11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Manajemen Pemasaran
Suparyanto & Rosad (2015:3) mengatakan bahwa manajemen
pemasaran adalah ilmu yang mempelajari tentang perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian terhadap barang dan jasa, penetapan harga, pelaksanaan
distribusi, aktivitas promosi, yang dilakukan oleh orang tertentu dengan
proses tertentu, yang ditunjang dengan bukti fisik untuk menciptakan
pertukaran guna memenuhi kebutuhan atau keinginan pelanggan, sehingga
dapat mencapai tujuan perusahaan.
2.1.2 Pemasaran
Swastha & Handoko (2014:3) mengatakan bahwa pemasaran
merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang
dan mendapatkan laba, sedangkan menurut Stanton (dalam Swastha &
Handoko, 2014:3) mengatakan bahwa pemasaran adalah suatu sistem
keseluruhan
dari
kegiatan-kegiatan
usaha
yang
ditujukan
untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang
ada maupun pembeli potensial.
2.1.3 Konsep Pemasaran
Perusahaan yang menyadari bahwa pemasaran merupakan faktor
penting untuk mencapai kesuksesan usahanya, akan mengetahui adanya cara
dan falsafah baru yang terlibat didalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut
dengan konsep pemasaran. Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran
bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan
konsumen.
Kotler & Armstrong (2008:12) mengatakan bahwa konsep pemasaran
(marketing concept) adalah sebuah filosofi manajemen pemasaran yang
11
20
menyatakan
bahwa
pencapaian
tujuan
organisasi
tergantung
pada
pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan
kepuasan yang diinginkan secara lebih baik dari pesaing.
2.1.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Kotler & Armstrong (2008:62) mengungkapkan bahwa marketing mix
adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan oleh
perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan perusahaan untuk
mempengaruhi permintaan produknya. Marketing mix terdiri dari empat
variabel, yaitu produk (product), harga (price), promosi (promotion), lokasi
(place).
2.1.5 Produk (Product)
2.1.5.1 Pengertian Produk
Stanton (dalam Alma, 2011:139) mengatakan bahwa produk adalah
seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud yang meliputi
warna, harga, prestige pabrik dan retailer, pelayanan pabrik serta pelayanan
retailer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya.
Alma (2011:205) mengungkapkan bahwa produk merupakan titik
sentral dari kegiatan marketing. Produk dapat berupa barang dan dapat pula
berupa jasa. Jika tidak ada produk, tidak ada pemindahan hak milik maka
tidak ada marketing.
Kotler & Armstrong (2008:266) mengungkapkan bahwa produk
merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik
perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu
keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup lebih dari sekadar barangbarang yang berwujud (tangible).
2.1.5.2 Dimensi Tingkatan Produk
Stanton (dalam Sunyoto, 2014:70) menjelaskan bahwa tingkatan
produk yaitu:
1. Manfaat inti (core benefit), yaitu manfaat dasar yang sesungguhnya
dibeli atau diperoleh oleh konsumen.
19
2. Manfaat dasar tambahan (generic product) artinya pada inti produk
tersebut terdapat manfaat tambahan.
3. Kelebihan yang dimiliki produk (augmented product) artinya salah satu
manfaat dan pelayanan yang dapat membedakan produk tersebut dengan
produk para pesaing.
2.1.6 Harga (Price)
2.1.6.1 Pengertian Harga
Kotler & Armstrong (2008:345) mengatakan bahwa harga adalah
sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari
nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari
menggunakan suatu produk atau jasa. Harga adalah satu-satunya elemen
dalam marketing mix yang menghasilkan pendapatan.
Alma (2011:208) mengatakan bahwa masalah kebijaksanaan harga
adalah turut menentukan keberhasilan pemasaran produk. Kebijaksanaan
harga dapat dilakukan pada setiap tingkatan produksi, yang dilakukan oleh
produsen dan retailer.
Harjati & Venesia (2015) mengatakan bahwa persepsi harga adalah
pandangan pelanggan dalam melihat harga, dilihat dari tinggi dan rendahnya
harga yang mempengaruhi keputusan pembelian. Persepsi yang dipikirkan
oleh seseorang dapat menjadi nilai tentang apa yang dipikirkannya. Untuk itu
di dalam pemasaran, persepsi sangat bernilai untuk ditanamkan kepada
masyarakat bahwa produk atau pelayanan tersebut bernilai dan dibutuhkan.
2.1.6.2 Dimensi Persepsi Harga
Ridgway & Netemeyer (dalam Kusdyah, 2012) mengatakan bahwa
harga sebagai salah satu isyarat yang digunakan konsumen dalam proses
persepsi, dimana harga akan mempengaruhi penilaian konsumen tentang
suatu produk.
