BAB III KAJIAN PUSTAKA 3.1. Low Cost Carrier (LCC) dan ERP

advertisement
22
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
3.1. Low Cost Carrier (LCC) dan ERP Route Profitability
3.1.1. Sejarah dan Pengertian LCC
3.1.1.1. Sejarah LCC
Herb Keller penemu Low Cost Carrier (LCC) pada tahun 1967 bersama
dua rekannya Rollin King dan Lamar Muse,
pertama sekali menggunakan
strategi ini untuk maskapai Southwest Airlines. Pada saat itu Southwest Airlines
hanya bisa menerbangi rute di dalam negara bagian Texas saja. Strategi harga
yang sederhana dan murah ini akhirnya dapat
tumbuh menjadi salah satu
maskapai penerbangan paling sukses di Amerika.
Kesuksesan maskapai LCC ini kemudian diikuti oleh berbagai
pertumbuhan maskapai LCC di Amerika seperti Air Trans, Frontier dan Jet
Blue yang selanjutnya berkembang sampai ke Eropa mengikuti era liberalisasi
penerbangan di Eropa pada waktu itu, yaitu negara Inggris dengan maskapai
Ryanair dan Easyjet.
Sebagaimana yang disampaikan di atas, walaupun banyak LCC yang
sukses namun beberapa LCC juga mengalami kegagalan dalam pengoperasian
nya. Sebagian dari kegagalannya adalah tidak murni melaksanakan LCC sesuai
konsep awalnya, yaitu salah satunya mereka membangun LCC melalui struktur
23
keuangan yang sudah ada. Belum lagi, masalah persaingan dengan LCC yang
lain.
3.1.1.2.Pengertian LCC
Sesuai sejarahnya LCC merupakan penerbangan dengan mengupayakan
harga seefisien mungkin dibandingkan harga pada penerbangan regular melalui
pengurangan berbagai fasilitas seperti yang didapatkan pada penerbangan full
service.
LCC biasanya didefinisikan sesuai karakteristik penerbangan ini, seperti
ada yang mengatakan bahwa LCC merupakan penerbangan point – to – point,
atau „No-Frills Service‟. Istilah „No-Frills Service‟ lebih banyak digunakan di
negara Eropa, sehingga LCC di Eropa disebut sebagai “No-Frills Airlines”.
Sampai saat ini tidak ada pengertian yang baku mengenai LCC, namun
menurut The European Travel Network dalam buku Stephen Holloway, LCC
“…is one which sell at least 75 per cent of seats at its lowest published fare”.
Dalam buku ini pengertian LCC lebih menekankan pada harga dari pada biaya,
disebabkan penumpang biasanya lebih mengutamakan untuk melihat harga.
Istilah Penerbangan “low cost” atau sering disebut Low Cost Carrier
(LCC), sering juga disebut sebagai Budget Airlines atau No Frills Flight atau
juga Discounter Carrier. LCC merupakan model penerbangan yang unik dengan
strategi penurunan operating cost. Dengan melakukan efisiensi cost di semua lini,
maskapai melakukan hal-hal diluar kebiasaan maskapai pada umumnya, Kalau
24
airlines pada umumnya melakukan penambahan layanan yang memiliki value
added dengan penambahan katering, penyediaan newspaper atau magazine, in
flight entertainment, in flight shop, lounge, free taxy after landing, exclusive
frequent flier services, dan lain sebagainya. Berlawanan dengan hal itu, low cost
carrier melakukan eleminasi layanan maskapai tradisional yaitu dengan
pengurangan katering, minimize reservasi dengan bantuan teknologi IT sehingga
layanan nampak sederhana dan bisa cepat. Pelayanan yang minimize ini berakibat
dalam hal penurunan cost, namun factor safety tetap dijaga untuk menjamin
keselamatan penumpang sampai ke tujuan.
LCC adalah redefinisi bisnis penerbangan yang menyediakan harga tiket
yang terjangkau serta layanan terbang yang minimalis. Intinya produk yang
ditawarkan senantiasa berprinsip low cost untuk menekan dan mereduksi
operasional cost sehingga bisa menjaring segmen pasar bawah yang lebih luas.
Adapun ciri-ciri umum dari maskapai tersebut menerapkan LCC antara
lain ;
1. Semua penumpangnya adalah kelas ekonomi, tidak ada penerbangan kelas
premium atau bisnis.
2. Kapasitas penumpangnya lebih banyak daripada kapasitas pesawat dengan
layanan tradisional sehingga terlihat penumpang berdesak-desakkan. Hal ini
untuk menaikkan revenue pesawat mengingat tarif yang sangat murah.
25
3. Maskapai tersebut memiliki satu tipe pesawat untuk memudahkan training dan
minimize biaya maintenance dan penyediaan spare part cadangan. Biasanya
pesawatnya baru atau umurnya masih muda sehingga hemat dalam konsumsi
fuel (bahan bakar) pesawat yang disebut avtur.
4. Maskapai menerapkan pola tarif yang sangat sederhana pada satu tarif atau
tarif sub classis dengan harga mulai dari tarif diskon hingga mencapai 90%.
5. Tidak memberikan layanan katering, di pesawat umumnya hanya disuguhkan
air mineral.
6. Kursi yang disediakan tidak melalui pemesanan, siapa penumpang yang masuk
lebih dahulu dalam pesawat, dia yang pertama memilih kursi yang dia tempati.
7. Penerbangan dilakukan di pagi buta atau malam hari untuk menghindari biaya
yang mahal pada layanan bandara pada saat jam-jam sibuk.
8. Rute yang diterbangi sangat sederhana biasanya point ke point untuk
menghindari miss connection di tempat transit dan dampak delay akibat delay
flight sebelumnya.
9. Memberlakukan penanganan gound handling yang cepat dan pesawatnya
mempunyai utilisasi jam terbang yang tinggi.
10. Maskapai melakukan penjualan langsung (direct sales), biasanya melalui call
center dan internet untuk minimize cost channel distribusi. LCC tidak dijual
melalui travel agent, dan tidak menggunakan saluran distribusi global, Global
Distribution System (GDS), seperti Abacus, Galileo, dll.
