BAB 6 KESENJANGAN GENDER DLM PEMBANGUNAN tin

advertisement
BAB 6.
KESENJANGAN GENDER DALAM
PEMBANGUNAN NASIONAL
OLEH:
DR. TIN HERAWATI, SP., M.SI.
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
2016
Kesenjangan Gender dalam Pembangunan
Tingkat Masyarakat
Bid. Pendidikan
APS, APK, APM
Pengangguran &
Ketenagakerjaan
Tingkat Keluarga
Pengambilan
Keputusan
Pretasi
Akademik
Siswa
Tingkat Pendapatan
Jenis Pekerjaan
Pembagian
Peran
Politik
(Eksekutif,
Yudikatif)
Kesenjangan
Gender
Keadilan
Trafficking,
KDRT
Alokasi
Waktu
HDI, GDI,
GEM
Buta Aksara
Kemiskinan
Kesenjangan Gender dalam Pembangunan
1
2
3
4
5
Rendahnya Indeks Pembangunan Gender (GDI)
dan Indeks Pemberdayaan Gender (GEM)
Rendahnya partisipasi dan terbatasnya akses
perempuan untuk berpartisipasi dalam
ketenagakerjaan nasional
Persentase peran gender dalam komposisi anggota
legislatif dengan kesenjangan partisipasi politik pada
kaum perempuan
Masih rendahnya peran dan partisipasi perempuan di
bidang politik, jabatan-jabatan publik, dan di bidang
ekonomi
Mulai munculnya kecenderungan bahwa siswa laki-laki
agak tertinggal dibandingkan dengan perempuan baik
akses maupun prestasi akademiknya
Kesenjangan Gender dalam Pembangunan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Negara
Brunei Darussalam
Kamboja
Indonesia
Lao PDR
Malaysia
Myanmar
Philipina
Singapura
Thailand
Viet Nam
MELEK HURUF
female
male
99.7
99.8
85.9
88.4
98.8
98.8
78.7
89.2
98.5
98.4
95.8
96.2
98.5
97.0
99.8
99.8
96.6
96.6
96.8
97.4
HDI
Female
0.840
0.519
0.655
0.543
0.753
…
0.649
0.898
0.726
…
Male
0.860
0.584
0.706
0.606
0.795
…
0.664
0.912
0.726
…
Kesenjangan Gender dalam Pembangunan
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010*
∫
2025**
Jumlah Penduduk Indonesia
Laki-Laki (%)
Perempuan (%)
Total (orang)
103.179,9 (50,1)
102.663,7 (49,9 )
205.843,6
104.538,9 (50,1)
104.041,8 (49,9)
208.580,7
105.915,8 (50,1)
105.438,5 (49,9)
211.354,3
107.310,9 (50,1)
106.853,9 (49,9)
214.164,8
108.724,3 (50,1)
108.288,3 (49,9)
217.012,6
110.156,4 (50,1)
109.741,9 (49,9)
219.898,3
111.534,3 (50,1)
111.141,1 (49,9)
222.675,4
112.929,5 (50,1)
112.558,2 (49,9)
225.487,7
114.342,1 (50,1)
113.993,4 (49,9)
228.335,5
115.772,4 (50,1)
115.446,8 (49,9)
231.219,2
119.630.913 (50,1) 118.010.413 (49,9)
237.641.326
∫
∫
∫
136.527,2 (49.9)
137.124,2(50.9)
273.651,4
Kesenjangan Gender dalam Pembangunan
No
Country
HDI (2014)
Ranking of 188
countries
1
Brunei
Darussalam
0.856
31
2
Cambodia
0.555
143
3
Indonesia
0.684
110
4
Lao PDR
0.575
141
5
Malaysia
0.779
62
6
Myanmar
0.536
148
7
Philippines
0.668
115
8
Singapore
0.912
11
9
Thailand
0.726
93
10
Vietnam
0.666
116
0.740
0.711
0.720
N
i
l
a
i
0.700
0.684 0.682
0.680
0.660
0.678 0.677
0.692
0.685
0.697
0.704
0.719
0.712
0.726
0.719
0.734
0.726
0.726
0.691
0.640
0.617
0.620
0.593
0.600
0.600
0.580
