outsource
secara keseluruhan. Kemudian, analis juga perlu mempertimbangkan
apakah perusahaan perlu untuk menggunakan software.
2.
Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility)
Kelayakan ekonomis merupakan bagian kedua dari penentuan
sumber daya. Sumber daya dasar yang perlu untuk dipertimbangkan
adalah waktu dan biaya. Biaya di sini berupa biaya untuk mempelajari
sistem secara penuh, biaya untuk membayar waktu karyawan, biaya
perkiraan hardware, dan biaya perkiraan software atau pengembangan
software. Perhatian dari bisnis harus bisa melihat nilai investasi dengan
penuh
pertimbangan
sebelum
memutuskan
untuk
memperlajari
keseluruhan sistem. Jika biaya jangka pendek tidak menghasilkan
keuntungan jangka panjang atau prosedur tidak segera mengurangi biaya
operasi, sistem tidak layak secara ekonomis dan proyek sebaiknya tidak
diproses lebih lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3.
Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)
Kelayakan operasional tergantung pada ketersediaan sumber daya
manusia untuk proyek dan termasuk apakah sistem akan mengoperasikan
dan digunakan saat dipasang. Jika pengguna hampir berpadu dengan
sistem yang sekarang, pengguna merasa tidak ada masalah dengan sistem
yang sekarang, dan pengguna secara umum tidak terlibat dalam
permintaan
sistem
baru,
maka
penolakan
pengguna
untuk
pengimplementasian sistem baru akan menjadi kuat. Kesempatan untuk
sistem baru menjadi operasional akan lemah. Kemungkinan lain, jika
mereka sudah mengekspresikan kebutuhan untuk sebuah sistem yang
lebih operasional, lebih efisien, dan perilaku menerima, kesempatan lebih
baik bahwa sistem yang diminta akhirnya akan dapat digunakan.
F. Kesiapan Perubahan
Armenakis et al. (1993: 681) mendefinisikan kesiapan (readiness)
sebagai kepercayaan, sikap, dan niat anggota-anggota organisasi sehubungan
dengan luasnya perubahan yang dibutuhkan dan kapasitas organisasi untuk
secara berhasil melakukan perubahan. Holt et al. (2007: 235) mendefinisikan
kesiapan untuk berubah (readiness for change) sebagai sikap komprehensif
yang dipengaruhi secara berkelanjutan oleh isi atau content (apa yang
diubah), proses atau process (bagaimana perubahan diimplementasikan),
konteks atau context (keadaan pada saat perubahan terjadi), dan individu
(karakteristik yang diminta untuk berubah). Selain itu, Holt et al. (2007: 235)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
juga menjelaskan bahwa kesiapan secara kolektif menggambarkan seberapa
besarnya individu atau sekumpulan individu secara kognitif dan emosional
cenderung menerima, menganut, dan mengadopsi rencana tertentu untuk
mengubah status quo secara sengaja.
Armenakis et al. (1999) (dalam Barber 2010: 27) mengidentifikasi
tiga jenis komitmen individu yang diperlukan untuk membawa perubahan
dalam institusi, yaitu: kepatuhan, identifikasi, dan internalisasi. Komitmen
atas kepatuhan (compliance) terjadi ketika seorang individu menyesuaikan
diri dengan perubahan berdasarkan pada keyakinan bahwa ia akan baik
dihargai untuk berubah atau dihukum karena tidak berubah. Komitmen
identifikasi (identification) harus dilakukan dengan keinginan individu untuk
membangun atau memelihara hubungan dengan orang lain atau kelompok dan
dengan begitu orang mengadopsi perilaku yang terkait dari individu atau
anggota kelompok. Terakhir, komitmen internalisasi (internalization)
berkaitan dengan kongruensi dengan nilai-nilai individu. Ketika perubahan
konsisten dengan keyakinan dan keinginan individu, orang tersebut akan
mengadopsi perilaku baru berdasarkan motivasi intrinsik.
Kotter (1996: 21) (dalam Barber 2010: 6) berpendapat bahwa terdapat
delapan langkah proses perubahan (eight-stage change process), yaitu:
1.
Membangun rasa urgensi
Tujuan dari perusahaan adalah meningkatkan rasa urgensi setiap orang
dalam perusahaan dengan menghadapkan mereka pada fakta yang kejam,
melakukan banyak percakapan, dan menunjukkan kepada mereka bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
terdapat cara yang lebih baik dengan kesempatan yang lebih, tetapi
dengan pertimbangan keadaan sekarang dari kesempatan itu tidak dapat
dicapai oleh organisasi.
2.
Menciptakan koalisi pembimbingan
Hal ini fokus pada pembentukan tim yang tepat dari individu-individu
untuk
membawa
perubahan.
Tim
ini
harus
merepresentasikan
karakteristik yang dibutuhkan, yaitu: kekuatan posisi, keahlian,
kredibilitas, dan kepemimpinan. Sebagai tambahan, tim tersebut harus
kompak yaitu setiap anggota mempunyai kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang kuat sebaik mereka mempercayai satu sama lain dan
tujuan bersama.
3.
Mengembangkan visi dan strategi
Langkah ini merekomendasikan visi agar merupakan visi yang ada,
diperlukan, layak, fokus, fleksibel, dan dapat dikomunikasikan.
4.
Mengkomunikasikan perubahan visi
Komunikasi sebaiknya dilakukan dari berbagai sisi dengan tipe yang
bervariasi dari forum dan gaya komunikasi. Tujuannya adalah untuk
karyawan mendapatkan
pemahaman visi
dan secara
emosional
berkomitmen untuk berubah.
5.
Memberdayakan aksi yang berbasis luas
Langkah ini memerlukan pembuatan perubahan organisasi untuk
mengeliminasi rintangan, menciptakan lebih banyak kesempatan untuk
kreativitas dan pengambilan risiko, dan untuk menyediakan pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
6.
Membangkitkan keunggulan jangka pendek
Langkah
ini
adalah
tentang
membangun
situasi
yang
saling
menguntungkan untuk membangun semangat dan dukungan yang terus
menerus untuk perubahan. Ini juga memberikan kesempatan untuk
mengakui dan menghargai individu dan/atau kelompok atas kerja keras
dan prestasi tambahan.
7.
Memperkuat keuntungan dan menghasilkan lebih banyak perubahan
Langkah ini merepresentasikan kenyataan yang berskala besar,
kompleks, rencana jangka panjang yang memerlukan banyak perubahan.
Sistem dan proses perlu direkayasa ulang, yang membutuhkan waktu dan
keterlibatan
dari
banyak
orang.
Langkah
ini
membutuhkan
kepemimpinan yang kuat untuk tetap fokus dan untuk mendelegasikan
tanggung jawab seluruh orang dalam organisasi. Langkah ini juga
menawarkan kesempatan untuk meninjau kembali ketergantungan
historis yang terjadi dan mungkin menghilangkan beberapa untuk lebih
memungkinkan proses perubahan.
8.
Mendukung pendekatan baru dalam kebudayaan
Langkah ini memperkuat kebutuhan untuk mendukung perubahan dalam
budaya baru yang sedang didirikan. Memperkuat perilaku baru dan
memastikan karyawan melihat hubungan dari perilaku terhadap
keberhasilan organisasi membantu untuk memastikan keberlanjutan
usaha perubahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
G. Ajaran Buddha Maitreya
Budaya organisasi mempengaruhi penerapan sistem informasi
akuntansi yang ada di vihara. Hal ini karena vihara merupakan tempat
beribadah umat beragama Buddha yang dalam kegiatan sehari-hari
menggunakan ajaran-ajaran Buddha. Berikut ini adalah ajaran Buddha
Maitreya yang dapat dikaitkan dengan penerapan sistem informasi akuntansi.
1.
Kebenaran Mulia Mazhab Kasih Maitreya
a.
Makna Luhur Tao Maitreya
Ajaran Maha Tao Maitreya mengutamakan kasih sebagai
ajaran utamanya. Maha Tao Maitreya menjadikan beberapa bentuk
kasih dalam ajarannya, yaitu:
1) Dharma hati kasih
Maha Tao Maitreya menjadikan dharma hati kasih sebagai
kebenaran dalam membabarkan ajarannya untuk menyelamatkan
dunia dan umat manusia.
2) Senyuman kasih
Senyuman kasih merupakan kunci sukses dalam bertugas dan
berkomunikasi dengan sesama. Dalam ajaran ini dipercayai
bahwa senyuman kasih dapat berdampak positif bagi kehidupan
manusia. Senyuman kasih mampu meruntuhkan tembok
pemisah atas perbedaan antar manusia akibat perbedaan agama,
etnis, kepercayaan, dan ras. Dengan senyuman kasih pula umat
manusia mampu untuk memaafkan, merelakan, melapangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dada, memaklumi, dan mengasihani orang lain. Hal ini membuat
kehidupan ini menjadi damai, tidak ada permusuhan, pertikaian,
kebencian, dan kemarahan. Senyuman kasih dapat melenyapkan
ketegangan, keterikatan, tekanan, rasa iri, dan prasangka.
Senyuman kasih juga mampu membangkitkan jiwa yang penuh
rasa hormat dan penuh syukur. Dengan jiwa yang penuh syukur,
hati manusia akan menjadi bahagia.
3) Jiwa kasih
Maha Tao Maitreya menjadikan jiwa kasih sebagai cara atau
teknik untuk pembinaan batin dan pengendalian pikiran. Dalam
jiwa kasih ini diketahui macam-macam perwujudan jiwa kasih
kepada setiap orang. Jiwa kasih terhadap guru, atasan, dan
senior diwujudkan dalam bentuk respek atau hormat. Bentuk
jiwa kasih terhadap anak, bawahan, dan junior adalah dengan
kasih sayang. Bentuk jiwa kasih terhadap kakak dan adik, rekan
kerja, teman sekolah, dan teman ditunjukkan dengan rasa
persaudaraan dan kepercayaan. Perwujudan jiwa kasih yang
menolak serakah atas reputasi, kekuasaan, dan kekayaan adalah
dengan melakukan kebenaran. Jiwa kasih yang terpancar
melalui mata, hidung, telinga, lidah, badan, dan pikiran dapat
melenyapkan
segala
bentuk
kebodohan,
kebencian,
dan
keserakahan diwujudkan dengan samadhi atau konsentrasi.
Kemudian, perwujudan jiwa kasih dengan tidak melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kejahatan, kesesatan, khayalan, tidak terikat atau menolak fakta
yang ada, dan tidak memihak kepada siapapun dan apapun dapat
ditunjukkan dengan prajna atau kebijaksanaan.
4) Perilaku kasih
Ajaran Maha Tao Maitreya menjadikan perilaku kasih sebagai
pedoman budi pekerti dan akhlak. Perilaku kasih merupakan
landasan kebajikan. Terdapat banyak macam sikap yang
menunjukkan perilaku kasih. Perilaku kasih dapat ditunjukkan
dengan sikap bersyukur, tidak tega menyakiti orang lain, dan
mengutamakan kepentingan orang lain. Sikap-sikap ini akan
menciptakan perdamaian, kebahagiaan, keharmonisan, tidak ada
kebencian, dan keegoisan. Perilaku kasih dapat dicerminkan
dengan tak melawan saat dipukul dan tak membalas saat
dimarahi. Perilaku kasih adalah tindakan yang menghilangkan
kebencian, kemarahan, dan ketidakpuasan terhadap orang lain.
Perilaku kasih berarti tidak mengecewakan, membuat putus
harapan, iri, ataupun berprasangka buruk kepada orang lain.
5) Semangat Ajita
Ajita atau tiada tandingan berarti tidak ada sesuatu yang dapat
menandingi hati nurani dan cinta kasih. Semangat ajita
ditunjukkan dengan semangat “dipukul tak melawan, dimarah
tak membalas”. Dipukul tak melawan, dimarah tak membalas
merupakan penerapan dari hati nurani yang paling universal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
yaitu menghormati dan memuliakan segalanya dan paling
sempurna, yaitu mensyukuri segalanya. Selain itu, semangat ini
juga merupakan pengamalan nyata dari hati nurani yang paling
bajik, paling indah, dan paling bahagia. Pengamalan nyata dari
nurani
yang paling
bajik
adalah
mengasihi
segalanya,
pengamalan nyata hati nurani yang paling indah adalah
bersukacita atas segalanya, dan pengamalan nyata yang paling
bahagia adalah selalu memberikan senyuman kasih. Dipukul tak
melawan, dimarah tak membalas juga merupakan pengalaman
nyata hati nurani yang anuttara dan yang paling agung dan
mulia. Pengamalan hati nurani yang anuttara atau tertinggi tiada
bandingan
maksudnya
adalah
semangat
ini
melampaui
segalanya. Sedangkan pengamalan hati nurani yang paling
agung dan mulia adalah mengagungkan segalanya.
b.
Makna Hak Asasi Nurani
Wang (2000:35). berpendapat bahwa “Aku Sejati” yang dimiliki
setiap manusia adalah emanasi atau percikan roh Tuhan, dan
seharusnya mendapatkan penghormatan yang layak. Berdasarkan
pengertian tersebut aku sejati, yaitu hati nurani yang dimiliki oleh
setiap manusia merupakan percikan roh Tuhan yang harus dihormati
dan dihargai dengan layak. Oleh karena itu, setiap manusia harus
menghormati dan menghargai sesamanya dan memperlakukan
mereka dengan layak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
c.
Makna Kebebasan Nurani
“Kebebasan Nurani berarti kebebasan dari ketidaktentraman Nurani,
rasa bersalah, deraan, dan penderitaan Nurania” (Wang 2000:37).
Kebebasan nurani dapat dicapai dengan melenyapkan keserakahan,
kebencian, dendam, iri, dengki, prasangka buruk, praduga, pikiran
negatif,
keegoisan,
dan
kesombongan.
Seseorang
dikatakan
mencapai kebebasan nurani saat dia mampu bebas dari kegelapan
dan kesesatan.
d.
Makna Demokrasi Nurania
“Dalam masyarakat demokrasi Nurania, setiap warga menjunjung
Kebenaran, Hakekat Sejati, dan Hati Nurani; memuliakan semangat
gotong royong, menghormati hukum keadilan dan kepentingan
umum” (Wang 2000:39). Demokrasi nurani berarti setiap manusia
menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan hati nurani dalam
kehidupannya, lalu juga hidup dengan saling membantu dan tidak
mementingkan
kepentingan
pribadi,
namun
mementingkan
kepentingan bersama.
2.
Dharma Hati Ajita
Sejak dulu, setiap pembina selalu berusaha melenyapkan tiga hati, empat
konsepsi, tujuh emosi, dan enam nafsu. Dalam Dharma Hati Ajita, malah
mengajarkan tentang menerimatiga hati, empat konsepsi, tujuh emosi,
dan enam nafsu dengan mengendalikannya menggunakan kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
a.
Tiga Hati Sang Pengasih
1) Hati masa lalu Sang Pengasih
“Bertobat atas kesalahan masa lalu dan memperbaiki diri setiap
hari” (Wang 2000:51). Setiap kejadian buruk yang ada, seperti
perselisihan, permusuhan, peperangan, difitnah, dirugikan,
direndahkan, dan sebagainya dapat dimaklumi, dimaafkan atau
dilupakan oleh seseorang yang memiliki kasih, sehingga sejalan
dengan hati masa lalu Sang Pengasih semua penderitaan dapat
dihapus.
2) Hati sekarang Sang Pengasih
“Manfaatkan waktu sekarang seketika tanpa niat kedua (Wang
2000:53). Sang Pengasih selalu memberikan dan memanfaatkan
waktunya untuk berjuang tanpa menunda-nunda.
3) Hati akan datang Sang Pengasih
“Besok akan lebih baik dan sempurna” (Wang 2000:55).
Seorang pengasih dalam menjalani hidupnya selalu optimis,
berjuang, penuh harapan, dan penuh keyakinan. Selain itu,
seorang pengasih akan selalu berjuang untuk hidup lebih baik
setiap harinya.
b.
Empat Konsepsi Sang Pengasih
1) Konsepsi keakuan Sang Pengasih
“Menjadi seorang pembina Ketuhanan yang memiliki harga diri
Nurani. Harga diri Nurani adalah sikap dapat menghormati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Nurani sendiri” (Wang 2000:57). Dalam konsep ini, seorang
pengasih adalah orang yang bisa menghormati dan menghargai
dirinya sendiri dan dapat melakukan segala sesuatu yang sesuai
dengan hati nuraninya.
2) Konsepsi orang lain Sang Pengasih
“Memandang orang lain bagai diri sendiri, semua bangsa satu
keluarga” (Wang 2000:58). Dalam konsep ini, seorang pengasih
ialah orang yang selalu memandang orang lain sama tanpa
membanding-bandingkan, dan menganggap semua orang adalah
satu keluarga.
3) Konsepsi umat manusia Sang Pengasih
“Penuh prilaku kasih untuk membawakan kebahagiaan semesta”
(Wang 2000:59). Orang yang memiliki kasih dalam kondisi
apapun baik itu senang maupun susah akan tetap mengamalkan
kebenaran dan melakukan segala wujud cinta kasih.
4) Konsepsi panjang usia Sang Pengasih
“Panggilan kasih yang tiada batas melahirkan kehidupan yang
tiada batas” (Wang 2000:60). Orang yang memiliki kasih pada
kehidupan akan selalu melakukan hal sesuai dengan hati
nuraninya. Tanpa kasih, usia panjang tidaklah berguna sebab
seseorang tidak melakukan sesuatu yang berguna dalam
hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
c.
Tujuh Emosi Sang Pengasih
1) Kebahagiaan Sang Pengasih
“Mendatangkan kebahagiaan semesta bagi orang lain. Proses
pengorbanan demi Ketuhanan adalah sumber kebahagiaan
Nurani” (Wang 2000:61). Kebahagiaan seorang pengasih adalah
saat dia dapat berdedikasi atau memberikan sesuatu untuk vihara
dan umat manusia.
2) Amarah Sang Pengasih
“Berteguh pada Kebenaran dan kebajikan, menyadarkan
kesesatan. Inilah teladan Pribadi Sang Pemberani” (Wang
2000:63). Amarah seorang pengasih adalah amarah yang dapat
memberikan manfaat kepada diri sendiri maupun orang lain.
Manfaat yang diberikan seperti kesadaran dan kebenaran.
3) Kesedihan Sang Pengasih
“Menghakimi diri sendiri sebagai tanda kesedihan terhadap diri
sendiri, mengasihi umat manusia sebagai tanda kesedihan
terhadap mereka” (Wang 2000:65). Saat Sang Pengasih dihina,
difitnah, dicurigai, dan dibenci, dia bukannya marah, benci, atau
dendam malah akan merasa berduka atas orang tersebut.
Seorang pengasih meneteskan air mata sebagai tanda kasih dan
memancarkan belas kasihan kepada orang yang menyakitinya.
4) Ketakutan Sang Pengasih
“Khawatir umat manusia melakukan dosa, maka Sang Pengasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dalam setiap niat, saat, dan tempat, berjuang menyelamatkan
manusia” (Wang 2000:66). Seorang pengasih merasa takut dan
khawatir melihat kondisi dimana umat manusia saling bertikai,
egois, berbuat seenaknya, dan akhirnya hancur bersama menuju
penderitaan.
5) Kasih sayang Sang Pengasih
“Setiap niat penuh kasih, kapan dan dimanapun perilaku kasih.
Tak tega menyakiti orang lain melainkan selalu mencurahkan
kasih” (Wang 2000:67). Seseorang yang memiliki kasih sayang
akan menebarkan kasih dimanapun ia berada dan tidak akan tega
melakukan sesuatu yang dapat menyakiti orang lain.
6) Kebencian Sang Pengasih
Saat merasa benci terhadap dosa diri sendiri maka segera
bertobat. Saat merasa benci terhadap dosa orang lain maka
tandanya dia terpanggil untuk membela kebenaran. Saat
manusia merasa benci akan kesalahan diri maka dia harus terus
memperbaiki dirinya. Saat manusia benci akan kesalahan orang
lain maka artinya dia terpanggil untuk membabarkan dan
mengamalkan kebenaran.
7) Nafsu Sang Pengasih
“Nafsu tiada batas diubah menjadi kasih yang tiada batas. Nafsu
yang tak berdasar diubah menjadi kasih yang tiada tara” (Wang
2000:70). Seorang pengasih tidak akan memuaskan nafsu diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
sendiri dengan merugikan orang lain, malah dia akan mengubah
nafsu yang dia miliki untuk menyelamatkan umat manusia.
d.
Enam Nafsu Sang Pengasih
Dalam enam nafsu sang pengasih terdapat tujuh jenis nafsu sang
pengasih, yaitu:
1) Mata Sang Pengasih (bebas dari ikatan wujud rupa).
Mata seseorang yang memiliki kasih hanya melihat kesalahan
diri sendiri dan tak melihat kesalahan orang lain serta
memaklumi kesalahan orang lain dengan kasih.
2) Telinga Sang Pengasih (bebas dari ikatan suara).
Telinga seorang pengasih hanya mendengar kesalahan sendiri,
tak mendengar kesalahan orang lain.
3) Mulut Sang Pengasih (mulut tak lagi menjadi sumber bencana).
Mulut seorang pengasih hanya membicarakan kesalahan diri, tak
membicarakan kesalahan orang lain.
4) Lidah Sang Pengasih (bebas dari ikatan citarasa, lidah tak
menjadi sumber penyakit).
Lidah Sang Pengasih tidak serakah terhadap kenikmatan mulut,
selalu menghargai berkah, dan selalu bersyukur. Seorang
pengasih mengutamakan kesehatan dan pengendalian lidah.
5) Hidung Sang Pengasih (bebas dari ikatan aroma).
Hidung seorang pengasih menjauhi aroma daging dan hanya
membaui aroma Ilahi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
6) Raga Sang Pengasih (bebas dari ikatan sentuhan).
Raga seorang pengasih tidak diperbudak oleh jasmani, tidak
terikat pada papan, sandang, pangan, transportasi, kedudukan,
status, dan kekayaan.
7) Pikiran Sang Pengasih (bebas dari ikatan laksa fenomena).
Saat kasih memenuhi hati dan pikiran maka segala kekesatan
pikiran, khayalan, kejahatan, nafsu, dan niat buruk akan lenyap.
3.
Teknologi, Peradaban, dan Hati Nurani
“Sains, teknologi, dan kemajuan peradaban akan kehilangan
makna
jika
gagal
mendatangkan
kedamaian
bagi
dunia
dan
kecemerlangan Hati Nurani bagi umat manusia” (Wang 2000:109).
Tujuan dari pemanfaatan teknologi sendiri adalah agar umat manusia bisa
mencapai kehidupan yang lebih baik, sejahtera, dan harmonis. “Bila hati
nurani telah menjadi penguasa diri, kehidupan material maupun spiritual
akan menjadi pembawa kehidupan yang bahagia, sejahtera, dan
harmonis” (Wang 2000:109).
Terdapat lima nafsu merupakan penyebab kekacauan dalam
kehidupan masyarakat,
yang membuat jiwa manusia semakin
terjerumus ke dalam kegelapan. Lima nafsu dasar manusia, terdiri dari
makan,
seks,
tidur,
reputasi,
dan
keuntungan.
Saat
manusia
dikendalikan oleh hati nurani, lima nafsu yang dimiliki manusia dapat
berubah menjadi lima kasih.
“Teknologi
adalah
sebuah
jalan
tak
berujung.
Tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pengendalian Hati Nurani, teknologi hanyalah sebuah makhluk aneh
raksasa, yang akan menghancurkan hidup manusia sendiri” (Wang
2000:143).
“Peradaban
yang
berlandaskan
Hati
Nurani
akan
menghasilkan prestasi gemilang yang akan meningkatkan kualitas
kehidupan” (Wang 2000:149).