26
11. Penjualan tidak menggunakan tiket konvensional, cukup secarik kertas berupa
kupon untuk mereduksi ongkos cetak tiket.
12. Seringkali maskapai melakukan ekspansi promosi besar-besar untuk
memperkuat positioning dan komunikasi karena menerapkan strategi direct
sales.
13. Karyawannya melakukan multy role dalam pekerjaannya, seringkali pilot dan
pramugari juga sebagai cleaning services saat ground handling. Disamping
itu LCC menerapkan outsourcing dan karyawan kontrak terhadap SDM non
vital, termasuk pekerjaan ground handling pesawat di bandara.
Di Indonesia belum ada yang menerapkan pola bisnis LCC yang sejati,
karena biaya operasional maskapai yang dianggap LCC di Indonesia seperti Lion
Air dan Wings Air masih di atas rata-rata maskapai LCC pada umumnya. Banyak
analis keuangan masih menyatakan bahwa cost per available seat mil masih
berada di atas ambang standard operating cost dari suatu LCC yang sejati, namun
price structure-nya sendiri sudah sesuai dengan konsep LCC sehingga akan lebih
tepat disebut dengan Low Fare Carrier (LFC) karena hanya menawarkan harga
murah tetapi belum sepenuhnya mendukung prinsip-prinsip LCC dimana struktur
biaya dan produktifitas maskapai masih tergolong mahal.
Adanya konsep LFC tentu sangat menguntungkan bagi calon konsumen,
karena konsumen dihadapkan pada pilihan menggunakan transportasi udara yang
berbiaya murah dan cepat. Seringkali harganya jauh lebih murah dari perjalanan
27
darat dengan bus atau kereta api yang membutuhkan waktu lebih lama. Contoh
saja perjalanan Bus dari Jakarta ke Denpasar selama 24 jam membutuhkan biaya
sebesar Rp 350.000 sedangkan dengan pesawat, harga tiketnya ada yang
menawarkan harga mulai dari Rp 269.000 dengan waktu tempuh 1,5 jam. Bahkan
pada saat-saat tertentu Air Asia menawarkan kursi gratis ke Bali dengan
membayar administrasi saja yang nilainya hanya Rp 199.000.
Fenomena ini
membuat “Make People Can Fly” sesuai slogan dari Lion Air yang menyadarkan
kita bahwa sekarang ini semua orang bisa terbang dengan harga yang terjangkau
dan tidak lagi seperti jaman dahulu di mana penggunaan transportasi udara hanya
monopoli orang-orang dari kalangan menengah keatas.
3.1.1.3. Karakteristik LCC
Bisnis penerbangan merupakan bisnis yang unik, sebab memerlukan
biaya yang tinggi untuk operasionalnya. Hal ini berbeda dengan LCC, karena
penerbangan ini berupaya menekan biaya operasional sehingga mampu menjual
tiket yang bersaing untuk penumpangnya.
Karakteristik operasional Low Cost Carrier, menurut Doring (2009 : 2540), yang dapat mempertahankan perusahaan LCC agar tetap bertumbuh, yaitu:
 Lower Labor Costs per Hour of Productivity,
Biaya personil karyawan merupakan salah satu biaya terbesar untuk suatu
perusahaan penerbangan. Sementara LCC menetapkan pembayaran upah industri
yang lebih rendah.
28
Southwest telah membuktikan bahwa LCC dapat membayar upah
bersaing, dengan mendapatkan produktifitas karyawan yang tinggi maka dapat
dibayar upah yang tinggi misalnya untuk pilotnya, sisanya berdasarkan hitungan
per jam. Sementara penerbangan lain dengan upah karyawan yang tinggi tidak
disesuaikan dengan produktifitas yang tinggi mengakibatkan perusahaan dapat
kolaps secara cepat.
Dengan kata lain, apabila LCC yang baru tidak bersaing dalam biaya
karyawan serta tidak terlihat adanya peningkatan produktifitas, maka tidak heran
akan cepat menghilang.
 Lower Ticket Distribution Costs,
Distribusi tiket merupakan biaya besar yang lain yang dihadapi oleh
perusahaan penerbangan. Langkah awal untuk mengurangi biaya distribusi tiket
adalah dengan memotong komisi travel agent (agen perjalanan). Sehingga tiket
dapat dilakukan melalui elektronik tiket dan mendorong penjualan tiket melalui
penjualan tiket on line. Southwest mendapatkan keuntungan 60% dari pemesanan
tiket on line dan Jet Blue mendapatkan 75% dari jetblue.com.
 No Frills Service,
Salah satu pelayanan yang paling spektakuler pada penerbangan LCC
yaitu tidak adanya pelayanan makanan di pesawat maksudnya segala sesuatu yang
berhubungan dengan makanan harus dibeli. Juga tidak terdapat pelayanan lain
yang mendukung penumpang seperti „child care‟ dan „wheelchair‟ dilarang
29
dilakukan dalam penerbangan ini. Penumpang tidak mempunyai pilihan kelas
yang merupakan salah satu karakteristik penting dalam „no frills service‟ ini.
Selain itu tidak terjadi keterlambatan pesawat karena keterlambatan bagian
katering, hal ini menjadikan efisiensi pada waktu.
Pengurangan elemen ini dikarenakan pelayanan tersebut biasanya
memerlukan biaya yang cukup tinggi, misalnya dengan penambahan crew untuk
pelayanan makanan serta keperluan penumpang.
 Common Fleet,
Pada penerbangan regular biasanya menggunakan pesawat dengan tipe
yang bermacam – macam yang disesuaikan dengan teknologi terkini. Hal ini tentu
menjadi sangat kompleks dan menimbulkan biaya yang tinggi. LCC biasanya
menggunakan pesawat terbang sejenis misalnya Boeing 737 yang paling sering
adalah B737 – 300 atau B737-300. Penggunaan satu tipe pesawat dapat
mengurangi biaya sebagai berikut:
 Crew dapat dirotasi dengan mudah dengan perencanaan rotasi crew yang cepat
dan mudah.