Tahun
Tren HDI dan GDI Indonesia Tahun 1999-2011
HDI
GDI
Kesenjangan Gender dalam Pembangunan
HDI
Peringkat 5(lima)Tertinggi
Provinsi
0,783
DKI Jakarta
0,696
Sulawesi Utara
0,734
Riau
0,768
DI Yogyakarta
0,738
Kalimantan Timur
Peringkat 5(lima) Terendah
Provinsi
0,648
Kalimantan Barat
0,612
Papua Barat
Nusa Tenggara
0,622
Timur
Nusa Tenggara Barat 0,643
0,567
Papua
Tahun 2011
Name of Province
HDI
Indonesian provinces and their Human Development Index levels
0.751 – 0.800
0.701 – 0.750
0.651 – 0.700
0.601 – 0.650
0.551 – 0.600
Kesenjangan Gender dalam Pembangunan
1400
1200
1000
800
600
400
1083
988
739
553
279
1166
1141
824
593
294
854
632
378
1255
1223
893
933
974
633
678
715
337
319
355
200
0
pekerja laki-laki,
kerah putih dan
PNS
pekerja
perempuan,
kerah putih dan
PNS
pekerja laki-laki
di sektor nonagrikultur
februari agustus februari agustus februari agustus
2006
2006
2007
2007
2008
2008
Rata-rata penghasilan bulanan pekerja perempuan dan laki-laki di
sektor non-agrikultur (2001-2008)
Kesenjangan Gender dalam Politik
 Pada Tahun 1987 persentase keterwakilan perempuan dalam






lembaga legislatif adalah 13 persen dari 565 anggota DPR.
Pada Tahun 1999 persentase keterwakilan perempuan dalam
lembaga legislatif adalah 9 persen dari 546 anggota DPR.
Pada Tahun 2004 persentase keterwakilan perempuan dalam
lembaga legislatif adalah 11,3 persen dari 550 anggota DPR.
Pada Tahun 2009 persentase keterwakilan perempuan dalam
lembaga legislatif adalah 18,6 persen dari 560 anggota DPR.
Tahun 2009, jumlah calon legislatif perempuan adalah 3.910,
Tahun 2014 jumlah caleg perempuan di DPR 2467 dan lakilaki 4152
Data menunjukkan bahwa terjadi penurunan partisipasi
perempuan di bidang Legislatif dari 12,5 persen (1992-1997)
ke 9.2 persen (1999-2004).
Kesenjangan Gender dalam Politik
 Pada tahun 2004-2009: 13% (65 orang) anggota parlemen
adalah perempuan. Ini diprediksi akan terus meningkan
hingga 18% pada periode 2009-2014.
 Terdapat 5 dari 33 provinsi di Indonesia (Aceh, Sulawesi
Barat, Kalimantan Selatan, Bali dan NTB) yang tidak
memiliki wakil perempuan di parlemen.
 Provinsi yang memiliki wakil perempuan dengan proporsi
yang cukup signifikan di parlemen adalah Jawa Timur (23),
Jawa Barat (20) dan Jawa Tengah (8).
“Perempuan dalam top eksekutif dapat digambarkan, perempuan
menjadi Bupati/Walikota sebanyak 38 orang (7,6 persen) dari 497
Kabupaten/Kota,”tuturnya.
Perempuan menjadi Menteri/Wakil Menteri baru mencapai 11
persen dari 56 Menteri/Wakil Menteri atau setingkat Menteri.
Keterlibatan perempuan dalam dunia politik
di negara Timur Tengan
Turki : 50 dari 550 kursi di parlemen (9%)
Irak : 70 dari 275 kursi parkemen (25%)
Oman : 25 dari 800 kandidat parlemen
Kesenjangan Gender dalam Politik








Proporsi perempuan sebagai Pejabat Eselon I adalah 9,1 persen
(2007).