H. Penelitian Sebelumnya
Terdapat beberapa penelitian mengenai pengendalian internal dalam
organisasi religius. Duncan et al. (1999) meneliti mengenai sistem
pengendalian internal dalam gereja di Amerika Serikat berdasarkan pengaruh
dari ukuran dan tipe gereja. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat
perbedaan pengendalian internal untuk gereja besar dan kecil serta tipe gereja.
Kemudian pada tahun 2004, Bowrin meneliti mengenai pengendalian internal
pada enam organisasi religius, yaitu lima gereja dan satu tempat ibadah umat
Hindu yang berada Trinidad dan Tibago. Temuan yang didapatkan oleh
peneliti
adalah
secara
keseluruhan
bukti
singkat
yang
didapatkan
menunjukkan bahwa pengendalian internal dalam organisasi religius tidak
cukup dan tidak sempurna, serta mengindikasikan bahwa kurangnya
pengendalian dasar yang dianggap perlu dalam akuntansi.
Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut, peneliti menganggap
bahwa terdapat pengendalian internal dalam suatu organisasi religius entah itu
kuat ataupun lemah. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
terhadap pengendalian internal pada organisasi religius, yaitu vihara. Ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
karena dalam penelitian yang disebutkan belum ada penelitian mengenai
vihara sehingga peneliti berminat untuk mengetahui bagaimana pengendalian
internal dalam vihara.
Penelitian mengenai
pengaruh ajaran-ajaran Buddha terhadap
akuntansi dan bidang-bidang dalam akuntansi telah diteliti oleh beberapa
peneliti. Salah satu topik penelitian yang dilakukan adalah mengenai etika
akuntansi dan ajaran Buddha. Liyanarachchi (2008) meneliti mengenai etika
akuntansi yang dilihat dari perspektif agama Buddha. Hasil dari penelitian ini
adalah etika Buddhis menunjukkan bahwa jalan mulia berunsur delapan
khususnya untuk konsep moralitas atau sila yang terdiri dari ucapan benar,
perbuatan benar, dan mata pencaharian benar, dapat membuktikan kegunaan
untuk penulisan tentang etika akuntansi. Selain itu, penelitian yang dilakukan
oleh Chang et al. (2012) mengenai perbandingan antara pendidikan etika
agama Buddha dengan pendidikan etika akuntansi menunjukkan hasil bahwa
jalan mulia berunsur delapan yang terdapat dalam ajaran Buddha dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam membimbing pelaksana untuk melakukan
apa yang dibutuhkan secara berurutan dan bersamaan untuk mengembangkan
perilaku moral. Peneliti juga menyarankan untuk mengaplikasikan etika
pendidikan akuntansi dan etika pendidikan Buddhis dalam meningkatkan
perilaku moral.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ajaran Buddha dapat dihubungkan
dengan akuntansi. Hal ini mendorong dan menginspirasi peneliti untuk
menganalisis pengimplementasian ajaran Buddha dengan penerapan sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
informasi akuntansi dan pengendalian internal. Melalui analisis ajaran
Buddha dengan penerapan pengendalian internal, kemudian dapat dilihat
bagaimana penerapan pengendalian internal dalam pengelolaan vihara yang
mana vihara merupakan tempat beribadah umat Buddha.
Terdapat beberapa penelitian mengenai pengaruh agama orang China,
seperti agama Buddha, Konfusianisme, dan Taoisme, dan kebudayaan orang
China, seperti Feng Shui, terhadap perkembangan akuntansi. Penelitianpenelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh antara agama orang China
terhadap perkembangan akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh Gao dan
Handley-Schachler (2003) menunjukkan bahwa evolusi akuntansi orang
China sangat banyak dipengaruhi oleh budaya tradisional orang China seperti
Konfusianisme, Buddhisme, dan Feng Shui, beserta faktor politik, ekonomi,
dan teknologi.
Bloom dan Solotko (2003) menuliskan dalam jurnal penelitiannya
bahwa baik sistem akuntansi China maupun Jepang dapat dianggap penganut
ketat untuk Konfusianisme dalam pandangan tentang peran signifikan dari
pemerintah di kedua sistem. Apa yang bisa dikatakan tentang sistem ini
adalah bahwa mereka memperlihatkan akar mereka dalam sebagian besar
untuk Konfusianisme. Namun, Konfusianisme tidak menjelaskan penekanan
tradisional yang cukup besar pada kontrol pemerintah dan bentuk hukum
dalam akuntansi di kedua negara ini.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Wissler pada tahun 2013
juga menunjukkan adanya pengaruh agama orang China terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
perkembangan akuntansi. Hasil dari penelitiannya adalah terdapat tiga jenis
laporan keuangan yang digunakan di China yaitu: Zongqingbu, Caixiang
jiece, dan Cunchu jiece. Dari ketiga jenis tersebut yang paling sedikit
digunakan adalah Zongqingbu. Sedangkan yang paling banyak digunakan
adalah Caixiang jiece. Hasilnya, laporan keuangan pada stone tablet
mengungkapkan ketaatan perikatan dalam “aktivitas komersial dan transaksi
moneter”. Agama orang China (Buddha, Konfusianisme, dan Taoisme)
memainkan peranan penting dalam perkembangan kebudayaan akuntansi di
China. Penelitian mengenai pengaruh agama orang China terhadap
perkembangan akuntansi baru merupakan sebuah permulaan.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, peneliti mengetahui bahwa
agama Buddha memiliki kaitan atau hubungan dengan akuntansi. Hal ini
karena
dari
penelitian-penelitian
terdahulu
didapatkan
hasil
bahwa
perkembangan akuntansi, khususnya di China dipengaruhi oleh agama-agama
orang China. Selain itu, hasil penelitian yang didapat juga menunjukkan
bahwa suatu agama mampu mempengaruhi perilaku manusia dan penerapan
akuntansi di suatu daerah. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk meneliti
mengenai pengendalian internal, khususnya perilaku sumber daya manusia
yang ada dengan ajaran Buddha yang dianut oleh sumber daya manusia dan
diterapkan di vihara.
Wiyono et al. pada tahun 2008 meneliti mengenai hubungan
kepemimpinan dengan kesiapan implementasi knowledge management dalam
organisasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
memiliki korelasi positif dengan knowledge management readiness, dan gaya
kepemimpinan yang memiliki pengaruh besar adalah delegatif dan transisi.
Pada tahun 2000, Eby et al. melakukan penelitian mengenai faktor yang
berkaitan dengan reaksi karyawan dalam hal persepsi kesiapan organisasi
untuk berubah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan pekerjaan
dalam tim, dukungan organisasi, kepercayaan terhadap sesama rekan,
partisipasi dalam bekerja, kebijakan dan prosedur yang fleksibel, serta
dukungan logistik dan sistem akan secara positif berhubungan dengan
kesiapan organisasi untuk berubah. Berdasarkan kedua penelitian ini, peneliti
tertarik untuk meneliti mengenai kesiapan perubahan dalam organisasi,
khususnya vihara. Hal ini karena kita bisa melihat bahwa terdapat faktorfaktor yang mempengaruhi kesiapan dalam perubahan, khususnya proses
dalam perubahan itu sendiri dan sumber daya manusia yang ada di organisasi
yang bersangkutan. Oleh karena itu, peneliti akan meneliti mengenai kesiapan
perubahan penerapan sistem informasi akuntansi dalam vihara berdasarkan
komitmen dari sumber daya manusia dan proses dari perubahan untuk
memperkirakan apakah vihara bisa melewati proses tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah sistem informasi akuntansi dan
pengendalian internal yang diterapkan oleh Vihara Bodhicitta Maitreya.
B. Metode dan Desain Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metodologi
penelitian kualitatif. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan
pendekatan studi kasus (case study) di organisasi religius, yaitu Vihara
Bodhicitta Maitreya. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi adalah teknik digunakan untuk tujuan pencarian
paling sedikit tiga cara pemverifikasian atau penguatan kejadian, deskripsi,
atau fakta tertentu yang dilaporkan oleh penelitian (Yin, 2011:81). Beberapa
cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk melakukan teknik triangulasi
dalam penelitian ini, antara lain:
1.
Triangulasi dengan Sumber
Triangulasi dengan sumber dilakukan dengan mengumpulkan data dari
sumber yang berbeda, bisa pada waktu dan alat yang berbeda. Kemudian,
hasil atau data yang didapatkan tersebut dibandingkan. (Ghony, et.al,
2014:322-323)
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
2.
Triangulasi dengan Metode
Triangulasi dengan metode, dilakukan dengan mengumpulkan data yang
sama tapi dengan menggunakan lebih dari satu jenis teknik pengumpulan
data, yang kemudian dibandingkan hasilnya. (Gunawan, 2013:219)
Hal yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan triangulasi dengan sumber
dan metode, antara lain:
1.
Peneliti melakukan wawancara kepada lebih dari satu narasumber dengan
pertanyaan yang sama.
2.
Pada saat wawancara, peneliti menanyakan sebuah pertanyaan yang sama
dua kali kepada subjek penelitian.
3.
Peneliti melakukan observasi terhadap objek penelitian lebih dari satu
kali pada waktu yang berbeda.
4.
Peneliti membandingkan data yang didapat dari hasil wawancara dengan
data hasil observasi.
5.
Peneliti membandingkan data yang didapat dari hasil wawancara dengan
dokumen yang berkaitan.
6.
Peneliti membandingkan data hasil observasi dengan dokumen yang
berkaitan.
Setelah peneliti melakukan hal-hal tersebut, peneliti mungkin akan
mendapatkan perbedaan data. Saat hal ini terjadi, peneliti perlu mencari
penyebab terdapat perbedaan data. Hal ini dilakukan peneliti agar data yang
dikumpulkan dan dianalisis merupakan data yang benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1.
Wawancara (Interview)
Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara adalah
teknik dimana pewawancara menanyakan informasi-informasi yang
dibutuhkannya
kepada
orang
yang
diwawancarai.
Orang
yang
diwawancarai biasanya merupakan orang yang mengerti dan mengetahui
informasi yang dibutuhkan pewawancara. Dalam penelitian ini,
pewawancara akan mewawancarai beberapa pihak yang ada di Vihara
Bodhicitta Maitreya, seperti Fo Yuan, Pandita, Thanzu, dan pihak-pihak
lain yang bisa memberikan informasi yang dibutuhkan.
Jenis pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara ini
adalah pertanyaan terbuka (open-ended question) dan pertanyaan tertutup
(closed-ended question). Pertanyaan terbuka akan digunakan saat
pewawancara menanyakan jenis pertanyaan yang membutuhkan jawaban
deskripsi dan penjelasan dari pihak yang diwawancarai. Sedangkan
pertanyaan tertutup digunakan saat pewawancara ingin mempertegas
jawaban yang diberikan sebelumnya, serta pewawancara hanya
membutuhkan jawaban ya atau tidak dan ada atau tidak ada.
Informasi yang bisa didapatkan dari teknik wawancara ini adalah
sejarah dan perkembangan Vihara Bodhicitta Maitreya, struktur
organisasi beserta deskripsi pekerjaan masing-masing jabatan, siklussiklus yang terjadi di vihara tersebut, dan pengendalian internal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
diterapkan. Saat berlangsungnya wawancara, pewawancara merekam
jawaban dari pihak yang sedang diwawancarai dengan menggunakan
voice recorder.
2.
Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan teknik
pengumpulan data dengan observasi. Observasi dilakukan dengan
mengamati secara langsung kegiatan yang ada di Vihara Bodhicitta
Maitreya. Kegiatan-kegiatan yang diamati oleh peneliti, antara lain:
pengendalian internal di Vihara Bodhicitta Maitreya, sistem penerimaan,
sistem pengeluaran, dan sistem penggajian dan sumber daya manusia.
3.
Dokumentasi
Dengan menggunakan teknik dokumentasi, peneliti mengumpulkan
dokumen-dokumen sebagai berikut: sejarah dan perkembangan Vihara
Bodhicitta Maitreya, struktur organisasi Vihara Bodhicitta Maitreya,
penjelasan deskripsi pekerjaan masing-masing jabatan (jika ada yang
secara tertulis), bukti-bukti transaksi, catatan-catatan atau formulirformulir transaksi yang terjadi, dan arsip-arsip berkaitan dengan kegiatan
yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya.
D. Teknik Analisis Data
Setelah peneliti mengumpulkan data dengan teknik wawancara,
observasi, dan dokumentasi, peneliti menguji keabsahan data dengan
menggunakan teknik triangulasi. Dalam melakukan teknik triangulasi ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
peneliti membandingkan data yang didapatkan sehingga akan didapat
persamaan data. Jika peneliti mendapatkan hasil data yang berbeda untuk
objek yang sama, peneliti perlu menelusuri kembali dan mencari penyebab
perbedaan sehingga peneliti akan mendapatkan data yang dapat dipercaya dan
sesuai kenyataan. Setelah melakukan teknik keabsahan data, peneliti
menganalisis data.
Sebelum menjawab rumusan masalah di dalam penelitian ini, peneliti
akan melakukan pembahasan dan analisis mengenai sistem informasi
akuntansi Vihara Bodhicitta yang lama dan baru. Langkah-langkah yang
dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut.
1.
Peneliti
mengidentifikasi
pengimplementasian
sistem
informasi
akuntansi, seperti pencatatan transaksi, bukti transaksi, dan siklus-siklus
yang sudah ada di dalam vihara. Siklus-siklus tersebut berupa siklus
penerimaan, siklus pengeluaran, dan siklus sumber daya manusia dan
penggajian. Identifikasi dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan
kemudian dideskripsikan dalam bentuk narasi. Kemudian, Siklus-siklus
yang ada di vihara digambarkan dalam bentuk business process diagram.
Dalam mendeskripsikan siklus yang terjadi di vihara, peneliti memilih
untuk menggunakan business process diagram karena di Vihara
Bodhicitta Maitreya tidak menggunakan dokumen sebagai bukti transaksi
dan tidak menggunakan sistem yang terkomputerisasi. Hal ini
menyebabkan peneliti tidak dapat mendeskripsikan siklus yang terjadi
dengan flowchart dokumen dan flowchart sistem. Oleh karena itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
disebabkan karena yang bisa dideskripsikan adalah kegiatan atau
aktivitas, bagian yang melakukan, dan proses yang terjadi maka peneliti
memilih menggunakan business process diagram untuk mendeskripsikan
aktivitas yang terjadi dalam siklus yang ada di Vihara Bodhicitta
Maitreya.
2.
Peneliti mengidentifikasi pengendalian-pengendalian internal yang
diterapkan dalam Vihara Bodhicitta Maitreya berdasarkan Integrated
Framework yang diterbitkan oleh COSO pada Mei 2013. Kemudian hasil
identifikasi tersebut akan dideskripsikan dan dianalisis dalam bentuk
narasi. Peneliti juga menganalisis ajaran-ajaran Buddha Maitreya yang
diterapkan dalam pengendalian internal tersebut dan menyajikannya
dalam bentuk narasi.
3.
Peneliti melakukan perbandingan atas sistem informasi akuntansi Vihara
Bodhicitta Maitreya yang lama dan baru. Peneliti mendeskripsikan
kesamaan dan perbedaan dari sistem informasi akuntansi lalu
menganalisis kelemahan dan kelebihan dari sistem informasi akuntansi
tersebut. Peneliti juga mendeskripsikan dan menganalisis potensi dampak
perbedaan sistem baru dan lama pada pengendalian internal dan
mencocokkan dampak tersebut dengan ajaran Buddha Maitreya ataupun
budaya yang ada di vihara.
Kemudian, untuk menjawab rumusan masalah di dalam penelitian ini,
peneliti akan melakukan teknik analisis data sebagai berikut.
1.
Rumusan masalah yang pertama adalah “Bagaimana kelayakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
penerapan sistem informasi akuntansi yang baru di Vihara Bodhicitta
Maitreya?”.
Untuk
menjawab
rumusan
masalah
ini
peneliti
mendeskripsikan dan menganalisis kelayakan penerapan sistem informasi
akuntansi yang baru dengan menggunakan teori tiga elemen kunci
kelayakan, yang terdiri dari kelayakan teknis, ekonomis, dan operasional
oleh Kendall dan Kendall (2011:62). Selain itu, peneliti juga
mendeskripsikan dan menganalisis kelayakan sistem informasi akuntansi
yang baru dengan menggunakan ajaran Buddha Maitreya ataupun budaya
yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya.
a.
Untuk
menjawab
mengenai
kelayakan
teknis,
peneliti
mendeskripsikan sumber daya teknis yang terdapat di Vihara
Bodhicitta Maitreya, seperti hardware, software, dan sumber daya
manusia yang berkaitan dengan keuangan vihara. Lalu, peneliti
menganalisis kelayakan sistem informasi akuntansi vihara yang baru
dengan sumber daya teknis yang terdapat di vihara saat ini. Sistem
dikatakan layak secara teknis jika sumber daya teknis yang ada saat
ini bisa digunakan untuk sistem tersebut. Peneliti juga menganalisis
kelayakan teknis penggunaan sistem informasi akuntansi yang baru
dengan menggunakan ajaran Buddha Maitreya ataupun budaya yang
terdapat di vihara.
b.
Untuk
menjawab
mengenai
kelayakan
ekonomis,
peneliti
mendeskripsikan dan menganalisis kebutuhan yang diperlukan
Vihara Bodhicitta Maitreya untuk menerapkan sistem informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
akuntansi yang baru. Lalu, peneliti menganalisis kelayakan
ekonomis sistem informasi akuntansi vihara yang baru dengan
mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang
didapatkan. Sistem dikatakan layak secara ekonomis jika manfaat
yang diperoleh dari sistem lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
Peneliti juga menganalisis kelayakan ekonomis penggunaan sistem
informasi akuntansi yang baru dengan menggunakan ajaran Buddha
Maitreya ataupun budaya yang terdapat di vihara.
c.
Untuk
menjawab
mengenai
kelayakan
operasional,
peneliti
mendeskripsikan sumber daya manusia yang berkaitan dengan
keuangan yang terdapat di Vihara Bodhicitta Maitreya. Lalu, peneliti
menganalisis kelayakan sistem informasi akuntansi vihara yang baru
dengan sumber daya manusia yang terdapat di vihara saat ini. Sistem
dikatakan layak secara operasional apabila sumber daya manusia
yang tersedia dapat menerapkan sistem tersebut. Peneliti juga
menganalisis kelayakan operasional penggunaan sistem informasi
akuntansi yang baru dengan menggunakan ajaran Buddha Maitreya
ataupun budaya yang terdapat di vihara.
Analisis yang dilakukan merupakan analisis secara kualitatif yaitu dalam
bentuk kata dan kalimat. Dalam menyajikan hasil analisis, peneliti
menuliskan dalam bentuk narasi.
2.
Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, yaitu: “Bagaimana
kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi di Vihara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Bodhicitta Maitreya?”, peneliti mengidentifikasi dan menganalisis
apakah sumber daya manusia di vihara termasuk ke dalam tipe dari tiga
tipe komitmen individu yang bisa membawa perubahan dalam institusi
menurut Armenakis et al. (1999) (dalam Barber 2010:27). Tiga jenis
komitmen individu ini adalah kepatuhan, identifikasi, dan internalisasi.
Dari hasil deskripsi dan analisis dengan menggunakan teori tersebut,
peneliti menganalisis menggunakan ajaran-ajaran Buddha Maitreya
ataupun budaya yang ada di dalam vihara untuk mengetahui kesiapan
perubahan di vihara. Selain itu, peneliti mendeskripsikan dan
menganalisis bagaimana kesiapan perubahan yang ada di Vihara
Bodhicitta Maitreya dengan menggunakan teori delapan langkah proses
perubahan (eight-stage change process) menurut Kotter tahun (1996: 21)
(dalam Barber 2010: 6). Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan
untuk menjawab delapan langkah proses perubahan.
a.
Untuk menjawab langkah pertama, yaitu membangun rasa urgensi,
peneliti mendeskripsikan dan menganalisis urgensi perubahan sistem
informasi akuntansi dan mengaitkan ketercapaian langkah ini
berdasarkan budaya yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya.
b.
Untuk menjawab mengenai langkah kedua, yaitu menciptakan
koalisi pembimbingan, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis
tim yang berisi individu-individu yang dapat membawa perubahan
sistem informasi akuntansi dalam Vihara Bodhicitta Maitreya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
mengaitkan ketercapaian langkah ini berdasarkan budaya yang ada
di Vihara Bodhicitta Maitreya.
c.
Untuk menjawab mengenai langkah ketiga, yaitu mengembangkan
visi dan strategi, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis visi
Vihara Bodhicitta Maitreya dikaitkan dengan tujuan perubahan
sistem informasi akuntansi.
d.
Untuk menjawab langkah keempat, yaitu mengkomunikasikan
perubahan
visi,
peneliti
mendeskripsikan
dan
menganalisis
penyampaian informasi yang biasa dilakukan di Vihara Bodhicitta
Maitreya dan mengaitkan ketercapaian langkah ini berdasarkan
budaya yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya.
e.
Untuk menjawab langkah kelima, yaitu memberdayakan aksi yang
berbasis luas, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis aksi yang
dilakukan untuk melakukan perubahan sistem informasi akuntansi
berdasarkan kelayakan operasional dan mengaitkan ketercapaian
langkah ini berdasarkan budaya yang ada di Vihara Bodhicitta
Maitreya.
f.
Untuk menjawab mengenai langkah keenam, yaitu membangkitkan
keunggulan jangka pendek, peneliti mendeskripsikan reward yang
diterima saat kinerja baik dan hubungan antar sumber daya manusia
yang ada. Kemudian peneliti menganalisis pengaruh reward dan
hubungan antar sumber daya manusia di vihara terhadap kesiapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
perubahan sistem dan mengaitkan ketercapaian langkah ini
berdasarkan budaya yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya.
g.
Untuk menjawab langkah ketujuh, yaitu memperkuat keuntungan
dan menghasilkan lebih banyak perubahan, peneliti mendeskripsikan
dan menganalisis apa yang perlu dilakukan oleh Vihara Bodhicitta
Maitreya sehingga dapat melewati langkah ini.
h.
Untuk menjawab mengenai langkah kedelapan, yaitu mendukung
pendekatan baru dalam budaya, peneliti mendeskripsikan dan
menganalisis apa yang perlu dilakukan oleh pihak vihara dalam
melewati langkah ini.
Dengan menggunakan teori tersebut, peneliti menganalisis apakah vihara
bisa melewati kedelapan langkah proses perubahan hingga sukses dalam
menerapkan perubahan. Vihara Bodhicitta Maitreya dikatakan telah siap
melakukan perubahan sistem informasi akuntansi jika terdapat satu atau
lebih tipe komitmen dari tiga tipe komitmen individu yang bisa
membawa perubahan dan sumber daya manusia dan budaya yang
terdapat di vihara dapat melewati delapan langkah proses perubahan
berdasarkan hasil analisis peneliti. Dalam hal ini peneliti menuliskan
hasil deskripsi dan analisis dalam bentuk narasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
GAMBARAN UMUM VIHARA BODHICITTA MAITREYA
A. Lokasi Vihara Bodhicitta Maitreya
Vihara Bodhicitta Maitreya terletak di Jalan Kemetiran Kidul No.9, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
B. Sejarah Vihara Bodhicitta Maitreya
Tanah Vihara Bodhicitta Maitreya awalnya adalah milik Se Er Mei,
yang berasal dari Jember. Beliau membeli tanah tersebut dan kemudian
menyumbangkan tanah tersebut kepada Yayasan Bodhicitta Maitreya. Pada
tanggal 14 September 1969, Vihara Bodhicitta Maitreya (Phu Kuang Fo
Thang) dibangun di bawah pimpinan sesepuh Wang Sen Yen yang berasal
dari Madura. Bangunan vihara yang dibangun ini masih sederhana dan
berbentuk seperti rumah. Bangunan dicat dengan warna putih dan kuning.
Bangunan ini memiliki satu lantai dan lantainya terbuat dari semen. Di dalam
vihara terdapat empat kamar tidur yang berukuran kecil. Selain itu, terdapat
halaman yang tidak terlalu luas yang ditanami bunga dan daun Kwan Im.