 Pelatihan crew dan pilot tidak mahal
 Pilot dapat mengoperasikan semua pesawa
 Biaya pemeliharaan pesawat relatif lebih murah
30
 Origin and Destination Route Structure
LCC menggunakan struktur „point-to-point‟ with direct connections
between cities. Waktu yang padat dihindari dalam menjadualkan LCC karena
tidak efisien. Melalui struktur point-to-point ini, biasanya tidak memberikan
pelayanan connecting flight sehingga dapat mengurangi pengelolaan waktu yang
kompleks seperti mengurangi waktu parkir pesawat.
Menghindari waktu
penerbangan pada jam padat, dapat memberikan penerbangan LCC menggunakan
fasilitas airport dan lebih dapat memaksimalkan penggunaan pelayanan karyawan
di airport.
Gambar 3.3.: Point-to-point Network
Sumber: Doring, 2009, pg 42
Dalam gambar point – to – point di atas, poin keberangkatan dan poin
tujuan terhubung dengan penerbangan langsung. Misalnya, penumpang ingin
berangkat dari poin 1 ke poin 5 maka harus membeli 2 tiket, yaitu tiket dari poin 1
31
ke poin 3 dan tiket dari poin 3 ke poin 5, karena penerbangan tidak menawarkan
connecting flight.
Penumpang sendirilah yang harus merencanakan waktu penerbangan
antara jadual penerbangan pada poin 1 ke jadual penerbangan poin 3.
Bila suatu waktu penerbangan pada poin 1 delay sehingga penumpang
ketinggalan penerbangan poin 3, tidak menjadi tanggung jawab pihak LCC.
Sehingga setiap network tidak terlihat seperti satu profit center, melainkan setiap
rute harus berupaya meningkatkan keuntungannya masing – masing sehingga
perusahaan dapat terus beroperasi. Sistem ini menjamin tidak ada tiket yang
hangus dengan struktur rute seperti ini.
 Use of Secondary Airport
Karakteristik LCC sebelumnya dan pada saat ini adalah dengan
menggunakan airport ke dua, hal ini disebabkan pelabuhan udara utama biasanya
memerlukan waktu mendarat yang lebih panjang serta biaya penanganan yang
mahal. Ryanair merupakan salah satu LCC yang menggunakan airport ke dua
sebagai tempat pendaratannya, seperti Frankfurt Hahn, Charleroi di Brasil, Weeze
di Dusseldorf, atau Beauvais di Paris. Keseluruhan airport ini jauh dari kota, bagi
LCC hal ini menjadikan biaya yang lebih efisien.
 Increased Aircraft Utilization
Salah satu kesuksesan utama LCC adalah peningkatan penggunaan
pesawat. Apabila pesawat tidak dapat menyumbang uang alias hanya parkir saja,
32
berarti tidak dapat mengangkut penumpang dan tidak menghasilkan uang. Ada
dua cara untuk meningkatkan penggunaan pesawat yaitu mengembalikan pesawat
ke base atau melakukan penerbangan dengan rute yang lebih panjang.
3.1.1.4.Struktur biaya LCC
Pada dunia penerbangan yang penuh persaingan saat ini, perusahaan
penerbangan yang sukses tentu saja yang mempunyai struktur biaya rendah.
Contoh: Southwest Airlines yang mempunyai catatan panjang dalam menerapkan
struktur biaya rendah.
Di bawah ini gambar “income statement” yang umum membandingkan
antara LCC dan penerbangan regular mulai tahun 2000 – 2005.
33
Tabel 3.1.: Income Statement Perbandingan LCC dan Penerbangan Reguler
Sumber: Introduction to Air Transport Economics,2008, pg, 324
3.1.1.5.SWOT Analisis LCC
Analisis LCC diperlukan agar perusahaan ini dapat bertahan dari para
pesaing terlebih perusahaan penerbangan regular. Beberapa faktor analisis SWOT
yang dikemukakan oleh Doring dalam bukunya “The No-Frills Strategy of LCC”,
pg 42-43, mengemukakan 4 faktor SWOT analisis untuk LCC yaitu:
1. Strength
 Menggunakan pesawat sejenis, misalnya Ryanair menggunakan pesawat sejenis.
Ada juga yang menggunakan dua tipe pesawat seperti Easyjet menggunakan
34
pesawat Boeing dan Airbus. Namun, hampir semua LCC menggunakan pesawat
Boeing 737 dan Airbus 320.
 Biaya pemeliharaan pesawat rendah karena tipe pesawat sejenis.
 Biaya operasi rendah karena LCC menggunakan konsep „no frills‟, internet
booking, no paper for ticket.
 Target pasar yang besar dengan menarik penumpang yang menggunakan
transportasi alternatif terlebih pada hari libur pendek.
 Menggunakan airport kedua sehingga mengurangi biaya operasional seperti
waktu pendaratan yang pendek, lebih cepat kembali ke poin, waktu parkir yang
lebih pendek, biaya airport yang rendah, dan lain – lain.
 Point-to-point mengurangi masalah pengelolaan yang kompleks di airport, serta
pemesanan one way tiket dapat mengurangi biaya.
 Harga yang murah dapat menarik penumpang yang belum pernah menggunakan
pesawat LCC.
 Pesawat dapat menangani penumpang lebih banyak. Sehingga tempat duduk
dihitung per km. Biaya per tempat duduk menjadi lebih rendah, sehingga
pendapatan lebih tinggi (CASK/RASK).
2. Weakness
 Kenaikan harga bahan bakar berdampak besar pada beberapa LCC. Beberapa
tahun ini banyak LCC bangkrut sebab kenaikan harga avtur dunia.
35
 „No Frills‟ berhasil pada penerbangan di bawah 2,5 jam, namun di atas 2,5 jam
penerbangan biasanya kurang sukses.
 Penerbangan regular mulai melakukan beberapa strategi yang dilakukan LCC,
contoh: Lufthansa sudah menggunakan early booking dengan penyediaan frills.
 LCC rentan terpengaruh pada suatu kejadian.