Proporsi perempuan sebagai Pejabat Eselon 1 adalah 8,71 persen
(2008).
Proporsi perempuan sebagai Pejabat Eselon 2 adalah 6,87 persen
(2007).
Proporsi perempuan sebagai PNS adalah 43,63 persen (2008).
Proporsi perempuan sebagai Wakil Gubernur adalah 1 orang (2009).
Proporsi perempuan sebagai Bupati adalah 10 orang (2009).
Proporsi perempuan sebagai Pengacara adalah 40,2 persen (2009).
Proporsi perempuan sebagai pejabat di Pengadilan Agama adalah 15
persen.Dari 246.993 orang yang menduduki jabatan Eselon I sampai
Eselon V di Indonesia adalah 21.40 persen yang dijabat oleh
perempuan.
Kesenjangan Gender dalam Politik
 Peran perempuan pada Lembaga Yudikatif masih rendah,
yaitu:
 Pejabat Hakim perempuan sebanyak 20 persen.
 Pejabat Hakim Agung perempuan sebanyak 18 persen.
 Pejabat Jaksa perempuan sebanyak 26,8 persen.
Kesenjangan Gender dalam Politik
Partisipasi perempuan di anggota legislatif DPR-RI
Tahun
1992-1997
1997-1999
1999-2004
2004-2009
2009-2014
Perempuan
12,5
10,8
9,0
13,0
18,04
Laki-laki
87,5
89,2
91,0
87,0
81,96
Permasalahan Gender dalam Bidang
Pendidikan
 Masih terjadinya kesenjangan gender dalam hal
akses, manfaat, partisipasi dalam pembangunan,
serta penguasaan terhadap sumberdaya, terutama
antarprovinsi dan antar kabupaten/ kota.
 Belum memadainya kapasitas kelembagaan dalam
pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG),
terutama sumberdaya manusia dan ketersediaan
serta penggunaan data terpilah menurut jenis
kelamin dalam siklus pembangunan.
 Belum optimalnya pemahaman mengenai konsep
dan isu gender terutama di kabupaten/ kota
Permasalahan Gender dalam Bidang
Pendidikan
 Mulai munculnya kecenderungan bahwa siswa laki-laki agak tertinggal
dibandingkan dengan perempuan baik akses maupun prestasi
akademiknya. Solusinya adalah:
 Perlu menjaga bahwa anak perempuan tetap bersekolah dan
memastikan bahwa anak laki-laki tidak drop-out dari sistem
persekolahan.
 Perlu memastikan agar anak laki-laki maupun perempuan dari
kelompok. 20 persen dan 40 persen strata ekonomi keluarga
terendah untuk dapat bersekolah.
 Perlu memberi perhatian khusus agar anak laki-laki dan perempuan
di desa untuk mendapat akses pendidikan yang makin serupa
dengan akses sebayanya di daerah perkotaan.
 Perlu dicari sebab tertinggalnya anak laki-laki dalam mengakses
pendidikan (misalnya faktor budaya atau kemiskinan).
Permasalahan Gender dalam
Bidang Pendidikan
 Mulai terlihat kecenderungan prestasi akademik anak laki
laki tertinggal dari anak perempuan. Solusinya adalah:
 Perlu diperhatikan proses belajar mengajar yang
memotivasi anak laki-laki untuk belajar dengan lebih
sungguh sungguh.
 Perlu diperhatikan kemampuan guru dan tenaga
kependidikan dalam melaksanakan tugas pembelajaran
termasuk pemahaman mengenai perbedaan kebutuhan
secara spesifik siswa perempuan dan laki-laki.
Permasalahan Gender dalam Bidang
Pendidikan
 Masih tingginya buta aksara penduduk perempuan
dibandingkan laki laki. Solusianya adalah:
Perlu dilanjutkan pemihakan penyediaan
pendidikan keaksaraan bagi perempuan buta
aksara yang berusia 15 tahun.