Papan nama yang bertuliskan “Vihara Bodhicitta Maitreya” digantung di
depan vihara sebagai petunjuk identitas bahwa bangunan tersebut merupakan
vihara.
Vihara Bodhicitta Maitreya berada di bawah pimpinan Koordinator
Daerah Jawa Tengah (Korda Jateng). Vihara ini diserahkan kepada Sesepuh
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Dharmawira (yang sekarang telah mencapai tingkat kesucian Bodhisatva
dengan sebutan Che Ren Cen Cin). Kemudian, vihara dijaga dan dirawat oleh
sepasang suami istri, yaitu Thanzu She Lan dan Thanzu Ha Thiam.
Pada tahun 1978, tugas menjaga dan merawat vihara digantikan oleh
Pandita Siu Lu Thai dan Thanzu Cang Sin Chai. Namun pada tahun 1980,
Pandita Siu Lu Thai jatuh dari ranjang yang menyebabkan beliau tidak bisa
lagi melaksanakan tugas. Pandita Siu Lu Thai digantikan oleh Pandita Siaw
Phei yang berasal dari Semarang. Tidak lama kemudian, Pandita Siaw Phei
jatuh sakit lalu beliau dibawa kembali ke Semarang, dan tidak lama setelah
itu beliau meninggal dunia.
Pada tahun 1980, Sesepuh Dharmawira melantik seorang Thanzu yang
bernama Chen Mei Ing menjadi pandita untuk ditugaskan di Yogyakarta,
tepatnya di Vihara Bodhicitta Maitreya. Saat itu, jumlah umat di Vihara
Bodhicitta Maitreya sangat sedikit. Bahkan pada saat hari besar umat yang
datang kebaktian tidak lebih dari 40 orang. Pandita Chen mengerjakan semua
pekerjaan yang ada di vihara sendirian, mulai dari memasak, membersihkan
vihara, melayani umat, dan memberikan ceramah. Setiap hari
beliau
mengunjungi orang-orang yang rumahnya berada di sekitar vihara untuk
mengajak mereka memohon ketuhanan. Beliau juga yang mendiksa orangorang yang ingin memohon ketuhanan. Sampai tahun 1986, umat di Vihara
Bodhicitta Maitreya pun bertambah banyak, mulai dari orang tua hingga
muda-mudi atau generasi muda.
Pada tahun 1986, Sesepuh Liu dari Taiwan mengunjungi Vihara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Bodhicitta Maitreya. Beliau melihat keadaan vihara dan mengatakan bahwa
vihara ini memiliki masa depan yang baik sehingga beliau menyarankan agar
vihara harus segera direnovasi. Setelah mendengarkan hal tersebut, Sesepuh
Dharmawira langsung memberi titah kepada Pandita Chen untuk segera
mengurus pembangunan vihara dan mulai mengumpulkan dana. Saat itu,
dana yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp20.000.000,00.
Kemudian, Pandita Chen dari Yogyakarta menempuh perjalanan
selama 9 jam menggunakan bis umum menuju ke Jember untuk mengurus
surat hibah tanah. Hal ini dilakukan karena saat Se Er Mei menyumbangkan
tanah kepada Yayasan Bodhicitta Maitreya hanya secara pribadi dan tidak
menggunakan surat hibah. Selain itu, Pandita Chen bersama dengan Thanzu
Lie Nen Cong mencari sumbangan untuk merenovasi vihara hingga ke
Jakarta. Sampai dengan tahun 1990, dana yang berhasil dikumpulkan sekitar
Rp30.000.000,00.
Pada tahun 1990, Pandita Halim Zen Bodhi bersama dengan beberapa
biarawan dan biarawati ditugaskan di Jawa Tengah untuk membantu
mengembangkan vihara-vihara yang ada di Jawa Tengah, termasuk vihara di
Yogyakarta. Setiap hari Jumat, Pandita Halim datang ke Yogyakarta
mengendarai sepeda motor untuk memberikan Dharma. Umat-umat baru terus
bertambah dengan adanya program pembinaan umat yang rutin. Pandita
Halim Zen Bodhi sangat aktif membimbing muda-mudi dalam kegiatan
LABDI (Latihan Pengabdian) dan GRTP (Gradi Rohani Temu Persaudaraan)
yang diadakan setiap tahun. Pada pertengahan tahun 1993, Pandita Halim Zen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Bodhi ditugaskan sebagai Wakil Sekretaris Jendral DPP MAPANBUMI di
Pusdiklat Maitreyawira, Jakarta. Hal ini berarti beliau harus meninggalkan
Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Pada saat itu, dana yang dikumpulkan masih belum cukup dan
pengurusan izin dan surat tanah membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan
bangunan Vihara Bodhicitta Maitreya sudah tua dan bocor ketika hujan,
sehingga tidak memungkinkan lagi untuk digunakan sebagai tempat ibadah.
Kemudian, pada tanggal 27 Desember 1993 Vihara Bodhicitta Maitreya
dipindahkan untuk sementara waktu ke gedung Yayasan Bhaktiloka di Jalan
Poncowinatan No.20, Yogyakarta.
Atas restu Sesepuh Gautama Harjono renovasi Vihara Bodhicitta
Maitreya akan segera dilaksanakan walaupun hanya bermodalkan uang
sebesar Rp30.000.000,00. Hal ini dilakukan sebab menurut Sesepuh Gautama
Harjono suatu pekerjaan Tuhan tidak pernah bisa hanya diselesaikan dengan
mengandalkan kekuatan kita sendiri tetapi kita harus lebih percaya pada
kekuatan Tuhan. Pada bulan Mei 1994, surat izin untuk mendirikan bangunan
dikeluarkan. Bersamaan dengan dikeluarkannya surat ini, kepengurusan
Vihara Bodhicitta Maitreya berubah dan atas restu Sesepuh Gautama Harjono
Vihara Bodhicitta Maitreya melepaskan diri dari Korda Jawa Tengah.
Kemudian, Vihara Bodhicitta Maitreya menjadi DPD MAPANBUMI
tersendiri di Daerah Istimewa Yogyakarta di bawah pimpinan Pandita Halim
Zen Bodhi dan Pandita Chen Mei Ing.
Pada tanggal 21 Mei 1994, bangunan lama Vihara Bodhicitta Maitreya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
mulai direnovasi dengan terlebih dahulu membongkar dan meratakan
bangunan tersebut. Dengan dana yang terbatas, para panitia dan pengurus
merasa tidak mungkin untuk menggunakan jasa kontraktor. Berdasarkan hasil
rapat para panitia dan pengurus, untuk menghemat biaya diputuskan untuk
melakukan pembangunan dengan usaha sendiri. Kemudian, pada tanggal 13
Juni 1994 pembangunan Vihara Bodhicitta Maitreya dimulai. Pembangunan
ini dilakukan di bawah pimpinan ketua panitia Bapak Anwar Santoso.
Seluruh tenaga untuk pembangunan Vihara Bodhicitta Maitreya mulai
dari perencanaan, perancangan, pelaksanaan, pengawasan, hingga penyediaan
bahan semua ditangani oleh muda-mudi Vihara Bodhicitta Maitreya. Para
pandita, thanzu, biarawan/biarawati, dan seluruh umat mencari dana dengan
menyebarkan proposal pembangunan vihara, menjual jaket, kaos, tas, kalung,
patung Maitreya, kaset, dan gantungan kunci. Akhirnya, pada tanggal 12
November 1995 diadakan peresmian gedung baru Vihara Bodhicitta
Maitreya.
C. Visi dan Misi Vihara Bodhicitta Maitreya
1.
Visi Vihara Bodhicitta Maitreya
Mewujudkan vihara yang gemilang dalam menuntun umat Maitreya agar
dapat memancarkan pesona keindahan dirinya sebagai manusia.
2.
Misi Vihara Bodhicitta Maitreya
a.
Menuntun umat Maitreya untuk senantiasa berpikir, berucap kata,
dan berperilaku yang berlandaskan kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
b.
Menuntun umat Maitreya untuk selalu membangun budaya harmonis
dengan alam dan segala isinya.
c.
Menuntun umat Maitreya untuk menjunjung harkat dan nilai
martabat semua bentuk kehidupan.
d.
Menuntun umat Maitreya untuk menghargai nilai dan harkat dirinya
sebagai manusia.
e.
Menuntun umat Maitreya untuk memiliki moralitas Dunia Satu
Keluarga.
D. Sejarah Ajaran Buddha Maitreya
Kata “Maitreya” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti kasih
(Tim Cahya Maitri). Berdasarkan pengertian tersebut, “Maitreya” bisa
diartikan membawa sukacita, kebahagiaan, harapan dan kecemerlangan bagi
umat manusia. Buddha Maitreya adalah dikenal sebagai Buddha Bahagia atau
Buddha Sukacita (Happy Buddha), Buddha Penuh Tawa Ria (Laughing
Buddha), dan Buddha Pembawa Berkah (Lucky Buddha). Manifestasi atau
rupa Buddha Maitreya yang tampak di zaman sekarang ditunjukkan dalam
wujud atau manifestasi “Bhikkhu Berkantong”. Setiap bagian dari manifestasi
atau rupa Buddha Maitreya memiliki artinya masing-masing, yaitu:
1.
Senyuman
kasih
yang
memenuhi
wajah
Buddha
Maitreya
merepresentasikan cinta kasih beliau yang tak terhingga atau tidak
terbatas.
2.
Daun telinga Buddha Maitreya yang terkulai ke bawah menunjukkan
bahwa dengan kasih Buddha Maitreya yang tak terhingga mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
mendengar, memahami, dan menuntaskan masalah umat manusia yang
diutarakan dalam berbagai macam bahasa.
3.
Leher dan dada Buddha Maitreya yang lebar mencerminkan hati Buddha
Maitreya yang lugu polos, tulus, dan jujur.
4.
Perut Buddha Maitreya yang besar dan bulat menunjukkan dengan hati
kasih Buddha Maitreya yang tak terbatas mampu menampung semua
masalah yang ada di dunia tanpa membedakan satu sama lain.
5.
Kantong gaib yang dimiliki Buddha Maitreya merepresentasikan kasih
dan dharma agung Buddha Maitreya yang tak terhingga.
Buddha Maitreya memiliki sumpah atau ikrar yang agung dan mulia,
antara lain:
1.
Merubah dunia yang penuh kekacauan menjadi dunia yang damai
sentosa.
2.
Merubah dunia yang penuh kekotoran menjadi dunia yang suci atau bumi
suci.
3.
Merubah dunia yang penuh dosa dan kegelapan menjadi dunia Ilahi atau
Ketuhanan.
Buddha Maitreya telah lahir ke dunia ini beberapa kali. Beliau datang
dan lahir ke dunia ini dengan misi untuk menyelamatkan umat manusia dan
memenuhi ikrar atau sumpahnya. Saat dilahirkan ke dunia ini beberapa kali,
Buddha Maitreya telah menjalin jodoh ketuhanan dengan umat manusia.
Buddha Maitreya pernah datang dan dilahirkan sebagai Sarvajna Prabha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Manusya Deva, Bodhisatva Maitreya, Bhikkhu Berkantong, dan Patriat Cin
Kung.
Datangnya abad Maitreya dipercayai karena abad ini telah memenuhi
beberapa unsur, yaitu:
1.
Terpenuhinya Unsur Peristiwa
Kelahiran dan kedatangan para Buddha dan Bodhisatva ke dunia ini
merupakan suatu sebab jodoh yang luar biasa dan kasih dari Tuhan Yang
Maha Esa. Pada zaman prasejarah dan masa pertengahan sejarah, Tuhan
merencanakan untuk menyatukan dan menyempurnakan triloka dengan
mengutus para Buddha datang ke dunia untuk menyelamatkan umat
manusia dan mengajarkan moral kebajikan. Pada saat sekarang,
kebajikan dan kejahatan yang ada di dunia telah matang. Tuhan mengutus
Buddha Maitreya untuk memperkenalkan kepada umat manusia sebuah
ajaran luhur, yakni dunia satu keluarga, hakikat kebenaran tertinggi, hati
nurani yang bebas dari diskriminasi, dan mengubah pertikaian menuju
dunia yang penuh kasih sayang dan kebahagiaan.
2.
Terpenuhinya Unsur Ikrar
Sumpah atau ikrar Buddha Maitreya adalah merubah dunia yang penuh
dengan kekacauan dan kekotoran menjadi dunia yang damai sentosa.
Tuhan menurunkan ajaran Maha Tao Maitreya untuk menyelamatkan
triloka. Sebab jodoh ikrar agung Buddha Maitreya telah matang sehingga
beliau diutus untuk memimpin misi penyempurnaan semesta demi
mewujudkan dunia yang damai dan sentosa. Pencapaian sumpah Buddha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Maitreya ini juga dibantu oleh para Buddha-Bodhisatva dan dewa-dewi.
Buddha Maitreya menjadi utusan Tuhan karena ikrar agung beliau yang
cocok dengan misi penyempurnaan.
3.
Terpenuhinya Unsur Waktu
Di akhir zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
peradaban manusia semakin berkembang pesat. Pandangan keyakinan
hidup dan nilai moralitas tidak tertata sehingga mengakibatkan
peperangan dan pertikaian antar manusia, kelompok, organisasi, suku,
ataupun bangsa. Dalam keadaan dunia yang seperti ini, umat manusia
tentunya menginginkan hidup yang damai, tenang, dan sentosa. Hal ini
sesuai dengan ikrar Buddha Maitreya yang membawa harapan dan
kebahagiaan untuk menciptakan dunia yang damai sentosa.
4.
Terpenuhinya Unsur Tempat
Dengan semakin berkembangnya teknologi dan transportasi serta umat
manusia yang juga berperan dalam perkembangan tersebut, penyebaran
budaya kasih Maitreya yaitu Dunia Satu Keluarga menjadi semakin
mudah.
5.
Terpenuhinya Unsur Manusia.
Buddha Maitreya telah mengikat sebab jodoh dengan umat manusia
selama puluh ribuan tahun. Beliau mengikat sebab jodoh tanpa
membeda-bedakan umat manusia. Selain itu, Buddha Maitreya juga telah
menjalin sebab jodoh dengan para Buddha sepuluh penjuru, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
beliau mendapatkan bantuan dan dukungan dari para Buddha dan
Bodhisatva untuk menjalankan misi menuju damai sentosa.
6.
Terpenuhinya Unsur Materi
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan banyak
penemuan dan produk materi. Kondisi ini nantinya akan menjadi
pendukung di Bumi Suci Maitreya.
7.
Terpenuhinya Unsur Dharma
Metode pembinaan Buddha Maitreya yang mengutamakan sujud dan
bakti puja selaras dengan kebutuhan manusia. Pola pembinaan Buddha
Maitreya yaitu berpantang makan daging merupakan jalan yang paling
mudah dalam membangkitkan hati kasih dan menjalin jodoh baik untuk
memasuki dunia damai sentosa. Dharma Buddha Maitreya yang tiada
perbedaan merupakan penuntun bagi umat manusia untuk memasuki
dunia yang bebas dari keserakahan dan kemelekatan.
8.
Terpenuhinya Unsur Buddha Rupang
Manifestasi atau wujud Buddha Maitreya yang penuh senyum kasih
membawa kebahagiaan bagi semua manusia yang melihatnya. Hal ini
merupakan sebuah simbol utama yang menuntun umat manusia menuju
kerajaan Buddha Maitreya.
E. Struktur Organisasi di Vihara Bodhicitta Maitreya
Berikut merupakan struktur organisasi yang terdapat di Vihara
Bodhicitta Maitreya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
1.
Pandita
Tugas dari pandita adalah memimpin ritual kebaktian, melakukan
pendiksaan, memberikan ceramah, mengotorisasi kegiatan yang akan
dilakukan, dan mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
2.
Sekretaris
Tugas sekretaris adalah membuat surat yang berkaitan dengan
administrasi vihara dan mengarsip surat.
3.
Bendahara
Bendahara bertugas untuk menyimpan uang, membuka kotak dana,
menyetujui pengeluaran uang, serta menerima dan mengeluarkan uang.
Selain itu, bendahara juga bertugas untuk mencatat setiap transaksi yang
masuk dan keluar.
4.
Departemen Kepemudaan
a.
Divisi Acara
Tugas dari divisi acara adalah menyusun program untuk kegiatan
kepemudaan yang bertujuan menguatkan iman, persaudaraan, dan
keakraban beserta dengan teknis pelaksanaan program tersebut.
Selain itu divisi acara juga menyusun teknis pelaksanaan acara
perayaan khusus, seperti Tahun Baru Imlek, cap go me, dan reuni
akbar.
b.
Divisi Kesenian
Tugas dari divisi kesenian adalah memastikan kegiatan yang
berhubungan dengan kesenian, seperti tembang Ketuhanan (solo dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
paduan suara), drama nurani, dan tari dan senam kasih semesta
berjalan dengan lancar, serta mengatur jadwal pelaksanaan latihan
untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Selain itu, divisi kesenian juga
bertugas untuk mengisi acara-acara yang diselenggarakan oleh pihak
internal maupun eksternal (undangan dari pihak luar).
c.
Divisi Dekorasi
Tugas dari divisi dekorasi adalah membuat konsep dekorasi untuk
suatu acara dan melakukan dekorasi atas acara tersebut.
d.
Divisi Sound System
Tugas dari divisi sound system adalah memasang alat-alat sound
system untuk mendukung suatu acara, seperti microfon, kabel audio
serta mencoba terlebih dahulu alat-alat tersebut untuk memastikan
bahwa alat-alat itu sudah berfungsi dengan baik. Selain itu, divisi ini
juga bertugas untuk melakukan pemeliharaan dan inventarisasi atas
peralatan sound system.
e.
Divisi Dana Usaha
Tugas dari divisi dana usaha adalah menyusun program kerja untuk
pencarian dana, membagi tugas, dan jadwal dalam usaha pencarian
dana.
5.
Departemen Dharma, Pendidikan, dan Kaderisasi
a.
Divisi Sekolah Minggu Maitreya
Tugas dari divisi sekolah minggu maitreya adalah menyusun
kurikulum Sekolah Minggu Maitreya bersama dengan pembina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Departemen Pendidikan dan menyelenggarakan kegiatan Sekolah
Minggu Maitreya.
b.
Divisi Etika
Tugas dari divisi etika adalah mempersiapkan pelaksanaan ritual tata
sajian (xian gong), pendiksaan (qiu dao), pemberkatan pernikahan,
duka, dan lain-lain. Divisi etika juga bertanggungjawab atas protokal
kebaktian mingguan.
6.
Departemen Publikasi, Informasi, dan Multimedia
a.
Divisi Fotografi
Tugas dari divisi fotografi adalah mendokumentasikan setiap
kegiatan yang diselenggarakan, mengedit foto, menyimpan foto-foto
ke dalam harddisk eksternal, dan menjaga perlengkapan fotografi.
b.
Divisi Videografi
Tugas dari divisi videografi adalah merekam kegiatan yang
dilakukan dan mengedit video tersebut.
c.
Divisi Desain
Tugas dari divisi desain adalah mendesain undangan, poster, slide
lagu, dan lain-lain yang berkaitan dengan desain.
7.
Departemen Humas dan Sosmas
Dalam Departemen Humas dan Sosmas terdapat satu divisi, yaitu divisi
humas dan baksos. Tugas dari divisi humas dan baksos adalah
mengkoordinasi perwakilan dari vihara untuk undangan dari pihak
eksternal, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Selain itu, divisi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
juga bertugas untuk menyampaikan informasi-informasi penting kepada
masyarakat luas dan merencanakan dan mengadakan program kerja yang
berkaitan dengan bakti sosial.
8.
Departemen Gizi dan Kesehatan
Dalam Departemen Gizi dan Kesehatan terdapat satu divisi, yaitu divisi
IVS (Indonesia Vegetarian Society). Tugas dari divisi IVS adalah
menyebarluaskan informasi tentang vegetarian kepada kalangan internal
(umat) dan kalangan eksternal yang ada di Yogyakarta. Selain itu, divisi
ini juga bertugas untuk menyusun program kerja yang berkaitan dengan
vegetarian, seperti seminar vegetarian, festival makanan vegetarian, dan
konsultasi tentang hidup bervegetarian.
9.
Departemen Seni Budaya
Dalam Departemen Seni Budaya terdapat satu divisi yaitu: divisi INLA
(International Nature Loving Association). Tugas dari divisi INLA adalah
menyusun, melaksanakan, dan mengembangkan program kerja yang
bertujuan untuk menyebarkan pesan-pesan moral, nilai-nilai kehidupan
dan kasih terhadap semesta melalui kegiatan seni budaya dan pendidikan
seperti tarian, lagu, dan senam yang bertemakan kasih semesta.
10. Departemen Pengembangan Vihara dan Pelayanan
a.
Divisi Pelayanan Hari Besar
Tugas divisi pelayanan hari besar adalah menginformasikan kepada
umat-umat yang sudah berkeluarga mengenai kegiatan yang akan
diadakan di vihara, membagi tugas kepada aktivis vihara saat hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
besar, serta menyambut dan mengarahkan umat yang datang serta
mengucapkan selamat tinggal kepada umat saat pulang. Kemudian,
divisi ini juga bertugas untuk membereskan semua peralatan dapur
yang sudah digunakan dan memberi arahan kepada umat pada saat
sebelum dan sesudah sembahyang saat hari besar.
b.
Divisi Konsumsi Hari Besar
Tugas dari divisi konsumsi hari besar adalah melakukan koordinasi
dengan umat-umat yang menyumbangkan masakan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan untuk konsumsi hari besar dan
menyajikan makanan pada saat hari besar.
c.
Divisi Kunjungan Doa
Tugas dari divisi kunjungan doa adalah membuat daftar umat-umat
yang akan dikunjungi setiap hari rabu. Prioritas kunjungan doa
adalah umat yang sakit, umat lansia, dan umat yang jarang ke vihara
d.
Divisi Transportasi Hari Besar
Tugas dari divisi transportasi hari besar adalah melakukan koordinasi
atas transportasi umat-umat setiap kegiatan di vihara, terutama bagi
umat yang lebih tua, tidak memiliki kendaraan, lokasi rumah yang
jauh, dan sebagainya. Selain itu, divisi ini juga bertugas untuk
membuat pembagian tugas jemput baik menggunakan mobil vihara
ataupun mobil pribadi dan menyusun jadwal petugas penjaga parkir
yang melibatkan semua aktivis vihara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
11. Departemen Badan Usaha
a.
Divisi Penerbitan
Divisi penerbitan bertugas untuk menyusun produk-produk terbaru
untuk mendukung penyampaian misi Buddha Maitreya secara
meluas dan menyusun buku-buku Ketuhanan untuk berbagai
kalangan. Kemudian, divisi ini juga bertanggungjawab dalam
menerbitkan majalah triwulan, BOMA, Majalah Maitreya, dan
Majalah Info Vegetarian.
b.
Divisi DMG
Tugas dari divisi DMG adalah menyebarkan semangat “Waktu
adalah Bahagia” serta pesan-pesan moral kebajikan dan dunia satu
keluarga melalui produk jam kebahagiaan kepada pihak internal
maupun ekstrenal. Divisi DMG bertugas untuk menyusun rencana
pemasaran atas produk jam ini dan menjual produk ini.
c.
Divisi Bodhipro
Divisi Bodhipro bertugas untuk mendesain produk-produk yang
dapat dijadikan sebagai ikon Maitreya serta memasarkan dan
menjual produk-produk tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
F. Struktur Organisasi Keuangan Vihara Bodhicitta Maitreya
Pandita
Bendahara
Bendahara
Kas Kecil
Pencatat
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Keuangan Vihara Bodhicitta Maitreya
1.