Schiffman & Kanuk (dalam Harjati & Venesia, 2015) mengatakan
bahwa persepsi harga adalah pandangan mengenai harga bagaimana
pelanggan melihat harga tertentu (tinggi, rendah, wajar) dapat berpengaruh
kuat terhadap keinginan membeli dan kepuasan membeli.
20
Harjati & Venesia (2015) menyatakan bahwa persepsi konsumen
terhadap kualitas dan biaya yang dikeluarkan memiliki peranan yang penting
dalam memilih suatu produk atau layanan. Disamping itu, harga yang
ditetapkan terjangkau, mengandung kesesuaian antara manfaat dengan
kualitasnya dan perbandingan harga dengan produk/layanan lain yang sejenis.
2.1.7 Promosi (Promotion)
2.1.7.1 Pengertian Promosi
Wijayanto (2012:296) mengatakan bahwa promosi merupakan bagian
dari marketing mix yang memperhatikan teknik yang efektif dalam
mendorong tingkat penjualan produk. Promosi merupakan proses penyebaran
informasi mengenai produk, merek, ataupun perusahaan.
Hamdani (dalam Sunyoto, 2014:154) mengatakan bahwa promosi
merupakan salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang sangat penting
dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk. Kegiatan promosi
berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan
pembelian produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
2.1.7.2 Dimensi Bauran Promosi
Bauran promosi menurut Hamdani (dalam Sunyoto, 2014:157)
meliputi:
a. Periklanan (advertising)
Pengertian periklanan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi
impersonal yang digunakan oleh perusahaan barang atau jasa. Adapun
tujuan periklanan di antaranya, yaitu:
•
Iklan yang bersifat memberikan informasi, yaitu iklan yang secara
panjang lebar menerangkan produk dalam tahap perkenalan untuk
menciptakan permintaan atas produk tersebut.
•
Iklan membujuk, yaitu iklan menjadi penting dalam situasi
persaingan di mana sasaran perusahaan adalah menciptakan
permintaan yang selektif akan merek tertentu.
•
Iklan pengingat, yaitu iklan ini akan sangat penting dalam tahap
kedewasaan suatu produk untuk menjaga agar konsumen selalu
ingat akan produk tersebut.
19
•
Iklan pemantapan, yaitu iklan yang bertujuan untuk meyakinkan
konsumen bahwa mereka telah mengambil pilihan yang tepat.
b. Promosi penjualan (sales promotion)
Promosi penjualan adalah insentif jangka pendek untuk mendorong
pembelian atau penjualan produk atau jasa. Tujuan promosi penjualan
menurut Alma (2011:188), yaitu untuk menarik pembeli baru, memberi
hadiah atau penghargaan kepada konsumen atau pelanggan lama,
meningkatkan daya pembelian ulang dari konsumen lama, menghindari
konsumen lari ke merek lain, mempopulerkan produk atau meningkatkan
loyalitas, meningkatkan volume penjualan jangka pendek dalam rangka
memperluas market share jangka panjang. Cara yang bisa dilakukan
yaitu berupa potongan harga dan undian berhadiah.
c. Hubungan masyarakat (public relation)
Pengertian hubungan masyarakat merupakan kiat pemasaran penting
lainnya di mana perusahaan tidak hanya harus berhubungan dengan
pelanggan, pemasok dan penyalur, tetapi juga harus berhubungan dengan
kumpulan kepentingan publik yang lebih besar. Program hubungan
masyarakat antara lain publikasi, acara-acara penting, hubungan dengan
investor, pameran, dan mensponsori beberapa acara.
2.1.8 Keputusan Pembelian
2.1.8.1 Pengertian Keputusan Pembelian
Swastha & Handoko (2014:102) mengatakan bahwa keputusan untuk
membeli yang diambil oleh konsumen merupakan kumpulan dari sejumlah
keputusan. Setiap keputusan pembelian mempunyai suatu struktur sebanyak
tujuh komponen, yaitu keputusan tentang jenis produk, bentuk produk,
merek, penjual, jumlah produk, waktu pembelian, dan cara pembayaran.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:181), keputusan pembelian
konsumen adalah membeli merek yang paling disukai dari berbagai alternatif
yang ada, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan
pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain dan faktor yang kedua
adalah faktor situasional.
20
2.1.8.2 Dimensi Proses Keputusan Pembelian
Swastha & Handoko (2014:106) mengatakan bahwa perilaku
konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian
mereka. Konsumen akan lebih mudah mengambil keputusan dalam
pembelian secara berkala terhadap produk yang sama (termasuk dalam harga
dan kualitas). Apabila faktor-faktor tersebut berubah, maka konsumen akan
mempertimbangkan kembali keputusan-keputusannya, termasuk masalah
merek. Adapun menurut Kotler & Armstrong (2008:179) proses keputusan
pembelian terdiri dari:
1. Pengenalan kebutuhan (need recognition)
Tahap pertama pada proses keputusan pembelian dimana konsumen
menyadari masalah atau kebutuhan, sehingga perusahaan harus meneliti
terlebih dahulu dengan melakukan identifikasi keadaan yang memicu
masalah atau kebutuhan tertentu dan bagaimana masalah itu bisa
mengarahkan konsumen pada produk tertentu.