3. OPPORTUNITIES
 LCC fokus pada segmen penumpang kereta api dan bus yang belum terhubung
dengan suatu daerah tertentu, hal ini yang membuat LCC berhasil sebelumnya.
 Durasi penerbangan regional 2.5 jam.
 Penawaran yang bagus dari industri pesawat merupakan kesempatan besar
dalam mengurangi biaya. Pesawat yang baru biasanya lebih efisien.
4. THREATS
 Pesaing dari penerbangan regular merupakan ancaman saat ini. Hal ini dapat
menyebabkan berbagai masalah di kemudian hari.
 Ketidakstabilan bahan bakar dapat mempengaruhi keuntungan serta operasi
penerbangan LCC.
3.1.2. Enterprise Resource Planning (ERP)
3.1.2.1.Pengertian ERP
Salah satu sistem teknologi yang saat ini marak digunakan perusahaan
yaitu teknologi Enterprise Resource Planning (ERP).
ERP merupakan
36
penghubung teknologi internet di dalam suatu perusahaan. Teknologi web ERP
menyambungkan setiap infrastruktur informasi internal perusahaan ke lingkungan
eksternal perusahaan. ERP memfokuskan pada proses internal perusahaan yang
efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan organisasi
sebelumnya.
Enterpreneur Resource Planning (ERP) sering disebut merupakan
software. Namun, menurut Wallace & Kremzar ERP bukanlah software. ERP is
not software. Wallace & Kremzar mengumpamakan ERP sebagai berikut:
Software untuk ERP seperti satu set peralatan golf. Anda bisa mempunyai
satu set peralatan golf termahal, namun apabila tidak mampu
menggunakannya dengan baik, tidak mungkin bermain seperti Tiger
Woods.
ERP merupakan suatu sistem yang dapat merekatkan perusahaan dengan
konsumen, distributor dan supplier dengan berlandaskan koordinasi dan kerja
sama. ERP mampu memprediksi serta mengimbangkan antara supply dan
demand. ERP merupakan satu set alat perusahaan untuk meramalkan ,
merencanakan dan menjadwalkan.
Sekalipun belum ada persetujuan akan pengertian ERP, namun
mempunyai makna yang sama yaitu merupakan sistem yang terintegrasi dan
digunakan untuk mendukung fungsi kunci di perusahaan.
Watson dan Schneider dalam buku The Enterprise Resource Planning
Decade menyatakan bahwa “ERP merupakan solusi bisnis strategis yang
37
menyatukan seluruh fungsi perusahaan, termasuk manufaktur, keuangan dan
distribusi”
Gambar 3.4.: ERP Integrated System
Sumber: Enterprise Resource Planning, Ray, pg 7
Disamping definisi yang telah disebutkan diatas masih banyak lagi definisi
mengenai ERP menurut literatur yang ada diantaranya adalah :
Enterprise Resource Planning (ERP) System adalah sistem informasi yang
diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan
mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan
aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan.
38
Enterprise Resource Planning (ERP) atau Perencanaan sumber daya
Perusahaan adalah suatu sistem perusahaan yang bersifat lintas fungsional dan
bertindak mengintegrasikan dan mengotomatiskan berbagai proses bisnis yang
harus terpenuhi di dalam suatu perusahaan seperti kegiatan pabrikasi, logistik,
distribusi, akuntansi, keuangan, dan fungsi sumber daya manusia .
ERP adalah sebuah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahaan
manufaktur
maupun
jasa
yang
berperan
mengintegrasikan
dan
mengotomatisasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi,
produksi maupun distribusi pada sebuah perusahaan.
ERP merupakan
perkembangan dari Manufacturing Resource Planning (MRP) yang secara
moledular dapat menangani proses manufaktur, logistic, distribusi, persediaan
(inventory), pengapalan, invoice dan akuntansi perusahaan. Sehingga sistem ini
dapat mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi,
manajemen persediaan, manajemen kualiatas dan sumber daya manusia. ERP
juga sering disebut dengan Back Office System yang mengindikasikan bahwa
pelanggan dan public secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini.
ERP adalah sebuah sistem informasi perusahaan yang dirancang untuk
mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan
untuk proses bisnis lengkap. Sistem ERP didasarkan pada database pada
umumnya dan rancangan perangkat lunak modular.
ERP merupakan software yang mengintegrasikan semua departemen dan
39
fungsi suatu perusahaan ke dalam satu system komputer yang dapat melayani
semua kebutuhan perusahaan, baik dari departemen penjualan, HRD, produksi
atau keuangan. Syarat terpenting dari sistem ERP adalah Integrasi.
Integrasi yang dimaksud adalah menggabungkan berbagai kebutuhan pada
satu software dalam satu logical database, sehingga memudahkan semua
departemen berbagi informasi dan berkomunikasi. Database yang ada dapat
mengijinkan setiap departemen dalam perusahaan untuk menyimpan dan
mengambil informasi secara real-time. Informasi tersebut harus dapat dipercaya,
dapat diakses dan mudah disebarluaskan. Rancangan perangkat lunak modular
harus berarti bahwa sebuah bisnis dapat memilih modul-modul yang diperlukan,
dikombinasikan dan disesuaikan dari vendor yang berbeda, dan dapat
menambahkan modul baru untuk meningkatkan unjuk kerja bisnis.
Pada prinsipnya, dengan sistem ERP sebuah industri dapat dijalankan
secara optimal dan dapat mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak efisien
seperti biaya inventory (slow moving part, dan lain-lain), biaya kerugian akibat
„machine fault‟ dan lain-lain. Di negara-negara maju yang sudah didukung oleh
infrastruktur yang memadaipun, mereka sudah dapat menerapkan konsep JIT
(Just-In-Time). Di sini, segala sumberdaya untuk produksi benar-benar disediakan
hanya pada saat diperlukan (fast moving). Termasuk juga penyedian suku cadang
untuk maintenance, jadwal perbaikan (service) untuk mencegah terjadinya
machine fault, inventory.