Priotitas pada kelompok penduduk usia 25 – 44
tahun.
Permasalahan Gender dalam Bidang
Pendidikan
 Kesenjangan dalam perbedaan status sosial ekonomi, latar belakang




budaya dan geografis; sehingga mengakibatkan semakin tinggi
jenjang pendidikan semakin besar kesenjanannya.
Dalam hal mutu pendidikan proses pembelajaran masih netral atau
bias gender, hal ini karena pemahaman guru, kepala sekolah dan
pengelola pendidikan belum responsif gender.
Dalam hasil belajar, angka kelulusan anak perempuan lebih tinggi
dbanding anak laki-laki sejak Tahun 2005.
Kualifikasi guru perempuan jauh dibawah laki-laki, hal ini
berdampak terhadap hasil sertifikasi dimana guru perempuan jauh
tertinggal dibanding guru laki-laki (25% berbanding 75%).
Rendahnya partisipasi perempuan dalam perumusan kebijakan dan
pegambilan keputusan bidang pendidikan.
Kesenjangan Gender dalam Bidang
Pendidikan
 Terjadi kesetaraan dalam Angka Partisipasi Murni (APM)
jenjang sekolah SD antara laki-laki dan perempuan yang
relatif konstan dengan rasio 100 mulai Tahun 1990 sampai
Tahun 2008.
 Terjadi kesenjangan gender dalam Angka Partisipasi Murni
(APM) jenjang sekolah SLTP dengan kondisi perempuan
lebih tinggi dari laki-laki terutama dari Tahun 1995 sampai
2001, dan menurun menuju kesetaraan pada Tahun 2008.
 Terjadi kesenjangan gender dalam Angka Partisipasi Murni
(APM) jenjang sekolah SLTA dengan kondisi laki-laki lebih
tinggi dari perempuan terutama dari Tahun 1990 sampai
1995.
Kesenjangan Gender dalam Bidang
Pendidikan
 Terjadi kesenjangan gender dalam Angka Partisipasi Murni
(APM) jenjang Perguruan Tinggi dengan kondisi laki-laki
lebih tinggi dari perempuan terutama dari Tahun 1990
sampai 1994 kemudian bervariasi naik dan turun menuju
kesetaraan pada Tahun 2005. Bahkan terjadi
kecenderungan ‘backward” bahwa laki-laki sudah mulai
tertinggal dari perempuan dalam partisipasi sekolah di
jenjang perguruan tinggi.
 Terjadi kesenjangan gender dalam jenjang pendidikan
tertinggi yang ditamatkan antara laki-laki dan perempuan
dengan kesenjangan berada pada pihak perempuan (Tabel
6.6)
Kesenjangan Gender dalam Bidang
Pendidikan
Persentase penduduk berusia 10 tahun keatas menurut jenis
kelamin dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan Tahun
2008
Jenis
Kelamin
Lak-laki
Perempuan
Rata-rata
Keduanya
Tidak/
Belum
Sekolah
4,3
10,2
7,2
Belum
Tamat SD
SD/
SMP/
SMA/
Sederajat Sederajat Sederajat
PT
20,7
20,1
29,9
30,9
18,7
16,9
21,2
17,0
5,2
4,8
20,5
30,4
17,8
19,1
5,0
Kesenjangan Gender dalam Bidang
Pendidikan
 Adanya variasi kesenjangan gender berdasarkan strata
ekonomi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi strata ekonomi keluarga maka kesenjangan gender
antara laki-laki dan perempuan semakin kecil untuk semua
kohort umur (7-12; 13-15; 16-18; dan 19-24 tahun). Dengan
kata lain, semakin kaya keluarga di Indonesia, maka semakin
setara dalam menyekolahkan anaknya.6.2
 Berbagai alasan dikemukakan baik berupa alasan ekonomi
maupun ekonomi. Sebagian besar penduduk menyatakan
alasan ekonomi (tidak ada biaya, bekerja mencari nafkah,
yang lebih mendominasi untuk tidak sekolah dibandingkan
dengan alasan non-ekonomi (menikah mengurus/
rumahtangga, tidak diterima, sekolah jauh, merasa
pendidikan cukup, cacat, menunggu pengumuman).