Pandita
Pandita memiliki tugas untuk mengotorisasi transaksi pengeluaran kas
yang bernominal besar, memeriksa pencatatan yang telah dilakukan, dan
membagikan gaji kepada pengabdi setiap bulan.
2.
Bendahara
Bendahara bertugas untuk menyimpan uang, membuka kotak dana, dan
menerima dan mengeluarkan uang. Selain itu, bendahara juga bertugas
untuk mencatat setiap transaksi yang masuk dan keluar. Bendahara juga
bertugas untuk merekap dan membuat laporan keuangan setiap tahunnya.
3.
Bendahara Kas Kecil
Bendahara kas kecil bertugas untuk menyimpan kas kecil dan
mengeluarkan kas tersebut saat terjadi transaksi operasional vihara yang
menggunakan kas kecil serta mencatat transaksi-transaksi tersebut.
4.
Pencatat
Pencatat di sini bertugas untuk membuat laporan keuangan dalam versi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Bahasa Indonesia karena laporan keuangan yang dibuat oleh Bendahara
adalah dalam versi Bahasa Mandarin.
G. Struktur Organisasi Keagamaan Agama Buddha Maitreya
Maha
Sesepuh
Sesepuh
Maha
Pandita
Panditapandita
Pandita
Madya
Pandita
Muda
Pelaksana
Vihara
Umat
Aktivis
Biasa
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Keagamaan Agama Buddha Maitreya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
1.
Maha Sesepuh
Maha Sesepuh memimpin semua vihara aliran Maitreya yang ada di
seluruh negara atau dunia.
2.
Sesepuh
Sesepuh memimpin seluruh vihara aliran Maitreya yang ada di suatu
negara, contohnya di Indonesia dan Taiwan.
3.
Maha Pandita
Maha Pandita memimpin seluruh vihara aliran Maitreya di bagian
tertentu dalam suatu negara. Di Indonesia, bagian tertentu dalam suatu
negara ini dikenal dengan istilah Koordinator Daerah (Korda). Di
Indonesia terdapat enam Koordinator Daerah, yaitu:
a.
Koordinator Daerah Satu, terdiri dari Jawa Timur, Bali, dan Lombok.
b.
Koordinator Daerah Dua, terdiri dari Jawa Tengah.
c.
Koordinator Daerah Tiga, terdiri dari Jawa Barat, D.I Yogyakarta dan
Jakarta.
d.
Koordinator Daerah Empat, terdiri dari Aceh, Sumatera Utara, Riau,
Kepulauan Riau, dan Sumatera Barat.
e.
Koordinator Daerah Lima, terdiri dari Sumatera Selatan, Lampung,
Bangka
Belitung,
Kalimantan
Tengah,
Kalimantan
Timur,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi, dan Irian.
f.
Koordinator Daerah Enam, terdiri dari Kalimantan Barat.
Setiap Koordinator Wilayah tersebut dipimpin oleh seorang Maha
Pandita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
4.
Pandita-pandita
Pandita bertugas untuk memimpin dan mengelola suatu vihara.
5.
Pandita Madya
Pandita Madya bertugas untuk membantu pandita dalam mengelola suatu
vihara. Pandita Madya lebih senior dibandingkan dengan Pandita Muda.
Seorang Pandita Madya tidak boleh melakukan pendiksaan.
6.
Pandita Muda
Pandita Muda bertugas membantu Pandita dalam mengelola vihara.
Pandita Muda lebih junior dari Pandita Madya.
7.
Pelaksana Vihara
Pelaksana vihara membantu Pandita dalam melaksanakan kegiatan
operasional vihara dan menjaga vihara.
8.
Umat Aktivis
Umat aktivis merupakan umat yang aktif dalam mengikuti dan membantu
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang ada di vihara.
9.
Umat Biasa
Umat biasa merupakan umat yang mengikuti kegiatan di vihara dan
datang kebaktian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
H. Struktur Kelembagaan Agama Buddha Maitreya Indonesia dan Alur
Pelaporan Keuangan
Gambar 4.4 Struktur Kelembagaan Agama Buddha Maitreya Indonesia
1. WALUBI (Perwakilan Umat Buddha Indonesia)
WALUBI adalah organisasi yang mewadahi organisasi-organisasi umat
Buddha yang ada di seluruh Indonesia.
2. DPP MAPANBUMI
DPP MAPANBUMI merupakan singkatan dari Dewan Pengurus Pusat
Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia. Dewan pengurus ini berada
di tingkat pusat, yaitu di Jakarta.
3. DPD MAPANBUMI
DPP MAPANBUMI merupakan singkatan dari Dewan Pengurus Daerah
Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia. Dewan pengurus ini berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
di tingkat provinsi.
4. DPC MAPANBUMI
DPP MAPANBUMI merupakan singkatan dari Dewan Pengurus Cabang
Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia. Dewan pengurus ini berada
di tingkat kota.
5. Yayasan
Yayasan dalam hal ini merupakan suatu badan hukum yang menaungi
suatu vihara.
6. Vihara
Vihara adalah tempat peribadatan untuk umat yang beragama Buddha.
Dalam vihara aliran Maitreya terdapat vihara yang dinaungi oleh sebuah
yayasan dan ada yang langsung dinaungi oleh MAPANBUMI. Vihara
yang dinaungi oleh yayasan adalah vihara yang dibangun sebelum
terbentuknya MAPANBUMI. Sedangkan vihara yang dinaungi oleh
MAPANBUMI adalah vihara yang dibangun setelah MAPANBUMI
terbentuk.
7. Kantor Pajak
Kantor pajak dalam hal ini adalah tempat untuk melaporkan pajak. Vihara
yang dinaungi oleh yayasan akan menyampaikan laporan keuangannya
kepada yayasan dan kemudian yayasan yang akan melaporkan laporan
keuangan tersebut kepada kantor pajak. Sedangkan vihara yang dinaungi
oleh MAPANBUMI akan melaporkan laporan keuangannya kepada DPP
MAPANBUMI dan DPP MAPANBUMI yang akan melaporkan laporan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
keuangan vihara kepada kantor pajak.
I.
Kegiatan-kegiatan dalam Vihara Bodhicitta Maitreya
Di Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat kegiatan-kegiatan yang melibatkan
umat untuk pengembangan rohani, antara lain:
1.
Kebaktian Sehari-hari
Kebaktian sehari-hari merupakan doa atau puja bakti yang dilakukan oleh
umat Buddha Maitreya setiap hari. Kebaktian ini dilakukan tiga kali
dalam satu hari, yaitu pagi, siang, dan malam hari. Jadwal yang ada di
Vihara Bodhicitta Maitreya, yaitu pada pagi hari pukul 06.30 WIB, siang
hari pukul 12.00 WIB, dan malam hari pada pukul 18.00 WIB.
2.
Kebaktian Hari Besar
Kebaktian hari besar adalah sembahyang atau doa yang dilakukan oleh
umat Buddha Maitreya pada saat-saat tertentu, yaitu hari besar. Hari
besar dalam agama Buddha Maitreya, yaitu seperti Che It, Cap Go,
kelahiran Buddha Maitreya, Trisuci Waisak, Pengagungan Tuhan Yang
Maha Esa, dan lain-lain. Kebaktian pada hari besar ini juga dilakukan
tiga kali dalam satu hari. Selain itu, pada saat hari besar dilakukan tata
sajian oleh umat sebelum kebaktian dimulai dan dilakukan pada salah
satu waktu kebaktian, biasanya pagi atau malam.
3.
Kebaktian Minggu
Pada hari minggu biasanya di Vihara Bodhicitta Maitreya diadakan kelas
ceramah untuk muda-mudi yang kemudian dilanjutkan dengan kebaktian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
siang. Ceramah tersebut berupa ceramah online yang disampaikan oleh
Wang Qian Ren biasanya dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga 11.00
WIB. Setelah itu, dilanjutkan dengan bersih-bersih dan kemudian
kebaktian siang.
4.
Kelas Pertobatan
Kelas pertobatan merupakan kelas ceramah yang ditujukan kepada umat
Buddha Maitreya, khususnya yang sudah dewasa. Kelas ini biasanya
diadakan pada hari Jumat pukul 19.30 WIB.
5.
Kelas Etika
Kelas etika adalah kelas yang bertujuan untuk mengajarkan umat Buddha
Maitreya mengenai tata cara kebaktian, seperti untuk melakukan tata
sajian dan protokol saat kebaktian. Etika tata sajian merupakan etika
untuk mengantarkan sajian ke meja altar untuk dipersembahkan kepada
para Buddha dan Bodhisatva. Sedangkan yang dipelajari tentang menjadi
protokol kebaktian adalah tentang tata cara membacakan sembah sujud
kepada buddha dan bodhisatva. Kelas ini biasanya diadakan pada setiap
hari Selasa pukul 19.00 WIB.
6.
Sekolah Minggu Maitreya
Sekolah Minggu Maitreya atau disingkat dengan SMM adalah kelas yang
memberi materi atau pelajaran tentang agama Buddha sesuai dengan
tingkatan kelas yang dijalani dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Umat yang mengikuti kelas ini adalah umat yang masih TK, SD, dan
SMP. Kelas ini diselenggarakan setiap hari Minggu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Informasi Akuntansi Vihara
1.
Siklus Penerimaan
Penerimaan di Vihara Bodhicitta Maitreya terdiri dari dua macam
penerimaan, yaitu:
a.
Sumbangan Umat Hari Besar Keagamaan dan Kotak Dana
Gambar 5.1 Business Process Diagram Sumbangan Umat Hari Besar
Keagamaan
Umat yang akan memberikan sumbangan menemui petugas
yang menjaga catatan untuk sumbangan umat di meja depan saat
masuk ke vihara. Umat tersebut menyebutkan nama dan jumlah
sumbangan kepada petugas yang sedang bertugas. Lalu, petugas
akan mencatat keterangan tersebut di buku sumbangan. Namun, jika
petugas tidak mengetahui penulisan nama umat tersebut karena
biasanya ada nama yang ditulis dengan Bahasa Mandarin maka
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
petugas akan meminta umat tersebut untuk menuliskan namanya.
Setelah itu, umat yang menyumbangkan dana memberikan
uang tersebut kepada petugas. Uang tersebut diterima oleh petugas
dan kemudian petugas menghitung kembali uang yang diberikan
oleh umat tersebut. Uang tersebut akan dimasukkan oleh petugas ke
dalam kotak dana yang ada di dalam vihara pada hari sumbangan itu
diberikan. Kotak dana tersebut ada di lantai satu dan lantai tiga
dalam vihara. Proses seperti ini terjadi saat vihara mendapatkan
sumbangan pada hari besar keagamaan, seperti che it dan cap go.
Proses pemberian sumbangan berbeda pada saat sumbangan
diberikan bukan pada hari besar keagamaan. Pada hari biasa atau
bukan hari besar keagamaan, umat yang memberikan sumbangan
datang ke vihara dan langsung memasukkan uang sumbangan ke
dalam kotak dana. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi
pencatatan nama dan jumlah sumbangan ke dalam buku dana.
Kotak dana yang berisi sumbangan umat biasanya akan
dibuka minimal satu bulan dua kali, yaitu beberapa hari setelah hari
besar che it dan cap go. Hal ini juga tergantung pada banyaknya
jumlah hari besar dalam satu bulan. Selain itu, menurut Pandita
kotak dana ini dapat dibuka sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kesepakatan antara Pandita dan bendahara serta sesuai dengan situasi
dan kondisi pada saat itu. Bendahara akan datang ke vihara untuk
membuka kotak dana dan memeriksa catatan di buku yang mencatat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
dana sumbangan untuk mengetahui jumlah sumbangan yang sesuai
dengan catatan. Lalu, bendahara bersama dengan satu pandita dan
satu saksi membuka kotak dana tersebut. Bendahara akan
menghitung uang yang ada di dalam kotak dana dan kemudian
mencocokkan dengan catatan yang ada di buku dana. Setelah itu,
hasil sumbangan akan dicatat di sebuah buku dan catatan tersebut
ditandatangani oleh bendahara dan pandita. Dalam catatan tersebut
terdapat keterangan tanggal, jumlah yang didapatkan, dan tanda
tangan.
Setiap bulannya, penerimaan vihara dari sumbangan ini
berbeda-beda tergantung pada peringatan hari-hari besar yang ada di
vihara. Sumbangan dari umat biasanya banyak pada peringatan hari
ulang tahun vihara, karena dari pihak vihara juga mengundang umat
dari luar kota. Bendahara akan membagi uang dari kotak dana
tersebut dengan jumlah tertentu sesuai dengan kegunaannya, yaitu
untuk tunjangan para pengabdi vihara dan kegiatan operasional
sehari-hari yang dimasukkan ke kas kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
b.
Hasil Penjualan di Koperasi Vihara
Gambar 5.2 Business Process Diagram Penjualan Koperasi Vihara
Pembeli yang biasanya merupakan umat datang ke vihara dan
menemui petugas vihara yang biasanya berupa pengabdi vihara.
Pembeli mengatakan kepada petugas apa yang ingin dibelinya dan
petugas mengambil barang yang diinginkan pembeli. Petugas
menyebutkan harga barang tersebut dan pembeli memberikan
sejumlah uang kepada petugas. Kemudian, petugas memberikan
barang tersebut kepada pembeli beserta dengan uang kembalian jika
ada. Petugas tersebut kemudian mencatat hasil penjualan dalam buku
yang ada di koperasi tersebut.
Uang dari hasil penjualan koperasi digunakan untuk
membantu menutupi kekurangan kas dari hasil sumbangan kotak
dana. Selain itu, uang dari hasil penjualan koperasi ini juga
digunakan untuk
transaksi
yang tidak boleh menggunakan
sumbangan umat. Untuk menggunakan uang hasil penjualan
koperasi diperlukan persetujuan dari Pandita terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
2.
Siklus Pengeluaran
Uang yang didapat dari kotak dana yang merupakan sumbangan
umat setiap bulannya digunakan untuk mengisi kas kecil dan
memberikan tunjangan kepada pengabdi serta digunakan hanya untuk
keperluan vihara. Uang yang ada di kas kecil digunakan untuk kegiatan
sehari-hari vihara, seperti membeli perlengkapan, makanan, dan
sebagainya. Kas kecil ini diisi setiap bulan. Kemudian, uang untuk
tunjangan pengabdi di vihara diberikan kepada pengabdi-pengabdi vihara
setiap bulannya.
Namun, terkadang dalam satu bulan dana yang digunakan bisa
lebih dan bisa juga kurang dari uang yang disumbangkan oleh umat lewat
kotak dana. Apabila uang yang didapatkan kurang dari kebutuhan vihara
selama satu bulan, bendahara akan mengeluarkan uang tabungan vihara
yang merupakan kelebihan uang dari bulan-bulan sebelumnya.
Sedangkan, apabila uang yang didapatkan lebih dari kebutuhan, uang
tersebut akan disimpan oleh bendahara yang dapat digunakan untuk
keperluan lainnya atau menutupi kebutuhan saat terjadi kekurangan. Jika
kelebihannya banyak uang tersebut disimpan oleh bendahara dalam
rekening bank namun jika kelebihannya hanya sedikit uang tersebut
disimpan oleh bendahara sebagai kas di tangan.
Terdapat beberapa jenis pengeluaran yang dilakukan vihara,
antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
a.
Pengeluaran Kas Kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Terdapat petugas yang merupakan seorang pengabdi vihara
bertugas untuk mengecek atau memeriksa persediaan perlengkapan
dan kebutuhan vihara. Kebutuhan dan perlengkapan yang dimaksud
di sini merupakan kebutuhan dan perlengkapan yang digunakan
untuk keperluan operasional vihara, seperti beras, gula, perlengkapan
dapur, perlengkapan kebersihan vihara, dan kebutuhan untuk
kebaktian. Setiap kali petugas ini menemukan bahwa terdapat
persediaan untuk kebutuhan vihara habis, maka ia akan mendata
persediaan tersebut dan kemudian membelinya. Sebelum melakukan
pembelian, petugas tersebut akan meminta sejumlah uang kepada
bendahara kas kecil. Terkadang petugas yang membeli barang
keperluan ini bisa menggunakan uangnya terlebih dahulu. Pembelian
persediaan ini biasa dilakukan secara langsung oleh petugas vihara
dengan pergi ke tempat penjualan.
Pembelian yang dilakukan biasanya merupakan pembelian
tunai. Petugas yang membeli barang akan melakukan pembelian dan
mendapatkan barang beserta nota pembelian. Namun, terdapat
transaksi pembelian yang tidak mendapatkan nota pembelian, seperti
saat petugas membeli sayur di pasar. Dalam kasus ini, petugas
tersebut akan menuliskan di sebuah kertas harga barang yang telah
dibeli. Barang diletakkan petugas di tempat penyimpanan barang
sesuai dengan jenis barang. Misalnya, jika petugas membeli sabun
cuci maka petugas menempatkan barang tersebut di tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
penyimpanan sabun cuci.
Kemudian, petugas akan menyerahkan nota pembelian
kepada bendahara kas kecil. Jika terdapat kelebihan uang, petugas
akan mengembalikan uang tersebut dan jika uang yang diberikan
kurang, bendahara kas kecil akan mengembalikan kekurangan uang
tersebut. Jika petugas menggunakan uangnya saat membeli barang
tersebut, petugas yang membeli barang ini akan memberikan nota
pembelian kepada bendahara kas kecil dan bendahara akan
memberikan uang untuk mengganti uang si petugas ini. Lalu,
bendahara kas kecil akan mencatat transaksi pengeluaran ini
berdasarkan nota pembelian yang diterima. Bukti transaksi tersebut
akan disimpan oleh bendahara sebagai bukti saat melaporkan kepada
Pandita. Bukti transaksi akan dibuang paling lama dua bulan sekali.
b.
Pengeluaran Melalui Bendahara
Transaksi dengan jumlah nominal kas yang besar atau
transaksi di luar transaksi kegiatan operasional vihara, biasanya
menggunakan kas yang disimpan oleh bendahara, baik di bank
maupun kas di tangan. Pengabdi vihara menemukan perlu
dilakukannya sebuah transaksi pembelian yang di luar kegiatan
operasional vihara. Pengabdi tersebut menyampaikan hal ini kepada
Pandita kemudian pengabdi meminta pendapat dan persetujuan dari
Pandita untuk melakukan transaksi tersebut. Jika Pandita menyetujui
usulan tersebut, maka dilakukanlah transaksi ini. Terdapat dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
macam pembayaran yang dilakukan oleh vihara, yaitu:
1) Pembayaran Secara Langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Pandita menelpon atau mengatakan secara langsung
kepada bendahara bahwa vihara perlu melakukan pembelian
barang dan/atau jasa sehingga membutuhkan sejumlah dana.
Kemudian, Pandita mengatakan siapa yang akan mengambil
uang tersebut. Pengabdi vihara akan mengambil uang dengan
bendahara vihara. Pengabdi membeli barang yang diperlukan
melalui telepon ataupun pengabdi vihara tersebut langsung
membeli ke tempat penjualan. Jika yang dibutuhkan berupa jasa
dari pekerja, seperti memasang pipa dan memperbaiki sesuatu
yang rusak, maka pengabdi vihara menelpon ke tempat yang
menyediakan jasa yang dibutuhkan. Setelah transaksi pembelian
barang dan/atau
jasa
dilakukan,
pengabdi
vihara
akan
mendapatkan nota dan membayar sejumlah uang.
Nota pembelian tersebut dilaporkan dan diberikan
kepada bendahara vihara. Kemudian, jika ada kembalian dari
uang yang diberikan pengabdi akan mengembalikan sisanya dan
jika ada kekurangan dari uang yang telah diberikan bendahara
akan memberikan kekurangan tersebut kepada pengabdi vihara.
Selanjutnya, bendahara vihara akan mencatat transaksi tersebut
dalam catatannya. Bendahara vihara mencatat dalam Bahasa
Mandarin dan kemudian catatan tersebut akan dicatat kembali
oleh pencatat dalam Bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
2) Pembayaran dengan Rekening Giro
Rekening giro yang digunakan merupakan rekening giro
yayasan. Untuk pembayaran melalui rekening giro, terdapat dua
macam cara, yaitu cek giro dan token. Untuk penggunaan cek
giro perlu ditandatangani oleh Pandita dan bendahara.
Kemudian untuk penggunaan token, perlu disetujui juga oleh
Pandita dan bendahara. Bendahara vihara akan mencatat
transaksi tersebut dalam catatannya. Bendahara vihara mencatat
dalam Bahasa Mandarin dan kemudian catatan tersebut akan
dicatat kembali oleh pencatat dalam Bahasa Indonesia.
3.
Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian
Gambar 5.5 Business Process Diagram Siklus Manajemen Sumber Daya
Manusia dan Penggajian
Setiap bulannya, vihara memberikan tunjangan kepada para
pengabdi. Uang untuk tunjangan didapat dari kotak dana dan donasi yang
berasal dari sumbangan umat. Tunjangan diberikan oleh Pandita kepada
pengabdi vihara. Bendahara memberikan sejumlah uang kepada Pandita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
untuk membayar para pengabdi vihara. Bendahara akan mencatat
sejumlah uang tersebut ke dalam buku catatan. Pandita memasukkan
uang tersebut ke dalam amplop sesuai dengan jumlah yang akan
diberikan. Kemudian, Pandita memberikan amplop tersebut kepada
masing-masing pengabdi vihara.
B. Pengendalian Internal dalam Vihara
Berikut merupakan penerapan pengendalian internal yang ada dalam
Vihara Bodhicitta Maitreya berdasarkan Integrated Framework oleh
Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission atau COSO,
yaitu:
1.
Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Berikut ini merupakan penerapan lima prinsip menurut COSO
yang berkaitan dengan lingkungan pengendalian dalam Vihara Bodhicitta
Maitreya, antara lain:
a.
Organisasi menunjukkan komitmen untuk integritas dan nilai-nilai
etika.
Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat komitmen untuk
integritas dan nilai-nilai etika. Dalam mengelola vihara, Pandita dan
para pengabdi berkomitmen untuk menjalankan operasional dan
kegiatan vihara berdasarkan ajaran Buddha. Disebabkan oleh Vihara
Bodhicitta Maitreya merupakan vihara yang beraliran Buddha
Maitreya maka ajaran yang digunakan merupakan ajaran Buddha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Maitreya. Nilai-nilai yang diterapkan di vihara, seperti kekeluargaan,
kejujuran, saling tolong-menolong, gotong royong, dan ketulusan.
Nilai kekeluargaan ini ditunjukkan dengan pengabdi vihara
beserta dengan umat Buddha menganggap bahwa seluruh manusia
yang ada di dunia adalah satu keluarga. Hal ini sesuai dengan
konsepsi orang lain Sang Pengasih yang berarti bahwa seorang
pengasih adalah dia yang memandang orang lain seperti diri sendiri
dan menganggap dunia adalah satu keluarga. Disebabkan mereka
menganggap bahwa seluruh dunia adalah satu keluarga, para
pengabdi dan umat Buddha dalam berinteraksi di vihara juga
menganggap bahwa mereka adalah keluarga. Nilai seperti ini
menciptakan suasana yang ada dalam organisasi menjadi suasana
kekeluargaan yang penuh dengan cinta kasih. Pandita yang
merupakan pimpinan vihara memperlakukan para pengabdi dan umat
vihara seperti keluarga sehingga tidak ada batas antara Pandita
sebagai pimpinan, pengabdi sebagai bawahan, dan umat Buddha.
Selain itu, untuk mengakrabkan dan membangun kekeluargaan
dalam vihara, terdapat program vihara seperti melakukan rekreasi
untuk semua umat vihara, Pandita, dan pengabdi vihara.
Menganggap dunia satu keluarga sesuai dengan ajaran
Buddha, yaitu: jiwa kasih, perilaku kasih, konsepsi orang lain Sang
Pengasih, dan konsepsi umat manusia Sang Pengasih. Jiwa kasih
ditunjukkan dengan Pandita sebagai pimpinan menyayangi para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
pengabdi
sebagai
bawahannya
dan
para
umat.