40
Tips memilih ERP
Berikut adalah beberapa tips bagaimana cara memilih ERP yang sesuai bagi
perusahaan:
1. Knowledge & Experience
Knowledge adalah pengetahuan tentang bagaimana cara sebuah proses
seharusnya dilakukan, jika segala sesuatunya berjalan lancer. Experience
adalah pemahaman terhadap kenyataan tentang bagaimana sebuah proses
seharusnya dikerjakan dengan kemungkinan munculnya permasalahan.
Knowledge tanpa experience menyebabkan orang membuat perencanaan yang
terlihat sempurna tetapi kemudian terbukti tidak bisa diimplementasikan.
Experience
tanpa
knowledge
bisa
menyebabkan
terulangnya
atau
terakumulasinya kesalahan dan kekeliruan karena tidak dibekali dengan
pemahaman yg cukup.
2. Selection Methodology
Ada struktur proses seleksi yang sebaiknya dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan dalam memilih ERP. Proses seleksi tidak harus selalu
rumit agar efektif. Yang penting organized, focused dan simple. Proses seleksi
ini biasanya berkisar antara 5-6 bulan sejak dimulai hingga penandatanganan
order pembelian ERP. Berikut ini adalah akivitas yg sebaiknya dilakukan
sebagai bagian dari proses pemilihan software ERP: analisa strategi bisnis,
analisa sumber daya manusia, analisa infrastruktur dan analisa software.
41
3. Business Strategy Analize
 Bagaimana level kompetisi di pasar dan apa harapan dari customers ?
Adakah keuntungan kompetitif yang ingin dicapai ?
 Apa strategi bisnis perusahaan dan objectives yang ingin dicapai ?
 Bagaimana proses bisnis yang sekarang berjalan vs proses bisnis yang
diinginkan? Adakah proses bisnis yang harus diperbaiki ?
 Apa dan bagaimana prioritas bisnis yang ada dan adakah rencana kerja yang
disusun untuk mencapai objektif dan prioritas tersebut?
 Target bisnis seperti apa yang harus dicapai dan kapan?
4. People Analize
 Bagaimana komitment top management thd usaha untuk implementasi ERP ?
 Siapa
yg
akan
mengimplementasikan
ERP
dan
siapa
yg
akan
menggunakannya ?
 Bagaimana komitmen dari tim implementasi ?
 Apa yg diharapkan para calon user thd ERP ?
 Adakah ERP champion yg menghubungkan top management dgn tim ?
 Adakah konsultan dari luar yg disiapkan untuk membantu proses persiapan ?
42
5. Infrastucture Analize
 Bagaimanakah kelengkapan infrastruktur yang sudah ada (overall networks,
permanent office systems, communication system dan auxiliary system) ?
 Seberapa besar budget untuk infrastruktur ?
 Apa infrastruktur yang harus disiapkan ?
6. Software Analize
 Apakah software tsb cukup fleksibel dan mudah disesuaikan dengan kondisi
perusahaan ?
 Apakah ada dukungan service dari supplier, tidak hanya secara teknis tapi
juga untuk kebutuhan pengembangan sistem di kemudian hari ?
 Seberapa banyak waktu untuk implementasi yg tersedia ?
 Apakah software memiliki fungsi yang bisa meningkatkan proses bisnis
perusahaan ?
Tujuan Penggunaan ERP antara lain:
1. Menghubungkan konsumen dan supplier ke dalam
supply chain yang
sempurna,
2. Menjadi alat untuk memproses keputusan dalam perusahaan,
3. Mengkoordinasikan penjualan, pemasaran, pengoperasian, logistic, pembelian,
keuangan, pengembangan produksi, dan sumber daya manusia.
4. Otomatisasi dan integrasi banyak proses bisnis
43
5. Membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise,
6. Menghasilkan informasi yang real-time,
7. Memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan.
Keuntungan penggunaan ERP System
Menurut Ray banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan
mengimplementasikan ERP yaitu:
1. Memberi pelatihan terbaik, sistem ERP akan dipelajari dulu sebelum di
2. Integrasi, sistem ini menyatukan seluruh proses data dan informasi dalam
perusahaan.
3. ERP membantu komunikasi di dalam dan di luar organisasi,
4. ERP memberikan informasi secara on line,
5. ERP membantu pelaksanaan bisnis proses,
6. ERP menjadikan transaksi secara otomatis sehingga lebih efisien.
7. ERP membantu pengelolaan data sehingga mengurangi data yang tidak perlu.
8. ERP mengurangi waktu yang panjang untuk memenuhi permintaan pihak
eksternal
9. ERP lebih memuaskan konsumen
10. ERP membantu perencanaan, penganalisaan dan pengambilan keputusan
3.1.2.2.Implementasi ERP
Banyak perusahaan mempunyai problem atau kendala ketika mencoba
mengimplementasikan sistem ERP pada perusahaannya. Padahal, implementasi
44
sistem ini tidak bisa dikatakan murah. Biasanya terjadi karena adanya anggaran
yang tersembunyi, faktor lain karena kegagalan dalam meredesain proses bisnis
akibat kurangnya komitment manajemen, kurangnya pelatihan kepada user akhir
selama masa implementasi, ketidakmampuan merekrut dan melatih staf yang akan
menjalankan sistem ERP dengan baik, standarisasi data yang kurang, kurangnya
integrasi seluruh fungsi dalam perusahaan, dan gagal dalam memperoleh ahli
yang mengetahui sistem ini dengan sempurna.
Wallace
dan
Kremzar
memberikan
beberapa
langkah
dalam
mengimplementasikan ERP pada perusahaan yang disebut “ERP Proven Path”
seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3.5.: ERP Proven Path Wallace & Kremzar
Sumber: Wallace & Kremzar, 2001, pg 36
45
Proven Path terdiri dari beberapa langkah yang terdiri dari:
1. Audit/Assesssement I
Analisa terhadap situasi, masalah, kesempatan, strategi perusahaan saat ini.
2. First – cut Education
Manajer operasi harus mau belajar mengenai cara kerja ERP, bagaimana cara
menggunakannya, dan apa yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan
sistem ini.
3. Cost/Benefit Analysis
Keuntungan mengenai keuangan harus di tulis secara jelas dalam
mengoperasikan sistem ERP ini.