Perkembangan nilai dan angka kelulusan menurut jenis
kelamin Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2005-2008
Keterangan
Rata-rata Nilai
Laki-laki
Perempuan
Persentase Kelulusan
Laki-laki
Perempuan
Kriteria Kelulusan
Nilai
Rata-rata
Rata-rata Nilai Bahasa Indonesia
Laki-laki
Perempuan
Rata-rata Nilai Bahasa Inggris
Laki-laki
Perempuan
Rata-rata Nilai Matematika
Laki-laki
Perempuan
Rata-rata Nilai IPA
Laki-laki
Perempuan
2005
2006
2007
2008
6,37
6,52
7,01
7,14
6,95
7,10
6,82
6,93
85,52
87,14
91,88
92,91
93,.33
94,36
92,24
93,41
> 4,25
> 4,25
> 4,25
 4,50
 4,25
 5,00
 4,25
 5,25
6,49
6,78
7,34
7,59
7,25
7,55
6,88
7,13
6,07
6,22
6,57
6,67
6,66
6,78
6,76
6,85
6,57
6,56
7,12
7,15
6,95
6,98
6,66
6,71
6,99
7,02
Perkembangan nilai menurut jenis kelamin di Sekolah
Menengah Atas (SMA) 2005-2008
Keterangan
Rata-rata Nilai Bahasa Indonesia
Laki-laki
Perempuan
Rata-rata Nilai Bahasa Inggris
Laki-laki
Perempuan
Rata-rata Nilai Matematika
Laki-laki
Perempuan
Rata-rata Nilai Fisika
Laki-laki
Perempuan
Rata-rata Nilai Kimia
Laki-laki
Perempuan
Rata-rata Nilai Biologi
Laki-laki
Perempuan
2005
2006
2007
2008
6,91
7,01
7,82
7,95
7,48
7,61
7,54
7,64
6,70
6,62
7,98
8,00
7,86
7,83
7,35
7,30
6,88
6,86
7,17
7,15
7,30
7,28
7,50
7,47
-
-
-
6,92
6,91
-
-
-
7,76
7,75
-
-
-
7,80
7,81
Perkembangan nilai menurut jenis kelamin di Sekolah
Menengah Atas (SMA) 2005-2008
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
7.108
579.743 230.843
4.992
112.941
79.325
L
P
216.314
TK
903.316
272.072
SD
SMP
9.608
SLB
125.528
SMA
65.521
SMK
Jumlah guru berdasarkan gender di Indonesia Tahun 2009
Kesenjangan Gender dalam Bidang
Pendidikan
No
Country
Mean Years of
Schooling (2014)
Female Male Total
Expected Years of
Schooling (2014)
Female
Male
Total
1
Brunei
8.5
9.0
8.8
14.9
14.2
14.5
2
Cambodia
3.2
5.4
4.4
10.3
11.5
10.9
3
Indonesia
7.0
8.2
7.6
13.1
12.9
13.0
4
Lao PDR
3.9
6.1
5.0
10.1
11.0
10.6
5
Malaysia
9.4
10.1
10.0
12.7
12.7
12.7
6
Myanmar
4.3
3.8
4.1
…
…
8.6
7
8.4
7.9
8.9
11.5
11.1
11.3
8
Philippine
s
Singapore
10.1
10.9
10.6
15.5
15.3
15.4
9
Thailand
7.1
7.5
7.3
13.9
13.1
13.5
10 Viet nam
7.0
7.9
7.5
…
…
11.9
Korban trafficking ?
Terima – Kasih
34
Download