Pandita
memperlakukan para pengabdi dan umat seperti keluarga beliau
sendiri dan hal ini tentunya membuat mereka merasa nyaman. Selain
itu, para pengabdi yang merupakan bawahan Pandita juga
memperlakukan Pandita dengan penuh hormat. Walaupun Pandita
memperlakukan para pengabdi seperti keluarga sendiri, namun para
pengabdi tetap menghormati dan tidak bertindak semaunya. Begitu
pula dengan para umat memperlakukan sesamanya. Mereka
menunjukkan
rasa
persaudaraan
dan
kekeluargaan
dengan
memperlakukan sesama sebagai keluarga mereka sendiri. Deskripsi
tersebut merupakan perwujudan dari jiwa kasih yang diterapkan di
Vihara Bodhicitta Maitreya.
Perilaku yang ditunjukkan dalam wujud kekeluargaan dan
persaudaraan ini merupakan salah satu penerapan dari perilaku kasih.
Hal ini juga berkaitan dengan konsepsi umat manusia Sang Pengasih
yang berarti perilaku kasih akan membawa kebahagiaan pada dunia.
Dengan adanya perilaku kasih yang ditunjukkan dengan sikap
kekeluargaan akan mampu membuat sesama menjadi bahagia, dalam
hal ini adalah Pandita, para pengabdi, dan para umat.
Nilai kejujuran diterapkan dalam Vihara Bodhicitta Maitreya.
Hal ini dapat dilihat dalam pengelolaan kas kecil di vihara tidak
terdapat pemisahan tugas antara fungsi pemegang harta dan pencatat.
Dengan tidak adanya pemisahan tugas antara kedua fungsi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
dapat disimpulkan bahwa nilai kejujuran sangatlah penting bagi
bendahara kas kecil. Selain itu, Pandita, para pengabdi, dan umat
saling mempercayai satu sama lain. Pandita memberikan kebebasan
kepada setiap departemen yang ada untuk mengelola keuangan
masing-masing departemen, baik dalam hal mendapatkan dan
menggunakan kas tersebut. Umat vihara yang menyumbangkan uang
ke kotak dana juga tentunya memiliki kepercayaan bahwa pihak
vihara akan mengelola uang mereka sebagaimana mestinya.
Kejujuran merupakan salah satu wujud dari jiwa kasih, yaitu
menolak melakukan keserakahan atas kekayaan, reputasi, dan
kekuasaan dengan melakukan kebenaran. Orang yang menolak
melakukan keserakahan atas hal tersebut dan memilih untuk
melakukan kebenaran diwujudkan dalam bentuk kejujuran. Oleh
karena itu, orang yang memiliki jiwa kasih salah satunya
ditunjukkan dengan melakukan hal yang jujur sebab orang yang
memiliki
jiwa
kasih
bisa
mengendalikan
pikiran
dengan
kebijaksanaan (prajna) sehingga terbebas dari kejahatan dan
keserakahan.
Seseorang yang dapat melenyapkan keserakahan, prasangka
buruk, dan pikiran yang negatif merupakan orang yang memiliki
kebebasan nurani. Saat seseorang memiliki kebebasan nurani, dia
tidak akan memikirkan hal yang negatif dan memiliki prasangka
buruk terhadap seseorang, misalnya dalam konteks ini dia berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
bahwa semua orang tidak jujur. Salah satu wujud dari kebebasan
nurani adalah orang yang percaya dan melakukan kejujuran. Orang
tersebut akan percaya bahwa setiap orang memiliki kejujuran dan dia
juga akan menerapkan kejujuran dalam hidupnya. Hal inilah yang
terjadi di dalam Vihara Bodhicitta Maitreya di mana pihak internal
vihara percaya akan adanya kejujuran dan menerapkan nilai dari
kejujuran itu sendiri.
Berkaitan dengan ajaran mengenai pikiran, nilai kejujuran
merupakan salah satu perwujudan dari pikiran Sang Pengasih. Saat
kasih seseorang memenuhi pikiran maka pikiran yang buruk,
kejahatan, dan niat yang tidak baik akan musnah. Dikaitkan dengan
kejujuran, seseorang menjadi tidak jujur saat ia tidak memiliki kasih
karena pikiran yang orang tersebut miliki masih penuh dengan halhal negatif. Oleh karena itu, Vihara Bodhicitta Maitreya menerapkan
nilai kejujuran untuk melatih para umat dan pengabdi agar mereka
memiliki pikiran Sang Pengasih.
Kejujuran merupakan salah satu tindakan dan nilai yang
sesuai dengan hati nurani. Saat seseorang melakukan hal yang positif
dan baik seperti jujur berarti bahwa orang tersebut melakukan apa
yang sesuai dengan hati nurani. Hal ini sesuai dengan konsepsi
keakuan Sang Pengasih. Dalam konsep ini dikatakan bahwa orang
bisa menghormati dan menghargai dirinya sendiri dan melakukan
segala sesuatu yang sesuai dengan hati nuraninya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya, terdapat etika saling
tolong-menolong. Saat ada umat yang tertimpa musibah, Pandita dan
para umat akan datang untuk membantu, walaupun hanya
memberikan
bantuan
psikologis.
Begitu
pula
saat
vihara
membutuhkan bantuan, seperti bantuan tenaga para umat akan
membantu sebisa mereka. Dalam interaksi yang ada di vihara juga
bisa dilihat kebersamaan dan nilai saling tolong-menolong antara,
Pandita, para pengabdi, dan para umat.
Dengan menerapkan nilai saling tolong-menolong, Vihara
Bodhicitta Maitreya menerapkan konsepsi panjang usia Sang
Pengasih. Dalam konsep ini dikatakan bahwa tanpa kasih, usia yang
panjang tidak berguna karena orang tersebut tidak melakukan hal
yang berguna dalam hidupnya. Sikap menolong orang lain
merupakan sikap yang berguna, karena hal ini membuat adanya
kebahagiaan batin bagi si penolong dan memberikan manfaat kepada
orang yang ditolong. Hal ini menunjukkan bahwa menolong orang
lain membuat hidup kita lebih berguna karena kita bisa memberikan
manfaat dan juga kebahagiaan kepada orang lain.
Dalam membantu vihara dan melakukan pelayanan di vihara,
Pandita, para pengabdi, dan para umat bekerja dengan gotongroyong. Mereka secara bersama-sama mengerjakan pekerjaan yang
ada, seperti membersihkan vihara, memasak, dan mempersiapkan
suatu acara. Selain itu, Pandita selaku pimpinan vihara juga ikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
membantu pekerjaan yang ada di vihara dan berbaur bersama para
pengabdi dan umat sehingga sangat terasa sekali suasana
kebersamaan dan gotong royong di vihara.
Dalam ajaran Buddha Maitreya terdapat istilah demokrasi
nurania. Salah satu perwujudan dari demokrasi nurania adalah
memuliakan
semangat
gotong
royong.
sebelumnya
dijelaskan
bahwa
Vihara
Dalam
penjabaran
Bodhicitta
Maitreya
menerapkan nilai gotong royong yang mana hal tersebut adalah
perwujudan dari demokrasi nurania.
Dalam melakukan pelayanan terhadap wadah ketuhanan dan
para umat, Pandita dan para pengabdi vihara tentunya perlu
melakukannya dengan ketulusan. Hal ini karena saat menjadi Pandita
dan pengabdi vihara, hati mereka telah terpanggil untuk melakukan
pelayanan yang mulia. Oleh karena itu, salah satu nilai yang
diterapkan dan dijalankan di vihara adalah ketulusan. Ketulusan
merupakan salah satu perwujudan dari konsepsi umat manusia Sang
Pengasih, yaitu melakukan segala sesuatu dengan cinta kasih. Cinta
kasih dapat ditunjukkan dengan melakukan sesuatu dari hati yang
tulus.
Dalam memimpin vihara, pimpinan vihara yang dalam hal ini
adalah
Pandita
memberikan
kebebasan
kepada
departemen-
departemen yang ada di vihara untuk melakukan kegiatan dan
mengelola
keuangan
mereka.
Setiap
departemen
diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
kebebasan untuk merancang dan mengadakan kegiatan selama itu
bermanfaat bagi para umat. Sebelum mengadakan kegiatan tersebut
salah satu perwakilan departemen harus memberitahukan kegiatan
tersebut kepada Pandita. Pandita berperan sebagai pihak yang
mengawasi dan memberikan saran atas kegiatan-kegiatan yang
terjadi di vihara. Dalam hal pengelolaan keuangan, departemendepartemen yang ada memikirkan cara untuk mendapatkan dana dan
menggunakan dana sesuai dengan keperluan mereka. Dengan gaya
yang seperti ini dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan di
Vihara Bodhicitta Maitreya adalah laiseez-faire.
b.
Dewan direksi menunjukkan dia independen (tidak tergantung) dari
manajemen dan melakukan pengawasan atas pengembangan dan
kinerja pengendalian internal.
Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya tidak terdapat dewan
direksi. Orang atau posisi yang bertugas untuk mengawasi kegiatan
operasional vihara adalah Pandita. Peran sebagai dewan direksi tidak
ada di vihara sebab peran tersebut dianggap tidak diperlukan dalam
vihara. Hal ini karena peran Pandita sebagai pihak yang mengawasi
dan memutuskan (beberapa hal yang dianggap penting) kegiatan
operasional vihara dinilai sudah cukup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
c.
Manajemen menetapkan, dengan badan pengawas, struktur, alur
pelaporan, dan otoritas dan tanggung jawab yang tepat dalam
pencapaian tujuan.
Struktur organisasi merupakan susunan kepengurusan yang
ada di dalam suatu organisasi, dalam hal ini Vihara Bodhicitta
Maitreya, yang dapat menggambarkan tanggung jawab dan otoritas
suatu posisi. Struktur organisasi di Vihara Bodhicitta Maitreya
disusun secara eksplisit dengan digambarkan dalam bentuk bagan
(lihat gambar 4.1). Hal ini membuat orang yang melihat bagan
struktur organisasi tersebut mengetahui dan mengerti tingkatantingkatan yang ada di vihara. Dari tingkatan-tingkatan dan nama
departemen atau jabatan, orang yang melihat bagan struktur
organisasi bisa mendapatkan gambaran mengenai otoritas dan
tanggung jawab dari masing-masing jabatan tersebut. Ini sesuai
dengan salah satu komponen dalam lingkungan pengendalian, yaitu
struktur organisasi.
Misalnya, di dalam bagan struktur organisasi Vihara
Bodhicitta Maitreya terdapat Divisi Etika. Dari bagan struktur
tersebut bisa diketahui bahwa Divisi Etika terletak di bawah
Departemen Dharma, Pendidikan, dan Kaderisasi dan Departemen
tersebut terletak di bawah Para Pandita. Dengan melihat hal tersebut,
orang bisa mengetahui bahwa Divisi Etika merupakan bagian dari
Departemen Dharma, Pendidikan, dan Kaderisasi yang juga berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
di bawah pengawasan para pandita. Oleh karena Divisi Etika berada
di bawah Departemen Dharma, Pendidikan, dan Kaderisasi,
berdasarkan nama divisi dan departemen orang bisa mengetahui
bahwa divisi etika memiliki tanggung jawab untuk segala hal yang
berhubungan dengan pendidikan etika yang ada di vihara. Selain itu,
juga bisa diketahui bahwa departemen yang memiliki otorisasi untuk
mengawasi dan mengkoordinasi divisi tersebut adalah Departemen
Dharma, Pendidikan, dan Kaderisasi. Para pandita juga memiliki hak
dan kewajiban untuk mengawasi berjalannya Divisi Etika yang
berada di bawah naungan Departemen Dharma, Pendidikan, dan
Kaderisasi.
Selain itu, dalam Vihara Bodhicitta Maitreya juga terdapat
deskripsi pekerjaan untuk masing-masing divisi yang dibuat secara
tertulis. Hal ini tentunya mempermudah untuk mengetahui otoritas
dan tanggung jawab dari masing-masing divisi sehingga tidak
adanya tumpang tindih pekerjaan ataupun saling lempar pekerjaan.
Contohnya dalam Departemen Pengembangan Vihara dan Pelayanan
terdapat beberapa divisi, yaitu Divisi Pelayanan Hari Besar, Divisi
Konsumsi Hari Besar, Divisi Pelayanan Kunjungan Doa, dan Divisi
Transportasi Hari Besar. Dalam setiap divisi tersebut ada deskripsi
pekerjaan sehingga walaupun sama-sama berada dalam Departemen
Pengembangan Vihara dan Pelayanan, namun masing-masing divisi
ada tanggung jawab dan otoritasnya masing-masing. Ini merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
penerapan
dari
salah
satu
komponen
dalam
lingkungan
pengendalian, yaitu metode penetapan otoritas dan tanggung jawab.
Dalam hal pelaporan, segala aktivitas yang ada di vihara dan
pengelolaan keuangan vihara dilaporkan kepada Pandita. Hal ini
karena Pandita merupakan pimpinan vihara dan bertugas untuk
mengawasi kegiatan yang ada di vihara. Misalnya untuk laporan
keuangan. Setelah Pandita mendapatkan laporan mengenai laporan
keuangan Pandita akan mengecek laporan tersebut dan kemudian
melaporkan laporan keuangan kepada yayasan setiap tahun.
d.
Organisasi
menunjukkan
komitmen
untuk
menarik,
mengembangkan, dan memelihara orang-orang yang kompeten
sejalan dengan tujuan.
Visi dari Vihara Bodhicitta Maitreya adalah mewujudkan
vihara yang gemilang dalam menuntun umat Maitreya agar dapat
memancarkan pesona keindahan dirinya sebagai manusia. Dalam
perwujudan visi ini, tentunya di vihara dibantu oleh Pandita dan para
pengabdi vihara, serta para umat Maitreya. Terdapat kegiatankegiatan yang diselenggarakan, baik di dalam vihara ataupun di luar
vihara yang membantu meningkatkan kompetensi para pengabdi
vihara dan para umat, khususnya dalam bidang spiritual.
Sekolah Minggu Maitreya (SMM) yang dilaksanakan setiap
hari minggu ditujukan kepada umat Buddha Maitreya yang
bersekolah pada tingkat SD dan SMP. Hal ini dianggap perlu karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
dengan adanya kelas ini membantu umat yang duduk di tingkat SD
dan SMP untuk mempelajari ajaran-ajaran Buddha yang sekiranya
dipahami oleh anak yang berusia 6 sampai 15 tahun agar kemudian
dapat diterapkan dalam kehidupan mereka. Dengan adanya kelas ini
juga dapat membina umat yang masih berusia sangat muda sehingga
diharapkan kedepannya mereka bisa membantu mewujudkan misi
Buddha Maitreya.
Selain itu, setiap hari minggu juga diadakan kebaktian
minggu di Vihara Bodhicitta Maitreya. Kebaktian minggu ini diisi
dengan ceramah online oleh Maha Sesepuh Wang dan dilanjutkan
dengan kebaktian. Kegiatan ini ditujukan untuk para muda-mudi
vihara. Hal ini dilakukan untuk mempelajari ajaran-ajaran Buddha
Maitreya secara lebih mendalam lagi sehingga bisa membangun
pengetahuan dan iman para muda-mudi yang kemudian mereka bisa
membantu misi dari Buddha Maitreya. Kegiatan ini berkomitmen
untuk membentuk para muda-mudi yang memiliki iman dan
memahami yang kemudian mempraktekkan ajaran Buddha Maitreya
dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Kemudian, ada juga kegiatan ceramah yang ditujukan kepada
para umat yang sudah dewasa, yaitu kelas pertobatan. Dalam kelas
ini juga diajarkan mengenai ajaran-ajaran Buddha Maitreya namun
dengan pendekatan yang dipahami oleh orang dewasa. Hal ini
dilakukan agar umat yang sudah berumur dewasa yang mana telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
sibuk dengan kehidupannya dalam dunia kerja dan keluarga juga
tetap memiliki pengetahuan dalam hal keimanan. Dengan tetap
adanya pengetahuan dalam hal keimanan, mereka juga diharapkan
menerapkan ajaran Buddha Maitreya dalam kehidupan sehari-hari,
entah di dunia kerja maupun di dalam keluarga mereka. Kemudian,
hal ini akan mendorong terwujudnya misi Buddha Maitreya.
Selain kelas-kelas dalam bentuk ceramah, di Vihara
Bodhicitta Maitreya juga menyediakan kelas untuk mempelajari
etika pada saat kebaktian dan juga tata sajian. Hal ini bertujuan agar
para umat mengetahui dan mempelajari cara kebaktian yang benar
dan juga melakukan tata sajian yang benar, sehingga pemujaan yang
mereka laksanakan terlaksana dengan baik dan benar. Hal ini
menunjukkan bahwa di Vihara Bodhicitta Maitreya bukan hanya
berkomitmen dalam mengajarkan para umat untuk mendalami ajaran
Buddha Maitreya, namun juga dalam hal pemujaan dan etikanya.
Vihara Bodhicitta Maitreya juga bekerjasama dengan vihara
lain yang memiliki aliran yang sama dalam hal pendidikan dan
pelatihan para umat dan para pengabdi vihara. Misalnya saja,
terdapat program diklat (pendidikan dan pelatihan) yang ditujukan
untuk umat biasa, para pengabdi, dan juga Pandita. Hal ini dianggap
perlu untuk dilakukan karena dalam program tersebut umat yang
berpartisipasi akan dididik dan dilatih dalam hal etika keagamaan,
etika keperilakuan, dan pendalaman mengenai ajaran Buddha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Maitreya. Program ini tentunya meningkatkan kompetensi bagi
pihak yang berpartisipasi.
Dari semua penjabaran di atas, dapat dilihat bahwa Vihara
Bodhicitta Maitreya berkomitmen dan berusaha untuk meningkatkan
dan memelihara kompetensi Pandita, para pengabdi, dan para umat
Maitreya. Usaha yang dilakukan ini tentunya bertujuan untuk
membantu mewujudkan misi Buddha Maitreya, yaitu menciptakan
dunia satu keluarga, di mana dunia ini dipenuhi dengan kasih dan
perdamaian.
Hal ini dilakukan sesuai dengan salah satu bentuk kasih
dalam ajaran Buddha Maitreya yaitu dharma hati kasih. Dalam hal
mengadakan kegiatan-kegiatan spiritual, Vihara Bodhicitta Maitreya,
Pandita,
dan
menyelamatkan
para
umat
pengabdi
manusia.
membabarkan
Hal
ini
ajaran
dilakukan
untuk
dengan
memberikan siraman-siraman rohani dan ajaran-ajaran yang
memotivasi para umat untuk menjalani hidup yang lebih baik lagi.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di Vihara Bodhicitta
Maitreya diterapkan ajaran dharma kasih hati.
Dalam hal mewujudkan misi Buddha Maitreya, Pandita dan
para pengabdi menerapkan hati akan datang Sang Pengasih, di mana
mereka selalu optimis, berjuang, penuh harapan, dan keyakinan
bahwa mereka mampu mewujudkan misi Buddha Maitreya. Dalam
ajaran yang diberikan saat kegiatan rohani, para umat juga diajarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
untuk memiliki hati yang akan datang Sang Pengasih, di mana para
umat diharapkan untuk terus berjuang bagi diri sendiri dan seluruh
umat manusia serta memiliki hidup yang lebih baik. Pada penjabaran
tersebut, dapat kita lihat bahwa di Vihara Bodhicitta Maitreya
berusaha untuk menerapkan ajaran-ajaran Buddha Maitreya, dalam
hal ini ajaran mengenai hati akan datang Sang Pengasih.
e.
Organisasi memiliki orang-orang yang bertanggungjawab untuk
tanggung jawab pengendalian internal mereka sejalan dengan tujuan.
Dalam menjalankan kegiatan yang berhubungan dengan
keuangan, Vihara Bodhicitta Maitreya memiliki beberapa bagian
yang bertanggungjawab dengan fungsi yang berbeda. Terdapat
Pandita yang memiliki fungsi sebagai otorisator dan pengawas,
posisi bendahara yang diduduki oleh seorang Pandita Madya yang
memiliki fungsi sebagai pemegang harta dan pencatat, bendahara kas
kecil yang diduduki oleh seorang Pandita Muda yang memiliki
fungsi sebagai pencatat dan juga pemegang harta, serta seorang
pengabdi yang bertugas sebagai pencatat (menerjemahkan catatan
dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia untuk keperluan laporan
keuangan). Tujuan dari fungsi-fungsi ini adalah membuat laporan
keuangan yang dapat diandalkan dan relevan, kemudian laporan
keuangan
ini
dilaporkan
kepada
Pandita
sebagai
bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan vihara. Sebab dengan
struktur organisasi vihara dapat dilihat bahwa Pandita merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
pimpinan vihara sehingga Pandita memiliki hak untuk menerima
laporan, mengawasi, dan mengotorisasi suatu transaksi penting.
Dalam struktur organisasi vihara dapat dilihat bahwa terdapat
banyak departemen. Dalam struktur dapat dilihat bahwa departemendepartemen tersebut dibawahi oleh Pandita. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam hal akuntabilitas, departemen-departemen tersebut
bertanggungjawab melapor kepada Pandita. Dalam prakteknya,
setiap kali departemen melakukan suatu kegiatan, perwakilan dari
departemen tersebut memberitahukan kepada Pandita. Kemudian,
Pandita
memiliki
otoritas
untuk
menyetujui
atau
menolak
dilaksanakannya kegiatan tersebut. Pandita juga boleh untuk
memberi saran atas kegiatan tersebut melalui diskusi dengan orang
dari departemen tersebut.
Di Vihara Bodhicitta Maitreya tidak dilakukan pengukuran
kinerja seperti di perusahaan. Pengukuran kinerja dilakukan oleh
Pandita dengan melihat bagaimana kinerja dari pengabdi atau umat
vihara. Pandita menilai kinerja dengan melihat apakah pengabdi atau
umat tersebut rajin dan tulus dalam pelayanan. Jika Pandita menilai
bahwa pengabdi atau umat tersebut pekerjaannya baik, biasanya
Pandita memberikan penghargaan. Penghargaan yang diberikan
khususnya untuk pengabdi vihara adalah kenaikan posisi keagamaan,
dipercaya, dan mendapat tanggung jawab lebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
2.
Penaksiran Risiko
Berikut ini merupakan penerapan empat prinsip menurut
Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission
(COSO) yang berkaitan dengan penaksiran risiko dalam Vihara
Bodhicitta Maitreya, antara lain:
a.
Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan yang cukup untuk
mampu mengidentifikasikan dan menaksir risiko yang terkait dengan
tujuan.
Tujuan operasi menurut COSO adalah dengan melakukan
operasi secara efektif dan efisien. Vihara Bodhicitta Maitreya
mengidentifikasi
dan
menaksir risiko
untuk
tujuan
operasi
ditunjukkan dengan perlu adanya persetujuan dari Pandita untuk
melakukan pengeluaran yang jarang terjadi dan memiliki nominal
besar. Hal ini menunjukkan bahwa vihara mengidentifikasi dan
menaksir risiko bahwa mungkin akan terjadi pengeluaran yang tidak
penting atau yang tidak seharusnya dilakukan sehingga membuat
operasi tidak efektif dan efisien.
Dalam mencapai tujuan pengendalian untuk pelaporan
kepada pihak internal dilakukan dengan adanya beberapa laporan. Di
Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat buku yang berisi nama donatur
dan nominal yang diberikan. Fungsi dari pencatatan nama dan
nominal ini adalah untuk memastikan bahwa nominal yang ada di
buku tersebut sama dengan atau kurang dari (sebab mungkin ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
umat yang langsung memasukkan ke kotak dana) yang ada di dalam
kotak dana. Ini untuk memastikan bahwa catatan yang ada reliable
dan transparan.