4. Go/No-Go Decision
Apabila dari sisi keuangan menguntungan sebaiknya menggunakan ERP, bila
tidak lebih baik memilih sistem lain. Manajemen merupakan pemimpin yang
merekomendasikan sistem ini.
5. Vision Statement
Manajemen
sebaiknya
menentukan
apa
yang
akan
dicapai
dengan
implementasi ERP ini.
6. Performance Goals
Menentukan kategori kinerja perusahaan yang diharapkan untuk dicapai.
46
7. Project Organization
Memilih pemimpin dan orang yang akan mengerjakan proyek ini secara penuh
waktu.
8. Initial Education and Training
Idealnya adalah 100 persen atau minimum 80 persen dari anggota perusahaan
mengikuti proses implementasi ERP agar sukses.
9. Implementing Sales & Operations Planning
Manajemen puncak merupakan bagian penting dari terlaksananya sistem ERP
ini karena sistem ini tidak akan berjalan tanpa campur tangan manajemen.
10. Demand Management, Planning and Scheduling Processes
Departemen Perencanaan, dan pengadaan terlibat dalam membangun dan
menentukan spesifik produk, konsumen, serta perencanaan dan penjadualan
pelaksanaan sistem ini.
11. Data Integrity
ERP akan berjalan sukses dengan mengintegraiskan data – data yang akan
dicapai oleh perusahaan, agar mendapatkan data yang akurat, lengkap dan
terstruktur.
12. Finance and Accounting Processes-Process Definition and Implementation
Akuntansi dan keuangan harus mengimplementasikan sesuai permintaan dan
proses yang telah direncanakan.
47
13. Software Selection, and Software Configuration Installation
Perusahaan yang telah mengimplementasikan sistem ini harus di kelola secara
hati – hati untuk menghindari kerusakan pada sistem computer.
14. Audit/Assessment II
Setelah implementasi perlu dilakukan evaluasi situasi, masalah, kesempatan
dan strategi .
15. Ongoing Education
Perlu dilakukan pendidikan sistem ini pada pegawai yang baru dan
penyegaran pelatihan
bagi
pegawai
yang pernah diberikan latihan
sebelumnya.
Implementasi sistem ERP pada perusahaan berdampak besar terhadap
perubahan proses dan sumber daya yang ada di perusahaan, sebagaimana yang
disampaikan oleh gambar di bawah ini,
48
Gambar 3.6.: ERP/E – Business Organizational Issues Domain dan Level Matrix
Sumber: Norris,et.al,2000,pg,64
Implementasi sistem informasi berbasis ERP adalah suatu arsitektur
software yang memiliki tujuan untuk memfasilitasi aliran informasi diantara
seluruh fungsi-fungsi bisnis didalam batas organisasi atau perusahaan dengan
pihak stakeholder diluarperusahaan. ERP dibangun atas dasar sistem database
yang terpusat dan biasanya menggunakan platform komputansi yang umum.
Sistem informasi berbasis ERP dapat mengkonsolidasikan seluruh operasi bisnis
menjadi seragam dan sistem lingkungan perusahaan yang lebih luas.
Dalam prakteknya penerapan sistem ERP dirancang berdasarkan proses
bisnis yang dianggap best practice yaitu proses bisnis umum yang paling layak
ditiru. Misal bagaimana proses umum yang sebenarnya berlaku untuk pembelian
(purchasing), penyusunan stok digudang dan sebagainya. Untuk mendapatkan
49
manfaat yang sebesar-besarnya dari sistem ERP, maka industri yang akan
mengimplementasikan ERP harus mengikuti best practice process yang berlaku.
Akan tetapi, permasalahan mulai timbul bagi industri di Indonesia, contoh
permasalahan bagaimana merubah proses kerja yang dikehendaki oleh sistem
ERP agar sesuai dengan proses kerja perusahaan hal ini terutama dilakukan untuk
modul sumber daya manusia, karena banyak perusahaan di Indonesia memiliki
peraturan dan kebijakan yang berbeda dibandingkan dengan proses bisnis pada
modul SDM yang terdapat pada sistem ERP pada umumnya seperti SAP. Proses
penyesuaian ini dikenal sebagai implementasi dan salah satu faktor yang
mementukan keberhasilan implementasi sistem ERP di perusahaan adalah proses
bisnis yang telah terintegrasi didalam paket ERP merupakan paket bisnis best
practice yang telah teruji reabilitasnya.
Banyak perusahaan telah sukses mengimplementasikan ERP untuk
melakukan pencatatan barang, pemesanan, desain produk, kontrak , penjualan
langsung atau melalui distributor, berhubungan dengan peraturan pemerintah,
proses manufaktur, alur pekerjaan pada perusahaan, dan rata – rata perusahaan
tersebut mampu meningkatkan tingkat responsitivitas konsumen, tingkat
produktivitas karyawan, penjualan dan distribusi yang tepat waktu.
50
Keuntungan ketika menerapkan implementasi ERP antara lain :
1. Integrasi data keuangan untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top
management bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan
lebih baik.
2. Standarisasi Proses Operasi untuk menstandarkan proses operasi melalui
implementasi best practice sehingga terjadi peningkatan
produktivitas,
penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk.
3. Standarisasi Data dan Informasi untuk menstandarkan data dan informasi
melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan besar yang
biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis bisnis yang
berbeda-beda.
Kerugian yang mungkin terjadi ketika salah menerapkan ERP antara lain :
1. Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan
pengembangannya.
2. Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran.
3. Karyawan tidak siap untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang
baru.
4. Persiapan implementasi tidak dilakukan dengan baik.
5. Berkurangnya fleksibilitas sistem setelah menerapkan ERP.
51
Sebagaimana dijelaskan pada bagian awal, tujuan dari implementasi ERP
adalah untuk menjalankan bisnis dengan lebih baik. Oleh Karena itu,
implementasi harus dilakukan oleh orang yang menjalankan bisnis itu sendiri.