2. Pencarian informasi (information search)
Tahap kedua dalam proses pembelian ini sangat berkaitan dengan
pencarian informasi dari sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan
yang
dirasakan.
Konsumen
yang
ingin
memenuhi
kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak.
Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber, dimana
sumber informasi terbagi menjadi empat, yaitu:
a) Sumber pribadi (keluarga, teman, rekan)
b) Sumber komersial (iklan, web, kemasan, pajangan di toko)
c) Sumber publik (media massa, pencarian internet)
d) Sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan, pemakaian produk)
3. Keputusan pembelian (purchase decision)
Keputusan untuk membeli merupakan proses dalam pembelian yang
nyata. Bila konsumen memutuskan untuk membeli, konsumen akan
menemui serangkaian keputusan yang harus diambil menyangkut jenis
produk,
merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian, dan cara
pembayarannya.
19
4. Perilaku pasca pembelian (post purchase behavior)
Setelah melakukan pembelian produk, konsumen akan mengalami
kepuasan atau ketidakpuasan. Sehingga tugas tenaga pemasaran masih
berlanjut hingga periode pasca pembelian. Tenaga pemasaran harus dapat
memantau tiga perilaku pasca pembelian, yaitu:
a) Kepuasan pasca pembelian
Kepuasan pasca pembelian menunjukan bagaimana konsumen sangat
puas, puas atau tidak puas setelah melakukan pembelian terhadap
suatu produk.
b) Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan
mempengaruhi tindakan selanjutnya. Jika konsumen merasa puas, ia
akan menunjukan kemungkinan untuk membeli produk kembali.
Sedangkan pelanggan yang tidak puas akan melakukan sebaliknya.
2.1.8.3 Pihak Yang Terlibat Dalam Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;203), pihak-pihak yang terlibat
dalam keputusan pembelian dapat dibagi menjadi lima, yaitu:
•
Pengguna (users) adalah anggota organisasi yang akan menggunakan
produk atau jasa yang dibeli.
•
Pemberi pengaruh (influencers) yaitu orang-orang di dalam pusat
pembelian organisasi yang mempengaruhi keputusan pembelian, mereka
sering membantu menetapkan spesifikasi dan juga memberikan informasi
untuk mengevaluasi alternatif.
•
Pembeli (buyers) yaitu orang-orang yang di dalam pusat pembelian
organisasi yang melakukan pembelian sesungguhnya.
•
Pembuat keputusan (deciders) yaitu orang-orang di dalam pusat
pembelian organisasi yang mempunyai kekuatan resmi atau tidak resmi
untuk memilih atau menyetujui pemasok akhir.
•
Penjaga gerbang (gate keepers) yaitu orang-orang di dalam pusat
pembelian organisasi yang mengendalikan aliran informasi kepada pihak
lain.
20
2.2
Kerangka Berpikir
Sekaran (dalam Sugiyono, 2015:117) mengatakan bahwa kerangka
berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Di dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel independen dan satu
variabel dependen. Berikut ini adalah rancangan kerangka berpikir dari
penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:
X1
T1
T4
Y
X2
T5
T2
T6
T3
X3
T7
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Sumber: Penulis
Keterangan:
2.3
•
X1
: Produk
•
X2
: Harga
•
X3
: Promosi
•
Y
: Keputusan Pembelian
Hipotesis
Berdasarkan dari permasalahan yang diajukan dan tujuan penelitian,
maka kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah sebagai berikut
1. Untuk T-1
Ho= Produk tidak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Konsumen
19
H1= Produk berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Konsumen
2. Untuk T-2
Ho= Harga tidak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Konsumen
H1= Harga berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Konsumen
3. Untuk T-3
Ho= Promosi tidak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen
H1= Promosi berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Konsumen
4. Untuk T-4
Ho= Produk dan Harga tidak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen
H1= Produk dan Harga berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen
5. Untuk T-5
Ho= Produk dan Promosi tidak berpengaruh terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen
H1= Produk dan Promosi berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen
6. Untuk T-6
Ho= Harga dan Promosi tidak berpengaruh terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen
H1= Harga dan Promosi berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen
7. Untuk T-7
Ho= Produk, Harga dan Promosi tidak berpengaruh terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen
H1= Produk, Harga dan Promosi berpengaruh terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen
20
Download