Selain itu, tujuan pelaporan untuk pihak internal diwujudkan
dengan adanya laporan mengenai pengeluaran yang dilakukan
dengan kas kecil dan dicatat oleh bendahara kas kecil. Kemudian,
juga ada catatan yang dicatat oleh bendahara dan dicatat kembali
oleh pencatat. Semua transaksi yang terjadi dicatat berdasarkan bukti
transaksi yang ada, khususnya dalam transaksi pembelian. Hal ini
untuk mencegah risiko yang berkaitan dengan kesalahan pencatatan.
Dalam hal untuk mencapai tujuan pelaporan eksternal, vihara
mengikuti format laporan yang ditetapkan oleh pemerintah, guna
pelaporan kepada kantor pajak. Vihara Bodhicitta Maitreya awalnya
menggunakan laporan keuangan yang berbasis kas, namun sekarang
pada tahun 2017 pihak vihara berupaya menerapkan pencatatan
yang berbasis akrual. Hal ini dilakukan agar laporan keuangan yang
disajikan oleh vihara memenuhi kriteria understandability, sehingga
tidak terjadi perbedaan pemahaman atau ketidakpahaman oleh pihak
lain. Dalam penyajian laporan keuangan kepada pihak eksternal
vihara hanya menyajikan transaksi yang berkaitan dengan aktivitas
vihara dan ini dibuat berdasarkan catatan yang dicatat oleh
bendahara dan pencatat. Hal ini dilakukan agar laporan keuangan
yang disajikan verifiable dan reliable.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Untuk mencapai tujuan kepatuhan, vihara membuat laporan
keuangan sesuai dengan aturan yang berlaku. Aturan yang berlaku
yang dimaksud di sini adalah aturan yang sesuai dengan konsep
akuntansi dan aturan akuntansi. Selain itu, vihara juga melaporkan
laporan keuangan setiap tahunnya kepada pemerintah dalam hal ini
adalah kantor pajak. Hal ini menunjukkan jika vihara berupaya untuk
memenuhi tujuan kepatuhan atas regulasi yang berlaku di Indonesia.
b.
Organisasi mengidentifikasi risiko untuk mencapai tujuan untuk
semua entitas dan menganalisis risiko sebagai dasar untuk
menentukan bagaimana risiko seharusnya diatur.
Di dalam Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat berbagai
departemen (lihat gambar 4.1). Departemen-departemen tersebut
dibentuk dengan tujuan untuk mengembangkan skill yang dimiliki
muda-mudi dan mengajarkan mereka untuk mandiri, selain itu
departemen tersebut juga bertujuan untuk membantu mewujudkan
misi Buddha Maitreya. Pengelolaan kegiatan dan keuangan masingmasing
departemen
diserahkan
kepada
departemen
yang
bersangkutan. Dalam hal akan diadakannya kegiatan, perwakilan
dari departemen akan meminta izin kepada Pandita. Hal ini
dilakukan untuk mencegah risiko diadakannya kegiatan yang tidak
bermanfaat dan untuk memberitahukan kepada Pandita selaku
pimpinan
vihara.
Dalam
hal
pengelolaan
keuangan
setiap
departemen, vihara menyerahkan sepenuhnya kepada departemen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
sehingga departemen mandiri. Hal ini untuk mencegah departemen
yang terlalu bergantung kepada keuangan vihara.
Vihara Bodhicitta Maitreya menggunakan nota pembelian
untuk bukti transaksi pada saat terjadinya pembelian. Hal ini
menandakan
bahwa
di
Vihara
Bodhicitta
Maitreya
telah
mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi, seperti kesalahan
pencatatan. Kesalahan pencatatan yang dimaksud di sini adalah ada
kemungkinan terjadinya ketidaktelitian dari petugas atau mungkin
petugas melupakan nominal dari kas yang diambil, sehingga nota
pembelian bisa menjadi pengingat bagi petugas untuk mencatatnya.
Selain itu, dengan adanya bukti transaski ini membuat catatan yang
dihasilkan menjadi dapat diverifikasi dan dapat diandalkan.
Dalam hal analisis risiko untuk faktor eksternal, seperti risiko
ekonomi, lingkungan alam, teknologi, dan perubahan mata uang
negara asing belum dilakukan. Hal ini disebabkan karena analisis
untuk risiko faktor eksternal dianggap tidak perlu dilakukan.
Misalnya saja, untuk perubahan mata uang asing tidak ada
pengaruhnya untuk risiko yang mungkin dialami oleh vihara.
Perubahan ekonomi dan lingkungan alam pun tidak ada pengaruhnya
dengan kegiatan yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya. Kemudian,
untuk teknologi sampai saat ini masih belum berpengaruh sebab
dalam pencatatan keuangan masih manual.
c.
Organisasi
mempertimbangkan
potensi
kecurangan
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
penaksiran risiko untuk mencapai tujuan.
Pada saat umat memberikan sumbangan dilakukan pencatatan
atas sumbangan umat, kemudian petugas langsung memasukkan
uang yang diterima ke dalam kotak dana setelah memastikan bahwa
jumlah yang dicatat sama dengan yang akan dimasukkan ke dalam
kotak dana. Saat membuka kotak dana diperlukan lebih dari satu
orang dari pihak internal vihara. Kemudian, saat dilakukan
pembelian diperlukan nota pembelian sebagai bukti transaksi. Semua
bentuk kegiatan tersebut bisa dikatakan merupakan pengendalian
yang dilakukan oleh vihara dalam menaksir kemungkinan adanya
potensi kecurangan yang mungkin terjadi.
Di Vihara Bodhicitta Maitreya bisa dikatakan tidak terlalu
banyak pengendalian internal untuk mencegah fraud. Hal ini karena
di Vihara Bodhicitta Maitreya orang-orang yang menangani
keuangan
vihara
merupakan
orang
yang
secara
sukarela
melakukannya. Selain itu, di vihara juga menerapkan nilai kejujuran
dan tanggung jawab.
Vihara
Bodhicitta
Maitreya
memberikan
para
umat
kesempatan untuk mengabdi di vihara menjadi pengabdi ataupun
aktivis. Saat menjadi pengabdi ataupun aktivis vihara, tentunya
orang tersebut berdedikasi dan memberikan sesuatu kepada vihara.
Hal ini merupakan salah satu perwujudan kebahagiaan Sang
Pengasih, yaitu mereka yang mengabdi dan membantu di vihara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
akan merasakan kebahagiaan nurani.
d.
Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan-perubahan yang
bisa berpengaruh pada sistem pengendalian internal secara
signifikan.
Berdasarkan data yang didapat dan dianalisis, Vihara
Bodhicitta Maitreya tidak melakukan pengidentifikasian dan
penilaian atas perubahan-perubahan yang bisa berpengaruh pada
pengendalian internal secara signifikan. Hal ini karena di vihara
tidak terlalu banyak menerapkan pengendalian internal dan jika
terjadi perubahan, seperti perubahan lingkungan eksternal dan
kepemimpinan, tidak akan berpengaruh secara signifikan pada
pengendalian internal yang diterapkan. Perubahan kepemimpinan
tidak menyebabkan perubahan yang signifikan dalam pengendalian
internal yang diterapkan sebab siapapun pimpinannya filosofi yang
digunakan masih tetap sama karena berdasarkan ajaran-ajaran
Buddha Maitreya.
3.
Aktivitas Pengendalian
Berikut ini merupakan penerapan tiga prinsip menurut Commitee
of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) yang
berkaitan dengan aktivitas pengendalian dalam Vihara Bodhicitta
Maitreya, antara lain:
a.
Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian
yang berkontribusi dalam pencegahan risiko untuk mencapai tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
pada level yang dapat diterima.
Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya dilakukan beberapa
aktivitas pengendalian. Aktivitas pengendalian ini bisa diidentifikasi
melalui siklus-siklus yang terjadi di Vihara Bodhicitta Maitreya.
Setiap siklus memiliki aktivitas pengendalian yang berbeda,
disebabkan oleh kebutuhan pengendalian dari siklus tersebut juga
berbeda.
Dalam siklus penerimaan kas dari sumbangan umat dapat
diidentifikasi beberapa aktivitas pengendalian dalam kegiatan
tersebut. Saat umat memberikan sumbangan pada hari besar
keagamaan, terdapat pilihan untuk memberikan sumbangan dengan
mencatatkan nama dan nominal sumbangan melalui petugas. Hal ini
merupakan pengendalian untuk nantinya pada saat pembukaan kotak
dana dicocokkan hasil jumlah yang di catatan dengan yang di kotak
dana. Hasil yang seharusnya adalah jumlah uang di catatan sama
dengan atau kurang dari di kotak dana. Perbedaan ini karena umat
diperbolehkan langsung memberikan sumbangan di kotak dana tanpa
melalui petugas pencatat di buku sumbangan pada saat hari besar
keagamaan. Kemudian, petugas akan menghitung uang yang
diberikan sama dengan yang dicatat dan langsung setelah itu
memasukkan ke dalam kotak dana. Hal ini untuk menghindari
kemungkinan bahwa petugas lupa memasukkan uang sumbangan ke
kotak dana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Pada saat pembukaan kotak dana disaksikan oleh satu orang
Pandita, satu orang bendahara, dan satu orang saksi. Kemudian, hasil
dari pembukaan kotak dana akan dicatatkan di sebuah buku yang
kemudian ditandatangani oleh yang hadir. Hal ini dilakukan untuk
menunjukkan bahwa kotak dana tersebut dibuka pada tanggal berapa
dan jumlah yang didapatkan berapa serta siapa yang menyaksikan
dan menbuka kotak dana tersebut.
Dalam siklus pengeluaran, Vihara Bodhicitta Maitreya
melakukan pengendalian menggunakan nota pembelian. Petugas
yang membeli perlengkapan vihara akan mempertanggungjawabkan
pembelian dan pengambilan atau pengembalian uang kepada
bendahara atau bendahara kas kecil (tergantung pembelian untuk
apa). Nota pembelian ini merupakan alat pengendalian karena
berfungsi sebagai bukti transaksi telah dilakukannya pembelian.
Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat pemisahan tugas
antara fungsi otorisasi, pemegang harta, dan pencatat. Fungsi
otorisasi dipegang oleh Pandita selaku pimpinan vihara, fungsi
pemegang harga dan pencatat dilakukan oleh bendahara, dan ada
seseorang yang bertugas mencatat kembali catatan yang dibuat oleh
bendahara. Catatan oleh bendahara dicatat kembali karena bendahara
mencatat transaksi tersebut dalam Bahasa Mandarin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
b.
Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian
yang umum melalui teknologi untuk mendukung pencapaian tujuan.
Dalam hal melakukan aktivitas pengendalian, Vihara
Bodhicitta Maitreya tidak menggunakan teknologi, khususnya dalam
hal keuangan. Dalam pencatatannya, Vihara Bodhicitta Maitreya
masih menggunakan sistem manual dan belum menggunakan
teknologi. Oleh karena itu, aktivitas pengendalian melalui teknologi
tidak terdapat di Vihara Bodhicitta Maitreya.
Dalam ajaran Buddha, penggunaan teknologi diperbolehkan
selama teknologi digunakan dengan hati nurani. Hal ini karena tanpa
menggunakan hati nurani, teknologi akan kehilangan makna dan
bahkan dapat menghancurkan kehidupan manusia. Sedangkan, saat
teknologi digunakan dengan hati hurani, teknologi tersebut akan
membantu manusia mencapai kehidupan yang lebih baik. Oleh
karena itu, berdasarkan perspektif konsep ini, Vihara Bodhicitta
Maitreya sebenarnya boleh menerapkan teknologi untuk aktivitas
pengendalian yang relevan jika memang diperlukan.
c.
Organisasi menyebarkan aktivitas pengendalian melalui kebijakan
yang menetapkan apa yang diharapkan dan prosedur yang
memasukkan kebijakan dalam tindakan.
Setiap hari besar keagamaan, seperti che it dan cap go di
Vihara Bodhicitta Maitreya biasanya para umat memberikan
sumbangan ke vihara. Dalam kegiatan ini, ada prosedur pencatatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
nama penyumbang di buku dana walaupun juga dimungkinkan untuk
penyumbang secara langsung memasukkan sumbangan ke dalam
kotak dana. Hal ini juga menjadi aktivitas pengendalian yang
membantu bendahara untuk melakukan cross-check total yang
tercatat dalam buku dana dan total yang ada dalam kotak dana. Hasil
yang semestinya adalah total kotak dana lebih dari sama dengan total
buku dana.
Adanya kotak dana yang berisi sumbangan para umat,
tentunya perlu untuk dibuka dan dihitung jumlah yang didapatkan
dalam kurun waktu tertentu. Dalam membuka kotak dana ini,
terdapat kebijakan harus dibuka oleh satu orang bendahara, satu
orang pandita, dan satu orang saksi. Kebijakan ini dilakukan untuk
pengendalian agar tidak terjadi kesalahan yang tidak disengaja
dalam melakukan penghitungan atas uang yang didapatkan. Selain
itu, hal ini juga dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
kepercayaan para umat kepada pihak pengurus vihara.
Pandita merupakan pimpinan dalam suatu vihara. Hal ini
menyebabkan adanya suatu prosedur bahwa dalam melakukan suatu
kegiatan di Vihara Bodhicitta Maitreya perlu diketahui oleh Pandita.
Untuk hal-hal yang berkaitan dengan keuangan, misalnya pembelian
barang yang harganya lumayan mahal perlu mendapat persetujuan
dari Pandita terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
atau menghindari risiko pembelian barang yang tidak diperlukan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
untuk menentukan prioritas pembelian barang dengan menggunakan
dana yang terbatas. Jumlah dana yang ada tentunya diketahui oleh
Pandita dan karena Pandita merupakan pimpinan vihara beliau juga
mengetahui barang apa saja yang lebih diperlukan.
Sumber daya manusia di Vihara Bodhicitta Maitreya
merupakan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk mengabdi
dan/atau secara sukarela menyumbangkan tenaga dan pikiran yang
mereka miliki. Para pengabdi dan aktivis ini biasanya ada yang
memiliki pekerjaan, sehingga mereka membantu di vihara pada saat
mereka tidak bekerja atau memiliki waktu senggang. Pengabdi dan
aktivis vihara biasanya membantu dalam mempersiapkan acaraacara dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di vihara.
Bendahara Vihara Bodhicitta Maitreya merupakan orang yang
memang dipilih oleh Pandita dan sudah menjadi bendahara selama
puluhan tahun. Hal ini karena di Vihara Bodhicitta Maitreya ada
kebijakan bahwa orang yang menjadi bendahara akan terus menjadi
bendahara seumur hidup.
4.
Informasi dan Komunikasi
Berikut ini merupakan penerapan tiga prinsip menurut Commitee
of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) yang
berkaitan dengan informasi dan komunikasi dalam Vihara Bodhicitta
Maitreya, antara lain:
a.
Organisasi menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
dan berkualitas untuk mendukung fungsi pengendalian internal.
Vihara Bodhicitta Maitreya menghasilkan informasi yang
berasal dari berbagai transaksi. Informasi yang dihasilkan oleh
Vihara Bodhicitta Maitreya salah satunya berupa daftar nama
donatur atau penyumbang yang didapatkan dari buku dana. Buku
dana merupakan data yang didapatkan dari sumber internal. Rincian
daftar nama ini oleh vihara digunakan sebagai data internal. Selain
itu, informasi lain dari buku dana yang bisa didapatkan oleh pihak
vihara adalah informasi mengenai jumlah dana yang disumbangkan
oleh umat (hanya yang tercatat) pada periode tertentu. Informasi ini
digunakan untuk melakukan cross-check hasil antara catatan di buku
dana dengan jumlah di kotak dana. Hasil yang didapatkan harus
jumlah buku dana lebih kecil sama dengan jumlah di kotak dana.
Data eksternal yang didapatkan oleh vihara adalah nota
pembelian. Nota pembelian ini bisa menghasilkan informasi
mengenai pembelian yang dilakukan oleh vihara. Informasi yang
bisa didapatkan berupa total pembelian yang dibuktikan dengan nota
pembelian. Total pembelian perlu untuk diketahui agar saat pengabdi
membeli barang dapat menukarkan uang atau membuktikan harga
barang yang dibeli adalah sejumlah yang tertera di nota.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
b.
Organisasi secara internal mengkomunikasikan informasi, termasuk
tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian internal yang
diperlukan untuk mendukung fungsi pengendalian internal.
Setiap tahun, Vihara Bodhicitta Maitreya membentuk struktur
kepengurusan organisasi. Untuk setiap divisi atau jabatan pihak
vihara sudah membuat dan mendeskripsikan pekerjaan masingmasing jabatan. Deskripsi pekerjaan ini dikomunikasikan secara
tertulis dan lisan kepada orang-orang yang berada dalam struktur
organisasi. Untuk jabatan-jabatan tertentu khususnya di bidang
keuangan terdapat tanggung jawab yang mendukung pengendalian
internal. Misalnya, untuk membuka kotak dana merupakan job
description dari Pandita dan bendahara. Hal ini merupakan salah
satu bentuk pengendalian internal untuk menghindari kesalahan
(error) pada saat penghitungan uang dalam kotak dana.
c.
Organisasi mengkomunikasikan dengan pihak eksternal mengenai
persoalan yang mempengaruhi fungsi dari pengendalian internal.
Vihara Bodhicitta Maitreya merupakan organisasi religius
yang dalam pengelolaannya dilakukan secara mandiri oleh pihak
vihara di bawah naungan yayasan. Setiap tahunnya, Vihara
Bodhicitta Maitreya melaporkan laporan keuangan kepada Kantor
Pajak melalui yayasan. Hal ini menunjukkan bahwa Vihara
Bodhicitta Maitreya mengkomunikasikan informasi keuangannya
kepada pihak eksternal. Selain itu, Vihara Bodhicitta Maitreya juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
mengizinkan adanya masukan dari pihak eksternal, misalnya saran
mengenai pembangunan atau renovasi vihara dari Maha Pandita.
5.
Aktivitas Pengawasan
Berikut ini merupakan penerapan dua prinsip menurut Commitee of
Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) yang
berkaitan dengan aktivitas pengawasan dalam Vihara Bodhicitta
Maitreya, antara lain:
a.
Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi
terus-menerus dan/atau terpisah-pisah untuk memastikan komponenkomponen pengendalian internal dilakukan dan berguna.
Menurut data yang didapatkan, di Vihara Bodhicitta Maitreya
tidak dilakukan evaluasi, baik evaluasi terus-menerus dan/atau
terpisah-pisah. Hal ini karena pihak vihara merasa evaluasi tidak
terlalu diperlukan dan pengendalian internal yang dilakukan memang
merupakan apa yang telah dilakukan sebelumnya sehingga hingga
saat ini pengabdi vihara mengikuti apa yang sudah dilakukan
sebelumnya.
b.
Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kekurangan
pengendalian internal dalam cara tepat waktu kepada pihak-pihak
yang bertanggungjawab untuk mengambil tindakan perbaikan,
termasuk manajemen senior dan dewan direksi secara tepat.
Di Vihara Bodhicitta Maitreya tidak dilakukan evaluasi atas
pengendalian internal yang dilaksanakan sehingga tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
pengkomunikasian kekurangan pengendalian internal. Hal ini karena
pengabdi vihara melakukan pengendalian internal yang memang
sudah ada dari awal dan hanya mengikuti apa yang sudah dilakukan.
Namun pada tahun 2017, Vihara Bodhicitta Maitreya berkeinginan
untuk menerapkan sistem yang baru sesuai dengan format laporan
keuangan dan bukti transaksi yang diberikan oleh MAPANBUMI.
C. Perbandingan Sistem Informasi Akuntansi yang Baru dan Lama
Sistem yang selama ini dijalankan oleh Vihara Bodhicitta Maitreya
adalah sistem akuntansi berbasis kas di mana pencatatan yang dilakukan
berupa pengeluaran dan penerimaan. Selain itu, tidak semua transaksi
memiliki bukti transaksi. Pada tahun 2017, Vihara Bodhicitta berencana untuk
mengimplementasikan sistem informasi akuntansi dengan sistem akuntansi
berbasis akrual. Hal ini dilakukan oleh vihara agar tata kelola keuangan
vihara menjadi lebih baik dan dapat memenuhi tujuan kepatuhan.
1.
Siklus Penerimaan
Pada sistem penerimaan Vihara Bodhicitta Maitreya yang lama,
uang sumbangan dari umat pada saat hari besar keagamaan akan
dimasukkan ke dalam kotak dana. Selain itu, para umat dapat
memberikan sumbangan kepada vihara melalui kotak dana tanpa
mencatatkan nama mereka di buku dana pada hari selain hari besar
keagamaan. Hal ini karena penyumbang yang dicatat namanya di buku
dana, hanya pada saat hari besar keagamaan. Pencatatan nama ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
berfungsi untuk melakukan cross-check pada saat pembukaan kotak
dana, di mana jumlah uang di kotak dana harus lebih besar sama dengan
jumlah di buku dana.
Pada sistem yang baru, jika dilihat dari daftar akun yang dimiliki,
terdapat akun sumbangan hari besar keagamaan dan sumbangan kotak
amal. Hal ini mengindikasikan bahwa sumbangan dari umat yang
diterima pada saat hari besar keagamaan akan dipisah dari sumbangan
kotak amal atau kotak dana. Selain itu, untuk bukti transaksi penerimaan
kas terdapat formulir penerimaan sumbangan hari raya keagamaan, berita
acara pembukaan kotak amal, dan bukti penerimaan. Sedangkan pada
bukti transaksi sistem lama, hanya terdapat berita acara pembukaan kotak
amal. Bukti transaksi dapat menjadi salah satu alat pengendalian. Pada
sistem baru, bukti transaksi yang digunakan memiliki fungsinya masingmasing dan terdapat pengendalian di dalamnya.
Berita acara pembukaan kotak amal merupakan bukti transaksi
yang sama-sama terdapat dalam sistem lama dan sistem baru. Bukti
transaksi ini digunakan sebagai bukti bahwa bendahara telah melakukan
pembukaan kotak dana bersama dengan Pandita dan disaksikan oleh
seorang saksi. Dalam bukti transaksi ini memiliki format yang perlu diisi,
yaitu: tanggal, jumlah uang dalam kotak dana, tanda tangan bendahara
dan dua orang saksi. Dua orang saksi di sini adalah satu Pandita dan satu
lagi tergantung situasi bisa Pandita, Pandita Madya, ataupun pengabdi
vihara yang lain. Hal ini merupakan salah satu bentuk pengendalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
internal di mana untuk mencegah terjadinya kesalahan baik yang
disengaja maupun tidak disengaja sebab uang dari kotak amal merupakan
uang yang perlu dipertanggungjawabkan kepada para umat. Terdapat tiga
pihak yang menandatangani berita acara merupakan bukti bahwa kotak
dana dibuka pada tanggal tertentu oleh bendahara dan Pandita serta
disaksikan oleh seorang saksi.
Pada sistem yang baru terdapat formulir penerimaan sumbangan
hari raya keagamaan. Formulir ini digunakan sebagai bukti transaksi
penerimaan sumbangan yang dikumpulkan pada hari raya keagamaan,
seperti che it dan cap go. Dalam hal ini semua uang yang diterima dari
umat pada hari besar keagamaan akan dikumpulkan dan sebagai bukti
transaksi akan diisi formulir ini. Format dari formulir ini adalah hari,
tanggal, tanggal imlek, jenis hari besar, total sumbangan dalam bentuk
nominal dan terbilang, serta tanda tangan oleh petugas pencatat,
penerima sementara, bendahara, dan pimpinan.