Bagaimana
implementasi
ERP
dapat
dilakukan
dengan
baik
tentunya
membutuhkan beberapa prasyarat dan kondisi sebagai berikut :
1. Implementasi ERP merupakan proyek besar yang mencakup proses
pengambilan keputusan dan melibatkan banyak orang di perusahaan, termasuk
manajemen.
2. Implementasi ERP harus dikerjakan oleh orang-orang yang terlibat dalam
proses bisnis sehingga tanggung jawabnya tidak dapat diserahkan sepenuhnya
kepada vendor. Konsultan atau vendor memang dapat membantu dalam
transfer pengetahuan, namun pelaku bisnis adalah pihak yang paling mengerti
serta memiliki kewenangan dan otoritas untuk mengubah cara dalam
mengerjakan sesuatu.
3. Implementasi ERP dapat berjalan apabila melibatkan pihak / orang yang kelak
akan mengoperasikan sistem tersebut. Oleh karenanya tidak dapat dipisahkan
antara implementator dengan user. Mereka harus menjadi bagian yang
menyatu dalam sebuah tim.
4. Implementasi ERP membutuhkan pengorbanan waktu dari serangkaian
pekerjaan rutin yang dilakukan oleh orang yang terlibat dalam bisnis dan
operasional sehari-hari. Proses implementasi memang tidak dapat dijadikan
52
prioritas utama, tetapi tidak boleh dijadikan prioritas kedua dibawah prioritas
rutin dalam menjalankan bisnis dan operasional. Dalam hal ini dibutuhkan
kerelaan untuk meluangkan waktu.
5. ERP adalah bukan sekedar suatu sistem komputer. ERP merupakan „people
system‟ yang dijalankan dengan dukungan software dan hardware. Sehingga
membutuhkan dukungan dan partisipasi dan manajemen. Dukungan dan
keterlibatan manajemen inilah yang sangat menentukan keberhasilan.
6. ERP memerlukan serangkaian nilai baru dalam menjalankan bisnis. Jika
perusahaan yang menerapkan ERP tidak mampu mengubah proses kerja, maka
implementasi ERP akan berakibat buruk. Karena aliran data antar fungsi akan
terjadi dengan sangat cepat.
Implementasi ERP pada perusahaan di Indonesia yang mempunyai
harapan untuk mempercepat proses bisnis, meningkatkan efisiensi, dan meraup
pendapatan yang lebih besar. Namun, pada saat implementasi banyak faktor yang
dapat menggagalkan implementasi dan merupakan masalah yang dihadapi antara
lain :
1. Manajemen tidak menyediakan proyek tim yang terbaik pada proyek
implementasi menyangkut kompetensi anggota tim, kredibilitas dan kreativitas
tim proyek, kepemimpinan tim yang efektif, komitmen tim, tanggung jawab
tim, jumlah tim yang memadai, tanggungjawab yang tumpang tindih pada tim,
53
pendekatan kerja yang kurang jelas, tujuan yang tidak dipahami oleh tim
proyek.
2. Manajemen tidak mampu membedakan bahwa e-business bukanlah sekedar
investasi teknologi informasi melainkan perbaikan proses bisnis atau
peningkatan bisnis dengan didukung teknologi informasi. Akibatnya nilai
investasi e-business yang ditanamkan tak bisa kembali, karena banyak
pimpinan perusahaan yang memiliki pengertian bahwa e-business adalah
sekedar investasi teknologi informasi, bukan investasi bisnis yang didukung
teknologi informasi.
Penyebab Gagalnya ERP
a. Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran
b. Pre-implementation tidak dilakukan dengan baik
c. Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan
pengembangannya Orang-orang tidak disiapkan untuk menerima dan
beroperasi dengan sistem yang baru
d. Meremehkan
Tidak
kerumitan
melibatkan
para
perencanaan,
karyawan
yg
pengembangan,dan
terkena
dampak
pelatihan
perencanaan
Melakukan terlalu banyak hal dengan cara yang cepat pada proses konversi
Pelatihan yang tidak memadai dalam berbagai tugas baru yg dibutuhkan oleh
sistem ERP
54
e. Kegagalan melakukan konversi data
f. Terlalu mempercayai berbagai pernyataan yang diberikan para penjual
software ERP.
3.1.3. ERP Route Profitability (ERP RP)
3.1.3.1.Pengertian ERP RP
Pada era globalisasi penerbangan saat ini kemampuan seorang manajer
profesional operator penerbangan dalam mengukur profitabilitas secara akurat dan
tepat waktu suatu penerbangan secara signifikan merupakan suatu tuntutan, sebab
hasil dari kemampuan ini merupakan kinerja atas
penerbangan.
keuntungan maskapai
Route Profitability merupakan alat untuk mengukur informasi
profitabilitas yang dapat dianalisa dan difokuskan pada transportasi angkutan
udara (on board pesawat) bagi operator penerbangan dalam menentukan buka
atau tutup atau
dan lain – lain suatu rute dengan tujuan akhir (objektif)
menentukan keuntungan setiap operasi penerbangan pada periode pelaporan.
Tujuan ERP RP
1. Mengukur profitability rute
2. Mengukur indikator kinerja rute
3. Membantu rute dalam pengembangan network, serta pengambilan keputusan
terkait dengan kinerja rute.
4. Membantu penentuan harga.
55
3.1.3.2.Metode Perhitungan ERP RP
Prinsip dasar perhitungan RP adalah untuk mengalokasikan semua
transaksi biaya maupun pendapatan yang tercatat pada periode akuntansi yang
berlaku pada rute komersial yang diterbangkan, apabila ada transaksi yang tidak
berdampak langsung terhadap rute penerbangan harus dialokasikan tersendiri
secara spesifik ke dalam kebijakan rute komersial yang digunakan (point-topoint), sehingga laporan laba – rugi usaha yang dicatatkan tercermin pada hasil
perhitungan Route Profitability yang dikenal sebagai Route Result. Perhitungan
RP ini menggunakan standar mata uang USD.
Data perhitungan kinerja kuantitatif yang dioperasikan menjadi dasar alat
ukur seperti Block Hours, Flight Hours, Available Seat Kilometres (ASK),
Revenue Passanger Kilometers (RPK), jarak tempuh dan lain – lain.