Hari, tanggal, tanggal imlek, dan jenis hari besar berfungsi untuk
menegaskan dan menginformasikan kapan bukti transaksi itu dibuat dan
pada perayaan apa uang sumbangan tersebut diterima. Total sumbangan
untuk mengungkapkan jumlah uang yang diterima pada hari besar
tersebut. Terdapat dua jenis penulisan total sumbangan yaitu bentuk
nominal dan terbilang, hal ini merupakan salah satu bentuk pengendalian
jika terjadi kesalahan penulisan baik di nominal maupun terbilang dan
juga bentuk terbilang dapat memperjelas total dalam bentuk nominal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Kemudian, pihak yang menandatangani dokumen ini terdiri dari empat
pihak. Pihak pertama adalah petugas pencatat yang bertugas untuk
mencatat nama pemberi sumbangan dan menghitung jumlah sumbangan
total. Petugas pencatat inilah yan kemudian akan menyerahkan seluruh
uang sumbangan pada hari itu kepada penerima sementara. Pihak kedua
yaitu penerima sementara bertugas untuk menerima dan memegang uang
sementara hingga uang tersebut diserahkan kepada bendahara. Hal ini
disebabkan karena adanya kemungkinan bahwa pada hari besar
keagamaan tersebut bendahara tidak datang ke vihara sehingga uang
diserahkan sementara ke penerima sementara. Pihak ketiga adalah
bendahara yang bertugas untuk menerima uang dari peneriman sementara
dan memegang uang tersebut. Kemudian pihak keempat adalah pimpinan
vihara yang merupakan seorang Pandita. Sebagai seorang pimpinan
vihara, Pandita berhak untuk mengetahui segala transaksi yang terjadi di
vihara termasuk transaksi penerimaan sumbangan hari besar keagamaan.
Berdasarkan penjabaran mengenai formulir sumbangan hari besar
keagamaan, pengendalian internal yang dimiliki cukup memadai sebab
informasi yang diisikan di dalam formulir tersebut sudah lengkap dan
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini pun bisa dilihat dengan jelas
dan dimintai pertanggungjawaban. Namun, dengan semakin banyaknya
pihak yang dilibatkan dalam penandatanganan suatu transaksi juga bisa
menyebabkan transaksi tersebut memiliki birokrasi yang panjang. Dari
bukti transaksi formulir penerimaan sumbangan hari besar keagamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
kita bisa melihat terdapat empat pihak yang perlu menandatangani bukti
tersebut. Hal ini memang menyebabkan pengendalian internal yang baik,
namun jika dipertimbangkan dari sisi birokrasi akan terasa berbelit-belit
apalagi jika orang yang ditemui berada di tempat yang berbeda-beda.
Selain itu, dalam sistem yang baru juga terdapat bukti
penerimaan. Bukti penerimaan ini digunakan untuk bukti transaksi saat di
vihara terjadi penerimaan kas dan setara kas, seperti bank, kas, dan kas
kecil. Bukti transaksi penerimaan ini memiliki format berupa pilihan
penerimaan dana (bank, kas, dan kas kecil), tanggal, nomor, dibayarkan
kepada, untuk keperluan, jumlah nominal, jumlah terbilang, pencatatan
atas transaksi yang terjadi, tanda tangan oleh kasir, bagian akuntansi,
pimpinan, dan penerima.
Pilihan penerimaan dana yang berupa bank, kas, dan kas kecil
berfungsi untuk menunjukkan transaksi penerimaan atas dana apa yang
sedang terjadi. Tanggal berfungsi untuk menunjukkan pada tanggal
berapa transaksi penerimaan ini terjadi dan nomor berfungsi untuk
menunjukkan nomor dari bukti transaksi ini. Keterangan dibayarkan
kepada berfungsi untuk menginformasikan siapa orang yang menerima
uang tersebut dan keterangan untuk keperluan digunakan untuk
menjelaskan sumber uang ini. Kemudian untuk jumlah nominal dan
jumlah terbilang digunakan untuk menjelaskan jumlah uang yang
diterima dalam bentuk angka atau nominal dan dijelaskan dengan bentuk
huruf yang disebut terbilang. Dalam bukti transaksi ini juga terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
pencatatan atas transaksi yang terjadi yang berfungsi untuk menjurnal
transaksi ini karena disediakan kolom debit dan kredit. Terdapat empat
pihak yang terlibat dalam bukti penerimaan ini yaitu kasir yang bertugas
untuk memberikan uang, bagian akuntansi yang melakukan pencatatan
transaksi, pimpinan untuk mengetahui transaksi yang terjadi, dan
penerima bertugas untuk menerima uang.
Dari penjabaran di atas mengenai bukti penerimaan ini berfungsi
sebagai pengendalian internal saat terjadi kas masuk. Dalam sistem lama
pada saat terjadi penerimaan kas, tidak terdapat bukti transaksi seperti
bukti penerimaan, bendahara hanya akan mencatat penerimaan dan
jumlah tertentu di catatannya. Sedangkan di sistem baru ini dalam hal
penerimaan kas terdapat tambahan pengendalian internal yang berupa
bukti transaksi yang menjadi bukti dokumen bahwa transaksi penerimaan
itu terjadi. Untuk pengendalian internal di vihara, bukti penerimaan
memang penting dan dapat membantu kegiatan operasional. Namun,
untuk transaksi yang berkaitan dengan kas dan setara kas akan menjadi
tidak efisien jika menggunakan bukti penerimaan, dalam hal ini adalah
kas kecil. Kas kecil merupakan mutasi dari kas atau bank, sehingga
pemasukan kas kecil sudah terekam oleh transaksi pengeluaran kas atau
bank. Hal ini untuk meminimalisir bukti transaksi yang tidak dibutuhkan.
Untuk penjualan di koperasi, dalam hal penerapan sistem baru tidak ada
sistem baru yang diterapkan. Hal ini karena sistem baru yang akan
diterapkan pada tahun 2017 hanya mengenai sistem informasi akuntansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
operasional vihara.
Tabel 5.1 Perbedaan Siklus Penerimaan Antara Sistem Lama dan Sistem
Baru
2.
Keterangan
Uang sumbangan pada hari raya
keagamaan
Sistem Lama
Dimasukkan ke
dalam kotak
dana.
Pemisahan uang kotak dana atau
amal dan sumbangan hari raya
keagamaan
Formulir penerimaan sumbangan
hari raya keagamaan
Bukti penerimaan
Tidak dipisah
atau digabung
Sistem Baru
Tidak
dimasukkan ke
dalam kotak
dana
Dipisah
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Siklus Pengeluaran
Tabel 5.2 Perbedaan Siklus Pengeluaran Antara Sistem Lama dan Sistem
Baru
Keterangan
Bukti transaksi saat terjadi
transaksi dengan pihak
internal
Sistem Lama
Tidak ada
Sistem Baru
Ada, yaitu
berupa bukti
pengeluaran,
misalnya: saat ada
mutasi uang
Bukti pengeluaran
Tidak ada
Ada
Formulir pembelian sayurTidak terdapat
Terdapat tanda
sayuran
tanda tangan
tangan pihak yang
pihak yang
berkaitan, yaitu
berkaitan.
pemohon, kasir,
dan pimpinan
atau pengabdi.
Pada sistem pengeluaran Vihara Bodhicitta Maitreya yang lama,
bukti transaksi yang digunakan hanya berupa nota pembelian dan jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
membeli barang yang tidak memiliki nota pembelian, misalnya sayursayuran, petugas akan membuat daftar nama dan harga barang sendiri.
Pada sistem yang lama ini menunjukkan bahwa bukti transaksi yang ada
hanya jika transaksi tersebut dilakukan dengan pihak luar. Sedangkan,
dengan pihak internal, misalnya untuk keperluan mutasi kas ke kas kecil
atau pembayaran tunjangan pengabdi, bendahara mencatat langsung
transaksi ke dalam buku catatannya dan tidak terdapat bukti transaksi
dalam aktivitas ini. Hal ini menandakan bahwa tidak ada bukti transaksi
yang dapat memverifikasi catatan yang dibuat oleh bendahara jika
catatan tersebut akan diperiksa.
Pada sistem baru, terdapat tambahan bukti transaksi yang berupa
bukti pengeluaran dan terdapat tambahan format untuk formulir
pembelian sayur-sayuran. Sedangkan untuk nota pembelian tetap ada di
kedua sistem karena nota pembelian merupakan bukti transaksi yang
berasal dari pihak eksternal. Nota pembelian ini tetap digunakan sebagai
bukti transaksi baik saat transaksi tersebut melalui bank, kas, ataupun kas
kecil. Bukti transaksi dari pihak eksternal ini merupakan bukti yang
reliable untuk dijadikan bukti karena yang membuat bukti ini adalah
pihak luar dan terlepas dari pihak vihara. Selain itu, bukti transaksi dari
pihak eksternal juga dapat diverifikasi kebenarannya dengan mengecek
bukti tersebut kepada pihak eksternal yang berkaitan atau yang
mengeluarkan bukti tersebut. Oleh karena itu, nota pembelian dapat
dijadikan salah satu alat pengendalian internal untuk suatu organisasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
dalam hal ini adalah vihara.
Untuk pengeluaran kas kecil biasanya terdapat pembelian sayursayuran. Pada sistem lama saat terjadi pembelian sayur-sayuran, petugas
pembelian akan menuliskan jenis barang dan harga barang beserta
dengan totalnya. Pada sistem yang baru formatnya hampir sama namun
terdapat tanda tangan oleh pihak yang berkaitan. Pihak yang berkaitan di
sini adalah pemohon, kasir, dan pimpinan atau pengabdi. Pemohon di sini
adalah petugas yang betugas untuk membeli barang tersebut dan mengisi
bukti transaksi ini. Kasir bertugas untuk memberikan sejumlah uang
kepada pihak pemohon. Dalam struktur organisasi keuangan vihara yang
sekarang, kasir ini merupakan bendahara kas kecil, karena pembelian
sayur-sayuran adalah bagian dari pengeluaran yang menggunakan kas
kecil. Pengeluaran ini perlu diketahui oleh pimpinan atau pengabdi yang
lain sebagai salah satu pengendalian bahwa transaksi ini diketahui oleh
atasan. Kelemahan dari bukti transaksi ini adalah tidak terdapat tanggal,
sehingga akan sulit mengidentifikasi kapan transaksi ini terjadi dan juga
tidak terdapat nomor pada formulir ini. Dengan tidak adanya nomor akan
mempersulit bagian pencatatan atau bendahara jika mereka ingin
melakukan cross-check.
Pada sistem yang baru, terdapat bukti pengeluaran yang berfungsi
untuk bukti transaksi saat terjadi pengeluaran kas dan setara kas, seperti
bank, kas, dan kas kecil. Bukti pengeluaran ini memiliki format berupa
pilihan pengeluaran dana (bank, kas, dan kas kecil), tanggal, nomor,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
dibayarkan kepada, untuk keperluan, jumlah nominal, jumlah terbilang,
pencatatan atas transaksi yang terjadi, tanda tangan oleh kasir, bagian
akuntansi, pimpinan, dan penerima. Pilihan pengeluaran dana yang
berupa bank, kas, dan kas kecil berfungsi untuk menunjukkan transaksi
pengeluaran atas bentuk dana apa yang sedang terjadi. Tanggal berfungsi
untuk menunjukkan pada tanggal berapa transaksi tersebut terjadi dan
nomor berfungsi untuk menunjukkan nomor dari bukti transaksi ini.
Keterangan
dibayarkan
kepada
berfungsi
untuk
menginformasikan siapa orang yang menerima uang tersebut dan
keterangan untuk keperluan digunakan untuk menjelaskan alasan atau
penggunaan uang tersebut. Kemudian untuk jumlah nominal dan jumlah
terbilang digunakan untuk menjelaskan jumlah uang yang dikeluarkan
dalam bentuk angka atau nominal dan dijelaskan dengan bentuk huruf
yang disebut terbilang. Dalam bukti transaksi ini juga terdapat pencatatan
atas transaksi yang terjadi yang berfungsi untuk menjurnal transaksi ini
karena disediakan kolom debit dan kredit. Terdapat empat pihak yang
terlibat dalam bukti penerimaan ini yaitu kasir yang bertugas untuk
memberikan uang, bagian akuntansi yang melakukan pencatatan
transaksi, pimpinan untuk mengetahui transaksi yang terjadi, dan
penerima bertugas untuk menerima uang.
Dari penjabaran di atas mengenai bukti pengeluaran ini berfungsi
sebagai pengendalian internal saat terjadi pengeluaran kas. Dalam sistem
lama pada saat terjadi pengeluaran kas, tidak terdapat bukti transaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
seperti bukti pengeluaran, bendahara hanya akan mencatat penerimaan
dan jumlah tertentu di catatannya berdasarkan nota pembelian serta untuk
transaksi internal bendahara hanya akan langsung mencatat transaksi
tersebut. Sedangkan di sistem baru ini dalam hal pengeluaran kas
terdapat tambahan pengendalian internal yang berupa bukti pengeluaran
yang menjadi bukti dokumen bahwa transaksi pengeluaran itu terjadi,
terutama saat terjadi pengeluaran yang tidak memiliki nota pembelian.
Untuk pengendalian internal di vihara, bukti pengeluaran memang
penting dan dapat membantu kegiatan operasional.
Namun, untuk transaksi yang berkaitan dengan kas dan setara kas
akan menjadi tidak efisien jika menggunakan bukti pengeluaran, dalam
hal ini adalah kas kecil. Hal ini karena pengeluaran yang menggunakan
kas kecil merupakan pengeluaran kas yang jumlahnya tidak banyak. Saat
semua transaksi pengeluaran kas kecil menggunakan bukti pengeluaran,
hal ini akan menyebabkan kerepotan birokrasi dan pemborosan kertas.
Kerepotan birokrasi di sini berupa saat semua transaksi perlu
ditandatangani oleh empat pihak dan belum tentu semua pihak dapat
ditemui dengan mudah. Pemborosan kertas
terjadi karena transaksi
pengeluaran kas kecil merupakan transaksi yang jumlah uangnya kecil
dan sering terjadi sehingga penggunaan bukti pengeluaran untuk kas
kecil perlu dipertimbangkan. Selain itu, untuk transaksi pengeluaran,
khususnya kas kecil sudah terdapat nota pembelian, yang masih tetap
bisa digunakan sebagai bukti transaksi dan alat pengendalian internal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
3.
Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian
Pada siklus manajemen sumber daya manusia dan penggajian
tidak terdapat banyak perbedaan, hanya saja pada saat bendahara
memberikan sejumlah uang kepada Pandita guna untuk membayar
tunjangan para pengabdi terdapat bukti transaksi berupa bukti
pengeluaran. Bukti pengeluaran di sini memang diperlukan karena
membayarkan tunjangan kepada para pengabdi merupakan salah satu
bentuk pengeluaran kepada pihak internal, sehingga tidak terdapat bukti
transaksi dari pihak eksternal. Bukti pengeluaran diperlukan sebagai
bentuk pengendalian internal bahwa pada tangal dan jumlah sekian telah
dilakukan transaksi pemberian uang kepada Pandita untuk membayar
tunjangan para pengabdi. Kemudian, bukti ini pun telah diketahui dan
ditandatangani oleh pihak terkait.
Dalam transaksi ini tidak diperlukan slip gaji sebagai bukti
transaksi pembayaran tunjangan kepada pengabdi. Alasannya karena slip
gaji
bertujuan
agar
karyawan
mengetahui
komponen-komponen
pemberian gaji. Sedangkan untuk pemberian tunjangan di vihara para
pengabdi tidak perlu mengetahui komponen-komponen pemberian
tunjangan sebab mereka menjadi pengabdi untuk mengabdikan diri
kepada vihara dan tunjangan hanya merupakan salah satu insentif yang
diberikan atas pengabdian tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Tabel 5.3 Perbedaan Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Penggajian Antara Sistem Lama dan Sistem Baru
Keterangan
Bukti transaksi atas
pengeluaran kas untuk
membayar tunjangan
Terdapat bukti yang
ditandatangani oleh pihak
terkait
Sistem Lama
Tidak ada
Sistem Baru
Ada
Tidak ada
Ada
D. Analisis Kelayakan Sistem Baru
Terdapat tiga siklus dalam sistem informasi akuntansi di Vihara
Bodhicitta Maitreya. Dalam melakukan analisis terhadap kelayakan sistem
informasi akuntansi yang baru, peneliti menganalisis ketiga siklus yang ada
menjadi satu dan analisis sistem dikelompokkan berdasarkan jenis kelayakan.
1.
Kelayakan Teknis (Technical Feasibility)
Pada sistem informasi akuntansi yang baru Vihara Bodhicitta
Maitreya akan menggunakan teknologi yang ada, yaitu komputer
walaupun masih ada sistem yang akan dijalankan secara manual.
Teknologi yang akan digunakan terdiri dari hardware dan software.
Hardware atau perangkat keras yang diperlukan, terdiri dari input device,
process device, output device, dan storage device. Input device berupa:
keyboard dan mouse. Process device yang dibutuhkan oleh vihara,
seperti: power supply, motherboard, processor, Random Access Memory
(RAM), dan kartu grafis. Output device yang diperlukan berupa monitor
dan printer. Kemudian storage device yang diperlukan adalah harddisk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
internal, flashdisk, dan CD. Vihara Bodhicitta Maitreya memiliki dua unit
komputer dan satu unit printer, sehingga untuk masalah kebutuhan
komputer dan printer tidaklah menjadi masalah. Komputer ini digunakan
untuk keperluan melakukan pencatatan dan menyusun laporan keuangan.
Sedangkan printer ini dibutuhkan untuk keperluan mencetak bukti-bukti
transaksi.
Software atau perangkat lunak yang digunakan dalam sistem
informasi akuntansi yang baru ini adalah Microsoft Office Excel.
Software ini sudah ada di kedua komputer yang dimiliki oleh vihara.
Software yang digunakan ini membutuhkan spesifikasi hardware yang
sederhana, sehingga spesifikasi hardware yang ada di Vihara Bodhicitta
Maitreya sudah cocok untuk menjalankan sistem yang dibuat pusat.
Spesifikasi hardware sederhana, antara lain: processor intel pentium,
harddisk internal 500GB, RAM 2GB DDR3, operating system windows 7
professional, dan Microsoft Office 2003. Kemudian dari sistem yang
dirancang oleh pusat, formulir dan format yang perlu diisi oleh vihara,
antara lain: formulir dan format untuk laporan keuangan, pencatatan, dan
bukti transaksi. Dalam hal sumber daya manusia yang dimiliki oleh
vihara, terdapat sumber daya manusia yang bisa mengoperasikan
komputer dan software yang digunakan. Oleh karena dalam hal
kelayakan teknis untuk software dan hardware yang diperlukan sudah
tersedia dan mengakibatkan sistem layak secara teknis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
2.
Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility)
Vihara Bodhicitta Maitreya sudah memiliki komputer dan
software Microsoft Office Excel, sehingga kemungkinan biaya yang perlu
dikeluarkan kedepannya berupa biaya untuk membeli komputer saat
komputer rusak dan biaya pemeliharaan dari komputer tersebut. Saat
pihak vihara perlu untuk membeli komputer lagi, maka tahap yang perlu
dilalui adalah dengan melakukan pembelian menggunakan kas di tangan
vihara atau saat vihara tidak memiliki cukup dana maka vihara akan
meminta donasi kepada para umat. Dalam penerapan sistem informasi
akuntansi yang baru, pihak vihara membutuhkan komputer dengan
spesifikasi yang sederhana untuk menjalankan software. Komputer
spesifikasi
sederhana
memiliki
harga
yang terjangkau.
merupakan harga perangkat spesifikasi sederhana.
Gambar 5.4 Harga Hardware dan Software
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nama Perangkat
Keyboard: HAVIT Keyboard
Mouse: LOGITECH Wired Optical
Mouse B100
Processor Intel Pentium
Power Supply: INWIN BK623-MJ
Motherboard: Gigabyte Motherboard
Socket FS1B
RAM: V-GEN Memory PC 2GB
DDR3 PC-12800
Kartu grafis: Gigabyte AMD Radeon
R5 230
Monitor: ACER LED Monitor 15.6
Inch
Harga (Rp)
83.000
56.000
735.000
550.000
548.000
262.000
590.000
840.000
Berikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Gambar 5.4 Harga Hardware dan Software (Lanjutan)
No.
9.
Nama Perangkat
Harga (Rp)
Harddisk internal 500GB: SEAGATE
630.000
Harddisk Internal 500GB SATA
10. Printer: CANON PIXMA iP2770
610.000
11. Flashdisk 8 GB: Toshiba
55.000
12. CD
2.000
13. Operating system windows 7
2.050.000
Professional
14. Microsoft Office 2003
500.000
Total
7.511.000
(Sumber: www.bhinneka.com (1-11), www.lazada.co.id (13), dan
www.bukalapak.com (12 dan 14))
Kemudian dalam perancangan formulir dan format untuk laporan
keuangan, pencatatan, dan bukti transaksi telah dibuat oleh pusat. Hal ini
menyebabkan tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh pihak Vihara
Bodhicitta Maitreya untuk merancang formulir dan format laporan
keuangan, pencatatan, dan bukti transaksi.
Dalam hal perencanaan penerapan sistem baru ini, walaupun
Vihara Bodhicitta Maitreya tidak merancang dokumen dan format
laporan keuangan, namun Vihara Bodhicitta Maitreya perlu untuk
mendiskusikan bagaimana mereka akan menerapkan sistem tersebut.
Dalam hal ini biaya yang dibutuhkan berupa biaya rapat. Biaya pengabdi
atau sumber daya manusia tidak ada karena biaya tersebut telah termasuk
dalam biaya yang diberikan setiap bulannya. Hal ini karena pengabdi
yang ada di vihara merupakan mereka yang secara sukarela
menyumbangkan
ide
dan
tenaga,
sehingga
mereka
tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
mempermasalahkan jika diberi uang atau tidak. Dalam arti lain, tidak
terdapat biaya tambahan untuk membayar tunjangan pengabdi. Biaya
yang dikeluarkan di sini lebih kepada waktu yang mereka korbankan
untuk mendiskusikan mengenai penerapan sistem yang baru. Begitu pula
halnya dengan persiapan penerapan sistem baru, yaitu melatih sumber
daya manusia. Dalam hal ini akan terjadi pengorbanan atas waktu yang
dimiliki oleh sumber daya manusia yang berkaitan dengan sistem
informasi akuntansi untuk pelatihan.
Manfaat yang akan diperoleh oleh pihak vihara dengan penerapan
sistem yang baru, antara lain: mempermudah vihara dalam proses
akuntansi yang terjadi, mempercepat proses akuntansi dan pembuatan
laporan keuangan, mempermudah pengguna sistem, serta berguna untuk
pengambilan keputusan yang lebih cepat oleh pimpinan vihara. Selain
itu, dengan perubahan sistem akuntansi berbasis kas menjadi berbasis
akrual juga membuat laporan keuangan yang dibuat oleh pihak vihara
lebih lengkap dan lebih jelas karena dapat diketahui jumlah aktiva,
kewajiban, dan modal vihara. Oleh karena itu, untuk kelayakan ekonomis
bisa dikatakan bahwa cost yang dikeluarkan rendah dan manfaat yang
diperoleh lebih besar sehingga penerapan sistem informasi akuntansi
yang baru bisa dikatakan layak berdasarkan penjelasan di atas.
3.
Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)
Dalam sistem informasi akuntansi baru yang akan diterapkan oleh
Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat pengendalian internal yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
baik daripada sistem yang lama. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bukti
transaksi yang lebih lengkap, sehingga dapat dilakukan verifikasi atas
suatu transaksi. Dengan adanya tambahan bukti transaksi menyebabkan
adanya
prosedur
tambahan,
misalnya
dalam
hal
pihak
yang
menandatangani bukti transaksi. Adanya pihak yang menandatangani
bukti transaksi menyebabkan adanya pihak yang bertanggungjawab atas
terjadinya suatu transaksi.
Sumber daya manusia yang dibutuhkan adalah orang yang
menguasai komputer, bisa mengoperasikan Microsoft Office Excel, bisa
melakukan pencatatan atau menjurnal, dan mampu menyusun laporan
keuangan. Pada struktur organisasi keuangan yang ada di vihara saat ini,
pengabdi yang bertugas untuk melakukan pencatatan adalah bendahara
untuk transaksi kas besar dan bank serta bendahara kas kecil untuk
transaksi kas kecil. Pencatatan yang dilakukan adalah pencatatan yang
berbasis kas. Selain itu, bendahara vihara selama ini mencatat transaksi
dengan menggunakan Bahasa Mandarin sedangkan pada sistem yang
baru terdapat akun-akun yang berbahasa Indonesia. Begitu pula dengan
bendahara kas kecil, beliau selama ini melakukan pencatatan berbasis
kas. Dalam hal penguasaan atas komputer, bendahara vihara tidak
menguasai kemampuan menggunakan komputer. Namun, bendahara kas
kecil menguasai kemampuan dalam berkomputer. Selain itu menurut
Pandita, selama ini pihak yang menyusun laporan keuangan adalah
seorang pengabdi yang disebut pencatat. Pencatat ini melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
tugasnya temporer atau saat dibutuhkan saja.
Dalam sistem yang baru, diperlukan fungsi-fungsi, yaitu
pimpinan, kasir, dan akuntansi. Jika dibandingkan dengan sistem yang
lama, fungsi kasir dan akuntansi dilakukan oleh bendahara untuk kas dan
kas bank serta bendahara kas kecil untuk kas kecil. Hal ini
mengindikasikan apabila pada sistem yang baru menginginkan
pemisahan tugas antara fungsi akuntansi dan kasir, maka diperlukan
penambahan sumber daya manusia untuk bidang akuntansi dan orang
yang ditempatkan di bidang akuntansi harus bisa mengoperasikan
komputer.
Dalam kasus yang ada di Vihara Bodhicitta Maitreya, sumber
daya manusia yang dibutuhkan untuk mengisi posisi pencatat dapat diisi
dengan memindahkan sumber daya manusia yang kompeten dari
departemen yang lain. Hal ini sesuai dengan budaya organisasi yang ada
di Vihara Bodhicitta Maitreya di mana mereka akan saling mengisi
kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga dapat membuat
vihara menjadi lebih baik. Oleh karena itu, sistem informasi akuntansi
Vihara Bodhicitta Maitreya yang baru sudah layak secara operasional.
E. Analisis Kesiapan dalam Penerapan Sistem Baru
Sistem informasi akuntansi yang baru ini dalam hal rancangan
formulir bukti transaksi dan format pencatatan dan laporan keuangan dibuat
oleh pusat. Sistem yang diberikan oleh pusat ini sebenarnya tidak apa-apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
kalau tidak diterapkan karena ada vihara lain yang masih belum menerapkan.
Pihak Vihara Bodhicitta Maitreya memutuskan untuk menggunakan sistem
ini karena memang mereka merasa perlu untuk memperbaiki sistem yang
telah ada. Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat orang-orang yang
menganut jenis komitmen menurut Armenakis et al. Pengabdi yang ada di
Vihara Bodhicitta Maitreya merupakan orang dengan jenis komitmen
identifikasi dan internalisasi.
Komitmen internalisasi ini dimiliki oleh Pandita dan beberapa
pengabdi sebab mereka merasa membutuhkan perbaikan untuk sistem
informasi akuntansi vihara dan mereka memiliki inisiatif untuk menerapkan
sistem baru. Berdasarkan ajaran Buddha Maitreya, tipe komitmen ini
termasuk hati akan datang sang pengasih ditunjukkan dengan usaha Pandita
dan para pengabdi dalam mengubah dan menerapkan sistem informasi
akuntansi yang baru untuk membuat sistem yang lebih baik lagi atau
continuous improvement. Komitmen identifikasi ini ada di beberapa pengabdi
yang mana memilih untuk mengikuti untuk menerapkan sistem informasi
akuntansi. Hal ini karena pimpinan dan beberapa pengabdi sudah setuju untuk
menerapkan sistem yang ada dan mereka percaya serta berpikir bahwa
keputusan pimpinan dan pengabdi lain juga benar sehingga mereka
mengadopsi perilaku pimpinan dan pengabdi tersebut saja. Jika dikaitkan
dengan ajaran Buddha Maitreya hal ini sesuai dengan konsep hati sekarang
sang pengasih ditunjukkan dengan komitmen oleh Pandita dan para pengabdi
untuk segera menerapkan sistem informasi akuntansi yang baru, tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
menunda-nunda penerapan sistem tersebut dan adaptive.
Berdasarkan analisis terhadap sumber daya manusia yang ada di
Vihara Bodhicitta Maitreya, dapat diketahui bahwa terdapat sumber daya
manusia yang memiliki tipe komitmen individu yang dapat membawa
perubahan dalam organisasi. Kemudian, dalam hal kesiapan perubahan
organisasi untuk melakukan perubahan dapat dilakukan analisis dengan teori
delapan langkah proses perubahan (Kotter, 1996). Berikut merupakan analisis
kesiapan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru berdasarkan
delapan langkah proses perubahan (eight-stage change process), yaitu:
1.
Membangun rasa urgensi
Dalam Vihara Bodhicitta Maitreya, terdapat urgensi perubahan
sistem informasi akuntansi untuk menjadi lebih baik. Dalam hal ini
pimpinan vihara yaitu Pandita dapat memberikan gambaran mengenai
fakta-fakta bahwa sistem lama yang diterapkan sudah perlu untuk
diperbarui. Dalam vihara, Pandita adalah orang yang dihormati dan
dihargai, sehingga terdapat kemungkinan besar bahwa penjelasan yang
diberikan oleh Pandita didengarkan oleh pengabdi dan umat. Salah satu
alasannya adalah dari pusat sudah mengirimkan dan membuat sebagian
dari sistem, yaitu formulir untuk bukti transaksi dan format laporan
keuangan. Selain itu, beberapa sumber daya manusia di vihara
sebenarnya sudah menyadari bahwa sistem yang lama perlu untuk
diperbaiki karena kurang bukti transaksi atas transaksi yang terjadi dan
pencatatan yang dilakukan masih berantakan. Beberapa sumber daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
manusia yang ada menyadari bahwa perlu adanya perbaikan dalam hal
sistem informasi akuntansi di vihara. Perubahan sistem informasi
akuntansi juga dilakukan karena adanya tuntutan dari pemerintah untuk
menggunakan PSAK 45 dalam pencatatan dan pelaporan keuangan
organisasi nirlaba, dalam hal ini adalah vihara. Dengan sistem
sebelumnya laporan keuangan yang dibuat pun hanya akan berupa
pemasukan dan pengeluaran, tidak terlihat aktiva, kewajiban, dan modal
yang dimiliki oleh vihara. Dengan sistem yang baru untuk laporan
keuangan hal tersebut akan terlihat dan berguna bagi pengambilan
keputusan. Oleh karena itu, langkah ini dapat dilalui oleh vihara dengan
baik.
2.
Menciptakan koalisi pembimbingan
Dalam hal membentuk tim, Vihara Bodhicitta Maitreya sudah
membentuk tim untuk membahas mengenai penerapan sistem informasi
akuntansi yang baru. Salah satu anggota dari tim ini adalah Pandita yang
merupakan pimpinan vihara, sehingga karakteristik kekuatan posisi
tentunya telah dimiliki dan juga mengenai hal kepemimpinan. Untuk
keahlian dan kedibilitas, terdapat pengabdi vihara yang memiliki
keahlian dan kredibilitas dalam bidang akuntansi dan juga mengerti
mengenai sistem informasi. Dalam hal inilah bisa dibentuk suatu tim
khususnya tim dalam bidang akuntansi untuk menciptakan perubahan
sistem informasi akuntansi menjadi lebih baik. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Vihara Bobhicitta Maitreya mampu melewati langkah kedua dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
menuju langkah ketiga.
3.
Mengembangkan visi dan strategi
Dalam melakukan perubahan sistem informasi akuntansi ini, visi
dari Vihara Bodhicitta Maitreya adalah menciptakan sistem informasi
akuntansi vihara menjadi lebih baik dan dapat mempermudah pengguna
sistem serta berguna untuk pengambilan informasi. Dengan melakukan
perubahan sistem akan membuat Pandita selaku pimpinan vihara lebih
mudah dan cepat saat beliau membutuhkan informasi keuangan, karena
informasi diolah menggunakan data yang sudah ada dan hanya perlu
memasukkan rumus tertentu saja. Misalnya, Pandita memerlukan
rekapitulasi sumbangan hari besar keagamaan selama enam bulan, bagian
akuntansi hanya perlu mencari data yang sudah dimasukkan dan
merekapnya di sebuah file. Hal ini menunjukkan bahwa sistem informasi
akuntansi yang baru juga akan memudahkan pengguna dan membuat
proses pembuatan informasi menjadi lebih cepat. Selain itu, dengan
mengganti sistem informasi akuntansi menjadi lebih baik berarti sumber
daya manusia yang terkait akan mendapatkan pengetahuan lebih
mengenai akuntansi.
4.
Mengkomunikasikan perubahan visi
Di Vihara Bodhicitta Maitreya, biasanya jika ada suatu informasi
yang baru pengabdi atau pusat akan menyampaikan informasi tersebut
kepada pimpinan vihara. Pimpinan akan menindaklanjuti suatu informasi
dan melakukan pertemuan atau rapat jika dirasa perlu. Dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
mengkomunikasikan perubahan visi khusunya untuk akuntansi, pimpinan
menyampaikan hal ini kepada pihak terkait dan melakukan diskusi
mengenai teknis penerapan sistem dengan pihak-pihak terkait. Hal ini
dapat menyebabkan pihak terkait lebih mudah menerima karena teknis
penerapan didiskusikan bersama-sama. Kebiasaan dan tindak lanjut
perubahan penerapan sistem informasi yang dilakukan oleh Vihara
Bodhicitta Maitreya menunjukkan bahwa langkah ini bisa dilalui.
5.
Memberdayakan aksi yang berbasis luas
Berdasarkan hasil analisis mengenai kelayakan penerapan sistem
informasi akuntansi yang baru dapat diketahui bahwa terdapat beberapa
hal yang masih harus dipertimbangkan, khususnya dalam hal operasional.
Dalam hal melakukan perubahan sistem informasi akuntansi, pihak
vihara tentunya juga perlu untuk menyesuaikan sumber daya manusia
dengan sistem yang baru. Tentu saja hal ini perlu dilakukan tanpa
menyinggung pihak yang terkait sebelumnya namun tidak memenuhi
kualifikasi untuk sistem yang baru. Pihak vihara dalam hal akan
menerapkan sistem informasi akuntansi yang baru melakukan rapat
dengan pihak-pihak terkait. Dalam rapat ini dibahas mengenai teknis
penerapan sistem informasi akuntansi yang baru. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat kesempatan bagi pengabdi untuk menyampaikan
pendapat mereka untuk penerapan sistem. Selain itu, dengan melakukan
pembahasan ini, secara langsung ataupun tidak langsung pihak vihara
melakukan pelatihan kepada orang-orang yang bertugas nantinya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
sistem yang baru atau yang berhubungan dengan akuntansi. Lalu,
perubahan ini juga dapat menghilangkan hal-hal atau prosedur yang tidak
perlu dan membuat sumber daya manusia vihara menjadi lebih kreatif.
Hal ini menunjukkan bahwa langkah kelima sedang dilakukan oleh
vihara dan memiliki kemungkinan besar dapat dilakukan.
6.
Membangkitkan keunggulan jangka pendek
Perubahan sistem informasi ini memberikan manfaat bagi Pandita
karena informasi yang dibutuhkan Pandita dapat lebih cepat didapatkan,
sehingga Pandita bisa membuat keputusan lebih cepat daripada
sebelumnya. Di Vihara Bodhicitta Maitreya, sumber daya manusia yang
ada merupakan mereka yang secara sukarela mengabdi kepada vihara.
Dalam hal melakukan tugas yang diberikan penghargaan yang diberikan
oleh pimpinan ataupun pengabdi dan umat yang lain berupa pujian atas
pekerjaan baik yang telah dilakukan. Selain itu, jika dirasa bahwa
pengabdi ini memiliki semangat dan pekerjaan yang bagus, pengabdi ini
akan diangkat atau diberikan kenaikan posisi keagamaan dengan
keputusan yang diambil oleh pimpinan vihara. Dalam melakukan segala
sesuatu, biasanya pihak-pihak yang ada di dalam vihara akan saling
mendukung dan memberikan semangat. Hal ini tentunya akan sangat
berguna untuk memberikan dorongan dan semangat kepada pihak yang
menjalankan dan mencoba menerapkan perubahan. Oleh karena budaya
yang ada di vihara ini, terdapat kemungkinan besar bahwa langkah ini
dapat dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
7.
Memperkuat keuntungan dan menghasilkan lebih banyak perubahan
Dalam hal melakukan perancangan sistem informasi akuntansi,
sistem ini sudah dirancangkan oleh pusat. Vihara dalam hal penerapan
sistem mendiskusikan mengenai bagaimana sistem sebaiknya diterapkan
berdasarkan formulir bukti transaksi dan format pencatatan dan laporan
keuangan yang diterima dari pusat. Keuntungan dari perubahan sistem
informasi akuntansi vihara yang baru adalah membuat tata kelola
keuangan vihara menjadi lebih baik dan lebih transparan. Manfaat yang
didapatkan oleh pengabdi adalah sistem mempermudah pekerjaan
mereka, sehingga pekerjaan terkait dengan keuangan dapat diselesaikan
dengan cepat dan mudah. Contohnya, dalam pencarian file tertentu lebih
cepat dan mudah karena ada file yang tersimpan dalam bentuk softcopy
dan hanya perlu membuka dokumen terkait saja. Selain itu, file dapat
dengan mudah dibawa dan disimpan di dalam storage device, seperti
flashdisk. Selain itu, manfaat yang didapatkan oleh Pandita adalah beliau
bisa mendapatkan informasi lebih cepat yang berguna bagi pengambilan
keputusan.
8.
Mendukung pendekatan baru dalam budaya
Kebiasaan sistem lama yang menggunakan sistem manual sudah
diterapkan berpuluh-puluh tahun. Sistem yang baru menggunakan
teknologi sehingga penggunaan teknologi dalam keuangan ini merupakan
budaya baru yang perlu dibiasakan. Dalam hal menerapkan sistem yang
baru tentunya ada prosedur yang berubah. Prosedur yang berubah ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
perlu dijadikan sebagai suatu budaya yang baru bagi para pengabdi yang
berkaitan. Selain itu, pihak vihara perlu untuk memastikan bahwa para
pengabdi yang melaksanakan sistem ini merasa nyaman atas sistem yang
dijalankan sehingga perubahan sistem dapat berjalan dengan lancar. Oleh
karena itu, dukungan dari pimpinan, pengabdi, dan para umat sangat
dibutuhkan.
Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa Vihara Bodhicitta
Maitreya telah siap untuk melakukan perubahan sistem informasi akuntansi.
Hal ini karena vihara dapat melewati delapan langkah proses perubahan,
walaupun untuk langkah yang ketujuh dan kedelapan bisa dilewati dengan
catatan bahwa perlu dilakukan evaluasi sistem setelah penerapan sistem
dalam suatu periode. Selain itu, di dalam Vihara Bodhicitta Maitreya terdapat
sumber daya manusia yang memiliki dua dari tiga tipe komitmen individu
yang dapat membawa perubahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil analisis kelayakan dengan menggunakan teori tiga elemen kunci
kelayakan dan ajaran Buddha Maitreya ataupun budaya yang terdapat di
vihara terhadap penerapan sistem informasi akuntansi yang baru adalah layak
secara teknis, ekonomis, dan operasional. Sistem yang baru layak secara
teknis karena sumber daya teknis yang ada dapat digunakan dalam sistem
informasi akuntansi vihara yang baru. Sistem layak secara ekonomis karena
manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Sistem
layak secara operasional karena sumber daya manusia yang tersedia saat ini
dapat digunakan dalam penerapan sistem yang baru.
Hasil analisis menggunakan teori tipe komitmen individu yang dapat
membawa perubahan adalah terdapat dua dari tiga jenis komitmen untuk
orang-orang yang ada di vihara, yaitu komitmen identifikasi dan internalisasi.
Kemudian, hasil analisis dengan menggunakan teori delapan langkah proses
perubahan adalah Vihara Bodhicitta Maitreya dapat melewati semua langkah
proses perubahan. Oleh karena itu, Vihara Bodhicitta Maitreya siap untuk
melakukan perubahan karena terdapat satu atau lebih tipe komitmen dari tiga
tipe komitmen individu yang bisa membawa perubahan dan sumber daya
manusia dan budaya yang terdapat di vihara dapat melewati delapan langkah
proses perubahan.
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti sudah berusaha untuk
melakukan yang terbaik namun terdapat beberapa keterbatasan atas penelitian
yang dilakukan, yaitu:
1.
Analisis mengenai pengendalian internal dari sistem informasi akuntansi
vihara yang baru terbatas pada data dokumentasi yang berhasil
dikumpulkan. Hal ini karena untuk data mengenai prosedur penerapan
sistem yang baru masih dalam proses dirapatkan.
2.
Dalam melakukan analisis atas kesiapan perubahan untuk penerapan
sistem informasi akuntansi yang baru, analisis peneliti berdasarkan
kebiasaan atau budaya yang terjadi di Vihara Bodhicitta Maitreya.
C. Saran
Saran bagi Vihara Bodhicitta Maitreya adalah perlu adanya sistem
yang dipertimbangkan lagi, yaitu penggunaan bukti penerimaan dan
pengeluaran
menggunakan
kas
kecil.
Hal
ini
karena
pengeluaran
menggunakan kas kecil biasanya sering dan jumlah uang yang dikeluarkan
tidaklah besar. Mengenai bukti transaksi kas kecil, biasanya dalam melakukan
pembelian sudah terdapat nota pembelian. Saat tidak ada nota pembelian,
sudah ada formulir yang diisi sebagai bukti transaksi pengganti nota
pembelian yaitu formulir belanja sayur-sayuran. Kedua hal ini sudah bisa
digunakan sebagai bukti transaksi pengeluaran.
Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
evaluasi pengendalian internal dari sistem informasi akuntansi yang baru
tersebut, untuk melihat apakah pengendalian internal yang diterapkan sudah
efektif atau belum. Selain itu, penelitian selanjutnya juga bisa berfokus pada
berhasil atau tidaknya perubahan penerapan sistem informasi akuntansi yang
diterapkan di Vihara Bodhicitta Maitreya dengan melakukan analisis atas
tujuan dan keberhasilan atau kegagalan penerapan secara kuantitatif.
Penelitian selanjutnya juga bisa meneliti sistem informasi akuntansi yang
diterapkan di vihara dengan aliran yang berbeda dan melihat bagaimana
pengendalian internal yang diterapkan di sana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Armenakis, Achilles. A., Harris, Stanley G., dan Mossholder, Kevin W. 1993.
Creating Readiness for Organizational Change. Human Relations, Vol.
46, No. 6:681-703.
Barber, Veronica A. 2010. "A Study of Change Readiness: Factors That Influence
the Readiness of Frontline Workers Towards a Nursing Home
Transformational Change Initiative". Education Doctoral. Paper 36.
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Bloom, Robert dan John Solotko. 2003. “The Foundation of Confucianism in
Chinese and Japanese Accounting”. Accounting, Business & Financial
History. Vol. 13, No. 1: 27-40.
Bowrin, Anthony R. 2004. “Internal Control in Trinidad and Tobago Religious
Organizations”. Accounting, Auditing, & Accountability Journal. Vol. 17,
Isu 1: 121-152.
Chang, Otto H., Stanley W. Davis, dan Kent D. Kauffman. 2012. “Accounting
Ethics Education: A Comparison with Buddhist Ethics Education
Framework”. Journal of Religion and Business Ethics. Vol. 3, Isu 1.
Commitee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commissions (COSO).
2013. Internal Control-Integrated Framework. Durham.
Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati. 2011. Sistem Informasi Akuntansi
Perancangan, Proses, dan Penerapan. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Duncan, John B., Flesher, Dale L., dan Stocks, Morris H. 1999. “Internal Control
Systems in US Churches: An Examination of The Effects of Church Size
and Denomination on Systems of Internal Control”. Accounting,
Auditing, & Accountability Journal. Vol. 12, Isu 2: 142-164.
Eby, Lilian T., Adams, Danielle M., Russell, Joyce E. A., dan Gaby, Stephen H.
2000. “Perceptions of Organizational Readiness for Change: Factors
Related to Employees’ Reactions to the Implementation of Team-Based
Selling”. Human Relations. Vol 53, No.3: 419-442.
Gao, Simon, dan Morrison Handley-Schachler. 2003. “The Influences of
Confucianism, Feng Shui and Buddhism in Chinese Accounting
History”. Accounting, Business & Financial History. Vol. 13, No. 1: 41-
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
68.
Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur. 2014. Metodologi Penelitian
Kualitatif. AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Bumi
Aksara, Jakarta.
http://www.bhinneka.com (Diakses tanggal 19 Maret 2017)
http://www.bukalapak.com (Diakses tanggal 19 Maret 2017)
http://www.lazada.co.id (Diakses tanggal 19 Maret 2017)
Hall, James. A. 2013. Accounting Information System Ninth Edition. Cengage
Learning, United States.
Holt, Daniel T., Armenakis, Archilles A., Feild, Hubert S., dan Harris, Stanley G.
2007. “Readiness for Organizational Change: The Systematic
Development of a Scale”. The Journal of Applied Behavioral Science.
Vol. 43, No. 2: 232-255.
Mahsun, Moh., Sulistyowati, F., dan Purwanugraha, Heribertus A. 2015.
Akuntansi Sektor Publik Edisi Ketiga. BPFE UGM, Yogyakarta.
Maitri, Tim Cahya. Buddha Maitreya. DPP MAPANBUMI SUMUT, Sumatra
Utara.
Mardi. 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Penerbit Ghalia Indonesia, Jawa Barat.
Mulyadi. 2016. Sistem Akuntansi. Salemba Empat, Jakarta.
Kendall, Kenneth E. dan Julie E. Kendall. 2011. Systems Analysis and Design
Eighth Edition. Prentice Hall, United States.
Liyanarachchi, Gregory A. 2008. “Ethics in Accounting: Exploring The Relevance
of A Buddhist Perspective”. Accountancy Business and the Public
Interest. Vol.7, No. 2: 118-148.
Romney, Marshall B. dan Paul John Steinbart. 2014. Sistem Informasi Akuntansi
Edisi Ketiga belas. Salemba Empat, Jakarta.
Wang, Che Kuang. 2000. Maha Tao Maitreya. DPP MAPANBUMI Pusdiklat
Buddhis Maitreyawira, Jakarta.
Wissler, Tobias E. 2013. Accounting for Eternal Glory: Financial Statements on
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Temple Stelae in Nineteenth-century South China. Accounting
History. Vol. 18, No. 2: 229-255.
Wiyono, Adrianto Sugiarto. 2008. “Hubungan Kepemimpinan dengan Kesiapan
Implementasi Knowledge Management dalam Organisasi”. Magister
CIO-STEI ITB.
Yin, Robert K. 2011. Qualitative Research from Start to Finish. Guilford Press,
New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Lampiran 1
Catatan Pada Sistem Lama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Lampiran 2
Format Buku Dana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Lampiran 3
Chart of Account
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
Lampiran 4
Format Laporan Posisi Keuangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Lampiran 5
Format Laporan Aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Lampiran 6
Journal Entry
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Lampiran 7
Catatan Atas Laporan Posisi Keuangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
Lampiran 8
Laporan Cash Flow
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Lampiran 9
Form Bukti Pengeluaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
Lampiran 10
Form Bukti Penerimaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
Lampiran 11
Formulir Penerimaan Sumbangan Hari Besar Keagamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Lampiran 12
Berita Acara Pembukaan Kotak Dana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Lampiran 13
Formulir Pembelian Sayur-sayuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Lampiran 14
Kode Mapping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
Lampiran 15
Surat Keterangan Penelitian
Download