Perhitungan Revenue Route Profitability
Perhitungan pendapatan atas semua penumpang yang diangkut yaitu
termasuk kelebihan bagasi, sales on board (SOB), surcharges dan juga
pendapatan dari pengoperasian cargo dan surat.
Perhitungan pendapatan penumpang yang diangkut berdasarkan flight coupon
yang tercatatkan sesuai periode berlaku tiket (tidak termasuk penumpang tidak
bayar, awak pesawat, kedinasan, fasilitas airline staff).
56
Dalam perkembangan dunia penerbangan saat ini yaitu kerja sama antar
operator penerbangan, memberlakukan pengangkutan penumpang antar operator.
Menggunakan perhitungan revenue yang dialokasikan berdasarkan harga setiap
jarak tempuh yang diterbangkan (prorate revenue).
Perhitungan Biaya RP
Struktur komponen biaya operasi yang digunakan dalam RP (Total
Operating Cost) terdiri atas: biaya langsung dan biaya tidak langsung, merupakan
kelompok utama yang menjadi biaya operasi, dengan bentuk standar sebagai
berikut:
1. Direct Variable Cost,
Kategori direct variable cost (biaya langsung) terdiri dari biaya penumpang
lagsung dan operasi penerbangan. Kelompok biaya ini yaitu catering, asuransi,
biaya penanganan penumpang lainnya. Kategori flight variable cost terdiri
dari unsur biaya yang menjadi beban suatu penerbangan operasi pesawat atau
tidak berhubungan dengan penumpang yang diterbangkan. Contoh: biaya
landing, handling, parking, fuel, variable crew cost dan variable maintenance.
2. Direct Fixed Cost,
Kategori direct fixed cost (biaya tetap langsung) atas kapasitas profisi,
seperti biaya pendidikan awak pesawat, sewa pesawat, asuransi pesawat juga
biaya perawatan tetap pesawat.
57
3. Indirect Fixed Cost,
Katerogri indirect fixed cost (biaya tidak tetap) merupakan biaya lainnya
yang tidak termasuk dalam kedua kategori di atas antara lain biaya tetap
kestasiunan, biaya penjualan, pemasaran, dan adminstrasi umum lainnya.
Seluruh kategori biaya itu dialokasikan terhadap masing – masing rute
penerbangan (flight number) untuk penumpang dan untuk pesawat berdasarkan
tipe pesawat.
3.2. Kajian Penelitian Terdahulu
3.2.1. Implementasi ERP
Riset terdahulu mengenai Enterprise Resource Planning (ERP) mengenai
“Assesing ERP Implementation Critical Factor” yang disiapkan oleh Houman
Kalbasi, 2007, dari Lulea University of Technology.
Tesis ini menyampaikan mengenai faktor – faktor apa yang menjadikan
sistem ERP itu sukses. Tesis ini merupakan studi kasus yang membandingkan
implementasi ERP yang sukses dan yang tidak sukses.
Tesis ini menjelaskan mengenai kesuksesan suatu implementasi ERP
karena adanya beberapa factor yaitu: pekerjaan dilakukan secara fungsional,
disediakannya konsultan, dibuatkan suatu proyek dan didukung oleh manajemen,
kesiapan karyawan internal, dapat beradaptasi dengan perbedaan yang ada di
perusahaan, ada perencanaan, ada pengembangan dan anggaran yang cukup,
58
terakhir adanya sistem pengujian terhadap sistem. Studi kasus dilaksanakan di
Esfahan Steel Company serta RTC Corporation Ltd.
Metode penelitian menggunakan metode deskriptif melalui explanatory
data. Pada akhirnya ditemukan beberapa kegagalan pada penerapan ERP adalah
tidak mampu mengoperasikan sistem tersebut, serta pentingnya implementasi
ERP diimplementasikan oleh perusahaan itu sendiri, dukungan pimpinan tertinggi
mengenai sistem ERP dalam rangka tujuan perusahaan, SDM yang kualified
sangat dibutuhkan dalam implementasi ERP.
3.2.2. LCC
Tesis ini berjudul „Low – Cost Carriers and Low Fares: Competition and
Concentration in the US Airline Industry‟ oleh Charles Nadja, 2003. Tesis ini
menganalisa struktur pasar airline agar dapat menentukan kekuatan pasar pada
Yield, untuk pesawat jarak dekat dan jarak jauh, serta akibatnya pada pesawat
LCC dalam menetapkan harga.
Metodologinya menggunakan 3 model econometric yang memperkirakan
keuntungan marginal antara low cost melalui penghitungan harga pasar. Tesis ini
membandingkan harga pasar untuk pesawat jarak jauh yaitu American Airlines,
United Airlines, dengan pesawat jarak dekat, Southwest Airlines dan Jetblue
Airlines.
59
Hasilnya, bahwa dampak pendistribusian harga pada penerbangan jarak
dekat mampu mempengaruhi hampir semua segmen. LCC mempunyai korelasi
yang sangat tinggi terhadap kompetisi, frekuensi, airport, dan kapasitas dalam
memprediksi harga pasar. Pembangunan infrasruktur pelabuhan udara, mampu
menjadikan LCC bukan lagi sebagai target pasar kedua bagi penumpang.
3.3. Rerangka Berpikir
Dalam rangka menganalisis kedua permasalahan ini, peneliti mulai dengan
melakukan pengukuran terhadap masing – masing masalah yaitu LCC dan ERP
RP. Pengukurannya menggunakan 7 karakter LCC, SWOT analisis dan matriks
Yield, Cost/ASK, dan SLF.
Pengukuran LCC menghasilkan konsep operasional LCC sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan pengkajian membuka rute yang baru. Sedangkan
hasil sistem ERP RP dengan menggunakan metode Hurwichz menghasilkan nilai
maksimum dan minimum dalam menambah dan mengurangi rute. Apabila masih
belum ditemukan keputusan maka dilakukan evaluasi kembali terhadap konsep
tersebut.
60
Gambar 3.7. Rerangka Berpikir
Download